Fungisida Yuni Toksikologi
-
Upload
yuni-lasta -
Category
Documents
-
view
72 -
download
3
Transcript of Fungisida Yuni Toksikologi
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pangan berkaitan dengan cara-cara produksi organik atau non organik hanya
apabila pangan tersebut berasal dari sebuah sistem pertanian organik yang menerapkan
praktek-praktek manajemen yang bertujuan untuk memelihara ekosistem untuk mencapai
produktivitas yang berkelanjutan, dan melakukan pengendalian gulma, hama dan
penyakit, melalui berbagai cara seperti daur ulang residu tumbuhan dan ternak, seleksi
dan pergiliran tanaman, manajemen pengairan, pengolahan lahan dan penanaman serta
penggunaan bahan-bahan hayati. Kesuburan tanah dijaga dan ditingkatkan melalui suatu
sistem yang mengoptimalkan aktivitas biologis tanah dan keadaan fisik dan mineral tanah
yang bertujuan untuk menyediakan suplai nutrisi yang seimbang bagi kehidupan
tumbuhan dan ternak serta untuk menjaga sumberdaya tanah.
Produksi harus berkesinambungan dengan menempatkan daur ulang nutrisi
tumbuhan sebagai bagian penting dari strategi penyuburan tanah. Manajemen hama dan
penyakit dilakukan dengan merangsang adanya hubungan seimbang antara
inang/predator, peningkatan populasi serangga yang menguntungkan, pengendalian
biologis dan kultural serta pembuangan secara mekanis hama maupun bagian tumbuhan
yang terinfeksi.
Dasar budidaya ternak secara organik adalah pengembangan hubungan secara
harmonis antara lahan, tumbuhan dan ternak, serta penghargaan terhadap kebutuhan
fisiologis dan kebiasaan hidup ternak. Hal ini dipenuhi melalui kombinasi antara
penyediaan pakan yang ditumbuhkan secara organik yang berkualitas baik, kepadatan
populasi ternak yang cukup, sistem budidaya ternak yang sesuai dengan tuntutan
kebiasaan hidupnya, serta cara-cara pengelolaan ternak yang dapat mengurangi stress dan
berupaya mendorong kesejahteraan serta kesehatan ternak, pencegahan penyakit dan
menghindari penggunaan obat hewan kolompok sediaan farmasetika jenis kemoterapetika
(termasuk antibiotika).
Pestisida atau bahan pembasmi serangga dan penyskit kini digunakan secara luas
oleh masyarakat petani. Pestisida, selain merupakan alat pembasmi serangga, juga
merupakan racun yang dapat membahayakan kesehatan manusia. Karena itu perlu
ditangani dengan baik dan hati-hati. Pestisida yang biasa kita dapat di pasar adalah dalam
bentuk cair, tepung atau butiran. Ketiganya sama berbahayanya bagi kesehatan. Pestisida
dapat masuk ke dalam tubuh melalui kulit, pernapasan, mulut, dan mata Dalam laporan
laporan praktikum ini akan dibahas lebih jauh apa sebenarnya jenis pestisida khususnya
fungisisda serta hal-hal yang terkait didalamnya
B. Tujuan
Tujuan dari praktikum ini adalah :
1. Untuk mengetahui fungisida tersebut
2. Untuk mengatahui aplikasi dalam fungisida pada praktikum
BAB II
METODOLOGI PERCOBAAN
A. Alat dan Bahan
Alat dan bahan yang digunakan pada praktikum ini adalah:
Alat :
1. Kertas gambar
2. Pensil/pena gambar
Bahan :
• Jenis-jenis Pestisida
B. Cara Kerja
Untuk cara kerja praktikum kali ini cukup sederhana
• Siapkan jenis-jenis pestisida yang akan diamati
• Siapkan kertas gambar dan alat tulisnya
• Setelah keduanya siap maka amati satu persatu jenis pestisida tersebut
• Tulis nama, bahan aktif dan sebagainya pada pestisida atau pelabelan
pada pestisida
BAB III
PEMBAHASAN
A. Hasil Pengamatan
B. Pembahasan
Cupravit OB 21
Grup : Fungisida
Bahan Aktif : Copper oxychloride 50%
Ukuran Kemasan : 1 kg
Fungisida kontak berspektrum luas dan dapat mengontrol berbagai penyakit tanaman. Harus
dipergunakan dengan cara penyemprotan di awal pertumbuhan sebagai perlindungan sebelum
penyakit menyerang daun atau buah. Penyemprotan harus diulang untuk menghindari terjadinya
pengulangan infeksi dan menyebarnya penyakit dan untuk melindungi daun muda serta pucuk
baru.
Rekomendasi:
Tanaman Masalah Dosis Aplikasi
Cokelat
Pod rot
Phytophthora palmivora 4 g/l Foliar spray, dengan volume air 500 l/ha. Aplikasikan pada gejala
yang timbul, dengan interval 7 hari
Cabai
Leaf Spot
Cercospora sp. 1-2 g/l Foliar spray, dengan volume air 500-1000 l/ha. Aplikasikan pada gejala
yang timbul, dengan interval 7 hari
Cabai
Anthracnose
Colletotrichum capsici 2 g/l Foliar spray, dengan volume air 00-1000 l/ha. Aplikasikan pada
gejala yang timbul, dengan interval 7 harI
Jeruk
Powdery mildew
Oidium tingitaninum 4 g/l Foliar spray, dengan volume air 500 l/ha. Aplikasikan pada gejala
yang timbul, dengan interval 5-7 hari
Kopi
Rust
Hemileia vastatrix 4 g/l Foliar spray, dengan volume air 500 l/ha. Aplikasikan pada gejala yang
timbul, dengan interval 5-7 hari.
Anggur Downy mildew
Plasmopara viticola 1,5 - 3 g/l Foliar spray, dengan volume air 500 l/ha. Aplikasikan pada gejala
yang timbul, dengan interval 5-7 hari.
Kacang Leaf Spot
Cercospora arachidicola, Cercospora personata 4 g/l Foliar spray, dengan volume air 500 l/ha.
Aplikasikan pada gejala yang timbul, dengan interval 10 hari, dan 3-4 kali interval
pengampilaksian.
Teh
Blister blight
Exobasidium vexans 300-500 g/ha Foliar spray, dengan volume air 250-500 l/ha. Aplikasikan
satu hari setelah pengambilan daun, dengan 5-7 hari interval.
Tembakau
Damping off
Pythium sp. 5 g/l (nursery) Foliar spray, dengan volume air 600-800 l/ha. Aplikasikan pada
gejala yang timbul, dengan interval 3 hari.
Racun dan Info Keamanan
Keracunan LD50
Oral, rat : >1000 mg/kg
Dermal, rat : >5000 mg/kg
Peringatan Bahaya
Peringatan Bahaya Tidak Diperlukan
Gejala Keracunan
Gejala Gastroenteritic, kerusakan pada selaput mucous dari sistemgastrointestinal,
kerusakan pada pembuluh kapiler, dehidrasi dan kehilangan elektrolit.
Penawar Racun
Belum diketahui
Pertolongan Pertama
Informasi Umum
Pindahkan korban dari daerah bahaya. Buka baju yang terkena racun
Bila Terhisap
Pindahkan korban ke udara bersih, segera hubungi dokter.
Bila Terkena Kulit
Segera cuci kulit dengan air dan sabun yang banyak kemudian cari bantuan medis
Bila Terkena Mata
Cuci mata dengan air, konsultasikan dengan ahli mata.
Bila Tertelan
Langsung hubungi dokter
Informasi Untuk Dokter
perawatan yang harus dilakukan: pertolongan dasar, dekontaminasi, perawatan pada gejala.
Pemberian potassium hexacyanoferrate (II) dalam ukuran satu sendok kecil penuh.
Aliette 100 SA
Informasi Produk
Aliette fungisida merek ® memberikan benar, perlindungan dua arah sistemik terhadap
Phytophthora, penyakit bulai dan penyakitlainnya. Dengan beberapa mode aksi, Aliette serangan
patogenpada tahap pertumbuhan ganda untuk pengendalian penyakit lebih baik secara
keseluruhan. Dan tindakan yang unik ganda tidak hanya serangan dan jamur kontrol pada
kontak, tetapi jugamerangsang mekanisme sendiri pabrik pertahanan.
Terdaftar Tanaman : Sayuran berdaun, Buah Batu, POME Buah, Pohon Kacang, Jeruk, Berbuah
Sayuran.
Kunci Produk Manfaat
Beberapa modus tindakan untuk mengendalikan penyakit sayurandahsyat termasuk penyakit
bulai
Serangan patogen pada tahap pertumbuhan ganda, untuk pengendalian penyakit lebih baik secara
keseluruhan. Kegiatan sistemik memungkinkan untuk melakukan perjalanan ke atas dan ke
bawah. Diseluruh pabrik, menciptakan penghalanglengkap perlindungan sementara mencegah
mencuci-off
Spora menghambat produksi, sehingga mencegah penularanpenyakit untuk tanaman tetangga
Fungisida sistemik yang melindungi kualitas dan hasil panen untukhasil yang lebih baik atas
investasi.
Alliete 80 WP
Aluminium fosetil : 80 %, Fungisida sistemik, berbentuk tepung yang dapat disuspensikan
Untuk jenis tanaman
a. Lada :Penyakit busuk pangkal batang Phytophthora palmivora;
Penyemprotan volume tinggi :1 – 2 g/l
b. Nenas : Penyakit busuk hati dan busuk akar Phytophthora cinnamomi
Penyemprotan volume tinggi :1,5 – 3 kg/ha
Diproduksi oleh PT Bayer Indonesia Tbk. BG Crop Protection dengan nomor RI. 461/5-2004/T.
Anvil 50 SC
Fungisida sistemik berbentuk suspensi, berwarna putih kecoklat-coklatan untuk mengendalikan
penyakit pada tanaman apel, bawang merah, bawang putih, cabai, jambu mete, kacang tanah,
karet, kedelai kopi, padi, pisang, semangka dan tomat.
Bahan Aktif : heksakonazol 50g/l
No. : RI. 896/1-90/T
Aplikasi : Penyiraman pada akar/ leher akar dengan selang waktu 6 bulan.
Penyimpanan : disimpan ditempat tertutup, sejuk, jauh dari api dengan suhu yang tinggi
Petunjuk pertolongan : Tanggalkan pakaian, cuci mata bila terkena mata dengan air bersih, cuci
tangan dengan air dan sabun.
Rovral® 50 WP
Grup : Fungisida
Bahan Aktif : iprodion 50%
Ukuran Kemasan : 100 g
Rovral adalah fungisida pelindung yang mengandung iprodion sebagai bahan aktif. Sangay
efektif untuk melawan jenis jamur yang tahan dengan benzimidazole. Rovral diaplikasikan
sebelum penyakit menyerang, namun bisa juga dipergunakan untuk desinfektan pada bibit.
Rovral juga telah memperlihatkan hasil terbatas dengan cara kerja sistematis menemukan sumber
masalah di tanah berumput dan tanaman lain. Iprodione berfungsi dengan baik ketika
diaplikasikan sebagai fungisida untuk pencegahan namun dalam beberapa kasus dapat juga
dipergunakan untuk mengatasi masalah yang sudah terjadi dengan proses yang sistematis.
Cara Kerja
Iprodione mempengaruhi semua tahapan dalam siklus perkembangan jamur: penyemaian spora,
pertumbuhan mycelia dan produksi spora. Dalam level biokimia, penelitian terakhir
menunjukkan bahwa iprodione mungkin dapat menghalangi kinases protein dan kemudian
merintangi sinyal intra-cellular yang mengontrol fungsi-fungsi sel. Termasuk penyebaran
karbohidrat ke unsur-unsur pokok sel jamur. Iprodion efektif melawan beragam pathogen
tanaman dari jenis: Alternaria, Botrytis, Fusarium, Helmintosporium, Rhizoctonia, Sclerotinia,
Sclerotium, Septoria.
Ketika dipergunakan sebagai pelindung bibit untuk brassicas, ornamental species akan
menembus lapisan pelindung bibit dan membasmi infeksi yang disebabkan oleh Alternaria dan
Phoma spp.
Iprodione telah menunjukkan kerja sistematis di tanah berumput dengan spesies Poa annua.
Perawatan sebelum penanaman untuk kentang akan melindungi tanaman yang tumbuh dari by
soil-borne Rhizoctonia spp.
Bekerja aktif untuk pathogen yang termasuk jenis Botrytis, Monilia, Sclerotinia, Alternaria,
Corticium, Fusarium, Helminthosporium, Penicillium, Rhizoctonia.
Kelebihan Produk
* Standar yang dapat dipercaya untuk mengontrol Alternaria porri
* Dapat dicampur dengan fungisida lainnya
* Dapat ditoleransi dengan baik oleh tanaman
Rekomendasi:
Tanaman Masalah Dosis Aplikasi
Bawang merah
Puple Blotch
Alternaria porri 2 kg/ha Foliar spray, dengan volume air 500-1000 l/ha. Aplikasikan pada gejala
yang timbul, dengan interval 5-7 hari. Direkomendasikan untuk mencampur dengan Antracol
dengan konsentrasi Antracol 3 g/l + Rovral 0.3 g/l.
Kentang
Late Blight
Phytophthora infestans 2 ? 4 g/l Foliar spray, dnegan volume air 750-1000 l/ha. Aplikasikan pada
gejala yang timbul dengan interval selama 5-7 hari.
Tomat
Late Blight
Phytophthora infestans 1 ? 2 g/l Foliar spray, dnegan volume air 750-1000 l/ha. Aplikasikan pada
gejala yang timbul dengan interval selama 5-7 hari.
Racun dan Info Keamanan
Keracunan LD50
Oral, rat : >2000 mg/kg
Dermal, rat : >2000mg/kg
Peringatan Bahaya
Efek yang dapat menyebabkan kanker minimum.Sangat beracun untuk organisme air. Dapat
menyebabkan efek yang merugikan bagi lingkungan air.
Gejala Keracunan
Tidak ada gejala khusus
Penawar Racun
Belum diketahui
Pertolongan Pertama
Informasi Umum
Pindahkan korban dari daerah bahaya. Buka baju yang terkena racun
Bila Terkena Kulit
Segera cuci kulit dengan air dan sabun yang banyak
Bila Terkena Mata
Bersihkan mata dengan air. Konsultasikan dengan spesialis mata.
Informasi Untuk Dokter
perawatan yang harus dilakukan :pertolongan dasar, dekontaminasi, perawatan pada gejala.
Delsene MX-200
Nama dagang : Delsene MX-200
Nama bahan aktif : karbendazim dan mankozeb
Volume : 100 gram
Jenis pestisida : Fungisisda
No. : RI. 328/2-80/T
Tanda bahaya : Bahan iritasi
Tanaman Penyakit Dosis Konsentrasi
Kacang tanah Corcospora 1.0-2.0 gr/lt Gr/10 lt air
Aplikasi : dengan penyemprotan
Penyimpanan : ditempat yang aman
Petunjuk pertolongan : Tanggalkan pakaian, cuci mata bila terkena mata dengan air bersih.
Ridomil 35 SD
Nama dagang: Ridomil 35 SD
Bahan aktif : Metaloksil 35 %
Volume : 20x5 gram
Jenis Pestisida: Fungisida
No. : RI. 450/9-90/T
Tanda bahaya : tidak ada
Tanaman Penyakit Dosis
Jagung Bulai ( sclerospora maydis) 5 gram dilarutkan dengan 7.5 ml air
Aplikasi : prantanam dengan merendam benih
Penyimpanan : disimpan ditempat yang aman
Petunjuk pertolongan : Tanggalkan pakaian, cuci mata bila terkena mata dengan air bersih, cuci
tangan dengan air dan sabun.
Orthocide 50 WP
Nama dagang : Orthocide 50 WP
Bahan aktif : kaptan 50 %
Volume : 200 gram
Jenis pestisida : Fungisida
No. : RI. 19/1-90/T
Tanda bahaya :
Tanaman Penyakit Dosis Waktu
The Exobasidium vexans 20-30 gram 7-10 hari setelah penanaman
Aplikasi : disemprotkan
Penyimpanan : disimpan ditempat tertutup, sejuk, jauh dari api dengan suhu yang tinggi
Petunjuk pertolongan : Tanggalkan pakaian, cuci mata bila terkena mata dengan air bersih, cuci
tangan dengan air dan sabun
• Pestisida
Pestisida adalah bahan yang digunakan untuk mengendalikan, menolak, memikat, atau
membasmi organisme pengganggu. Nama ini berasal dari pest ("hama") yang diberi akhiran -
cide ("pembasmi"). Sasarannya bermacam-macam, seperti serangga, tikus, gulma, burung,
mamalia, ikan, atau mikrobia yang dianggap mengganggu. Pestisida biasanya, tapi tak selalu,
beracun. dalam bahasa sehari-hari, pestisida seringkali disebut sebagai "racun". 1
Pestisida adalah sebutan untuk semua jenis obat (zat/bahan kimia) pembasmi hama yang
ditujukan untuk melindungi tanaman dari serangan-serangga, jamur, bakteri, virus dan hama
lainnya seperti tikus, bekicot, dan nematoda (cacing).
1.Wikipedia-org
Walaupun demikian, istilah pestisida tidak hanya dimaksudkan untuk racun pemberantas hama
tanaman dan hasil pertanian, tetapi juga racun untuk memberantas binatang atau serangga dalam
rumah, perkantoran atau gudang, serta zat pengatur tumbuh pada tumbuhan di luar pupuk.
Penggunaan pestisida tanpa mengikuti aturan yang diberikan membahayakan kesehatan manusia
dan lingkungan, serta juga dapat merusak ekosistem. Dengan adanya pestisida ini, produksi
pertanian meningkat dan kesejahteraan petani juga semakin baik. Karena pestisida tersebut racun
yang dapat saja membunuh organisme berguna bahkan nyawa pengguna juga bisa terancam bila
penggunaannya tidak sesuai prosedur yang telah ditetapkan.
Pestisida yang biasa digunakan para petani dapat digolongkan menurut beberapa:
A. Berdasarkan Fungsi/sasaran penggunaannya, pestisida dibagi menjadi 6 jenis yaitu:
• Insektisida adalah pestisida yang digunakan untuk memberantas serangga seperti belalang,
kepik, wereng, dan ulat. Insektisida juga digunakan untuk memberantas serangga di rumah,
perkantoran atau gudang, seperti nyamuk, kutu busuk, rayap, dan semut. Contoh : basudin,
basminon, tiodan, diklorovinil dimetil fosfat, diazinon,dll.
• Fungisida adalah pestisida untuk memberantas/mencegah pertumbuhan jamur/ cendawan
seperti bercak daun, karat daun, busuk daun, dan cacar daun. Contoh : tembaga oksiklorida,
tembaga (I) oksida, carbendazim, organomerkuri, dan natrium dikromat.
• Bakterisida adalah pestisida untuk memberantas bakteri atau virus. Salahsatu contoh
bakterisida adalah tetramycin yang digunakan untuk membunuh virus CVPD yang meyerang
tanaman jeruk. Umumnya bakteri yang telah menyerang suatu tanaman sukar diberantas.
Pemberian obat biasanya segera diberikan kepada tanaman lainnya yang masih sehat sesuai
dengan dosis tertentu.
• Rodentisida adalah pestisida yang digunakan untuk memberantas hama tanaman berupa hewan
pengerat seperti tikus. Lazimnya diberikan sebagai umpan yang sebelumnya dicampur dengan
beras atau jagung. Hanya penggunaannya harus hati-hati, karena dapat mematikan juga hewan
ternak yang memakannya. Contohnya : Warangan.
• Nematisida adalah pestisida yang digunakan untuk memberantas hama tanaman berupa
nematoda (cacing). Hama jenis ini biasanya menyerang bagian akar dan umbi tanaman.
Nematisida biasanya digunakan pada perkebunan kopi atau lada. Nematisida bersifat dapat
meracuni tanaman, jadi penggunaannya 3 minggu sebelum musim tanam. Selain memberantas
nematoda, obat ini juga dapat memberantas serangga dan jamur. Dipasaran dikenal dengan nama
DD, Vapam, dan Dazomet.
• Herbisida adalah pestisida yang digunakan untuk membasmi tanaman pengganggu (gulma)
seperti alang-alang, rerumputan, eceng gondok, dll. Contoh ammonium sulfonat dan
pentaklorofenol.
Fungisida adalah pestisida yang secara spesifik membunuh atau menghambat cendawan
penyebab penyakit. Fungisida dapat berbentuk cair (paling banyak digunakan), gas, butiran, dan
serbuk. Perusahaan penghasil benih biasanya menggunakan fungisida pada benih, umbi,
transplan akar, dan organ propagatif lainnya, untuk membunuh cendawan pada bahan yang akan
ditanam dan melindungi tanaman muda dari cendawan patogen. Selain itu, penggunaan fungisida
dapat digunakan melalui injeksi pada batang, semprotan cair secara langsung, dan dalam bentuk
fumigan (berbentuk gas yang disemprotkan). Fungisida dapat diklasifikasikan menjadi dua
golongan, yaitu fungisida selektif (fungisida sulfur, tembaga, quinon, heterosiklik) dan non
selektif (fungisida hidrokarbon aromatik, anti-oomycota, oxathiin, organofosfat, fungisida yang
menghambat sintesis sterol, serta fungisida sistemik lainnya).[1]
Simbol Bahaya
Simbol bahaya digunakan untuk pelabelan bahan-bahan berbahaya menurut Peraturan tentang
Bahan Berbahaya (Ordinance on Hazardeous Substances). Peraturan tentang Bahan Berbahaya
(Ordinance on Hazardeous Substances) adalah suatu aturan untuk melindungi/menjaga bahan-
bahan berbahaya dan terutama terdiri dari bidang keselamatan kerja. Arah Peraturan tentang
Bahan Berbahaya (Ordinance on Hazardeous Substances) untuk klasifikasi, pengepakan dan
pelabelan bahan kimia adalah valid untuk semua bidang, area dan aplikasi, dan tentu saja, juga
untuk lingkungan, perlindungan konsumer dan kesehatan manusia.
Istilah bahan berbahaya adalah nama umum dan menurut hukum bahan kimia (kemikalia)
(Chemicals Law) §19/2 didefinisikan sebagai
• Bahan berbahaya atau formulasi menurut hukum kemikalia (Chemicals Law) §3a,
• Bahan, formulasi dan produk dapat membentuk atau melepaskan bahan atau formulasi
berbahaya selama produksi atau penggunaan,
• Bahan, formulasi dan produk bersifat mudah meledak
Berikut adalah beberapa definisi yang dapat digunakan untuk memahami tentang masalah
hukum:
• Bahan/zat adalah unsur atau senyawa kimia – bagaimana terjadinya di alam atau diproduksi
dengan cara sintesis (misalnya asbes, bromin, etanol, timbal, dll)
• Formulasi adalah paduan, campuran atau larutan dari dua bahan atau lebih (misalnya cat,
larutan formaldehid dll)
• Produk adalah bahan/zat atau formulasi yang diperoleh atau terbentuk selama proses produksi.
Sifat-sifat ini lebik menentukan fungsi produk daripada komposisi kimianya
Bahan berbahaya yang didefinisikan di atas memiliki satu sifat atau lebih yang ditandai dengan
simbol-simbol bahaya. Simbol bahaya adalah piktogram dengan tanda hitam pada latar belakang
oranye, kategori bahaya untuk bahan dan formulasi ditandai dengan simbol bahaya, yang terbagi
dalam
• Resiko kebakaran dan ledakan (sifat fisika-kimia)
• Resiko kesehatan (sifat toksikologi) atau
• Kombinasi dari keduanya.
Berikut ini dijelaskan simbol-simbol bahaya termasuk notasi bahaya dan huruf kode (catatan:
huruf kode bukan bagian dari simbol bahaya).
Inflammable substances (bahan mudah terbakar)
Bahan mudah terbakar terdiri dari sub-kelompok bahan peledak, bahan pengoksidasi, bahan amat
sangat mudah terbakar (extremely flammable substances), dan bahan sangat mudah terbakar
(highly flammable substances). Bahan dapat terbakar (flammable substances) juga termasuk
kategori bahan mudah terbakar (inflammable substances) tetapi penggunaan simbol bahaya tidak
diperlukan untuk bahan-bahan tersebut.
Explosive (bersifat mudah meledak)
Huruf kode: E
Bahan dan formulasi yang ditandai dengan notasi bahaya „explosive“ dapat meledak dengan
pukulan/benturan, gesekan, pemanasan, api dan sumber nyala lain bahkan tanpa oksigen
atmosferik. Ledakan akan dipicu oleh suatu reaksi keras dari bahan. Energi tinggi dilepaskan
dengan propagasi gelombang udara yang bergerak sangat cepat. Resiko ledakan dapat ditentukan
dengan metode yang diberikan dalam Law for Explosive Substances
Di laboratorium, campuran senyawa pengoksidasi kuat dengan bahan mudah terbakar atau bahan
pereduksi dapat meledak . Sebagai contoh, asam nitrat dapat menimbulkan ledakan jika bereaksi
dengan beberapa solven seperti aseton, dietil eter, etanol, dll. Produksi atau bekerja dengan
bahan mudah meledak memerlukan pengetahuan dan pengalaman praktis maupun keselamatan
khusus. Apabila bekerja dengan bahan-bahan tersebut kuantitas harus dijaga sekecil/sedikit
mungkin baik untuk penanganan maupun persediaan/cadangan. Frase-R untuk bahan mudah
meledak : R1, R2 dan R3
Sebagai contoh untuk bahan yang dijelaskan di atas adalah 2,4,6-trinitro toluena (TNT)
Oxidizing (pengoksidasi)
Huruf kode: O
Bahan-bahan dan formulasi yang ditandai dengan notasi bahaya „oxidizing“ biasanya tidak
mudah terbakar. Tetapi bila kontak dengan bahan mudah terbakar atau bahan sangat mudah
terbakar mereka dapat meningkatkan resiko kebakaran secara signifikan. Dalam berbagai hal
mereka adalah bahan anorganik seperti garam (salt-like) dengan sifat pengoksidasi kuat dan
peroksida-peroksida organik.
Frase-R untuk bahan pengoksidasi : R7, R8 dan R9
Contoh bahan tersebut adalah kalium klorat dan kalium permanganat juga asam nitrat pekat.
Extremely flammable (amat sangat mudah terbakar) Huruf kode:F+Bahan-bahan dan formulasi
yang ditandai dengan notasi bahaya „extremely flammable “ merupakan likuid yang memiliki
titik nyala sangat rendah (di bawah 0o C) dan titik didih rendah dengan titik didih awal (di
bawah +35oC). Bahan amat sangat mudah terbakar berupa gas dengan udara dapat membentuk
suatu campuran bersifat mudah meledak di bawah kondisi normal.
Frase-R untuk bahan amat sangat mudah terbakar : R12
Contoh bahan dengan sifat tersebut adalah dietil eter (cairan) dan propane (gas)
Highly flammable (sangat mudah terbakar)
Huruf kode: F
Bahan dan formulasi ditandai dengan notasi bahaya ‘highly flammable’ adalah subyek untuk
self-heating dan penyalaan di bawah kondisi atmosferik biasa, atau mereka mempunyai titik
nyala rendah (di bawah +21oC). Beberapa bahan sangat mudah terbakar menghasilkan gas yang
amat sangat mudah terbakar di bawah pengaruh kelembaban. Bahan-bahan yang dapat menjadi
panas di udara pada temperatur kamar tanpa tambahan pasokan energi dan akhirnya terbakar,
juga diberi label sebagai ‘highly flammable’
Frase-R untuk bahan sangat mudah terbakar : R11
Contoh bahan dengan sifat tersebut misalnya aseton dan logam natrium, yang sering digunakan
di laboratorium sebagai solven dan agen pengering.
Flammable (mudah terbakar)
Huruf kode: tidak ada
Tidak ada simbol bahaya diperlukan untuk melabeli bahan dan formulasi dengan notasi bahaya
‘flammable’. Bahan dan formulasi likuid yang memiliki titik nyala antara +21oC dan +55oC
dikategorikan sebagai bahan mudah terbakar (flammable)
Frase-R untuk bahan mudah terbakar : R10
Contoh bahan dengan sifat tersebut misalnya minyak terpentin.
Bahan-bahan berbahaya bagi kesehatan
Pengelompokan bahan dan formulasi menurut sifat toksikologinya terdiri dari akut dan efek
jangka panjang, tidak bergantung apakah efek tersebut disebabkan oleh pengulangan, tunggal
atau eksposisi jangka panjang. Suatu parameter penting untuk menilai toksisitas akut suatu zat
adalah harga LD50 nya yang ditentukan dalam percobaan pada hewan uji. Harga LD50
merefleksikan dosis yang mematikan dalam mg per kg berat badan yang akan menyebabkan
kematian 50% dari hewan uji, antara 14 hari setelah one single administration. Akibat desain uji
orang dapat membedakan antara pengeluaran (uptake LD50 oral dan digesti melalui sistem
gastrointestinal, seta LD50 dermal untuk uptake (pengeluaran) melalui kulit).
Disamping dua hal tersebut ada juga suatu konsentrasi yang mematikan (lethal concentration)
LC50 pulmonary (inhalasi) yang merefleksikan konsentrasi suatu polutan di udara (mg/L) yang
akan menyebabkan kematian 50% dari hewan uji dalam waktu antara 14 hari setelah 4 jam
eksposisi.
Istilah bahan berbahaya untuk kesehatan termasuk sub-grup bahan bersifat sangat beracun (very
toxic substances), bahan beracun (toxic substances) dan bahan berbahaya (harmful substances)
a. Very toxic (sangat beracun)
Huruf kode: T+
Bahan dan formulasi yang ditandai dengan notasi bahaya ‘very toxic’ dapat menyebabkan
kerusakan kesehatan akut atau kronis dan bahkan kematian pada konsentrasi sangat rendah jika
masuk ke tubuh melalui inhalasi, melalui mulut (ingestion), atau kontak dengan kulit.
Suatu bahan dikategorikan sangat beracun jika memenuhi kriteria berikut:
LD50 oral (tikus) ≤ 25 mg/kg berat badan
LD50 dermal (tikus atau kelinci) ≤ 50 mg/kg berat badan
LC50 pulmonary (tikus) untuk aerosol /debu ≤ 0,25 mg/L
LC50 pulmonary (tikus) untuk gas/uap ≤ 0,50 mg/L
Frase-R untuk bahan sangat beracun : R26, R27 dan R28
Contoh bahan dengan sifat tersebut misalnya kalium sianida, hydrogen sulfida, nitrobenzene dan
atripin
b. Toxic (beracun)
Huruf kode: T
Bahan dan formulasi yang ditandai dengan notasi bahaya ‘toxic’ dapat menyebabkan kerusakan
kesehatan akut atau kronis dan bahkan kematian pada konsentrasi sangat rendah jika masuk ke
tubuh melalui inhalasi, melalui mulut (ingestion), atau kontak dengan kulit.
Suatu bahan dikategorikan beracun jika memenuhi kriteria berikut:
LD50 oral (tikus) 25 – 200 mg/kg berat badan
LD50 dermal (tikus atau kelinci) 50 – 400 mg/kg berat badan
LC50 pulmonary (tikus) untuk aerosol /debu 0,25 – 1 mg/L
LC50 pulmonary (tikus) untuk gas/uap 0,50 – 2 mg/L
Frase-R untuk bahan beracun : R23, R24 dan R25
Bahan dan formulasi yang memiliki sifat
Karsinogenik (Frase-R :R45 dan R40)
Mutagenik (Frase-R :R47)
Toksik untuk reproduksi (Frase-R :R46 dan R40) atau
Sifat-sifat merusak secara kronis yang lain (Frase-R :R48)
ditandai dengan simbol bahaya ‘toxic substances’ dan kode huruf T.
Bahan karsinogenik dapat menyebabkan kanker atau meningkatkan timbulnya kanker jika masuk
ke tubuh melalui inhalasi, melalui mulut dan kontak dengan kulit.
Contoh bahan dengan sifat tersebut misalnya solven-solven seperti metanol (toksik) dan benzene
(toksik, karsinogenik).
c. Harmful (berbahaya)
Huruf kode: Xn
Bahan dan formulasi yang ditandai dengan notasi bahaya ‘harmful’ memiliki resiko merusak
kesehatan sedang jika masuk ke tubuh melalui inhalasi, melalui mulut (ingestion), atau kontak
dengan kulit.
Suatu bahan dikategorikan berbahaya jika memenuhi kriteria berikut:
LD50 oral (tikus) 200-2000 mg/kg berat badan
LD50 dermal (tikus atau kelinci) 400-2000 mg/kg berat badan
LC50 pulmonary (tikus) untuk aerosol /debu 1 – 5 mg/L
LC50 pulmonary (tikus) untuk gas/uap 2 – 20 mg/L
Frase-R untuk bahan berbahaya : R20, R21 dan R22
Bahan dan formulasi yang memiliki sifat
Karsinogenik (Frase-R :R45 dan R40)
Mutagenik (Frase-R :R47)
Toksik untuk reproduksi (Frase-R :R46 dan R40) atau
Sifat-sifat merusak secara kronis yang lain (Frase-R:R48)
yang tidak diberi notasi toxic, akan ditandai dengan simbol bahaya ‘harmful substances’ dan
kode huruf Xn.
Bahan-bahan yang dicurigai memiliki sifat karsinogenik, juga akan ditandai dengan simbol
bahaya ‘harmful substances’ dan kode huruf Xn, bahan pemeka (sensitizing substances) (Frase-R
:R42 dan R43) diberi label menurut spektrum efek apakah dengan simbol bahaya untuk ‘harmful
substances’ dan kode huruf Xn atau dengan simbol bahaya ‘irritant substances’ dan kode huruf
Xi.
Bahan yang dicurigai memiliki sifat karsinogenik dapat menyebabkan kanker dengan
probabilitas tinggi melalui inhalasi, melalui mulut (ingestion) atau kontak dengan kulit.
Contoh bahan yang memiliki sifat tersebut misalnya solven 1,2-etane-1,2-diol atau etilen glikol
(berbahaya) dan diklorometan (berbahaya, dicurigai karsinogenik).
Bahan-bahan yang merusak jaringan (tissue destroying substances)
Bahan-bahan yang merusak jaringan ‘Tissue destroying substances’ meliputi sub-grup bahan
korosif (corrosive substances) dan bahan iritan (irritant substances).
a. Corrosive (korosif)
Huruf kode: C
Bahan dan formulasi dengan notasi ‘corrosive’ adalah merusak jaringan hidup. Jika suatu bahan
merusak kesehatan dan kulit hewan uji atau sifat ini dapat diprediksi karena karakteristik kimia
bahan uji, seperti asam (pH <2) dan basa (pH>11,5), ditandai sebagai bahan korosif.
Frase-R untuk bahan korosif : R34 dan R35.
Contoh bahan dengan sifat tersebut misalnya asam mineral seperti HCl dan H2SO4 maupun basa
seperti larutan NaOH (>2%).
b. Irritant (menyebabkan iritasi)
Huruf kode : Xi
Bahan dan formulasi dengan notasi ‘irritant’ adalah tidak korosif tetapi dapat menyebabkan
inflamasi jika kontak dengan kulit atau selaput lendir.
Frase-R untuk bahan irritant : R36, R37, R38 dan R41
Contoh bahan dengan sifat tersebut misalnya isopropilamina, kalsium klorida dan asam dan basa
encer.
c. Bahan berbahaya bagi lingkungan
Huruf kode: N
Bahan dan formulasi dengan notasi ‘dangerous for environment’ adalah dapat menyebabkan efek
tiba-tiba atau dalam sela waktu tertentu pada satu kompartemen lingkungan atau lebih (air, tanah,
udara, tanaman, mikroorganisma) dan menyebabkan gangguan ekologi
Frase-R untuk bahan berbahaya bagi lingkungan : R50, R51, R52 dan R53.
Contoh bahan yang memiliki sifat tersebut misalnya tributil timah kloroda, tetraklorometan, dan
petroleum hidrokarbon seperti pentana dan petroleum bensin.
Evaluasi dan klasifikasi limbah kimia
Evaluasi limbah sangat penting untuk tujuan daur ulang atau pembuangan dengan cara yang
sesuai. Penghasil dan penyedia bahan berbahaya tersebut bertanggung jawab untuk klasifikasi
dan penilaian yang benar. Klasifikasi limbah menurut peraturan untuk bahan-bahan berbahaya
(the Ordinance for Dangerous Goods).
Dasar untuk penilaian limbah menurut peraturan tentang bahan berbahaya adalah sifat-sifat
bahaya seperti:
a. Sifat mudah terbakar (flammability/combustibility)
b. Sifat pengoksidasi
c. Toksisitas
d. Korosifitas
e. Pembentukan gas mudah terbakar jika kontak dengan air
f. Kontaminasi dengan bahan penyebab infeksi dan patogenik
g. Radiasi radioaktif
h. Sifat polusi air
i. Melepaskan debu berbahaya
Diferensiasi lanjut di antara golongan bahan berbahaya dapat dibuat melalui daftar bahan. Daftar
ini tidak hanya mengandung bahan yang terdefinisi dengan baik (misalnya gasoline, titik didih
60-100oC) tetapi juga meringkas kategori, seperti produk petroleun, tidak dijelaskan lebih lanjut.
Klasifikasi dan penilaian limbah berbahaya dibuat menurut sifat fisiko-kimianya (padat/cair, titik
didih, titik nyala, data toksisitas).
Penetapan limbah pada salah satu daftar kategori bahaya adalah sulit, jika mereka merupakan
campuran padatan atau cairan (larutan). Peraturan bahan berbahaya memberikan petunjuk
bagaimana mengklasifikasi limbah. Tetapi untuk ini perlu mengetahui konstituen dan sifat
bahaya limbah. Oleh karena itu klasifikasi limbah berbahaya biasanya merupakan tugas
kimiawan. Amatir hanya dapat mengerjakan jika ada kategori tertentu karena biasanya kasusnya
untuk limbah umum atau jika bahan dapat ditentukan dengan metode uji sederhana.
Untuk limbah transportasi jalan ada petunjuk khusus seperti peraturan bahan berbahaya untuk
transportasi jalan atau jalan kereta api (dangerous goods ordinance for road and railroad
transportation), yang memerlukan evaluasi dan klasifikasi bahan berbahaya. Jadi, limbah
berbahaya harus ditentukan untuk kelas bahaya sesuai dengan sifat bahayanya.
Klas Notasi Contoh
1 Explosive substances and materials containing explosive Kembang api, amunisi
2 Gases Propane, butane, asetilen
3. Flammable liquid substances Alcohol, aseton
4.1 Flammable solid substances Limbah nitroselulosa, limbah karet
4.2 Self-igniting substances Limbah seluloid ,limbah katun yang mengandung minyak
4.3 Substances forming flammable gases Limbah kalsium karbida, logam alkali
5.1 Oxidizing substances Formulasi mengandung ammonium nitrat
5.2 Organic peroxides Asam peroksiasetat
6.1 Toxic substances Kontainer kosong bekas pestisida yang tidak bersih, kemikalia tertentu
6.2 Infectious materials Limbah rumah sakit (material bekas operasi, syringe, jarum suntik)
7 Radioactive materials Limbah radioaktif dengan spesifik aktivitas rendah (mis tritium dari riset
biologi)
8 Corrosive substances Asam nitrat, asam sulfat
9 Various hazardous substances and materials Asbes, berbagai bahan polutan air
Klasifikasi limbah menurut organisasi kerjasama dan pengembangan ekonomi, OECD
(Organization for Economic Cooperation and Development). Di dalam OECD ada istilah yang
disebut ‘traffic light lists’ yang harus diikuti selagi transboundary transportasi limbah. Untuk
limbah yang dapat di daur ulang ada kontrol yang berorientasi pada sifat bahaya limbah dan yang
didaftar dalam 3 warna (daftar hijau, kuning dan merah)
a. Daftar hijau
Limbah yang dikategori ke dalam daftar hijau menurut persetujuan OECD tidak akan dikontrol.
Kategori ini terdiri dari material seperti potongan logam, baja, logam non-besi, plastic, kertas,
kaca, tekstil dan kayu. Bahan berbahaya seperti limbah kimia tidak termasuk dalam kategori ini.
b. Daftar kuning
Limbah ini perlu suatu kontrol terbatas dan perlu persetujuan dari negara penerima. Limbah
dalam kelompok ini antara lain abu, kotoran/endapan, debu logam non-besi, arsen, merkuri,
limbah minyak, dan limbah lain yang mengandung kurang dari 50 mg/kg polychlorinated
biphenyl (PCB), polychlorinated terphenyl (PCT) dan polybrominated biphenyl (PBB).
c. Daftar merah
Limbah dalam kategori ini harus dikelola sebagaimana limbah untuk tujuan pembuangan.
Transportasi hanya diijinkan jika negara penyedia maupun negara penerima telah menyetujui dan
dinyatakan dalam pernyataan tertulis. Limbah ini terutama terdiri dari limbah yang mengandung
lebih dari 50 mg/kg PCB/PCT, dan yang mengandung polyhalogenated dibenzo-p-dixon, furan,
sianida, dan asbes.
d. Klasifikasi limbah menurut TRGS 201 (Juli 2002)
Dalam TGRS 201 (Technical Directive for Hazardous Substances) diberikan pedoman untuk
klasifikasi dan pelabelan limbah untuk tujuan pembuangan. Pedoman itu juga berlaku untuk
limbah-limbah yang digunakan untuk memperoleh energi termal, tetapi tidak berlaku bagi
limbah untuk mendaur ulang material. Klasifikasi diorientasikan pada resiko yang mungkin
muncul. Resiko paling tinggi yang mungkin terjadi menentukan klasifikasi.
Tabel 2. Kemungkinan resiko yang muncul dari limbah.
Resiko fisiko-kimia Resiko Kesehatan Resiko Lingkungan
Huruf kode untuk simbol bahaya Keterangan bahaya Huruf kode untuk simbol bahaya
Keterangan bahaya Huruf kode untuk simbol bahaya Keterangan bahaya
E Eksplosif /mudah meledak (Explosive) T+ Sangat beracun (Very toxic) N Bahaya untuk
lingkungan
O Pengoksidasi (Oxidizing ) T Beracun (Toxic) R52-53: bahaya bagi organisme akuatik, dapat
menyebabkan efek merugikan dalam jangka panjang di dlm lingkungan perairan
F+ Amat sangat mudah terbakar (Extremely flammable) C Korosif (Corrosive) R53: dapat
menyebabkan efek merugikan dalam jangka panjang di dlm lingkungan perairan
F Sangat mudah terbakar (Highly flammable) Xn Berbahaya (Harmful) R59: berbahaya untuk
lapisan ozon
Mudah terbakar
R10: flammable Xi Iritan (Irritant)
Sesuai aturan, tidak lebih dari satu keterangan bahaya diseleksi tiap kelompok. Tidak termasuk
konstituen dalam limbah yang mengalami reaksi berbahaya antara satu dengan yang lain.
BAB IV
KESIMPULAN
Dari hasil pengamatan dan pembahasan maka diperoleh kesimpulan sebagai berikut :
1. Fungisida adalah pestisida yang secara spesifik membunuh atau menghambat cendawan
penyebab penyakit. Fungisida dapat berbentuk cair (paling banyak digunakan), gas, butiran, dan
serbuk.
2. Dari delapan pestisida dengan jenis Fungsisida aplikasi yang digunakan adalah penyemprotan,
penyiraman dan perlakuan pratanam.
DAFTAR PUSTAKA
Atmawidjaja Sudana,dkk.2004.Pengaruh Perlakuan terhadap Kadar Residu Pestisida Metidation
pada Tomat. Bandung: IPB
Badan Standarissasi Nasional. Sistem Pangan Organik. SNI 01-6729-2002.
Djafaruddin.2008.Dasar-dasar Pengendalian Penyakit Tanaman.Bumi Aksara:Jakarta.
http://id.wikipedia.org/wiki/Fungisida, diakses pada tanggal 14 April 2011
hhtp://www.wikipedia.org/pestisida, diakses tanggal 11 Maret 2011
http://www.wikipedia.org/perlindungan-diri, diakses tanggal 11 Maret 2011
Pracaya.2007.Hama dan Penyakit Tanaman.Penebar Swadaya:Jakarta.