fraktur tulang

41
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tujuan pembangunan nasional adalah teercapainya kemampuan untuk hidup sehat untuk setiap penduduk agar dapat mewujudkan derajat kesehatan masyarakat yang optimal. Sebagai salah satu unsur kesejaheraan umum dari tujuan nasional. Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi maka sumber daya manusia khususnya dalam bidang keperawaan dituntut untuk dapat memberikan Asuhan Keperawaatan. Asuhan Keperawatan mempunyai peranan penting dalam mentukan keberhasilan pelayanan kesehatan. Fraktur merupakan akibat dari trauma dimana dikarenakan oleh banyak hal seperti jatuh, benturan, tabrakan dan lain-lain. banyak orang yang menganggap bahwa hanya tekena trauma dan sendi keseleo saja maka mereka tidak menghiraukan traumanya tersebut. Padahal hal ini dapat menyebabkan fraktur dan bila dibiarkan maka akan mengakibatkan komplikasi. Banyak orang yang sudah melakukan prosedur yang benar tetapi masih saja penyembuhan frakturnya mengalami komplikasi. 1

description

penjelasan definisi sebab ruang ligkup tata laksana

Transcript of fraktur tulang

FRAKTUR DAN DISLOKASI

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Tujuan pembangunan nasional adalah teercapainya kemampuan untuk hidup sehat untuk setiap penduduk agar dapat mewujudkan derajat kesehatan masyarakat yang optimal. Sebagai salah satu unsur kesejaheraan umum dari tujuan nasional.

Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi maka sumber daya manusia khususnya dalam bidang keperawaan dituntut untuk dapat memberikan Asuhan Keperawaatan. Asuhan Keperawatan mempunyai peranan penting dalam mentukan keberhasilan pelayanan kesehatan.

Fraktur merupakan akibat dari trauma dimana dikarenakan oleh banyak hal seperti jatuh, benturan, tabrakan dan lain-lain. banyak orang yang menganggap bahwa hanya tekena trauma dan sendi keseleo saja maka mereka tidak menghiraukan traumanya tersebut. Padahal hal ini dapat menyebabkan fraktur dan bila dibiarkan maka akan mengakibatkan komplikasi. Banyak orang yang sudah melakukan prosedur yang benar tetapi masih saja penyembuhan frakturnya mengalami komplikasi. Komplikasi ini disebabkan oleh banyak hal yang dikarenakan kesalahan orang tersebut yang kurnag memperhatikan frakturnya tersebut.

B. Rumusan Masalah

Agar mahasiswa khususnya mahasiswa keperawatan dapat melakukan asuhan keperawatan mengenai fraktur dan dapat meminimalkan hasil penyembuhan agar tidak mengalami komplikasi.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

FRAKTUR DAN DISLOKASI

C. FRAKTUR

Fraktur adalah putusnya kontinuitas tulang, baik tulang rawan epifisis atau tulang rawan sendi. Penyebab fraktur adalah trauma. Contoh dari trauma adalah jatuh dari ketinggian, kecelakaan kerja ataupun lalu lintas, cidera saat olah raga / aktivitaas. Fraktur dimana dibagi menjadi 2 yaitu trauma langsung dan tidak langsung.

Trauma Langsung :Trauma langsung berarti benturan pada tulang dan mengakibatkan fraktur di tempat itu.

Trauma tidak langsung berarti bilamana tumpu benturan dengan tterjadinya fraktur berjauhan

Misalnya yaitu seorang anak yang jatuh dan berusaha menahan dengan telapak tangan membentur lantai. Gaya benturan akan diterusakn ke proksimal an dapat mengakibatkan :

1. Fraktur distal radius

2. Fraktur clavikula, dan lain-lain.

Fraktur yang diakibatkan trauma yang minimal atau tanpa trauma adalah fraktur pathologis atau fraktur dari tulang yang patologik akibat suatu proses misalnya : pada ostogenesis imperfecta, osteoporosis, infeksi tulang, dan lain-lain.

KERUSAKAN JARINGAN LUNAK

Setiap trauma yang dapat mengakibatkan fraktur juga dapat sekaligus merusak jaringan lunak disekitar fraktur mulai daaari otot, fascia, kulit sampai struktur neurovaskuler aatau organ-organ penting. Misalnya, trauma medulla spinalis pada fraktur tulang belakang, trama pembuluh darah besar dan saraf perifer pada fraktur disekitar siku dan lutut, trauma paru-paru pada fraktur iga atau fraktur clavikula. Disamping itu pergeseran segmen fraktur pada saat kejadian atau pun sesudahnya dapat merusak jaringan lunak disekitarnya. Pada luka tembak, fragmen-fragmen tulang yang bersiat proyektif juga akan menambah kerusakan jaringan lunak disekitarnya.

DISKRIPSI FRAKTUR

1. Komplit tidak komplit

a. Fraktur Komplit : garis patah melalui seluruh penampang tulang atau melalui kedua korteks tulang seperti terlihat pada foto.

b. Fraktur tidak komplit : garis patahnya tidak melalui seluruh penampang tulang seperti :

Hairline fraktur (patah retak rambut)

Buckle fraktur atau Torus Fraktur (Terjadi lipatan dari satu korteks dengan kompresi tulang spongiosa dibawahnya).

Greenstick fractur (fraktur tangkai dahan muda). Mengenai satukorteks

Gambar Fraktur

Hair Fraktur Buckle Fraktur

Green Stick Fraktur

2. Bentuk garis patah dan hubungannya dengan mekanisme trauma

a. Garis patah melintang : trauma angulasi atau langsung

b. Garis patah oblique : trauma anglasi

c. Garis patah spiral : trauma rotasi

d. Fraktur kompresi : trauma axial-flexi pada tulang spongiosa

e. Fraktur avulasi : trauma tarikan / traksi otot pada tulang, misalnya fraktur patella

oblique

melintang

spiral avulsi

3. Jumlah Garis Patah

a. Fraktur kominutif : garis patah lebih daari satu dan saling berhubungan

b. Fraktur segmental : Garis patah lebih daaari satu tetapii tidak berhubngan. Bila dua garis patah disebut pula fraktur bifocal.

c. Fraktur multiple :Garis patah lebih dari satu tetapi pada tulang yang berlainan tempatnya., misalnya : fraktur femur, fraktur cruris dan fraktur tulang belakang

Comminutif segmental

4. Bergeser Tidak bergeser

a. Fraktur undisplaced (tidak bergeser) : garis patah komplit tetapi kedua fragmen tidak bergeser

b. Fraaktur displaced (bergeser) : terjadi pergeseran fragmen-fragmen fraktur yang juga disebut dislokasi fragmen.

Dislokasi ad longitudinam cum contractionum (pergeseran searah sumbu dan overlapping)

Diislokasi ad axim (Pergeseran yang membentuk sudut).

Dislokasi ad latus (pergeseran dimana kdua fragmen saling menjauhi).

Ad longitudinam ad axim ad latus

cum contractionum

5. Terbuka Tertutup

a. Fraktur terbuka : bila terdapat luka yang menghubungkan tulang yang fraktur dengan udara luar atau perukaan kulit.

b. Fraktur tertutupp : bilamana tidak ada luka yang menghubungkan fraktur dengan udara luar aau permukaan kulit.

Bila terdapat luka melalui kulit dan subkutis tetapi fascia masih utuh disebut fraktur yang potensial terbuka. Bilamana fraktur dan luka berada pada regio yang berlainan atau berjauhan tidak disebut fraktur terbuka. Misalnya fraktur criris 1/3 distal dengan luka 1/3 proximal yang tidak berhubungan sama sekali dengan hematoma fraktur tersebut.

DIAGNOSA FRAKTUR

Diagnosa fraktur harus disebut jenis tulang atau bagian tulang yang mempunyai nama sendiri, kiri atau kanan, bagian mana dari tulang, komplit atau tidak, tertutup atau terbuka, bentuk garis patah, jumlah garis patah, bergeser atau tidak dan komplikasi bila ada. Misalnya :

1. Fraktur femoris dextra 1/3 proximal garis patah oblique dislocatio latus terbuka derajat satu neuro vaskuler distal baik.

2. Fraktur lateralis humerus sinistra, displace, tertutup dengan paralysis n. radialis.

Diagnosa fraktur ditegakkan berdaasarkan :

1. Anamnesa : ada trauma

Bilamana tidak ada riwayat trauma berarti fraktur patologis. Trauman diperinci jenisnya, besaaar-ringannya trauma, arah trauma dan posisi penderita atau ekstremitas yang bersangkutan (mekanisme trauma). Dari anamnesa saja dapat diduga :

kemungkinan polytrauma

kemungkinan fraktur multiple

kemungkinan fraktur-fraktur tertentu, misalnya fraktur colles, fraktur supracondylair humerus, fraktur collum femur.

Pada anamnesa ada nyeri tetapi bias tidak jelas pada fraktur inkomplit

Ada gangguan fungsi, misalnya : fraktur femur, penderita tidak dapat berjalan. Kadang-kadang fungsi masih bertahan pada fraktur inkomplit dan fraktur impacted (impaksi tulang kortial ke dalam tulang spongiosa).

2. Pemeriksaan Umum

Dicari kemungkinan komplikaasi umum, misalnya : shock pada fraktur multiple, fraktur pelvis atau fraktur terbuka, tanda-tanda sepsis pada fraktur terbuka terinfeksi.

3. Pemeriksaan status lokalis

Tanda-tanda fraktur yang klaasik adalah untuk fraktur tulang panjang. Tanda-tanda fraktur yang klasik tersebut adalah :

Look

a. Deformitas :

penonjolan yang abnormal. Misalnya fraktur condylus humerus

angulasi

rotasi

pemendekan

b. Fungsio laesa

Hilangnya fungsi. Misalnya pada fraktur cruris tidak dapat berjalan dan pada fraktur antebrahii tidak dapat menggunakan lengan

Feel

Terdapat nyeri tekan dan nyeri sumbu

Move

a. Krepitasi :

Terasa krepitasi bila fraktur digerakkan, tetapi ini bukan cara yang baik dan kurang halus. Krepitasi timbul oleh pergeseran atau beradunya ujung-ujung tulang kortikal. Pada tulang spongiosa atau tualng rawan epifisis tidak terasa krepitasi.

b. Nyeri bila digerakkan, baik pada gerakan aktif maupun pasif

c. Memeriksa seberapa jauh gangguan-gangguan fungsi, gerakan-grakan yang tidak mampu dilakukan, range of motion dan kekuaan

d. Gerakan yang tidak normal : gerakan yang terjadi tidak pada sendi, misalnya pertengahan femur dapat digerakkan. Ini adalah bukti paling penting adanya fraktur yang membktikan adanya pututsnya kontinuitas tulang sesuai definisi fraktur. Hal ini penting untuk membuat visum, misalnya bila tidak ada fasilitas pemeriksaan rontgen.

4. Pemeriksaan Radiologis

Untuk fraktur-fraktur dengan tanda-tanda klasik, diagnosis dapat dibuat secara klinis sedangkan pemeriksaan radiologis tetap diperlukan untuk melengkapi deskripsi fraktur dan dasar untuk tindakan selanjutnya. Untuk fraktur-fraktur yang tidak memberikan tanda-tanda klasik memang diagnosanya harus dibantu pemeriksaaan radiologis baik rontgen biasa ataupun pemeriksaan canggih seperti MRI, misalnya untuk fraktur tulang belakang dengan komplikasi neurologis.

KOMPLIKASI PENYEMBUHAN FRAKTUR

1. Malunion

Fraktur sembuh dnegan f\deformitas (anglasi, perpendekan atau rotasi)

2. Delayed Union

Fraktur sembuh dalam jangka waktu yang lebih dari normal

3. Nonunion

Fraktur yang tidak menyambung yang juga disebt psuedarthrosis. Disebut nonunion bila tidak meyambung dalam 20 minggu. Pada fraktur dengan kehilangan fragmen sehingga ujng-ujung tulang berjauhan, maka dari awal sudah potensial menjadi non union dan boleh diberlakukan sebagai nonunion (gap nonunion).

KOMPLIKASI FRAKTUR YANG PENTING

1. Komplikasi dini

a. Lokal

-Vaskuler : competent syndrome (Volkmanns ischaemia) dan trauma vaskuler

- Neurologis : lesi meulla spinalis atau saraf perifer

b. Sistemik :emboli lemak

2. Komplikasi lanjut

Lokal : - kekakuan sendi/kontraktur

disuse atrofi otot-otot

malunion

nonunion / infected nonunion

gangguan pertumbuhan (fraktur epifisis)

osteoporosis post trauma

PENGOBATAN FRAKTUR

Pengobatan fraktur ada 2 yaitu konversif atu operatif, dimana pengobatan fraktur ini harus mengingat tujuan pengobatan fraktur yaitu mengembalikan fungsi tulang yang patah dalam jangka waktu sesingkat mungkin.

a. Terapi Konservatif

1. Proteksi saja

Misalnya mitella untuk fraktur collum chrurgicum hemeri dengan kedudukan baik.

2. Immobilisasi saja tanpa reposisi

Misalnya pemasangan gips atau bidai pada fraktur inkmplit dan fraktur dnegan kedudukan baik.

3. Reposisi tertutup dan fiksaasi dnegan gips

Reposisi dapat dengan anestesi umum atau anestesi local dengan menyntikan obat anestesi dalam hematoma fraktur. Fragmen distal dikmbalikan pada kedudukan semula terhadap fragmen proximal dan dipertahankan dalam kedudukan yang stabil dalam gips.

4. Traksi

Taksi dapat untuk reposisi secara perlahan dan fiksasi hingga sembuh ata dipasang gips setelah tidak sakit lagi. Pada anak-anak dipakai traksi kulit. Traksi kulit terbatas untuk 4 minggu dan beban < 5 kg, untuk anak-anak waktu dan beban tersebut mencukupi untuk dipakai sebagai traksi definitive, bilamana tidak maka diteruskan dengan immobilisasi gips.

b. Terapi Operatif

Terapi operatif dengan reposisi secara tertutup dnegan bmbingan radiologis :

1. Reposisi tertutup fiksasi eksterna

2. Reposisi tertutup

PENGOBATAN FRAKTUR TERBUKA

Fraktur terbuka adalah suatu keadaan darurat yang memerlukan penanganan segera. Tindakan sudah harus dimulai dari fase pra-rmah sakit :

pembidaian

menghentikan perdarahan dengan perban tekan

menghentikan perdarahan besar dengan klem

Tiba di GD Rumah Sakit harus segera diperiksa menyeluruh oleh karena 40 % dari fraktur terbuka merupakan polytrauma. Tindakan life-saving harus didahulukan dalam kerangka kerja terpadu (team work).

Tindakan Debridement dan posisi terbuka

1. Penderita diberi toksoid, ATS atau tetanus human globulin.

2. Antibiotika untuk kuman gram positif dan negatif dengan dosis tinggi.

3. Kultur dan resistensi kuman dari dasar luka fraktur terbuka.

4. ourniquet disiapkan tetapi tidak ditiup

5. Setelah dalam narkose seluruh ekstremitas dicuci d\selama 5-10 menit dan dickur.

6. Luka di irigasi dengan cairan NaCl steil atau air matang 5-10 liter. Luka derajat 3 hars disemprot hingga bebes dari kontaminasi (jet lavage).

7. Tindakan desinfeksi dan pemasangan duk (draping)

8. Eksisi luka lapis demi lapis. Otot-otot yang tidak vital dieksisi. Tulang-tulang kecil yang tidak melekat pada periosteum dibuang. Fragmen tulang besar yang perlu untuk stabilitas dipertahankan.

9. Bila letak luka tidak meguntungkan maka untuk reposisi terbuka dibuat insisi baru yang biasa dipergunakan.

10. Luka fraktur terbuka selalu dibiarkan terbuka dan bila perlu ditutup setelah satu minggu sedalah oedema menghilang. Luka ntuk reposisi terbuka dijahit primer.

11. Fiksasi yang baik adalah fiksasi eksterna

D. DISLOKASI

Trauma sendi dapat berupa :

1. Kontusio sendi biasa oleh benturan

2. Joint strain oleh trauma kecil yang berulang

3. Joint sprain keseleo ada robekan mikroskopik dari ligamentatau kapsul sendi yang tidak mengganggu stabilitas

4. Ruptur ligament

5. Dislokasi

Dislokasi adalah suatu kedaruratan yang memerlukan pertolongan segera. Pada tempat kejadian, dislokasi dapat direposisi tanpa anestesi, misalnya lokasi siku atau bahu.

DIAGNOSIS DISLOKASI

Anamnesisi :

1. Ada trauma

2. Mekanisme trauma yang sesuai, misalnya trauma ekstensi dan eksorotasi pada dislokaasi anterior sendi bahu.

3. Ada rasa sendi keluar

4. Bila trauma minimal hal ini dapat terjadi pada dislokasi rekuren atau habitual

PEMERIKSAAN KLINIS

1. Deformitas

a. Hilangnya tonjolan tulang yang normal, misalnya deltoi yang rata pada dislokasi bahu dan Perpendenkan

b. Kedudukan yang khas untuk dislokasi tertentu, misalnya dislokasi posterior sendi panggul kedudukan panggul endorotasi, fleksi dan adduksi

2. Nyeri

3. Functio laesa gerak terbatas, misalnya dislokasi anterior bahu. Bahu tidak dapat endorotasi

PEMERIKSAAN RADIOLOGIS

Untuk mematistikan arah dislokasi dan apakah disertai fraktur. Pada dislokasi lama, pemeriksaan radilogis lebih penting oleh karena nyeri dan spasme otot telah menghilang.

TINDAKAN REPOSISI

1. Reposisi segera

2. Dislokasi sendi kecil dapat diereposisi di tempat kejadian tanpa anastesi,

3. Dislokasi bahu, siku atau jari dapat direposisi dengan anestesi local dan obat-obat penenang.

4. Dislokasi sendi besar misalnya sendi panggul memerlukan anestesi umum.

BAB III

TINJAUAN KASUS

Tn S mengalami kecelakaan pada bulan Agustus 2004 dengan patah tulang terbuka di kaki sebelah kanan. Saat kecelakaan sampai sekarang ia sudah dioperasi 2 kali yaitu yang pertama ia dioperasi untuk mengembalikan letak tulang dan yang kedua untuk penyambungan kulit yang terkelupas. Saat ini Tn S meggunakan walker satu saja sebelah kiri dan masih terdapat luka yang belum sembuh di tempat penyambungan kulitnya itu.

Menurut keluarganya, Tn S selalu tidak mau untuk diajari tentang pengguaan walker yang benar dan ia juga mengatakan bahwa ini lebih baik dan enak untuk dibuat berjalan. Kaki kanan Tn S sekarang masih mengalami dislokasi pada patelanya akibat dari komplikasi frakturnya.

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn S

A. IDENTITAS PASIEN

Nama : Tn S

Umur : 55 tahun

Agama: Islam

Alamat : Jl KH. Hasym ahari No. 47 B, Jombang

Jenis Kelamin : Laki-laki

Pekerjaan : -

B. RIWAYAT KESEHATAN PASIEN

1. Riwayat Kesehatan Sekarang

Tn S mengatakan bahwa adanya sepsis dan dislokasi pada kaki kanannya. Tn S dalam kegiatan sehari-harinya menggunakan walker

2. Riwaya Kesehatan Dahulu

Sudah tahu saat kecelakaan kaki kanannya patah dan terdapat luka yang masih belum kering atau sembuh. Tn S sudah dioperasi 2 kali saat lakaan dan sampai sekarang pada kakinya. Tn S .

3. Keluhan Utama

Adanya luka dan dislokasi yang mengganggu dia saat aktivitas

4. Riwayat Kesehatan Keluarga

Tn S mengatakan bahwa anaknya pernah patah tulang di tangan kiri yaitu anak ketiga dan kelima. Anak ke 3 sembuh dengan komplikasi dan anak ke lima sembuh total tanpa komplikasi.

Genogram

Keterangan :

= = laki-laki

= = perempuan

= = pasien

. = keluarga pasien

C. POLA FUNGSI KESEHATAN

1. Pola aktivitas

a. Sebelum Sakit :2 tahun lalu sebelum kecelakaan bekerja sebagai wiraswasta dan melakukan aktivitas kegiatan sehari-harinya tanpa hambatan

b. Saat sakit : pasien hanya dapat melakukan aktivitas untuk memnuhi kebutuhan dasar sehari-harinya dan membuat kesibukan engan memelihara ayam Bangkok

2. Pola Istirahat

a. Sebelum Sakit :Pasien mengatakan cukup istirahat walaupun pulangnya malam dan saat tidak bekerja ia tidur siang

b. Saat Sakit :Pasien mengatakan banyak tidur saat ia tidak melakukan aktivitas (( 14 jam / hari)

3. Pola Nutrisi

a. Sebelum Sakit :Pasien mengatakan hanya makan saat ia mau makan saja (( 1-2 kali sehari) dan lebih banyak merokok (( 16 batang tiap hari)

b. Saat Sakit :Pasien makan 3 kali sehari dan merokok (( 10 batang tiap hari)

4. Pola Eliminasi

a. Sebelum Sakit :Pasien mengatakan BAB dan BAK secara teratur

b. Saat Sakit :Pasien mengatakan BAB dan BAK secara teraatur

5. Pola Kognitif

a. Sebelum Sakit :Pasien selalu berfikir dengan bijak dan rasional saat ia dihadapkan masalah.

b. Saat Sakit :Pasien mengatakan bahwa ia tidak ddapat menyelesaikan masalahnya sendiri tanpa bantuan keluarga dan orang lain

6. Konsep Diri

a. Sebelum Sakit :Saat dirumah pasien selalu aktif bila ada kegiatan di Rtnya seperti arisan Bapak-bapak, pengajian, kerja bakti

b. Saat Sakit :Pasien tidak melakukan kegiatan seperti dulu lagi

7. Pola Koping

a. Sebelum Sakit :Pasien mengatakan tidak mempnyai masalah

b. Saat Sakit :Pasien mengatakan tidak mempunyai masalah

8. Pola Seksual Rreproduksi

a. Sebelum Sakit :Pasien mengatakan jarang melakukan hubungan dengan istrinya

b. Saat Sakit :Pasien mengatakan jarang melakukan hubungan dengan istrinya

9. Pola Peran Hubungan

a. Sebelum Sakit :Pasien baik dalam sosialisasi dengan orang lain maupun dengan tetangganya

b. Saat Sakit :Pasien baik dalam sosialisasi dengan orang lain maupun dengantetangganya

10. Pola Nilai Kepercayaan

a. Sebelum Sakit :Pasien selalu beribadah shalat 5 waktu dan berpuasa saat blan ramadhan

b. Saat Sakit :Pasien selalu beribadah shalat 5 waktu dan berpuasa saat bulan ramadhan

ANALISA DATA

NODATAETIOLOGIPROBLEM

1

2DS : Pasien mengatakan terdapat

luka ( cm yang masih

belum kering dikakinya.

DO : Adanya luka sebesar ( cm

di kaki pasien

DS : Keluargapasien mengatakan

bahwa pasien sulit untuk

melakukan cara berjalan

dengan walker yang benar

sesuai dnegan kondisi

frakturnya

DO : pasien menggunakan walker

di sebelah kiri padahal yang

luka di sebelah kananKurangnya perawatan luka secara aseptik

kenyamanan saat berjalan

tidak mau mendengarkan saran orang lain

kurangnya pengetahuanInfeksi dan sepsis

Penatalaksanaan program terapiutik tidak efektif

DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Resiko infeksi berhubungan dengan cara perawatan yang tidak aseptik

2. Penatalaksanaan program terapiutik, tidak efektif berhubungan dengan kenyamanan saat berjalan, tidakmau mendengarkan saran orang lain, kurangnya pengetahuan yang dimiliki.

INTERVENSI KEPERAWATAN

NO DXINTERVENSI

TUJUANRENCANA TINDAKANRASIONAL

1

2Setelah dilakukan asuhan eperawatan selama 2x24 jam diharapkan pasien resiko infeksi pada pasien dapat berkurang dengan kriteria hasil :

Agar pasien dapat melakukan perawatan luka sendiri dengan metode aseptik sehingga mencegah terjadinya infeksi

Setelah dilakukan asuhan keperawtan selama 2x24 jam diharapkan program terapeutik pasien dapat berlangsung dengan baik, dengan kriteria hasil :

pasien mau berjalan dengan benar dan tidak terjadi tumpuan pada kaki yang luka

pasien dapat berjalan dengan benar menggunakan walker

Pasien mau mendengarkan saran orang lain Ganti balutan tiap hari dan observasi luka

Beri penjelasan tentang cara yang benar pada perawatan luka dengan cara aseptik

Ajari pasien cara berjalan yang benar dengan menggunakan walker

Beri pendidikan pasien tentang manfaat berjalan dengan benar

Suruh pasien agar mau mempercayai dan mau menerima saran yang baik dari orang lain guna kesembuhannya.

Dengan menganti balutan tiap hari maka tidak ada kuman yang menempel di sekitar luka tersebut

Dengan perawatan luka yang benar maka dapat mencegah terjadinya infeksi dan menambah pengetahuan pasien dalam melakukanperawtan luka yang aseptik

Dengan menggunakan walker yang benar dapat mempercepat proses berjalan pasien

Dengan pemberian informasi ini maka pasien dapat/mau berjalan dengan benar menggunakan walker

-pasien mau mempercayai orang lain dan mendapat informasi tentang lukanya tersebut.

IMPLEMENTASI

NO DXHARI, TGL DAN JAMTINDAKANRESPONTTD

1

2Kamis, 9/02/2006

Jam 17.30

Jumat, 10/02/2006

Jam 07.30

Jam 13.30 menganti balutan dan observasi luka

mengajari cara pengantian atau perawatan luka yang benar sesuai dengan metode aseptic

menyuruh pasien untuk mempraktekkan teknik aseptic balutan dengan cara

memberitahu tentang penggunaan walker yang baik dan benar serta memberi conth untuk dilakukannya mempraktekkan ke pasien penggunaan dan cara berjalan dengan walker yang benar pengantian balutan pada luka dan observasi luka

pasien melihat cara pengantian balutan dnegan baik

pasien medengarkan apayang dibicarakan dan juga bertanya

pasien dapat melakukan pengantian balutan dengan baik

pasien mendengarkan apa yang dibicarakan

pasien melihat dan memperhatikan apa yang saya kerjakan

pasien dapat melakukan seperti yang dicontohkan kemarin

EVALUASI

NO DXCATATAN PERKEMBANGANPARAF

1

2S : Pasien dapat melakukan perawatan luka dengan benar saat

didampingi

O : Pasien melakukan perawatan luka dengan baik

A :Tujuan tercapai

P : intervensi dilajutkan sampai luka dikaki sembuh

S : Keluarga pasien mengatakan bahwa pasien masih tetap

menggunakan walker disebelah kiri dan tidak mau

mendengarkan saran orang lain dan keluarganya

O : Pasien masih saja tetap menggunakan walker disebelah kiri0

A : Tujuan tidak tercapai

P : Intervensi dilanjutkan

BAB IV

PEMBAHASAN

Pada pembahasan ini, penulis mulai dari pengkajian sampai dengan evaluasi serta pendokumentasian dengan melihat beberapa perbedaan antara kasus yang nyata dengan teori serta faktor penunjang dan penghambat dalam pelaksanaan asuhan keperawatan pada Tn S dengan fraktur tulang terbuka yang penyembhannya mengalami komplikasi.

1. Pengkajian

Pada tahap ini, penulis mengumpulkan data tentang apa yang dialami pasien sehingga didapat data seperti yang sudah diuraikan diatas. Setelah data pasien dikumpulkan, selanjutnya penulis mengelompokkan data dalam analisa data. Pada tahap ini penulis mengaitkan data yang diperoleh dengan konsep, teori dan prinsip yang relevan untuk mengatasi masalah kesehatan pasien sehingga pasien dapat sembuh.

2. Diagnosa Keperawatan

Dalam merumuskan diagnosa keperawtan, penulis mengambil dari buku diagnosa Lynda Juall Carpenito dimana terdapat 8 diagnosa keperawatan yaitu :

a. Perubahan Kenyamanan yang berhubungan dengan trauma jaringan dan imobilitas.

b. Kerusakan Mobilitas fisik yang berhubungan dengan alat fiksasi invasive.

c. Resiko terhadap infeksi berhubungan dengan alat fiksasi invansif

d. Kurangnya perawatan diri berhubugan dengan keterbatasan pergerakan sekunder akibat fraktur.

e. Kurang aktivitas Pengalihan berhubungan dengan kejenuhan monoton sekunder akibat alat imobilisasi.

f. Resiko terhadap Penatalaksanaan Pemeliharaan Rumah yang berhubungan dengan alat fiksasi, kerusakan mobilitas fisik, tidak tersedianya system pendukung.

g. Perubahan proses Keluarga berhubungan dengan kesulitan dari individu yang sakit dalam mengambil peran tanggung jawab sekunder akibat keterbatasan gerak

h. Resiko terhadap Ketidakefektifan Penatalaksanaan Program Terapiutik yang berhubugan dengan ketidakcukupan pengetahuan tentang kondisi, tanda-tanda dan gejala, komplikasi, pembatasan aktivitas

Dari kedelapan diagnosa yang terdapat dari Lynda Juall Carpenito, penulis hanya mengambil 2 diagnosa yang berhubungan dengan kasus Keperawatan yang dialami pasien yaitu :

a. Resiko infeksi berhubungan dengan cara perawatan yang tidak aseptik.

b. Penatalaksanaan program terapiutik, tidak efektif berhubungan dengan kenyamanan saat berjalan, tidak mau mendengarkan saran orang lain, kurangnya pengetahuan yang dimiliki.

3. Intervensi Keperawatan

Dalam membuat intervensi keperawatan, penulis mengacu pada masalah yang dialami oleh pasien sehingga kesembuhan pasien terhambat. Hal ini penulis sempat intervensi sesuai dengan ketentuan pasien mulai dari prioritatas yang utama lalu ke yang kedua.

4. Implementasi

Pada tahap ini adalah melaksanakan rencana tindakan yang telah ditentukan dengan maksud agar kebutuhan pasien terpenuhi secara optimal. Penulis juga mengikutsertakan keluarga dalam melaksanakan asuhan keperawatan sehingga terjalin kerjasama berdasarkan saling percaya dan menghargai tindakan keperawatan yang dilakukan terhadap pasien.

5. Evaluasi

Pada tahap evaluasi ini, intervensi hanya tercapai pada diagnosa yang pertama dan yang kedua belum tercapai. Diagnosa yang pertama ini berhasil karena ia sudah merasakan hasilnya dan mau melakukannya. Tetapi pada diagnosa yang kedua tidak tercapai karena ia menganggap menggunakan walker di kanan sangat menganggu jalannya saat mau melakukan aktivias. Sehingga pada intervensi tersebut dilanjutkan lagi sampai pasien mau melakukannya dengan benar dengan cara memberi contoh yang nyata sesuai dengan kasusnya.

BAB V

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Fraktur dan dislokasi merupakan sesuatu yang disebabkan oleh trauma. Apabila tidak dilakukan terapi secara benar maka dapat menyebabkan penyembuhannya mengalami komplikasi. Dalam hal ini pasien / klien mengalami fraktur terbuka dan dislokasi dimana hal ini terjadi sudah 2 tahun. Pasien / klien masih terdapat luka sebesar ( 1 cm dan mengalami dislokasi pada patelanya.

Dalam melakukan asuhan keperawatan, pasien / klien mau menerima rencana tindakan keperawatan yang sudah dibuat, sehingga ia mau melaksanakan apa yang sudah direncanakan. Pasien dapat melakukan tehnik perawatan luka dengan aseptic sehingga hal ini dapat menghindarkan resiko dari infeksi dimana sebelumnya ia belum mengetahui tindakan yang benar. Disamping itu pasien mau menerima saran dari orang lain terutama keluarganya sendiri.

B. SARAN

1. BAGI PASIEN

a. Sebaiknya pasien / klien terus menerapkan perawatan luka yang benar sehingga tidak terjadi infeksi yang terjadi pada 2 bulan yang lalu.

b. Sebaiknya pasien mau menerima saran dari orang lain khususnya keluarga demi kesembuhannya

2. BAGI PEMBACA

a. Diharapkan semua pembaca dapat melakukan perawatan pada luka secara aseptik

b. Diharapkan agar mahasiswa khususnya STIKES Surya Global dapat melakukan perawatan pada pasien home care dengan baik.

KATA PENGANTAR

Puji syukur dipanjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat, taufik, dan hidayah-Nya. Sehingga pembuatan Makalah ini dapat terselesaikan dengan baik. Makalah ini disusun guna memenuhi tugas NSP (Nursing Simulation Program) dalam mengisi liburan semester ganjil ini dengan judul Asuhan Keperawatan Pada Tn S Dengan Komplikasi Fraktur Tulang Terbuka .

Penulis mengakui dan sangat sadar bahwa makalah ini merupakan rangkuman dari berbagai tulisan atau buku dari berbagai pihak. Penulis menyadari bahwa makalah ini tidak akan terwujud tanpa dukungan, bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak, oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Bpk. Darmasta Maulana selaku dosen pembimbing NSP (Nursing Simulation Program) STIKES SURYA GLOBAL.

2. Teman-teman yang telah membantu saya dalam mencari sumber makalah ini dan

3. Semua pihak yang telah membantu dalam pembuatan makalah

Penulis berharap makalah ini akan memberikan manfaat, baik bagi penulis khususnya dan bagi pembaca umumnya. Namun demikian dengan penuh kesadaran penulis mengakui adanya keterbelakangan pada diri penulis menjadikan makalah ini jauh dari sempurna, untuk itu penulis menyampaikan maafsebesar-besarnya. Penulis juga mengaharapkan saran dan kritik guna menyempurnakan makalah ini

Yogyakarta, 10 Februari 2006

Penyusun

MAKALAH

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn S

DENGAN KOMPLIKASI FRAKTUR TERBUKA DAN DISLOKASI

Guna memenuhi Tugas NSP (Nursing Simulation Program)

Disusun Oleh :

MULYADI

04.03.0029

A / KP / V

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

SURYA GLOBAL

YOGYAKARTA

2006

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL

i

KATA PENGANTAR

ii

DAFTAR ISI

iii

BAB I PENDAHULUAN

1

C. Latar Belakang Masalah

1

D. Rumusan Masalah

1BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2

A. FRAKTUR

2

B. DISLOKASI

11BAB III TINJAUAN KASUS

13

A. IDENTITAS PASIEN

13

B. RIWAYAT KESEHATAN PASIEN

13C. POLA FUNGSI KESEHATAN

14BAB IV PEMBAHASAN

21

BAB V PENUTUP

23

DAFTAR PUSTAKAiii

PAGE 16