Fraud Dalam Akuntansi Berbasis Komputer
-
Upload
tiyo-widodo -
Category
Documents
-
view
555 -
download
1
description
Transcript of Fraud Dalam Akuntansi Berbasis Komputer
Halaman 0
FRAUD:
SEBUAH PERMASALAHAN
DALAM AKUNTANSI
BERBASIS KOMPUTER
Dirangkum oleh:
Tiyo Widodo
Sumber:
Anatomy of Computer Accounting Frauds
A. Seetharaman, M. Senthilvelmuguran, Rajan Periyanagayam
Managerial Auditing Journal, Vollume 19 issue 8, 2004
Emerald Group Publishing Limited, ISSN: 0268-6902
Semarang, INDONESIA, April 2011
Halaman 1
FRAUD: SEBUAH PERMASALAHAN DALAM AKUNTANSI
BERBASIS KOMPUTER
Definisi
Fraud dalam akuntansi adalah sebentuk tindakan, yang menyebabkan
kesalahan pelaporan dalam laporan keuangan. Menurut Webster’s New
Dictionary, fraud (fraud) diartikan sebagai “fraud yang dilakukan secara sengaja
yang menyebabkan seseorang menyerahkan hak milik atau haknya yang sah
menurut hukum”. Agen Federal Bureau of Invesigation (FBI) menjelaskan fraud
sebagai “konversi fraud dan usaha untuk mendaptkan uang atau hak milik dengan
mengungkapkan pretensi yang keliru: termasuk di dalamnya pencurian
menggunakan cek palsu, kecuali pemalsuan.” (Farrell dan Franco, 1999). Fraud
menyebabkan kerugian dalam jumlah yang besar bagi dunia bisnis dan
menimbulkan masalah moral di tempat kerja. Saat kita kehilangan uang karena
ditipu, maka konsekuensinya dapat sangat merugikan. Kerugian akibat fraud
merupakan masalah yang serius bagi perusahaan yang masih memerlukan
pengelolaan, pengendalian, dan pengawasan. Teknologi, tindak kejahatan dan
penegakan hukum terus digalakkan untuk mencegah tindak fraud ini, misalnya
dengan pengadaan alat pendeteksi tindak fraud yang semakin canggih, sehingga
dapat mengetahui pihak-pihak yang biasa melakukan fraud.
Pelaku fraud biasanya menjumpai peluang untuk memanfaatkan kelemahan
dalam prosedur pengendalian dan selanjutnya mempelajari apakah imbalan
potensial yang ia akan peroleh akan setimpal dengan hukuman manakala ia
tertangkap basah telah melakukan fraud.
Pencegahan fraud
Tahap pencegahan fraud: Pertama, sebuah perusahaan harus memastikan
bahwa peluang-peluang terjadinya fraud harus diminimalkan: pencegahan fraud;
Kedua, perusahaan harus memastikan bahwa para pelaku tindak fraud yang
berpotensi akan benar-benar ditangkap: penanggulangan fraud.
Pengawasan fraud meliputi pencarian bukti dan pengambilan laporan,
penulisan laporan, dan pengakuan terhadap temuan. Peneliti menyebutkan bahwa
untuk menjalankan sebuah pemeriksaan tindak fraud, orang memerlukan keahlian
dan kecakapan khusus untuk dapat mendeteksi dan menyelidiki suatu tindak fraud
secara efektif serta pengetahuan tentang unsur-unsur hukum dan peraturan yang
Halaman 2
berlaku. Auditor berperan penting di dalam mencegah dan mendeteksi fraud
bisnis.
Hasil survei dari Global e-fraud pada tahun 2001 menyebutkan bahwa
banyak pakar yang percaya bahwa kejahatan yang berupa tindak fraud telah
mendapatkan sumbangan yang besar dari munculnya teknologi Internet dan e-
commerce, sehingga dikenal istilah “e-fraud”. Tidak ada negara atau persuahaan
yang kebal terhadap ancaman penipu. KPMG melakukan survei terhadap
perusahaan-perusahaan terbesar di dunia pada 12 negara berbeda yang menjadi
korban fraud elektronik terganggu masalah keamanan. Survei ini dilakukan
menggunakan kuesioner yang dikirimkan kepada lebih dari 14.000 CEO, CIO,
dan eksekutif senior lainnya, namun hanya menghasilkan tingkat respon 9 persen
saja. Survei mencakup kepedulian terhadap resiko dan ancaman keamanan e.fraud
dan e-commerce, berikut ruang lingkupnya dan persepsi konsumen tentang
keamanan e-commerce. Keterbatasan dari penelitian ini ialah ruang lingkup riset
hanya pada perusahaan-perusahaan terbesar di 12 negara, sedangkan peluang
terjadinya fraud lebih besar terjadi pada perusahaan-perusahaan yang ukurannya
lebih kecil.
Apostolou membahas tentang prosedur-prosedur pelaksanaan invetigasi
fraud lewat Internet dalam makalah empat seri. Pada bagian satu, ia menyajikan
terminologi yang penting untuk mengembangkan keahlian teknik-teknik
investigasi fraud dan kajian singkat tentang ketentuan sipil dan hukum.
Penyelewengan aset, yang terdapat pada bagian dua, merupakan sebentuk masalah
yang serius yang dapat menyebabkan penyelewangan materi di dalam laporan
keuangan. Idenitifikasi berbagai skema penyelewangan aset merupakan bagian
dari investigasi fraud. Bagian ketiga memuat metode-metode pelaksanaan
pembayaran ilegal dalam proses disbursement. Sedangkan bagian keempat
membahas prosedur-prosedur investigasi fraud. Investigasi fraud terdiri atas
pencarian informasi untuk membuktikan dan menggagalkan bukti alegasi.
Rusch (2001) membahas tentang pesatnya gelombang fraud melalui Internet
dalam perdagangan berbasis elektronik (e-commerce). Fraud terus muncul terkait
dengan meluasnya legitimasi penggunaan Internet. Rusch (2001) mengutip
laporan dari International Chamber of Commerce’s Commercial Crime Services
Division bahwa fraud lewat Internet pada tahun 2000 “mengalami kenaikan yang
dramatis”, lebih dari dua kali dibandingkan tahun 1999. Data ini menyimpulkan
bahwa masalah fraud lewat media Internet menjadi permasalahan global baik
dalam ruang lingkup maupun dampaknya, karena para pelaku fraud dapat
merencanakan dan menjalankan skema fraudnya dari mana pun di dunia ini dan
korban dapat berada di belahan dunia manapun. Penelitian dari Rusch (2001) ini
menjelaskan bahwa ketentuan tindak kejahatan yang berlaku bagi jenis-jenis lain
kejahatan kerah putih, misalnya konspirasi, fraud lewat surat (e-mail), fraud kartu
Halaman 3
kredit, fraud sekuritas, pencucian uang, dan pencurian identitas, sama-sama
berlaku bagi berbagai bentuk fraud lewat media Internet.
Program-program pencegahan fraud harus dicanangkan dan hingga sejauh
ini belum ada reaksi yang tegas terhadap tindak fraud semacam ini. Gejala-gejala
adanya fraud seringkali begitu jelas bagi setiap orang yang peduli akan kejadian
tersebut. Indikator-indikator semacam ini dapat muncul oleh adanya pengendalian
yang dijalankan oleh pihak manajemen, uji-uji yang dijalankan oleh auditor dan
sumber-sumber lain baik di dalam maupun dari luar perusahaan.
Jika penyelidikan tindak fraud menemukan hal-hal yang tidak wajar/di luar
kebiasaan, yang dapat memberi dampak buruk bagi posisi keuangan dan hasil
operasi, maka auditor internal harus menginformasikan temuan ini kepada jajaran
manajemen dan komite audit. Pihak-pihak yang dicurigai tidak boleh dilaporkan
hingga bukti yang sah telah terkumpul. Konfrontasi harus dilakukan oleh orang-
orang yang memiliki keahlian khusus dalam menyelidiki kasus kejahatan, bukan
oleh auditor internal. Penyelidikan atas suatu kasus dapat mencakup tindakan
operasi, pengintaian, penempatan informan, mata-mata, dan sumber informasi
(Apostolou, 2000c). - Operasi mata-mata (undercover) dapat dilakukan untuk
membuktikan adanya tindak fraud. Pihak pengadilan menganggap operasi
pengintaian/mata-mata, sebagai metode yang dapat diterima untuk memperoleh
informasi, karena metode ini sangat efektif dalam mengungkap tindak kejahatan. -
Pengintaian merupakan pengamatan yang dilakukan terus-menerus terhadap
tindakan-tindakan pihak yang dicurigai untuk mengumpulkan bukti-bukti
terpercaya.
Hubungan kepribadian pelaku fraud dengan kerugian perusahaan
Apakah hubungan kepribadian pelaku tindak fraud dengan ukuran kerugian
yang diderita oleh perusahaan? Peneliti mengamati kepribadian melalui umur,
jenis kelamin, jabatan, latar belakang pendidikan, dan faktor kolusi. Pertama, dari
segi umur, pada survei tahun 2002 ACFE menemukan bahwa jika pelaku fraud
semakin tua umurnya, maka semakin mahal pula skema yang mereka buat.
Kerugian yang diperoleh dari karyawan yang lebih tua adalah 27 kali dari
kerugian yang dilakukan oleh penipu usia muda. Alasannya ialah, bahwa
karyawan yang lebih tua memiliki jabatan yang lebih seinor dengan aset yang
lebih bebas. Biasanya dalam sebuah perusahaan, mayoritas jabatan papan atas
(manajerial dan di atasnya) dipegang oleh laki-laki. Temuan dalam survei
melaporkan bahwa sebagian besar tindak fraud dilakukan oleh laki-laki. Kerugian
yang disebabkan oleh pelaku fraud berjenis kelamin laki-laki adalah tiga kali lipat
lebih besar dibandingkan pelaku perempuan, misalnya, laki-laki terlibat dalam
tindak fraud 75 persen dari perempuan. Semakin tinggi jabatan, semakin tinggi
pula tingkat pendidikan. ACFE melaporkan bahwa mereka yang memegang gelar
sarjana ternyata menyebabkan 3,5 kali kerugian dibandingkan mereka yang
Halaman 4
memiliki pendidikan di bawahnya, misalnya diploma atau SLTA. Jika tingkat
pendidikan pelaku fraud semakin tinggi, maka semakin besar pula angka kerugian
yang diderita oleh perusahaan/organisasi. Kolusi merupakan kegiatan kolaborasi
ilegal yang sangat sulit untuk dicegah dan dideteksi, khususnya jika kolusi terjadi
antara manajer dan karyawan. Hal ini karena manajer biasanya diandalkan sebagai
personil kunci bagi struktur pengendalian perusahaan. Mereka dipercaya untuk
mengidentifikasi dan mendeteksi fraud melalui fungsi mereka.
2011 TiyoWidodo English Translation
e-mail: [email protected] , Ph.: +62 85 226 474 911