fsi-febui.comfsi-febui.com/.../2016/03/SUNSHINE-UAS-Pak-Yusuf.docx · Web viewhisbah. sistem...

17
Kompilasi Soal Ujian Akhir Semester Genap T.A. 2015-2016 Mata Kuliah Ekonomi Syariah Pak Yusuf Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia Nomor 1 Strategi pembangunan konvensional hanya berfokus pada ekonomi semata. Ekonomi telah menjadi cara (means) sekaligus tujuan (ends) pembangunan. a. Jelaskan pembangunan dalam perspektif maqashid a-syari’ah! Jelaskan komponen maqashid sebagai sumber daya produktif, tujuan utama, dan visi strategis pembangunan! Pembangunan dalam perspektif maqashid syariah ialah pembangunan yang menjaga lima poin penting kebutuhan dasar manusia yang terangkum di dalam konsep Maqasid al- Shariah sehingga diharapkan kemaslahatan umat manusia dapat tercapai. Lima poin penting dalam maqashid syariah yang perlu dijaga agar kebutuhan dasar manusia dapat tercapai dan mencegah terjadinya kerusakan: Dien dibutuhkan oleh manusia untuk menuntun keyakinan, memberikan ketentuan/aturan hidup, dan membangun moralitas. Nafs merupakan sesuatu yang membantu eksistensinya merupakan kebutuhan, yang mengancam kehidupan harus dijauhi

Transcript of fsi-febui.comfsi-febui.com/.../2016/03/SUNSHINE-UAS-Pak-Yusuf.docx · Web viewhisbah. sistem...

Page 1: fsi-febui.comfsi-febui.com/.../2016/03/SUNSHINE-UAS-Pak-Yusuf.docx · Web viewhisbah. sistem kepemilikan pribadi, wakaf dan kepemilikan bersama untuk barang-barang yang menguasai

Kompilasi Soal Ujian Akhir Semester Genap T.A. 2015-2016

Mata Kuliah Ekonomi Syariah Pak Yusuf

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia

Nomor 1

Strategi pembangunan konvensional hanya berfokus pada ekonomi semata. Ekonomi

telah menjadi cara (means) sekaligus tujuan (ends) pembangunan.

a. Jelaskan pembangunan dalam perspektif maqashid a-syari’ah! Jelaskan

komponen maqashid sebagai sumber daya produktif, tujuan utama, dan visi

strategis pembangunan!

Pembangunan dalam perspektif maqashid syariah ialah pembangunan yang menjaga

lima poin penting kebutuhan dasar manusia yang terangkum di dalam konsep

Maqasid al-Shariah sehingga diharapkan kemaslahatan umat manusia dapat tercapai.

Lima poin penting dalam maqashid syariah yang perlu dijaga agar kebutuhan dasar

manusia dapat tercapai dan mencegah terjadinya kerusakan:

Dien dibutuhkan oleh manusia untuk menuntun keyakinan, memberikan

ketentuan/aturan hidup, dan membangun moralitas.

Nafs merupakan sesuatu yang membantu eksistensinya merupakan kebutuhan,

yang mengancam kehidupan harus dijauhi

’Aql, bahwa Islam mewajibkan tholabul ilm (mencari ilmu) karena tanpanya

manusia akan mengalami kesulitan dan penderitaan.

Nasl untuk kelangsungan generasi dan kehidupan dunia sangat penting

Maal yang dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan hidup manusia dan

sebagai sarana untuk ibadah (banyak ibadah membutuhkan harta, misal haji,

sedekah)

Pembangunan dalam perspektif maqashid al syari’ah:

Pembangunan di dalam Islam bermakna menciptakan keseimbangan dan

harmoni, keadilan dan perdamaian, keindahan dan kemakmuran.

Pembangunan bermakna membangun manusia secara keseluruhan: jiwa,

pikiran, dan jasad.

Page 2: fsi-febui.comfsi-febui.com/.../2016/03/SUNSHINE-UAS-Pak-Yusuf.docx · Web viewhisbah. sistem kepemilikan pribadi, wakaf dan kepemilikan bersama untuk barang-barang yang menguasai

Pembangunan harus mencakup aspek material, kultural, dan politik, namun

pada saat yang sama pembangunan juga harus mencakup aspek moral dan

spiritual.

Pembangunan material yang mengabaikan moralitas dan spiritualitas, tidak

akan mampu mempertahankan pertumbuhan dalam jangka panjang dan hanya

akan menjadi masalah, beban, dan penderitaan.

b. Jelaskan rancang bangun sistem ekonomi Islam! Jelaskan pula komparasi sistem

ekonomi Islam dengan sistem ekonomi lainnya.

Rancang Bangun Ekonomi Islam

Sistem ekonomi Islam memiliki bentuk yang jelas dan utuh, dimana sistem berdiri

diatas:

Fondasi:

- sistem finansial non-riba, non-maysir, non-gharar; Islam melarang riba namun

tidak melarang laba sebagai return untuk usaha wirausahawan dan modal

finansial. Islam memiliki dua bentuk utama pengaturan finansial dari bisnis

yaitu mudharabah dan musyarakah. Pada transaksi dimana bagi-hasil tidak

dapat diaplikasikan, bentuk pembiayaan lain dapat diterapkan seperti qard al-

hasanah, bai’ mua’jjal, bai’ salam, ijarah, dan murabahah.

Page 3: fsi-febui.comfsi-febui.com/.../2016/03/SUNSHINE-UAS-Pak-Yusuf.docx · Web viewhisbah. sistem kepemilikan pribadi, wakaf dan kepemilikan bersama untuk barang-barang yang menguasai

- sistem moneter stabil berbasis komoditas (emas-dinar); Dalam Islam, sistem

uang yang mendapat dukungan adalah sistem uang yang stabil dan non-

inflatoir. Islam memberi keleluasaan yang luas untuk bentuk uang dan sistem

pembayaran-nya, namun menekankan stabilitas dari nilai uang sebagai syarat

utama.

- sistem fiskal berbasis zakat; Zakat memiliki fungsi alokasi, distribusi, dan

sekaligus stabilisasi dalam perekonomian. Khums adalah seperlima bagian

dari anfal(ghanimah) yang menjadi kekayaan publik (QS 8: 41). Fay’ (QS 59:

7) adalah segala tanggungan yang dibebankan kepada harta kekayaan orang

non-Muslim (ahl al-dhimmah) melalui penaklukan damai yang manfaatnya

dibagi rata demi kepentingan umum. Seluruh pendapatan publik yang

berkembang dalam sejarah Islam masuk dibawah kategori fay’seperti jizyah,

kharaj dan ushr.

Pilar:

- sistem alokasi melalui mekanisme pasar dengan pengawasan pasar yang luas

dan ketat (hisbah); Islam mengakui dan menghormati mekanisme pasar

sebagai instrument utama dalam alokasi dan distribusi sumber daya, yang

terjadi atas dasar kerelaan (QS 4: 29). Namun kekuatan pasar ini harus

melewati filter moral terlebih dahulu sehingga permintaan (demand) dan

penawaran (supply) pasar yang terbentuk akan konsisten dengan pencapaian

tujuan-tujuan normatif. Lebih jauh lagi, pembentukan harga dan transaksi

dalam pasar mendapat pengawasan ketat agar menghasilkan pasar yang bebas

distorsi. Dalam Islam, fungsi ini dijalankan oleh institusi hisbah.

- sistem kepemilikan pribadi, wakaf dan kepemilikan bersama untuk barang-

barang yang menguasai hajat hidup orang banyak. Secara umum, Islam

mengizinkan, menerima, dan menghormati kepemilikan oleh individu, namun

tidak secara absolut. Untuk barang dan jasa yang menguasai hajat hidup orang

banyak (dharuri), Islam menetapkan adanya kepemilikan bersama. Hal ini

untuk menghindari adanya penimbunan harta hanya pada orang-orang

bermodal. Selain itu, dengan adanya sistem wakaf dan kepemilikan bersama

yang dikelola oleh pemerintah digunakan sebagai sumber utama pembiayaan

negara.

Atap:

Page 4: fsi-febui.comfsi-febui.com/.../2016/03/SUNSHINE-UAS-Pak-Yusuf.docx · Web viewhisbah. sistem kepemilikan pribadi, wakaf dan kepemilikan bersama untuk barang-barang yang menguasai

- sistem insentif moral dan material; Dorongan ekonomi dalam Islam harus

berada dalam kerangka kepentingan sosial. Islam mendorong individu untuk

mengejar kepentingan pribadi di dalam kerangka kepentingan sosial dimana

terdapat konflik antara self- interest dan social interest, dengan cara memberi

perspektif jangka panjang bagi kepentingan pribadi –menarik kepentingan

pribadi melebihi jangka waktu dunia ke akhirat.

- sistem tujuan maqashid syariah; Tujuan utama syariah Islam (maqashid

syariah) adalah mewujudkan kemaslahatan manusia, yang terletak pada

perlindungan terhadap agama (dien), jiwa (nafs), akal (aqal), keturunan (nasl),

dan kekayaan (maal). Apa saja yang menjamin terlindunginya lima perkara ini

berarti melindungi kepentingan umum (mashlahah) dan dikehendaki.

Perbedaan sistem ekonomi Islam dengan sistem ekonomi lainnya:

Nomor 2

Sistem moneter konvensional yang bertumpu pada sistem bunga dan uang fiat

dipandang telah membawa instabilitas dan berbagai dampak buruk bagi

perekonomian. Sistem moneter Islam berusaha mendorong berjalannya perekonomian

secara efisien dan adil.

Page 5: fsi-febui.comfsi-febui.com/.../2016/03/SUNSHINE-UAS-Pak-Yusuf.docx · Web viewhisbah. sistem kepemilikan pribadi, wakaf dan kepemilikan bersama untuk barang-barang yang menguasai

a. Jelaskan teori moneter Islam dan bagaimana stabilitas uang tercipta dalam

kerangka institusi ekonomi Islam.

Kesepakatan jumhur ulama dan cendekiawan muslim tentang uang dan standar

moneter yaitu:

[i] perlindungan harta (mal) adalah salah satu tujuan syariah;

[ii] preferensi syari‟ah terhadap penggunaan uang dalam transaksi dibandingkan

barter;

[iii] penerimaan emas dan perak sebagai uang adalah alamiah;

[iv] Nabi Muhammad SAW menyetujui emas dan perak sebagai uang;

[v] emas dan perak relatif lebih stabil dibandingkan bentuk uang yang lain;

[vi] adalah kewajiban negara untuk mencetak, mengatur dan memasok uang emas dan

perak;

[vii] uang adalah alat tukar (medium of exchange) dan ukuran nilai (measure of

value), bukan komoditas;

[viii] illat riba pada uang adalah karena fungsinya sebagai medium of exchange dan

measure of value (tsamaniyyah), kecuali mazhab Hanafi.

Stabilitas uang tercipta dalam kerangka institusi ekonomi Islam dengan adanya

pelarangan riba, pelarangan gharar, dan penerapan zakat.

Pelarangan ribâ secara efektif menghapus praktek komoditisasi uang: mengambil

keuntungan dari uang dengan cara memperdagangkannya pada “tingkat harga”

(bunga) tertentu. Ketika uang berfungsi sebagai ukuran nilai dan alat tukar, maka

menetapkan harga berupa bunga pada uang menjadi sebuah hal yang paradoks. Bunga

membuat uang yang seharusnya memfasilitasi pertukaran, sebagai ukuran nilai bagi

seluruh komoditas, justru menjadi obyek pertukaran. Dengan melarang ribâ maka

Islam melindungi fungsi dasar uang sebagai ukuran nilai dan alat tukar. Pelarangan

ribâ juga menjamin tidak akan ada ekspansi moneter yang tidak memiliki padanan

dengan penciptaan nilai tambah ekonomi di sektor riil, sehingga secara efektif akan

menjaga keterkaitan sektor moneter dengan sektor riil, dan karenanya menjaga

stabilitas harga dan inflasi.

Penerapan zakât terhadap emas dan perak (al-mâl al-„ayn), baik dalam bentuk uang

koin maupun batangan atau perhiasan (zakât al-‟ayn) menjadi disinsentif bagi

aktivitas menumpuk harta (emas dan perak) dan menimbun uang baik karena motif

keserakahan maupun untuk spekulasi.

Page 6: fsi-febui.comfsi-febui.com/.../2016/03/SUNSHINE-UAS-Pak-Yusuf.docx · Web viewhisbah. sistem kepemilikan pribadi, wakaf dan kepemilikan bersama untuk barang-barang yang menguasai

Zakât al-‟ayn dalam jangka pendek akan memaksa pemilik uang menginvestasikan

uangnya ke sektor riil untuk mendapatkan return, karena pelarangan ribâ meniadakan

peluang meminjamkan uang untuk keuntungan, sehingga velocity of money

meningkat, yang pada gilirannya akan meningkatkan pertumbuhan ekonomi. Di sisi

lain, zakât al-‟ayn juga akan secara efektif meminimalkan permintaan non-moneter

terhadap emas dan perak sehingga pasokan uang akan terjaga.

Pelarangan gharar, bersama-sama dengan pelarangan ribâ, membuat demand for

money sepenuhnya berasal dari kebutuhan riil perekonomian. Dengan meminimalkan

permintaan uang yang tidak riil, maka permintaan uang akan stabil, sehingga akan

menstabilkan pasokan uang. Stabilitas demand for money dalam Islam didorong lebih

lanjut dengan pelarangan penimbunan uang (iktinâz). Dalam upaya menjaga stabilitas

nilai uang, terutama dari sisi money supply, negara memiliki otoritas untuk mencetak,

mengatur dan mengedarkan uang. Dalam sejarah Islam, kewenangan ini dijalankan

oleh institusi sikkah.

b. Jelaskan debat sistem ekonomi moneter berbasis uang fiat (naqd ishtilah) dan

sistem moneter berbasis uang komoditas (naqd bi al-khilqah) dalam wacana

ekonomi Islam.

Fiqh pendukung uang fiat:

(i) uang kertas dipandang sebagai surat utang dari deposito emas atau perak.

Ketika kini uang kertas sepenuhnya terlepas dari emas, pendapat ini

menimbulkan banyak kesulitan karena uang kertas diperlakukan sebagai

dayn, sehingga pertukaran uang dengan uang lain (al-sharf) tidak bisa

dilakukan karena terkategori al-dayn bi al-dayn dan salam dengan uang

kertas akan terlarang karena tsamân untuk salam harus dibayar tunai.

(ii) sebagaimana suftaja, uang kertas diperlakukan sebagai pengganti atsmân

perak dan emas, sehingga uang kertas dianggap memiliki karakteristik

yang sama seperti emas dan perak. Namun hal ini hanya bisa dibenarkan

jika bank sentral dan perbankan memiliki cadangan logam mulia ini 100

persen terhadap uang kertas yang diedarkannya. Pandangan ini juga akan

menyulitkan pertukaran valas karena mata uang harus berbasis logam yang

berbeda agar pertukaran dalam jumlah yang berbeda dapat dibenarkan dan

terhindar dari ribâ.

Page 7: fsi-febui.comfsi-febui.com/.../2016/03/SUNSHINE-UAS-Pak-Yusuf.docx · Web viewhisbah. sistem kepemilikan pribadi, wakaf dan kepemilikan bersama untuk barang-barang yang menguasai

(iii) uang kertas diberikan kedudukan hukum yang sama dengan fulûs. Namun

hal ini bermasalah secara fiqh: transaksi salam akan terlarang dan ribâ

diizinkan karena untuk fulûs pertukaran dengan jumlah berbeda tidak

dilarang.

(iv) uang kertas dipandang sebagai salah satu dari sekian banyak standar harga

(atsmân). Dengan pendapat ini, berbagai transaksi penting seperti

pertukaran valas dan bay‟ al salam terjamin dan transaksi yang tidak

diinginkan seperti ribâ terlarang.

Ps. Dengan kondisi saat ini dimana tidak ada satupun negara yang uangnya terkait

dengan logam mulia, pendapat terakhir nampak banyak diikuti. Namun, berbeda

dengan emas dan perak yang nilainya stabil, penggunaan uang kertas mengandung

bahaya gharar yang tinggi karena nilai uang kertas yang cenderung terus menurun

sehingga membawa kita pada masalah baru, yaitu inflasi.

Fiqh penolak uang fiat:

Syarat sah uang sebagai nilai harga adalah material-nya harus dapat dimanfaatkan.

Sedangkan uang kertas tidak memiliki nilai intrinsik, sebab material uang kertas tidak

dapat dimanfaatkan untuk keperluan lain. Dan setiap yang tidak bermanfaat maka ia

tidak termasuk harta. Legalisasi oleh pemerintah juga tidak cukup memberikan nilai

harga terhadap uang kertas, sebab ketika pemerintah mencabut legalisasi dan

melarang peredarannya maka nilai harga uang kertas akan terhapus dan ia akan

kembali menjadi sesuatu yang tidak berharga. Oleh sebab itu maka uang kertas tidak

dapat ditukarkan dengan harta atau dijadikan nilai harga untuk barang dan jasa.

Syarî‟ah menetapkan seluruh hukum mu‟âmalâh dan ‟ibâdâh mâliyyah berbasis

emas dan perak, seperti ketentuan zakât uang, pembayaran ganti rugi atas suatu tindak

pidana pembunuhan (diyyat), dan batas hukuman bagi pencurian (hadd al-sâriqah).

Hal ini mengindikasikan bahwa syarî‟ah memandang emas dan perak merupakan

harga pasar yang memiliki stabilitas nilai yang tinggi sehingga akan memberi

keadilan yang merupakan esensi dari hukum-hukum tersebut.

Berbagai ketentuan syarî‟ah yang melarang gaya hidup bermewah-mewahan (al-

tana‟um) juga secara jelas mengindikasikan bahwa fungsi utama emas dan perak

adalah sebagai uang. Larangan memakai perhiasan dari emas, seperti cincin, kalung

dan anting, secara jelas menunjukkan arahan syarî‟ah untuk menekan kegunaan non-

moneter emas. Lebih jauh, syarî‟ah memberi disinsentif bagi penggunaan non

Page 8: fsi-febui.comfsi-febui.com/.../2016/03/SUNSHINE-UAS-Pak-Yusuf.docx · Web viewhisbah. sistem kepemilikan pribadi, wakaf dan kepemilikan bersama untuk barang-barang yang menguasai

moneter emas dan perak dengan mengenakan zakât pada emas dan perak dalam segala

bentuk, baik sebagai uang maupun perhiasan.

Nomor 3

Sistem finansial Islam ditujukan untuk menjaga fungsi-fungsi uang dalam

perekonomian.

a. Jelaskan pelarangan riba dalam Islam, definisi, makna ekonomi dan

implikasinya. Dapatkah Anda menjelaskan bagaimana riba memisahkan waktu

dari aktivitas ekonomi riil?

Riba merupakan kelebihan pembayaran yang ditetapkan pada transaksi utang piutang.

Pelarangan ribâ secara efektif menghapus praktek komoditisasi uang: mengambil

keuntungan dari uang dengan cara memperdagangkannya pada “tingkat harga”

(bunga) tertentu. Ketika uang berfungsi sebagai ukuran nilai dan alat tukar, maka

menetapkan harga berupa bunga pada uang menjadi sebuah hal yang paradoks. Bunga

membuat uang yang seharusnya memfasilitasi pertukaran, sebagai ukuran nilai bagi

seluruh komoditas, justru menjadi obyek pertukaran. Dengan melarang ribâ maka

Islam melindungi fungsi dasar uang sebagai ukuran nilai dan alat tukar. Pelarangan

ribâ juga menjamin tidak akan ada ekspansi moneter yang tidak memiliki padanan

dengan penciptaan nilai tambah ekonomi di sektor riil, sehingga secara efektif akan

menjaga keterkaitan sektor moneter dengan sektor riil, dan karenanya menjaga

stabilitas harga dan inflasi.

Pelarangan Riba secara esensial bermakna pelarangan “trading in credit”. Trading in

credit bermakna pemutusan waktu dari transaksi riil. –Ketika waktu dipisahkan dari

transaksi riil melalui pinjaman berbasis bunga, Hal ini membuat tingkat utang

meningkat sehingga biaya pembiayaan lebih besar melalui cost of debt services yang

lebih tinggi. Bunga yang terakumulasi membuat utang terus tumbuh dan menjauhkan

sektor keuangan dari sektor riil. Biaya bunga yang berlipat ganda telah membebani

perekonomian jauh lebih besar dari biaya pembiayaan riil sebenarnya.

b. Jelaskan pelarangan gharar dalam Islam, definisi, makna ekonomi dan

implikasinya. Dapatkah Anda jelaskan bagaimana gharar memisahkan risiko

dari aktivitas ekonomi riil?

Page 9: fsi-febui.comfsi-febui.com/.../2016/03/SUNSHINE-UAS-Pak-Yusuf.docx · Web viewhisbah. sistem kepemilikan pribadi, wakaf dan kepemilikan bersama untuk barang-barang yang menguasai

Gharar berarti ketidakjelasan atau hal-hal yang tidak diketahui hasilnya atau tidak

diketahui hakikat dan ukurannya. Maqashid dari pelarangan gharar sendiri adalah agar

tidak ada pihak berakad yang dirugikan karena haknya yang tidak terpenuhi dan untuk

menghindari perselisihan karena terjadinya kerugian tersebut. Pelarangan gharar,

bersama-sama dengan pelarangan ribâ, membuat demand for money sepenuhnya

berasal dari kebutuhan riil perekonomian. Dengan meminimalkan permintaan uang

yang tidak riil, maka permintaan uang akan stabil, sehingga akan menstabilkan

pasokan uang. Gharar memisahkan risiko dari aktivitas ekonomi riil karena transaksi

yang mengandung gharar mendapatkan keuntungan dari kerugian yang dialami oleh

orang lain. Sehingga, keadaan perekonomian tidak berpengaruh secara langsung

terhadap untung rugi yang dihadapi oleh pelaku transaksi gharar.

Trading in risk bermakna pemutusan resiko dari sektor riil. Pemutusan resiko dari

sektor riil membawa pada resiko yang lebih besar dan biaya manajemen resiko lebih

tinggi. Komoditisasi resiko membuat sektor keuangan berlipat ganda dan bergerak

semakin jauh dari transaksi riil. Biaya komoditisasi resiko juga membebani

perekonomian jauh lebih besar dari biaya resiko riil.

Nomor 4

Manajemen moneter dan sistem perbankan berbasis bunga banyak mengalami

kegagalan-kegagalan. Intermediasi finansial Islam menjanjikan stabilitas dan

kesejahteraan dalam perekonomian.

a. Jelaskan bagaimana sistem perbankan berbasis bunga membuat inflasi terus

terjadi, menghambat pencapaian tujuan normative perekonomian, dan

memperburuk distribusi pendapatan.

Kebijakan moneter berbasis bunga tidak efektif mengendalikan jumlah uang beredar

dan inflasi, dan justru pada gilirannya selalu menghasilkan konflik dengan sektor riil

akibat dampak inflator-nya melalui ekspansi jumlah uang beredar. Tingkat aktual

suku bunga tidak mempengaruhi kemampuan sistem perbankan untuk menciptakan

uang secara signifikan. Mengendalikan inflasi dengan suku bunga tinggi hanyalah

obat penenang jangka pendek, namun tidak menyelesaikan akar masalah. Sistem

perbankan berbasis bunga membawa dampak buruk pada pencapaian tujuan normatif

perekonomian dan kebutuhan dasar sebagian besar penduduk. Sistem bunga juga

Page 10: fsi-febui.comfsi-febui.com/.../2016/03/SUNSHINE-UAS-Pak-Yusuf.docx · Web viewhisbah. sistem kepemilikan pribadi, wakaf dan kepemilikan bersama untuk barang-barang yang menguasai

membuat kesenjangan pendapatan semakin memburuk akibat distribusi modal

finansial yang sangat tidak merata. Sistem keuangan berbasis bunga secara agresif

juga mendorong masyarakat dan bahkan pemerintah untuk menjadi konsumtif. Sistem

berbasis bunga telah mendorong upaya pencarian keuntungan secara cepat menjadi

marak. Pergerakan suku bunga yang fluktuatif telah menimbulkan kesulitan bagi

pemilik dana untuk membuat keputusan investasi jangka panjang di sektor riil.

b. Jelaskan two-tier mudharabah model sebagai sistem perbankan Islam yang ideal.

Mengapa model ini gagal diterapkan sehingga perbankan syariah kini berevolusi

menjadi one-tier mudharabah model?

Model dasar perbankan Islam adalah model two-tier mudharabah. Dalam model ini,

hubungan antara rabbal-mâl dan mudhârib tercipta melalui kontrak tripartite dimana

nasabah penyimpan dana memberikan otoritas kepada bank untuk menggunakan

dana-nya dengan basis bagi hasil (first-tier mudhârabah) dan bank kemudian

bertindak sebagai agen nasabah penyimpan dana untuk masuk ke kontrak dengan

pihak lain untuk menjalankan mudhârabah aktual dimana bank bertindak sebagai

investor dan pihak lain sebagai pengusaha (second-tier mudhârabah). Dengan

mudhârabah dua tingkat, bank menjalankan fungsi intermediasi keuangan tanpa

instrument bunga sama sekali. Pendapatan kotor berasal dari bagian bank dalam

keuntungan pengusaha berdasarkan rasio bagi hasil yang disepakati di awal. Setelah

dikurangi biaya operasional bank, pendapatan ini dibagi antara bank dan penabung

berdasarkan rasio bagi hasil yang disepakati di awal.

Model two-tier mudharabah menjadi kurang popular digunakan di institusi keuangan

Islam beralasan karena besarnya risiko yang timbul akibat asymmetric information

pada second-tier mudharabah (antara bank dan pihak yang dibiayai). Asymmetric

information ini dapat terjadi di pembiayaan mudharabah melalui 3 jalan, yaitu:

1. Adverse selection, terjadi pada saat awal kontrak di mana perbankan

mengalami kesalahan dalam memilih nasabah yang dibiayai. Kesalahan ini

dapat terjadi karena adanya perbedaan yang tertulis dalam proposal bisnis

maupun pada saat proses screening nasabah. Adverse selection dapat

memperbesar credit/default risk.

2. Moral hazard type I berupa disinsentif pada proses pelaksanaan usaha berupa

upaya yang tidak optimal dari pengusaha sehingga keuntungan yang diperoleh

tidak sesuai dengan yang dijanjikan di proposal.

Page 11: fsi-febui.comfsi-febui.com/.../2016/03/SUNSHINE-UAS-Pak-Yusuf.docx · Web viewhisbah. sistem kepemilikan pribadi, wakaf dan kepemilikan bersama untuk barang-barang yang menguasai

3. Moral hazard type II yaitu falsifikasi/fraud pada laporan keuangan, misalnya

dengan memperbesar pengeluaran operasional, untuk memperoleh net income

yang lebih kecil sehingga pembagian keuntungan pada bank menjadi lebih

kecil daripada yang seharusnya.

Kemudian, perbankan syariah saat ini lebih banyak menggunakan one-tier

mudharabah model: Dalam model ini, bank memperkecil risiko dari mudharabah

dengan melakukan transaksi yang bersifat fixed return pada proses second-tier

mudharabah, seperti menggunakan akad murabahah atau ijarah. Dengan model fixed

return, bank lebih yakin pada nasabah karena cicilan yang sudah pasti. Selain itu,

dengan fixed return, bank tidak perlu mengeluarkan biaya lebih untuk melakukan

proses monitoring dan verification terhadap usaha yang dibiayai.