fudky

23
8 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Tinjauan Tentang Perhatian Orang Tua a. Pengertian tentang Perhatian Orang Tua Perhatian merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi hasil belajar. Sumadi Suryabrata (2008: 14) menjelaskan bahwa pengertian perhatian sebagai banyak sedikitnya kesadaran yang menyertai sesuatu aktivitas yang dilakukan. Slameto (2010: 105) menyatakan bahwa perhatian adalah kegiatan yang di lakukan seseorang dalam hubungannya dengan pemilihan rangsangan yang datang dari lingkungannya. Sedangkan Baharuddin (2007: 178) mengatakan perhatian adalah pemusatan atau konsentrasi dari seluruh aktivitas individu yang ditujukan pada suatu sekumpulan obyek. Dari beberapa pengertian perhatian yang telah diuraikan diatas peneliti simpulkan bahwa sesuatu dapat dikatakan sebagai suatu perhatian apabila ada pemusatan atau konsentrasi dalam diri individu pada suatu objek yang ada di dalam maupun yang di luar diri kita. Orang tua adalah komponen keluarga yang terdiri dari ayah dan ibu, dan merupakan hasil dari sebuah ikatan perkawinan yang sah yang dapat membentuk suatu keluarga. Orang tua memiliki tanggung jawab untuk memdidik, mengasuh, membimbing anak-anaknya untuk mencapai tahapan

description

yeah

Transcript of fudky

8

BAB II KAJIAN PUSTAKA

A. Kajian Teori

1. Tinjauan Tentang Perhatian Orang Tua

a. Pengertian tentang Perhatian Orang Tua

Perhatian merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi hasil

belajar. Sumadi Suryabrata (2008: 14) menjelaskan bahwa pengertian

perhatian sebagai banyak sedikitnya kesadaran yang menyertai sesuatu

aktivitas yang dilakukan. Slameto (2010: 105) menyatakan bahwa perhatian

adalah kegiatan yang di lakukan seseorang dalam hubungannya dengan

pemilihan rangsangan yang datang dari lingkungannya. Sedangkan

Baharuddin (2007: 178) mengatakan perhatian adalah pemusatan atau

konsentrasi dari seluruh aktivitas individu yang ditujukan pada suatu

sekumpulan obyek.

Dari beberapa pengertian perhatian yang telah diuraikan diatas peneliti

simpulkan bahwa sesuatu dapat dikatakan sebagai suatu perhatian apabila ada

pemusatan atau konsentrasi dalam diri individu pada suatu objek yang ada di

dalam maupun yang di luar diri kita.

Orang tua adalah komponen keluarga yang terdiri dari ayah dan ibu, dan

merupakan hasil dari sebuah ikatan perkawinan yang sah yang dapat

membentuk suatu keluarga. Orang tua memiliki tanggung jawab untuk

memdidik, mengasuh, membimbing anak-anaknya untuk mencapai tahapan

9

tertentu yang akan menghantarkan anak untuk siap dalam kehidupan

masyarakat. Dalam KBBI (2005: 802) bahwa yang dimaksud orang tua adalah

orang yang dihormati (disegani) di kampong, tetua.

Dalam hal ini perhatian yang dimaksud adalah perhatian yang diberikan

oleh orang tua kepada anaknya. Orang tua adalah ayah dan ibu yang

melahirkan manusia baru (anak). Jadi yag dimaksud perhatian orang tua

adalah pemusatan atau konsentrasi orang tua (ayah, ibu) pada suatu obyek di

dalam maupun di luar diri mereka.

b. Aspek-aspek Perhatian Orang Tua

Abu Ahmadi dan widodo Supriyono (2008: 87-88) mengatakan bahwa

kemajuan belajar anak tidak terlepas dari bantuan dan pengawasan dari orang

tua (ayah dan ibu). Diadaptasi dari pendapat Nunung Suwardi BA (1983: 115-

117) yang mengemukakan usaha orang tua untuk meningkatkan prestasi

belajar anak-anaknya, sebagai berikut.

1) Orang tua perlu sekali menciptakan suasana tentram dan damai dalam

rumah tangga. Keserasian antara ayah dan ibu, saling mencintai, saling

menghargai, saling mengerti dan menerima. Ayah mestinya merupakan

lambang ketenangan, kehalusan perasaan, kesejukan, dedikasi dan penuh

kasih sayang bagi anak-anaknya. Ini akan merupakan contoh dan moral

yang paling besar bagi ketentraman jiwa si anak. Sehingga si anak dapat

melakukan hal-hal yang positif tanpa adanya gangguan emosi. Abu

Ahmadi dan Widodo Supriyono (2004: 87) mengemukakan kaitannya

10

dengan keluarga hendaknya suasana rumah selalu dibuat menyenangkan,

tentram, damai, harmonis, agar anak betah tinggal di rumah. Keadaan ini

akan menguntungkan bagi kemajuan belajar anak.

2) Keterbukaan hubungan antara orang tua dan anak. Orang dan anak-anak

sama-sama belajar saling menyesuaikan diri sehingga timbul hubungan

yang akrab dan erat. Sering orang tua terlalu banyak melarang, sehinngga

menjengkelkan si anak. Sebaiknya larangan itu harus dapat dialihkan

menjadi perintah atau anjuran. Usahakan jangan sampai orang tu menjadi

musuh besar bagi anak. Abu Ahmadi dan Widodo Supriyono (2004: 86)

berpendapat sifat hubungan orang tua dan anak sering dilupakan. Faktor ini

penting sekali dalam menentukan kemajuan belajar anak. Yang dimaksud

hubungan adalah kasih sayang penuh pengertian, atau kebencian, sikap

keras, acuh tak acuh, memanjakan, dan lain-lain. Kasih sayang dari orang

tua akan menimbulkan mental yang sehat bagi anak.

3) Memperhatikan kasehatan. Orang tua harus jadi dapat segera melihat tanda-

tanda keletihan si anak. Kemudian segera mencari penyebabnya: (a)

bagaimana makananya sudah cukup baikkah nilai gizinya (b) Sudah

cukupkah makanan yang dimakannya (c) Cukupkan tudurnya. Kemudian

segera ditanggulangi penyebabnya sedini mungkin. Dengan keadaan

kesehatan yang baik dari dalam maupun luar anak akan menunjang aktifitas

anak dalam kesehariannya terutama dalam belajarnya.

11

4) Perlu adanya pengarahan ataun rangsangan dari orang tua agar anak-anak

mempunyai cita-cita untuk masa depannya. Karena seringkali anak sudah

duduk di bangku SMA masih belum tahu cita-cita mau jadi apa. Mereka

tahu pasti peranannya dalam masyarakat nanti, dibidang apa dia harus

berbakti. Ini akan merupakan target yang harus mereka capai dan harus

mereka persiapkan sebaik-baiknya untuk menyongsong hari depan yang

gemilang. Cita-cita mereka harus disesuaikan dengan kemampuan dan

minat si anak. Hubungan perhatian orang tua dengan anak harus

ditanamkan sedini mungkin terutaman dalam hal ini mengenai pengarahan

untuk masa dapan anaknya. Dengan cara menggali bakat, dan minat anak

secara konsisten orang tua akan mengetahui potensi-potensi yang ada pada

diri si anak, sehingga si anak dalam melangkah sudah mengetahui apa yang

menjadi cita-citanya.

5) Mengadakan konsultasi dengan guru di sekolah mengenai maju mundurnya

pelajaran anak-anak dan dibicarakan langkah-langkah apa yang kiranya

dapat membantu meningkatkan prestasi anak disekolah. Dengan adanya

komunikasi yang baik antara orang tua dan pihak sekolah terutama guru

kelas. Hubungan antara orang tua dengan pihak sekolah (guru) akan

membentuk adanya kerjasama dalam hal ini bagaimana cara agar si anak

dapat belajar dengan rajin baik di sekolah maupun ketika di rumah.

Sehingga dengan adanya control belajar yang baik maka akan dapat

meningkatkan hasil belajar anak.

12

6) Adanya bimbingan yang terarah dari orang tua untuk mengisi waktu

terluang dengan cara terbaik, sehingga akan membuat kebiasaan aktivitas

yang menyenangakan. Dengan cara membuat jadwal pelajaran yang tepat

akan membantu si anak dalam belajar, dan mengetahui mana waktunya

belajar, dan mana waktunya untuk bermain. Dalam mengisi waktu luang

akan sebaiknya orang tua mengarahkan sesuai dengan bakat, dan minat si

anak, seperti memasukannya ke sekolah sepak bola, les musik, dan lain-

lain.

7) Memberikan petunjuk-petunjuk praktis mengenai cara belajar yang efisien,

cara mengatur waktu, disiplin belajar, konsentrasi, persiapan menghadapi

ujian atau testing dan sebagainya. Waktu anak sebagian besar terada di

rumah, sedangkan di sekolah hanya beberapa jam saja. Dengan ini peran

atau perhatian orang tua khususnya dalam membimbing belajar anak,

diharapkan mampu mengkondisikan belajar anak setelah pulang sekolah,

sehingga apa yang telah dipelajari di sekolah dapat melekat pada diri anak.

Orang tua dalam mengkondisikan si anak terutama dalam hal belajar bisa

dengan berbagai cara, misal dengan membuat jadwal pelajaran, menemani

belajar, menanyakan apakah ada kesulitan dalam belajar, menanamkan

percayaan diri kepada si anak untuk percaya kepada kemampuan yang

dimilikinya.

8) Menyediakan tempat belajar yang baik, sesuai dengan persyaratan

kesehatan. Abu Ahmadi dan Widodo Supriyono (2004: 76) mengemukakan

13

untuk dapat belajar yang efektif diperlukan lingkungan fisik yang baik dan

teratur, misalnya (a) ruang belajar harus bersih, tak ada bau-bauan yang

mengganggu konsentrasi pikiran (b) ruangan cukup terang, tidak gelap

yang dapat mengganggu mata (c) cukup sarana yang diperlukan untuk

belajar, misalnya alat pelajaran, buku-buku, dan sebagainya.

Muniarti Sulasti (Ida Susanti, 1996: 19) memberikan gambaran

mengenai perhatian orang tua adalah sebagai berikut.

Orang tua yang menaruh perhatian besar pada belajar anak-anaknya dapat dilihat misalnya adanya peringatan-peringatan, teguran-teguran, memperhatikan penyediaan sarana studi dan sebagainya. Lebih lanjut dikatakan bahwa orang tua yang memperhatikan anaknya terutama dalam belajar dapat dilihat dari usaha orang tua untuk memenuhi kebutuhan belajar anaknya. Banyak anak yang lemah semangat belajarnya karena orang tua kurang memperhatikan kebutuhan fasilitas belajar anaknya.

Sependapat dengan pernyataan di atas Sutratinah Tirtonegoro (Ida

Susanti, 1996: 20) mengemukakan sebagai berikut.

Kemajuan belajar anak tidak lepas dari bantuan dan perhatian dari guru-guru dan sekolahnya. Tetapi tidak kurang pentingnya dan bahkan ikut ambil peranan yaitu adanya perhatian orang tua (ayah dan ibu), perhatian itu antara lain diberinya fasilitas belajar secukupnya. Berdasarkan dari beberapa pendapat di atas mengenai perhatian orang

tua dapat disimpulkan aspek-aspek perhatian orang tua terhadap anaknya,

antara lain:

(a) menyediakan fasilitas belajar

(b) memberikan bimbingan belajar

(c) membantu mengatasi masalah anak

14

(d) mengadakan kerjasama dengan pihak sekolah

(e) memberikan motivasi belajar

c. Jenis-jenis Perhatian Orang Tua

Perhatian timbul karena adanya pemusatan atau konsentrasi dari seluruh

aktivitas individu yang ditujukan kepada suatu objek atau sekumpulan objek.

Dilihat dari beberapa segi, perhatian dapat dibagi menjadi beberapa jenis.

Bimo walgito (2010: 112-113) membagi perhatian dalam beberapa segi yaitu:

1) Ditinjau dari segi timbulnya perhatian, maka perhatian dapat dibedakan

atas perhatian spontan, dan perhatian tidak spontan. Perhatian spontan yaitu

perhatian yang timbul dengan sendirinya, timbul dengan secara spontan,

sedangkan perhatian tidak spontan yaitu perhatian yang timbul dengan

sengaja, karena itu harus ada kemauan untuk menimbulkannya.

2) Dilihat dari banyaknya objek yang dapat dicakup oleh perhatian pada suati

waktu, perhatian dapat dibedakan, perhatian yang sempit, dan perhatian

yang luas. Perhatian yang sempit yaitu perhatian individu pada suatu waktu

hanya dapat memperhatikan sedikit objek. Sedangkan perhatian yang luas

yaitu perhatian individu yang pada suatu waktu dapat memperhatikan

banyak objek sekaligus.

3) Dilihat dari perhatian yang sempit, dan perhatian yang luas, perhatian dapat

dibedakan atas perhatian yang terpusat, dan perhatian yang terbagi-bagi.

Perhatian yang terpusat yaitu individu pada suatu waktu hanya dapat

memusatkan perhatiannya pada suatu objek, sedangkan perhatian yang

15

terbagi-bagi yaitu individu pada suatu waktu dapat memperhatikan banyak

hal atau objek.

4) Dilihat dari fruktuasi perhatian, maka perhatian dapat dibedakan, perhatian

yang statis, dan perhatian yang dinamis. Perhatian yang statis yaitu

individu dalam waktu yang tertentu dapat dengan statis atau tetap

perhatiannya tertuju pada objek tertentu, sedangkan perhatian yang dinamis

yaitu individu dapat memindahkan perhatiannya secara lincah dari satu

objek ke objek lainnya.

Sumadi Suryabrata (2008: 14-16) menyebutkan macam-macam

perhatian sebagai berikut.

(a) Atas dasar intensitasnya, yaitu banyak sedikitnya kesadaran yang menyertai sesuatu aktivitas atau pengalaman batin. Dibedakan menjadi perhatian intensif dan perhatian tidak intensif.

(b) Atas dasar cara timbulnya, dibedakan menjadi perhatian spontan (perhatian tak sekehendak atau perhatian tak disengaja) dan perhatian sekehendak (perhatian disengaja, perhatian refleksif).

(c) Atas dasar luasnya objek yang dikenai perhatian, perhatian di bedakan menjadi perhatian terpencar (distributif) dan perhatian terpusat (konsentratif).

Jadi kesimpulannya ada bermacam-macam jenis perhatian yang

dilakukan orang tua terhadap anaknya. Orang tua yang satu dengan orang tua

yang lain cara mengungkapkan perhatian kepada anaknya jelas berbeda-beda.

Perhatian orang tua merupakan bentuk kasih sayang, kepedulian maupun

simpati orang tua terhadap keadaan anaknya.

16

d. Fungsi Keluarga atau Orang Tua

Keluarga bahagia merupakan suatu hal yang sangat penting bagi

perkembangan emosi para anggotanya (terutama anak). Kebahagiaan itu

diperoleh, apabila keluarga dapat memerankan fungsinya secara baik.

Fungsi dari keluarga atau orang tua kepada anak-anaknya antara lain:

(1) memberikan rasa aman bagi anak dan anggota keluarga lainnya (2) sumber

pemenuhan kebutuhan, baik fisik maupun psikis (3) sumber kasih sayang dan

penerimaan (4) model perilaku yang tepat bagi anak untuk menjadi anggota

masyarakat yang baik (5) pemberi bimbingan bagi pengembangan perilaku

yang secara sosial dianggap tepat (6) pembantu anak dalam memecahkan

masalah yang dihadapinya dalam rangka menyesuaikan dirinya terhadap

kehidupan (7) pemberian bimbingan dalam belajar keterampilan, motor,

verbal, dan sosial yang dibutuhkan untuk penyesuaian diri (8) stimulator bagi

perkembangan kemampuan anak untuk mencapai prestasi, baik di sekolah

maupun di masyarakat (9) pembimbing dalam mengembangkan aspirasi (10)

sumber persahabatan (teman bermain) anak, sampai cukup usia untuk

mendapatkan teman di luar rumah, atau apabila persahabatan di luar rumah

tidak memungkinkan (Syamsu Yusuf, L.N dan A. Jundika Nurihsan, 2006:

178).

17

2. Tinjauan Tentang Hasil Belajar

a. Pengertian Belajar

Belajar sebagai sebuah proses tertentu mempunyai maksud dan tujuan

yang hendak dicapai. Berikut ini akan disajikan beberapa pendapat tentang

definisi belajar. Belajar dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2005: 17)

adalah berusaha memperoleh kepandaian atau ilmu. Gagne (Dimyati dan

Mudjiono, 2006: 10) menyatakan bahwa belajar adalah seperangkat proses

kognitif yang mengubah sifat stimilasi lingkungan, melewati pengolahan

informasi, menjadi kapasitas baru. Proses kognitif tersebut menghasilkan

suatu hasil belajar. Hasil belajar tersebut terdiri dari informasi verbal,

keterampilan intelek, keterampilan motorik, sikap, dan siasat kognitif.

Syaiful Bahri Djamarah (2011: 13) berpendapat bahwa belajar adalah

serangkaian kegiatan jiwa raga untuk memperoleh suatu perubahan tingkah

laku sebagai hasil dari pengalaman individu dalam interaksi dengan

lingkungannya yang menyangkut kognitif, afektif, dan psikomotor. Perubahan

yang terjadi karena proses belajar memiliki ciri-ciri tertentu.

Slameto (2010: 3-5) menyebutkan bahwa ciri-ciri perubahan tingkah

laku dalam belajar antara lain:

1) Terjadi secara sadar 2) Kontinu dan fungsional 3) Bersifat positif dan aktif 4) Bersifat permanen 5) Bertujuan atau berarah 6) Mencakup seluruh aspek tingkah laku

18

Muhibbin Syah (2008: 63) mengemukakan bahwa belajar adalah

kegiatan yang berproses dan merupakan unsur yang sangat fundamental dalam

penyelenggaraan setiap jenis dan jenjang pendidikan. Ini berarti, bahwa

berhasil atau gagalnya pencapaian tujuan pendidikan itu amet gantung pada

proses belajar yang dialami siswa baik ketika ia berada di sekolah maupun di

lingkungan rumah atau keluarga sendiri.

Dari beberapa pendapat di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa belajar

merupakan usaha yang sengaja dilakukan dengan tujuan untuk mendapatkan

perubahan tingkah laku yang relatif permanen sebagai hasil pengalaman dan

interaksi dengan lingkungan. Perubahan tingkah laku bersifat kontinu, positif,

aktif, dan mencakup seluruh aspek tingkah laku. Belajar dapat dilaksanakan di

sekolah maupun di keluarga.

b. Tujuan Belajar

Ada bermacam variasi mengenai tujuan dalam belajar. Salah satunya

menurut Sardiman (2011: 25-29) ada tiga jenis tujuan dalam belajar, yaitu

untuk mendapatkan pengetahuan, penanaman konsep dan keterampilan serta

pembentukan sikap.

Dari ketiga tujuan pembelajaran tersebut, maka dapat diuraikan sebagai

berikut.

1) Untuk mendapatkan pengetahuan

Hal ini ditandai dengan kemampuan berpikir. Kemampuan dalam

berpikir dan kepemilikan pengetahuan itu dua hal yang tidak dapat

19

dipisahkan. Hal ini terbukti bahwa seseorang tidak akan dapat

mengembangkan kemampuan berpikir tanpa adanya bahan pengetahuan,

sebaliknya juga kemampuan berpikir tesebut dapat memperkaya

pengetahuan yang dimiliki seseorang. Tujuan inilah yang memiliki

kecenderungan lebih besar di dalam kegiatan belajar.

2) Penanaman konsep dan keterampilan

Penanaman konsep atau merumuskan konsep, juga memerlukan suatu

keterampilan. Keterampilan memang dapat dididik, yaitu dengan banyak

melatih kemampuan. Interaksi yang mengarah pada pencapaian

keterampilan itu akan menuruti kaedah-kaedah tertentu dan bukan semata-

mata hanya menghafal serta meniru.

3) Pembentukan sikap

Pembentukan sikap mental dan perilaku siswa, tidak akan terlepas

dari soal penanaman nilai-nilai. Oleh karena itu, guru tidak hanya sekedar

sebagai pengajar, tetapi betul-betul sebagai pendidik yang akan

memindahkan nilai-nilai itu kepada siswa. Dengan dilandasi nilai-nilai itu,

siswa akan tumbuh kesadaran dan kemauannya untuk mempraktikkan

segala sesuatu yang sudah dipelajarinya.

Oemar Hamalik (2008: 85) berpendapat bahwa tujuan belajar adalah

perangkat hasil yang hendak dicapai setelah siswa melakukan kegiatan

belajar. Tujuan yang disadari oleh siswa sendiri sangat bermakna dalam upaya

menggerakkan kegiatan belajar untuk mencapai hasil yang optimal.

20

Jadi, dapat disimpulkan bahwa tujuan dari belajar adalah untuk

mendapatkan atau menambah pengetahuan seseorang, penanaman konsep dan

keterampilan, serta untuk pembentukan sikap seseorang agar menjadi lebih

baik, dan mencapai nilai yang optimal.

c. Pengertian Hasil Belajar

Dimyati dan Mudjiono (2006: 250-251) berpendapat bahwa Hasil

belajar merupakan hal yang dapat dipandang dari dua sisi yaitu sisi siswa dan

dari sisi guru. Dari sisi siswa, hasil belajar merupakan tingkat perkembangan

mental yang lebih baik bila dibandingkan pada saat sebelum belajar. Tingkat

perkembangan mental tersebut terwujud pada jenis-jenis ranah kognitif,

afektif, dan psikomotor. Sedangkan dari sisi guru, hasil belajar merupakan

saat terselesaikannya bahan pelajaran.

Oemar Hamalik (2008: 159) menyatakan evaluasi hasil belajar adalah

keseluruhan kegiatan pengukuran (pengumpulan data dan informasi),

pengolahan, penafsiran dan pertimbangan untuk membuat keputusan tentang

tingkat hasil belajar yang dicapai siswa setelah melakukan kegiatan belajar

dalam upaya mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan. Hasil

belajar menunjukkan pada prestasi belajar, sedangkan prestasi belajar itu

merupakan indikator adanya dan derajat perubahan tingkah laku siswa.

Sasaran dari hasil belajar mencakup tiga ranah yaitu ranah kognitif, afektif

dan keterampilan (Oemar Hamalik, 2008: 161-163).

21

1) Ranah Kognitif

Berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri dari 6 aspek yaitu

pengetahuan, pemahaman, penerapan, analisis, sintesis dan penilaian. Tiap

kategori dirinci menjadi suatu struktur dan urutan tertentu, misalnya dari

konsep yang sederhana menuju ke konsep – konsep yang lebih komplek.

2) Ranah Afektif

Berkenaan dengan sikap dan nilai. Ranah afektif meliputi lima jenjang

kemampuan yaitu menerima, menjawab atau reaksi, menilai, organisasi dan

karakterisasi dengan suatu nilai atau kompleks nilai.

3) Ranah Psikomotor

Meliputi keterampilan motorik, manipulasi benda-benda, koordinasi

neuromuscular (menghubungkan,mengamati).

Dari uraian-uraian tadi, penulis dapat menyimpulkan apa yang dimaksud

dengan hasil belajar, yaitu sesuatu yang diperoleh setelah seseorang

mengalami suatu proses yang ditandai dengan adanya perubahan tingkah laku

sebagai hasil dari pengalaman individu dalam interaksi dengan lingkungannya

yang menyangkut pemahaman dan pengetahuan terhadap berbagai hal. Hasil

belajar dalam penelitian ini hasil belajar diperoleh dengan nilai ujian tengah

semester khususnya pada mata pelajaran matematika pada kelas IV pada tahun

pelajaran 2011/2012 di SD N Serang. Dengan hasil belajar yang baik akan

mempengaruhi pada hasil belajar pada mata pelajaran yang lainnya, ini

tentunya akan membantu dalam mengembangkan daya berpikirnya.

22

d. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar

Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi hasil belajar. Slameto

(2010: 54) menyebutkan faktor-faktor yang mempengaruhi belajar dapat

dibagi menjadi dua yaitu faktor interen dan faktor eksteren, sebagai berikut.

1) Faktor-faktor interen

Faktor interen adalah faktor yang berasal dari dalam diri individu

yang sedang belajar. Faktor ini dibagi menjadi tiga yaitu faktor jasmaniah,

faktor psikologis, dan faktor kelelahan, adapun penjelasan selengkapnya,

sebagai berikut.

a) Faktor jasmaniah

Faktor jasmaniah adalah salah satu faktor yang mempengaruhi

belajar. Faktor jasmaniah terdiri dari faktor kesehatan dan cacat tubuh.

Untuk dapat belajar dengan baik, seseorang harus menjaga

kesehatannya. Dengan tubuh yang sehat, maka belajar pun akan menjadi

bersemangat. Selain kesehatan yang termasuk dalam faktor jasmaniah

adalah cacat tubuh. Tubuh yang cacat atau tidak normal akan

mengganggu belajar siswa.Siswa harus belajar dengan menggunakan

alat bantu dan perlakuan khusus.

b) Faktor psikologis

Faktor psikologis di antaranya adalah inteligensi, perhatian, minat,

bakat, motif, kematangan, dan kesiapan. Semua aspek tersebut sangat

berpengaruh terhadap kesuksesan belajar seseorang. Minat misalnya

23

sangat berpengaruh terhadap keberhasilan belajar seseorang. Siswa yang

berminat tinggi untuk belajar akan mendapatkan hasil yang lebih baik

dibandingkan siswa yang kurang mempunyai minat belajar. Selain itu

contoh lain adalah tentang aspek kesiapan. Kesiapan seseorang untuk

belajar juga berpengaruh terhadap proses dan hasil belajar siswa. Siswa

yang siap belajar cenderung dapat mengikuti proses belajar mengajar

dengan baik dibandingkan siswa yang kurang siap mengikuti proses

belajar mengajar.

c) Faktor kelelahan

Kelelahan adalah salah satu faktor yang mempengaruhi belajar.

Jika tubuh lelah, maka konsentrasi untuk belajar menjadi terganggu.

Maka dari itu istirahat sangatlah perlu untuk menjaga stamina tubuh,

sehingga seseorang bisa berkonsentrasi dalam belajar.

2) Faktor-faktor eksteren

Faktor eksteren merupakan faktor yang ada di luar individu. Faktor

eksteren dikelompokkan menjadi tiga faktor yaitu faktorkeluarga, faktor

sekolah dan faktor masyarakat, adapun penjelasan selengkapnya, sebagai

berikut.

a) Faktor keluarga

Belajar yang baik dapat dilakukan apabila keadaan rumah tenang

dan tentram, hubungan keluarga baik sehingga anak betahdi rumah dan

faktor ekonomi keluarga terpenuhi. Namun hal ituberbalik arah dengan

24

keadaan seseorang yang mempunyai keluarga dengan keadaan ekonomi

yang minim, anak akan cenderung ikut berusaha memikirkan masalah

yang sedang dialami orang tuanya sehingga konsentrasi belajar

menurun.

b) Faktor sekolah

Faktor sekolah meliputi lingkungan sekolah, metode mengajar,

kurikulum, dan fasilitas-fasilitas lain yang menunjang belajar. Faktor-

faktor ini juga sangat berpengaruh terhadap hasil belajar seseorang.

Misalnya metode mengajar yang digunakan guru juga berpengaruh

terhadap hasil belajar siswa. Guru yang tidak menggunakan metode

pembelajaran yang variatif akan membuat siswa merasa bosan terhadap

pembelajaran yang dibawanya sehingga hasil belajar pun akan menurun.

c) Faktor masyarakat

Faktor masyarakat meliputi teman bergaul, kegiatan siswa dalam

masyarakat, media masa yang memberi pengaruh baik pada siswa, dan

lingkungan masyarakat yang positif. Faktor-faktor ini pun secara

langsung ataupun tidak langsung dapat mempengaruhi.

Dari faktor- faktor yang mempengaruhi hasil belajar dapat disimpulkan

bahwa ada dua faktor yang mempengaruhi hasil belajar yaitu faktor intern dan

faktor ekstern. Faktor intern adalah faktor yang berasal dari dalam individu

tersebut dan faktor eksternal adalah faktor yang berasal dari luar diri individu.

25

3. Tinjauan Tentang Matematika

a. Pengertian Matematika

Ruseffendi (Heruman, 2008: 1) menyatakan bahwa matematika adalah

bahasa simbol, ilmu deduktif yang tidak menerima pembuktian secara induktif

: ilmu tentang pola keteraturan, dan struktur yang terorganisasi, mulai dari

unsur yang tidak didefinisikan, ke unsur yang didefinisikan, ke aksioma atau

postulat, dan akhirnya ke dalil. Sedangkan Soedjadi (Heruman, 2008: 1)

menyatakan bahwa hakikat matematika yaitu memiliki objek tujuan abstrak,

bertumpu pada kesepakatan dari pola pikir yang deduktif.

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) matematika

didefinisikan sebagai ilmu tentang bilangan, hubungan antara bilangan, dan

prosedur operasional yang digunakan dalam penyelesaian masalah mengenai

bilangan.

Johnson dan Rising (Asep Jihad, 2008: 152) mengemukakan bahwa

matematika adalah pola berfikir, pola mengorganisasikan pembuktian yang

logik, matematika itu adalah bahasa, bahasa yang menggunakan istilah yang

didefinisikan dengan cermat, jelas, akurat dengan simbul yang padat, lebih

berupa bahasa simbol mengenai arti dari pada bunyi, matematika adalah

pengetahuan struktur yang terorganisasi, sifat-sifat atau teori-teori dibuat

secara deduktif berdasarkan kepada unsur yang tidak didefinisikan, aksioma,

sifat atau teori yang telah dibuktikan kebenarannya, matematika adalah ilmu

tentang pola keteraturan, dan matematika adalah suatu seni, keindahannya

26

terdapat pada keterututan dan keharmonisan. Sedangkan Reys (Asep Jihad,

2008: 152) mengatakan bahwa matematika merupakan telaah tentang pola dan

hubungan, suatu jalan atau pola berfikir, suatu seni, suatu bahasa dan suatu

alat. Senada dengan pendapat Kline (Asep Jihad, 2008: 152) bahwa

matematika bukan pengetahuan tersendiri yang dapat sempurna karena dirinya

sendiri, tetapi beradanya karena untuk membantu manusia dalam memahami

dan menguasai permasalahan sosial, ekonomi dan alam.

Jadi dapat disimpulkan bahwa matematika merupakan bahasa yang

menggunakan lambang-lambang atau simbol dan memiliki arti serta dapat

digunakan dalam pemecahan masalah yang ada dalam kehidupan sehari-hari.

b. Karakteristik Matematika

Asep Jihad (2008: 152-153) mengemukakan bahwa ada beberapa

karakteristik matematika yang dapat membedakan dengan ilmu pengetahuan

lain, sebagai berikut.

1) Objek pembicaraan matematika bersifat abstrak, sekalipun dalam pembelajaran di sekolah anak diajarkan mengenai benda-benda konkret, namun siswa tetap di dorong untuk melakukan abstraksi.

2) Dalam pembahasannya mengandalkan tata nalar, artinya info awal berupa pengertian yang dibuat seefisien mungkin, pengertian lain harus dijelaskan kebenarannya dengan tata nalar yang logis.

3) Pengertian ataupun konsep atau pernyataan yang digunakan sangat jelas berjenjang sehingga terjaga konsistensinya.

4) Matematika melibatkan perhitungan atau operasi. 5) Matematika dapat dipakai dalam ilmu yang lain serta dalam kehidupan

sehari-hari. 6) Dalam pembahasannya, matematika memiliki dua objek garapan yakni

objek langsung, yang terdiri dari fakta, konsep, prinsip, dan prosedur operasi, sedangkan objek tidak langsungnya menyangkut tentang implikasi dari proses pembelajaran matematika, yang terdiri dari kebiasaan bekerja

27

baik, sikap memanipulasi dalam arti positif, serta membangun konsep mental yang baik seperti kejujuran.

Jadi dapat penulis simpulkan bahwa, matematika mempunyai beberapa

karakteristik yang dapat membedakan dengan ilmu pengetahuan yang lain.

Karakteristiknya meliputi objek pembicaraannya abstrak, pembahasan

mengandalkan nalar, terjaga konsistensinya, melibatkan perhitungan, dapat

diterapkan pada ilmu lain dan kehidupan sehari-hari, serta dalam

pembahasannya memiliki dua objek garapan yakni langsung dan tidak

langsung.

4. Karakteristik Anak SD

Pelaksanaan pembelajaran di SD harus disesuaikan dengan karakteristik

dari anak SD. Pemahaman akan karakteristik anak SD akan mempengaruhi guru

dalam menentukan metode yang digunakan dalam kegiatan pembelajaran. Jean

Piaget (Sugihartono, 2007: 109) membagi tahap perkembangan kognitif dalam 4

tahap. Tahap perkembangan tersebut adalah sebagai berikut.

a. Stadium Sensorimotorik (0-2 tahun)

Tingkah laku intelegen pada bayi, baru dapat diketahui dalam bentuk aktivitas

motorik sebagai reaksi stemulasi sensorik. Bayi sudah mempunyai skema

tingkah laku antara lain: menghisap, meraih, atau memegang.

b. Stadium Praoperasional (2-7 tahun)

Anak telah memiliki penguasaan bahasa yang sistematis, permainan yang

simbolis. Anak mampu menirukan tingkah laku yang dilihatnya seharihari dan

28

sehari sebelumnya. Pada masa ini berpikir anak sangat egosentrik, belum

mampu mengambil perspektif orang lain, melainkan perspektifnua sendiri.

Cara berpikirnya sangat memusat saat dihadapkan pada benda

multidimensional, anak hanya memusatkan paada satu dimensi dan

mengabaikan dimensi lain.

c. Stadium Operasional Konkret (7-11 tahun)

Cara berpikir egosentris mulai berkurang, sehingga menjadi desentrasi, yaitu

mampu memperhatikan dimensi lebih dari satu dalam waktu seketika dan

mampu menghubungkan beberapa dimensi. Pada stadium ini anak dapat

menjawab bila dalam keadaan kongkrit maksudnya ada bendanya. Jika dalam

bentuk kata-kata belum dapat menjawab.

d. Stadium Operasional Formal (12-15 tahun)

Pada masa ini cara berpikir tidak terikat, sudah terlepas dari tempat dan

waktu. Namun bagi anak yang taraf intelegensinya di bawah normal dan di

lingkungan kebudayaan yang rendah tarafnya, anak tidak dapat berpikir secara

abstrak. Bahkan remaja yang normal dipengaruhi budaya yang tak

merangsang cara berpikirnya juga tidak akan mencapai berpikir abstrak secara

optimal.

Jadi dalam pelaksanaan pembelajaran di SD harus memperhatikan

karakteristik peserta didik meliputi stadium sensorik motorik, stadium pra

operasional, stadium operasional konkret, operasional formal. Dengan

29

memperhatikan karakteristik peserta didik guru akan mengetahui pembelajaran

yang akan dilaksanakannya.

B. Kerangka Pikir

Pendidikan di lingkungan keluarga sangatlah perlu dilaksanakan dalam

pendidikan informal. Keluarga merupakan lingkungan pendidikan yang pertama

kali dirasakan oleh anak, apapun yang dilihat dalam keluarga secara tidak

langsung aan membentuk watak dan kepribadian si anak tersebut. Oleh karena itu

keluarga khususnya orang tua harus mampu menanamkan nilai-nilai moral dan

etika yang baik kepada anaknya. Bagi anak keluarga adalah tempat bernaung dan

tempat untuk belajar mengenai pengalaman sebagai bekal masa depannya. Anak

akan belajar dengan tekun dan rajin karena adanya perhatian orang tua terhadap

sekolahnya.

Totalitas orang tua dalam memperhatikan aktivitas anak selama menjalani

rutinitasnya sebagai pelajar sangat diperlukan agar anak mudah dalam

mentransfer ilmu selama menjalani proses belajar yang dilaksanakan di sekolah

maupun di keluarga atau di rumah, agar si anak mencapai hasil belajar yang

maksimal. Perhatian orang tua dapat berupa pemberian bimbingan dan nasihat,

pengawasan terhadap belajar, pemberian motivasi dan penghargaan, serta

pemenuhan fasilitas belajar.

Dalam hal ini orang tua mempunyai tanggung jawab dalam mendidik anak-

anaknya. Namun belum banyak orang tua yang memperhatikan belajar anak-

30

anaknya di lingkungan keluarga atau rumah, mereka menyerahkan seluruh

belajar anak-anaknya kepada pihak sekolah.

Mata pelajaran matematika merupakan mata pelajaran yang diberikan di

SD sampai dengan SLTA, salah satu mata pelajaran untuk ujian nasional adalah

matematika. Matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang mempunyai

banyak manfaat dalam berbagai bidang kehidupan, namun tingkat penguasaan

siswa terhadap pelajaran ini masih kurang. Pada siswa merasa susah dan enggan

untuk mempelajari matematika dari pada mata pelajaran yang lainnya.

C. Hipotesis

Berdasarkan kajian teori dan kerangka pikir, maka dapat diajukan hipotesis

sebagai berikut. “ Ada hubungan perhatian orang tua dengan hasil belajar sisiwa

kelas IV pada mata pelajaran matematika di SD N Serang”.