FS GAS TPA

90
Delivering sustainable solutions in a more competitive world BANK DUNIA Studi Kelayakan Proyek Gas Lahan TPA LAPORAN AKHIR Juli 2007 www.erm.com

Transcript of FS GAS TPA

Page 1: FS GAS TPA

Delivering sustainable solutions in a more competitive world

BANK DUNIA Studi Kelayakan Proyek Gas Lahan TPA LAPORAN AKHIR Juli 2007 www.erm.com

Page 2: FS GAS TPA

ENVIRONMENTAL RESOURCES MANAGEMENT WB MAKASSAR_FINAL 2 16 OGOS, 2007

DAFTAR ISI

1 PENDAHULUAN 1

2 GAMBARAN LOKASI TEMPAT PEMBUANGAN AKHIR 3 2.1 LOKASI DAN OPERASI LAHAN TPA 3 2.2 KARAKTERISTIK SAMPAH DAN MUATAN BUANGAN 7

3 SISTEM PENGUMPULAN DAN PENGGUNAAN GAS LAHAN TPA YANG DIREKOMENDASIKAN 9

3.1 STABILITAS LAHAN TPA 9 3.2 SISTEM PENGELOLAAN LINDI 22 3.3 SISTEM PENGUMPULAN GAS LAHAN TPA 25 3.4 PRODUKSI METAN 27

4 RENCANA BISNIS 33

4.1 ANALISIS TEKNIS DAN FINANSIAL 33 4.2 REKOMENDASI RENCANA BISNIS 40 5 RENCANA IMPLEMENTASI 42 5.1 RINGKASAN PROYEK 42 5.2 RENCANA PENERAPAN YANG DIANJURKAN 42 5.3 PERENCANAAN INVESTASI 44

6 PERTIMBANGAN SOSIAL DAN LINGKUNGAN 47

6.1 DAMPAK LINGKUNGAN 47 6.2 DAMPAK SOSIAL 51

7 KESIMPULAN 54

REFERENSI 56

LAMPIRAN

LAMPIRAN A SURVEY LAPANGAN UNTUK PENGAMATAN STABILITAS

LAMPIRAN B SISTIM HSE

Page 3: FS GAS TPA

ENVIRONMENTAL RESOURCES MANAGEMENT WB MAKASSAR_FINAL 2 16 OGOS, 2007

DAFTAR TABEL

Tabel 1 Ringkasan Analisis Ekonomi i

Tabel 2 IPCC 2006 Nilai Waktu Paruh yang direkomendaskan 27

Tabel 3 Parameter Bangkitan Gas Metan 28

Tabel 4 Karbon Organik Sampah Padat Perkotaan yang dapat terurai (DOC) 29

Tabel 5 Tingkat Konstanta Bangkitan Metan (k) 29

Tabel 6 Potensi Bangkitan Metan - Lo 30

Tabel 7 30% Efisiensi Pemulihan 31

Tabel 8 50% Efisiensi Pemulihan 32

Tabel 9 70% Efisiensi Pemulihan 32 Tabel 10 Potensi Peluruhan Pengurangan Emisi 36 Tabel 11 LFG Penyalaan Gas tanpa Penerimaan ER 36

Tabel 12 penerimaan ER dengan penyalaan gas lahan TPA 37

Tabel 13 Legte Kegiatan CDM yang Diusulkan 38

Tabel 14 Scenario 1 - 30% Efisiensi Gabungan 45

Tabel 15 Scenario 2 - 50% Efisiensi Gabungan 46

Tabel 16 Scenario 3 - 70% efisiensi gabungan 46

Tabel 17 Emisi Gas yang Dibangkitkan dari Penyalaan Gas Lahan TPA 48

Tabel 18 Standar Emisi Pembakaran 48

Tabel 19 Standar Kualitas Udara Ambient Indonesia Yang Digunakan pada Pembakaran 49

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 Peta Pulau Sulawesi 5

Gambar 2 Lokasi Proyek LFG 7

Gambar 3 Komposisi Sampah untuk Negara-Negara dengan Tingkat Pendapatan Rendah, Menengah dan Tinggi 20

Gambar 4 Rencana Bisnis Opsi #1 41 Gambar 5 Rencana Bisnis Opsi #2 41

Page 4: FS GAS TPA

ENVIRONMENTAL RESOURCES MANAGEMENT WB MAKASSAR_FINAL 2 16 OGOS, 2007

DAFTAR SINGKATAN

CDM : Clean Development Mechanism

COP : Conference of the Parties

DKI Jakarta : Daerah Khusus Ibukota Jakarta / Special Capital of Jakarta

DNA : Designated National Authority

DOC : Degradable Organic Carbon

DOCf : Degradable Organic Carbon Dissimilated

EHS : Environmental, Health & Safety

ER : Emissions Reduction

IPCC : Intergovernmental Panel on Climate Change

IRR : Internal Rate of Return

LFG : Landfill Gas

LFGTE : Landfill Gas to Energy

MSW : Municipal Solid Waste

O&M : Operation and Maintenance

PIN : Project Idea Note

PDD : Project Design Document

PLN : Perusahaan Listrik Negara/ Indonesian State Electricity Company

ROI : Radius of Influence

SNI : Standard National Indonesia

STP : Standard Temperature Pressure

SWM : Solid Waste Management

TPA : Tempat Pembuangan Sampah Akhir/ Final Waste Disposal Facility

UNFCC : United Nations Framework Convention on Climate Change

WACC : Weighted Average Cost of Capital

Page 5: FS GAS TPA

ENVIRONMENTAL RESOURCES MANAGEMENT WB MAKASSAR_FINAL 2 16 OGOS, 2007

i

RINGKASAN EKSEKUTIF

Laporan Studi Kelayakan ini menjelaskan mengenai potensi pelaksanaan proyek pengumpulan, pemantauan dan penggunaan gas lahan TPA (LFG) di TPA Tamangapa yang terletak di Makassar, Sulawesi Selatan-Indonesia. Environmental Resources Management (ERM) Indonesia menyiapkan laporan ini untuk World Bank sesuai dengan Kontrak Lingkup Kerja.

Proyek ini secara umum terdiri dari pembangunan sistem pengumpulan gas lahan TPA untuk mengurangi emisi metan lewat pembakaran. Pengurangan kadar metan ini, yang memiliki potensi pemanasan global 21 kali lebih besar dari karbondioksida (CO2), akan memberikan pendapatan lewat penjualan Reduksi Emisi bersertifikasi (CER) gas rumah kaca. Penurunan kadar gas metan, yang terdapat sekitar 50% pada gas lahan TPA, akan dicapai lewat pembakaran. Studi kelayakan ini akan mencakup analisis sensitivitas harga yang dibayarkan untuk CER.

Di bawah ini secara ringkas gambaran dan informasi mengenai proyek:

Lahan TPA dibangun pada tahun 1993 dan terletak pada kemiringan daerah lereng bukit. Lahan TPA ini telaj mengalokasikan sekitar 14,3 Ha lahan dengan lebar dari sekitar 4-20 m. Sejak dibukanya TPA ini, diperkirakan sekitar 1.240.000 ton sampah organik telah dibuang ke tempat ini dengan volume sampah yang saat ini diperkirakan sekitar 1.8000.000 m3. Peningkatan kapasitas dan perpanjangan umur penggunaan ini akan dicapai lewat penggalian organik dan rehabilitasi sel serta penambahan lahan seluas 4 Ha.

Studi ini dimaksudkan untuk menentukan bahwa baik secara teknis maupun finansial layak untuk menangkap dan menghancurkan gas metan dari lahan TPA itu. Volume tangkapan dan pemusnahan gas metan dari tempat pembuangan sampah padat kota Makassar, TPA Tamangapa tergantung kepada efisiensi dan efektivitas desain dan pengelolaan gas lahan TPA dan lindi. Desain dan Instalasi sel tertutup akan menurunkan tingkat penyerapan curah hujan dan emisi gas metan, sehingga akan meningkatkan efisiensi ekstraksi dan pemusnahan gas metan selama masa 10 tahun waktu kredit. Pengurangan emisi dan nilai moneternya akan meningkat sejalan dengan peningkatan efisiensi pengumpulan dari nilai minimum sekarang sebesar 30% menjadi maksimum 70%. Pengurangan emisi selama kurun waktu 10 tahun diperkirakan sama dengan 770.000 ton gas CO2e atau US $ 5.400.000 (@ $ US 7/ton CO2e). Instalasi progresif pipa pengumpul LFG horisontal untuk pengumpulan gas pada Sel baru juga akan memberikan kontribusi terhadap peningkatan penangkapan dan pemusnahan gas metan.

Saat ini lahan TPA tersebut tidak memiliki sistem pengumpulan dan pengontrolan gas lahan TPA yang tersedia dimana gas metan terlepas ke atmosfir dalam bentuk emisi fugitif.

Studi ini mencakup pengkajian proyek secara finansial untuk menentukan kelayakan berdasarkan beberapa skenario tertentu. Dari sudut pandang komersial keputusan untuk melakukan investasi dengan kegiatan CDM harus

Page 6: FS GAS TPA

ENVIRONMENTAL RESOURCES MANAGEMENT WB MAKASSAR_FINAL 2 16 OGOS, 2007

ii

dibuat berdasarkan prinsip bisnis yang normal dilakukan, dimana terdapat tiga isu pengkajian; yaitu tepat dalam tingkat pengembalian investasi (return on investment), resiko yang minim dan periode pembayaran kembali yang tepat. Pengkajian finansial dilakukan untuk pembakaran gas lahan TPA, serta penggunaan gas lahan TPA untuk Energi (LFGTE), dimana penerimaan diperoleh dengan adanya CER serta penjualan listrik yang dihasilkan.

Pengkajian finansial menyatakan bahwa proyek pembakaran gas lahan TPA dapat menghasilkan pendapatan dari CER yang kemudian akan membuat kita makassar daoat menginvestasikan kembali penerimaan ini ke dalam Pengelolaan Sampah Padat. Kegiatan pembakaran gas lahan TPA dengan metode CDM memenuhi persyaratan yang ditetapkan dalam Kyoto Protokol dan Kota Makassar.

Model alternatif yang dievaluasi untuk penggunaan LFGTE, tidak dapat berkelanjutan secara komersil dan tidak memenuhi persyaratan yang ditetapkan oleh kota Makassar, yaitu untuk menyediakan arus penerimaan untuk membiayai peningkatan sistem manajemen/pengelolaan sampah perkotaan. Biaya investasi untuk LFGTE lebih tinggi dibandingkan pendekatan pembakaran gas LFG yang lebih sederhana. Pengkajian menggunakan tingkat “buy-back” PLN saat ini untuk menentukan keberlangsungan finansial proyek LGFTE. Jelas bahwa tingkat “buy-back” saat ini untuk kegiatan LFGTE dengan metode CDM di TPA Tamangapa tidak dapat berlajut/ viable secara komersil.

Kesimpulan analisis ekonomi pembakaran gas lahan Tpa ditujukkan pada tabel I di bawah ini:

Page 7: FS GAS TPA

ENVIRONMENTAL RESOURCES MANAGEMENT WB MAKASSAR_FINAL 2 16 OGOS, 2007

i

Tabel 1 Ringkasan Analisis Ekonomi untuk Proyek Pembakaran Gas Lahan TPA

Ringkasan Investasi-Komponen Pengumpulan dan Pembakaran US $

Pengembangan proyek CDM $250.000

biaya fasilitas pembakaran $447.300

Lahan Sumur LFG dan penutup sel $42.000

Total Awal CAPEX $739.300

Persyaratan CAPEX $360.000

Total Proyek Persyaratan CAPEX $1.099.300

10 Tahun Biaya Operasional dan Pemeliharaan $1.221.940

Penerimaan ER - 10 tahun (@ $US7.00 ton CO2e) $5.988.296

Total Hutang 0.00% $250,000 Total Saham 0.00% $489,300 Biaya Modal Rata-Rata (Aset) 0.00% $0

IRR Proyek 42,43% Aset 34,26%

NPV tingkat Diskonto 10% $1.080.111 15% $699.486 18% $535.577 WACC (aset) $2.658.569

Page 8: FS GAS TPA

ENVIRONMENTAL RESOURCES MANAGEMENT WB MAKASSAR_FINAL 2 16 OGOS, 2007

1

1 PENDAHULUAN

Tujuan dari Studi Kelayakan ini adalah untuk melakukan evaluasi potensi proyek pembakaran gas lahan TPA di kota Makassar, Indonesia sebagai proyek Clean Development Mechanism di bawah Kyoto Protocol for Climate Change. Mekanisme ini menyediakan kesempatan komersil bagi kota Makassar untuk menyadari potensi ekonomis sampah organiknya untuk meningkatkan kinerja operasional. Kota Makassar bertujuan menggunakan pembiayaan karbon yang diterima untuk emisi metan yang dipulihkan lewat ekstraksi gas lahan TPA dan pembakaran pada lahan TPA Tamangapa.

Kota Makassar (dulunya disebut Ujung Pandang) terletak di Pulau Sulwesi dan merupakan ibukota propinsi Sulawesi Selatan. Populasinya pada tahun 2006 diperkirakan berjumlah 1,3 juta jiwa, yang bertumbuh dari 1 juta jiwa pada tahun 1993. Kota Makassar, sama seperti kota lainnya di Indonesia, mengalami ketidakmampuan dalam mengatasi bangkitan dan buangan sampah. Bangkitan sampah padat perkotaan (Municipal Solid Waste) diperkirakan sekitar 800 ton/hari (0,70 kg/kapita/hari atau 3.800 m3/hari @ 0,23 ton/m3)1 pada tahun 2006, dan diperkirakan sekitar 458 ton/hari atau 48% (1.991 m3/hari) pada tahun 2007.

Kota Makassar bermaksud mengajukan proposal untuk mendapatkan pendanaan karbon terhadap emisi metan yang dihindari atau dipulihkan melalui proses ekstraksi dan penyalaan LFG dan pembangkitan energi listrik LFG untuk keperluan lahan di lokasi TPA Tamangapa. Proyek ini akan menggunakan teknologi dan pendekatan teknik yang telah digunakan dalam ekstraksi dan penyalaan LFG, serta akan mempertimbangkan untuk meningkatkan pemanfaatan gas tersebut sebagai pembangkit listrik untuk penggunaan lain dalam jangka waktu menengah.

Agar dapat diklasifikasikan sebagai proyek CDM, proyek tersebut harus dapat mengurangi, menghindari atau memisahkan gas rumah kaca (GHG) yang mengandung karbon dioksida (CO2), gas Metan (CH4), Nitrogen Oksida (N2O), dan senyawa lainnya lewat pelaksanaan proyek tersebut. Oleh karena itu, proyek tersebut akan memberikan kontribusi dalam meminimalisir perubahan iklim secara global, ”Bertindak Lokal, namun Berpikir secara Global”.

Selama periode proyek CDM, kesuksesan untuk mengurangi atau menghindari gas rumah kaca akan tetap dipantau. Verifikasi data yang telah dipantau ini akan mengarah kepada dikeluarkannya kredit Sertifikasi Pengurangan Emisi GAs (CER). Dibawah mekanisme yang dikeluarkan oleh UNFCCC kredit ini merupakan komoditas yang dapat diperdagangkan. Nilai pasar CER saat ini adalah sekitar US$ 7/ton CO2e.

1 JICA (1996)

Page 9: FS GAS TPA

ENVIRONMENTAL RESOURCES MANAGEMENT WB MAKASSAR_FINAL 2 16 OGOS, 2007

2

Untuk proyek yang diusulkan, Project Idea Note dan pengkajian pra-studi kelayakan telah dilakukan untuk mengestimasi potensi gas lahan TPA dan reduksi emisi gas rumah kaca, serta Mekanisme Pembangunan Bersih (CDM). Dokumen Desain Proyek (PDD) saat ini sedang dikembangkan. Studi kelayakan untuk proyek CDM yang diusulkan ini dibutuhkan sebagai langkah dalam memenuhi persyaratan yang mendukung potensi bangkitan gas potensial lahan TPA, untuk memberikan masukan terhadap PDD dan untuk membantu kota Makassar dalam implementasi proyek ini.

Tujuan Studi Kelayakan ini adalah:

• Menyiapkan laporan kelayakan dan rancangan dasar proyek, perkiraan level total investasi, dan menyiapkan rancangan keteknikan awal serta perkiraan biaya untuk proyek ekstraksi dan penyalaan LFG yang diajukan di Makassar;

• Memperkirakan sumberdaya LFG dan menggambarkan analisis sensitifitas jumlah gas saat ini dan mendatang yang dapat dibangkitkan dan dipulihkan dari lahan TPA Makassar;

• Menyiapkan analisis ekonomi dan keuangan, lingkungan dan perlindungan sosial yang diperlukan termasuk analisis dampak sosial dan lingkungan beserta jadwal implementasi proyek pekerjaan dimaksud;

• Melaksanakan Konsultasi Masyarakat dan menyiapkan tujuan Pengembangan Masyarakat bagi proyek CDM yang diajukan;

• Menyiapkan Analisa Dampak Lingkungan dari proyek yang diajukan.

• Menyiapkan rencana dan dokumen penawaran guna persiapan bagi Kota Makassar menggunakan dananya sendiri;

lingkup kerja studi kelayakan ini adalah sebagai berikut:

Tugas A : Menyiapkan ikhtisar (gambaran umum) beserta estmasi awal bangkitan LFG

Tugas B : Memperbaiki dan memperbaruin estimasi pengurangan emisi GHG dan gas Tempat Pembuangan Akhir

Tugas C : Mengembangkan desain konseptual untuk berbagai fasilitas yang dibutuhkan dalam system pembakaran;

Tugas D : Menyiapkan analisis teknis beserta analisis biaya dan keuangan, langkah-langkah keamanan dan sosial;

Tugas E : Menyelenggarakan konsultasi masyarakat serta membuat program pengembangan masyarakat; dan

Tugas F : Menyiapkan rencana dan implementasi bisnis untuk proyek gas lahan TPA.

Page 10: FS GAS TPA

ENVIRONMENTAL RESOURCES MANAGEMENT WB MAKASSAR_FINAL 2 16 OGOS, 2007

3

2 GAMBARAN LOKASI TEMPAT PEMBUANGAN AKHIR

Peningkatan pengelolaan sampah padat di Kota Makassar merupakan salah satu tujuan utama proyek pembakaran gas lahan TPA; pembiayaan karbon dari pengurangan emisi gas metan dari lahan TPA akan membantu kota Makassar meningkatan pengelolaan sampah padatnya, dan memberikan keuntungan bagi lingkungan dan masyarakat. Bagian ini akan memberikan gambaran umum lokasi lahan TPA dan akan mendiskusikan kareateristik komposisi dan pengelolaan sampah padat, yang memberikan dampak terhadap produksi gas metan pada lahan TPA.

2.1 LOKASI DAN OPERASI LAHAN TPA

Kota Makassar terdiri dari 11 kecamatan yang mencakup luas daerah 17.577 Ha, yang didesain 25% untuk kawasan pemukiman, 2% kawasan komersil, 2% industri, 25% lahan persawahan, 14% lahan kering, 8% tambak, 2% lahan terbuka, dan 4% lahan kosong. Jumlah populasi penduduk pada tahun 2003 diperkirakan sekitar 1,3 juta jiwa yang bertumbuh dari jumlah penduduk 1 juta jiwa pada tahun 1993. Gambar 1 menunjukkan batas kota Makassar dan lokasi proyek.

Proyek ini akan berlokasi di daerah TPA Tamangapa Makassar, yang terletak di Kecamatan Antang, Desa Tamangapa, kira-kira 15 km dari pusat kota Makassar. TPA ini dibuka pada tahun 1993 dan diharapkan akan tetap menjadi satu satunya lokasi pembuangan sampah padat perkotaan (Municipal Solid Waste) hingga tahun 2016.

Lahan TPA dibangun pada tahun 1993 dan terletak pada kemiringan daerah lereng bukit. Lahan TPA ini telaj mengalokasikan sekitar 14,3 Ha lahan dengan lebar dari sekitar 4-20 m. Sejak dibukanya TPA ini, diperkirakan sekitar 1.240.000 ton sampah organik telah dibuang ke tempat ini dengan volume sampah yang saat ini diperkirakan sekitar 1.8000.000 m3. Peningkatan kapasitas dan perpanjangan umur penggunaan ini akan dicapai lewat penggalian organik dan rehabilitasi sel serta penambahan lahan seluas 4 Ha

Selama tahun 1996 TPA Tamangapa merupakan fokus studi dan proyek bantuan Japan International Cooperation Agency (JICA). Pada tahun 1999-2000 proyek gabungan pelaksanaan kegiatan kerjasama Australia-Indonesia dilaksanakan di TPA tersebut untuk menentukan pengurangan emisi gas rumah kaca potensial lewat pemulihan gas TPA dan tambang organik. Kegiatan penambagan komersil skala kecil yang sedang berlangsung di TPA Tamangapa saat ini tidak akan menjadi bagian dalam proposal ini.

Page 11: FS GAS TPA

ENVIRONMENTAL RESOURCES MANAGEMENT WB MAKASSAR_FINAL 2 16 OGOS, 2007

4

Proyek ini mengusulkan pembangunan ekstraksi LFG dan sistem pembakaran serta pembangkit listrik skala kecil untuk tujuan pemulihan dan penghilangan gas metan. Lahan sumur LFG ini akan dibangun secara progresif dimulai dengan penyiapan lahan 6,5 Ha yang saat ini telah ditutup. Kedalaman area ini berkisar dari 15-20 m dan terdiri dari kira-kira 75% sampah yang ditimbun kurang dari 5 tahun.

Lahan LFG akan diperluas hingga lahan penimbunan yang ada saat ini, sehingga lahan yang ditutup dan dikhususkan untuk LFG akan tersedia pada tahun 2007 dan 2008. lahan 4,5 Ha ini memiliki kedalaman yang bervariasi mulai 15 sampai 20 m serta mengandung sekitar 85% sampah yang ditumbun kurang dari 2 tahun.

Karena saat ini sedang dilakukan kegiatan penggalian organik di TPA Tamangapa (yang tidak termasuk dalam proposal ini) sistem ekstraksi LFG akan disesuaikan dengan struktur sel baru yang telah didesain agar tersedia areal penimbunan baru. Kegiatan penggalian TPA saat ini dan di masa yang akan datang terlarang untuk zona yang berisi timbunan sampah lebih dari 10 tahun (materia untuk pembuatan kompos) dan tidak akan melanggar batas lahan yang telah didesain untuk pembuangan sampah baru dan pengumpulan LFG.

Page 12: FS GAS TPA

ENVIRONMENTAL RESOURCES MANAGEMENT WB MAKASSAR_FINAL 2 16 OGOS, 2007

5

Gambar 1 Pulau Sulawesi

Page 13: FS GAS TPA

ENVIRONMENTAL RESOURCES MANAGEMENT WB MAKASSAR_FINAL 2 16 OGOS, 2007

6

Gambar 2 Lokasi Proyek TPA TAmangapa

Page 14: FS GAS TPA

ENVIRONMENTAL RESOURCES MANAGEMENT WB MAKASSAR_FINAL 2 16 OGOS, 2007

7

Low Income Countries: Current Total Waste = 158,000,000 tonnes per year

Organic, 41%

Paper, 5%

Plastic, 4%Glass, 2%

Metal, 1%

Other, 47%

2.2 KAREAKTERISTIK SAMPAH DAN MUATAN BUANGAN

Gas diproduksi di lahan TPA ketika bahan bahan organik membusuk dengan sistem anaerobik (tanpa oksigen). Gas lahan TPA terdiri dari gas metan dan karbondioksida dengan jumlah muatan yang sama, dengan tingkat konsentrasi senyawa organik (VOC), polutan udara yang berbahaya (HAP) dan senyawa lainnya. Bangkitan gas lahan TPA akan sangat bervariasi tergantung pada jumlah dan komposisi sampah yang dibuang di lahan TPA, dengan bahan organik dalam jumlah yang besar memberikan kondisi ideal untuk pembusukan organik yang cepat dan pembentukan gas metan. Bagian ini akan menjelaskan karakteristik sampah dan jumlah pembuangan khususnya untuk TPA Tamangapa.

Bangkitan dan Komposisi Sampah Indonesia

Komposisi dan bangkitan sampah padat perkotaan di negara dengan tingkat pendapatan menengah sangat berbeda dibandingkan negara dengan tingkat pendapatan tinggi, seperti yang dapat dilihat pada Gambar 2. Pada dasarnya, “negara-negara dalam masa transisi-tingkat pendapatan menengah” seperti Indonesia, memiliki jumlah sampah organik yang cukup tinggi, yang utamanya terdiri dari sampah yang mudah membusuk, dan memiliki kandungan kertas yang rendah. Sebaliknya, negara-negara maju memiliki komposisi sampah yang sangat berbeda.

Gambar 3 Komposisi Sampah untuk Negara-Negara dengan Tingkat Pendapatan Rendah, Menengah dan Tinggi

Sumber: The World Bank (1999) “What a Waste”

Secara umum, masyarakat ekonomi rendah memiliki bangkitan sampah organik yang mudah membusuk dengan proporsi lebih tinggi yang disebabkan oleh berbagai faktor, termasuk:

• Kurangnya lemari pendingin untuk menyimpan makanan

• Persiapan untuk membuat makanan jadi dilakukan di masing-masing rumah tangga, dibandingkan dengan membeli bahan makanan jadi, atau makanan kemasan, yang mungkin diproduksi dan diproses di luar kota atau luar negeri.

Middle Income Countries: Current Total Waste = 34,000,000 tonnes per year

Organic, 58%

Paper, 15%

Plastic, 11%

Glass, 2%

Metal, 3%

Other, 11%

High Income Countries: Current Total Waste = 85,000,000 tonnes per year

Organic, 28%

Paper, 36%

Plastic, 9%

Glass, 7%

Metal, 8%

Other, 12%

Page 15: FS GAS TPA

ENVIRONMENTAL RESOURCES MANAGEMENT WB MAKASSAR_FINAL 2 16 OGOS, 2007

8

Komposisi sampah di Indonesia mengikuti trend masyarakat dengan pendapatan rendah. Dapat dilihat bahwa, pada beberapa kota yang maju, seperti Jakarta, memiliki tingkat bangkitan sampah yang lebih rendah dengan komposisi bahan organik (yang mudah membusuk) lebih rendah dibandingkan kota-kota lainnya (World Bank 1999). Lihat lampiran X untuk data bangkitan sampah dan buangan di Indonesia.

Layanan Pengumpulan Sampah Padat Perkotaan di Makassar

Kota makassar membuang sekitar 458 metrik ton/hari sampah di TPA, atau sekitar 48% dari jumlah bangkitan sampah kota dengan populasi sekitar 1,3 juta jiwa. Berdasarkan prediksi pertumbuhan populasi dan antisipasi peningkatan layanan pengumpulan, lahan TPA ini memiliki usia untuk menampung sampah hanya sekitar 7-8 tahun.

Ramalan Bangkitan dan Buangan Sampah Padat Perkotaan

Pertumbuhan jumlah populasi yang konstan dalam kota Makassar telah mengakibatkan meningkatnya bangkitan sampah padat perkotaan, dan membuat kota Makassar perlu melakukan investasi secara terus menerus dalam meningkatkan kapasitas lahan buangan sampah. Prediksi peningkatan jumlah populasi dan keterkaitan peningkatan kebutuhan layanan pengumpulan sampah kemudian akan membuat batasan usia menampung sampah di TPA Tamangapa seperti yang direncanakan, kecuali apabila terdapat perluasan lahan. Selain itu, layanan pengumpulan sampah dalam kota yang cukup rendah saat ini tidak dapat diterima oleh pemerintah dan masyarakat.

Tujuan pemerintah Makassar melaksanakan proyek CDM ini adalah untuk memperoleh sebanya mungkin penerimaan untuk meningkatkan pengelolaan sampah padat perkotaan. Peningkatan buangan sampah padat perkotaan akan membawa keuntungan lain dalam metode CDM karena sampah organik tambahan ini akan membangkitkan gas metan yang akan dikumpulkan dan dipulihkan lewat proyek ini sehingga menghasilkan tambahan penerimaan CER.

Peningkatan jumlah populasi dan layanan pengumpulan dari tahun 2007 sampai 2017 akan berdampak kepada tambahan buangan sampah organik 2,128 juta ton (lihat lampiran untuk data buangan sampah proyek mendetail). Walaupun dilaporkan terdapat tambahan lahan 5 hektar untuk memperpanjang usia penggunaan lahan TPA hingga tahun 2017. usia penggunaan TPA dapat lebih diperpanjang lagi apabila kegiatan penggalian lahan TPA dilakukan, melepaskan sel lama untuk pembuangan sampah baru.

Page 16: FS GAS TPA

ENVIRONMENTAL RESOURCES MANAGEMENT WB MAKASSAR_FINAL 2 16 OGOS, 2007

9

3 SISTEM PENGUMPULAN DAN PENGGUNAAN GAS LAHAN TPA YANG DIREKOMENDASIKAN

Pada sebuah lahan TPA, terdapat dua cara alami untuk mengeluarkan gas lahan TPA, yang pertama adalah dengan perpindahan ke bagian sub permukaan, dan cara lain adalah dengan melalui celah dalam sistem penutup lahan TPA. Untuk kedua kasus tersebut, gas pada akhirnya akan sampai ke atmosfir apabila sistem penangkapan dan pemantauan gas tidak tersedia. Sub bagian di bawah ini menjelaskan sistem pengumpulan gas lahan TPA di Makassar, dengan pertimbangan kondisi umum TPA di Indonesia yang perlu mendapatkan perhatian khusus dalam hal stabilitas lahan TPA dan sistem capping untuk menjamin adanya pengumpulan gas yang efisien.

3.1 STABILITAS LAHAN TPA

Lahan TPA di Indonesia pada dasarnya adalah salah satu dari kedua desain ini, kumparan sel piramid individu atau secara progresif ditimbun ke dalam tubir atau cekungan bukit. Kedua metode pembuangan ini memiliki potensi ketidak stabilan, seperti yang dapat dibuktikan dengan adanya insiden tanah longsor di TPA selama tiga tahun terakhir di Indonesia: bulan Februari 2005 di TPA Leuwigajah Bandung, dimana sekitar 2,7 m3 longsoran sampah menimbun dan menewaskan sekitar 147 orang; dan pada bulan September 2006 di TPA Bantar Gebang Bekasi, dimana salah satu sisi lahan yang beroperasi longsor, dan menewaskan tiga orang.

Lahan TPA di Makassar telah dibangun di bagian lembah yang miring. Kemiringan lembah tersebut kira-kira setinggi 15 m. Lahan basah yang luas terbentang pada kaki kemiringan lembah ini, yang saat ini juga merupakan bagian dari lahan TPA. Tidak ada perumahan atau properti lainnya yang dibangun di sekitar kaki lembah ini, namun terjadinya longsor dapat beresiko kepada ekosistem yang berdampingan dengan lahan basah tersebut, juga berdampak kepada pengelola TPA dan bahkan komunitas pemulung yang ada di lokasi TPA saat ini.

Peraturan perundang-undangan di Eropa menyatakan bahwa untuk membangun TPA yang modern atau melakukan pengkajian terhadap TPA yang ada, hal-hal berikut ini harus diperhatikan:

‘penurunan ketebalan sampah harus dapat dijamin kestabilannya dan kestabilan sturktur lain yang terkait, dan secara khusus harus menghindari terjadinya kondisi yang licin (Stabilitas); dan apabila menggunakan penghalang buatan, lapisan dasar geologi harus dijaga tetap stabil, dan mempertimbangkan kondisi morfologis bangunan untuk mencegah penurunan ketebalan sampah yang dapat menyebabkan kerusakan terhadap penghalang tersebut (Integritas).

Page 17: FS GAS TPA

ENVIRONMENTAL RESOURCES MANAGEMENT WB MAKASSAR_FINAL 2 16 OGOS, 2007

10

Karena lahan TPA merupakan sebuah bangunan/ struktur yang cukup kompleks, maka hal-hal di bawah ini harus menjadi pertimbangan selama melakukan pengkajian:

‘terdapat kemungkinan terjadinya kondisi yang licin pada lahan TPA atau pada lining system, oleh karena itu harus didesain sedemikian rupa agar keadaan tersebut tidak terjadi. Untuk tujuan pengkajian resiko hal ini merupakan stabilitas: yang perlu ditekankan, dan oleh karena itu dilakukan pengawasan terhadap berubahnya bentuk mineral dan material lapisan geosintetik untuk menjamin tidak terbentuknya pathways (model jalur) khusus (contohnya zona bukaan dalam clay liner dan kerusakan pada geomembran). Untuk tujuan penilain resiko, hal ini disebut integritas’.

Walaupun peraturan perundang-undangan ini tidak diterapkan di Indonesia, hal-hal fundamental di atas dapat diabaikan, dan dapat diaplikasikan di seluruh dunia.

Permasalahan stabilitas pada lahan TPA perkotaan merupakan permasalahan yang cuku dinamis dan dapat mencakup berbagai faktor, seperti:

• Lapisan bawah lahan TPA,

• Liner lahan TPA,

• Kestabilan material sampah,

• Bagaimana sampah tersebut dibuang, ditempatkan dan dipadatkan, serta tahapannya,

• Kedalaman/ketinggian sampah,

• Komposisi sampah,

• Nilai lindi

• Saluran lindi

• Penyerapan curah hujan,

• Kebakaran yang terjadi pada lahan TPA,

• Stabilitas penutup

Di negara-negara yang kurang berkembang konsep desain dan perencanaan lahan TPA belum mencapai tahap penuh dan oleh karena itu langkah-langkah yang dilakukan untuk mengikuti hukum dan peraturan yang berlaku di negara-negara maju, nampaknya bukan merupakan suatu keharusan.

Hal yang lebih sering terjadi adalah, banyak lahan TPA yang beroperasi menggunakan sistem yang tidak tepat dengan adanya sistem pengumpulan lindi yang tidak sesuai dengan persyaratan, atau dengan sistem yang terbatas. Kesemuanya dapat memberikan dampak terhadap mekanisme kegagalan yang potensial terjadi suatu saat dalam masa operasi lahan TPA tersebut.

Tanpa adanya pengetahuan yang mendetail mengenai kontruksi lokasi ini, maka orang-orang akan menganggap bahwa permasalahan sampah adalah permasalahan yang mudah, sehingga, sebagai contoh, tidak diperlukan langkah-langkah dalam mengontrol lindi.

Page 18: FS GAS TPA

ENVIRONMENTAL RESOURCES MANAGEMENT WB MAKASSAR_FINAL 2 16 OGOS, 2007

11

Untuk melaksanakan pengkajian stabilitas ini, sangat penting untuk memiliki pengetahuan yang mendetail mengenai kondisi lokasi secara geologi dan hidrogeologis. Lapisan tanah yang lunak mungkin akan ditemukan, yang mungkin akan menjadi permasalahan apabila timbunan sampah di atasnya terlalu berat, dan tekanan air yang tinggi karena kolam lindi yang dibangun setelah hujan deras. Pada gilirannya ini akan berakibat kepada longsornya lapisan bawah tanah/sampah, seperti yang terjadi di Bandung.

Selain itu, kemungkinan terjadinya bidang gelincir pada struktur permukaan ujung lahan TPA juga dapat terjadi. Kejadian yang baru saja terjadi di Bandung juga terhubung dengan terjadinya kebakaran materi lahan TPA yang terletak jauh dari ujung permukaan lahan. Hal ini menyebabkan rusaknya partikel terikat sampah, sehingga menghancurkan efek penguatan yang dimiliki oleh sampah padat perkotaan apabila dipadatkan.

Kejadian di kota Bandung sendiri menunjukkan bahwa bukan hanya kestabilan kemiringan lahan yang harus dipertimbangkan. Stabilitas massa partikel sampah secara keseluruhan dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor, yang mungkin bukan merupakan faktor teknis, dan pengontrolan permukaan lahan TPA yang kurang baik dapat memberikan dampak yang buruk bagi lahan TPA itu sendiri.

Oleh karena itu, sangat penting untuk melihat kestabilan lahan TPA bukan dari segi dampak yang bisa dialami oleh penduduk, kestabilan kemiringan (kemiringan sampah dan lapisan tanah bawah), integritas liner (jika ada), dan lapisan penutupnya saja; namun dampak global secara keseluruhan, termasuk potensi kelemahan bidang lahan untuk membentuk jarak antara bidang permukaan lahan TPA. Faktor-faktor seperti kebakaran yang terjadi di lapisan bawah lahan TPA, penyerapan air permukaan, jebolnya kolam lindi, dsb dapat memberikan dampak yang lebih global.

Oleh karena itu, insinyur yang melakukan kajian terhadap kestabilan harus memiliki pengetahuan yang mendetail mengenai kondisi lokasi TPA tersebut. Juga dibutuhkan model geologi dan hidrologi lahan TPA dan daerah di sekitar TPA. Apabila penelitian di lokasi perlu dilakukan untuk mendapatkan informasi ini, maka desain investigasi harus dibuat sedemikian rupa untuk dapat memperoleh gambaran mengenai properti teknik yang tidak sesuai, yang akan dbutuhkan dalam analisis mengenai penurunan ketebalan sampah, dan perhitungan stabilitas, serta analisis stabilitas kemiringan.

Penurunan ketebalan sampah pada lahan TPA sangat bergantung kepada bagaimana sampah tersebut dipadatkan, ketebalan lapisan sampah, umur sampah, tingkat degradasi sampah, dan komposisi sampah. Masalah penurunan ketebalan sampah dapat memberikan dampak terhadap stabilitas kemiringan lahan TPA dengan menyebabkan terbentuknya bidang yang rawan dan kemungkinan masuknya air atau lindi yang terakumulasi.

Page 19: FS GAS TPA

ENVIRONMENTAL RESOURCES MANAGEMENT WB MAKASSAR_FINAL 2 16 OGOS, 2007

12

Untuk sampah perkotaan, sangat sulit menentukan parameter yang diperlukan untuk pengkajian kestabilan kemiringan- misalkan tekanan dan kohesi yang efektif. Hal ini berkaitan dengan sifat dan karakteristik jenis sampah yang ada. Ada nilai yang berlaku untuk berbagai jenis sampah, sehingga pengetahuan mendetail mengenai sampah di lahan TPA merupakan hal yang sangat penting. Namun, usaha untuk mengumpulkan sampel untuk pengujian laboratorium harus dilakukan untuk memverifikasi nilai sampah yang berlaku atau yang diasumsikan.

Dalam melakukan pengkajian kestabilan ini, kesadaran akan kompleksitas alam dan dinamika lahan TPA merupakan hal yang kritis, dan pengetahuan yang mendasari ini adalah parameter dan permasalahan geoteknis.

Pembuatan lubang pengeboran pada timbunan sampah yang ada di TPA merupakan alat untuk memperoleh informasi; namun, pihak kontraktor HARUS memiliki pengetahuan mengenai konstruksi lahan TPA sehingga dapat mencegah terjadinya kerusakan lapisan yang ada, dan/atau untuk mencegah kontaminasi silang. Langkah-langkah kesehatan dan keselamatan yang tepat juga harus dilakukan, khususnya apabila terdapat gas LFG.

Informasi minimum yang akan dibutuhkan adalah:

• Informasi yang berkaitan dengan lapisan tanah bawah lahan TPA

• Survey topografi lokasi (asli) sebelum konstruksi

• Tipe sampah yang diterima dan penempatannya

• Konstruksi dan lokasi liner

• Informasi mengenai investigasi yang dilakukan sebelumnya di lokasi (apabila ada)

• Foto lokasi

• Ketebalan sampah

• Air tanah dan/atau elevasi lindi, di lapisan bawah dan pada sampah

• Survey topografi lokasi saat ini

• Preperti material (sampah dan lapisan bawah) termasuk bulk density, moisture content, PSD, D Drained Shear Strength, drained effective stress,

• Detail capping

Metode geoteknis yang konvensional dapat diadopsi dalam melakukan analisis penurunan ketebalan lapisan bawah dan penurunn ketebalan sampah. Dampak terhadap penurunan ketebalan akan membantu menentukan sistem pengumpulan gas pada lahan TPA, yang harus bersifat cukup fleksibel dengan penurunan ketebalan sampah, dan lebih jauh lagi, dengan ekstraksi gas yang dapat mempercepat terjadinya penurunan ketebalan sampah.

Juga dalam analisis stabilitas, pertimbangan perlu dilakukan terhadap dampak kepada sirkulasi ulang lindi, dan potensi dampak meningkatnya lindi pada dasar lahan TPA, dan meningkatnya tekanan air di lapisan bawah dan sampah itu sendiri.

Page 20: FS GAS TPA

ENVIRONMENTAL RESOURCES MANAGEMENT WB MAKASSAR_FINAL 2 16 OGOS, 2007

13

Sbalilitas kemiringan dan stabilitas global dapat dikaji menggunakan perangkat lunak komputer yang umum digunakan untuk proyek ini. Perangkat lunak seperti SLIDE (Roscience), dan SLOPE/W (Geo-Slope International) dapat digunakan dalam analisis ini, namun, model yang dihasilkan dan dianalisis harus dilakukan oleh insinyur yang berkualitas dan berpengalaman.

Di eropa, persyaratan untuk analisis stabilitas lahan TPA (misalkan Arahan Lahan TPA Inggris) yang membutuhkan pengkajian adalah sebagai berikut:

Pengkajian/Pengkajian Lapisan Bawah (Sub-Grade)

• Apakah lapisan dasar lahan TPA memiliki lapisan bawah yang dapat dimampatkan?

• Apakah ada kecenderungan terciptanya rongga pada lapisan bawah tersebut?

• Apakah basal heave pada dasar lahan TPA dapat memberikan dampak kepada integritas lapisan bawah?

Pengkajian Kemiringan Sampah sebagai sebuah Lapisan Bawah

• Apakah penurunan kepadatan sampah (untuk kondisi yang terbatas dan tidak terbatas) dapat berdampak kepada integritas dan stabilitas landfill liner?

• Apakah dalam kondisi terbatas dan tidak terbatas, terjadinya perpotongan pada bidang miring lahan TPA bersifat tidak stabil?

• Apakah air tanah yang terdapat dalam bidang miring (dalam kondisi terbatas dan tidak terbatas) dapat berdampak terhadap integritas dan kestabilan kemiringan?

Stabilitas Kemiringan

• Meninjau ulang tipe material dan model geologis lokasi dengan parameter teknis yang tepat untuk mengembangkan model stabilitas dan faktor keselamatan. Semua aspek analisis harus memasukkan stabilitas lokal dan global, gangguan yang bersifat siklus maupun non siklus. Insinyur harus memiliki pengetahuan mengenai dinamika keseluruhan lokasi untuk menilai seluruh gangguan permukaan potensial.

Pengkajian sistem Basal Lining

• Apakah adanya penurunan ketebalan yang berlebihan pada lapisan bawah dapat berdampak kepada stabilitas atau integritas landfill liner?

• Apakah adanya rongga pada lapisan bawah (untuk kondisi terbatas dan tidak terbatas) dapat berdampak kepada integritas atau stabilitas landfill liner?

• Apakah basal heave pada dasar lahan TPA dapat berdampak kepada integritas dan stabilitas pembuatan liner?

Page 21: FS GAS TPA

ENVIRONMENTAL RESOURCES MANAGEMENT WB MAKASSAR_FINAL 2 16 OGOS, 2007

14

Pengkajian Kemiringan Sistem Lining

Pengkajian penghalang komposit geo-sintesis

• Apakah material permukaan yang digunakan dapat memberikan gangguan dalam kondisi terbatas dan tidak terbatas?

• Apakah material yang digunakan dapat memberikan gangguan dalam kondisi terbatas dan tidak terbatas?

Pengkajian Sampah

• Apakah kemiringan sampah sementara di lahan TPA cenderung tidak stabil?

• Apakah sirkulasi ulang lindi cenderung membuat massa sampah tidak stabil?

• Apakah massa sampah pada garis batas sebelum penurunan ketebalan cenderung tidak stabil?

• Bagaimana kondisi penampang tercuram?

• Apakah massa sampah pada garis batas setelah penurunan ketebalan cenderung tidak stabil?

• Apakah penurunan lapisan ketebalan massa sampah cenderung berdampak terhadap efektivitas sistem lindi dan pengumpulan gas lahan TPA?

Pengkajian Sistem Capping

Pengkajian penghalang komposit geo-sintetik dan mineral

• Apakah penutup (cap) cenderung tidak stabil?

• Akankah material yang digunakan untuk cap memberikan gangguan integritas?

• Apakah penurunan ketebalan massa sampah akan mengganggu integritas cap?

• Apakah peralatan konstruksi yang digunakan untuk cap dapat mengganggu integritasnya?

• Apakah tekanan gas dalam sampah akan memberikan dampak terhadap stabilitas atau integritas cap?

Pertanyaan-pertanyaan tersebut di atas harus secara kolektif dijawab oleh insinyur yang memiliki pengetahuan mendetail mengenai sejarah dan operasional TPA tertentu, sehingga dapat diperoleh pendapat atau argument atau penghitungan untuk setiap elemen di atas.

Insinyur tersebut juga harus mengetahui bahwa daftar pertanyaan di atas belum sempurna, dan mereka harus menyelidiki segala kemungkinan berkaitan dengan sturktur lahan TPA, bukan hanya yang disebutkan di atas.

Page 22: FS GAS TPA

ENVIRONMENTAL RESOURCES MANAGEMENT WB MAKASSAR_FINAL 2 16 OGOS, 2007

15

Proses di setiap TPA dinamis dan dapat mengalami perubahan karena terjadinya penurunan ketebalan secara terus menerus, meningkatnya sampah, produksi dan ekstraksi gas TPA, dan berbagai faktor lainnya. Stabilitas lahan TPA menjadi isu yang sangat penting di berbagai belahan dunia. Memang, permasalahan yang terjadi pada lahan TPA yang ada di Indonesia dan negara-negara asia tenggara lainnya telah menjadi sorotan akan adanya kebutuhan stabilitas dan lokasi lahan TPA baru, sementara, peraturan perundang-undangan yang berlaku belum bersifat memaksakan para pihak yang membangun lahan TPA mempertimbangkan analisa-analisa di atas, resiko terhadap kesehatan manusia, dan potensi ketidakstabilan hidup manusia harus menjadi hal yang penting dan tidak dapat dikesampingkan begitu saja.

TPA kota Makassar

Stabilitas

Sebagai lanjutan dari kunjungan ke lokasi oleh ERM, yang dilaksanakan pada tanggal 7 Maret 2007, beberapa permasalahan berikut dicatat dan dipertimbangkan dalam kaitannya dengan stabilitas dan capping secara keseluruhan.

Penelusuran lokasi dilaksanakan dan secara khusus, hal-hal di bawah ini diteliti dan dikaji:

• Kebocoran lindi

• Tension cracks • Penurunan ketebalan

• Keadaaan/kondisi licin (slippage)

• Pemuaian ke samping (bulging)

• Kebakaran

Laporan kunjungan ke lokasi terpisah dipersiapkan untuk memberikan gambaran detail mengenai kunjungan ke lokasi, dan dimasukkan dalam laporan ini sebagai lampiran.

Informasi Historis

Laporan dan gambar di bawah ini dibuat untuk ERM:

Master Plan dan Studi Kelayakan Pengelolaan Air Limbah dan Limbah Padat untuk kota Ujung Pandang. September 1995. Japan International Cooperation Agency (JICA)

Laporan dan gambar ini telah menyediakan pemahaman yang sangat berharga untuk konstruksi yang diusulkan dan praktek pelaksanaan TPA di lapangan. Namun, laporan ini tidak mewakili petunjuk pelaksanaan baku mengenai kontruksi dan metodologi operasi lahan TPA tersebut.

(ERM tidak dapat memverifikasi keakuratan laporan ini dan menggunakan informasi yang terkandung dalam laporan tersebut sebagai bahan referensi)

Page 23: FS GAS TPA

ENVIRONMENTAL RESOURCES MANAGEMENT WB MAKASSAR_FINAL 2 16 OGOS, 2007

16

Foto-foto lokasi juga telah dikaji

Dari kajian informasi ini kondisi topografi lokasi sebelumnya terdiri dari lahan miring yang terbentang dari utara ke selatan dengan ketinggian kira-kira 12 mete, dengan sudut kemiringan kira-kira 20 derajat (informasi verbal yang didapatkan).

Tepi lokasi ini merupakan dataran aluvial yang sering digenangi banjir dan berhubungan dengan rawa Mangara pada musim hujan. Air permukaan dilaporkan memiliki kedalaman 1,5 m di sebelah timur lokasi pembuangan sampah.

Tanah liat/lempung lunak dan pasir ditemukan pada dataran aluvial yang ada.

Sisi kemiringan lembah yang sebelumnya dilaporkan terdiri dari lapisan tanah liat laterit yang keras dengan ketebalan 3 m, terletak di atas lapisan batuan (ketebalan 2-4 m), yang disusun oleh lapisan batu pasir dan batu lempung.

Kebocoran Lindi

Kebocoran lindi ditemukan pada beberapa tempat di TPA, di sekitar bagian yang rendah dan juga pada permukaan lahan TPA yang tinggi. Lindi dapat ditemukan di sekeliling daerah drainase, khususnya di area pengomposan/penggalian, dan berhubungan dengan permukaan terbuka di ujung barat laut lahan TPA. Area lahan basah di sekitar ujung timur laut dan sebelah selatan saat ini berhubungan langsung dengan sampah dan kemungkinan besar lindi memasuki sistem air permukaan.

Di daerah selatan terdapat kebocoran lindi yang jelas terlihat pada kemiringan yang rendah yang berhubungan dengan lahan basah.

Pada permukaan lahan TPA terdapat “saluran air permukaan” yang terbentuk secara alami pada bagian atas hingga bagian ujung sebelah timur. Sangat besar kemungkinan air permukaan dan lindi mengalir lewat saluran ini.

Terdapat banyak rembesan lindi pada bagian miring dari TPA. Gambar yang tersedia mengindikasikan diperlukannya jalan/pematang di sekitar lahan TPA yang dapat dibuat di bagian ujung lahan TPA. Tidak terlihat adanya pematang pada saat kunjungan ke lokasi, namun, tidak berarti bahwa pematang tersebut tidak ada.

Tidak terdapat “As Build Drawing” untuk menilai dasar konstruksi lokasi. ERM hanya diberikan informasi secara verbal bahwa “As Build Drawing” yang mengindikasikan adanya landfill liner yang terdapat pada dasar lahan TPA. Namun, keberadaan liner ini tetap menjadi tanda tanya karena ERM juga diberikan informasi secara verbal bahwa sebenarnya tidak pernah dibangun liner karena alasan keterbatasan dana.

Page 24: FS GAS TPA

ENVIRONMENTAL RESOURCES MANAGEMENT WB MAKASSAR_FINAL 2 16 OGOS, 2007

17

Dengan adanya kumpulan air yang cukup banyak di daerah tersebut, dapat dikatakan bahwa bagian dasar lahan TPA dipenuhi oleh air dan lindi, sehingga menyebabkan kebocoran lindi pada permukaan pada tingkat yang lebih tinggi dari air di sekitarnya.

Tidak terdapat saluran yang mengumpulkan dan mengarahkan/mengalirkan ke kolam pengontrol lindi.

Tension Cracks

Selama survey di lokasi diadakan inspeksi di bagian puncak lahan TPA. Tidak ada tanda-tanda tension cracks pada bagian puncak kemiringan lahan ini.

Penurunan Ketebalan Timbunan Sampah (Settlement)

Penurunan ketebalan timbunan sampah selalu terjadi di tiap TPA, bahkan pada lokasi yang dioperasikan dengan modern. Proses pemadatan dan degradasi sampah menurunkan ketebalan timbunan sampah, dan hal ini tidak dapat dihindari.

Terdapat sedikit tanda-tanda penurunan ketebalan pada lahan TPA yang memiliki lubang untuk pengeboran, namun ini hanyalah sebatas contoh lokal. Tidak terdapat tanda-tanda yang signifikan terjadinya penurunan ketebalan (settlement).

Namun, ERM memiliki duplikat foto yang diambil pada tahun 2004 yang mengindikasikan bahwa di lokasi TPA terdapat struktur jalan yang digunakan untuk mengantar sampah ke lokasi TPA. Kami telah mendapatkan informasi verbal bahwa struktur/bangunan ini saat ini terkubur oleh sampah, dan tidak ada usaha yang dilakukan untuk menghancurkan bangunan tersebut. Walaupun tidak terdapat tanda terjadinya penurunan kepadatan, namun potensi untuk terjadinya penurunan ketebalan di daerah ini cukup tinggi.

Selama kunjungan ke lokasi tidak ada bukti terjadinya pemadatan dalam penempatan sampah. Namun, kami memahami bahwa sampah dibuang dan ditempatkan oleh ekskavator dan buldozer. Mungkin dapat terjadi pemdatan, namun hal ini juga mungkin tidak tepat.

Laporan JICA merekomendasikan metode yang dapat digunakan dalam penempatan sampah untuk lokasi ini. ERM belum dapat menyimpulkan dalam tahap ini apakah metodologi tersebut sudah dilaksanakan atau belum, namun, metodologi yang digunakan dalam laporan dianggap tepat untuk digunakan pada lokasi ini, walaupun belum dapat dibuktikan dari segi konstruksinya.

Penurunan Ketebalan (Settlement)

Penurunan ketebalan (settlement) diharapkan dapat terjadi, khususnya denan mempertimbangkan umum TPA dan kurangnya pemadatan secara tepat. Apabila penurunan ketebalan tidak terjadi secara merata, akan terdapat bagian yang tidak seimbang secara vertikal, dan dapat menyebabkan terjadinya tension cracks, dan akan memberikan dampak terhadap kestabilan lahan TPA.

Page 25: FS GAS TPA

ENVIRONMENTAL RESOURCES MANAGEMENT WB MAKASSAR_FINAL 2 16 OGOS, 2007

18

Selama kunjungan ke lokasi tidak terdapat tanda terjadinya penurunan ketebalan yang tidak merata. Namun, berdasarkan laporan verbal mengenai jalan akses yang belum dihancurkan, yang terletak di lokasi TPA, maka penurunan ketebalan sampah yang tidak merata dapat terjadi di masa mendatang. Posisi jalan akses dan jaraknya ke permukaan lahan TPA tidak diketahui, namun hal dapat menyebabkan adanya bagian yang rawan.

Tanah dataran alluvial lunak pada dasar lahan TPA akan mengendap karena beratnya timbunan sampah pada permukaan lahan TPA (dengan ketebalan hingga 15 m). dengan kondisi tersebut, diharapkan penurunan ketebalan pada lapisan tanah bawah berlangsung kurang dari 20 tahun. Selain itu, terdapat potensi terjadinya penurunan ketebalan secara tidak merata pada bagian lahan yang mencakup perubahan batuan lapisan tanah bawah dari slide slopes ke valley soils (tanah liat alluvial).

Insinyur yang akan mengembangkan lokasi ini sebagai tempat pengumpulan LFG harus memperhatikan kestabilan lokasi, dan potensi settlements, dan bagaimana hal ini dapat memberikan dampak kepada sistem pengumpulan gas dan sistem cover/cap.

Kondisi licin (Slippage)

Laporan JICA menyarankan bahwa slide slope sebaiknya berada dalam perbandingan 1:3 (vertikal:horizontal) atau sekitar 18,5 derajat. Selama kunjungan ke lokasi, sudut slide slope bervariasi antara terlalu vertikal (dalam jumlah sdikit) hingga pada umumnya 30-40 derajat, sedikit lebih curam dari yang direkomendasikan dalam laporan JICA.

Berdasarkan operator lapangan selama masa operasi lokasi TPA, tidak terdapat kondisi licin pada bidang yang miring. Berdasarkan isnpeksi yang dilakukan juga tidak terdapat kondisi licin yang signifikan. Kondisi yang licin pada permukaan terjadi pada bagian yang curam, namun keadaan ini tidak signifikan dan merupakan akibat dari longsornya material sampah pada bagian yang agak miring. Namun, pada beberapa tempat, kegiatan para pemulung memainkan peranan untuk bagian kemiringan yang vertikal.

Berdasarkan laporan JICA, hanya dilakukan sedikit bahkan tidak ada persiapan untuk slide slope sebelum dilakukan tipping terhadap sampah. Oleh karena itu, kemungkinan sampah akan mengalami kontak langsung dengan penampang slide slope, dibandingkan apabila dikumpulkan. Apabila penempatan sampah dilakukan menurut metode yang direkomendasikan JICA, maka peluang terjadinya slippage sebagai akibat dari penempatan sampah tesebut akan dapat diminimalisir. Namun ERM tidak yakin bahwa metode ini telah dilakukan dan hanya sedikit bukti untuk memverifikasi pelaksanaan metode tersebut. Oleh karena itu, untuk semua kemungkinan sampah yang berbatasan dengan penampang miring secara potensial tanpa adanya liner. Oleh karena itu, akan terjadi kemungkinan terdapatnya daerah/zona yang lemah pada sampah/daerah yang miring. Saluran drainase yang kurang memadai akan membuat permukaan ini menjadi lebih licin.

Page 26: FS GAS TPA

ENVIRONMENTAL RESOURCES MANAGEMENT WB MAKASSAR_FINAL 2 16 OGOS, 2007

19

Namun, dengan mempertimbangkan volume sampah yang tertimbun di depan slope, kemungkinannya sangat kecil bahwa akan terjadi pergeseran, kecuali apabila ada mekanisme kerja ganda dalam struktur lahan TPA yang dapat mengakibatkan gangguan yang berbahaya.

Pemuaian ke Samping (bulging)

Tidak ditemukan adanya tanda-tanda jelas yang mengindikasikan terjadinya bulging yang dapat menyebabkan ketidakstabilan. Tidak ada laporan verbal (dari operator lapangan) mengenai bulging selama masa operasi lahan TPA ini.

Kebakaran

Operator lapangan mengindikasikan bahwa pada beberapa bagian kecil di permukaan terdapat api/terjadi kebakaran, namun kejadian ini selalu dapat teratasi dan menurut laporan verbal dari operator lapangan, tidak pernah terjadi kebakaran besar di lahan TPA.

Namun demikian, catatan historis yang didapatkan oleh ERM memberikan gambaran bahwa kebakaran dapat dan sedang terjadi, khususnya pada masa operasi TPA di musim kemarau.

Dilaporkan bahwa usaha untuk mengatasi kejadian kebakaran tersebut tidak berjalan dengan sukses, dan kebakaran terus terjadi. Namun, selama musim penghujan pada bulan September akhir ke Oktober, masalah kebakaran dapat teratasi dengan adanya curah hujan yang meresap ke bagian bawah lapisan lahan TPA.

Satu kasus kebakaran dilaporkan terjadi pada lokasi di bagian ujung selatan, walaupun tanggal terjadinya kebakaran tersebut kurang jelas. Kebakaran dapat dipadamkan dan setelah itu dilakukan penggalian. Hasil penggalian tersebut terdapat di bagian ujung dan kira-kira mengalami kedalaman 2-5 m. kemungkinan cekungan/lubang ini akan diisi di waktu selanjutnya.

Kebakaran yang telah dicatat, dan yang tidak tercatat dapat menjadi potensi adanya daerah yang rawan untuk struktur sampah TPA. Material sampah dapat melebur menjadi satu, atau dibakar sehingga menghasilkan leburan atau bakaran sampah yang menyatu dengan sampah lainnya. Permukaan ini kemudian dapat menjadi zona yang rawan arena terjadinya penurunan gesekan antar partikel, dan saling keterkaitan partikel sampah.

Tanpa catatan detail, akan sangat susah untuk memahami lokasi terjadinya lokasi kebakaran ini, dan karakteristik zona yang rawan yang disebabkan oleh kebakaran ini, namun, insinyur yang menangani TPA harus mempertimbangkan keberadaan zona rawan ini (merujuk ke kejadian longsor di Bandung) dalam mendesain sistem pengumpulan gas atau capping.

Page 27: FS GAS TPA

ENVIRONMENTAL RESOURCES MANAGEMENT WB MAKASSAR_FINAL 2 16 OGOS, 2007

20

Permasalahan lain:

Kapasitas daya tahan alluvial di lembah yang lebih rendah, tanah liat, harus diperhatikan dan dijadikan pertimbangan dalam semua analisis. Laporan JICA mengindikasikan nilai N tanah ini rendah, N=2-4, yang menandakan bahwa kapasitas daya tahan jenis tanah ini rendah. Gangguan/permasalahan karena rendahnya daya tahan tanah mungkin akan terjadi. Pengkajian terkait kapasitas daya tahan tanah lembah juga harus dipertimbangkan.

Aktivitas permukaan LFG

Inspeksi visual pada lokasi lahan TPA selama studi kelayakan ini mengungkap bahwa ada beberapa lokasi yang mengeluarkan LFG melalui capping permukaan (foto 1 dan 2) sebagai bukti adanya bangkitan gas LFG di lahan TPA serta inefektivitas capping yang dilaksanakan saat ini.

Foto 1 Emisi Permukaan Gas LFG Foto 2 Emisi Permukaan Gas LFG

Gambar 3.1 Inspeksi Lokasi Studi

Kesimpulan:

Dalam hal stabilitas pada saat kunjungan ke lokasi, dari pengkajian secara visual, tidak nampak adanya tanda-tanda di sekitar lahan TPA yang mengindikasikan adanya potensi ketidakstabilan.

Namun demikian, dengan mempertimbangkan curamnya timbunan sampah pada lokasi TPA, kemungkinan terjadi penurunan ketebalan yang tidak merata karena perbedaan ketahanan lapisan bawah tanah serta jalan akses yang telah terkubur di bawah lokasi TPA, dan kemungkinan adanya zona rawan karena kebakaran yang terjadi di dalam timbunan sampah, disarankan untuk melaksanakan analisis kestabilan terhadap lahan TPA yang harus dilakukan

Page 28: FS GAS TPA

ENVIRONMENTAL RESOURCES MANAGEMENT WB MAKASSAR_FINAL 2 16 OGOS, 2007

21

oleh para insinyur yang berpengalaman. Setiap analisis yang dilakukan harus mempertimbangkan kemungkinan bahwa semua permasalahan tersebut terkait satu sama lain.

Secara khusus, harus diperhatikan kemungkinan keberadaan zona rawan di sepanjang daerah dimana terjadinya penurunan ketebalan timbunan (daerah yang dulunya adalah jalan akses, dan dimana bagian tutupan sampah berubah dari sisi lembah menjadi dasar lembah), bagian yang sangat curam, daerah tempat kebakaran pernah terjadi, dan kemungkinan adanya lapisan yang jenuh karena tingginya tingkat air tanah dan lindi.

Kestabilan kapasitas daya tahan tanah lembah yang lunak (tanah liat lunak, pasir dan tanah liat untuk padi) juga harus ditinjau kembali.

Apabila nilai lindi meningkat di dalam sampah, akan lebih banyak terjadi penyebaran lindi yang tidak terkontrol dan lebih jauh dapat mengakibatkan pencemaran air, dan dampak yang lebih buruk dapat terjadi. Longsornya permukaan yang miring juga dapat terjadi karena nilai lindi yang tinggi sebagai penyebab utama.

Kemungkinan terjadinya kejenuhan lapisan bawah belum terbukti, namun hal ini dapat memberikan dampak terhadap stabilitas sel secara keseluruhan. Seorang insinyur dengan kualifikasi yang sesuai sebaiknya melaksanakan analisis kestabilan dengan menggunakan perangkat lunak geoteknik yang tepat untuk menganalisis pore water pressure pada dasar sel untuk menggambarkan nilai lindi potensial yang tinggi. Pertimbangan yang sama juga harus diberikan kepada investigasi lokasi yang dilakukan untuk menentukan kekuatan lapisan tanah bawah, dan untuk menetapkan nilai lindi pada dasar lahan TPA.

Pertimbangan juga dilakukan untuk meningkatkan sistem pengumpulan lindi, bukan hanya untuk mencegah terjadinya penyebaran lindi, juga untuk melindungi lingkungan sekitar.

Analisis awal dapat dibuat berdasarkan informasi yang terkandung dalam laporan yang dibuat oleh JICA, namun demikian setiap perusahaan teknis akan memiliki informasi mereka sendiri mengenai apakah informasi yang berasal dari sumber lain dan tidak dapat diverifikasi tersebut dapat dipertanggungjawabkan dan digunakan.

Page 29: FS GAS TPA

ENVIRONMENTAL RESOURCES MANAGEMENT WB MAKASSAR_FINAL 2 16 OGOS, 2007

22

3.2 CAPPING LAHAN TPA – SISTEM PENGELOLAAN LINDI

ERM memahami bahwa rencana pengembangan sistem pengumpulan gas ini termasuk penyediaan sebuah tutup (cap) semi-impermeabel untuk memungkinkan terjadinya penyerapan kelembapan.

Diperkenalkannya aturan baru di seluruh dunia yang menyatakan bahwa lahan TPA harus dilapisi/ditutup dengan membran yang sesuai untuk mencegah lepasnya gas LFG ke udara.

Saat ini, lahan TPA merupakan salah satu kontributor produksi gas metan utama dan permasalahan Gas Rumah Kaca di seluruh dunia. Melakukan pelapisan (capping) dengan lapisan semi permeabel, misalnya dengan tanah, dan bukan lapisan impermeabel yang akan mencegah terlepasnya gas LFG, namun, akan membuat gas tersebut masuk ke dalam sampah, meningkatkan degradasi dan produksi gas LFG, serta memperpendek periode penurunan ketebalan (settlement).

Harus dilakukan pertimbangan terhadap penyediaan permeabel cap, misalnya bahwa emisi LFG ke udara dapat dihindari dan gas LFG dapat dikontrol serta dikumpulkan secara tepat dengan lapisan pengumpul gas yang terdapat pada cap yang layak ditinjau dari faktor teknis.

Saat ini, lokasi TPA tersebut telah “ditutup’ pada bagian selatan, walaupun, penutupan ini hanya merupakan penutup tanah setebal 40 cm.

Cap Lahan TPA yang ada

Penutup ini sangat jelek dan tidak akan mencegah terlepasnya gas LFG ke atmosfer. Pembengkakan dan pengeringan akan menyebabkan terjadinya retakan di tanah dan aan melepaskan gas LFG.

Tidak ada bau busuk pada bagian sebelah selatan lahan TPA, yang berarti bahwa produksi gas LFG telah mengalami penurunan dan perlambatan, atau juga berarti bahwa gas LFG terlepas dengan cepat ke udara melalui cap yang ada dan tersebar karena adanya angin.

Page 30: FS GAS TPA

ENVIRONMENTAL RESOURCES MANAGEMENT WB MAKASSAR_FINAL 2 16 OGOS, 2007

23

Daerah yang cukup curam akan sangat sulit untuk ditutupi hanya dengan tanah saja, karena dapat terjadi erosi dan slippage secara teratur dan akan melongsorkan semua “penutup” yang ada, kecuali apabila vegetasi alam baru terbentuk kembali.

Untuk penyediaan penutup impermeabel permanen, bentuk tanah agak sedikit tidak menguntungkan karena adanya bagian yang sangat curam. Mungkin akan dibutuhkan sebuah elemen untuk membuat penampang yang baru, namun diperlukan saran dari perusahaan teknik yang berpengalaman atau pabrik pembuatan membran untuk menentukan persyaratan penampang sisi yang curam tersebut, dan bagaimana memenuhi persyaratan tersebut.

Sebuah penutup/cap yang impermeabel permanen akan memberikan pengontrollan yang lebih dalam hal pengumpulan gas, namun beberapa hal di bawah ini perlu dipertimbangkan:

• Cap yang impermeabel akan menyebabkan peningkatan waktu degradasi dan diharapkandapat memperpanjang waktu penurunan ketebalan sampah.

• Elemen untuk membuat penampang baru diperlukan untuk menjamin kestabilan cap

• Desain drainase perlu dipertimbangkan secara cermat dan teliti dengan memperhatikan pendekat lahan basah

• Biaya. Sebuah cap yang didesain secara tepat, dan fasilitas terkait, untuk ukuran lahan sebesar ini memerlukan biaya yang cukup tinggi.

Sebuah cap tipikal yang modern untuk TPA limbah padat perkotaan terdiri dari beberapa elemen berikut ini:

• Tanah atas: bervariasi dengan ketebalan 30-40 cm

• Lapisan drainase: material butiran dengan ketebalan 30-50 cm

• Tanah liat padat: kira-kira setebal 50 cm-100 cm (k<1x10-9m/s)

• Lapisan pengumpul gas: butiran atau sintetis

• Levelling layer (lapisan tiap tingkatan): lapisan pasir untuk memuluskan penampang sampah

• Sampah.

Page 31: FS GAS TPA

ENVIRONMENTAL RESOURCES MANAGEMENT WB MAKASSAR_FINAL 2 16 OGOS, 2007

24

Ketebalan dan jenis material yang digunakan bervariasi tergantung ketersediaan, pengkajian mendetail yang lebih jauh, dan biaya. Berbagai produk sintesis tambahan tersedia untuk menggantikan dan/atau memperbaiki performa material alami yang digunakan sebagai membran impermeabel, lapisan drainase dan pengumpul, serta lapisan pemisah. Penampang melintang tipikal untuk cap yang layak secara teknis dijabarkan di bawah ini:

Catat bahwa ketebalan yang digambarkan murni teoretis dan dapat berbeda berdasarkan persyaratan khusus tertentu, data curah hujan, tingkat produksi gas, dsb.

Praktek capping di Makassar nampaknya murni menggunakan penutup tanah biasa. Tidak terdapat praktek teknis dalam pelaksanaan capping tersebut (walaupun kami tidak diberikan informasi mengenai hal tersebut). Meskipun metode ini bukan merupakan metode terbaik untuk melakukan capping terhadap lahan TPA, tidak ada peraturan yang jelas di Indonesia kaitannya dengan capping sampah perkotaan (walaupun ada peraturan yang mengatur tentang sampah yang berbahaya). Cap semi-permeabel akan menyerap dan meningkatkan produksi gas LFG, namun di saat yang sama juga akan melepas gas LFG ke atmosfir sehingga tidak akan mampu mengumpulkan seluruh gas LFG yang tersedia.

Lapisan drainase butiran geonet OR dengan pemisah geotekstil di kedua sisi

Geomembran LLDPE atau HDPE.

Lapisan tanah yang dipadatkan 600-800mm

Tanah atas, 150-250mm

Tanah bawah, 450-750

Blinding layer, 100mm

Sampah

Lapisan pengumpul gas butiran atau geonet ekuivalen. 300-450mm

Page 32: FS GAS TPA

ENVIRONMENTAL RESOURCES MANAGEMENT WB MAKASSAR_FINAL 2 16 OGOS, 2007

25

Dari pengamatan di lokasi tampaknya sangat sedikit atau tidak ada kegiatan pemeliharaan terhadap areal yang telah ditutup sehingga lepasnya gas LFG ke udara tidak dapat dielakkan.

Oleh karena itu, pihak pengembang harus mempertimbangakn metode yang paling efektif untuk mengumpulkan gas LFG untuk mencapai hasil gas LFG yang dibutuhkan untuk mengoperasikan sistem pengumpulan ini secara efekti, menguntungkan, dan juga untuk menghindari lepasnya gas LFG ke udara.

3.3 SISTEM PENGUMPULAN GAS LAHAN TPA

Lahan TPA di daerah yang beriklim tropis memiliki nilai lindi yang tinggi yang mengurangi ekstraksi LFG apabila menggunakan sistem sumur pengumpulan tradisional yang bersifat vertikal. Dengan kondisi saat ini, studi kelayakan ini melakukan evaluasi sistem tradisional sumur pengumpulan vertikal dan sistem sumur horizontal.

Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, sistem pengumpulan kolektif aktif terdiri dari blower mekanik atau kompressor yang tergabung dalam sistem ekstraksi sumur gas atau parit pengumpul. Gradien tekanan dibuat dalam sumur atau parit, dan kemudian memaksa keluarnya gas dari lahan TPA. Kemudian gas tersebut dialirkan lewat pipa ke unit pembakaran atau sistem pengelolaan lainnya.

Efekt ivitas sistem pengumpulan LFG aktif sangat bergantung kepada desain da operasional sistem tersebut, dan kepada kemampuan bangkitangas metan sampah TPA. Sebuah sistem pengumpulan yang efektif harus didesain dan dikonfigurasikan sedemikian rupa untuk:

• Mengakomodasi tingkat bangkitan maksimum gas LFG;

• Secara efektif mengumpulkan gas LFG dari seluruh area TPA; dan

• Memonitor dan menyesuaikan operasional sumur dan parit esktraksi individual

Intrusi udara merupakan pertimbangan utama dalam mendesain sistem pengumpulan gas LFG aktif. Intrusi udara dapat merembes secara alami lewat penutup lahan TPA dan ke dalam sampah.

Page 33: FS GAS TPA

ENVIRONMENTAL RESOURCES MANAGEMENT WB MAKASSAR_FINAL 2 16 OGOS, 2007

26

Sistem pengumpulan kolektif memiliki empat komponen utama:

• Sumur ekstraksi gas (atau parit horizontal), termasuk pipa pengumpulan gas. Fungsi pipa pengumpul ini adalah untuk mengumpulkan gas dari setiap sumur dan mengantarkannya ke sistem pembakaran. Sistem ini sebaiknya dibangun menggunakan sistem loop, sistem header atau sistem tunggal dengan pengaturan tertentu. Pipa pengumpul gas sebaiknya dibuat dari PVC dengan diameter 100 mm. Pipa tersebut harus di tempatkan pada permukaan tanah, untuk memudahkan pemeriksaan apabila terjadi kebocoran. Tiap simpul antara pipa dan sumur harus dilengkapi dengan penghubung untuk secara terus menerus memonior kualitas, kuantitasm suhu dan tekanan gas. Sistem perpipaan harus ditempatkan di bagian luar sel pengumpul gas. Pipa pengumpul harus diegkapi dengan titik kondensasi sebelum dihubungkan dengan sistem pembakaran, untuk memudahkan pembuangan cairan dari dalam pipa.

• Peralatan pemindah gas;

• Unit penanggulangan gas lahan TPA

• Unit pembuangan terkondensasi

Page 34: FS GAS TPA

ENVIRONMENTAL RESOURCES MANAGEMENT WB MAKASSAR_FINAL 2 16 OGOS, 2007

27

3.4 PRODUKSI METHANE

Pendahuluan

Gas lahan TPA dibangkitkan dengan dekomposisi anaerobik sampah padat yang ada di lahan TPA. Pada dasarnya gas terbentuk terdiri atas gas metan dan gas karbondioksida. Tingkat bangkitan gas pada umumnya merupakan fungsi jenis sampah yang dibuang, elemen kelembaban, umur sampah dan kondisi iklim lokal. Tabel 1 dari IPCC NGGP 2006 memberikan beberapa petunjuk dan nilai untuk jenis sampah dan iklim yang berbeda.

Tabel 2 IPCC 2006 Nilai Waktu Paruh yang direkomendaskan

Page 35: FS GAS TPA

ENVIRONMENTAL RESOURCES MANAGEMENT WB MAKASSAR_FINAL 2 16 OGOS, 2007

28

Tingkat bangkitan gas secara umum dapat dijabarkan dengan persamaan decay (kerusakan) urutan pertama seperti yang dijelaskan di bawah ini.

Pemodelan dan Pengkajian Gas Lahan TPA

Pengkajian bangkitan gas metan awal telah didesain untuk sel tertutup, sel 1 dan 2 menggunakan model persamaan kerusakan (decay) urutan pertama.

Peramalan ini dihitung berdasarkan potensi bangkitan gas metan setiap tahun selama proyek CDM yang diusulkan, yaitu selama 21 tahun.

Dimana :

QT, x = Jumlah metan yang dihasilkan dalam tahun berjalan (T) menurut sampah Rx

k = konstanta bangkitan metan rata-rata (1/yr) Rx = jumlah sampah yang dibuang pada tahun x T = tahun berjalan x = tahun sampah diambil

Parameter keseluruhan yang digunakan dalam peramalan ini tersedia dalam tabel 2.

Turunan perhitungan batasan individu untuk DOC, Docf, k dan Lo tersedia dalam Tabel 3- tabel 5.

Tabel 3 Parameter Bangkitan Gas Metan

Parameter Pemodelan Nilai

DOC 0,222 Karbon organik yang dapat terurai [pemisahan (Gg C/Gg MSW)] (Error! Not a valid result for table.)

DOCf 0,77

IPCC (2006) pemisahan karbon organik pada 0,50 sementara pengkajian menggunakan IPPC (1996) yang dianggap lebih tepat untuk lingkungan lahan TPA Indonesia

k 0,178 konstanta peluruhan untuk bangkitan metan()

Lo 0,136 Potensi bangkitan metan dari sampah (m3 CH4 / kg sampah organik) ( )

MCF = Faktor Koreksi Metan 0.8 IPCC (2006) yang digunakan untuk TPA yang belum diolah

Faktor oksidasi lahan TPA 10% IPCC (2006) persentasi tangkapan metan 50%

efisiensi pembakaran 95% Berdasarkan instalasi penyalaan terpadu dan pemantauan penuh menurut UNFCC Annex-13 Metodologis “alat untuk menentukan emisi proyek

QT,x = ∑kRxLoe-k(T-x)

Page 36: FS GAS TPA

ENVIRONMENTAL RESOURCES MANAGEMENT WB MAKASSAR_FINAL 2 16 OGOS, 2007

29

Parameter Pemodelan Nilai dari gas pembakaran yang mengandung metan”

efisiensi pembangkit tenaga listrik 90% konsentrasi metan untuk lahan TPA 50% IPCC (2006)

Metan m3 to kg @ S.T.P. ( 0 derajat celsius 1,013 bar)

0,0007168 Ton CH4 / m3 CH4

CO2 equivalent dari etan 21 Nilai pemanasan global

Tabel 4 Karbon Organik Sampah Padat Perkotaan yang dapat terurai (DOC)

Tabel 5 Tingkat Konstanta Bangkitan Metan (k)

Komponen % Komposisi (Makassar)

% Komposisi total bahan

organik

DOC dalam % of sampah organik

basah segar1

DOC (Komponen organik yang dapat

terurai) kg per kg sampah basah organik

segar

Kayu 5,7% 6,6% 0,30 0,020

10,7% 12,4% 0,40 0,050

Organik (Makanan) 59,0% 68,2% 0,16 0,109

Rumput, Daun, palem, Kelapa, Bambu, Rotan2 7,0% 8,1% 0,30 0,024

Tekstil 4,1% 4,7% 0,40 0,019

Kayu 5,7% 6,6% 0,30 0,020

Total Organik (kg) 86,4% 100% Total DOC (kg) 0,222

1 IPCC 2006 Bab 5 Tabel 2.4 2 % estimasi makanan

Jenis Sampah Tahun (T) 1 Nilai k (Ln2/T1/2) 2

% jumlah organik Nilai k rata-rata

Siap terurai(3) 2 0,301 34,1% 0,103

Dapat terurai 4 0,151 42,2% 0,064

Dapat terurai dengan mudah - Paper & Tekstil 10 0,060 17,1% 0,010

Dapat terurai dengan mudah-kayu 20 0,030 6,6% 0,002

Konstanta bangkitan gas metan proyek (k) = 0,178 1 IPCC (2006) 2 IPCC (2000) 3 50% organik (sampah makanan dan taman) diklasifikasikan sebagai

dapat terurai

Page 37: FS GAS TPA

ENVIRONMENTAL RESOURCES MANAGEMENT WB MAKASSAR_FINAL 2 16 OGOS, 2007

30

Tabel 6 Potensi Bangkitan Metan - Lo

Jumlah karbon yang tersedia untuk membentuk dapat dihitung dari persamaan berikut, dimana Coe = DOCf dan Co

Coe/Co = 0.014T + 0.28

Dimana Coe adalah jumlah karbon yng tersedia untuk pembentukan biogas, Co adalah jumlah karbon dan T adalah suhu (Bingemer dan Crutzen, 1987; hal 2181). Pada suhu 35derajat celcius adalah zona anaerobik lahan TPA

Coe/Co = 0.014 x 35 x 0.28 = 0.77 (DOCf)

yaitu, 0,77 persen karbon tersedia untuk pembentukan biogas. Karena Co sama dengan 0,222, maka:

Coe = 0,77 x 0,222 = 0,171

Tiap jumlah total karbon per kilogram sampah, 0,71 karbon tersedia dari biogas. Dengan asumsi bahwa semua karbon dapt diubah menjadi metan, dan bahwa berat molekul metan adalah 16 terdiri dari 12 unit karbon dan 4 unit oksigen, maka setiap kilo sampah:

jumlah metan = 16 / 12 x 0,171 = 0,228 kg CH4 / kg sampah

Metan m3 to kg @ S.T.P. ( 0 derajat celcius 1.013 bar) 0,7168 ton CH4 / m3

Lo = 0,163 m3 x 0,8 = 0,136 CH4 / kg sampah

Peramalan Pengumpulan Gas Lahan TPA dan Efisiensi Peluruhan

Gas metan merupakan gas rumah kaca yang berbahaya dan oleh karena itu efisiensi dalam pengumpulan dan peluruhan gas tersebut merupakan elemen kunci CDM dan Kyoto Protokol. Elemen organik dan kombinasi dengan suhu yang tinggi serta kelembaban memberikan kondisi ideal untuk dekomposisi anaerobik yang berlangsung lebih ceoat. Kemampuan menangkap dan menghancurkan elemen gas metan dalam gas lahan TPA merupakan alasan dasar untuk proyek CDM TPA ini. Selain tanggung jawab global, memaksimalkan penangkapan dan penghancuran gas metan memberikan kemampuan bagi pemerintah kota Makassar untuk meningkatkan pembiayaan dalam pengelolaan sampah perkotaan.

Efisiensi dalam sistem pengumpulan gas lahan TPA dalam memaksimalkan pemulihan gas lahan TPA dapat berkaitan dengan metode pembukaan dan praktek pengelolaan. Lahan TPA dengan penurunan fluks gas, desain yang baik dan sistem perbaikan yang lebih tinggi dan penutup permukaan yang kurang permeabel akan memiliki efisiensi perbaikan yang lebih tinggi dari penutup yang sangat minim dan sistem perbaikan yang dilaksanakan secara serampangan.

Berdasarkan pertimbangan ini, tiga skenario berikut (tabel 2.1, tabel 2.2 dan tabel 2.3) menggambarkan pengurangan potensi gas rumah kaca berdasarkan kemampuan untuk secara efisien dan efektif mengumpulkan gas lahan TPA dari TPA di Indonesia. Skenario ini mengkaji efektivitas proyek yang diusulkan dengan memaksimalkan penghancuran gas metan berdasarkan

Page 38: FS GAS TPA

ENVIRONMENTAL RESOURCES MANAGEMENT WB MAKASSAR_FINAL 2 16 OGOS, 2007

31

efisiensi pemulihan gas TPA yang berbeda, 30% (yang dikelola secara buruk), 50% (dikelola secara biasa), dan 70% (dikelola dengan baik). Pemulihan dan efektivitas proyek selama lebih dari 10 tahun (periode perjanjian pembelian ER maksimum saat ini) adalah:

• 30% efisiensi 643,718 ton CO2e dihancurkan ()

• 50% efisiensi 1,029,812 ton CO2e dihancurkan (

Page 39: FS GAS TPA

ENVIRONMENTAL RESOURCES MANAGEMENT WB MAKASSAR_FINAL 2 16 OGOS, 2007

32

) IPCC (2006)

• 70% efisien 1.415.906 ton CO2e dihancurkan ()

oleh karena itu, prinsip dasarnya adalah, nilai moneter dari implementasi peningkatan pengelolaan dan pengumpulan gas lahan TPA. Perbedaan antara efisiensi pengumpulan 30% dan 70% adalah 772.188 ton Co2e atau penerimaan tambahan dalam 10 tahun pertama US (@ 9/ton CO2e) dari proyek penyalaan gas lahan TPA

Tabel 7 30% Efisiensi Pemulihan

Tahun kredit proyek

Metan yang

dihasilkan (m3 x 106 /

tahun)

Metan yang dihancurkan

(m3 x 106 / tahun)

Metan yang dihancurkan

(m3 /hari)

Metan yang dihancurkan

(m3 / jam)

Potensi Pengurangan

Emisi (ton CO2e / tahun)

2007 11,39 0,00 0 0 0 2008 12,66 0,78 2.143 89 11.772 2009 13,84 3,91 10.721 447 58.902 2010 15,14 4,23 11.586 483 63.657 2011 16,65 4,60 12.593 525 69.189 2012 18,23 4,98 13.652 569 75.007 2013 19,90 5,39 14.765 615 81.122 2014 21,65 5,82 15.934 664 87.548 2015 23,49 6,26 17.163 715 94.296 2016 25,65 6,79 18.606 775 102.226

Total 643.718

Page 40: FS GAS TPA

ENVIRONMENTAL RESOURCES MANAGEMENT WB MAKASSAR_FINAL 2 16 OGOS, 2007

33

Tabel8 50% Efisiensi Pemulihan

Tahun kredit proyek

Metan yang

dihasilkan (m3 x 106 /

tahun)

Metan yang dihancurkan

(m3 x 106 / tahun)

Metan yang dihancurkan

(m3 /hari)

Metan yang dihancurkan

(m3 / jam)

Potensi Pengurangan

Emisi (ton CO2e / tahun)

2007 11,39 0,00 0 0 0 2008 12,66 1,32 3.626 151 19.921 2009 13,84 6,16 16.881 703 92.750 2010 15,14 6,69 18.324 763 10.677 2011 16,65 7,30 20.002 833 10.896 2012 18,23 7,94 21.767 907 119.592 2013 19,90 8,62 23.622 984 129.785 2014 21,65 9,33 25.571 1.065 140.494 2015 23,49 10,08 27.618 1.151 151.740 2016 2565 10,96 30.024 1.251 164.958

Total 1.029.812

Tabel9 70% Efisiensi Pemulihan

Tahun kredit proyek

Metan yang

dihasilkan (m3 x 106 /

tahun)

Metan yang dihancurkan

(m3 x 106 / tahun)

Metan yang dihancurkan

(m3 /hari)

Metan yang dihancurkan

(m3 / jam)

Potensi Pengurangan

Emisi (ton CO2e / tahun)

2007 11.39 0.00 0 0 0 2008 12,66 1,86 5.109 213 28.070 2009 13,84 8,41 23.042 960 126.599 2010 15,14 9,15 25.062 1.044 137.696 2011 16,65 10,00 27.411 1.142 150.602 2012 18,23 10,91 29.882 1.245 164.177 2013 19,90 11,85 32.479 1.353 178.447 2014 21,65 12,85 35.208 1.467 193.440 2015 23,49 13,90 38.073 1.586 209.185 2016 25,65 15,13 41.441 1.727 227.689

Total 1.415.906

Page 41: FS GAS TPA

ENVIRONMENTAL RESOURCES MANAGEMENT WB MAKASSAR_FINAL 2 16 OGOS, 2007

34

4 RENCANA BISNIS

4.1 ANALISIS TEKNIS DAN FINANSIAL

Motivasi dibalik proyek CDM yang diusulkan di Makassar, seperti yang dinyatakan dalam draft PDD, adalah bahwa pembiayaan karbon akan memberikan alat bagi kota Makassar untuk meningkatkan pengumpulan sampah padat perkotaan dan pembuangan tanpa memerikan beban tambahan terhadap penganggaran tahunan.

Dengan mempertimbangan hal-hal tersebut di atas, pengkajian finansial harus menjamin bahwa proyek tersebut memenuhi kriteria fundamental dari proyek CDM Kyoto Protokol, dimana, sebuah proyek harus melebihi proyek normal atau proyek yang komersil yang dilaksanakan berdasarkan peraturan. Proyek ini tidak boleh dikatakan sebagai “bisnis biasa”. Harus ditunjukkan pula penghalang yang menghambat pelaksanaan kegiatan proyek ini yang akan berdampak kepada berkurangnya emisi gas rumah kaca.

Dari sudut pandang komersil, keputusan untuk berinvestasi dalam kegiatan CDM harus dilakukan dalam prinsip-prinsip bisnis secara umum. Tiga permasalahan utama adalah tingkat pengembalian investasi, resiko yang minim dan periode pembayaran kembali yang sesuai.

Di Indonesia belum pernah dilaksanakan proyek penyalaan gas lahan TPA untuk menghasilkan energi walaupun kesempatan dan sumber daya tersedia dalam skala besar dan teknologi terbukti cukup baik d negara maju. Secara umum, hambatan utama untuk pelaksanaan proyek tersebut adalah tingkat “buy-back” saat ini untuk menjual listrik pada PLN. Saat ini nilainya berkisar antara US $ 0,04 sampai US $ 0,05 per kWhr untuk pembangkit listrik skala kecil, yang membangkitkan listrik kurang dari 15 Mwhr.

Karena tidak adanya peraturan di Indonesia yang mensyaratkan pemilik lahan TPA untuk mengumpulkan dan membakar gas lahan TPA, tidak ada insentif, berkiatan dengan Protokol Kyoto, yang membuat pemilik TPA untuk melakukan hal tersebut. Dari berbagai opsi untuk mengurangi emisi gas metan dari lahan TPA, pembakaran gas TPA merupakan opsi dengan investasi modal serta biaya pemeliharaan dan operasional terendah. Namun, tanpa adanya penerimaan, beban emisi gas terletak di tangan pemerintah dan masyarakat, yang dapat membuat hal tersebut menjadi beban untuk melaksanakan kegiatan pengurangan gas metan tersebut.

Penghancuran gas metan yang dikumpulkan dari lahan TPA merupakan tujuan utama dari proyek yang diusulkan ini, dengan jumlah total gas metan yang dihancurkan tergantung kepada efisiensi pengumpulan dan penghancuran gas tersebut. Elemen 1 pada tabel 9 memberikan detail mengenai potensi penghancuran dan pengurangan emisi gas metan yang dikumpulkan per tahun dengan tingkat efisiensi pengumpulan 50%, yang

Page 42: FS GAS TPA

ENVIRONMENTAL RESOURCES MANAGEMENT WB MAKASSAR_FINAL 2 16 OGOS, 2007

35

berarti sama dengan 1,000,000 ton Co2e selama lebih dari 10 tahun. Elemen 2 adalah potensi pengurangan tambahan dari pergeseran bahan bakar minyak apabila 1Mwhr listrik dibangkitkan dan dijual kepada PLN, 54.468 ton Co2e

selama 9 tahun. Item 3,4 dan 5 menyediakan detail potensi penerimaan dari penjualan ER ditambah pendapatan penjualan listrik, sehingga total US $ 10.750.212 selama periode lebih dari 9 tahun. Kelangungan komersil dengan melaksanakan opsi ini, dengan mempertimbangkan investasi modal, biaya operasional perlu dinilai untuk menentukan opsi terbaik dan paling menguntungkan.

Page 43: FS GAS TPA

ENVIRONMENTAL RESOURCES MANAGEMENT MAKASSAR_FINAL 2 1

36

Tabel 10 Potensi Peluruhan Pengurangan Emisi

Page 44: FS GAS TPA

ENVIRONMENTAL RESOURCES MANAGEMENT WB MAKASSAR_FINAL 2 16 OGOS, 2007

37

Pengkajian finansial kegiatan penyalaan gas lahan TPA yang ditunjukkan dalam tabel 10 secara jelas menunjukkan bahwa tanpa adanya pendapatan dari kegiatan reduksi emisi, maka kegiatan ini tidak akan dapat berlanjut. Tingkat Pengembalian Internal (IRR) terlalu negatif.

Tabel 11 LFG Penyalaan Gas tanpa Penerimaan ER

pengkajian finansial yang digambarkan dalam tabel 11 menggambarkan dampak proyek penyalaan gas lahan TPA apabila terdapat penerimaan dari reduksi emisi. Dengan menyadari potensi ini, kota Makassar memiliki kemampuan finansial untuk menginvestasikan kembali penerimaan ini ke dalam sistem limbah padat perkotaan.

Page 45: FS GAS TPA

ENVIRONMENTAL RESOURCES MANAGEMENT WB MAKASSAR_FINAL 2 16 OGOS, 2007

38

Tabel 12 penerimaan ER dengan penyalaan gas lahan TPA

Opsi lainnya di bawah mekanisme CDM adalah untuk menggunakan gas lahan TPA untuk pembangkit listrik, dimana metan dihancurkan dalam proses pembakaran (pembakaran dan pembangkitan listrik) yang membangkitkan ER dengan tambahan penerimaan dari:

• Penjualan listrik kepada PLN

• Kredit ER dengan adanya pergeseran penggunaan listrik dari bahan bakar minyak

Biaya investasi untuk LFGTE lebih tinggi dibandingkan pendekatan pembakaran gas lahan TPA yang lebih sederhana, sehingga diperlukan pengkajian komersil dan resiko untuk menentukan kelangsungan setiap pendekatan yang digunakan.

Detail pengkajian keuangan dalam tabel 12 menggunakan nilai “buy-back” PLN untuk menentukan keberlangsungan finansial LFGTE, dengan penerimaan yang diperoleh dari ER CDM serta penjualan listrik kepada PLN.

Page 46: FS GAS TPA

ENVIRONMENTAL RESOURCES MANAGEMENT WB MAKASSAR_FINAL 2 16 OGOS, 2007

39

Dengan adanya kesempatan untuk menjual listrik secara langsung kepada industri untuk digunakan dalam memenuhi kebutuhan listrik mereka dan terkait dengan pengelolaan TPA tidak akan dikaji dalam studi ini sebagai kunci untuk menentukan kelangsungan finansial dari “skenario terburuk”

Cukup jelas bahwa nilai “buy back” saat ini untuk kegiatan CDM LFGTE TPA Tamangapa tidak memiliki keberlangsungan komersil dan tidak memenuhi persyaratan kota Makassar, yaitu untuk memberikan penerimaan untuk membiayai peningkatan pengelolaan sampah padat perkotaan.

Tabel 13 Legte Kegiatan CDM yang Diusulkan

Dalam beberapa hal, resiko bisnis proyek ini tidak akan mampu memulihkan volume ramalan gas metan yang ditampung karena tingginya tingkat IRR yang dpat dicapai lewat implementasi kegiatan CDM LFGTE.

Page 47: FS GAS TPA

ENVIRONMENTAL RESOURCES MANAGEMENT WB MAKASSAR_FINAL 2 16 OGOS, 2007

40

Pengkajian keuangan ini menyimpulkan bahwa kegiatan penyalaan gas lahan TPA memenuhi persyaratan Kyoto Protokol dan kota Makassar.

Biaya Tipikal Proyek

Biaya ($US) Mesin/Peralatan/Kendaraan Fasilitas pembakaran peralatan pembakaran dan pembangkitan listrik dari gas TPA $ 2.414.333 Peralatan cadangan $ 16.000 Pengiriman dari Eropa atau US ke Jakarta ( 1 x 40ft kontainer) $ 25.000 Pajak dan bea impor dan biaya lain (30% biaya peralatan) $ 724.300 Transportasi lokal dr JKT ke MKS $ 24.000 isntalasi dan komisi $ 28.000 Pelatihan teknis dan operasional $ 26.000 Dokumentasi $ 5.500 Perjanjian pemeliharaan (per tahun) $ 18.000 Asuransi (2,5% biaya peralatan) $ 60.358

sub total $ 3.341.492 Lahan gas TPA (16 sumur / hektar x 2 hektar) Lahan sumur gas (termasuk pengeboran dan material) $ 250.000

Total Mesin/ Peralatan / Kendaraan $ 3.591.492 Gedung $ 80.000 Furnitur dan perabot $ 12.000 pekerjaan sipil, dsb $ 170.000 Biaya operasional (termasuk pajak jika ada) Pemantauan emisi Peralatan (mesin, peralatan dan komisi) $ 30.000 Pemantauan, laporan dan pemeliharaan (per tahun) $ 25.000

sub total $ 55.000 listrik dan bahan bakar $ 3.000 tenaga kerja $ 20.000 perbaikan dan pemeliharaan $ 60.000 biaya penjualan $ - administrasi $ 60.000

Page 48: FS GAS TPA

ENVIRONMENTAL RESOURCES MANAGEMENT WB MAKASSAR_FINAL 2 16 OGOS, 2007

41

Komponen Listrik dan Bahan Bakar

Item Total estimasi biaya ($US)

Pembangkit listrik 1 Mwhr 1,200,000 peralatan koneksi 300,000 jalur sambungan 116,667 Plant construction/siteworks 60,000 Power Plant Building 100,000 Installation and Commissioning 66,667 Monitoring and recording equipment 55,000 Engineering/Contingency 100,000 Total Estimasi Biaya Pembangkit LiStrik 1,998,333

4.2 REKOMENDASI RENCANA BISNIS

Kegiatan operasional proyek penyalaan gas lahan TPA akan membutuhkan sumber daya teknis dan finansial. Dalam hal rencana bisnis, Pemerinah Kota Makassar memiliki dua opsi:

Opsi #1 – Manajemen Tunggal oleh Pemerintah Kota Makassar

Opsi #1 adalah untuk melaksanakan manajemen dan investasi tunggal untuk proyek penyalaan gas lahan TPA, yang berarti bahwa pemerintah kota Makassar akan menyediakan investasi finansial dan sumber daya teknis, baik secara mandiri atau subkontrak, oleh karena itu pemerintah kemudian akan mengumpulkan seluruh penjualan hasil gas metan, dan akan menanggung semua resiko. Gambar 4 mnjelaskan proses untuk mengembangkan rencana bisnis dengan opsi 1.

Pemerintah kota Makassar saat ini belum memiliki sumber daya finansial dan teknis untuk berinvestasi dan mengelola proyek ini, sehingga disarankan agar opsi ini tidak digunakan. Opsi 2 memberikan rencana bisnis dengan melibatkan investor eksternal untuk menyediakan sumber daya cfinansial dan teknis untuk proyek penyalaan gas lahan TPA.

Opsi #2 - Manajemen Operasional Eksternal dengan Investor Eksternal

Optsi #2 menggunakan keterlibatan investor eksternal oleh pemerintah kota Makassar untuk berbagi investasi dan resiko proyek ini, begitu juga dengan ER. Investor eksternal akan bertanggung jawab untuk investasi keuangan, serta manajemen teknis dan pelaksanaan penyalaan gas lahan TPA dengan sumber daya sendiri ataupun lewat pekerjaan sub kontrak. Pemerintah kota makassar akan tetap menjadi pemilik proyek dan akan melaksanakan transaksi kredit karbon di bawah CDM, dan kemudian akan membayar investor dari hasil transaksi kredit untuk menyediakan tingkat pengembalian investasi (IRR), menurut perjanjian kerjasama antara kedua belah pihak. Pemerintah kota Makassar juga akan menggunakan jasa konsultan terkenal untuk pemantauan dan evaluasi proyek, untuk memenuhi persyaratan CDM. Gambar 5 menjelaskan proses untuk mengembangkan rencana bisnis opsi #2.

Page 49: FS GAS TPA

ENVIRONMENTAL RESOURCES MANAGEMENT WB MAKASSAR_FINAL 2 16 OGOS, 2007

42

Kami merekomendasikan pemerintah kota Makassar menggunakan opsi #2, karena opsi tersebut tidak membuat pemerintah kota Makassar melakukan investasi teknis dan finansial sendiri. Namun, dalam hal ini, pemerintah kota Makassar harus sangat hati-hati dalam memilih investor dan konsultan CDM untuk menjamin akuntabilitas kemampuan mereka dalam gal finansial, teknis dan aspek CDM.

Gambar 4 Rencana Bisnis Opsi #1

Gambar 3 Rencana Bisnis Opsi #2

Page 50: FS GAS TPA

ENVIRONMENTAL RESOURCES MANAGEMENT WB MAKASSAR_FINAL 2 16 OGOS, 2007

43

5 RENCANA IMPLEMENTASI

5.1 RINGKASAN PROYEK

Tujuan dari proyek penyalaan gas lahan TPA untuk menyediakan sebuah sistem penyalaan gas di TPA Tamangapa untuk mengurangi emisi metan dan mendapatkan pendanaan karbon dibawah CDM. Studi kelayakan ini telah menunjukkan bahwa implementasi dari sistem penyalaan gas TPA dapat mengurangi total metan lebih dari 696,960 ton dari CO2e (lihat bab 3), yang mana dapat menghasilkan pendapatan potensial mendekati US$ 5 juta dari penjualan kredit karbon. Pemerintah Kota Makassar merencanakan untuk menggunakan pendanaan karbon untuk meningkatkan pelayanan sampah padat perkotaan.

Proyek penyalaan gas TPA membutuhkan investasi finansial US$1,099,300 (US$739,300 investasi awal dan US$ 360,000 biaya operasional). Ada pula masukan teknis yang penting dibutuhkan untuk bagian teknik, desain dan operasi dari sistem penyalaan gas. Seperti dibahas dalam bab 4.2, pemerintah Kota Makassar tidak mempunyai dana untuk membuat investasi finansial maupun kemampuan teknis untuk mengelola sistem penyalaan. Pemerintah Kota Makassar akan tetap menjadi pemilik proyek dan mengadakan traknsaksi untuk kredit karbon untuk pengurangan metan dan membagi penjualan dengan investor luar sebagai pengembalian dari investasi. Sebagai tambahan, sebuah konsultan CDM yang berpengalaman akan diminta untuk mengawasi volume dari penyalaan gas.

Untuk didaftarkan di UNFCCC, proyek ini harus disetujui oleh Komnas MPB, kebijakan kewenangan pemerintah Indonesia, Komisi Mekanisme Pembangunan Bersih.

Bagian ini akan menggambarkan penerapan yang direkomendasikan untuk proyek penyalaan gas Tamangapa.

5.2 RENCANA PENERAPAN YANG DIANJURKAN

Manajemen gabungan dengan investor luar akan meminta seleksi ketat dari investor dan definisi yang jelas tentang peran, tanggung jawab dan harapan. Rencana penerapan untuk manajemen dari proyek penyalaan gas dengan operasional gabungan dengan seorang investor luar yang terdisi dari proses berikut:

1. Menawarkan proyek penyalaan gas pada perusahaan swasta, yang harus mempunyai kemampuan untuk menyediakan investasi dana, teknologi dan sumberdaya manusia, dan mempunyai pengertian mekanisme CDM, terutama tentang pendanaan kredit karbon. Proses pemilihan investor luar termasuk:

Page 51: FS GAS TPA

ENVIRONMENTAL RESOURCES MANAGEMENT WB MAKASSAR_FINAL 2 16 OGOS, 2007

44

a. Prakualifikasi, yang melibatkan persyaratan berikut:

• Administrasi

• Profil Perusahaan

• Kemampuan teknis • Sumber daya manusia

• Prop

• osal awal b. Jadwal prakualifikasi c. Penentuan daftar investor

2. Setelah investor luar dipilih, sebuah Formulir Persetujuan termasuk elemen-elemen berikut harus ditandatangani oleh kedua belah pihak:

a. Tujuan b. Periode persetujuan c. Hak dan kewajiban dari pihak-pihak terkait d. Persyaratan awal e. Sanksi f. Pemberhentian persetujuan g. Hak kekayaan intelektual

3. Spesifikasi teknis harus ditentukan, termasuk:

a. Lokasi proyek b. Lingkup kerja c. Persyaratan teknis, meliputi:

• Keamanan

• Lokasi sistem penyalaan gas

• Tipe dari sistem penyalaan gas

• Lokasi proyek

• Penggalian lubang untuk penangkapan gas metan

• Pipa pengumpulan gas

• Peremajaan kembali lahan TPA dan restrukturisasi

• Lindi didalam timbunan sampah

Lingkup kerja untuk investor untuk mengembangkan proyek penyalaan gas adalah sebagai berikut:

1. Koordinasi dengan institusi yang bersangkutan dengan proyek CDM; 2. manajemen dan operasional dari TPA Tamangapa; 3. memberikan desain yang detail dan pembangunan dari penggabungan

dan penyalaan dari gas metan meliputi infrastruktur pendukung mereka.; 4. operasional dan pengelolaan dari penangkapan dan penggabungan gas

metan dalam TPA tertutup; 5. penyalaan gas metan;

Page 52: FS GAS TPA

ENVIRONMENTAL RESOURCES MANAGEMENT WB MAKASSAR_FINAL 2 16 OGOS, 2007

45

6. perlindungan untuk semua infrastruktur TPA; 7. pengawasan aspek lingkungan didalam dan disekitar TPA; 8. mengejar pemabayaran kredit karbon dan membagi dengan pemerintah

Makassar; dan 9. memberikan semua aset dalam pemenuhan persetujuan.

Tender dan dokumen kontrak prakualifikasi digambarkan dalam Appendix E.

Harus dicatat, seorang konsultan CDM yang berpengalaman dan independen akan diminta untuk mengawasi dan memverifikasi volume dari penyalaan gas untuk peremajaan lahan.

5.3 PERENCANAAN INVESTASI

kelanjutan dari proyek yang diusulkan tergantung pada maksimalisasi penggabungan LFG dan penghancuran gas metan, efesiensi penggabungan LFG menggambarkan potensi untuk meningkatkan kinerja keuangan dari proyek dan maka dari itu sebuah komponen kritis dari perencanaan investasi modal.

Hasil dari uji pompa dalam studi ini mengidentifikasi level sel lindi yang tinggi dan capping minimal dari sel sebagai sebuah hambatan utama untuk penggabungan LFG. Desain dan investasi dalam LFG dan rencana manajemen lindi yang tepat akan menghasilkan dampak besar dalam kinerja keuangan sebaik kemapuan untuk menginvestasikan kembali dalam keseluruhan manajemen limbah. Sebagai tambahan investasi ini akan mengurangi dampak negatif lingkungan dan kesehatan saat ini tersebar dari tanah.

Pada tahap yang lebih kecil efisiensi penghancuran dari penyalaan mempunyai pengaruh pada pendapatan yang diperoleh dari pengurangan emisi dan maka dari itu efisiensi adalah kriteria penting untuk pemilihan penyalaan.

Analisis untung rugi yang sederhana berikut menggambarkan suatu perbandungan antara perbedaan tingkatan investasi LFG dan menajemen lindi dan hubungannya dengan peningkatan pendapatan melalui tambahan penangkapan LFG dan penyalaan.

• Skenario 1 – 30% efisiensi pemulihan, diasumsikan bahwa investasi minimal dibuat untuk meningkatkan penganganan masalah lindi yang sekarang, capping minimal pada sel dan penundaan instalasi penggabungan sistem dalam sel baru

• Scenario 2 – 50% efisiensi pemulihan, diasumsikan bahwa incestasi dibuat untuk meningkatkan penanganan masalah lindi yang sekarang, penutupan sel dan 300mm capping tanah liat dan waktu demi waktu instalasi sistem penggabungan horisontal dalam sel baru.

Page 53: FS GAS TPA

ENVIRONMENTAL RESOURCES MANAGEMENT WB MAKASSAR_FINAL 2 16 OGOS, 2007

46

• Scenario 3 – 70% efisiensi pemulihan, diasumsikan penutupan sel dengan menggunakan membran sintetik dengan lapisan vegetasi dan beberapa lindi daur ulang didalam sel. Sistem penggabungan horisontal dan manajemen drainase lindi di instalasi selama periode operasional dari sel-sel baru.

Analisa keuntungan kerugian sederhana ini menggambarkan keuntungan keuangan proyek dapat dicapai dengan investasi dalam LFG dan sistem manajemen lindi, Skenario 1 – IRR proyek 5.45%, Skenario 2 – IRR proyek 16.30% dan Skenario 3 – IRR proyek 23.14%. CAPEX total proyek yang berkaitan adalah $1,447,900, $2,145,900 and $2,845,900 secara berturut-turut.

Keuntungan tambahan yang didapat adalah pengurangan dampak negatif kesehatan dan lingkungan yang sama seperti biaya mengatasi dampak-dampak negatif ini. Tabel berikut memperlihatkan secara rinci skenario-skenario yang ada.

Tabel 13 Scenario 1 - 30% Efisiensi Gabungan

Investment Summary - Collection and Flaring Component $US Pengembangan proyek CDM $250,000

Biaya fasilitas penyalaan $561,900

Lahan sumur LFG dan penutupan sel- 2 sel awal dan manajemen lindi

$42,000

Total awal CAPEX $853,900

Kebutuhan lanjutan CAPEX $594,000

Total Kebutuhan Proyek CAPEX $1,447,900

Biaya Operasi dan Perawatan 10 Tahun (O&M) $1,519,180

Pendapatan CERs - 10 tahun (@ $US7.00 ton CO2e) $3,580,966

Total Utang (Biaya pengembangan diawal CDM) $250,000

Total Ekuitas $601,900

IRR Proyek 5.45%

Aset 6.85%

NPV (Discount Rate) 10.00% ($172,346) 15.00% ($285,515)

18.00% ($328,320) WACC (asset) $474,990

Page 54: FS GAS TPA

ENVIRONMENTAL RESOURCES MANAGEMENT WB MAKASSAR_FINAL 2 16 OGOS, 2007

47

Tabel 14 Scenario 2 - 50% Efisiensi Gabungan

Investment Summary - Collection and Flaring Component $US Pengembangan proyek CDM $250,000 Biaya fasilitas penyalaan $561,900 Lahan sumur LFG dan penutupan sel- 2 sel awal dan manajemen lindi

$140,000

Total awal CAPEX $951,900 Kebutuhan lanjutan CAPEX $1,194,000

Total Kebutuhan Proyek CAPEX $2,145,900 Biaya Operasi dan Perawatan 10 Tahun (O&M) $1,599,180 Pendapatan CERs - 10 tahun (@ $US7.00 ton CO2e) $5,988,296 Total Utang (Biaya pengembangan diawal CDM) $250,000

Total Ekuitas $701,900 IRR

Proyek 16.30% Aset 15.99%

NPV (Discount Rate) 10.00% $306,326 15.00% $49,487 18.00% ($56,215)

WACC (asset) $1,482,121

Tabel 15 Scenario 3 - 70% efisiensi gabungan

Investment Summary - Collection and Flaring Component $US Pengembangan proyek CDM $250,000 Biaya fasilitas penyalaan $561,900 Lahan sumur LFG dan penutupan sel- 2 sel awal dan manajemen lindi

$240,000

Total awal CAPEX $1,051,900 Kebutuhan lanjutan CAPEX $1,794,000

Total Kebutuhan Proyek CAPEX $2,845,900 Biaya Operasi dan Perawatan 10 Tahun (O&M) $1,679,180 Pendapatan CERs - 10 tahun (@ $US7.00 ton CO2e) $8,395,627 Total Utang (Biaya pengembangan diawal CDM) $250,000 Total Equity $801,900

IRR Project 23.14%

Asset 21.89% NPV (Discount Rate)

10.00% $771,229 15.00% $371,946 18.00% $204,005

WACC (asset) $2,489,253

Page 55: FS GAS TPA

ENVIRONMENTAL RESOURCES MANAGEMENT WB MAKASSAR_FINAL 2 16 OGOS, 2007

48

6 PERTIMBANGAN SOSIAL DAN LINGKUNGAN

Salah satu dari peran utama pembakaran gas lahan pembuangan adalah untuk melindungi masyarakat dari pembuangan gas lahan pembuangan. Akan tetapi, proyek yang diusulkan akan memberikan dampak lingkungan baik dalam tahap pembangunan dan operasional. Dalam bagian ini akan diidentifikasikan aspek-aspek EHS (Lingkungan, Kesehatan dan Keselamatan Kerja) tiap tahap yang berpotensial dari proyek, dicatat peraturan dan standar yang terkait, dan diusulkan langkah-langkah pencegahan untuk menghindari atau menurunkan dampak dan menjamin pemenuhan.

Proyek ini akan menggunakan sistem pembakaran tertutup, dimana sistem insulasi yang diterapkan akan mengurangi kehilangan panas sehingga menyebabkan operasi pembakaran dapat dilakukan pada suhu yang lebih tinggi. Sistem enclosed flare ini juga dikenal dengan sebutan Ground Flare.

6.1 DAMPAK LINGKUNGAN

Proyek yang diusulkan utamanya mencakup kegiatan pembakaran, dimana contaminant dan bahan pengotor merupakan emisi selama pembakaran.

Selama tahap konstruksi, dampak lingkungan yang tercakup sebagai berikut:

• Kebisingan, disebabkan dari kegiatan transportasi dan instalasi; dan

• Debu, disebabkan dari kegiatan transportasi.

Dampak-dampak ini akan mempengaruhi kehidupan masyarakat dan sekitar lokasi proyek. Kebisingan dapat dikurangi dengan mendesain dan menggunakan peredam suara yang tepat. Debu dapat dikurangi dengan menggunakan teknik pengurangan debu seperti penyemprotan air.

Beberapa dampak lingkungan diperkirakan terjadi selama tahap operasioanl, hal ini disebabkan oleh emisi gas dari pembakaran sebagai hasil pembakaran metan dari lahan pembuangan sampah. Gas-gas ini dan sumber-sumbernya dapat dilihat pada Tabel 6.1. Karbondioksida (CO2) dan penguapan (H2O) merupakan emisi berbentuk gas yang utama dari pembakaran. Selain itu, akan ada emisi dari karbon monoksida (CO), Hydrogen (H2) dan Metan (CH4) dapat disebabkan karena pembakaran yang tidak selesai selama pembakaran. Tidak peraturan mengenai CO2. Meskipun demikian, CO2 akan memberikan kontribusi pada emisi gas rumah kaca. Emisi-emisi yang lainnya seperti NOx, CO, CH4 dan H2 dapat menyebabkan beberapa dampak pada ambang batas kualitas udara dan mengancam keselamatan penduduk disekitar akan bahaya api pembakaran. Perbandingan standar emisi yang terkait ditunjukkan pada.

Tabel 16 Emisi Gas yang Dibangkitkan dari Penyalaan Gas Lahan TPA

Page 56: FS GAS TPA

ENVIRONMENTAL RESOURCES MANAGEMENT WB MAKASSAR_FINAL 2 16 OGOS, 2007

49

No Emisi Sumber Emisi 1 Karbon Dioksida CO2 Hasil pembakaran senyawa metan dan karbon lainnya 2 Penguapan H2O Hasil pembakaran senyawa metan dan karbon lainnya 3 Karbon Monoksida CO Hasil pembakaran yang tidak selesai 4 Hydrogen H2 Hasil pembakaran yang tidak selesai 5 Nitrogen Oksida NOx Hasil pembakaran, nitrogen dalam bahan bakar atau

bentuk kedua dalam bahan bakar 6 Metan CH4 Gas bahan bakar yang tidak terbakar (mengindikasikan

pembakaran yang tidak selesai) Sumber: Petunjuk Pemantauan Pembakaran Gas Landfill Yang Tertutup, SEPA,2004

Tabel 17 Standar Emisi Pembakaran

standar Parameter Dampak yang dibangkitkan

Nasional* Internasional ** karbon monoksida

CO dampak kesehatan tidak ada standar 50 mg/Nm3

nitrogen oksida

NOx dampak kesehatan (asap fotokimia)

1.000 mg/Nm3 150 mg/Nm3

metane (hidrokarbon yg tidak terbakar)

CH4 dampak kesehatan dan keselamatan (asap fotokimia, api dan ledakan)

tidak ada standar 10 mg/Nm3

karbon dioksida

CO2 pemanasan global (gas rumah kaca)

tidak ada standar

tidak ada standar

penguapan H2O tidak ada dampak signifikan tidak ada standar tidak ada standar hidrogen H2 dampak keselamatan (api &

ledakan) tidak ada standar tidak ada standar

* Standar Nasional berdasarkan pada Standar Emisi Nasional untuk Industri Serba-serbi (Kep. 13/MENLH/3/1995) ** Standar Internasional berdasarkan Standar Emisi UK untuk Pembakaran Gas Landfill Tertutup *** untuk gas lahan TPA, gas co2 dianggap sebagai “biogenik”, dan oleh karena itu merupakan bagian alami dari siklus karbon

Dampak lingkungan yang lainnya terdiri dari resiko bahaya api dan ledakan; asphyxia, gangguan bau yang tidak sedap, kebisingan, panas, dan kualitas opacity. Akan berdampak potensial pada masyarakat sekitar dalam hal resiko kesehatan dan keselamatan. Dampak lingkungan, kesehatan dan keselamatan yang tercatat dari pembakaran gas lahan pembuangan selama tahap pelaksanaan proyek diringkaskan dalam Tabel 18 sesuai dengan standar nasional dan internasional yang ditetapkan.

Page 57: FS GAS TPA

ENVIRONMENTAL RESOURCES MANAGEMENT WB MAKASSAR_FINAL 2 16 OGOS, 2007

50

Tabel 18 Standar Kualitas Udara Ambient Indonesia Yang Digunakan pada Pembakaran

Parameter Standar Karbon Monoksida CO 30.000 pg/Nm3 (1 jam)

10.000 pg/Nm3 (24 jam) Nitrogen Oksida NOx 400 pg/Nm3 (1 jam) 150 pg/Nm3 (24 jam) 100 pg/Nm3 (1 tahun) Metan (Hydrocarbon Yang tidak terbakar) CH4 160 pg/Nm3 (3 jam) Opacity - 35% Kebisingan - 70 dB (A) Odor - 0,02 ppm (as H2S) Karbondioksida CO2 Tidak ada standar Penguapan H2O Tidak ada standar Hydrogen H2 Tidak ada standar Catatan: - Standar Nasional untuk CO, Nox, (sebagai N02) dan CH4 (sebagai HC) berdasarkan

GR No. 41/1999 - Standar Nasional untuk odor berdasarkan Kep-50/MENLH/11/1996 - Standar Nasional untuk Nuisance (gangguan) berdasarkan Kep-

46?MENLH/11/1996

Standar Nasional untuk opacity berdasarkan Kep-13/MENLH/3/1995

Emisi gas dari pembakaran akan berdampak pada ambang batas kualitas udara, dan kesehatan para pekerja dan masyarakat yang tinggal dekat lokasi proyek yang diusulkan. Sangat diusulkan bahwa analisis dispersi secara rinci dilaksanakan untuk menentukan dampak batas ambang kualitas udara dengan menggunakan kondisi desain pembakaran dan kondisi meteorologi lokal. Setiap usaha perlu dibuat untuk menjamin plume dari pembakaran yang tidak dapat memasuki secara langsung daerah tempat tinggal dengan kondisi angin yang besar. Hal ini sangat diperlukan karena komunitas pemulung yang berada langsung di batas tempat pembuangan.

Disamping itu, dampak batas ambang kualitas udara dan mengakibatkan resiko kesehatan manusia di daerah lokasi proyek, maka ada beberapa dampak fisik yang potensial dari kegiatan proyek yang diusulkan. Berikut ini ditunjukkan penggambaran dengan lingkungan yang didapatkan, para penerima yang terkena dampak, dan langkah-langkah pencegahan yang potensial untuk menurunkan atau menghindari dampak:

Api & Ledakan

Pembakaran akan terbakar dalam jumlah yang relatif besar, dengan resiko api dan ledakan, menyebabkan emisi dan pencahayaan pada CH4 dan/atau H2.

Pembakaran ini beresiko pada kesehatan dan keselamatan bagi para pekerja di lokasi tersebut, dan juga masyarakat yang bertempat tinggal di dekat lokasi proyek yang diusulkan. Langkah-langkah berikut ini perlu dipertimbangkan untuk menurunkan resiko dan dampak yang potensial dari apai dan ledakan di lokasi proyek:

Page 58: FS GAS TPA

ENVIRONMENTAL RESOURCES MANAGEMENT WB MAKASSAR_FINAL 2 16 OGOS, 2007

51

• Pencegahan api yang standar perlu disediakan pada lokasi proyek;

• Pembakaran harus ditempatkan dengan mempertimbangkan aspek-aspek keselamatan, yaitu tidak melakukan pembakaran dalam tempat yang tertutup (seperti dalam gedung) atau dekat pohon atau benda-benda lainnya yang dapat menyala pada suhu yang tinggi. Model dispersi gas perlu digunakan untuk menilai keselamatan dari lokasi pembakaran;

• Akses untuk pelayanan darurat baik untuk para pekerja dan masayarakat sekitarnya perlu disediakan untuk mewaspadai api atau ledakan.

Asphyxia

Karena sistem pembakaran yang tertutup diusulkan untuk proyek ini, maka terdapat resiko asphyxia yang potensial pada lokasi proyek, utamanya berdampak bagi para pekerja di lokasi proyek. Sistem pembakaran yang tertutup digunakan untuk mencegah nuisance (gangguan) kebisingan dan untuk memberikan perlindungan dari cuaca dan akses manusia yang tidak berkepentingan. Namun, gas landfill merupakan asphyxiant, sehingga ventilasi yang memadai atau pengamanan keselamatan yang sistematis harus digunakan. Selain itu juga disarankan umtuk menghindari lokasi pembakaran pada lubang, atau ditempat lainnya dimana gas yang masuk terkumpul.

Odor Nuisance (Gangguan Bau Tak Sedap)

Beberapa model sistem pembakaran terbuka memiliki sejumlah besar gas yang tidak terbakar melalui pembakaran sehingga menyebabkan bau tak sedap. Beberapa jenis bau umumnya disebabkan oleh sisa-sisa gas tempat pembuangan, namun menyebabkan gabungan nilai ambang batas bau yang rendah. Terkadang hal ini menyebabkan protes dari masyarakat umum kepada para operator lahan TPA.

Proyek yang disulkan ini akan menggunakan sistem pembakaran tertutup, sehingga dampak bau tak sedap dapat berkurang di daerah lokasi.

Polusi Suara

Pembakaran dapat sangat menganngu karena penggunaan peralatan mesin dan dari pembakaran itu sendiri. Polusi suara memiliki dampak yang potensial pada para pekerja di lokasi proyek, dan juga masyarakat yang bertempat tinggal di dekat lokasi proyek. Untuk mengurangi dampak dari polusi suara kepada para penerima, maka pembakaran harus berada jauh dari bangunan. Jika tidak memungkinkan, maka perlu menggunakan langkah-langkah peredam suara yang ekstensif, termasuk konstruksi bangunan berbatu bata di sekitar pembakaran dengan suara saringan pada bagian ventilasi.

Dalam kondisi yang jarang terjadi, getaran berfrekwensi rendah dihasilkan dari gerakan dalam pembakaran tertutup dapat menyebabkan gema di sekitar pbjek seperti gedung dan kendaraan, yang menyebabkan mual dan sakit kepala. Efek ini dapat dihindari dengan menempatkan pembakaran pada jarak yang cukup jauh dari objek-objek tersebut.

Page 59: FS GAS TPA

ENVIRONMENTAL RESOURCES MANAGEMENT WB MAKASSAR_FINAL 2 16 OGOS, 2007

52

Panas

Komunitas pemulung dekat lokasi proyek dapat dibuka pada panas pembakaran, tergantung desain dan lokasi fisik pembakaran.

Sumber panas dalam pembakaran adalah sebagai berikut:

• Panas radiatif dari pembakaran, hanya terjadi ketika pembakaran dilakukan di atas titik desainnya;

• Panas melalui dinding ruang pembakaran; dimana ruang pembakaran memiliki insulasi yang tidak memadai selanjutnya suhu permukaan di luar menjadi berlebihan dan menyebabkan masalah.

Dampak panas dari pembakarandapat dicegah dengan desain yang tepat dari pembakaran dan lokasi; pembakaran harus berada jauh dari pusat masyarakat dan pada ketinggian yang tepat. Dampak panas dari pembakaran dapat juga dicegah melalui penggunaan insulasi.

Kesimpulan untuk pertimbangan lingkungan adalah sebagai berikut:

• Selama tahap konstruksi, meningkatnya tingkat kebisingan dan debu dapat terjadi dan berdampak pada masyarakat setempat yang bertempat tinggal di sekitar lokasi.

• Selama tahap pengoperasian, emisi utama diperkirakan dari penyalaan LFG terdirin dari Karbondioksida (CO2). Tidak ada peraturan nasional ataupun internasional untuk CO2. Namun, CO2 dari penyalaan metan ini dianggap sebagai GHG netral karena berasal dari sumber biogenis.

• Selama tahap operasional, ada dampak-dampak fisik potensial terkait dengan kesehatan dan keselamatan, seperti api dan ledakan, serta asphyxia. Selain itu, terdapat kemungkinan dampak untuk dampak berupa nuisance (gangguan) seperti bau dan kebisingan.

Rekomendasi untuk Pertimbangan Lingkungan adalah sebagai berikut :

Direkomendasikan model dispersi yang dilaksanakan untuk menentukan konsentrasi level tanah dari bermacam-macam bahan pencemar yang berasal dari tumpukan pembakaran, menggunakan kondisi desain penyalaan dan kondisi meteorologi setempat.

6.2 DAMPAK SOSIAL

Sebuah studi telah dilaksanakan untuk menentukan pertimbangan sosial di daerah proyek, dan untuk memberikan informasi mengenai poyek pembangunan komunitas. Kegiatan studi ini mencakup:

• Wawancara dengan para stakeholder

• Konsultasi publik

Page 60: FS GAS TPA

ENVIRONMENTAL RESOURCES MANAGEMENT WB MAKASSAR_FINAL 2 16 OGOS, 2007

53

Pengamatan di lapangan mengindikasikan ada tiga komunitas yang hidup di kawasan sekitar TPA Tamangapa: kelompok pertama, mereka yang merupakan penduduk asli daerah tersebut (tinggal di daerah tersebut setelah TPA dibangun). Kelompok kedua, adalah pemulung dan pengumpul yang pindah ke daerah tersebut setelah TPA dibangun dengan alasan kesempatan ekonomi. Ada dua jenis pengumpul; pengumpul yang tinggal di lokasi TPA dan pengumpul (besar) yang tinggal di Kota Makassar. Komunitas “asli” sebagian besar tidak bergantung kepada TPA untuk penghidupan mereka, sementara komunitas pemulung sebaliknya. Secara umum, tokoh masyarakat lokal, termasuk ustadz, guru, pedagang, pengusaha, karyawan dan pegawai negri. Kelompok ketiga, merupakan insinyur dan pegawai Dinas Kebersihan dan Keindahan Kota Makassar..

Keuntungan untuk kelompok penerima

Pemulung di TPA Tamangpa mendapatkan penghasilan dengan mengumpulkan sampah. Mereka dibagi ke dalam kelompok-kelompok dan mengumpulkan tas plastik, botol dan kaca, termasuk botol kaca, atau besi, paku dan bahan logam lainnya. Organisasi para pemulung ini cukup jelas, dan setiap kelompok memiliki pimpinan yang dikenal sebagai bos (pengumpul) kecil, yang kemudian mengirimkan hasil yang dikumpulkan pemulung ke bos (pengumpul) besar. Para pemulung mendapatkan bayaran sesuai dengan berat barang yang dikumpulkan. Saat ini, para pemulung di TPA Tamangapa sebagian besar mengumpulkan plastik dan tas plastik karena barang tersebut memiliki harga yang cukup tinggi saat ini. Para pemulung sangat bergantung kepada TPA sebagai sumber pencaharian mereka, dan kemungkinan akan merasa kecewa apabila proyek yang diusulkan memberikan dampak terhadap kemampuan mereka mengumpulkan sampah.

Kelompok penerima dampak

kelompok penerima dampak terdiri dari penduduk yang tinggal di sekitar lokasi TPA Tamangapa. Lingkungan tempat tinggal mereka tidak berhubungan langsung dengan kegiatan TPA Tamangapa. Berdasarkan hasil wawancara, kelhan utama mereka adalah bau yang tercium. Permasalahan lain adalah kurangnya air bersih, khususnya untuk minum dan memasak.

Kesimpulan untuk Dampak Sosial adalah sebagai berikut:

• Kelompok penerima dampak (misalnya pemulung) memiliki persepsi yang positif terhadap proyek yang diusulkan di TPA Tamangapa selama kehidupan mereka tidak terganggu. Oleh karena itu, keterlibatan mereka sangat dibutuhkan untuk memastikan bahwa lingkungan dan kehidupan mereka tidak terganggu dengan adanya proyek ini;

• Para pemulung mengharapkan bahwa dengan dilakukannya peningkatan TPA akan memberikan dampak terhadap kualitas di lingkungan sekitar TPA sekaligus juga berarti akan meningkatkan kualitas hidup para pemulung.

Page 61: FS GAS TPA

ENVIRONMENTAL RESOURCES MANAGEMENT WB MAKASSAR_FINAL 2 16 OGOS, 2007

54

Menurut pengamatan lapangan dan wawancara dengan stakeholder, Program Pembangunan Komunitas yang tepat yang berdampak dan menguntungkan adalah sebagai berikut:

• Program Pembangunan Komunitas bagi Pemulung: 1. Memperkuat organisasi pemulung; 2. Pelatihan pengelolaan sampah; 3. Sosialisasi Dampak Pencemaran Lingkungan; 4. Fasilitasi Pembangunan Sarana Pembersihan Plastik; 5. Pendampingan Kelompok; dan 6. Fasilitasi Pendidikan dan Kesehatan.

• Program Pembangunan Komunitas bagi Masyarakat (Penduduk):

1. Pembentukan Kelompok Sadar Lingkungan; 2. Sosialisasi Manfaat Sampah; 3. Pelatihan Pengolahan Sampah (Pengomposan); 4. Pendirian Sekolah Gratis (bekerja sama dengan LSM); dan

5. Pembentukan dan Pembangunan Fasilitas Kesehatan.

Page 62: FS GAS TPA

ENVIRONMENTAL RESOURCES MANAGEMENT WB MAKASSAR_FINAL 2 16 OGOS, 2007

55

7 KESIMPULAN

Kesimpulan Studi Kelayakan ini adalah sebagai berikut:

Pengkajian Teknis dan Finansial

• Observasi lapangan mengindikasikan bahwa bangkitan metan akan stabil pada tingkat 20 L/menit, yang akan membangkitkan sekitar 30% metan di lahan TPA. Ini merupakan bangkitan metan minimum yang biasanya digunakan untuk tujuan komersil. Dalam kondisi ini, konsentrasi oksigen 6-8% akan menjadi nilai yang aman untuk pemulihan gas;

• Volume penangkapan dan penghancuran metan di TPA Tamangapa Makassar bergantung kepada efisiensi dan efektivitas desain dan pengelolaan lindi dan gas lahan TPA. Instalasi desain sel tertutup akan menurunkan infiltrasi curah hujan dan emisi gas metan sehingga meningkatkan ekstraksi metan dan penghancuran untuk waktu 10 tahun ke depan. Reduksi emisi dan nilai moneternya akan meningkat jika efisiensi pengumpulan ditingkatkan dari 30% saat ini ke maksimum 70% yang setara dengan 770.000 ton Co2e atau US $ 5.400.000 (@ US $ 7/ton CO2e). Instalasi pipa pengumpulan LFG horizontal secara berkelanjutan selama pembuangan sampah di sel baru juga akan meningkatkan jumlah tangkapan dan penghancuran gas metan.

• Kestabilan lahan TPA merupakan factor kritis yang harus dipertimbangkan selama tahap desain. Desain stabilitas lahan yang tepat oleh insinyur berpengalaman adalah penting dilakukan sebelum pelaksanaan instalasi dan operasi system pengumpulan gas, termasuk sistem penutup lahan.

• Pengkajian finansial menyimpulkan bahwa kegiatan penyalaan gas LFG dengan metode CDM memenuhi persyaratan yang ditetapkan oleh Kyoto Protokol dan kebutuhan kota Makassar.

• Skenario alternatif LFGTE membutuhkan biaya investasi yang lebih tinggi yang tidak dapat berlanjut secara komersil, dan tidak memenuhi persyaratan kota Makassar, untuk menyediakan penerimaan bagi pembiayaan peningkatan layanan sampah padat perkotaan.

Pengkajian Lingkungan

• Selama tahap konstruksi, meningkatnya tingkat kebisingan dan debu dapat terjadi dan berdampak pada masyarakat setempat yang bertempat tinggal di sekitar lokasi.

• Selama tahap pengoperasian, emisi utama diperkirakan dari penyalaan LFG utamanya terdiri dari Karbondioksida (CO2). Tidak ada peraturan nasional ataupun internasional untuk CO2. Namun, CO2 yang dikenal sebagai gas rumah kaca akan berkontribusi dalam pemanasan global meski dalam jumlah yang lebih sedikit dibandingkan metan.

• Selama tahap operasional, ada dampak-dampak fisik potensial terkait dengan kesehatan dan keselamatan, seperti api dan ledakan, serta asphyxia.

Page 63: FS GAS TPA

ENVIRONMENTAL RESOURCES MANAGEMENT WB MAKASSAR_FINAL 2 16 OGOS, 2007

56

Selain itu, terdapat kemungkinan dampak untuk dampak berupa nuisance (gangguan) seperti bau dan kebisingan.

Pengkajian Sosio-Ekonomis

• Para pemulung di lokasi TPA Tamangapa adalah kelompok Sosio-ekonomis utama yang terkena dampak dari proyek yang diajukan ini.

• Kelompok ini mempunyai persepsi positif terhadap proyek yang diajukan ini selama itu tidak mengganggu kehidupan mereka mencari nafkah. Keterlibatan mereka oleh karenanya diperlukan untuk menjamin tidak terganggunya kehidupan mereka mencari nafkah.

• Para pemulung mengharapkan bahwa dengan dilakukannya peningkatan TPA akan memberikan dampak terhadap kualitas di lingkungan sekitar TPA sekaligus juga berarti akan meningkatkan kualitas hidup para pemulung

Page 64: FS GAS TPA

ENVIRONMENTAL RESOURCES MANAGEMENT WB MAKASSAR_FINAL 2 16 OGOS, 2007

57

REFERENSI

[1] Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. KEP-13/MENLH/3/1995, Standar Kualitas Emisi Gas dari Sumber NAsional;

[2] Peraturan Pemerintah Indonesia No. 41 Year 1999, Pemantauan Kualitas Udara;

[3] Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. KEP-50/MENLH/11/1996, Standar Tingkat Bau;

[4] Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. KEP-48/MENLH/11/1996, Standar Tingkat Kebisingan;

[5] Scottish Environmental Protection Agency (SEPA) (2004), Guidance for Monitoring Enclosed Landfill Gas Flares;

[6] Barlaz et. Al. (1989) Anaerobic biodegradation of cellulose and hemicellulose in excavated refuse samples using a biochemical methane potential assay. J. Ind. Microbial. 13 147 - 153;

[7] Parkin GF and Owen WF (1986) Fundamental of Anaerobic Digestion of Wastewater Asuldge, J. Environ. Eng. 122 (5) 867-914;

[8] Bookter et. al. ( 1982) Stabilization of solid waste in landfills. Journal of Environmental Engineering 108 6, 1089 1100;

[9] Bingemer, H. G. and Crutzen, P. J. (1987), 'The Production of Methane From Solid Wastes', Journal of Geophysical Research, Vol. 92, No. D2, p. 2183;

[10] Tabasaran, O. (1981): “Gas production from landfill”. In: Household Waste Management in Europe, Economics and Techniques, A.V. Bridgewater and Lidgren, K. (eds.), Van Nostrand Reinhold Co., New York, USA, pp. 159-175;

[11] Damanhuri, E and Padmi, T (2004): Pengolahan Sampah Bandung, Environmental Engineering Department, Bandung Institute of Technology;

[12] BPS Kota Bekasi (2004): Kota Bekasi Dalam Angka, , 2004/2005, BPS Kota Bekasi, Indonesia;

[13] Santosa, B. H. & McMichael, H., (2004): Industrial Development In East Java: A Special Case, Dept. Foreign Affairs and Trade, Canberra, Australia;

[14] US EPA (1996), Turning a Liability into an Asset: A Landfill Gas-to-Energy Project Development Handbook Landfill Methane Outreach Program, U.S. Environmental Protection Agency, September 1996.

Page 65: FS GAS TPA

Lampiran A SURVEY LAPANGAN UNTUK

PENGAMATAN STABILITAS

Page 66: FS GAS TPA

ENVIRONMENTAL RESOURCES MANAGEMENT WB AUGUST, 2007

NO KONTRAK :

0061101 JUDUL KONTRAK : TPA Makassar

TANGGAL :

07/03/07 KONTRAKTOR : N/A

CUACA

Panas, Kering, Lembab, Berangin. Tidak ada hujan saat kunjungan PERALATAN DI LOKASI DAN KONDISINYA

Excavator (diperkirakan seberat 16 Ton, tampak dalam kondisi baik)

PELAKSANA TUGAS J Lynch ERM, Jacky Latuheru ERM.

PELAKSANAAN TUGAS

Jalan Kaki

KETERANGAN Penjelasan mengenai lokasi lahan Lahan TPA Tamangapa Kota Makassar terletak pada sisi lereng tanah lama pada area tanah liat. Secara berturut-turut lahan ini bertumbuh dari dasar lereng lama tersebut hingga pada yang mendekati ketinggian puncak tanah asli lereng. Area lahan yang ada sekarang ini mencakup luasan persegi empat datar seluas kira-kira 600 m X 400 m. TPA ini pada umumnya rata mulai dari pintu masuk di bagian Barat kemudian pelatarannya terbuka menuju area penambangan kompos kea rah utara pintu masuk itu. Pelataran lahan TPA terbentang kearah sisi utara, timur dan selatan.

Page 67: FS GAS TPA

ENVIRONMENTAL RESOURCES MANAGEMENT WB AUGUST, 2007

Operasi penambangan / pengomposan di bagian sisi barat lahan dekat pintu masuk TPA. A leachate/surface water aeration pond was noted adjacent to the site entrance in the west part of the tip. The pond lies adjacent to the mining/composting area. It is not sure how effective this process is, or how effective the collection system is which feeds the pond because it was noted that leachate was flowing freely in many places around the tip.

Aerasi Lindi Kolam lindi ini terhubung dengan salah satu saluran drainase air permukaan. Namun luapan alirannya mengarah ke area tanah basah di bawahnya. Tidak ada laporan mengenai adanya pemantauan air permukaan.

Page 68: FS GAS TPA

ENVIRONMENTAL RESOURCES MANAGEMENT WB AUGUST, 2007

Area penambangan / pengomposan di latar belakang. Genangan air dan lindi di atas tanah pada batas sampah TPA.

Lereng Barat laut. Terlihat lindi mengalir ke arah lahan basah di bagian utara. Pada umumnya sampah yang ditimbun di TPA ditumpuk dalam bentuk undakan untuk membentuk sisi lereng bertingkat, meskipun akhirnya dirusak oleh para pemulung yang melakukan kegiatannya. Puncak TPA umumnya rata dengan sedikit lereng ke arah timur, utara dan selatan. Saluran air permukaan sedang dibangun sepanjang kedua sisi jalan akses diatas TPA. Saluran selokan ini dibuat tepat di atas sampah dengan konstruksi campuran semen dan batu. Ini mungkin

Page 69: FS GAS TPA

ENVIRONMENTAL RESOURCES MANAGEMENT WB AUGUST, 2007

tidak akan efektif untuk jangka waktu panjang sebagaimana penyusutan akan terjadi dalam sampah dan menyebabkan retak atau pecahnya saluran selokan itu.

Permukaan yang membentang sepanjang sisi Timur Laut dan Selatan berada pada kemiringan lereng bersudut kira-kira 30 derajat hingga 50 derajat, bervariasi tergantung pada terjadinya penyusutan dan kegiatan yang dilakukan pemulung. Terdapat permukaan sampah yang nyaris vertical/tegak lurus dengan ketinggian sedang, namun tampak stabil.

Permukaan sampah ketinggian sedang nyaris tegak lurus akibat kegiatan pemulung.. Tampak stabil. Sisi Timur TPA mengarah ke area tanah basah dan sampah tampak bersentuhan langsung dengan air permukaan tanah basah di sekelilingnya.

Page 70: FS GAS TPA

ENVIRONMENTAL RESOURCES MANAGEMENT WB AUGUST, 2007

Lereng yang menghadap Timur dengan sampah yang langsung menyentuh air permukaan setempat. Pada bagian Timur diperoleh laporan bahwa area ini kelak akan dipakai sebagai lokasi kolam pengumpulan lindi untuk aerasi sebelum dilepaskan keluar. Area yang dikapling sebagaimana tampak dalam gambar adalah area yang diusulkan untuk kolam lindi. Laporan lisan yang diterima mengatakan kemungkinan kolam ini akan diberi lapisan bawah. Tidak tampak lapisan liner di area ini meskipun belum dipergunakan sebagai kolam lindi. Sepanjang puncak permukaan pelataran bagian timur saluran selokan air permukaan sudah digali meskipun area ini nampaknya lebih memungkinkan untuk menampung air lindi dibanding air permukaan. Saluran ini berawal dari puncak terus sepanjang bagian lereng timur, diperkirakan dibuang ke lereng timur dan mengalir kea rah air permukaan di bawah.

Saluran drainase sepanjang puncak timur, dari puncak TPA kemudian melintasi ujung timur. Lindi terlihat mengalir di saluran ini (kedalaman sekitar 1 meter X 2 meter lebar.) Gelembung gas lahan TPA dicatat tampak di air permukaan pada bagian sisi timur lahan, meskipun hal ini hanya tampak pada keadaan terisolasi. Rembesan lindi tercatat selama kunjungan di beberapa tempat di lahan ini sepanjang bentangan lahan di bagian lereng Barat Laut, Timur dan Selatan. Dicatat pula akan adanya rembesan lindi yang cukup signifikan pada sisi selatan pada puncak undakan terbawah, sekitar 3,0 m diatas kaki lereng.

Page 71: FS GAS TPA

ENVIRONMENTAL RESOURCES MANAGEMENT WB AUGUST, 2007

Rembesan lindi sepanjang lereng bagian Selatan. Sebagian besar bagian lahan TPA sisi Selatan ditutupi lapisan tipis tanah dengan ketebalan sekitar 30 – 40 cm. Permukaannya ditutupi rumput kasar. Terlihat sampah diantara lapisan tanah penutup dan terdapat banyak retakan pada tanah tersebut.sepertinya lapisan ini sudah merupakan lapisan akhir bagian lahan ini. Tampak usaha yang telah dilakukan untuk menempatkan pipa pernapasan gas lahan TPA walaupun pipa-pipa tersebut tampaknya diletakkan pada posisi sembarangan/acak dan tidak dilindungi. Tampak beberapa pohon tanaman pelindung juga di lahan ini. Sekitar 25% sampai 35% lahan TPA ini ditutupi penutup seperti ini.

Bagian Selatan lahan TPA ‘ditutupi’ dengan pohon dan pipa ventilasi.. Lapisan penutup maksimum 40 cm namun umumnya sangat tipis. Pada bagian ujung Selatan terdapat kolam pengumpul lindi yang dibuat secara kasar. Tidak terlihat lindi di kolam ini. Dinding kolam dibuat begitu jelek dari semen dan batu, dan terdapat banyak tempat dimana terlihat retakan dinding. Selain itu dasar kolam pengumpul berada diatas dasar lahan TPA sehingga pada hakekatnya menjadikan system ini tidak efektif.

Page 72: FS GAS TPA

ENVIRONMENTAL RESOURCES MANAGEMENT WB AUGUST, 2007

Kolam di bagian Selatan. Dinding retak n bekonstruksi jelek. Tidak ada lindi di kolam ini.

Penempatan sampah terus berlangsung saat kunjungan ini dan memberikan gambaran bagaimana sampah ditumpuk. Ekscavator menempatkan tumpukan sampah dengan ketebalan lapisan sekitar 1,0 hingga 1,5 meter. Lapisan ini merata dan menutupi bagian atas lahan TPA. Tumpukan tanah penutup ditempatkan di bagian atas untuk penggunaan temporer – yang mana secara lisan dilaporkan dilakukan pada setiap 1,5 hingga 2,0 meter ketebalan sampah. Tanah lokal ini berupa tanah liat berpasir.

Daerah kerja Tumpukan tanah penutup, dan sapi lokal merumput Lahan TPA ini juga mempunyai populasi pemulungnya sendiri, beberapa diantaranya membangun pondok/perlindungan sederhana dekat dengan lokasi pembuangan aktif TPA. Tidak terdapat bukti pembakaran atau memasak di lingkungan pemulung ini meskipun ada laporan yang menyatakan adanya kebakaran di salah satu bagian TPA beberapa waktu lalu, dimana area ini telah digali hingga pada kedalaman 2,0 meter dengan lebar 5 meter. Tidak ada kebakaran lain yang dilaporkan terjadi. Sapi diijinkan merumput di lahan TPA ini.

Page 73: FS GAS TPA

ENVIRONMENTAL RESOURCES MANAGEMENT WB AUGUST, 2007

Tidak ada tanda-tanda ketidakstabilan tercatat selama kunjungan ini. Selama kunjungan dilakukan Tanya jawab menyangkut sejarah berdirinya TPA. Tidak ada laporan yang terjadi menyangkut longsor atau pemuaian tumpukan atau penyusutan yang signifikan.

DITANDATANGANI :

J Lynch

DISTRIBUSI :

Barid Manna, Lukman Hakim, JRL, J Latuheru, File

Page 74: FS GAS TPA

Lampiran B

SISTIM HSE

Page 75: FS GAS TPA

ENVIRONMENTAL RESOURCES MANAGEMENT WB AUGUST, 2007

1.1.1 CONTENTS

Section Description 1. Purpose 2. Scope 3. Responsibilities 4. Definitions and

Abbreviations 5. Description of the Activity 6. Attachments

1.1.3 DAFTAR ISI

Bab Diskripsi 1. Tujuan 2. Ruang Lingkup 3. Tanggung Jawab 4. Definisi dan Singkatan 5. Uraian Kegiatan 6. Lampiran

Page 76: FS GAS TPA

ENVIRONMENTAL RESOURCES MANAGEMENT WB AUGUST, 2007

1.0 Purpose

1.1 Respond to emergency situation during the field operation of Tamangapa Landfill - Makasar to prevent and mitigate accidents, incidents, and environmental impacts.

1.2 Establish an emergency response plan to ensure that there is an appropriate response to unexpected accidents/incidents.

1.0 Tujuan

1.1. Menanggulangi keadaan darurat selama kegiatan proyek TPA Tamangapa - Makasar, untuk mencegah dan mengurangi terjadinya kecelakaan, insiden maupun dampak lingkungan.

1.2. Menetapkan rencana penanggulangan keadaan darurat untuk meyakinkan adanya system yang tepat untuk menanggulangi kecelakaan maupun insiden yang tidak diinginkan.

2.0 Scope

2.1 Identified significant Health, Safety and Environmental (HSE) aspects in emergency conditions, in relation to incidents/accidents, potential fires, explosions, uncontrolled release of gas and other foreseeable emergencies with Indonesia Geograpical and emergency related to Indonesia Geograpical, socio political; riots, bomb threats and earthquakes and their environmental impacts. 2.1.1 Incident/accident 2.1.2 Fire and explosions 2.1.3 Uncontrolled release of

gas 2.1.4 Riots 2.1.5 Bomb treat 2.1.6 Earthquake

2.0 Ruang Lingkup 2.1 Identifikasi Aspek

Keselamatan, Kesehatan Kerja dan Lindungan Lingkungan (K3PL) yang signifikan dalam keadaan darurat, sehubungan terjadinya insiden / kecelakaan, kebakaran dan ledakan, semburan gas, dan situasi di luar kegiatan proyek seperti kerusuhan massa/demo, ancaman bom, gempa bumi dll. 2.1.1 Insiden/kecelakaan 2.1.2 Kebakaran dan ledakan 2.1.3 Semburan gas 2.1.4 Kerusuhan massa /

demo 2.1.5 Ancaman bom 2.1.6 Gempa bumi

Page 77: FS GAS TPA

ENVIRONMENTAL RESOURCES MANAGEMENT WB AUGUST, 2007

3.0 Responsibilities

3.1 HSE Manager prepares Emergency Preparedness and Response System (EPRS).

3.2 Project Manager implements the EPRS. 3.3 Tamangapa Landfill - Makasar

Superintendent implements the EPRS

Tamangapa Landfill Makasar Superintendent communicates, coordinates and instructs to contractors including the field supervisor, to decide action to be taken including resources to combat the emergency situation.

3.4 Contractor (Universitas Hasanudin) implements this procedure referring to the instruction from Project Superintendent

3.4.1. Project K3PL Supervisor

Assist the field superintendent to organize all section workers during emergency situation

Assist to mobilize the equipment and controls the EPRS organization

Assist the Emergency response team and Fire Brigade

3.4.2. Security in charge follows the instructions from Project Superintendent, watches the company property and restricts people and cars access in/out of the working area.

3.0 Tanggung Jawab 3.1 Manajer HSE menyiapkan Prosedur

Tanggap Darurat dan Penanggulangan. Untuk suatu kegiatan.

3.2 Manajer Proyek mempelajari dan melakukan prosedur tersebut.

3.3 Superintenden TPA Tamangapa – Makasar menerapkan STDP.

Superintenden TPA Tamangapa – Makasar mengkomunikasikan, meng-koordinasikan dan menginstruksikan kepada kontraktor (Universitas Hasanudin), Pengawas lapangan untuk menentukan langkah-langkah yang harus diambil termasuk sumberdaya yang harus disiapkan untuk menanggulangi keadaan darurat.

3.4 Kontraktor (Universitas Hasanudin) menerapkan prosedur ini sesuai instruksi Superintenden Proyek. 3.4.1 Pengawas K3PL Proyek

Membantu Superintenden proyek mengatur pekerja dari seksi-seksi yang ada selama keadaan darurat.

Membantu memobilisasi peralatan dan pengendalian organisasi STDP.

Membantu Tim Penanggulangan Pemadam Kebakaran dan Penanggulangan.

3.4.2 Petugas keamanan mengikuti instruksi Superintenden Proyek, mengawasi asset perusahaan dan mencegah masyarakat serta kendaraan yang tidak berkepentingan keluar masuk daerah kerja.

Page 78: FS GAS TPA

ENVIRONMENTAL RESOURCES MANAGEMENT WB AUGUST, 2007

4.0 Definitions and Abbreviations 4.1 An Emergency Situation:

An unplanned accident / incident / condition which endangers people and causes damage to the environment and or property, which should be prevented and responded to quickly and appropriately.

4.2 An incident/accident:

An undesired event in the project area that results in injury, occupational illness or damage of equipment / property and environment.

4.3 Fire and Explosion. 4.4 Uncontrolled Release of gas (metan)

An uncontrolled release of gas, which happens in location.

4.5 Riot:

Tumultuous disturbances of the public peace by three or more persons who assemble for some private purpose and execute it to the terror of the people.

4.6 Bomb Threat:

Indicate the intention of bomb threat which to harm people

4.7 Earthquakes

4.0 Definisi dan Singkatan 4.1 Situasi Darurat.

Kejadian/insiden/kondisi yang tidak direncanakan yang dapat mem-bahayakan manusia, merusak lingkungan dan/atau perusahaan, yang harus dicegah dan ditanggulangi secara cepat dan tepat.

4.2 Insiden/Kecelakaan.

Kejadian yang tidak diinginkan di daerah operasi proyek yang menimbulkan korban manusia, gangguan kesehatan kerja, kerusakan peralatan / aset maupun lingkungan.

4.3 Kebakaran dan ledakan. 4.4 Semburan Liar gas metan.

Semburan gas yang terjadi dilokasi proyek.

4.5 Kerusuhan Masa / Huru-hara.

Kekacauan / gangguan ketenangan publik yang dilakukan oleh tiga orang atau lebih untuk suatu tujuan pribadi atau kelompok tertentu dengan melakukan teror atau kerusuhan.

4.6 Ancaman Bom.

Indikasi adanya ancaman peledakan bom yang akan membahayakan manusia.

4.7 Gempa Bumi.

Page 79: FS GAS TPA

ENVIRONMENTAL RESOURCES MANAGEMENT WB AUGUST, 2007

5.0 Description of the Activity

5.1 Emergency Communication System 5.1.1 Communication Implementation

If an incident or accident occurs, the eyewitness directly report to:

− Universitas Hasanudin − Security guard − Any employees

According to communication flow chart.

Field Superintendent directly:

− Instructs the HSE Supervisor to handle the incident/accident initially.

− Reports the incident/accident to Operation Manager, including all the information regarding the above situation.

Operation Manager:

− Directly reports to Project Director and HSE Manager

− Based on the information and discussion with Project Director and HSE Manager, Operation manager decides if the situation is an emergency or not.

Project Director directly reports to President Director

If required directly reports to related institution refer to the procedures.

In an emergency/ crisis situation, Field Superintendent is the On Scene Commander (OSC) to handle or control the situation above.

5.0 Uraian Kegiatan 5.1 Sistem Komunikasi Darurat

5.1.1 Pelaksanaan Komunikasi

Apabila terjadi insiden atau kecelakaan, saksi mata langsung melaporkan kepada:

− Universitas Hasanudin − Petugas Keamanan − Pegawai lainnya

Sesuai bagan Komunikasi Darurat.

Field Superintendent segera:

− menginstruksikan segera kepada supervisor K3PL untuk langsung menangani insiden/kecelakaan tersebut

− melaporkan insiden/kecelakaan tersebut kepada Manajer Operasi, termasuk memberikan informasi selengkap mungkin.

Manajer Operasi:

− langsung melaporkan ke Direktur Proyek dan Manajer HSE

− menetapkan situasi saat itu dalam keadaan darurat atau tidak, berdasarkan informasi dari lapangan dan setelah berdiskusi dengan Direktur Proyek dan Manajer HSE.

Direktur Proyek segera melapor ke Presiden Direktur

Apabila diperlukan segera melaporkan ke instansi terkait sesuai prosedur yang berlaku

Dalam keadaan darurat / krisis maka Superintenden Lapangan adalah satu-satunya personil sebagai pimpinan dalam menangani dan

Page 80: FS GAS TPA

ENVIRONMENTAL RESOURCES MANAGEMENT WB AUGUST, 2007

Field Superintendent is the only personnel and responsible to contact, inform and communicate with ERM Jakarta office.

5.1.2 Emergency Communication

The following phone numbers could be used in an Emergency Situation.

mengendalikan krisis.

Superintenden Lapangan adalah personil yang berwenang dan bertanggung jawab untuk menghubungi, menginformasikan dan berkomunikasi dengan Kantor ERM Jakarta.

5.1.2 Komunikasi Darurat

Nomor nomor dibawah ini adalah nomor telpon yang dapat di gunakan khusus untuk Keadaan Darurat

PHONE NUMBER

PT ERM Indonesia

Faximile

Project Director ( Barid Manna)

Project Manager ( Rendy Soenarso)

HSE Coordinator (Endang Hadi)

Field Superintendent (Jacky Latuheru)

Location Tamangapa Landfill - Makasar

NOMOR TELPON

021-79181904

021-79181905

0815-73708999

0811-932842

0813-19528669

0813-55134655

Lokasi TPA Tamangapa - Makasar

Page 81: FS GAS TPA

ENVIRONMENTAL RESOURCES MANAGEMENT WB AUGUST, 2007

5.2 Emergency Situation

5.2.1 Type of Emergency Situations Incident/Accident Fire and Explosion Uncontrolled Release of Gas Riot, Bomb threat, Earthquake.

5.2 Keadaan Darurat

5.2.1 Jenis Keadaan Darurat Insiden/Kecelakaan Kebakaran dan Ledakan Semburan Gas Kerusuhan Masa Ancaman Bom Gempa Bumi

5.3 Preparedness and Response Purpose:

To maximize personnel safety and minimize damage resulting from uncontrolled situations,

To ensure clear communications throughout the handling of the emergency, and

To restore normal operations as quickly as possible.

Followed are response activity for various emergency conditions:

5.3.1 Uncontrolled release gas

5.3 Kesiagaan dan Penanggulangan

Tujuan :

Memaksimalkan keselamatan personil dan meminimalkan kerusakan akibat situasi yang tidak terkendali,

Menyakinkan adanya komunikasi yang jelas selama penanganan keadaan darurat, dan

Mengembalikan ke kondisi operasi normal secepat mungkin.

Berikut diuraikan upaya penanggulangan untuk berbagai keadaan-keadaan darurat, yaitu :

5.3.1 Semburan gas

5.3.2 Fire and Explosions

Fire & Explosions generally occur without warning and affect the entire community or large areas. It will then cause damage to the facility and company losses.

The fire occurs because of 3 elements of the fire triangle, as follows: energy, fuel and oxygen.

5.3.2 Kebakaran dan Peledakan

Kebakaran dan/atau ledakan biasanya terjadi tanpa adanya peringatan terlebih dahulu dan dapat berakibat pada lingkungan kerja yang luas, sehingga menimbulkan kerusakan fasilitas dan kerugian perusahaan.

Kebakaran terjadi karena adanya tiga elemen dari segitiga api yaitu panas/ energi, bahan bakar dan oksigen.

Page 82: FS GAS TPA

ENVIRONMENTAL RESOURCES MANAGEMENT WB AUGUST, 2007

The main principal of fire management is to cross out one of those 3 elements: remove fuel, separate oxygen from the fire and make it cold.

5.3.2.1 The dangers of fire or explosion are:

Fire or Explosion in any facilities could cause damage to the whole facility and the whole life of surrounding area. Fire could cause the condition to become worse, if followed by pollution.

5.3.2.2 Fire Classification

To exterminate the fire refer to the classification of the fire condition:

Fire A Class

Fire related to hard material which is flammable such as wood, paper, cotton, and plastic. Use water to handle the fire.

Fire B Class

Fire related to oil, gas and other substances which can release flammable vapor. To handle this fire is by isolating the source of fire from the air /oxygen.

Fire C Class

Fire related to electrical instruments, or close to them. To handle this fire is by using Dry Chemical and CO2.

Fire D Class

Fire related to flammable metals such as: Magnesium, Titanium, etc. To handle this fire use special techniques like BCF (Bromo Chloro Fluoride)

Prinsip dari pemadaman kebakaran adalah menghilangkan salah satu unsur segitiga api tersebut, yaitu menghilangkan bahan bakar, memisahkan oksigen dari api dan mendinginkannya.

5.3.2.1 Bahaya dari suatu kebakaran atau ledakan adalah :

Kebakaran/ledakan pada suatu fasilitas, dapat mengakibatkan kerusakan pada seluruh fasilitas, bahkan membahayakan kehidupan di sekitarnya. Kebakaran dapat mengakibatkan kondisi yang lebih buruk apabila timbul polusi sebagai akibat lanjutannya.

5.3.2.2 Klasifikasi kebakaran.

Pemadaman dilakukan sesuai dengan klasifikasi api yang dihadapi.

Api Kelas A Api yang berkaitan dengan bahan keras yang mudah terbakar seperti kayu, kertas, kain dan plastik. Dengan pendingin air, api dapat dipadamkan.

Api Kelas B Api yang berkaitan dengan minyak, gas dan substansi lain yang dapat mengeluarkan uap yang mudah terbakar. Pemadaman dilakukan dengan mengisolasi sumber api dari udara/ oksigen.Tepung kimia kering,busa dan CO2 dapat dipergunakan.

Api Kelas C

Page 83: FS GAS TPA

ENVIRONMENTAL RESOURCES MANAGEMENT WB AUGUST, 2007

5.3.2.3 Response

Response should be done as early as possible; before the fire expanded. Localize the fire by moving the flammable or valuable materials to a save extent from fire.

Prepare the fire fighting system and respond as outlined in the fire fighting procedure.

Demolish the fire given by OSC.

Api yang melibatkan kebakaran peralatan listrik, atau dekat dengan peralatan listrik. Pemadaman dilakukan dengan Dry Chemical dan CO2.

Api Kelas D Api yang melibatkan logam-logam yang dapat terbakar seperti Magnesiun, Titanium dsb Pemadamannya dilakukan dengan teknik khusus seperti BCF (Bromo Chloor Fluoride).

5.3.2.3 Penanggulangan

Penanggulangan harus diusahakan sedini mungkin, sewaktu api belum membesar Lokalisir kebakaran dengan memindahkan bahan-bahan yang mudah terbakar atau berharga pada jarak aman dari api. Siapkan fire fighting system dan laksanakan penanggulangannya sesuai fire fightting prosedur yang baku. Lakukan pemadaman api sesuai komando yang diberikan.

5.3.3 Foreseeable Emergency Situation to Geographical Social and Political Situations (Riot, Bomb Thread, Earthquake)

A. Riots

A calm, controlled and firm response to riots is essential to meet the objectives of this procedure.

5.3.3 Keadaan darurat lain yang terkait dengan kondisi geografis dan sosial politik Indonesia (Kerusuhan masa, Ancaman bom dan Gempa bumi)

A. Kerusuhan Masa

Untuk mencapai sasaran prosedur ini, diperlukan

Page 84: FS GAS TPA

ENVIRONMENTAL RESOURCES MANAGEMENT WB AUGUST, 2007

A.1 Potential Risk: All personnel and facilities at

Tamangapa Landfill MakasarField Operations are at safety and damage risk in the event of a riot (civil disturbance) in the operation area.

Riot is categorize as Level 2

Alert – Red Group acts of violence and

disorders prejudicial to public law and order that may have an effect upon the physical security of an installation facility.

Rioters may breach

perimeter and cause damage to personnel and property through sabotage, looting assault and/or vandalism.

A.2 Response: The Tamangapa Landfill -

Makasar Field Superintendent is the action leader and has overall responsibilities for the proper execution of this condition.

The Tamangapa Landfill Makasar Field Superintendent is responsible to report to Operation Manager when Riots occur.

Security Supervisor shall control the Riots calmly and fully monitored and communicate to the Tamangapa Landfill – Makasar field Superintendent

penanggulangan yang tepat, terkendali dan tenang.

A.1 Potensi Resiko Seluruh personil dan

fasilitas pada Operasi Lapangan Tamangapa Landfill Makasarsangat berpotensi akan resiko keselamatan dan kerusakan sebagai akibat terjadinya kerusuhan masa.

Kerusuhan masa dikategorikan sebagai Tingkat Bahaya 2 – Merah.

Kelompok dapat bertindak merusak dan bertentangan dengan hukum maupun perintah pimpinannya, yang dapat berakibat pada keamanan fisik instalasi / fasilitas yang ada.

Pelaku kerusuhan dapat merusak pagar dan kemungkinan timbulnya kerusakan dan gangguan terhadap personil maupun properti, melalui sabotase, penrusakan maupun vandalisme.

A.2 Penanggulangan Field Superintendent TPA

Tamangapa - Makasar adalah pimpinan penanggulangan, dan bertanggung jawabuntuk melakukan tindakan yang tepat dalam menghadapinya.

Field Superintendent TPA Tamangapa - Makasar bertanggung jawab untuk segera melaporkannya kepada Operation Manager.

Pengawas Sekuriti agar menghadapi dan mengendalikan kerusuhan ini dengan tenang, selalu dipantau dan

Page 85: FS GAS TPA

ENVIRONMENTAL RESOURCES MANAGEMENT WB AUGUST, 2007

Riots occur for variety of reasons and some flare up with little or no warning and others develop slowly. When such incidents develop slowly local officials (security) are able to keep Tamangapa Landfill Makasar Emergency Response Team (JERT) anticipate of the situation before.

When there is a sudden eruption of violence, Security personnel are usually the first to be notified. They serve as the focal point for information on the nature and extend of the disturbance. Their official and confidential sources usually provide the information necessary for decisive action.

All employees, contractors

and others personnel are to use caution in communication of any sort with local officials. Make no statements to representative at the new media.

Tamangapa Landfill Makasar field Superintendent prepares the evacuation plan and instructs to the JERT by organizing all personnel to move out from the Tamangapa Landfill - Makasar Operation area.

berkomunikasi dengan Field Superintendent TPA Tamangapa - Makasar.

Kerusuhan dapat timbul karena berbagai alasan, sebagian berkembang capat tanpa adanya tanda-tanda sebelumnya, dan sebagian berkembang dengan perlahan. Apabila berkembang secara perlahan maka petugas setempat (petugas sekuriti) dapat mengusahakan agar Tim Penanggulangan TPA Tamangapa - Makasar dapat mengantisipasi sebelumnya.

Apabila kerusuhan berkembang dengan cepat, maka petugas sekuriti merupakan orang yang pertama kali yang perlu diberikan laporan. Mereka akan bertindak selaku ujung tombak informasi keadaan dan perkembangan gangguan yang terjadi. Sumber-sumber resmi mau-pun konfidensial yang dimilikinya merupakan informasi yang diperlu-kan untuk melakukan tindakan persiapan.

Seluruh pekerja, kontraktor dan personil lainnya agar membatasi dan berhati-hati dalam berkomuni-kasi dengan petugas setempat. Jangan memberikan pernyataan apapun kepada media yang ada.

Field Superintendent TPA Tamangapa - Makasar mempersiapkan rencana evakuasi dan apabila perlu menginstruksikan Tim Penanggulangan Tamangapa Landfill

Page 86: FS GAS TPA

ENVIRONMENTAL RESOURCES MANAGEMENT WB AUGUST, 2007

Tamangapa Landfill - Makasar Field Superintendent together with Security onsite will notify Local (District) Police Head Officer and the Police Officer will conduct investigation of the facts in an effort to determined the details of the incidents.

Makasaruntuk mengatur personil yang ada keluar dari daerah operasi TPA Tamangapa - Makasar.

Field Superintendent TPA Tamangapa - Makasar bersama petugas sekuriti segera menghubungi Kepolisian setempat agar mengamankan dan melakukan penyidikan kejadian yang ditemukan.

B. Bomb thread

B.1. Potential Risks: All personnel and facilities at

Tamangapa Landfill - Makasar Field Operations are at safety and damage risk in the event of a bomb thread in the operation area.

B.2. Response: Any personnel who receive

phone calls from outsiders about a bomb threat must inform the Tamangapa Landfill Makasar Field Superintendent

Tamangapa Landfill – Makasar Field Superintendent reports immediately to Operation Manager.

Tamangapa Landfill -

Makasar Field Superintendent announces to all supervisor/personnel to stop activity around the facilities.

All personnel should

exercise a calm, controlled response to the bomb threat to save all workers and company properties.

B. Ancaman Bom

B.1. Potensi Resiko Seluruh personil dan

fasilitas pada Operasi Lapangan TPA Tamangapa - Makasar sangat berpotensi akan resiko keselamatan dan kerusakan sebagai akibat terjadinya kerusuhan masa.

B.2. Penanggulangan Setiap personil yang

menerima telpon dari luar yang mengancam untuk meledakkan bom harus segera melapor kepada Field Superintendent TPA Tamangapa - Makasar.

Field Superintendent TPA Tamangapa - Makasar segera melaporkan ancaman ini kepada Operation Manager.

Field Superintendent TPA Tamangapa - Makasar mengumumkan kepada seluruh personil untuk menghentikan kegiatan di sekitar fasilitas.

Seluruh personil agar tetap tenang, pengamatan atas setiap perkembangan tingkat bahaya merupakan hal penting dalam penyelamatan seluruh pekerja maupun properti

Page 87: FS GAS TPA

ENVIRONMENTAL RESOURCES MANAGEMENT WB AUGUST, 2007

Security advises the JERT to contact the nearest Police station and inform them that the facilities are under Bomb threat from the terrorist.

JERT informs to all personnel to standby close at the phone communications, if any instructions from the terrorist.

Tamangapa Landfill – Makasar Field Superintendent instructs all the Supervisor at Tamangapa Landfill MakasarField to organize his subordinates to prepare evacuation plan for the facilities.

Tamangapa Landfill Makasar Field Superintendent instructs all personnel to move out from the field.

Security Supervisor waits for the Police action in the Tamangapa Landfill - Makasar facilities until instructed, and all area are under control and clear situations

Tamangapa Landfill -

Makasar Field Superintendent advises the Operation Manager of the conditions and instructs all workers back to work under normal condition.

perusahaan. Petugas sekuriti

menyarankan Tim Penanggulangan Keadaan Darurat (TPKD) Tamangapa Landfill Makasaruntuk menghubungi pos Polisi terdekat dan melaporkan ancaman yang diterima.

TPKD Tamangapa Landfill Makasarmenginformasikan agar personil yang bertugas berada di dekat pesawat telpon untuk mengikuti setiap instruksi dari teroris.

Field Superintendent TPA Tamangapa - Makasar menginstruksikan seluruh supervisor untuk mengorganisir dan mempersiapkan evakuasi anak buahnya.

Field Superintendent TPA Tamangapa - Makasar memerintahkan setiap personil untuk segera keluar meninggalkan tempat pekerjaannya.

Petugas sekuriti mengikuti Polisi yang melakukan pemeriksaan hingga seluruh area dinyatakan aman dan di bawah kendali.

Field Superintendent TPA

Tamangapa - Makasar melapor kepada Operation Manager kondisi yang ada dan menginstruk-sikan seluruh pekerja kembali bekerja seperti biasa.

Page 88: FS GAS TPA

ENVIRONMENTAL RESOURCES MANAGEMENT WB AUGUST, 2007

C. Earthquake

C.1 Potential Risks: Earthquakes generally occur

without warning and affect the entire community or large areas thereby could disturb the facilities.

The principal dangers from earthquakes are: the collapse of buildings; possible collapse of well facilities, fire or pollution originating from damaged well head and/or broken of subsurface part of wells.

All personnel working with and the facilities of Tamangapa Landfill - Makasar Field Operations are at risk in earthquake conditions

Depending on the intensity of the earthquake, this situation should be faced calmly and carefully.

C.1 Response. Tamangapa Landfill -

Makasar Field Superintendent announces to all supervisor/personnel to stop activity around the Tamangapa Landfill - Makasar facilities.

All other direct supervisors to shut down all operations and move personnel out of and/or away from building, facilities, or mast to safe open space and stay away until advised of need for further action.

C. Gempa Bumi

C.1. Potensi Resiko Gempa bumi biasanya

terjadi tanpa adanya peringatan, dapat mempengaruhi seluruh komunitas atau daerah yang luas sehingga dapat menimbulkan kerusakan pada fasilitas yang ada.

Bahaya suatu gempa bumi adalah runtuhnya bangunan dan kemungkinan kerusakan fasilitas.

Seluruh personil yang bekerja di lapangan TPA Tamangapa - Makasar juga dapat menanggung resiko yang timbul.

Tergantung intensitas gempa yang terjadi, harus dihadapi dengan tenang dan hati-hati.

C.2. Penanggulangan Field Superintendent TPA

Tamangapa - Makasar mengumumkan kepada seluruh supervisor/personil untuk menghen-tikan kegiatan yang dilakukan.

Supervisor yang bersangkutan segera menghentikan seluruh operasi dan mengevakuasi personil-nya keluar / menjauhi bangunan, fasilitas, atau menara bor yang ada menuju ke ruang bebas yang aman sampai diperintahkan untuk melakukan tindakan

Page 89: FS GAS TPA

ENVIRONMENTAL RESOURCES MANAGEMENT WB AUGUST, 2007

All personnel should exercise a calm, controlled response to an earthquake, which is essential to save all workers and company properties.

In case of fire Tamangapa

Landfill - Makasar Field Superintendent advises the FRT to mobilize the personnel and localized the source of Fire and fight the fire as soon as possible.

Safety Supervisor orders the JERT for medivac if required.

Tamangapa Landfill -

Makasar Field Superintendent prepares the evacuation plan and instructs to the JERT by organizing all personnel to move out from the facilities.

Each supervisor organizes a

review of facilities/equipment under his responsibility and reports damage to Tamangapa Landfill - Makasar Field Superintendent.

Tamangapa Landfill - Makasar Field Superintendent informs Operation Manager. Tamangapa Landfill MakasarField Superintendent instructs all workers back to work as normal condition.

selanjutnya. Seluruh personil agar tetap

tenang, penanggulangan yang terkendali sangat penting untuk keselamatan seluruh pekerja dan properti perusahaan.

Dalam hal terjadi kebakaran, Field Superintendent TPA Tamangapa - Makasar menginstruksikan Tim Penanggu-langan Kebakaran (TPK) untuk memobilisasi personil dan peralatan-nya guna melokalisir dan mema-damkan api sedini mungkin.

Supervisor K3PL minta bantuan medis jika diperlukan.

Field Superintendent Tamangapa Landfill Makasarmempersiapkan rencana evakuasi dan menginstruksikan TPKD Jati-rarangon untuk mengorganisirnya.

Setiap supervisor segera mengevaluasi fasilitas/peralatan yang menjadi tanggung jawabnya dan melaporkan kerusakannya kepada Field Superintendent TPA Tamangapa - Makasar

Field Superintendent TPA Tamangapa - Makasar melaporkan kepada Operation Manager dan menginstruksikan seluruh pekerja kembali ke tempat kerjanya setelah kondisi normal.

Page 90: FS GAS TPA

ENVIRONMENTAL RESOURCES MANAGEMENT WB AUGUST, 2007

5.4 Emergency Training

The ERP has to be periodically tested in order to prove the efficiency; drill exercises have to be conducted, to test emergency equipment, communication and evacuation performance.

5.4 Pelatihan Keadaan Darurat

Sistem Penanggulangan dan Kesiagaan Keadaan Darurat secara periode perlu diuji untuk membuktikan efisiensi dan efektifitasnya. Latihan keadaan bahaya perlu dilakukan untuk menguji kinerja peralatan, komunikasi dan system evakuasi yang ditetapkan.

5.5 Emergency Equipment Maintenance.

All emergency equipment and devices have to be inventoried, maintained to be ready for use according to planned scheduled and record the maintenance performance.

5.5 Pemeliharaan Peralatan Penanggulangan Keadaan Darurat.

Seluruh peralatan penanggulangan keadaan darurat dan perlengkapannya harus diinventarisir, dipelihara agar selalu siap untuk dipergunakan sesuai rencana yang ditetapkan dan dicatat kinerja pemeliharaannya.