Fungsi Dan Manajemen Puskesmas
-
Upload
dr-nuriel-anwar -
Category
Documents
-
view
939 -
download
12
Embed Size (px)
Transcript of Fungsi Dan Manajemen Puskesmas

Program dan Perencanaan Kesehatan Puskesmas yang Belum Tercapai
H Nuril Anwar Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana,Kampus II, Jalan Terusan Arjuna Utara No 6,11510, Jakarta Barat.Email: [email protected]_____________________________________________________________________________________________________PENDAHULUAN 1
tujuan untuk mempelajari sasaran-sasaran pembelajaran yang telah disepakati pada sesi PBL
yang lalu yaitu tentang penelitian terhadap faktor-faktor yang berhubungan dengan rendahnya
cakupan K4 di puskesmas “A”. Adapun penelitian itu didefinisikan oleh Depdiknas Republik
Indonesia sebagai kerjasama ilmiah untuk mengembangkan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni
dalam rangka memperoleh informasi/temuan/produk baru melalui metodologi yang berkait erat
dengan satu atau beberapa disiplin ilmu. Secara umumnya, tujuan penelitian dilakukan adalah untuk
menemukan sesuatu yang baru dalam bidang tertentu (eksploratif), mengembangkan sesuatu dalam
bidang yang telah ada (developmental), menguji kebenaran sesuatu dalam bidang yang telah ada
(vertikatif), dan sebagai penulisan karya ilmiah (skripsi, tesis, disertasi). Antara peranan penelitian
pula adalah meningkatkan kemampuan untuk menginterpretasikan fenomena-fenomena dari suatu
masalah yang kompleks dan kait mengait (pemecahan masalah), memberikan jawaban atas
pertanyaan dalam bidang yang diajukan dengan meningkatkan kemampuan untuk menjelaskan atau
menggambarkan fenomena-fenomena dari masalah tersebut, serta mendapatkan pengetahuan/ilmu
baru. Sesebuah penelitian itu dikatakan baik jika tujuannya jelas, dilakukan dengan hati-hati, cermat
dan teliti, mempunyai rancangan metodologi yang cermat dan jelas, dapat mengembangkan
hipotesis yang dapat diuji, dapat diulang oleh peneliti lain sehingga dapat diuji validitas dan
realibilitasnya, memiliki akurasi yang tinggi (dapat diterima), bersifat objektif yakni kesimpulan

berdasarkan fakta, adanya konsistensi istilah, terdapat keterkaitan antar bagian, serta berimbang
antara nilai manfaat dengan biaya.
Fungsi dan manajemen Puskesmas2
1. Pusat pengerak pembangunan berwawasan kesehatan
Puskesmas selalu berupaya menyelenggarakan dan memantau penyelenggarakan pembangunan lintas
sector termasuk oleh masyarakat dan dunia usaha di wilayah kerjanya,sehingga berwawasan serta
mendukung pembangunan kesehatan.Di samping itu,Puskesmas aktif memantau dan melaporkan
dampak kesehatan dari peyelenggaraan setiappprogram pembangunan di wilayah kerjanya.khususnua
untuk pembangunan kesehatan dan pencegahan penyakit dan pemulihan kesehatan.
2. Pusat pemberdayaan Masyarakat
Puskesmas selalu berupaya agar perorangan terutama pemuka masyarakat,keluarga dan masyarakat
termasuk dunia usaha memiliki kesadaran,kemauan dan kemampuan melayani diri sendiri dan
masyarakat untuk hidup sehat,berperan dalam memperjuangkan kepentingan kesehatan ,pemberdayaan
perorangan,keluarga dan masyarakatini diselenggerakan dengan memperhatikan kondisi dan
situasi,khususnya sosial budaya masyarakat setempat.
3. Pusat Pelayanan Kesehatan Strata pertama
Puskesmas bertanggung jawab menyelenggarakan pelayanankesehatan tingkat pertama secara
menyeluruh ,terpadu dan keseimbangan .pelayanan kesehatan tingkat pertama yang menjadi tanggung
jawab puskesmas meliputi:
Pelayanan Kesehatan Perorangan
Pelayanan kesehatan perorangan adalah pelayananyang bersifat pribadi (Private Goods)dengan tujuan
utama menyembuhkan penyakit dan pemulihan kesehatan perorangan tanpa mengabaikan pemeliharaan
kesehatan dan pencegahan penyakit.Pelayanan perorangan tersebut adalah rawat jalan dan untuk
puskesmas tertentudi ttambah dengan rawat inap.

Pelayanan Kesehatan Masyarakat
Pelayanan Kesehatan Masyarakat adalah Pelayanan yang bersifat umum atau Public Goods dengan
tujuan utama memelihara dan meningkatkan dan pemulihan kesehatan.pelayanan kesehatan masyarakat
tersebut antara lain adalah promosi kesehatan ,memberantas penyakit,kesehatan lingkungan,perbikan
gizi,peningkatan kesehatan keluarga,keluarga berancana,kesehatan jiwa serta berbagai program
kesehartan masyarakat lainnya.
Organisasi Puskesmas4
1. Struktur Organisasi
Struktur Organisasi Puskesmas tergantung dai beban tugas masing-masing Puskesmas. Penyusunan
Struktur Organisasi Puskesmas di satu Kabupaten/Kota dilakukan oleh Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota, sedangkan penetapannya di lakukan dengan peraturan daerah.
Sebagai acuan data di pergunakan Struktur Organisasi Puskesmas sebagai berikut :
a. Kepala Puskesmas
- Sebagai pemimpin (manager)
- Sebagai tenaga ahli
- Mengkoreksi program
b. Unit Tata Usaha yang bertanggung jawab membantu Kepala Puaskesmas dalam pengelolaan
- Data dan Informasi
- Perencanaan dan Penilaian
- Keuangan
- Umum dan kepegawaian
c. Unit Pelaksana Teknis Funsional Puskesmas
- Upaya kesehatn perorangan ( UKP )
- Upaya Kesehatan Masyarakat, termasuk pembinaan terhadap UKBM
d. Jaringan Pelayanan Perorangan

- Unit Puskesmas Pembantu
- Unit Puskesmas Keliling
- Unit Bidan DI desa /komunitas
2. Kriteria Personalia
Kriteria personalia yang mengisi struktur organisasi Puskesmas disesuaikan dengan tugas dan
tanggung jawab masing-masing unit puskesmas. Khusus untuk Kepala Puskesmas kriteria tersebut
dipersyaratkan harus seorang sarjana di bidang kesehatan yang kurikulum pendidikannya mencakup
Kesehatan Masyarakat.
3. Eselon Kepala Puskesmas
Kepala Puskesmas penanggung jawab penbangunan kesehatan di tingkat kecamatan. Sesuai dengan
tanggung jawab tersebut dan besarnya peran Kepala Puskesmas dalam penyelenggaraan
pembangunan kesehatan di tingkat Kecamatan maka jabatan Kepala Puskesmas adalah Jabatan
Struktur Eselon. Dalam Keadaan tidak tersedia tenaga yang memenuhi syarat untuk menjabat
jabatan IV, ditunjuk pejabat sementara yang sesuai dengan kriteria Kepala Puskesmas yakni
seorang sarjana di bidang kesehatan masyarakat, dengan kewenangan yang setara dengan pejabat
tetap.

Tabel 1 struktur organisasi puskesmas
Sistem pelayanan kesehatan4
Sebagai sarana untuk mempermudah Puskesmas dalam melakukan
tugasnya, maka Puskesmas ditunjang dengan unit kegiatan yang lebih sederhana
dalam bentuk :
1. Puskesmas Pembantu ( Pustu )
Puskesmas pembantu merupakan unit pelayanan kesehatan yang sederhana
dan berfungsi menunjang serta membantu melaksanakan kegiatan yang dilakukan
Puskesmas dalam masyarakat lingkungan wilayah yang lebih kecil serta jenis dan
kompetensi pelayanan yang disesuaikan dengan kemampuan teaga dan sarana
yang tersedia. Dalam Pelita V, wilayah kerja Puskesmas pembantu diperkirakan
meliputi 2 - 3 desa, dengan sasaran penduduk antara 2500 orang ( di luar Jawa -
Bali ) hingga 10.000 orang ( di perkotaan Jawa - Bali ). Puskesmas pembantu
merupakan bagian integral dari Puskesmas, dengan kata lain Puskesmas juga
meliputi Puskesmas pembantu yang ada di wilayah kerjanya.
Tugas pokok Puskesmas pembantu adalah menyelenggarakan sebagian

program kegiatan Puskesmas sesuai dengan kompetensi tenaga dan sumberdaya
lain yang tersedia.
2. Puskesmas keliling ( Pusling )
Adalah merupakan tim pelayanan kesehatan Puskesmas keliling, terdiri dari
tenaga yang dilengkapi dengan kendaraan bermotor / roda 4 / perhau bermotor,
peralatan kesehatan, peralatan komunikasi yang berasal dari Puskesmas.
Puskesmas keliling berfungsi untuk menunjang dan membantu kegiatan
pelaksanaan program Puskesmas dalam wilayah kerjanya yang belum terjangkau
atau lokasi yang sulit dijangkau oleh sarana kesehatan.
Kegiatan Puskesmas keliling adalah :
a. Memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat di daerah terpenil yang tidak
terjangkau oleh pelayanan Puskesmas atau Puskesmas pembantu, 4 hari dalam seminggu.
b. Melakukan penyelidikan terhadap kasus luar biasa
c. Melakukan rujukan bagi kasus gawat darurat
d. Melakukan penyuluhan dengan menggunakan alat audio visual.
3. Bidan yang bertugas di desa
Bidan desa adalah tenaga bidan yang ditempatkan di desa dalam rangka
meningkatkan mutu dan jangkauan pelayanan kesehatan Puskesmas, bidan desa
mempunyai wilyah kerja 1 - 2 desa dengan jumlah penduduk rata - rata 3000
orang / desa, dan bertanggung jawab kepada kepala Puskesmas.
Tugas utama bidan tersebut adalah membina peran serta masyarakat dalam
Posyandu dan pembinaan kelompok persepuluhan, membina kelompok kader
dasa wisma, membantu persalinan di rumah - rumah, mengadakan rujukan. Di
samping memberi pelayanan langsung di Posyandu dan pertolongan persalinan di
rumah. Selain itu sebagai tugas khusus, bidan desa bertanggung jawab atas
program Kesehatan Ibu dan Anak serta program Keluarga Berencana di wilayah
kerjanya.
Dalam keadaan tertentu, misalkan letak Puskesmas yang jauh dari rumah
sakit, sulitnya keadaan medan Puskesmas menuju rumah sakit, sulitnya sarana

transportasi menuju rumah sakit, daerah rawan kecelakaan/ rawan bencana dan
lain - lain maka Puskesmas dapat diberi ruang tambahan untuk rawat inap
sementara dan fasilitas tindakan operasi terbatas.
Puskesmas rawat inap adalah Puskesmas dengan fasilitas tempat perawatan dan
ruang tambahan untuk menolong penderita gawat darurat baik berupa
tindakan operatif terbatas maupun perawatan sementara. Fungsinya sebagai ”
Pusat Rujukan Antara ” yang melayani penderita gawat darurat sebelum dapat
dirujuk ke rumah sakit.
Sistem pelayanan kesehatan puskesmas
Pelayanan Kesehatan Promotif , Preventif, Kuratif dan Rehabilitatif
Berbicara mengenai konsep kesehatan. Kita kenal ada 2 (dua) konsep yaitu konsep
kesehatan masyarakat dan konsep kedokteran, konsep kesehatan masyarakat lebih berorientasi
kepada masalah kesehatan dihubungkan dengan aspek social cultural. Konsep kesehatan
masyarakat menekankan pada pendekatan preventif dan promotif. Sedangkan konsep kedokteran
lebih berorientasi pada masalah sehat sakit terutama penyakit yang berkaitan dengan aspek
biomedis. Pendekatan yang digunakan dalam pelayanan kesehatan adalah Kuratif dan
rehabilitative.
Kesehatan masyarakat menggunakan pendekatan preventif dan promotif. Preventif
(pencegahan) adalah mencegah jangan sampai terkena penyakit atau menjaga orang yang sehat agar
tetap sehat, Misalnya yang paling sederhana melakukan cuci tangan sebelum makan dan sesudah
buang air besar akan mencegah terjadinya penyakit diare. sedangkan promotif (peningkatan) adalah
meningkatkan agar status status kesehatan menjadi semakin meningkat, misalnya pemberian inisiasi
menyusui dini (IMD) dan ASI eksklusif yang dapat membantu meningkatkan kekebalan terhadap
penyakit karena kolostrum dan zat-zat gizi yang terkandung dalam ASI. Anak tidak mudah terkena
penyakit.
Perbedaan lain yang cukup mencolok adalah kesehatan masyarakat mengambil obyek
sasaran kesehatannya yaitu masyarakat atau komunitas (skala makro) sedangkan kedokteran

menangani individu (skala mikro). Kuratif (pengobatan) digunakan untuk orang-orang sakit atau
dengan kata yang lebih mudahnya kuratif adalah nama lain dari proses menyembuhkan seseorang
dari keadaan sakit secara fisik dan psikis. Misalnya balita yang menderita pneumonia tentu
membutuhkan pengobatan antiobiotik. Penyakit ini akan mengganggu tumbuh kembang balita
tersebut ; Balita tidak suka makan yang mungkin berakibat pada penurunan status gizi balita.
sedangkan rehabilitatif (pemulihan) adalah proses menjaga agar seorang yang sudah sembuh
(belum 100% sembuh) kembali bugar seperti semula. Misalnya untuk balita sakit pneumonia
membutuhkan asupan gizi yang adekuat terutama protein untuk proses penyembuhan serta
pemulihan dari penyakitnya. Balita yang sering sakit akan mengalami hambatan dalam tumbuh
kembangnya.
Jadi sebenarnya tugas kesehatan masyarakat itu lebih sulit dibandingkan kedokteran karena
obyek dari kesehatan masyarakat yang lebih luas yaitu masyarakat secara umum atau suatu
komunitas. Dan kita (kesehatan masyarakat) menangani orang sehat yang jumlahnya sangat besar,
berkisar antara 80% (untuk negara berkembang) atau 85% (untuk negara maju). Lagi pula kita
harus berusaha ekstra keras untuk menyadarkan masyarakat yang sehat agar mampu dan mau untuk
menjaga kesehatannya, karena sesungguhnya menjaga kesehatan itu lebih sulit dari pada
mengobati. Karena menyangkut pola prilaku hidup sehat. dan kebiasaan mencari dan mendapatkan
pelayanan kesehatan. Seseorang baru akan mencari pelayanan kesehatan apabila sudah mengalami
sakit. Sebagai contoh, bagi seorang petani kalau mengalami nyeri kepala dan mual muntah, demam,
menggigil, akan merasa sehat saja jika sudah berkeringat setelah menggigil, kembali bekerja di
kebun karena sudah merasa sembuh serta menganggap biasa penyakit malaria dan baru akan segera
berobat jika sudah parah atau mengalami komplikasi malaria cerebral. Secara cultural bagi
masyarakat tertentu terutama masyarakat pedesaan untuk mendapatkan pelayanan masih harus
berkonsultasi dengan keluarga atau orang kunci sebagai pengambil keputusan atau membantu
keluarga dalam mengambil keputusan untuk mendapatkan pelayanan kesehatan.
Tantangan kesehatan masyarakat lebih besar dari pada kedokteran terutama karena perbedaan aspek
pendekatan yang digunakan, aspek kuratif dan rehabilitatif lebih mudah untuk diterapkan (terutama
pada orang sakit yang tidak memiliki banyak pilihan). Kebanyakan orang kalau sudah menderita
sakit akan patuh pada aturan yang disampaikan oleh petugas kesehatan (Dokter, Bidan, Perawat,
Ahli Gizi, dll). Hasil dari pelayanan kuratif dan preventif juga lebih cepat dirasakan oleh klien

apabila mentaati semua nasehat termasuk tindakan medis, dan perawatan yang diberikan.
Sedangkan aspek preventif dan promotif lebih sukar untuk diterapkan karena hasil yang didapat
bersifat long term (jangka panjang) sehingga tidak bisa langsung diambil manfaatnya dan biasanya
orang-orang lebih senang untuk melihat hasil yang cepat. Misalnya pasien malaria akan mudah
dinasehati apabila dia menderita malaria daripada pada saat dia sehat. Dan lagi kesehatan
masyarakat itu obyek sasarannya lebih luas yakni masyarakat (80% penduduk Indonesia) dan agak
susah untuk membuat status kesehatan mereka yang sehat agar tetap sehat, bahkan menjadi lebih
sehat lagi. Namun sebagai petugas kesehatan tak perlu cemas dan pesimis karena informasi yang
diberikan terus-menerus akan mampu merubah prilaku hidup seseorang untuk dapat mengadopsi
prilaku hidup sehat. Hal tersebut adalah tantangan dalam intervensi pelayanan kesehatan
berdasarkan anggapan masyarakat yang “keliru” yang seharusnya secara terus menerus diperbaiki
terutama pola pikir masyarakat yang masih terfokus pada anggapan “kalau sakit baru berobat atau
ke Puskesmas”. Menjadi rajin untuk mengakses pendidikan kesehatan yang dapat merubah prilaku
hidup sehat sehingga terhindar dari penyakit. Sebenarnya biaya pelayanan kesehatan preventif dan
promotif lebih murah daripada kuratif dan rehabilitative. Sehingga sebagai petugas kesehatan yang
benar-benar memahami tentang konsep penyakit perlu lebih aktif untuk memberikan penyuluhan
dan pendidikan kesehatan kepada masyarakat sehingga dapat membantu masyarakat untuk
berprilaku hidup sehat, mencegah penyakit dan lebih produktivitas menjadi meningkat.
Peran serta masyarakat
Posyandu (Pos Pelayanan Terpadu)
Pengertian: Posyandu merupakan wadah pusat kegiatan pemberian pelayanan kesehatan dan KB yang terpadu tingkat desa. Sasaran:
- Bayi, ibu hamil, ibu menyusui, PUS (Pasangan Usia Subur)
Tujuan:
1. Mempercepat penuruanan angka kematian bayi, balita dan angka kelahiran
2. Meningkatkan pelayanan kesehatan ibu untuk menurunkan IMR.

3. Mempercepat untuk diterimanya NKKBS (Norma Keluarga Kecil Bahagia Sejahtera)
4. Peningkatan dan pembinaan peran serta masyarakat dalam rangka ahli teknologi untuk swa
kelola usaha-usaha kesehatan masyarakat.
5. Meningkatkan kemampuan masyarakat untuk mengembangkan kegiatan kesehatan dan kegiatan
lain yang menunjang sesuai kebutuhan.
6. Pendekatan dan pemerataan pelayanan kesehatan pada masyarakat dalam usaha meningkatkan
cakupan penduduk dan geografis.
Menurut tingkatnya posyandu dibagi 4 strata:
1. Pratama, kegiatan posyandu strata ini belum mantap dan belum teratur tiap bulannya, juga
terbatas jumlah kader.
2. Madya, kegiatan posyandu strata ini delapan kali dalam satu tahun, mempunyai kader sebanyak 5
orang dengan cakupan yang masih rendah dengan adanya sehat.
3. Purnama, kegiatan posyandu strata ini lebih dari delapan kali dalam setahun dengan kader lebih
dari 5 orang dengan cakupan baik dan telah memiliki dana sehat.
4. Mandiri, kegiatan posyandu strata ini sebanyak dua belas kali dalam setahun, jumlah kader lebih
dari 5 orang, cakupan baik dan dana sehat sudah tersedia lebih dari 50% KK.
Pelayanan posyandu dilakukan dengan 5 meja, yaitu:
1. Meja I : Pendaftaran
2. Meja II : Penimbangan bayi dan balita
3. Meja III : Pengisian KMS
4. Meja IV : Penyuluhan perorangan

- Mengenai balita berdasarkan hasil penimbangan berat badan yang diikuti pemberian makanan, oralit, dan vitamin A dosis tinggi.
- Mengenai gizi, kesehatan diri, perawatan payudara, ASI Eksklusif dan P2P terhadap ibu hamil dan menyusui.
- Menjadi perserta KB lestari, pemberian kondom, pil ulangan atau tablet busa.
5. Meja V : Pelayanan tenaga kerja professional.
Meliputi KIA, KB, Imunisasi, dan pengobatan dan pelayanan lain sesuai dengan kebutuhan
setempat.
Memberdayakan masyarakat dan keluarga (kader)
Pemberdayaan masyarakat adalah segala upaya fasilitas yang bersifat non
instruktif guna meningkatkan pengetahuan dan kemampuan
masyarakat agar mampu mengidentifikasi masalah, merencanakan dan
melakukan pemecahannya dengan memanfaatkan potensi setempat dan
fasilitas yang ada, baik dari instansi lintas sektoral maupun LSM
( Lembaga Swadaya Masyarakat ) dan tokoh masyarakat.
Pemberdayaan keluarga adalah segala upaya fasilitas yang bersifat non
instruktif guna meningkatkan pengetahuan dan kemampuan keluarga agar
mampu mengidentifikasi masalah, merencanakan dan mengambil
keputusan untuk melakukan pemecahannya dengan benar tanpa atau dengan
bantuan pihak lain.
Tugas dokter puskesmas
o Penyedia Pelayanan Kesehatan & Perawatan (Care provider)
o Pengambil Keputusan (Decision-maker)
o Komunikator yang baik (Communicator)
o Pemimpin Masyarakat (Community leader)
o Pengelola Manajemen (Manager)

Di era yang sangat menuntut professionalisme yang sangat tinggi profesi seorang dokter kerap kali
menjadi sorotan masyarakat. Posisi seorang dokter di mata masyrakat memilki peran ganda. Kemampuan
seorang dokter bukan hanya sebagai orang dapat mengobati atau hanya sekedar memberikan resep kepada
pasiennya tetapi posisi seorang dokter juga harus berperan sebagai agent of change terhadap setiap
kehidupan yang berada di sekitarnya. Melihat kenyataan tersebut maka hadirlah wacana mengenai five star
dokter atau yang kita kita kenal sebagai dokter bintang lima. Five star dokter disini bukan hanya dokter
yang hanya bisa “memeriksa” tetapi juga memiliki kemampuan lain yang sangat bermanfaat bagi lingkungan
sekitarnya. Adapun fivestar dokter tersebut ialah:
Care Provider
Sebagai bagian dari keluarga, sebagai pelaksana pelayanan kedokteran komprehensif, terpadu,
berkesinambungan, pada pelayanan dokter tingkat pertama; sebagai pelapis menuju ke pelayanan
kedokteran tingkat kedua. Untuk bagian yang pertama terlihat peranan dokter pada tingkat dasar
yakni berusaha membantu pasiennya untuk bisa sembuh dari penyakitnya. Seorang dokter harus
memastikan bahwa pasiennya sudah mendapatkan perlakuan sesuai dengan urutan
akuratif,preventif,dan rehabilitatif. Dan tentu memastiakn bahwa pelayanan ataupun perlakuan yang
sudah diberikan merupakan pelayanan berkualitas tinggi.
Decision Maker
Sebagai penentu pada setiap tindakan kedokteran, dengan memperhatikan semua kondisi yang ikut
mempengaruhinya. Setelah memperhatikan kondisi pasiennya seorang dokter berperan sebagai
pengambil keputusan dengan memperhatikan setiap diagnosa yang sudah didapatkan. Dari setiap
kemungkinan yang sudah ada seorang dokter harus mampu menentukan pihan yang harus diambil
sebagai tindakan selanjutnya.
Communicator
Sebagai pendidik, penyuluh, teman, mediator dan sebagai penasehat keluarga dalam banyak hal dan
masalah: gizi, narkoba, keluarga berencana, seks, HIV, AIDS, sters, kebersihan, pola hidup sehat,
olah raga, olah jiwa, kesehatan lingkungan. Peran yang selanjutnya ini seorang dokter dituntut untuk
memilki pengetahuan yang luas. Tidak hanya menyangkut masalah-masalah lain yang menyangkut
kehidupan sosial yang berada disekita dokter itu sendiri. Terkait dengan berbagai gaya kehidupan
yang timbul di masyarakat seperti diet yang seimbang,kepastian keselamatan dalam
bekerja,penghargaan terhadap lingkungan serta hal-hal lain yang menyangkut dengan dunia
kesehatan. Harus disadari bahwa kebanyakan bagian dari masyarakat sudah mulai menyingkirkan
resiko-resiko yang hadir jika menyepelekan kesehatan karena tingkah laku mereka sendiri,disinilah
peran dokter itu nsendiri untuk mensosialisasikannnya dan disitulah terlihat poeran dokter sebagai
seorang communicator.

Community Leader
Membantu mengambil keputusan dalan ikhwal kemasyarakatan, utamanya kesehatan dan kedokteran
keluarga, sebagai pemantau, penelaah ikhwal kesehatan dan kedokteran keluarga. Dokter mengambil
peranan penting dalam pengambilan keputusan bukan hanya menyangkut masalah-masalah
kesehatan tetapi juga menyangkut masalah sosial kemasyarakatan lainnya. Masih sering kita
temukan kenyataan di daerah-daerah bahwa posisi seorang dokter mendapatkan penghargaan yang
sangat tinggi dimata masyarakat. Banyak bagian dari masyarakat mengkonsultasikan berbagai
masalah di dalamnya kepada seorang dokter walaupun permasalahan tersebut tidak ada sama sekali
kaitannya dengan dunia kesehatan. Hal ini membuktikan bahwa posisi seorang dokter masih
dipercaya sebagai sebuah posisi yang sakral dalam sebuah lingkungan masyarakat.
Manager
Ia berkemampuan untuk berkolaborasi dalam kemitraan, dalam ikhwal penanganan kesehatan dan
kedokteran keluarga. Untuk mengkolaborasikan kemampuan dokter-dokter sebelumnya dibutuhkan
kemampuan managerial skill. Hal ini diperluakn untuk mengkondisikannya ke arah yang lebih baik.
Kemampuan managerial ini juga dapat menggabungkan metode lam dan metode baru sehingga dapat
bersinkronisasi.sehingga untuk penyelesaian masalah-masalah ntertentu dapat lebih maksimal.
Di University of Califonia at Irvine, Medical Center, Medical Group, Dokter keluarga,
"the five star doctors" (dokter keluarga di Amerika Serikat biasanya berbasis hospital)
dilukiskan sebagai: para dokter yang bekerja dan terlatih khusus untuk pelayanan kedokteran
tingkat pertama (front lines) dalam hal-hal pencegahan, diagnosis dan pengobatan. Mereka
adalah para dokter yang pandai-cerdas, senantiasa mendengarkan dengan seksama, mengerti akan
ucapan, keinginan dan keluhan pasiennya. Mereka dapat bercakap-cakap dalam bahasa pasiennya
dalam suasana kekeluargaan dan senantiasa siap melayani kebutuhan pasiennya. Baik dalam
keadaan sehat maupun dalam keadaan sakit. Mereka dapat merujuk pasiennya ke pelayanan dokter
tingkat kedua, pada saat yang tepat atau atas kehendak pasiennya. Mereka bekerja dengan sistem
pencatatan dokter yang baik, mempunyai staf yang terlatih untuk hal-hal demikian.
Demikian dokter keluarga di dalam sistem ini, diharapkan dapat menjadi "ujung tombak" dalam
sistem pelayanan kedokteran yang berhadapan langsung dengan masyarakat yang membutuhkan
pelayanan kedokteran tingkat pertama, dan pada saat yang tepat bekerja sama dengan pelayanan
kedokteran tingkat kedua. Tugas, fungsi dan wewenang di atas dijabarkan dalam bentuk kompetensi-
kompetensi (competency-based), yang dimiliki oleh mereka masing-masing dalam suatu sistem
pendidikan yang terancang dan terencana. Sesungguhnya apa yang saya lukiskan ini merupakan
sistem dokter keluarga generik, yang tidak dapat dipisahkan dengan sistem atau sub sistem lain yang

ikut mempengaruhinya. Seperti sistem pendanaan yang cukup rumit dan unik, sistem pendidikan
kedokteran dan sistem lain seperti yang dilukiskan di dalam the Mandala of Health.
Peran masyarakat termasuk perwakilannya di DPR dan DPRD, peran profesi, institusi pendidikan
kedokteran dan peran pemerintah sangat banyak mempengaruhi terwujudnya/terbentuknya
kesisteman ini dengan terencana dan nyata. Di dalam kesisteman inilah "the five star doctor" itu
berpamrih/berdedikasi dalam dan dengan kemartabatannya itu.
Faktor lingkungan
1. Lingkungan fisik dan non fisik
Faktor lingkungan dapat berupa lingkungan fisik, lingkungan biologis, atau lingkungan sosial
ekonomi.7
1) Lingkungan fisik: Antara lain ialah geografik dan keadaan musim. Misalnya, negara yang
beriklim tropis mempunyai pola penyakit yang berbeda dengan negara yang beriklim dingin
atau subtropics. Demikian pula antara negara maju dengan negara berkembang. Dalam satu
negara pun dapat terjadi perbedaan pola penyakit, misalnya antara daerah pantai dan daerah
pergunungan atau antara kota dan desa.
2) Lingkungan biologis: Semua makhluk hidup yang berada di sekitar manusia yaitu flora dan
fauna, termasuk manusia. Misalnya, wilayah dengan flora yang berbeda akan mempunyai
pola penyakit yang berbeda. Faktor lingkungan biologis ini selain bakteri dan virus
pathogen, ulah manusia juga mempunyai peran yang penting dalam terjadinya penyakit,
bahkan dapat dikatakan penyakit timbul karena ulah manusia.2
Lingkungan sosial ekonomi: Pekerjaan yang berhubungan dengan zat kimia seperti pestisida
atau zat fizika seperti zat radioaktif atau zat yang bersifat karsinogen seperti asbes akan
memudahkan terkena penyakit akibat pemaparan terhadap zat-zat tersebut. Urbanisasi pula
dapat menimbulkan berbagai masalah sosial seperti kepadatan penduduk dan timbulnya
daerah kumuh, perumahan, pendidikan, dan sampah dan tinja yang akan mencemari air
minum dan lingkungan. Lingkungan demikian merupakan penunjang terjadinya berbagai
macam penyakit infeksi. Perkembangan ekonomi juga sangat mempengaruhi status
kesehatan. Peningkatan ekonomi rakyat akan mengubah pola konsumsi yang cenderung
memakan makanan yang mengandung banyak kolesterol. Keadaan ini memudahkan

timbulnya penyakit hipertensi dan penyakit jantung sebagai akibat kadar kolesterol darah
yang meningkat. Sebaliknya, bila tingkat ekonomi rakyat rendah, akan timbul masalah
perumahan yang tidak sehat, kurang gizi, dan lain-lain yang memudahkan timbulnya
penyakit. Selain itu, terjadinya bencana alam akan mengubah sistem ekologi yang tidak
dapat diramalkan sebelumnya. Misalnya, gempa bumi, banjir, meletusnya gunung berapi,
dan perang yang akan menyebabkan kehidupan penduduk yang terkena bencana menjadi
tidak teratur. Keadaan ini memudahkan timbulnya berbagai penyakit infeksi.7
Problem solving cycle
Definisi Problem solving cycle (siklus solusi masalah) adalah proses mental yang melibatkan
penemuan masalah, analisis dan pemecahan masalah. Tujuan utama dari pemecahan masalah adalah
untuk mengatasi kendala dan mencari solusi yang terbaik dalam menyelesaikan masalah.3
Problem Solving merupakan gabungan dari alat, keterampilan dan proses. Disebut
alat karena dapat membantu dalam memecahkan masalah mendesak atau untuk mencapai tujuan,
disebut skills karena sekali mempelajarinya maka dapat menggunakannya berulang kali, disebut
proses karena melibatkan sejumlah langkah.
Problem solving cycle merupakan proses yang terdiri dari langkah – langkah
berkesinambunganyang terdiri dari analisa situasi, perumusan masalah secara spesifik, penentuan
prioritas masalah, penentuan tujuan, memilih alternatif terbaik, menguraikan alternatif terbaik
menjadi rencana operasional dan melaksanakan rencana kegiatan serta mengevaluasi hasil
kegiatan.4
Langkah-langkah dalam problem solving cycle ini yaitu :
1. Analisis situasi
2. Identifikasi masalah
3. Prioritas masalah
4. Alternatif solusi

5. Pelaksanaan solusi terpilih
6. Evaluasi solusi yang dilaksanakan
Konsep HL Blum
Analisis situasi terdiri dari analisis derajat kesehatan, analisis aspek kependudukan, analisis
pelayanan/upaya kesehatan, analisis perilaku kesehatan, dan analisis lingkungan.1
Statuskesehatan
Lingkungan
Perilaku
genetika
Pelayanan kesehatan

Analisa Derajat Kesehatan. Analisa derajat kesehatan akan menjelaskan masalah
kesehatan apa yang dihadapi . Analisis ini akan menghasilkan ukuran-ukuran derajat kesehatan
secara kuantitatif, penyebaran masalah menurut kelompok umur penduduk, menurut tempat dan
waktu . Pendekatan yang digunakan adalah pendekatan epidemologis . Ukuran yang digunakan
adalah angka kematian (mortalitas) dan angka kesakitan (morbiditas).
Angka kematian bayi
Penelitian menunjukkan bahwa IMR sangat erat kaitannya dengan kualitas lingkungan
hidup, gizi masyarakat, keadaan sosial ekonomi. Tingginya IMR menunjukkan bobot masalah
mengenai perinatal,: komplikasi kehamilan, perawatan kehamilan, komplikasi persalinan dan
perawatan bayi
Angka kematian balita
Kematian balita sangat berkaitan dengan kualitas sanitasi rumah tangga dan keadaan gizi
anak
Angka kematian menurut penyebab (CSDR)
berguna untuk melihat penyebab-penyebab atau penyakit apa yang menjadi penyebab
utama angka kematian
Incidence rate

jumlah kasus baru suatu penyakit tertentu yang terjadi dalam suatu kelompok masyarakat
tertentu, dalam masa waktu tertentu pula.
Prevalence rate
jumlah orang yang menderita sakit pada umumnya atau menderita penyakit tertentu dalam
suatu kelompok penduduk tertentu dalam suatu masa tertentu.
Case Fatality Rate
Analisis kependudukan
Manfaat analisis kependudukan adalah sebagai denominator ukuran masalah kesehatan,
prediksi beban upaya/program kesehatan, dan prediksi masalah kesehatan yang dihadapi.
Ukuran demografis yang digunakan dalam analisis kependudukan :
Jumlah penduduk
Kesuburan : angka kelahiran kasar, angka kesuburan
Kesehatan : angka kematian kasar, angka kematian menurut kelompok umur
Laju petumbuhan penduduk
Struktur umur
Angka ketergantungan
Distribusi penduduk
Mobilitas penduduk
Analisis pelayanan kesehatan

Pelayanan atau upaya kesehatan meliputi upaya promotif, preventif, kuratif maupun
rehabilitatif . Analisis ini menghasilkan data atau informasi tentang input, proses, out put dan
dampak dari pelayanan kesehatan .Input meliputi aspek ketenagaan kesehatan, biaya, sarana dan
prasarana kesehatan .Proses meliputi pengorganisasian, koordinasi, dan supervisi. Sementara
Output meliputi cakupan pelayanan dan pemanfaatan pelayanan kesehatan.5
Analisis perilaku kesehatan
Analisis ini memberikan gambaran tentang pengetahuan, sikap dan perilaku masyarakat
sehubungan dengan kesehatan maupun upaya kesehatan . Dapat menggunakan teori pengetahuan,
sikap praktek, atau health belief model atau teori lainnya. Analisis perilaku kesehatan meliputi
pemberian pelayanan kesehatan, pola pencarian pelayanan kesehatan, penanganan penyakit, peran
serta masyarakat atau ukbm, dan tentang kesehatan ibu dan anak
Analisis lingkungan
Analisis lingkungan meliputi analisis lingkungan fisik, biologis, dan social. Analisis
lingkungan fisik dapat berupa penyediaan air bersih, keadaan rumah dan pekarangan (ventilasi,
lantai, pencahayaan maupun kebisingan), penanganan limbah rumah tangga dan limbah industry.
Analisis lingkungan biologis mengambarkan vektor penyakit, ternak dan sebagainya. Analisis
sosial budaya menggambarkan gotong royong dalam penanganan masalah kesehatan.
I. Identifikasi masalah7
Masalah merupakan kesenjangan (gap) antara harapan dengan kenyataan. Cara perumusan
masalah yang baik adalah kalau rumusan tersebut jelas menyatakan adanya kesenjangan.
Kesenjangan tersebut dikemukakan secara kualitatif dan dapat pula secara kuantitatif

Penentuan masalah dapat dengan cara membandingkan dengan yang lain, memonitor tanda-
tanda kelemahan, membandingkan capaian saat ini dengan tujuan atau dengan capaian sebelumnya,
Checklist, brainstorming dan dengan membuat daftar keluhan.
Penyebab masalah dapat dikenali dengan menggambarkan diagram sebab akibat atau
diagram tulang ikan. Diagram tulang ikan(diagram Ishikawa) adalah alat untuk menggambarkan
penyebab-penyebab suatu masalah secara rinci.Diagram ini memberikan gambaran umum suatu
masalah dan penyebabnya. Diagram tersebut memfasilitasi tim untuk mengidentifikasi sebab
masalah sebagai langkah awal untuk menentukan focus perbaikan, mengembangkan ide
pengumpulan data dan/atau mengembangkan alternatif solusi
II. Penentuan prioritas masalah
Penentuan prioritas masalah kesehatan adalah suatu proses yang dilakukan oleh sekelompok
orang dengan menggunakan metode tertentu untuk menentukan urutan masalah dari yang paling
penting sampai yang kurang penting. Penentuan prioritas masalah dapat menggunakan metode
delbeg, metode hanlon, metode delphi, metode USG , metode pembobotan dan metode dengan
rumus
Langkah penentuan prioritas masalah terdiri dari :
Menetapkan kriteria
Memberikan bobot masalah
Menentukan skoring setiap masalah
III. Alternatif Solusi

Alternatif solusi dapat diketahui dengan metode brainstorming. Brainstorming merupakan
teknik mengembangkan ide dalam waktu yang singkat yang digunakan untuk mengenali adanya
masalah, baik yang telah terjadi maupun yang potensial terjadi, menyusun daftar masalah,
menyusun alternatif pemecahan masalah, menetapkan kriteria untuk monitoring, mengembangkan
kreativitas, dan menggambarkan aspek-aspek yang perlu dianalisis dari suatu pokok bahasan
IV. Pelaksanaan Solusi Terpilih
Solusi yang paling tepat dapat dipilih dengan menggunakan 2 cara yaitu teknik skoring
dan non skoring. Pada teknik skoring dilakukan dengan memberikan nilai (skor) terhadap
beberapa alternatif solusi yang menggunakan ukuran (parameter). Pada teknik non scoring
alternative solusi didapatkan melalui diskusi kelompok sehingga teknik ini disebut juga
nominal group technique (NGT)
PARAMETER SKORING
Realistis.
Dapat dikelola (manageable).
Teknologi yang tersedia dalam melaksanakan solusi (technical feasiblity).
Sumber daya yang tersedia yang dapat digunakan untuk melaksanakan solusi
(resources availability).
SKORING

Masing-masing ukuran tersebut diberi nilai berdasarkan justifikasi kita, bila alternative solusi
tersebut realistis diberi nilai 5 paling tinggi dan bila sangat kecil diberi nilai 1. Kemudian nilai-
nilai tersebut dijumlahkan. Alternatif solusi yang memperoleh nilai tertinggi (terbesar) adalah
yang diprioritaskan, masalah yang memperoleh nilai terbesar kedua memperoleh prioritas kedua
dan selanjutnya.
NON SKORING
Memilih prioritas masalah dengan mempergunakan berbagai parameter, dilakukan bila tersedia
data yang lengkap. Bila tidak tersedia data, maka cara menetapkan prioritas masalah yang lazim
digunakan adalah tekhnik non skoring.
Teknik Non Skoring
Delphi Technique
Yaitu alternatif solusi didiskusikan oleh sekelompok orang yang mempunyai
keahlian yang sama. Melalui diskusi tersebut akan menghasilkan solusi paling mungkin
bagi pemecahan masalah yang disepakati bersama.
Delbeq Technique
Menetapkan solusi paling mungkin melalui diskusi kelompok namun peserta diskusi
terdiri dari para peserta yang tidak sama keahliannya maka sebelumnya dijelaskan dulu
sehingga mereka mempunyai persepsi yang sama terhadap alternatif solusi terhadap
masalah yang akan dibahas. Hasil diskusi ini adalah solusi paling mungkin bagi pemecahan
masalah yang disepakati bersama.

Langkah-langkah implementasi solusi
Menyusun POA (Plan of Action)
Efektifitas
Efisiensi
Produktifitas
V. Evaluasi Solusi Yang Dilaksanakan
Hasil yang dicapai sesuai dengan rencana (masalah terpecahkan)
Terdapat kesenjangan antara berbagai ketetapan dalam rencana dengan hasil
yang dicapai (tidak seluruh masalah teratasi)
Hasil yang dicapai lebih dari yang direncanakan (masalah lain ikut terpecahkan)
DAFTAR PUSTAKA
1. W. Gulo. Penelitian sebagai proses ilmiah. Metodologi Penelitian. Hal 24-36.
2. W. Gulo. Desain penelitian. Metodologi Penelitian. Hal 98-107.
3. Eko Budiarto. Penelitian deskriptif. Metodologi Penelitian Kedokteran. Penerbit Buku
Kedokteran EGC, Jakarta. 2002. Hal 28-57.
4. Eko Budiarto, Dewi Anggraeni. R. Tammy Maulany Dayyana (ed). Konsep epidemiologi.
Pengantar Epidemiologi. Edisi II. Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta, 2001. Hal 12.
5. Thomas C. Thimmreck. Alih bahasa oleh Munaya Fauziah, Apriningsih, Paulpi Widyatsui,
Mulia Sugiarti, Ratnawati. Morbiditas dan mortalitas rate dan rasio. Epidemiologi: Suatu
Pengantar. Edisi II. Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta, 2001. Hal 93-126.
6. Syafrudin, Hamidah. Monica Ester, Esty Wahyuningsih (ed). Pelayanan antenatal. Kebidanan
Komunitas. Penerbit Buku Kedokteran EGC, 2007. Hal 221-36.

7. Eko Budiarto, Dewi Anggraeni. R. Tammy Maulany Dayyana (ed). Konsep epidemiologi.
Pengantar Epidemiologi. Edisi II. Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta, 2001. Hal 16-17.