Frktur Dan Dislokasi

29
Fraktur ( Patah Tulang ) Definisi Fraktur merupakan terputusnya kontinyuitas dari tulang, lempeng epifisis, atau tulang rawan sendi. Jenis Terdapat berbagai macam jenis fraktur. Untuk lebih sistematisnya, dapat dibagi berdasarkan: Lokasi Fraktur dapat terjadi di di berbagai tempat pada tulang seperti pada diafisis, metafisis, epifisis, atau intraartikuler. Jika fraktur didapatkan bersamaan dengan dislokasi sendi, maka dinamakan fraktur dislokasi. Luas Terbagi menjadi fraktur lengkap dan tidak lengkap. Fraktur tidak lengkap contohnya adalah retak. Konfigurasi Dilihat dari garis frakturnya, dapat dibagi menjadi transversal (mendatar), oblik (miring), atau spiral (berpilin). Jika terdapat lebih dari satu garis fraktur, maka dinamakan kominutif. Hubungan antar bagian yang fraktur Antar bagian yang fraktur dapat masih berhubungan (undisplaced) atau terpisah jauh (displaced). Hubungan antara fraktur dengan jaringan sekitar Fraktur dapat dibagi menjadi fraktur terbuka (jika terdapat hubungan antara tulang dengan dunia luar) atau fraktur tertutup (jika tidak terdapat hubungan antara fraktur dengan dunia luar). Komplikasi Fraktur dapat terjadi dengan disertai komplikasi, seperti gangguan saraf, otot, sendi, dll atau tanpa Komplikasi Gejala Klinis Adanya fraktur dapat ditandai dengan adanya : Pembengkakan. Kecuali frakturnya terjadi jauh didalam seperti pada tulang leher atau tulang paha.

description

tes tes aja

Transcript of Frktur Dan Dislokasi

Fraktur ( Patah Tulang )

Definisi

Fraktur merupakan terputusnya kontinyuitas dari tulang, lempeng epifisis, atau tulang rawan sendi.

Jenis

Terdapat berbagai macam jenis fraktur. Untuk lebih sistematisnya, dapat dibagi berdasarkan:

Lokasi

Fraktur dapat terjadi di di berbagai tempat pada tulang seperti pada diafisis, metafisis, epifisis, atau

intraartikuler. Jika fraktur didapatkan bersamaan dengan dislokasi sendi, maka dinamakan fraktur

dislokasi.

Luas

Terbagi menjadi fraktur lengkap dan tidak lengkap. Fraktur tidak lengkap contohnya adalah retak.

Konfigurasi

Dilihat dari garis frakturnya, dapat dibagi menjadi transversal (mendatar), oblik (miring), atau spiral

(berpilin). Jika terdapat lebih dari satu garis fraktur, maka dinamakan kominutif.

Hubungan antar bagian yang fraktur

Antar bagian yang fraktur dapat masih berhubungan (undisplaced) atau terpisah jauh (displaced).

Hubungan antara fraktur dengan jaringan sekitar

Fraktur dapat dibagi menjadi fraktur terbuka (jika terdapat hubungan antara tulang dengan dunia luar)

atau fraktur tertutup (jika tidak terdapat hubungan antara fraktur dengan dunia luar).

Komplikasi

Fraktur dapat terjadi dengan disertai komplikasi, seperti gangguan saraf, otot, sendi, dll atau tanpa

KomplikasiGejala Klinis

Adanya fraktur dapat ditandai dengan adanya :

Pembengkakan. Kecuali frakturnya terjadi jauh didalam seperti pada tulang leher atau tulang

paha.

Perubahan bentuk, dapat terjadi angulasi (terbentuk sudut), rotasi (terputar), atau pemendekan.

Terdapat rasa nyeri yang sangat pada daerah fraktur.

Pemeriksaan Tambahan

Biasanya dengan tanya jawab dan pemeriksaan fisik yang cermat, diagnosis fraktur sudah dapat

ditegakkan. Pemeriksaan pencitraan (seperti roentgen) dapat membantu dalam melihat jenis dari

frakturnya sehingga dapat membantu dalam pemilihan terapi selanjutnya. Hal yang perlu diingat dalam

pemeriksaan roentgen adalah hasilnya harus meliputi dua sendi, dua sisi, dan dua tulang (kanan dan

kiri). Roentgen juga berguna untuk mengevaluasi hasil dari terapi yang diberikan.

PENATALAKSANAAN

Empat tujuan utama dari penanganan fraktur adalah :

1. Untuk menghilangkan rasa nyeri.

Nyeri yang timbul pada fraktur bukan karena frakturnya sendiri, namun karena terluka jaringan

disekitar tulang yang patah tersebut. Untuk mengurangi nyeri tersebut, dapat diberikan obat penghilang

rasa nyeri dan juga dengan tehnik imobilisasi (tidak menggerakkan daerah yang fraktur). Tehnik

imobilisasi dapat dicapai dengan cara pemasangan bidai atau gips.

Pembidaian : benda keras yang ditempatkan di daerah sekeliling tulang.

Pemasangan gips : merupakan bahan kuat yang dibungkuskan di sekitar tulang yang patah

2. Untuk menghasilkan dan mempertahankan posisi yang ideal dari fraktur.

Bidai dan gips tidak dapat mempertahankan posisi dalam waktu yang lama. Untuk itu diperlukan lagi

tehnik yang lebih mantap seperti pemasangan traksi kontinyu, fiksasi eksternal, atau fiksasi internal

tergantung dari jenis frakturnya sendiri.

Penarikan (traksi) :

Menggunakan beban untuk menahan sebuah anggota gerak pada tempatnya. Sekarang sudah jarang

digunakan, tetapi dulu pernah menjadi pengobatan utama untuk patah tulang paha dan panggul.

Fiksasi internal :

Dilakukan pembedahan untuk menempatkan piringan atau batang logam pada pecahan-pecahan tulang.

Gambar. Pembidaian

Gambar. Fiksasi

3. Agar terjadi penyatuan tulang kembali

Biasanya tulang yang patah akan mulai menyatu dalam waktu 4 minggu dan akan menyatu dengan

sempurna dalam waktu 6 bulan. Namun terkadang terdapat gangguan dalam penyatuan tulang,

sehingga dibutuhkan graft tulang.

4. Untuk mengembalikan fungsi seperti semula

Imobilisasi yang lama dapat mengakibatkan mengecilnya otot dan kakunya sendi. Maka dari itu

diperlukan upaya mobilisasi secepat mungkinFRAKTURDefinisiFraktur adalah patah atau gangguan kontinuitas jaringan tulang( PUSDIKNAKES DEPKES, 1995 : 75 )Fraktur adalah terputusnya kontinuitas struktur jaringan tulang, baik itu tulang rawan, sendi, tulang epifisis, baik yang bersifat total maupun yang parsial. ( Chairuddin, 2000 : 388 )Fraktur adalah terputusnya kerusakan kontinuitas tulang dan ditentukan sesuai jenis dan luasnya.( Brunner dan Suddarhs, Ed. 8 Vol. 3 Hal : 2357)Berdasarkan pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa fraktur adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang, baik yang bersifat total maupun parsial.

2. Etiologi FrakturEtiologi fraktur secara umum yaitu :a. Fraktur terjadi ketika tekanan yang menimpa tulang lebih besar dari pada daya tahan tulang akibat trauma.b. Fraktur terjadi karena penyakit tulang seperti tumor tulang, osteoporosis yang disebut fraktur pathologis.c. Fraktur stress atau fatigue, fraktur yang fatigue biasanya sebagai Akibat dari penggunaan tulang secara berlebihan yang berulang ulang.

3. Tanda dan Gejala Fraktura. Deformitas ( perubssahan struktur atau bentuk)b. Bengkak atau penumpukan cairan/darah karena kerusakan pembuluh darahc. Ekimosis ( perdarahan subkutan)d. Spasme otot karena kontraksi involunter disekitar frakture. Nyeri, karena kerusakan jaringan dan perubahan struktur yang meningkat karena penekanan sisi-sisi fraktur dan pergerakan bagian frakturf. Kurangnya sensasi yang dapat terjadi karena adanya gangguan syaraf, dimana syaraf ini terjepit atau terputus oleh fragmen tulangg. Hilangnya atau berkurangnya fungsi normal karena ketidakstabilan tulang, nyeri atau spasme ototh. Pergerakan abnormali. Krepitasi, yang dapat dirasakan atau didengar bila fraktur digerakanj. Hasil foto rontgen yang abnormalAkibat terjadi kepatahan/patah tulang, tulang tersebut mengadakan adaptasi terhadap kondisi tersebut, diantaranya adalah mengalami proses penyembuhan atau perbaikan tulang. Faktor tersebut dapat diperbaiki tapi prosesnya lambat, karena melibatkan pembentukan tulang baru. Proses tersebut terjadi secara bertahap, yang dikaji dalam 4 tahap yaitu :

1) Pembentukan prokallus/haematomaHaematoma akan terbentuk pada 48 sampai 72 jam pertama pada fraktur yang disebabkan karena adanya perdarahan yang terkumpul disekitar fraktur yaitu darah dan eksudat, kemudian akan diserbu oleh kapiler dan sel darah putih terutama netrofil, kemudian diikat oleh makrofag, sehingga akan terbentuk jaringan granulasi.2) Pembentukan KallusSelama 5 sampai 5 hari osteoblast menyusun trabekula disekitar ruangan-ruangan yang kelak menjadi saluran harvest. Jaringan itu ialah jaringan osteosid, disebut Kallus yang berfungsi sebagai bidai (Splint) yang terbentuk pada akhir minggu kedua.3) OsifikasiDimulai pada 2 sampai 3 minggu setelah fraktur jaringan kallus akhirnya akan diendapi oleh garam-garam mineral, dan akan terbentuk tulang yang menghubungkan kedua sisi yang patah.4) Penggabungan dan RemodellingKallus tebal diabsopsi oleh aktivitas dari osteoblast dan osteoclast menjadi konteks baru yang sama dengan konteks sebelum fraktur.Remodeling berlangsung 4 sampai 8 bulan.Fraktur terbuka dibedakan menjadi beberapa grade yaitu :

Grade I : luka bersih, panjangnya kurang dari 1 cm.

Grade II : luka lebih luas tanpa kerusakan jaringan lunak yang ekstensif.

Grade III : sangat terkontaminasi, dan mengalami kerusakan jaringan lunak ekstensif.

Etiologi : Terjadinya fraktur akibat adanya trauma yang mengenai tulang yang kekuatannya melebihi kekuatan tulang.

Faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya fraktur : Faktor ekstrinsik yaitu meliputi kecepatan dan durasi trauma yang mengenai tulang, arah serta kekuatan tulang.

Faktor intrinsik yaitu meliputi kapasitas tulang mengabsorpsi energi trauma, kelenturan, densitas serta kekuatan tulang.

Pengkajian Riwayat Penyakit :Dilakukan anamnesa untuk mendapatkan riwayat mekanisme terjadinya cidera, posisi tubuh saat berlangsungnya trauma, riwayat fraktur sebelumnya, pekerjaan, obat-obatan yang dikomsumsi, merokok, riwayat alergi, riwayat osteoporosis serta riwayat penyakit lainnya.

Pemeriksaan Fisik :1. Inspeksi (look)Adanya deformitas (kelainan bentuk) seperti bengkak, pemendekan, rotasi, angulasi, fragmen tulang (pada fraktur terbuka).

2. Palpasi (feel)Adanya nyeri tekan (tenderness), krepitasi, pemeriksaan status neurologis dan vaskuler di bagian distal fraktur. Palpasi daerah ektremitas tempat fraktur tersebut, di bagian distal cedera meliputi pulsasi arteri, warna kulit, capillary refill test.

3. Gerakan (moving)Adanya keterbatasan gerak pada daerah fraktur.

Pemeriksaan Penunjang :1. Pemeriksaan radiologis (rontgen), pada daerah yang dicurigai fraktur, harus mengikuti aturan role of two, yang terdiri dari :

Mencakup dua gambaran yaitu anteroposterior (AP) dan lateral. Memuat dua sendi antara fraktur yaitu bagian proximal dan distal. Memuat dua extremitas (terutama pada anak-anak) baik yang cidera maupun yang tidak terkena cidera (untuk membandingkan dengan yang normal) Dilakukan dua kali, yaitu sebelum tindakan dan sesudah tindakan.2. Pemeriksaan laboratorium, meliputi:

Darah rutin, Faktor pembekuan darah, Golongan darah (terutama jika akan dilakukan tindakan operasi), Urinalisa, Kreatinin (trauma otot dapat meningkatkan beban kreatinin untuk kliren ginjal).3. Pemeriksaan arteriografi dilakukan jika dicurigai telah terjadi kerusakan vaskuler akibat fraktur tersebut.

Komplikasi :Penyebab komplikasi fraktur secara umum dibedakan menjadi dua yaitu bisa karena trauma itu sendiri, bisa juga akibat penanganan fraktur yang disebut komplikasi iatrogenik.

Kompikasi Umum :Syok hipovolemia (karena perdarahan yang banyak), syok neurogenik (karena nyeri yang hebat), koagulopati diffus, gangguan fungsi pernafasan. Komplikasi ini dapat terjadi dalam waktu 24 jam pertama pasca trauma, dan setelah beberapa hari atau minggu dapat terjadi gangguan metabolisme yaitu peningkatan katabolisme, emboli lemak, tetanus, gas ganggren, trombosit vena dalam (DVT).

Komplikasi Lokal :Jika komplikasi yang terjadi sebelum satu minggu pasca trauma disebut komplikasi dini, jika komplikasi terjadi setelah satu minggu pasca trauma disebut komplikasi lanjut.

Ada beberapa komplikasi yang terjadi yaitu :

Infeksi, terutama pada kasus fraktur terbuka. Osteomielitis yaitu infeksi yang berlanjut hingga tulang. Atropi otot karena imobilisasi sampai osteoporosis. Delayed union yaitu penyambungan tulang yang lama. Non union yaitu tidak terjadinya penyambungan pada tulang yang fraktur. Artritis supuratif, yaitu kerusakan kartilago sendi. Dekubitus, karena penekanan jaringan lunak oleh gips. Lepuh di kulit karena elevasi kulit superfisial akibat edema. Terganggunya gerakan aktif otot karena terputusnya serabut otot, Sindroma kompartemen karena pemasangan gips yang terlalu ketat sehingga mengganggu aliran darah.Penatalaksanaan :Penatalaksanaan fraktur mengacu kepada empat tujuan utama yaitu:

1. Mengurangi rasa nyeri,Trauma pada jaringan disekitar fraktur menimbulkan rasa nyeri yang hebat bahkan sampai menimbulkan syok. Untuk mengurangi nyeri dapat diberi obat penghilang rasa nyeri, serta dengan teknik imobilisasi, yaitu pemasangan bidai / spalk, maupun memasang gips.

2. Mempertahankan posisi yang ideal dari fraktur.Seperti pemasangan traksi kontinyu, fiksasi eksternal, fiksasi internal, sedangkan bidai maupun gips hanya dapat digunakan untuk fiksasi yang bersifat sementara saja.

3. Membuat tulang kembali menyatuTulang yang fraktur akan mulai menyatu dalam waktu 4 minggu dan akan menyatu dengan sempurna dalam waktu 6 bulan.

4. Mengembalikan fungsi seperti semulaImobilisasi dalam jangka waktu yang lama dapat menyebabkan atrofi otot dan kekakuan pada sendi. Maka untuk mencegah hal tersebut diperlukan upaya mobilisasi.

Proses Penyembuhan Tulang :Fase Inflamasi :Fase ini berlangsung mulai terjadinya fraktur hingga kurang lebih satu sampai dua minggu. Peningkatan aliran darah menimbulkan hematom diikuti invasi sel-sel peradangan yaitu neutrofil, makrofag, sel fagosit, osteoklas, yang berfungsi untuk membersihkan jaringan nekrotik, yang akan mempersiapkan fase reparatif. Jika dirontgen, garis fraktur lebih terlihat karena telah disingkirkannya material nekrotik.

Fase Reparatif :Dapat berlangsung beberapa bulan. Ditandai dengan diferensiasi dari sel mesenkim pluripotensial. Hematom fraktur diisi oleh kondroblas dan fibroblas yang akan menjadi tempat matrik kalus. Pada awalnya terbentuk kalus lunak, terdiri dari jaringan fibrosa dan kartilago dengan sejumlah kecil jaringan tulang. Osteoblas mengakibatkan mineralisasi kalus lunak menjadi kalus keras serta menambah stabilitas fraktur. Jika dirontgen maka garis fraktur mulai tidak tampak.

Fase Remodeling :Fase ini bisa membutuhkan waktu berbulan-bulan hingga tahunan untuk merampungkan penyembuhan tulang, yang meliputi aktifitas osteoblas dan osteoklas yang menghasilkan perubahan jaringan immatur agar menjadi matur, terbentuknya tulang lamelar sehingga menambah stabilitas daerah fraktur.

FRAKTURDEFINISIFracture is abreak in the continuity of bone and is defined according to its type and extent. (Brunner &Suddarth, 2008)

Fraktur adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang yang terjadi karena adanya tekanan pada tulang yang melebihi absorpsi tulang (Black, 1997)

ETIOLOGI1. Trauma langsung: benturan pada tulang dan mengakibatkan fraktur pada tempat itu

2. Trauma tidak langsung: bilamana titik tumpul benturan dengan terjadinya fraktur berjauhan

3. Proses penyakit: kanker dan riketsia

4. Compresion force: klien yang melompat dari tempat ketinggian dapat mengakibatkan fraktur kompresi tulang belakan

5. Muscle (otot): akibat injuri/sakit terjadi regangan otot yang kuat sehingga dapat menyebabkan fraktur (misal; elektrik shock dan tetani)

KLASIFIKASI1. Berdasarkan garis fraktura. Fraktur komplitGaris patanya melalui seluruh penampang tulang atau melalui kedua korteks tulang

b. Fraktur inkomplitGaris patahnya tidak melalui seluruh penampang tulang

- Greenstick fracture: bila menegenai satu korteks dimana korteks tulangnya sebagian masih utuh juga periosteum akan segera sembuh dan segera mengalami remodeling kebentuk normal

2. Fraktur menurut jumlah dan garis patah/bentuk/konfigurasia. Fraktur comminute: banyak fraktur/fragmen kecil tulang yang terlepas

b. Fraktur segmental: bila garis patah lebih dari satu tetapi tidak berhubungan satu ujung yang tidak memiliki pembuluh darah menjadi sulit untuk sembuh dan keadaan ini perlu terapi bedah

c. Fraktur multipel: garis patah lebih dari satu tetapi pada tulang yang berlainan tempatnya. Seperti fraktur femur, cruris dan vertebra.

3. Fraktur menurut posisi fragmena. Fraktur undisplaced (tidak bergeser): garis patah komplit tetapi kedua fragmen tidak bergeser, periosteumnya masih utuh.

b. Fraktur displaced (bergeser): terjadi pergeseran fragmen-fragmen fraktur yang disebut juga dislokasi fragmen.

4. Menurut hubungan antara fragmen dengan dunia luara. Fraktur terbuka (open fracture/compoun frakture)Fraktur terbuka karena integritas kulit robek/terbuka dan ujung tulang menonjol sampai menembus kulit.

Fraktur terbuka ini dibagi menjadi tiga berdasarkan tingkat keperahan:

- Derajat I: robekan kulit kurang dari 1 cm dengan kerusakan kulit/jaringan minimal.

- Derajat II: luka lebih dari 1 cm, kerusakan jaringan sedang, potensial infeksi lebih besar, fraktur merobek kulit dan otot.

- Derajat III: kerusakan/robekan lebih dari 6-8 cm dengan kerusakan jaringan otot, saraf dan tendon, kontaminasi sangat besar dan harus segera diatasi

b. Fraktur tertutup (closed fracture/simple fracture)Frakture tidak kompkleks, integritas kulit masih utuh, tidak ada gambaran tulang yang keluar dari kulit.

5. Fraktur bentuk fragmen dan hubungan dengan mekanisme traumaa. Fraktur transversal (melintang), trauma langsung

Garis fraktur tegak lurud, segmen tulang yang patah direposisi/direduksi kembali ketempat semula, segmen akan stabil dan biasanya mudah dikontrol dengan bidai gips.

b. Fraktur oblique; trauma angulasi

Fraktur yang garis patahnya membentuk sudut terhadap tulang. Fraktur ini tidak stabil dan sulit diperbaiki.

c. Fraktur spiral; trauma rotasi

Fraktur ini timbul akibat torsi pada ekstrimitas, menimbulkan sedikit kerusakan jaringan lunak dan cenderung cepat sembuh dengan imobilisasi luar.

d. Fraktur kompresi; trauma axial flexi pada tulang spongiosa

Fraktur terjadi karena ketika dua tulang menumpuk tulang ketiga yang berada diantaranya seperti satu vertebra dengan dua vertebra lainnya.

e. Fraktur avulsi; taruma akibat tarikan (fraktur patela)

Fraktur memisahkan suatu fragmen tulang tempat insersi tendon atau ligament

DISLOKASI2. DefinisiKeadaan dimana tulang-tulang yang membentuk sendi tidak lagi berhubungan secara anatomis (tulang lepas dari sendi)(Brunner & Suddarth)Keluarnya (bercerainya) kepala sendi dari mangkuknya, dislokasi merupakan suatu kedaruratan yang membutuhkan pertolongan segera.(Arif Mansyur, dkk. 2000)Patah tulang di dekat sendi atau mengenai sendi dapat menyebabkan patah tulang disertai luksasi sendi yang disebut fraktur dislokasi.( Buku Ajar Ilmu Bedah, hal 1138)Berpindahnya ujung tulang patah, karena tonus otot, kontraksi cedera dan tarikanDislokasi adalah terlepasnya kompresi jaringan tulang dari kesatuan sendi.

3. Klasifikasia. Dislokasi Congenital : Terjadi sejak lahir akibat kesalahan pertumbuhan.b. Dislokasi PatologikAkibat penyakit sendi dan atau jaringan sekitar sendi. misalnya tumor, infeksi, atau osteoporosis tulang. Ini disebabkan oleh kekuatan tulang yang berkurang.c. Dislokasi Traumatic :Kedaruratan ortopedi (pasokan darah, susunan saraf rusak dan mengalami stress berat, kematian jaringan akibat anoksia) akibat oedema (karena mengalami pengerasan). Terjadi karena trauma yang kuat sehingga dapat mengeluarkan tulang dari jaringan disekeilingnya dan mungkin juga merusak struktur sendi, ligamen, syaraf, dan sistem vaskular. Kebanyakan terjadi pada orang dewasa.Malunion Suprakondiler FemurSecara teoritis, setiap tulang yang tidak pulih dalam posisi anatomi yang tepat akan mengalami malunion. Istilah malunion digunakan untuk kondisi fraktur dengan penyembuhan yang disertai pemendekan, malrotasi, atau angulasi, yang menyebabkan sejumlah deformitas kosmetik, atau penurunan fungsional secara signifikan, atau adanya stress kontak dengan sendi yang berdekatan sehingga menimbulkan arthritis degeneratif.

Pemendekan yang terjadi pada ekstremitas atas lebih ditolerir dibanding ekstremitas bawah, dan angulasi lebih ditolerir terjadi pada humerus dibanding femur atau tibia. Pemendekan tulang lebih dari 1 inci pada ekstremitas bawah akan memberikan efek yang nyata. Bila derajat deformitas menyebabkan nyeri (akibat berjalan) atau mengganggu fungsi normal, koreksi bedah merupakan indikasi.

Tujuan utama terapi malunion adalah mengembalikan kelurusan dari tulang, dan pada ekstremitas bawah, juga untuk mengembalikan fungsi mekanik penyangga tubuh di antara panggul dan sendi kaki. Penanganan malunion mempertimbangkan berbagai aspek penderita, mencakup usia, lokasi fraktur, pemendekan, dan lain sebagainya, untuk kemudian ditentukan apakah penderita perlu dilakukan koreksi bedah, berupa remanipulasi, osteotomi, atau internal fixation. Penanganan nonoperatif seperti immobilisasi jarang dilakukan sebagai terapi tunggal, meski cukup berguna pada kasus delayed union.

DISLOKASII.PengertianDislokasi adalah keluarnya (bercerainya) kepala sendi dari mangkoknya. Bila hanya sebagian yang bergeser disebut subluksasi dan bila seluruhnya disebut dislokasi.

II.Dislokasi diklasifikasikan sebagai berikut :a). Co ngenitalCongenital dislocation berhubungan dengan congenital deformitiesb). Tra umaticTraumatic dislocation, biasanya disertai benturan keras. Berdasarkantipe kliniknya dibagi :1. Dislokasi akutUmumnya terjadi pada shoulder, elbow, dan hip. Disertai nyeri akutdan pembengkakan di sekitar sendi.2.Dislokasi kronik3.Dislokasi berulangJika suatu trauma dislokasi pada sendi diikuti oleh frekuensi dislokasi yang berlanjut dengan trauma yang minimal, maka disebut dislokasi berulang. Umumnya terjadi pada shoulder joint dan patello femoral joint.

III.Etiologi:Dislokasi disebabkan oleh :1.Cedera olah raga

Olah raga yang biasanya menyebabkan dislokasi adalah sepak bola danhoki, serta olah raga yang beresiko jatuh misalnya : terperosok akibatbermain ski, senam, volley. Pemain basket dan pemain sepak bolapaling sering mengalami dislokasi pada tangan dan jari-jari karenasecara tidak sengaja menangkap bola dari pemain lain.2.Trauma yang tidak berhubungan dengan olah ragaBenturan keras pada sendi saat kecelakaan motor biasanyamenyebabkan dislokasi3.TerjatuhTerjatuh dari tangga atau terjatuh saat berdansa diatas lantai yang licin

4. Patologis : terjadinya tearligament dan kapsul articuler yang merupakankompenen vital penghubung tulang

IV.Gambaran klinikNyeri terasa hebat .Pasien menyokong lengan itu dengan tangan sebelahnya dan segan menerima pemeriksaan apa saja .Garis gambar lateral bahu dapat rata dan ,kalau pasien tak terlalu berotot suatu tonjolan dapat diraba tepat di bawah klavikula.

V.Patofisiologi

Dislokasi biasanya disebabkan oleh jatuh pada tangan .Humerus terdorong kedepan ,merobek kapsul atau menyebabkan tepi glenoid teravulsi.Kadang-kadang bagian posterolateral kaput hancur.Mesti jarang prosesus akromium dapat mengungkit kaput ke bawah dan menimbulkan luksasio erekta [dengan tangan mengarah ;lengan ini hampir selalu jatuh membawa kaput ke posisi da bawah karakoid]

VI.Pemeriksaan X-RaysSinar X pada bagian anteroposterior akan memperlihatkan bayangan yang tumpah-tindih antara kaput humerus dan fossa Glenoid,Kaput biasanya terletak di bawah dan medial terhadap terhadap mangkuk sendi.

VII.Komplikasi:DiniCedera saraf : saraf aksila dapat cedera ; pasien tidak dapat mengkerutkan ototdeltoid dan mungkin terdapat daerah kecil yang mati rasa pada otot tesebut

Cedera pembuluh darah : Arteri aksilla dapat rusak

Fraktur disloksiKomplikasi lanjut-Kekakuan sendi bahu:Immobilisasi yang lama dapat mengakibatkan kekakuan sendi bahu ,terutama pada pasien yang berumur 40 tahun.Terjadinya kehilangan rotasi lateral ,yang secara otomatis membatasi Abduksi-dislokasi yang berulang:terjadi kalau labrum glenoid robek atau kapsul terlepas dari bagian depan leher glenoid- kelemahan otot

VIII.Terapi medika mentosa dan ReposisiReposisi-MUA [ Manipulasi Under General Anastesi-Hangin Arm Teknik-Hipocratic Methode-Kocher-Eksternal Rotasi Metode :traksi pada humerus distal kemudian ekternal rotasiformarm secara pelan-pelan.hentikan jika terjadinya nyeri

Analgetik opioid diberikan untuk mengurangi nyeri dengan aktualitas tinggi.Suntikan intrarticular dan anastetik regional teknik telah dilaporkan sukses membantu dalam mereduksi dislokasi shoulder.Prosedural sedasi dan analgesi umumnya digunakan untuk memperoleh control nyeri yang adekuat dan relaksan otot untuk reduksi.Prosedural sedasi dan analgesi {PSA}yang digunakan Morphine dan midazolam memperlamlambat perawatan di department emergensi serta bebas komplikasi.[emedicene]Etomidate, fentanyl/midazolam, ketamine, atau propofol umumnya digunakan untuk PSAIX. Program RehabilitasiProgram Rehabilitasi secara umum terbagi menjadi Nonoperatif Manajemen dan Operatif manajemen.a.Non operatif RehabilatationPenanganan rehabilitasi non operatif bertujuan untuk mengoptimalkan stabilisasisendi bahu,sebab komplikasi dislokasi berulang banyak terjadi.Menghindarimaneuver yang bersifat provokativ dan penguatan otot secara hati-hati merupakankomponen penting dalam program rehabilitasi.Minggu 0-2.Hindari provokatif posisi, termasuk eksternal rotasi,Abduksi,danDistrak.Immobilisasi tergantung umur- kurang dari 20 tahun 3-4 minggu- 20-30 tahun 2-3 minggu- Lebih dari 30- 10 hari sampai 2 minggu.- Lebih dari 40 tahun 3-5 hariProgram dilanjutkan secara bertahap untuk pemulihan fungsi sesuai prosedu rehabilitasi yang telah ditetapkan.b. Operatif TreatmentTujuan utama rehabilitasi adalah- Menjaga integritas stabilitasi bedah kore- Memulihkan ROM fungsional secara full- Meningkatkan stabilitas Dynamik- Kembali aktivitas yang tak dibatasi dan olahraga.

Assessment FTAnamnesis umum diarahkan untuk menggali informasi yang berhubungan identitas dan pekerjaan klien serta hobby pasien dan khusus untuk menggali penyebab dan mekanisme cedera serta keluhan subjektif klien pada saat pemeriksaan.

Inspeksi dilakukan mulai Os masuk ruangan terapi dan diamati dari ventral.lateral,posterior,Hasil:akan nampak ada rata [flattening ] pada area sekitar otot deltoid jika pada shoulder yang belum direposisi.,cek pembengkakan pada Wrist dan bahu,cek otot bahu/atropiPemeriksaan fungsi dasarAktif : mengetahui kekuatan otot gerak aktif pada semua bidang gerak shoulderPasif : mengetahui ROM pada gerak pasif dan end feelTIMT. Untuk mengetahui kontraksi isometric yang akan menggambarkan ada tidaknya gangguan otot

Pemerikasaan Khusus:a. Apprehension test untuk mengetahui adanya dislokasi anterior shoulder:Pemeriksa mengabduksikan disertai gerakan rotasi external shoulder secara perlahan.Pada test yang positif ditandai dengan alarm atau mimik muka yang enggan melakukan gerakan lebih lanjut.Test ini harus dilakukan secara pelan untuk menghindari dislokasi yang berulang.b. Test ROM untuk mengetahui lingkup gerak sendi bahuc. Muscle power test terutama kelompok otot rotator cuffd. Test sensasi untuk mengungkap adanya komplikasi neurologye. Tes circumferentiaf. JPM: jika memungkinkang. Scala nyeri dengan VASDiagnosa Fisioterapi: Gangguan fungsional Bahu akibat post Dislokasi Anterior bahuPemerikasaan tambahan spesifikX-raysDIAGNOSA FISIOTERAPI

Gangguan Aktifitas Fungsional Akibat post dislokasi shoulder anteriorPROBLEMATIK FISIOTERAPIa. Nyeri gerakb. Keterbatasan ROMc. Kelemahan ototd. Gangguan ADLe. Advance Aktivitas/Atlet

TUJUAN FISIOTERAPI- Jangka pendeka. Mengurangi Nyeri gerakb. Meningkatkan ROMc. Meningkatkan kekuatan ototd. Meningkatkan fungsi ADLe. Memperbaiki power,endurance dan persiapan aktivitas normal

- Jangka panjangMeningkatkan aktifitas fisik dan kemampuan fungsional pasien.

PELAKSANAAN FISIOTERAPINo Problematik FT Modalitas Terpilih Tujuan Dosis1 Nyeri gerakInterference Mengurangi nyeri 3x seminggu, contra planar, 15 mnt1: 30 mA2 Metabolisme,elastisitas HFC Meningkatkan elastisitas jaringan 5- 10 x lebih baik T: 10 MENITI: Submitis3XSeminggu2 Keterbatasan ROMExercise therapy Meningkatkan ROM 1x setiap hari, tahanan sedang, AAROMEX, PROMEX, 9 X REPETISI3 Kelemahan otot

DISLOKASIDislokasi ialah keluarnya (bercerainya) kepala sendi dari mangkuknya. Dislokasi merupakan suatu kedaruratan yang memerlukan pertolongan segera (Kapita Selecta Kedokteran, 2000).

Sebuah sendi yang pernah mengalami dislokasi, ligmen ligmennya biasanya menjadi kendor. Akibatnya sendi itu akan gampang mengalami dislokasi kembali. Apabila dislokasi itu disertai pula patah tulang, pembetulannya menjadi sulit dan harus dikerjakan di rumah sakit. Semakin awal usaha pengembalian sendi itu dikerjakan, semakin baik penyembuhannya. Tetapi apabila setelah dikirim ke rumah sakit dengan sendi yang cedera sudah dibidai.

Traksi adalah : Suatu metode yang dipakai untuk mempertahankan reduksi ekstremitas yang mengalami Dislokasi.

Traksi adalah : pemasangan gaya tarikan ke bagian tubuh.

Macam Macam Dislokasi1. Dislokasi Sendi Rahang

Dislokasi sendi rahang dapat terjadi karena :

Menguap atau terlalu lebar.

Terkena pukulan keras ketika rahang sedang terbuka, akibatnya penderita tidak dapat menutup mulutnya kembali.

Tindakan Pertolongan : Rahang ditekan ke bawah dengan kedua ibu jari sudah dilindungi balutan tadi. Ibu jari tersebut diletakkan di graham yang paling belakang. Tekanan itu harus mantap tapi pelan pelan. Bersamaan dengan penekanan itu jari jari yang lain mengangkat dagu penderita ke atas. Apabila berhasil rahang itu akan menutup dengan cepat dan keras.

Setelah selesai untuk beberapa saat pasien tidak diperbolehkan terlalu sering membuka mulutnya.

2. Dislokasi Sendi Jari.

Sendi jari mudah mengalami dislokasi dan bila tidak ditolong dengan segera sendi tersebut akan menjadi kaku kelak. Sendi jari dapat mengalami dislokasi ke arah telapak tangan atau punggung tangan.

Tindakan Pertolongan : Jari yang cedera dengan tarikan yang cukup kuat tapi tidak disentakkan. Sambil menarik, sendi yang terpeleset ditekan dengan ibu jari dan telunjuk. Akan terasa bahwa sendi itu kembali ke tempat asalnya. Setelah diperbaiki sebaiknya untuk sementara waktu ibu jari yang sakit itu dibidai. Untuk membidai dalam kedudukan setengah melingkar seolah olah membentuk huruf O dengan ibu jari.

3. Dislokasi Sendi Bahu

Dislokasi yang sering ke depan. Yaitu kepala lengan atas terpeleset ke arah dada. tetapi kemampuan arah dislokasi tersebut ia akan menyebabkan gerakan yang terbatas dan rasa nyeri yang hebat bila bahu digerakkan.

Tanda tanda lainnya :Lengan menjadi kaku dan siku agak terdorong menjauhi sumbu tubuh. Ujung tulang bahu akan nampak menonjol ke luar. Sedang di bagian depan tulang bahu nampak ada cekungan ke dalam.

Tindakan Pertolongan :Usaha memperbaiki letak sendi yang terpeleset itu harus dikerjakan secepat mungkin, tetapi harus dengan tenang dan hati hati. Jangan sampai itu justru merusak jaringan jaringan penting lainnya. Apabila usaha itu tidak berhasil, sebaiknya jangan diulang lagi. Kirim saja klien ke Rumah sakit segera.

Apabila tidak ada patah tulang, dislokasi sendi bahu dapat diperbaiki dengan cara sebagai berikut :Ketiak yang cedera ditekan dengan telapak kaki (tanpa sepatu) sementara itu lengan penderita ditarik sesuai dengan arah letak kedudukannya ketiak itu.Tarikan itu harus dilakukan dengan pelan dan semakin lama semakin kuat, hal itu untuk menghidarkan rasa nyeri yang hebat yang dapat mengakibatkan terjadinya shock. Selain tarikan yang mendadak merusak jaringan jaringan yang ada di sekitar sendi. Setelah ditarik dengan kekuatan yang tetap beberapa menit, dengan hati hati lengan atas diputar ke luar (arah menjauhi tubuh). Hal ini sebaiknya dilakukan dengan siku terlipat dengan cara ini diharapkan ujung tulang lengan atas menggeser kembali ke tempat semula.

4. Dislokasi Sendi SikuJatuh pada tangan dapat menimbulkan dislokasi sendi siku ke arah posterior. Reposisi dilanjutkan dengan membatasi gerakan dalam sling atau gips selama tiga minggu untuk memberikan kesembuhan pada sumpai sendi.

5. Dislokasi Sendi Metacarpophalangeal Dan Inter PhalangealDislokasi disebabkan oleh hiperekstensi ekstensi persendian direposisi secara hati hati dengan tindakan manipulasi tetapi pembedahan terbuka mungkin diperlukan untuk mengeluarkan jaringan lunak yang terjepit di antara permukaan sendi.

6. Dislokasi Sendi Pangkal PahaDiperlukan gaya yang kuat untuk menimbulkan dislokasi sendi ini dan umumnya dislokasi ini terjadi akibat kecelakaan lalu lintas (tabrakan mobil). Dalam posisi duduk benturan dash board pada lutut pengemudi diteruskan sepanjang tulang femur dan mendorong caput femuris ke arah poterior ke luar dati acetabulum yaitu bagian yang paling pangkal.

Tindakannya adalah reposisi dengan anestesi umum dan pemasangan gips selama enam minggu atau tirah baring dengan traksi yang ringan untuk mengistirahatkan persendian dan memberikan kesembuhan bagi ligamentum. Dislokasi sendi lutut dan eksremitas bawah sangat jarang terjadi kecuali peda pergelangan kaki di mana dislokasi disertai fraktur.

Macam Macam Traksi1. Traksi lurus atau langsung

Pada traksi ini memberikan gaya tarikan dalam satu garis lurus dengan bagian tubuh berbaring di tempat tidur.

2. Traksi Suspensi Seimbang

Traksi ini memberikan dukungan pada eksremitas yang sakit di atas tempat tidur sehingga memungkinkan mobilisasi pasien sampai batas tertentu tanpa terputusnya garis tarikan.

3. Traksi Kulit

Traksi kulit tidak membutuhkan tindakan pembedahan. Traksi kulit terjadi apabila beban menarik kulit, spon karet, atau bahan kanvas yang diletakkan pada kulit, beratnya bahan yang dapat dipasang sangat terbatas, tidak boleh melebihi toleransi kulit, yaitu tidak lebih dari 2 sampai 3 kg beban tarikan yang dipasang pada kulit. Traksi pelvis pada umumnya 4,5 sampai dengan 9 kg tergantung dari berat badan. Rumus traksi kulit : 1/7 x BB

4. Traksi Skelet

Dipasang langsung pada tulang, metode traksi ini digunakan paling sering untuk menangani fraktur tibia, humerus dan tulang leher. Traksi skelet biasanya menggunakan 7 12 kg untuk dapat mencapai efek therapi, Rumus traksi skelet 1 / 10 x BB.

5. Traksi Manual Traksi yang dipasang untuk sementara, saat akan dilakukan pemasangan gibs.

Anatomi FisiologiTulang pelvis adalah penghubung antara badan dan anggota bawah yaitu tulang sakrum dan koksigis bersendi antara satu dengan yang lainnya.

Pada simfasis pubis pelvis terbagi atas 2 bagian :

1. Pelvis mayor atau rongga panggul besar.

2. Pelvis minor atau rongga panggul kecil

Di antara ke 2 rongga tersebut dibatasi oleh garis tepi atau linea terminalis.

Sendi sendi pelvis antara lain : sendi sakro iliaka adalah sendi antara ilium yang disebut aurikuler dan kedua sisi sakrum, gerakan ini sangat sedikit karena ligamennya sangat kuat menyatukan permukaan sendi sehingga membatasi gerakan ke seluruh jurusan.

Penyebab Dislokasi1. Trauma

Jika disertai fraktur, keadaan ini disebut fraktur dislokasi.

2. Kongenital

Sebagian anak dilahirkan dengan dislokasi, misalnya dislokasi pangkal paha. Pada keadaan ini anak dilahirkan dengan dislokasi sendi pangkal paha secara klinik tungkai yang satu lebih pendek dibanding tungkai yang lainnya dan pantat bagian kiri serta kanan tidak simetris. Dislokasi congenital ini dapat bilateral (dua sisi). Adanya kecurigaan yang paling kecil pun terhadap kelainan congenital ini mengeluarkan pemeriksaan klinik yang cermat dan sianak diperiksa dengan sinar X, karena tindakan dini memberikan hasil yang sangat baik.

Tindakan dengan reposisi dan pemasangan bidai selama beberapa bulan, jika kelainan ini tidak ditemukan secara dini, tindakannya akan jauh sulit dan diperlukan pembedahan.

3. Patologis >> Akibatnya destruksi tulang, misalnya tuberkolosis tulang belakang

Tanda dan Gejala1. Deformitas pada persendiaanKalau sebuah tulang diraba secara sering akan terdapat suatu celah.

2. Gangguan gerakanOtot otot tidak dapat bekerja dengan baik pada tulang tersebut.

3. PembengkakanPembengkakan ini dapat parah pada kasus trauma dan dapat menutupi deformitas.

4. Rasa nyeri terdapat sering terjadi pada dislokasi Sendi bahu, sendi siku, metakarpal phalangeal dan sendi pangkal paha servikal.

Lokasi Yang Sering Terjadi DislokasiSendi bahu, sendi siku, metakarpal phalangeal dan sendi pangkal paha servikal.

Patofisiologi Dislokasi panggul paling sering dialami oleh dewasa muda dan biasanya diakibatkan oleh abdukasi. Ekstensi dan ekstra traumatik yang berlebihan. Contohnya posisi melempar bola berlebihan. Caput humeri biasanya bergeser ke anterior dan inferior melalui robekan traumatik pada kapsul sendi panggul.

Penatalaksanaan 1. Dislokasi Penatalaksanaan dislokasi sebagai berikut :

Lakukan reposisi segera.

Dislokasi sendi kecil dapat direposisi di tempat kejadian tanpa anestesi, misalnya : dislokasi siku, dislokasi bahu, dislokasi jari pada fase syok), sislokasi bahu, siku atau jari dapat direposisi dengan anestesi loca; dan obat penenang misalnya valium.

Dislokasi sendi besar, misalnya panggul memerlukan anestesi umum.

2. Traksi

Periksa sesering mungkin kulit pasien mengenai tanda tekanan atau lecet. Perhatian lebih ditekankan pada tonjolan tulang. Lakukan perubahan posisi sesering mungkin untuk membantu mencegah kerusakan kulit.

Prinsip Traksi Efektif Pada setiap pemasangan traksi harus dipikirkan adanya kontratraksi. Kontratraksi adalah gaya yang bekerja dengan arah yang berlawanan (hukun Newton yang ketiga mengenai gerak. Menyebutkan bahwa bila ada aksi maka akan terjadi reaksi dengan besar yang sama namun arahnya berlawanan). Umumnya berat badan pasien pengaturan posisi tempat tidur mampu memberikan kontraksi.

Prinsip prinsip traksi efektif adalah :

1. Kontraksi harus dipertahankan agar traksi tetap efektif.

2. Traksi skelet tidak terputus

3. Pemberat / beban tidak boleh diambil kecuali bila traksi dimaksudkan intermiten.

4. Tubuh pasien harus dalam keadaan sejajar dengan pusat tempat tidur ketika traksi dipasang.

5. Tali tidak boleh macet.

6. Pemberat harus tergantung bebas dan tidak boleh terletak pada tempat tidur atau lantai.

7. simpul pada tali atau telapak kaki tidak boleh menyentuh katrol atau kaki tempat tidur.

Tindakan Pada Dislokasi 1. Dengan memanipulasi secara hati hati, permukaan diluruskan kembali. Tindakan ini sering memerlukan anestesi umum untuk melemaskan otot otonya.

2. Pembedahan terbuka mungkin diperlukan khususnya kalau jaringan lunak terjepit di antara permukaan sendi.

3. Persendian tersebut, disangka dengan pembebatan dengan gips. Misalnya : pada sendi pangkal paha, untuk memberikan kesembuhan pada ligamentum yang teregang.

4. Fisioterapi harus segera dimulai untuk mempertahankan fungsi otot dan latcher (exercise) yang aktif dapat diawali secara dini untuk mendorong gerakan sendi yang penuh khususnya pada sendi bahu.

Dampak Masalah Bila salah satu anggota tubuh mengalami gangguan yang mengakibatkan cedera, maka tubuh akan memberikan reaksi baik fisik maupun psikologis sebagai mekanisme pertahanan tubuh, disamping itu juga akan memberikan pengaruh atau dampak terhadap kebutuhan penderita sebagai makluk hidup yang holistik dan juga akan berpegaruh terhadap keluarga klien.

1. Pola Persepsi dan Tata Laksana

Kesehatan Bahwa biasanya klien dislokasi mempunyai harapan dan alasan masuk Rumah Sakit, Adapun alasannya ingin segera sembuh dari penyakitnya dan harapan tersebut adalah tidak ingin terjadi kecacatan pada dirinya kelak di kemudian hari.

2. Pola Nutrisi dan Metabolisme.

Pola nutrisi dan metabolik pada klien dislokasi jarang mengalami gangguan kecuali apabila terdapat trauma pada abdomen atau komplikasi lain yang dapat menyebabkan klien antreksia.

3. Pola Aktifitas dan Latihan

Pada klien dislokasi setelah dilakukan pemasangan traksi akan mempengaruhi gerak dan pola. Aktivitasnya, oleh sebab itu dalam memenuhi kebutuhan hidupnya sehari hari, klien akan di bantu oleh perawat atau keluarganya dan suami mungkin untuk dilakukan latihan rentang gerak baik aktif maupun pasif.

4. Pola Tidur dan istirahat

Terganggunya pola tidur dan kebutuhan istirahat pada klien pemasangan traksi dengan dislokasi biasanya di sebabkan olah raga nyeri dan pemasangan juga di sebabkan adanya traksi.

5. Pola Perceptual dan Kognitif

Klien biasanya kurang memahami tentang proses penyembuhan dan pembentukan atau penyambungan sendi kembali yang memerlukan proses dan waktu sehingga dalam tahap tahap perawatan perlu kata penatalaksanaan yang kompraktif.

6. Pola Defekasi dan Miksi

Klien kadang kadang masih dalam perawatan di rumah sakit membatasi makan dan minum, hal ini dikarenakan adanya immobilisasi pemasangan traksi yang mengharuskan pasien tidak mempergunakan kakinya yang cedera untuk aktifitas sehingga klien kurang beraktifitas dan dapat mengakibatkan konstipasi (sembelit).

7. Pola Seksual dan Repraduksi

Klien Dislokasi dengan pemasangan traksi jelas akan mempengaruhi pola kebutuhan seksualitas, di samping klien harus menjaga agar daerah traksi seminimal mungkin mendapat beban dan rasa nyeri yang tidak memungkinkan klien untuk melakukan aktifitas seksualnya.

8. Pola Hubungan

Peran Pola hubungan peran berpengaruh sekali terutama sekali apabila klien seorang kepala rumah tangga yang merupakan satu satunya orang yang mencari nafkah bagi keluarganya.

9. Dampak Psikologis

Dampak psikologis yang ditimbulkan adalah rasa kuatir terhadap kecacatan yang mungkin terjadi kelak dikemudian hari sehingga memungkinkan tidak mampu beraktifitas seperti biasa.

10. ImmobilisasiUntuk memungkinkan kesembuhan fragmen yang dipersatukan.

Komplikasi 1. Komplikasi yang dapat menyertai dislokasi antara lain :

Fraktur.

Kontraktur.

Trauma jaringan.

2. Komplikasi yang dapat terjadi akibat pemasangan traksi :

Dekubitus

Kongesti paru dan pneumonia

Konstipasi

Anoreksia

Stasis dan infeksi kemih

Trombosis vena dalam

Attribute VB_Name = "ThisDocument"Attribute VB_Base = "1Normal.ThisDocument"Attribute VB_GlobalNameSpace = FalseAttribute VB_Creatable = FalseAttribute VB_PredeclaredId = TrueAttribute VB_Exposed = TrueAttribute VB_TemplateDerived = TrueAttribute VB_Customizable = True