FULL Pleno Modul 3 Word

34
1.1 Tujuan Instruksional Umum (TIU) Setelah mempelaari modul ini mahasiswa diharapkan dapat menjjelaskan tentang penyebab , patofisiologi , tanda-tanda / gejala , cara diagnosis , penatalaksanaan / terapi , komplikasi serta epidemiologi dan cara pencegahan penyakit-penyakit yang menyebabkan gatal . 1.2 Tujuan Instruksional Khusus (TIK) Setelah menyelesaikan modul ini, para mahasiswa mampu menjelaskan: 1. Menjelaskan anatomi dan histologi kulit 2. Menjelaskan fisiologi alat peraba 3. Menyebutkan penyakit-penyakit yang menyebabkan gatal 4. Menjjelaskan penyebab dari penyakit – penyakit yang menyebabkan gatal 5. Menjelaskan patofisiologi penyakit-penyakit yang menyebabkan gatal 6. Menyebutkan pemeriksaan penunjang yang diperlukan untuk mendiagnosa penyakit-penyakit yang menyebabkan gatal 7. Menjelaskan penatalaksanaan penyakit dengan gejala gatal 8. Menjelaskan k 1

description

Pleno SS

Transcript of FULL Pleno Modul 3 Word

1.1 Tujuan Instruksional Umum (TIU)

Setelah mempelaari modul ini mahasiswa diharapkan dapat menjjelaskan tentang penyebab ,

patofisiologi , tanda-tanda / gejala , cara diagnosis , penatalaksanaan / terapi , komplikasi serta

epidemiologi dan cara pencegahan penyakit-penyakit yang menyebabkan gatal .

1.2 Tujuan Instruksional Khusus (TIK)

Setelah menyelesaikan modul ini, para mahasiswa mampu menjelaskan:

1. Menjelaskan anatomi dan histologi kulit

2. Menjelaskan fisiologi alat peraba

3. Menyebutkan penyakit-penyakit yang menyebabkan gatal

4. Menjjelaskan penyebab dari penyakit – penyakit yang menyebabkan gatal

5. Menjelaskan patofisiologi penyakit-penyakit yang menyebabkan gatal

6. Menyebutkan pemeriksaan penunjang yang diperlukan untuk mendiagnosa penyakit-

penyakit yang menyebabkan gatal

7. Menjelaskan penatalaksanaan penyakit dengan gejala gatal

8. Menjelaskan k

1

1.3Skenario Kasus

Mahasiswa AB ,18 tahun datang ke puskesmas dengan keluhan gatal-gatal dan timbul bercak

kemerahan disertai sisik pada sebagian besar badan , dan sering gatal pada daerha-daerah tertentu , bila

keadaan umum tidak stabil dan stress . Di samping itu dalam keluarga pun kadang-kadang ada yang

menderita gatal . Sering tidak mengikuti kuliah seiring dengan bertambah beratnya gatal yang di rasakan

terutama bila cuaca dingin dan panas sekali . Sering menarik diri dalam pergaulan

1.4 Kalimat Kunci

1. Mahasiswa AB 18 tahun2. Gatal-gatal dan timbul bercak kemerahan disertai sisik pada sebagian besar badan3. Sering gatal pada daerha-daerah tertentu , bila keadaan umum tidak stabil dan stress .4. Riwaya penyakiy keluarga ada yang menderita gatal . 5. Bertambah beratnya gatal yang di rasakan terutama bila cuaca dingin dan panas sekali6. Sering menarik diri dalam pergaulan

2

PERTANYAAN

1. Jelaskan anatomi alat peraba !

2. Jelaskan histologi alat peraba !

3. Jelaskan fisiologi alat peraba !

4. Jelaskan penyakit-penyakit yang menyebabkan gatal dan jelaskan penyebabnya

5. Jelaskan mekanisme gatal , mekanisme gatal pada saat keadaan umum tidak stabil dan stress , dan mengapa gatal bertambah saat cuaca dingin dan panas sekali !

6. Jelaskan mengapa timbul bercak kemerahan disertai sisik dan jelaskan efloresensi kulit !

7. Jelaskan alur diagnostik untuk kasus diskenario !

8. Jelaskan penatalaksanaan untuk kasus di skenario !

9. Jelaskan upaya-upaya pencegahan penyakit-penyakit yang menimbulkan gatal pada masyarakat

10. Jelaskan Differential Diagnosa pada kasus di skenario !

3

1. Jelaskan anatomi alat peraba !

Kulit adalah organ yang terletak paling luar dan membatasinya dari lingkungan hidup manusia. Luas kulit orang dewasa 2 m2 dengan berat kira-kira 16% berat badan. Kulit merupakan organ yang esensial dan vital vserta merupakan cermin kesehatan dan kehidupan. Kulit juga sangat kompleks, elastis dan sensitive, bervariasi pada keadaan iklim, umur, jenis kelamin, ras, dan juga bergantung pada lokasi tubuh (Tortora, Derrickson, 2009). Kulit mempunyai berbagai fungsi seperti sebagai perlindung, pengantar haba, penyerap, indera perasa, dan fungsi pergetahan (Setiabudi, 2008). Warna kulit berbeda-beda, dari kulit yang berwarna terang, pirang dan hitam, warna merah muda pada telapak kaki dan tangan bayi, serta warna hitam kecoklatan pada genitalia orang dewasa (Djuanda, 2003). Demikian pula kulit bervariasi mengenai lembut, tipis dan tebalnya; kulit yang elastis dan longgar terdapat pada palpebra, bibir dan preputium, kulit yang tebal dan tegang terdapat di telapak kaki dan tangan dewasa. Kulit yang tipis terdapat pada muka, yang berambut kasar terdapat pada kepala (Djuanda, 2003). Pembagian kulit secara garis besar tersusun atas tiga lapisan utama yaitu lapisan epidermis atau kutikel, lapisan dermis, dan lapisan subkutis. Tidak ada garis tegas yang memisahkan dermis dan subkutis, subkutis ditandai dengan adanya jaringan ikat longgar dan adanya sel dan jaringan lemak (Tortora, Derrickson, 2009).

Lapisan Epidermis Lapisan epidermis terdiri atas stratum korneum, stratum lusidum, stratum granulosum, stratum spinosum, dan stratum basale. Stratum korneum adalah lapisan kulit yang paling luar dan terdiri atas beberapa lapisan sel-sel gepeng yang mati, tidak berinti, dan protoplasmanya telah berubah menjadi keratin (zat tanduk). Stratum lusidum terdapat langsung di bawah lapisan korneum, merupakan lapisan sel-sel gepeng tanpa inti dengan protoplasma yang berubah menjadi protein yang disebut eleidin. Lapisan tersebut tampak lebih jelas di telapak tangan dan kaki (Djuanda, 2003). Stratum granulosum merupakan 2 atau 3 lapis sel-sel gepeng dengan sitoplasma berbutir kasar dan terdapat inti di antaranya. Butir-butir kasar ini terdiri atas keratohialin. Stratum spinosum terdiri atas beberapa lapis sel yang berbentuk poligonal yang besarnya berbeda-beda karena adanya proses mitosis. Protoplasmanya jernih karena banyak mengandung glikogen, dan inti terletak ditengah-tengah. Sel-sel ini makin dekat ke permukaan makin gepeng bentuknya. Di antara sel-sel stratum spinosun terdapat jembatan-jembatan antar sel yang terdiri atas protoplasma dan tonofibril atau keratin. Pelekatan antar jembatan-jembatan ini membentuk penebalan bulat kecil yang disebut nodulus Bizzozero. Di antara sel-sel spinosum terdapat pula sel Langerhans. Sel-sel stratum spinosum mengandung banyak glikogen (Djuanda, 2003). Stratum germinativum terdiri atas sel-sel berbentuk kubus yang tersusun vertical pada perbatasan dermo-epidermal berbasis seperti pagar (palisade). Lapisan ini merupakan lapisan epidermis yang paling bawah. Sel-sel basal ini mrngalami mitosis dan berfungsi reproduktif. Lapisan ini terdiri atas dua jenis sel yaitu sel-sel yang berbentuk kolumnar dengan protoplasma basofilik inti lonjong dan besar, dihubungkan satu dengan lain oleh jembatang antar sel, dan sel pembentuk melanin atau clear cell yang merupakan sel-sel berwarna muda, dengan sitoplasma basofilik dan inti gelap, dan mengandung butir pigmen (melanosomes) (Djuanda, 2003).

4

Lapisan Dermis Lapisan yang terletak dibawah lapisan epidermis adalah lapisan dermis yang jauh lebih tebal daripada epidermis. Lapisan ini terdiri atas lapisan elastis dan fibrosa padat dengan elemen-elemen selular dan folikel rambut. Secara garis besar dibagi menjadi 2 bagian yakni pars papilare yaitu bagian yang menonjol ke epidermis, berisi ujung serabut saraf dan pembuluh darah, dan pars retikulare yaitu bagian bawahnya yang menonjol kea rah subkutan, bagian ini terdiri atas serabut-serabut penunjang misalnya serabut kolagen, elastin dan retikulin. Dasar lapisan ini terdiri atas cairan kental asam hialuronat dan kondroitin sulfat, di bagian ini terdapat pula fibroblast, membentuk ikatan yang mengandung hidrksiprolin dan hidroksisilin. Kolagen muda bersifat lentur dengan bertambah umur menjadi kurang larut sehingga makin stabil. Retikulin mirip kolagen muda. Serabut elastin biasanya bergelombang, berbentuk amorf dan mudah mengembang serta lebih elastis (Djuanda, 2003).

Lapisan Subkutis Lapisan subkutis adalah kelanjutan dermis yang terdiri atas jaringan ikat longgar berisi sel-sel lemak di dalamnya. Sel-sel lemak merupakan sel bulat, besar, dengan inti terdesak ke pinggir sitoplasma lemak yang bertambah. Sel-sel ini membentuk kelompok yang dipisahkan satu dengan yang lain oleh trabekula yang fibrosa. Lapisan sel-sel lemak disebut panikulus adipose, berfungsi sebagai cadangan makanan. Di lapisan ini terdapat ujung-ujung saraf tepi, pembuluh darah, dan getah bening. Tebal tipisnya jaringan lemak tidak sama bergantung pada lokasinya. Di abdomen dapat mencapai ketebalan 3 cm, di daerah kelopak mata dan penis sangat sedikit. Lapisan lemak ini juga merupakan bantalan (Djuanda, 2003). Vaskularisasi di kulit diatur oleh 2 pleksus, yaitu pleksus yang terletak di bagian atas dermis (pleksus superficial) dan yang terletak di subkutis (pleksus profunda). Pleksus yang di dermis bagian atas mengadakan anastomosis di papil dermis, pleksus yang di subkutis dan di pars retikulare juga mengadakan anastomosis, di bagian ini pembuluh darah berukuran lebih besar. Bergandengan dengan pembuluh darah teedapat saluran getah bening (Djuanda, 2003).

Adneksa Kulit Adneksa kulit terdiri atas kelenjar-kelenjar kulit, rambut dan kuku. Kelenjar kulit terdapat di lapisan dermis, terdiri atas kelenjar keringat dan kelenjar palit. Ada 2 macam kelenjar keringat, yaitu kelenjar ekrin yang kecil-kecil, terletak dangkal di dermis dengan sekret yang encer, dan kelenjar apokrin yang lebih besar, terletak lebih dalam dan sekretnya lebih kental (Djuanda, 2003). Kelenjar enkrin telah dibentuk sempurna pada 28 minggu kehamilan dan berfungsi 40 minggu setelah kehamilan. Saluran kelenjar ini berbentuk spiral dan bermuara langsung di permukaan kulit. Terdapat di seluruh permukaan kulit dan terbanyak di telapak tangan dan kaki, dahi, dan aksila. Sekresi bergantung pada beberapa faktor dan dipengaruhi oleh saraf kolinergik, faktor panas, dan emosional (Djuanda, 2003). Kelenjar apokrin dipengaruhi oleh saraf adrenergik, terdapat di aksila, areola mame, pubis, labia minora, dan saluran telinga luar. Fungsi apokrin pada manusia belum jelas, pada waktu lahir kecil, tetapi pada pubertas mulai besar dan mengeluarkan sekret. Keringat mengandung air, elektrolit, asam laktat, dan glukosa, biasanya pH sekitar 4-6,8 (Djuanda, 2003). Kelenjar palit terletak di selruh permukaan kulit manusia kecuali di telapak tangan dan kaki. Kelenjar palit disebut juga kelenjar holokrin karena tidak berlumen dan sekret kelenjar ini berasala dari dekomposisi sel-sel kelenjar. Kelenjar palit biasanya terdapat di samping akar rambut dan muaranya terdapat pada lumen akar rambut (folikel rambut). Sebum mengandungi trigliserida, asam lemak bebas, skualen, wax ester, dan kolesterol. Sekresi

5

dipengaruhi hormone androgen, pada anak-anak jumlah kelenjar palit sedikit, pada pubertas menjadi lebih besar dan banyak serta mulai berfungsi secara aktif (Djuanda, 2003). Kuku, adalah bagian terminal stratum korneum yang menebal. Bagian kuku yang terbenam dalam kulit jari disebut akar kuku, bagian yang terbuka di atas dasar jaringan lunak kulit pada ujung jari dikenali sebagai badan kuku, dan yang paling ujung adalah bagian kuku yang bebas. Kuku tumbuh dari akar kuku keluar dengan kecepatan tumbuh kira-kira 1 mm per minggu. Sisi kuku agak mencekung membentuk alur kuku. Kulit tipis yang yang menutupi kuku di bagian proksimal disebut eponikium sedang kulit yang ditutupki bagian kuku bebas disebut hiponikium (Djuanda, 2003). Rambut, terdiri atas bagian yang terbenam dalam kulit dan bagian yang berada di luar kulit. Ada 2 macam tipe rambut, yaitu lanugo yang merupakan rambut halus, tidak mrngandung pigmen dan terdapat pada sbayi, dan rambut terminal yaitu rambut yang lebih kasar dengan banyak pigmen, mempunyai medula, dan terdapat pada orang dewasa. Pada orang dewasa selain rambut di kepala, juga terdapat bulu mata, rambut ketiak, rambut kemaluan, kumis, dan janggut yang pertumbuhannya dipengaruhi hormone androgen. Rambut halus di dahi dan badan lain disebut rambut velus. Rambut tumbuh secara siklik, fase anagen berlangsung 2-6 tahun dengan kecepatan tumbuh kira-kira 0.35 mm per hari. Fase telogen berlangsung beberapa bulan. Di antara kedua fase tersebut terdapat fase katagen. Komposisi rambut terdiri atas karbon 50,60%, hydrogen 6,36%,, nitrogen 17,14%, sulfur 5% dan oksigen 20,80% (Djuanda, 2003).

2. Jelaskan histologi alat peraba !

Lapisan Epidermis

Stratum korneumLapisankulit paling luardanterdiriatasbeberapasel-selgepeng yang matitidakberintidanprotoplasmanyatelahberubahmenjadi keratin.

Stratum lusidumlapisansel-selgepengtanpaintidenganprotoplasma yang berubahmenjadi protein yang disebuteleidin.

Stratum granulosummerupakan 2 atau 3 lapis sel- sel gepeng dengan sitoplasma berbutir kasar dan terdapat inti diantaranya. Butir-butir kasar ini terdiri atas keratho hialin.

Stratum spinosumDisebut pula prickler cell layar terdiri atas beberapa lapisan sel yang berbentuk poligonal yang besarnya berbeda-beda karena adanya proses mitosis. Diantara sel-sel stratum spinosum terdapat jembatan-jembatan antar sel (intercellular bridges), mengandung banyak glikogen, dan terdapat sel langerhans.

Stratum basaleTerdiri atas sel-sel kolumnar (berbentuk kubus) yang tersusun vertical pada perbatasan dermo-epidermal berbaris seperti pagar (palisade). Menghasilkan melanosit atau clear cell, merupakan sel-sel berwarna muda dengan sitoplasma basofilik dan inti gelap dan mengandung butir pigmen (melanosomes).

6

Lapisan dermis

Pars papilare

Bagian yang menonjolke epidermis, berisi ujung saraf dan pembuluh darah

Retikulare

Terdiri atas serabut-serabut kolagen, elastin,kelenjar sebasea,meissner dan retikulin

Lapisansubkutis

Jaringan ikat longgar yang berisi sel-sel lemak didalamnya. Sel-sel lemak merupakan sel bulat, besar, dengan inti terdesak kepinngir sitoplasma lemak yang bertambah.Indra somatik adalah mekanisme saraf yang mengumpulkan informasi sensorik dari seluruh tubuh.

3. Jelaskan fisiologi alat peraba !

Indra somatik diklasifikasi menjadi tiga tipe fisiologis:

a. Indra somatik mekanoreseptif, meliputi sensasi takstil dan posisi b. Indra termoreseptif, mengetahui sensasi dingin dan panasc. Indra rasa nyeri, berguna untuk mengetahui kerusakan jaringan

Sensasi somatik dibagi menjadi:

a. Sensasi eksteroreseptif : berasal dari permukaan tubuhb. Sensasi proprioseptif: berhubungan dengan keadaan fisik tubuh, seperti sensasi posisi dan

sebagainya.c. Sensasi viseral: berasal dari organ viserad. Sensasi dalam: sensasi dari organ dalam seperti tulang, fasia, otot. Meliputi tekanan

“dalam”, rasa nyeri, dan getaran.

Mekanisme Penjalaran Sinyal Somatik ke Sistem Pusat

Hampir semua nformasi sensorik yang berasal dari segmen somatik tubuh memasuki medula spinalis melalui saraf-saraf spinal pada radiks dorsalis.

Sinyal sensorik akan dibawa melalui salah satu dari dua jaras sensorik bolak balik yaitu:

a. Sistem kolumna dorsalis – lemnikus medialis ataub. Sistem anterolateral

Sistem Kolumna Dorsalis – Lemnikus Medialis

7

Setelah sinyal berada pada saraf-saraf spinal pada radiks dorsalis, sinyal naik ke medula otak melalui kolumna dorsalis. Sinyal bersinaps dan menyilang ke sisi berlawanan di medula lalu naik melalui lemnikus medialis di batang otak menuju talamus.

Sistem Anterolateral

Setelah memasuki medula spinalis dari saraf spinal pada radiks dorsalis, bersinaps di dalam kornu dorsalis substansia grisea medula spinalis, dan menyilang ke sisi yang berlawanan dan naik melalui substansia alba anterior dan lateral medulla spinalis. Sinyal berakhir di tingkat batang otak yang lebih rendah dan juga talamus.

Perbedaan dari kedua sistem ini adalah: pada sistem kolumna dorsalis-lemnikus medialis informasi sensorik yang dijalarkan lebih cepat dan dalam waktu singkat sedangkan sistem anterolateral berkebalikan dengan sistem kolumna dorsalis-lemnikus medialis tetapi modalitas sensasinya sangat luas seperti sensasi hangat, dingin, nyeri dan taktil yang kasar.

4. Jelaskan penyakit-penyakit yang menyebabkan gatal dan jelaskan penyebabnya

SKABIES (hal 122)

Penyakit kulit yang disebabkan oleh infestasi dan sensitisasi terhadap Sarccoptes scabiei var, hominis dan produknya.Gejala klinis : pruritus nokturna (gatal pada malam hari karena aktivitas tungau lebih tinggi terutama pada lembab dan panas), menyerang satu kelompok, adanya terowongan berwarna putih/keabuan, papul/vesikel, dan menemukan tungau

CREEPING ERUPTION (hal 125)

Kelainann kulit yang mengalami peradangan berbentuk linear atau berkelok-kelok, menimbul dan progresif, disebabkan oleh invasi cacing tambang yang berasal dari anjing/kucing.Gejala klinis :mula-mula timbul papul, gatal hebat pada malam hari, panas, lesi berbentuk linear atau berkelok-kelok diameter 2-3 cm dan berwarna kemerahan.

DERMATITIS KONTAK ALERGIK (hal 135)

Peradangan kulit terhadap pengaruh bahan kimia sederhana dengan berat molekul umumnya rendah (<1000 dalton) .Gejala klinis :

akut : gatal, eritem, edema, vesikel atau bula.

Kronik : lesi kering, skuama, papul.

DERMATITIS ATOPIK (142)

Keadaan radang kulit kronis dan residif, umumnya sering terjadi pada bayi atau anak-anak. Peningkatan kadar igE dalam serum dan riwayat pada keluarga atau penderita. Gejala klinis : gatal, papul, likenifikasi, eritem, erosi, ekskoriasi, eksudasi, krusta.

8

NEURODERMATITIS SIRKUMSKRIPTA (hal 147)

Peradangan kulit yang disebabkan oleh iritasi menahun dan garukan yang berulang-ulang .Gejala klinis : gatal, sirkumskrip, kulit tebal dan menonjol, gatal merasa ilang karna di garuk dan menimbulkan luka. Lesi tunggal, flak eritematosa, edematosa, bagian tengah menebal dan berskuama.

DERMATITIS NUMULARIS ( hal 148)

kelainan kulit yang sering di temukan pada orang dewasa, umumnya meningkat sesuai usia. Gejala klinis : sangat gatal, papulovesikel, lesi berbentuk mata uang atau sedikit lonjong, berbatas tegas, eritematosa.

URTIKARIA (hal 173)

Reaksi vaskular di kulit yang disebabkan oleh bermacam-macam sebab ( obat, makanan, gigitan serangga, inhalan dll) .Gejala klinis : gatal, rasa terbakar/tertusuk, edema berbatas tegas, pucat/kemerahan.

PSORIASIS (hal 190)

Adalah penyakit yang penyebabnya autoimun, bersifat kronik dan residif. Gejala klinis : gatal, bercak eritem berbatas tegas, skuama kasar, dan transparan, terdapat penomena tetesan lilin.

PITIRIASIS ROSEA (hal 197)

Penyakit kulit yang belum diketahui penyebabnya, penyakit ini umumnya sembuh sendiri (self limiting disease) .Gejala klinis : gatal, skuama halus, eritem, lesi oval dan anular.

DERMATITIS HERPETIFORMIS (hal 211)

Penyakit yang menahun dan residif. Penyebabbnya belum di ketahui.

Gejala klinis : sangat gatal, ruam polimorfik, vesikel berkelompok dan simetrik, eritem.

MILIARIA RUBRA (hal 276)

Kelainan kulit akibat retensi keringat.

Gejala klinis : sangat gatal dan pedih, papul merah atau papul vesikular ekstrafolikular.

LIKEN PLANUS (hal 282)

Timbulnya penyakit ini disebabkan oleh faktor imunitas selular.

Gejala klinis : gatal, papul yang khas berwarna merah biru dan poligonal, berskuama, dan berbentuk siku-siku.

9

TINEA /DERMATOFITOSIS(Hal 92

Penyebab nya adalah jamur (dermatofita)

Gejala klinik : gatal, berbatas tegas terdiri atas eritema, skuama.

ERITRODERMA (hal 198)

Kemungkinan akibat dari suatu agent dalam tubuh .Gejala klinis : Gatal, erite, skuama

5. Jelaskan mekanisme gatal , mekanisme gatal pada saat keadaan umum tidak stabil dan stress , dan mengapa gatal bertambah saat cuaca dingin dan panas sekali !

FAKTOR PENCETUS GATAL :

• Alergi

• Bakteri

• Parasit

• Jamur

• Virus

• Kontak dengan bahan wol atau bahan iritan (misalnya pelarut atau kosmetik) juga bisa

menyebabkan gatal-gatal

• Berbagai obat-obatan dapat menyebabkan gatal, yaitu barbiturat, aspirin dan obat lainnya

yang menimbulkan reaksi alergi pada orang-orang tertentu

MEKANISME GATAL

Rangsangan pada kulit saraf aferent (tipe C) di epidermis kornu anterior kornu posterior

spino talamikus kontra lateral korteks serebri dipersepsikan impuls dikirim ke kornu anterior

kornu posterior saraf efferen terasa gatal

Patogenesis gatal belum diketahui pasti. Beberapa pakar berpendapat bahwa sensasi gatal dan nyeri

sama-sama disalurkan melalui saraf C tidak bermielin di daerah taut dermo-epidermal. Rangsangan ke

reseptor gatal tersebut berjalan melalui saraf spinal sensorik, kemudian ke thalamus kontralateral dan

selanjutnya ke kortex untuk diartikan. Rangsangan yang ringan superfisial intensitasnya rendah

menyebabkan rasa gatal, bila lebih dalam dan intensitasnya tinggi dapat menyebabkan nyeri.

FAKTOR PENYEBAB GATAL

10

6. Jelaskan mengapa timbul bercak kemerahan disertai sisik dan jelaskan efloresensi

kulit !

Kemerahan dan pembentukan skuama dapat terjadi karena faktor Alergen, Infeksi, Trauma, Autoimun dan Psikis. Ketika adanya faktor penyebab maka akan merangsang pelepasan mediator radang seperti histamin, prostaglandin dll, pelepasan mediator radang tersebut akan merangsang proliferasi sel sehingga pertukaran sel lebih cepat dan terjadi peningkatan metabolisme sel yang berakibat pada peningkatan aliran darah (vasodilatasi) dan terjadilah eritema atau kemerahan pada kulit. Selain terjadinya eritema, proliferasi sel yang lebih cepat juga akan menyebabkan sel-sel yang terbentuk tidak matang sehingga terbentuk parakeratosit yang menumpuk dan akhirnya membentuk skuamosa.

Efloresensi/Ujud Kelainan Kulit

Efloresensi kulit dapat berubah pada waktu berlangsungnya penyakit. Proses tersebut dapat merupakan akibat biasa dalam perjalanan proses patologik. Kadang-kadang perubahan ini dapat dipengaruhi keadaan dari luar, misalnya trauma garukan dan pengobatan yang diberikan, sehingga perubahan tersebut tidak biasa lagi. Dalam hal ini, gambaran klinis morfologik penyakit menyimpang dari biasanya dan sulit dikenali. Untuk mempermudah dalam pembuatan diagnosis, ruam kulit dibagi menjadi beberapa kelompok :

a. Ruam kulit primer1)      Makula adalah efloresensi primer yang berbatas tegas, hanya berupa perubahan warna kulit tanpa perubahan bentuk, seperti pada tinea versikolor, morbus Hansen, melanoderma, leukoderma, purpura, petekie, ekimosis

11

.2)      Eritema adalah kemerahan pada kulit yang disebabkan pelebaran pembuluh kapiler yang reversible.3)      Papula adalah penonjolan superficial pada permukaan kulit dengan massa zat padat, berbatas tegas, berdiameter < 1cm.

4)      Nodus adalah massa padat sirkumskrip, terletak di kutan atau subkutan, dapat menonjol. (jika diameter < 1 cm disebut nodulus).

5)      Vesikula adalah gelembung yang berisi cairan serum, beratap, mempunyai dasar dengan diameter < 1 cm misalnya pada varisela, herpes zoster.

12

6)      Bula adalah vesikel dengan diameter > 1 cm, misal pada pemfigus, luka bakar. Jika vesikel/bula berisi darah disebut vesikel/bula hemaragik . Jika bula berisi nanah disebut bula purulen.7)      Pustula adalah vesikel berisi nanah, seperti pada variola, varisela, psoriasis pustulosa.

8)      Urtika adalah penonjolan di atas kulit akibat edema setempat dan dapat hilang perlahan-lahan, misalnya pada dermatitis medikamentosa dan gigitan serangga.

9)      Tumor adalah penonjolan di atas permukaan kulit berdasarkan pertumbuhan sel atau jaringan tubuh.10)  Kista adalah penonjolan di atas permukaan kulit berupa kantong yang berisi cairan serosa atau padat atau setengah padat, seperti pada kista epidermoid.11)      Plak (plaque) adalah peninggian di atas permukaan kulit, permukaannya rata dan berisi zat padat (biasanya infiltrate), diameternya 2 cm atau lebih. Contonya papul yang melebar atau papulpapul yang berkonfluensi pada psoriasis.12)      Abses adalah kumpulan nanah dalam jaringan / dalam kutis atau subkutis.

b. Ruam kulit sekunder 1)   Skuama adalah pelepasan lapisan tanduk dari permukaan kulit. Dapat berupa sisik halus (TV), sedang (dermatitis), atau kasar (psoriasis). Skuma dapat berwarna putih (psoriasis), cokelat (TV), atau seperti sisik ikan (iktiosis).2)   Krusta adalah onggokan cairan darah, kotoran, nanah, dan obat yang sudah mengering diatas permukaan kulit, misalnya pada impetigo krustosa, dermatitis kontak. Krusta dapat

13

berwarna hitam (pada jaringan nekrosis), merah (asal darah), atau cokelat (asal darah,nanah, serum).

3)   Erosi adalah kelainan kulit yang disebabkan oleh kehilangan jaringan yang tidak melampui stratum basal.

4)   Ekskoriasi adalah kerusakan kulit sampai ujung stratum papilaris sehingga kulit tampakmerah disertai bintik-bintik perdarahan. Ditemukan pada dermatitis kontak dan ektima.5)   Ulkus adalah kerusakan kulit (epidermis dan dermis) yang memiliki dasar, dinding, tepi dan isi. Misal ulkus tropikum, ulkus durum.6)   Rhagaden adalah belahan-belahan kulit dengan dasar yang sangat kecil/dalam misal pada keratoskisis, keratodermia.7)   Parut (sikatriks) adalah jaringan ikat yang menggantikan epidermis dan dermis yangsudah hilang. Jaringan ikat ii dapat cekung dari kulit sekitarnya (sikatriks atrofi), dapatlebih menonjol (sikatriks hipertrofi), dan dapat normal (eutrofi/luka sayat). Sikatriks tampak licin, garis kulit dan adneksa hilang.

14

8)   Keloid adalah hipertrofi yang pertumbuhannya melampaui batas.9)   Abses adalah efloresensi sekunder berupa kantong berisi nanah di dalam jaringan. Misalnya abses bartholini dan abses banal.10)    Likenifikasi adalah penebalan kulit sehingga garis-garis lipatan/relief kulit tampak lebih jelas, seperti pada prurigo, neurodermatitis.11)    Guma adalah efloresensi sekunder berupa kerusakan kulit yang destruktif, kronik, dengan penyebaran pertiginosa. Misal pasa sifilis gumosa.12)    Hiperpigmentasi adalah penimbunan pigmen berlebihan sehingga kulit tampak lebih hitam dari sekitarnya. Misal pada melasma, dan pasca inflamasi.13)    Hipopigmentasi adalah kelainan yang menyebabkan kulit menjadi lebih putih dari sekitarnya, misalnya pada skleroderma dan vitiligo.

7. Jelaskan alur diagnostik untuk kasus diskenario !

a. Anamnesis

- Sejak kapan keluhan gatal-gatal muncul ?

- Apakah gatal-gatal timbulmendadak?

- Apakahgataldisertairuamataulesipadabadan?

- Bercakkemerahanhilangtimbulataumenetap?

- Bagaimanagambaranlesiawalnya?menonjol,rataataumelepuh?

- Dimanalokasiawalterjadinyabercakmerah?

- Bagaimanaperkembanganlesinya? Dan adakahdaerahkulit lain yang terkena?

- Padabercakmerahdisertai rasa panas,nyeri,baalatautidak?

- Apa yang membuatbercakmerahbertambahparah?

- Disertaidemamatautidak?

- Apakahgejalaadahubungannyadenganpenggunaanpakaianbaru,membersihkantanaman

ataumenggunakandetergen,gigitanseranggaatau trauma?

- Adakahriwayatgejala yang samapadakeluarga?

- Apakahpasiensedangminumobat?

- Apakahadaperubahandalamberkeringatataukulitmenjadikering ?

- Apakahadariwayatpenyakitmenahun?

- Sudahdiberiobatataubelum?

15

- Ada riwayatalergiatautidakdanjikaiyaapagejalanya?

b. Pemeriksaanfisik

1.Inspeksi:

- Dimanaletak/ lokasilesitersebut

- Perhatikan jenis effloresensi yang tampak : eritema, hipopigmentasi, hiperpigmentasi,

nodul, vesikel, bulla, macula papula, skuama, urtika, ulkus, krusta

- Ada tidaknya bekas garukan

- Permukaannya rata ataumenonjol. Bilapermukaanlesi rata,

perhatikanbagaimanagambaranpermukaankulit yang terlihat : keringataubasah

- Perhatikanbentuklesinya

- Bagaimanaukurandandistribusilesinya

- Perhatikankeseluruhankulitapakahterdapattanda-

tandakekeringankulitataukulittampakpecah-pecah

Keterangan :

1. Bilahasil anamnesisdanpemeriksaanfisik :meninformasikanbahwagatal yang

dirasakanpasienringan,disertaibercak-bercakkemerahan yang meninggi (plak)

denganskuamadiatasnyaberbatastegasdanmeratasertaskuamaberlapis-lapis, kasar,

warnaputihsepertimikaatautransparansertadaerah yang

terkenayaitukulitkepalaperbatasankulitkepaladanwajah / muka, daerahkulit yang

sering trauma sepertiekstensorekstremitasterutamasiku, lutut,

bokong .jugadipengaruhifaktorpsikis, stress, kelelahan, trauma. Maka, anamnesis

mengarahkepadaPSORIASIS VULGARIS

Fenomenatetesanlilin

Caranyadengangoresansepertililindenganmenggores di pinggirgelas alas.

Bilahasilnya :Skuama yang berubahwarnamenjadiputihpadagoresan yang

disebabkanberubahnyaindeks bias

16

FenomenaKöbner

Trauma padakulitpenderita,yangtimbulsetelah 3 minggu.

FenomenaAuspitz

Caranyayaitudenganmengerokskuama yang berlapis-lapis itumisalnyadengan

pinggirgelas alas. Setelahskuamanyahabis,makapengerokanharusdilakukan

perlahan-lahankarenajikaterlaludalamakanmenyebabkanperdarahanberbintik-

bintiktidaktampak. Hasilnyatampak serum ataudarahberbintik-bintik yang

disebabkanolehpapilomatosis.

PEMERIKSAAN PENUNJANG

a. Pemeriksaanlaboratorium

Didapatkanpeninggiankadarasamuratdanhipokalsemia.

b.Pemeriksaanhistopatologi

Didapatangambarankhasberupahiperkeratosis, parakeratosisdanakantosis

Pada stratum spinosumterdapatkelompokleukositabsesmonro

2. Bilahasil anamnesisdanpemeriksaanfisik :gatalringan,

dimulaidenganlesiinisialberbentukeritemadanskuamahalus.Disusulolehlesi-lesi

yang lebihkecil di badan, lengandanpahaatas yang

tersusunsesuaidenganlipatankulitdanlokasiawal di

badandangambaranlesimenyerupaipohoncemara. MengarahkePITIRIASIS

ROSEA

Pemeriksaan KOH 10-20 %hasilnya negative

17

3. Bilahasil

anamnesisdanpemeriksaanfisik :tidakgataltapiterdapatbercakeritemadanskuama

yang berminyakdanagakkekuningan, batasagakkurangtegasdanlokasibercaknya di

wajah, kepala, punggung, lipatpaha, dekatumbilikusdanlipattelinga.

MakamengarahkeDERMATITIS SEBOROIK

Pemeriksaanpenunjang :

Pemeriksaan KOH 10-20 %danPemeriksaan lampu

wooduntukmembedakandengantineakapitis

Pemeriksaanhistopatologi

Kurangspesifikberupa hyperkeratosis,akantosis,foklspongiosisdanparakeratosis.

Dibedakandengan psoriasis yang memilikiakantosis yang regular,reteridge yang

tipis,eksositosis,parakeratosisdantidakdijumpaispongiosis.

c. Tes Alergi : Prick Test, Pach Test, Uji gores

8. Jelaskan penatalaksanaan untuk kasus di skenario !

Sistemik

Kortikosteroid : prednison 30 mg/hari. Setelah membaik dosis diturunkan perlahan.

Obat sitostatik: metotraksat 3x2,5mg dengan interval 12 jam dalam seminggu,jika tidak

ada perbaikan dinaikan 2,5mg – 5 mg perminggu atau IM 7,5mg-25mg dosis tunggal

setiap minggu.

Topikal

Preparat ter

Kortikosteroid topikal

Antralin 0,2-0,8% dalam pasta, salep atau krim

Calcipotriol berupa salep atau krim 50 mg

Emolien untuk melembutkan permukaan kulit

18

Tazaroten dalam bentuk gel dan krim konsentrasi 0,05% dan 0,1%

9. Jelaskan upaya-upaya pencegahan penyakit-penyakit yang menimbulkan gatal pada

masyarakat

PSORIASIS VULGARIS

Penyuluhan terhadap masyarakat yang berpotensi terkena penyakit ini.

Hindari faktor pencetus,

Lindungi daerah yang gatal.

Konsultasi ke dr. kulit

Pakai pakaian yang sesuai dengan cuaca.

Hindari faktor yang memperberat seperti sinar matahari, stress dan alkohol.

ERITRODERMA

Hindari konsumsi obat yang dapat menimbulkan alergi

Hindari faktor pemberat,

Dan rawat pasien dalam ruang hangat untuk hindari hipotermi.

Hindari obat topikal yang dapat timbulkan iritasi

PITIRIASIS ROSEA

Penyuluhan masyarakat

Terhadap resiko yang ditimbulkan.

Lindungi daerah yang gatal.

Konsultasi ke dr. kulit

Gunakan sabun dengan moustrizer

Jauhkan dari faktor yg menyebabkan ptiriasis rosea terutama infeksi

Dermatitis numularis

Hindari hal-hal yang menimbulkan alergi apabila dia menderita alergi tersebut

Hindari minum alkohol

19

Stress emosional

Dermatitis kontak alergi

Penyuluhan terhadap masyarakat yg beresiko terkena penyakit ini

Menjaga kebersihan

Memakai sabun mandi

Jauhkan dari faktor yg menyebabkan dermatitis

10. Jelaskan Differential Diagnosa pada kasus di skenario !

PSORIASIS VULGARIS

DEFINISI

Penyakit kulit yang termasuk di dalam kelompok dermatosis eritroskuamosa .Merupakan

penyakit autoimun .Penyakit kulit yang bersifat kronik dan residif ditandai dengan

adanya bercak bercak eritema berbatas tegas dengan skuama yang kasar, berlapis lapis

dan transparan, disertai dengan fenomena tetesan lilin .

EPIDEMIOLOGI

Insidens pada orang kulit putih lebih tinggi .Di Eropa dilaporkan sebanyak 3 – 7%, di AS

1 – 2% sedangkan di jepang 0,6% .Insidens pada pria lebih banyak dari pada wanita

.Dapat menyerang semua usia, tetapi umumnya orang dewasa

ETIOLOGI

Belum diketahui pasti.

merupakan penyakit autoimun,

Faktor herediter 66%

20

Faktor psikis, stress, kelelahan, trauma

GEJALA KLINIS

Efloresensi berupa :

Bercak eritema berbatas tegas,

Dengan skuama yang kasar, berlapis-lapis dan transparan (berwarna putih bening seperti

mika),

Gatal ringan

Tidak menyebabkan kematian namun hampir semua pasien bermasalah Dgn gangguan

kosmetik yg mengganggu kehidupan sehari-hari

Fenomena tetesan lilin

Skuama yang berubah warna menjadi putih pada goresan disebabkan berubahnya indeks

bias

Fenomena auspitz

Tampak serum atau darah berbintik-bintik disebabkan papilomatosis

Fenomena kobner

Trauma pada kulit penderita psoriasis, misalnya : garukan , dapat menyebabkan kelainan

yang sama dengan kelainan psoriasis

PEMERIKSAAN PENUNJANG

Histopatologi :

- gambaran khas berupa :hiperkeratosis, parakeratosis dan akantosis

- Pada stratum spinosum terdapat kelompok leukosit yang disebut Munro

- Terdapat papilomatosis dan vasodilatasi di subepidermis

PENATALAKSANAAN

21

- SISTEMIK

Kortikosteroid : prednison 30 mg/hari. Setelah membaik dosis diturunkan perlahan.

Obat sitostatik: metotraksat 3x2,5mg dengan interval 12 jam dalam seminggu,jika tidak

ada perbaikan dinaikan 2,5mg – 5 mg perminggu atau IM 7,5mg-25mg dosis tunggal

setiap minggu.

- Topikal

Preparat ter

Kortikosteroid topikal

Antralin 0,2-0,8% dalam pasta, salep atau krim

Calcipotriol berupa salep atau krim 50 mg

Emolien untuk melembutkan permukaan kulit

Tazaroten dalam bentuk gel dan krim konsentrasi 0,05% dan 0,1%

KOMPLIKASI

Kelainan kuku

pitting nail atau nail pit berupa lekukan-lekukan miliar (50%)

onikolisis (kuku yang keruh, tebal, bagian distalnya terangkat karena terdapat lapisan

tanduk di bawahnya)

Kelainan sendi : bersifat poliartikular

Predileksi : sendi interfalangs distal

PROGNOSIS

Meskipun psoriasis tidak menyebabkam kematian, tetapi bersifat kronis dan residif.

ERITRODERMA

DEFINISI

22

Merupakan peradangan kulit yang mengenai 90% atau lebih pada permukaan kulit yang biasanya disertai skuama . Pada beberapa kasus skuama tidak selalu ditemukan , misalnya pada eritroderma yang disebabkan oleh alergi obat secara sistemik pada mulanya tidak disertai skuama . Pada eritroderma yang kronik , eritema tidak begitu jelas karena bercampur dengan hiperpigmentasi . Eritroderma dapat timbul sebagai perluasan dari penyakit kulit yang telah ada sebelumnya (psoriasis , dermatitis atopik dan dermatitis spongiotik lainnya ) reaksi hipersensitivitas obat (antiepilepsi , antihipertensi ,antibiotika , calcium channel blocker , dan bahan topikal ) , penyakit sistemik termasuk keganasan , serta idiopatik (20%) .

Epidemiologi

Insiden eritroderma di AS bervariasi antara 0,9 sampai 1,0 per 100.000 penderita rawat jalan dermatologi . Insiden pada laki-laki lebih besar daripada perempuan dengan proporsi 2:1 sampai 4:1 dan usia rata-rata 41-62 tahun . Angka kematian tergantung pada penyebab eritroderma terdapat 43% kematian , 18% disebabkan langsung oleh eritroderma dan 74% tidak berhubungan dengan eritroderma .

ETIOLOGI

Eritroderma dapat disebabkan oleh akibat alergi obat sistemik , perluasan penyakit kulit , penyakit sistemik termasuk keganasan . Penyakit kulit yang dapat menimbulkan eritroderma diantaranya adalah psoriasis , dermatitis sebooroik , alergi obat

Gejala Klinis

Mula mula timbul bercak eritema yang dapat meluas ke seluruh tubuh dalam waktu 12-48 jam . Deskuamasi yang difus dimulai dari daerah lipatan kemudian menyeluruh . Dapat juga mengenai membran mukosa , terutama yang disebabkan oleh obat . Bila kulit kepala sudah terkena , dapat terjadi alopesia , perubahan kuku , dan kuku dapat terlepas . Dapat terjadi limfadenopati dan hepatomegali . Skuama timbul setelah 2-6 hari , sering mulai daerah lipatan . Skuamanya besar pada keadaan akut , dan kecil pada keadan kronis . Warnanya bervariasi dari putih sampai kuning . Kulit merah terang , panas , kering dan kalau diraba tebal . Pasien mengeluh kedinginan . Pengendalian regulasi suhu menjadi hilang , sehingga sebagai kompensasi terhadap kehilangan panas tubuh , sekujur tubuh pasien menggigil untuk dapat menimbulkan panas metabolik

- Eritroderma yang disebabkan oleh alergi obat secara sistemikKeadaan ini banyak ditemukan pada dewasa muda . Obat yang dapat menyebabkan eritroderma adalah arsenik organik , emas , merkuri , penisilin , barbiturate . Gejalanya adalah eritema universal .

- Eritroderma yang disebabkan oleh perluasan penyakit kulit - Eritroderma et causa psoriasis , merupakan eritroderma yang paling banyak ditemukan dan

dapat disebabkan oleh penyakit psoriasis maupun akibat pengobatan psoriasis yang terlalu kuat .

- Eritroderma akibat penyakit sistemik

23

- Berbagai penyakit atau kelainan alat dalam termasuk infeksi fokal dapat member kelainan kulit berupa eritroderma . Jadi setiap kasus eritroderma yang tidak termasuk akibat alergi obat dan akibat perluasan penyakit kulit harus dicari penyebabnya , yang berarti perlu pemeriksaan menyeluruh (termasuk pemeriksaan laboratorium dan foto toraks ) , untuk melihat adanya infeksi penyakit pada alat dalam dan infeksi fokal . Biasanya ada komplikasi sistemik akibat eritroderma seperti hipotermia , edema perifer , dan kehilangan cairan dan albumin , dengan takikardia dan kelainan jantung harus mendapatkan perawatan yang serius . Pada eritroderma kronik dapat menyebabkan kakesia , alopesia , palmoplantar keratodema , kelainan pada kuku dan ektropion

PATOFISIOLOGI

Mekanisme terjadinya eritroderma belum diketahui jelas . Patogenesisnya berkaitan dengan patogenesis penyakit yang mendasarinya , dermatosis yang suah ada sebelumnya berkembang menjadi eritroderma , atau perkembangan eritroderma idiopatik de noovo tidaklah sepenuhnya dimengerti . Penelitian terbaru imunopatogenesis infeksi yang dimediasi toksin menunjukkan bahwa lokus patogenesitas staphylococcus mengkodekan superantigen dan staphylococcol scalded-skin syndrome . Kolonisasi S.aureus atau antigen lain merupakan teori yang mungkin saja seperti toxic shock syndrome toxin-1 , mungkin memainkan peranan pada patogenesis eritroderma . Pasien-pasien dengan eritroderma biasanya mempunyai kolonisasi S.aureus sekitar 83% dan pada kulit sekitar 17% bagaimanapun juga hanya ada satu dari 6 pasien memiliki toksin S.aureus yang positif .

PEMERIKSAAN PENUNJANG

- Biopsi KulitDapat menunjukkan gambaran yang bervariasi , tergantung berat dan durasi proses inflamasi . Pada tahap akut , spongiosis dan parakeratosis menonjol teradi edema . Pada stadium kronis , akantosis dan perpanjangan rete ridge lebih dominan

DD

- Dermatitis atopik- Psoriasis- Dermatitis seboroik

PENATALAKSANAAN

- Eritroderma gol I : hentikan obat tersangka , pemberian kortikosteroid , prednison 4x10 mg- Eritroderma gol II : kortikosteroid , prednison 4x10 mg sampai 15 mg sehari- Metilprednisolon- Kloramburasil dengan dosis 2-6mg sehari- Pada eritroderma kronis diberikan diet tinggi protein

24

KOMPLIKASI

- Abses- Furunkolosis- Konjungtivitis- Stomatitis- Bronkitis- Limfadenopati- Hepatomegali - Rhinitis- Kolitis

PROGNOSIS

Prognosis tergantung pada proses penyakitnya yang mendasarinya . Kausu karena penyebab obat dapat membaik setelah penggunnaan obat dihentikan dan diberi terapi yang sesuai . Pada penderita yang belum diketahui penyebabnya , pengobatan dengan kortikosteroid hanya mengurangi gejalanya , pasien akan mengalami ketergantungan kortikosteroid

DAFTAR PUSTAKA

Buku Kulit dan Kelamin edisi ke enam UI

Ilmu Penyakit Dalam, Harrison

25

Guyton dan Hall. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Ed 11. Hal 612-613. 2007. Jakarta : EGC

Price dan Wilson. Buku Patofisiologi .Vol 1 dan Vol 2. Ed 6. Hal 164-165. Jakarta : EGC

Sobotta

Histologi Junqueira

26