Fraktur Tibia Coy

52
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Saat ini, penyakit muskuloskletal telah menjadi masalah yang banyak dijumpai di pusat-pusat pelayanan kesehatan di seluruh dunia dan menjadi penyebab tingginya angka morbiditas dan mortalitas baik di negara maju maupun sedang berkembang. Di antara berbagai penyebab trauma, transfer energi tinggi dari kecelakaan lalu lintas dan terjatuh dari ketinggian adalah yang paling banyak ditemukan. Sebanyak 1,26 juta orang meninggal akibat kecelakaan lalu lintas di dunia selama tahun 2000 dan 30% kematian terjadi di Asia Tenggara. Penyebab paling umum trauma dan fraktur adalah kecelakaan lalu lintas, yaitu sebanyak 666 (51,66%) pasien, 30% terjadi akibat kecelakaan kerja/olahraga dan 18% akibat kekerasan rumah tangga. Fraktur adalah terputusnya kontinuitas struktur tulang. Fraktur dapat bersifat total ataupun parsial yang umumnya disebabkan oleh tekanan yang berlebihan, sering diikuti oleh 1

description

tibia

Transcript of Fraktur Tibia Coy

Page 1: Fraktur Tibia Coy

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Saat ini, penyakit muskuloskletal telah menjadi masalah yang banyak

dijumpai di pusat-pusat pelayanan kesehatan di seluruh dunia dan menjadi

penyebab tingginya angka morbiditas dan mortalitas baik di negara maju

maupun sedang berkembang. Di antara berbagai penyebab trauma, transfer

energi tinggi dari kecelakaan lalu lintas dan terjatuh dari ketinggian adalah

yang paling banyak ditemukan.

Sebanyak 1,26 juta orang meninggal akibat kecelakaan lalu lintas di

dunia selama tahun 2000 dan 30% kematian terjadi di Asia Tenggara.

Penyebab paling umum trauma dan fraktur adalah kecelakaan lalu lintas, yaitu

sebanyak 666 (51,66%) pasien, 30% terjadi akibat kecelakaan kerja/olahraga

dan 18% akibat kekerasan rumah tangga.

Fraktur adalah terputusnya kontinuitas struktur tulang. Fraktur

dapat bersifat total ataupun parsial yang umumnya disebabkan oleh tekanan

yang berlebihan, sering diikuti oleh kerusakan jaringan lunak dengan

berbagai macam derajat, mengenai pembuluh darah, otot dan persyarafan.

Fraktur dapat berupa retakan, patah, atau serpihan dari korteks, sering

patahan terjadi sempurna dan bagian tulang bergeser.

Fraktur ekstremitas bawah adalah terputusnya kontinuitas jaringan

tulang atau tulang rawan yang terjadi pada ekstremitas bawah, seperti pada

tulang tibia dan tulang fibula yang umumnya disebabkan oleh ruda paksa.

Fraktur tibia adalah hilangnya kontinuitas tulang, tulang rawan

sendi, tulang rawan efisis, baik yang bersifat total maupun yang parsial.

1

Page 2: Fraktur Tibia Coy

Fraktur tulang panjang yang paling sering terjadi adalah fraktur tibia. Pusat

nasional kesehatan di luar negeri melaporkan bahwa fraktur ini berjumlah

±77.000 orang dan ada di 569.000 rumah sakit tiap hari / tahunnya. Fraktur

tibia umumnya dikaitkan dengan fraktur tulang fibula, karena gaya

transmisikan sepanjang membran interoseus fibula. Kulit dan jaringan

subkutan sangat tipis pada bagian anterior dan medial dari tulang tibia dan

sebagai akibat dari hal ini, sejumlah besar fraktur tulang terbuka sering

terjadi.

2

Page 3: Fraktur Tibia Coy

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Fraktur

2.1.1 Definisi

Fraktur atau patah tulang adalah terputusnta kontinuitas jaringan tulang

dan atau tulang rawan yang umumnya disebabkan oleh ruda paksa. Trauma

yang menyebabkan fraktur dapat berupa trauma langsung, tekanan langsung

pada tulang dan terjadi fraktur pada daerah tekanan, dan trauma tidak langsung,

trauma dihantarkan ke daerah yang lebih jauh dari daerah fraktur. Akibat

trauma tergantung pada jenis trauma, kekuatan, arahnya dan umur penderita.

2.1.2 Penyebab Fraktur

Tulang bersifat relative rapuh namun cukup mempunyai kekuatan dan

gaya pegas untuk menahan tekanan. Fraktur dapat terjadi akibat :

1. Peristiwa Trauma

Sebagian besar fraktur disebabkan oleh kekuatan yang tiba tiba dan

berlebihan, yang dapat berupa pemukulan, penghancuran, penekukan,

pemuntiran, atau penarikan. Bila terkena kekuatan langsung, tulang dapat

patah pada tempat yang terkena, jaringan lunaknya juga pasti rusak. Bila

terkena kekuatan tak langsung tulang dapat mengalami fraktur pada tempat

yang jauh dari tempat yang terkena kekuatan itu, kerusakan jaringan lunak

ditempat fraktur mungkin tidak ada. Fraktur Kelelahan atau Tekanan

Keadaan ini paling sering ditemukan pada tibia atau fibula atau metatarsal,

terutama pada atlit, penari, dan calon tentara yang jalan berbaris dalam jarak

jauh

3

Page 4: Fraktur Tibia Coy

2. Fraktur Patologik

Fraktur dapat terjadi oleh tekanan yang normal kalau tulang itu lemah

(misalnya oleh tumor) atau kalu tulang itu sangat rapuh (misalnya pada

penyakit Paget)

Daya pemuntir meyebabkan fraktur spiral pada kedua tulang kaki dalam

tingkat yang berbeda, daya angulasi menimbulkan fraktur melintang atau oblik

pendek, biasanya pada tingkat yang sama. Pada cedera tak langsung, salah satu

dari fragmen tulang dapat menembus kulit, cedera langsung akan menembus

atau merobak kulit doatas fraktur. Kecelakaan sepeda motor adalah penyakit

yang paling sering.

2.1.3 Patofisiologi

Patofisiologi fraktur adalah jika tulang mengalami fraktur, maka

periosteum pembuluh di korteks, marrow dan jaringan di sekitarnya rusak.

Terjadi perdarahan dan kerusakan jaringan diujung tulang. Terbentuklah

hematoma di canal medulla. Pembuluh pembuluh kapiler dan jaringan ikat

tumbuh ke dalamnya, menyerap hematoma tersebut dan menggantikannya.

Jaringan ikat berisi sel sel tulang (osteoblast) yang bersal dari periosteum.

Sel ini menghasilkan endapan garam kalsium dalam jaringan ikat yang disebut

callus. Callus kemudian secara bertahap dibentuk menjadi profil tulang melalui

pengeluaran kelebihannya osteoclast yaitu sel yang melarutkan tulang. Pada

permulaan akan terjadi perdarahan disekitar patah tulang, yang disebabkan oleh

terputusnya pembuluh darah pada tulang dan periost, fase ini disebut fase

hematoma. Hematoma ini kemudian akan menjadi medium pertumbuhan sel

jaringa fibrosit ini kemudian juga tumbuh sel jaringan mesenkim yang besifat

osteogenic. Sel ini akan berubah menjadi sel kondroblast yang membentuk

kondroid yang merupakan bahan dasar tulang rawan. Kondroid dan osteoit ini

4

Page 5: Fraktur Tibia Coy

mula mula tidak mengandung kalsium hingga tidak terlihat pada foto rontgen.

Pada tahap selanjutnya terjadi penulangan atau ostifikasi. Semuanya ini

menyebabkan callus fibrosa berubah menjadi callus tulang.

2.1.4 Tanda dan Gejala

Adapun tanda gejala dari fraktur menurut Smeltzer dan Bare (2002)

antara lain:

Depormitas

Daya tarik kekuatan menyebakan fragmen tulang berpindah dari

tempatnya perubahan keseimbangan dan counter terjadi seperti :

1) Rotasi pemendekan tulang

2) Penekanan tulang

Bengkak

Edema muncul secara cepat dari lokasi dan ekstravaksasi darah dalam

jaringan yang berdekatan dengan fraktur.

Ekimosis dari perdarahan subcutaneous

Spasme otot, spasme involunter dekat fraktur

Tenderness

Nyeri mungkin disebabkan oleh spame otot berpindah tulang dari

tempatnya dan kerusakan struktur di daerah berdekatan

Kehilangan sensasi (mati rasa, mungkin terjadi dari rusaknya syaraf

atau perdarahan selanjutnya

Pergerakan abnormal

Shock hipovolemik hasil dari hilangnya darah

Krepitasi

5

Page 6: Fraktur Tibia Coy

2.1.5 Klasifikasi

1. Berdasarkan sifat fraktur (luka yang ditimbulkan)

a. Fraktur tertutup (closed), bila tidak terdapat hubungan antara fragmen

tulang dengan dunia luar.

b. Fraktur terbuka ( open/ compound), bila terdapat hubungan antara

fragmen tulang dengan dunia luar karena adanya perlukaan di kulit,

fraktur terbuka di bagi menjadi tiga derajat yaitu:

1) derajat 1

Luka kurang dari 1 cm

Kerusakan jaringan lunak sedikit tidak ada tanda luka

remuk

Fraktur sederhana, transversal, obliq atau kumulatif ringan

Kontaminasi ringan

2) derajat 2

Laserasi lebih dari 1 cm

Kerusakan jaringan lunak, tidak luas, avulse,

Fraktur komuniti sedang

3) derajat 3

Terjadi kerusakan jaringan lunak yang luas meliputi struktur

kulit, otot dan neurovaskuler serta kontaminasi derajat

tinggi.

3. Berdasarkan bentuk garis patah dan hubungannya dengan mekanisme, fraktur

terbagi menjadi:

a) Fraktur transversal: fraktur yang arah nya melintang pada tulang dan

merupakan akibat trauma angulasi atau langsung

b) Fraktur obliq: fraktur yang arah garis patah nya membentuk sudut

terhadap sumbu tulang dan merupakan akibat akibat trauma angulasi

6

Page 7: Fraktur Tibia Coy

c) Fraktur spiral: fraktur yang garis arahnya berbentuk spiral yang

disebabkan trauma rotasi

d) Fraktur kompresi : fraktur yang terjadi karena trauma aksial fleksi yang

mendorong tulang kearah permukaan lain.

e) Fraktur avulsi: fraktur yang diakibatkan karena terikan atau traksi otot

pada insersi nya tulang.

4. Berdasarkan jumlah garis patah

a) Fraktur kominutif: fraktur dimana garis patah lebih dari satu dan saling

berhubungan

b) Fraktur segmental : fraktur dimana garis patah lebih dari satu taoi

tidak berhubungan

c) Fraktur multiple: fraktur dimana garis lebih dari satu tapi tidak pada

tulang yang sama

5. Berdasarkan pergeseran fragmen tulang

a) Fraktur undisplaced (tidak bergeser) :garis patah lengkap tetapi

kedua fragmen tidak bergeser dan periostium masih utuh.

b) Fraktur displaced (bergeser) : terjadi pergeseran fragmen tulang yang

juga disebut lokasi fragmen, terbagi atas:

Dislokasi ad longitudinem cum contractionum ( pergeseran

searah sumbu dan overlapping)

Dislokasi ad axim (pergeseran yang membuka sudut)

Dislokasi ad latus ( pergeseran dimana kedua fragmen saling

menjauh).

6. berdasarkan posisi fraktur:

1/3 proksimal

1/3 medial

7

Page 8: Fraktur Tibia Coy

1/3 distal

7. fraktur kelelahan : fraktur akibat tekanan yang berulang- ulang

8. fraktur patologis : fraktur yang diakibatkan karena proses patologis tulang.

Pada fraktur tertutup ada klasifikasi tersendiri yang berdasarkan keadaan

jaringan lunak sekitar trauma, yaitu:

Tingkat 0: fraktur biasa dengan sedikit atau tanpa cedera jaringan

lunak sekitarnya

Tingkat 1: fraktur dengan abrasi dangkal atau memar kulit dan

jaringan subkutan .

Tingkat 2: fraktur yang lebih berat dengan kontusio jaringan lunak

bagian dalam dan pembengkakan

Tingkat 3: cedera berat dengan kerusakan jaringan lunak yang nyata

dan ancaman sindroma kompartemen.

2.1.6. Pemeriksaan diagnostik

Pemeriksaan diagnostic pada pasien fraktur adalah sebagai berikut:

a) Pemeriksaan rontgent: menentukan lokasi / luas nya fraktur/ luasnya

trauma

b) Scan tulang CT scan : memperlihatkan fraktur dan untuk

mengidentifikasi jaringan lunak

c) Hitung darah lengkap: Hb menurun/ meningkat

d) Peningkatan jumlah sel darah putih adalah respon stress normal setelah

trauma

e) Kreatinin: trauma otot meningkatkan beban kreatinin untuk ginjal

f) Profil koagulasi: perubahan dapat terjadi pada kehilangan pada darah ,

transfuse multiple, atau cedera

8

Page 9: Fraktur Tibia Coy

2.1.7. komplikasi

a) Komplikasi segera ( immediate): komplikasi yang terjadi segera

setelah fraktur antara lain syok neurogenik, kerusakan organ,

kerusakan syaraf, injury atau perlukaan kulit.

b) Early Complication : dapat terjadi seperti osteomeilitis, emboli,

nekrosis, dan syndrome compartemen.

c) Late complication : sedangkan komplikasi lanjut yang dapat terjadi

anatara lain stiffnes (kaku sendi), degerasi sendi, penyembuhan tulang

terganggu (malunion).

2.2 Fraktur Tibia

2.2.1. anatomi

Pengetahuan mengenai topografi dan struktur anatomi dari tungkai bawah

merupakan hal yang sangat di butuhkan untuk rencana operasi atau

penatalaksanaan pada ekstremitas.

Tungkai bawah terdiri atas 3 kompartemen:

A. Kompartemen Anterior

Terdapat 4 otot utama dari komprtemen anterior:

Musculus Tibialis anterior

9

Page 10: Fraktur Tibia Coy

Musculus Extensor digitorium longus

Musculus Extensor digitorium brevis

Musculus Fibularis (peroneus tertius)

Kompartemen ini berfungsi sebagai dorsofleksor sendi pergelangan

kaki dan jari-jari kaki. Arteri tibialis anterior mendarahi struktur-struktur

dalam compartinumentum anterius. Arteri tibialis anterior dan nervus peroneal

masuk kedalam otot dan normalnya terlindungi dari cedera. Cabang arteri

terminal arteri poplitea lebih kecil, arteri ini akan berakhir di sendi

pergelangan kaki, pertengahan antara kedua maleolus dengan beralih menjadi

arteria dosrsalis pedis.

B. Kompartemen Lateral

Kompartemen lateral terdiri dari 2 otot, perineos Brevis dan perineos

longus yang berfungsi untuk plantar fleksor dan evertor dari kai. Otot tersebut

berinsersi dari bagian proksimal dan tengah dari fibula maka fibula akan

terlindungi dari trauma langung. Nervus peroneal berjalan di antara musculus

peroneal dan extensor digitorum longus.

C. Kompartemen posterior

1. Superficial posterior compartement

Terdiri dari musculus gastrocnemius ( gerak articulation genu dan juga

pada sendi pergelangan kaki), soleus ( dibagi 1/3 distal), popliteus (plantar

10

Page 11: Fraktur Tibia Coy

flexi) dan plantaris ( tidak ada fungsi yang signifikan). Kompartemnt ini

pentinguntuk plantar flexi.

2. Deep posterior compartment

Kelompok otot pada kompartement ini adalah musculus popliteus, flexor

hallucis longus, flexor digitorum longus, tibialis posterior. Mempunyai 2 arteri

besar, arteri peroneal dan tibialis posterior.

Os tibia merupakan os longum yang terletak di sisi medial region cruris.

Ini merupakan tulang terpanjang kedua setelah os femur. Tulang ini terbentang

ke proksimal untuk membentuk articulation genu dan k distal terlihat semakin

mengecil.

11

Page 12: Fraktur Tibia Coy

Tibia merupakan tulang medial tungkai bawah yang besar dan berfungsi

menyangga berat badan. Tibia bersendi di atas dengan condylus femoris dan

caput fibulae, dibawah dengan talus dan ujung distal fibula. Tibia mempunyai

ujung atas yang melebar dan ujung bawah yang lebih kecil, serta sebuah corpus.

Pada ujung atas terdapat condyli lateralis dan medialis (kadang-kadang disebut

plateau tibia lateral dan medial), yang bersendi dengan condyli lateralis dan

medialis femoralis, dan dipisahkan oleh menisci laterali dan medialis.

Permukaan atas facies articulares condylorum tibiae terdiri atas area

intercondylus.

Pada aspek lateral condylus lateralis terdapat facies articularis fibularis

circularis yang kecil, dan bersendi dengan caput fibulae pada aspek posterior

condylus medialis terdapat insertio m. semi membranosus.

12

Page 13: Fraktur Tibia Coy

Corpus tibiae berbentuk segitiga pada potongan melintangnya, dan

mempunyai tiga margines dan tiga facies. Margines anterior dan medial, serta

facies medialis diantaranya terletak subkutan. Margo anterior menonjol dan

membentuk tulang kering. Pada pertemuan antara margo anterior dan ujung

atas tibia terdapat tuberositas, yang merupakan tempat lekat ligamentum

pattelae. Margo anterior di bawah membulat, dan melanjutkan diri sebagai

malleolus medialis. Margo lateral atau margo interosseus memberikan tempat

perlekatan untuk membrane interossea. Facies posterior dan corpus tibia

menunjukan linea oblique, yang disebut linea musculi solei, untuk tempatnya

musculus soleus.

Ujung bawah tibia sedikit melebar dan pada aspek inferiornya terdapat

permukaan sendi berbentuk pelana untuk os.talus, ujung memanjang bawah

memanjang ke bawah dan medial untuk membentuk malleolus medialis. Facies

lateralis dari malleolus medialis bersendi dengan talus. Pada facies lateral ujung

bawah tibia terdapat lekukan yang lebar dan kasar untuk bersendi dengan

fibula. Musculi dan liganmenta penting yang melekat pada tibia.

2.2.2 insiden

Tender untuk terjadinya fraktur tibia terdapat pada pasien-pasien usia

lanjut yang terjatuh, dan pada populasi ini sering ditemukan fraktur tipe III,

fraktur terbuka dengan fracture kominutif . pada pasien-pasien usia muda,

mekanisme trauma yang paling sering adalah kecelakaan kendaraan bermotor.

Fraktur lebih sering terjadi pada orang laki-laki daripada perempuan dengan

umur dibawah 45 tahun dan sering berhubungan dengan olahraga, pekerjaan

atau kecelakaan,sedangkan pada usia lanjut prevalensi cenderung lebih banyak

terjadi pada wanita berhubungan dengan adanya osteoporosis yang terkait

dengan perubahan hormone.

13

Page 14: Fraktur Tibia Coy

Di Amerika Serikat, insiden tahunan fraktur terbuka tulang panjang

diperkirakan 11 per 100.000 orang dengan 40% terjadi di ekstremitas bawah.

Fraktur ekstremitas bawah yang paling umum terjadi pada diafisis tibia.

2.2.3 Etiologi

Fraktur traumatic dapat terjadi karena trauma yang tiba-tiba.

Fraktur stress terjadi karena adanya trauma yang terus menerus pada

suatu tempat yang tertentu.

Fraktur patologis pula terjadi karena kelemahan tulang sebelumnya

akibat kelainan patologis di dalam tulang. Patologis dapat terjadi

secara spontan atau akibat trauma ringan.

2.2.4. Patofisiologi

Jika satu tulang patah, jaringan lunak sekitarnya juga rusak,

periosteum terpisah dari tulang, dan terjadi perdarahan yang cukup berat,

bekuan darah terbentuk pada daerah tersebut. Bekuan akan membentuk

jaringan granulasi disadalamnya dengan sel-sel pembentuk tulang primitive

(osteogenik) berdiferensiasi menjadi chondroblast dan osteoblast.

Chondroblast akan mensekresi fosfat, yang merangsang deposisi kalsium.

Terbentuk lapisan tebal ( callus) disekitar lokasi fraktur. Lapisan ini terus

menebal dan meluas, bertemu dengan lapisan callus dari fragmen satunya,

dan menyatu. Penyatuan dari kedua fragmen ( penyembuhan fraktur) terus

berlanjut dengan terbentuknya trabekula dan osteoblast yang melekat pada

tulang dan meluas menyebrang lokasi fraktur.

Penyatuan tulang profisonal ini akan menjalan transformasi

metaplastik untuk menjadi lebih kuat dan lebih terorganisasi. Callus tulang

akan mengalami remodeling untuk mengambil bentuk tulang yang utuh

seperti bentuk osteoblast tulang baru dan osteoblast akan menyingkirkan

bagian yang rusak dan tulang sementara.

14

Page 15: Fraktur Tibia Coy

2.2.5. mekanisme cedera

Ada 5 penyebab tersering ang menyebabkan fraktur pada bagian batang

dari tibia, yaitu jatuh, cedera olahraga, trauma langsung, kecelkaan lalu lintas

dan tembekan senjata.

Cedera yang sering terjadi akibat dari cedera torsional atau terpuntir,

biasanya pada pemain skiyaitu dengan trauma berenergi rendah dimana

bertumpu pada kaki dan badannya terputar dan terfiksi pada tumpuan tersebut,

biasanya dari pemeriksaan radiologinya menunjukan hasil fraktur

spiral,derajatnya tergantung dari energi dari trauma tersebut. Pada anak-anak

juga sering terdapat cedera pemuntiran dapat menyebabkan fraktur spiral pada

tibia tanpa fraktur fibula

Fraktur dengan tibia isolated atau fibula yang intak sering pada

pemain sepak bola, mekanisme traumanya adalah dengan cedera dengan

kecepatan rendah akibat dari rotasi paka dari tibia yang akan menyebabkan

OTA tipe A1 di 1/3 distal tulang tibia atau trauma langsung di ‘tackle’ saat

bermain. Pada usia berapa saja cedera langsung, misalnya akibat tendangan,

dapat menyebabkan fraktur melintang (transversal) atau fraktur yang sedikit

oblik pada tibia saja, di tempat yang terkena.

Cedera berat pada tulang dan jaringan lunak biasanya akibat dari

cedera langsung yang terfokus pada satu area dengan energi yang besar, seperti

pada tergilas oleh mesin industri dan pukulan dengan menggunakan kayu atau

tongkat baseball.

Fraktur fibula yang berhubungan dengan fraktur tibia dapat

memperlihatkan derajat trauma pada pada jaringan lunak dan energi yang

menyebabkan fraktur pada bagian itu.

2.2.6. Klasifikasi Fraktur Tibia

15

Page 16: Fraktur Tibia Coy

Fraktur tibia dapat terjadi pada bagian proksimal (kondiler), diafisis

atau persendian pergelangan kaki.

Variabel penting pada fraktur dalam mengklasifikasikan fraktur tibia adalah

Lokasi anatomi

Pola fraktur atau pola garis fraktur

Bersamaan dengan cedera fibula

Posisi dan jumlah fragmen

Kerusakan jaringan lunak yang luas

1. Fraktur Kondiler Tibia

Mekanisme trauma

Fraktur kondiler tibia lebih sering mengenai kondiler lateralis

daripada medialis serta fraktur kedua kondiler. Banyak fraktur kondiler

tibia terjadi akibat kecelakaan antara mobil dan pejalan kaki di mana

bemper mobil menabrak kaki bagial lateral dengan gaya kearah medial

(valgus). Ini menghasilkan fraktur depresi atau fraktur split dari kondiler

lateralis tibia apabila kondiler femur didorong kearah tersebut. Kondiler

medial memiliki kekuatan yang lebih besar, jadi fraktur pada daerah ini

biasanya terjadi akibat gaya dengan tenaga yang lebih besar (varus).

Jatuh dari ketinggian akan menimbulkan kompresi aksial

sehingga bisa menyebabkan fraktur pada proksimal tibia. Pada golongan

lanjut usia, pasien dengan osteoporosis lebih mudah terkena fraktur

kondiler tibia berbanding robekan ligamen atau meniscus setelah cedera

keseleo di lutut. Eminentia intrakondiler dapat fraktur bersama robekan

ligamen krusiatum sebagai akibat hiperekstensi atau gaya memutar.

Klasifikasi

Klasifikasi yang sering dan meluas dipakai sekarang adalah klasifikasi

Schatzker.

16

Page 17: Fraktur Tibia Coy

I : Fraktur split kondiler lateral

II : Fraktur split/depresi lateral

III: Depresi kondiler lateral

IV: Fraktur split kondiler medial

V : Fraktur bikondiler

VI: Fraktur kominutif

Tipe IV-VI biasanya terjadi akibat trauma dengan tekanan yang kuat.

Fraktur tidak bergeser apabila depresi kurang dari 4 mm, sedangkan yang

bergeser apabila depresi melebihi 4 mm.

Gambar 5. Klasifikasi Fraktur Kondiler Tibia menurut Schatzker

17

Page 18: Fraktur Tibia Coy

Gambar 6. Klasifikasi Fraktur Kondiler

Gambaran Klinis

Pada anamnesis terdapat riwayat trauma pada lutut, pembengkakan dan

nyeri serta hemartrosis.Terdapat gangguan dalam pergerakan sendi lutut.

Biasanya pasien tidak dapat menahan beban. Sewaktu pemeriksaan, mereka

merasakan nyeri pada proksimal tibia dan gerakan flesi dan ekstensi yang

terbatas.Dokter perlu menentukan adanya penyebab cedera itu akibat tenaga

yang kuat atau lemah karena cedera neovaskular, ligamen sindroma

kompartmen lebih sering terjadi pada cedera akibat tenaga kuat. Pulsasi distal

dan fungsi saraf peroneal perlu diperiksa. Kulit perlu diperiksa secara seksama

untuk mencari tanda-tanda abrasi atau laserasi yang dapat menjadi tanda fraktur

terbuka.

Penilaian stabilitas lutut adalah penting dalam mengevaluasi kondiler

tibia. Aspirasi dari hemartrosis pada lutut dan anestasi lokal mungkin

diperlukan untuk pemeriksaan yang akurat. Jika dibandingkan dengan bagian

yang tidak cedera, pelebaran sudut sendi pada lutut yang stabil mestilah tidak

lebih dari 10o dengan stress varus atau valgus pada mana-mana titik dalam aksis

gerakan dari ekstensi penuh hingga fleksi 90o. Integritas ligamen crusiatum

anterior perlu dinilai melalui tes Lachman.

Fraktur kondiler sering disertai cedera jaringan lunak disekeliling

lutut.Robekan ligamen kollateral medial dan meniscus medial sering menyertai

fraktur kondiler lateral. Fraktur kondiler medial disertai robekan ligamen

kollateral lateral dan meniscus medial. Ligamen crusiatum anterior dapat cedera

pada fraktur salah satu kondiler.Fraktur kondiler tibia, terutama Klasifikasi

fraktur

Klasifikasi dari fraktur diafisis tibia bermanfaat untuk kepentingan para dokter

yang menggunakannya untuk memperkirakan kemungkinan penyembuhan dari

fraktur dalam menjalankan penatalaksanaannya.

18

Page 19: Fraktur Tibia Coy

Klasifikasi OTA

Orthopaedic Trauma Association (OTA) membagi fraktur diafisis tibia

berdasarkan pemeriksaan radiografi, terbagi 3 grup, yaitu: simple, wedge dan

kompleks. Masing–masing grup terbagi lagi menjadi 3 yaitu:

A. Tipe simple

B. Tipe wedge

C. Tipe kompleks

yang ekstensi frakturnya sampai ke diafisis, dapat meyebabkan kepada

sindroma kompartmen akut akibat perdarahan dan edema.

2. Fraktur Diafisis Tibia

Mekanisme trauma

Seperti fraktur pada umumnya, fraktur pada diafisis bisa di

klasifikasikan dengan berbagai cara, secara tradisional pada dokter bedah

biasanya membagi berdasarkan jenis fraktur, terbuka atau fraktur tertutup

dan berdasarkan lokasi, bagian atas, tengah atau 1/3 bawah dari tulang.

Dokter bedah lain berpendapat bahwa prognosis dari fraktur tersebut tergantung

dari keterlibatan fibula, atau dari pergeseran yang terlihat dari foto radiologi

anteroposterior dan lateral. akhir – akhir ini banyak yang mengklasifikasikan

fraktur berdasarkan derajat kerusakan jaringan lunak dan morfologi dari fraktur.

Fraktur diafisis tibia terjadi karena adanya trauma angulasi yang akan

menimbulkan fraktur tipe transversal atau oblik pendek, sedangkan trauma

rotasi akan menimbulkan fraktur tipe spiral. Fraktur tibia biasanya terjadi pada

batas antara 1/3 bagian tengah dan 1/3 bagian distal. Tungkai bawah bagian

depan sangat sedikit ditutupi otot sehingga fraktur pada daerah tibia sering

bersifat terbuka. Penyebab utama terjadinya fraktur adalah kecelakaan lalu

lintas.

19

Page 20: Fraktur Tibia Coy

Gambar 7. Fraktur diafisis tibia

OTA Tipe A OTA Tipe B

20

Page 21: Fraktur Tibia Coy

OTA Tipe C

21

Page 22: Fraktur Tibia Coy

Gambar 8. Klasifikasi Fraktur Diafisis menurut OTA

Group A1 Spiral fractures

A1.1 Intact fibula

A1.2 Tibia and fibula fractures at diff. level

A1.3 Tibia and fibula fractures at same level

Group A2 Oblique >30 degrees

A2.1 Intact fibula

22

Page 23: Fraktur Tibia Coy

A2.2 Tibia and fibula fractures at diff. level

A2.3 Tibia and fibula fractures at same level

Group A3 Transverse <30 degrees

A3.1 Intact fibula

A3.2 Tibia and fibula fractures at diff. level

A3.3 Tibia and fibula fractures at same level

Group B1 Intact spiral wedges fractures

B1.1 Intact fibula

B1.2 Tibia and fibula fractures at diff. level

B1.3 Tibia and fibula fractures at same level

Group B2 Wedges bending fractures

B2.1 Intact fibula

B2.2 Tibia and fibula fractures at diff. level

B2.3 Tibia and fibula fractures at same level

Group B3 Comminuted wedges fracture

B3.1 Intact fibula

B3.2 Tibia and fibula fractures at diff. level

23

Page 24: Fraktur Tibia Coy

B3.3 Tibia and fibula fractures at same level

Group C1 Spiral wedges fractures

C1.1 Two intermediate fragments

C1.2 Three intermediate fragments

C1.3 More than three intermediate fragments

Group C2 Segmental fracture

C2.1 One segmental

C2.2 Segmental fragment and additional wedges

fragment

C2.3 Two segmental fragment

Group C3 Comminuted fracture

C3.1 Two or three intermediate fragments

C3.2 Limited comminution

C3.3 Extensive comminution

Gambaran klinis

Ditemukan gejala fraktur berupa pembengkakan, nyeri dan sering

ditemukan deformitas misalnya penonjolan tulang keluar kulit. Sindroma

kompartemen bisa muncul di awal cedera maupun kemudian. Sehingga perlu

pemeriksaan serial dan perhatian pada ekstremitas yang mengalami cidera.

24

Page 25: Fraktur Tibia Coy

Sindroma kompartemen terdiri dari: pain, pallor, paralysis, paresthesia,

pulselessness.

Pemeriksaan radiologis

Foto rontgen harus mencakup bagian distal dari femur dan

ankle.Dengan pemeriksaan radiologis, dapat ditentukan lokalisasi fraktur, jenis

fraktur, sama ada transversal, spiral oblik atau rotasi/angulasi. Dapat ditentukan

apakah fraktur pada tibia dan fibula atau tibia saja atau fibula saja.Juga dapat

ditentukan apakah fraktur bersifat segmental.Foto yang digunakan adalah foto

polos AP dan lateral.CT tidak diperlukan.

Pengobatan

Tindakan pengobatan selalu harus mempertimbangkan pengobatan

konservatif dengan pemakaian gips sirkuler di atas lutut dengan sedikit fleksi.

Operasi dilakukan apabila ada indikasi seperti fraktur terbuka, malunion atau

nonunion yang sangat jarang ditemukan.

1. Konservatif

Pengobatan standar dengan cara konservatif berupa reduksi fraktur dengan

manipulasi tertutup dengan pembiusan umum. Pemasangan gips sirkuler untuk

immobilisasi, dipasang sampai diatas lutut.

Prinsip reposisi adalah fraktur tertutup, ada kontak 70% atau lebih, tidak ada

angulasi dan tidak ada rotasi. Apabila ada angulasi, dapat dilakukan koreksi

setelah 3 minggu (union secara fibrosa). Pada fraktur oblik atau spiral, imobilisasi

dengan gips biasanya sulit dipertahankan, sehingga mungkin diperlukan tindakan

operasi.

Cast bracing adalah teknik pemasangan gips sirkuler dengan tumpuan pada

tendo patella (gips Sarmiento) yang biasanya dipergunakan setelah

pembengkakan mereda atau terjadi union secara fibrosa.

25

Page 26: Fraktur Tibia Coy

2. Operatif

Terapi operatif dilakukan pada fraktur terbuka, kegagalan dalam terapi

konservatif, fraktur tidak stabil dan adanya nonunion. Metode pengobatan operatif

adalah sama ada pemasangan plate dan screw, atau nail intrameduler, atau

pemasangan screw semata-mata atau pemasangan fiksasi eksterna.

Indikasi pemasangan fiksasi eksterna pada fraktur tibia:

Fraktur tibia terbuka grade II dan III terutama apabila terdapat kerusakan

jaringan yang hebat atau hilangnya fragmen tulang

Pseudoartrosis yang mengalami infeksi (infected pseudoarthrosis)

Komplikasi

Di antara komplikasi yang dapat terjadi pada fraktur diafisis tibia adalah

infeksi, delayed union atau nonunion, malunion, kerusakan pembuluh darah

(sindroma kompartmen anterior), trauma saraf terutama pada nervus peroneal

komunis dan gangguan pergerakan sendi pergelangan kaki. Gangguan pergerakan

sendi ini biasanya disebabkan adanya adhesi pada otot-otot tungkai bawah.

3. Fraktur Distal Tibia

Pergelangan kaki merupakan sendi yang kompleks dan penopang badan

dimana talus duduk dan dilindungi oleh maleolus lateralis dan medialis yang diikat

dengan ligamen.Dahulu, fraktur disekitar pergelangan kaki disebut fraktur Pott.

Mekanisme trauma

Fraktur maleolus dengan atau tanpa subluksasi dari talus, dapat terjadi dalam

beberapa macam trauma.

1. Trauma abduksi

Trauma abduksi akan menimbulkan fraktur pada maleolus lateralis yang bersifat

oblik, fraktur pada maleolus medialis bersifat avulsi atau robekan pada ligamen

bagian medial.

26

Page 27: Fraktur Tibia Coy

2. Trauma adduksi

Trauma adduksi akan menimbulkan fraktur maleolus medialis yang bersifat oblik

atau avulsi maleolus lateralis atau keduanya. Trauma adduksi juga bisa hanya

menyebabkan strain atau robekan pada ligamen lateral, tergantung dari beratnya

trauma.

3. Trauma rotasi eksterna

Trauma rotasi eksterna biasanya disertai dengan trauma abduksi dan terjadi

fraktur pada fibula di atas sindesmosis yang disertai dengan robekan ligamen

medial atau fraktur avulsi pada maleolus medialis. Apabila trauma lebih hebat

dapat disertai dengan dislokasi talus.

4. Trauma kompresi vertikal

Pada kompresi vertikal dapat terjadi fraktur tibia distal bagian depan disertai

dengan dislokasi talus ke depan atau terjadi fraktur kominutif disertai dengan

robekan diastesis.

Klasifikasi

Lauge-Hansen(1950) mengklasifikasikan menurut patogenesis terjadinya

pergeseran dari fraktur, yang merupakan pedoman penting untuk tindakan

pengobatan atau manipulasi yang dilakukan. Klasifikasi lain yang lebih sederhana,

menurut Danis & Weber (1991), dimana fibula merupakan tulang yang penting dalam

stabilitas dari kedudukan sendi berdasarkan atas lokalisasi fraktur terhadap

sindesmosis tibiofibular.

27

Page 28: Fraktur Tibia Coy

Gambar 9. Mekanisme trauma pada fraktur maleolus

Klasifikasi terdiri atas :

• Tipe A; fraktur maleolus di bawah sindesmosis

• Tipe B; fraktur maleolus lateralis yang bersifat oblik disertai avulsi maleolus

medialis dimana sering disertai dengan robekan dari ligamen tibiofibular bagian

depan

• Tipe C; fraktur fibula di atas sindesmosis dan atau disertai avulsi dari tibia disertai

fraktur atau robekan pada maleolus medialis. Pada tipe C terjadi robekan pada

sindesmosis. Jenis tipe C ini juga dikenal sebagai fraktur Duouytren.

Klasifikasi ini penting artinya dalam tindakan pengobatan oleh karena selain

fraktur juga perlu dilakukan tindakan pada ligamen.

28

Page 29: Fraktur Tibia Coy

Gambar 10. Klasifikasi menurut Danis-Weber

Gambar 11. Klasifikasi Fraktur Distal Tibia

Gambaran klinis

Ditemukan adanya pembengkakan pada pergelangan kaki, kebiruaan atau

deformitas. Yang penting diperhatikan adalah lokalisasi dari nyeri tekan apakah pada

daerah tulang atau pada ligamen.

2.2.7 Penatalaksanaan

Penatalaksanaan Awal

Sebelum dilakukan pengobatan definitif pada satu fraktur, maka diperlukan :

29

Page 30: Fraktur Tibia Coy

- Pertolongan pertama

Pada penderita dengan fraktur yang penting dilakukan adalah membersihkan

jalan nafas, menutup luka dengan verban yang bersih dan imobilisasi fraktur

pada anggota gerak yang terkena agar penderita merasa nyaman dan

mengurangi nyeri sebelum diangkut dengan ambulans.

- Penilaian klinis

Sebelum menilai fraktur itu sendiri, perlu dilakukan penilaian klinis, apakah

luka itu tembus tulang, adakah trauma pembuluh darah/saraf ataukah ada

trauma alat-alat dalam yang lain.

- Resusitasi

Kebanyakan penderita dengan fraktur multipel tiba di rumah sakit dengan syok,

sehingga diperlukan resusitasi sebelum diberikan terapi pada frakturnya sendiri

berupa pemberian transfusi darah dan cairan lainnya serta obat-obat anti nyeri.

Sebelum mengambil keputusan untuk melakukan pengobatan definitive, prinsip

pengobatan ada empat (4R), yaitu :

1. Recognition (Diagnosis dan Penilaian Fraktur)

Prinsip pertama adalah mengetahui dan menilai keadaan fraktur dengan

anamnesis, pemeriksaan klinik dan radiologis. Pada awal pengobatan perlu

diperhatikan :

- Lokalisasi fraktur

- Bentuk fraktur

- Menentukan teknik yang sesuai untuk pengobatan

- Komplikasi yang mungkin terjadi selama dan sesudah pengobatan

2. Reduction (Reduksi fraktur apabila perlu)

Restorasi fragmen fraktur dilakukan untuk mendapatkan posisi yang dapat

diterima. Pada fraktur intra-artikuler diperlukan reduksi anatomis dan sedapat

30

Page 31: Fraktur Tibia Coy

mungkin mengembalikan fungsi normal dan mencegah komplikasi seperti

kekakuan, deformitas serta perubahan osteoarthritis di kemudian hari.

Posisi yang baik adalah :

- Alignment yang sempurna

- Aposisi yang sempurna

3. Retention

Imobilisasi fraktur

4. Rehabilitation

Mengembalikan aktifitas fungsional semaksimal mungkin.

Penatalaksanaan pada fraktur tibia tergantung pada:

- Lokasi fraktur

- Displacement (pergeseran)

- Alignment

- Assosiated injury

- Kondisi jaringan lunak sekitarnya

1. Terapi tertutup

Dilakukan pada trauma dengan energi rendah, displace yang minimal, fraktur

tibia yang isolated dapat digunakan ‘long leg cast’ dan progressive weight bearing.

Cast ini dipasang dengan posisi lutut flexi 00 - 50dan mobilisasi weight bearing

secepatnya. Pasien dengan isolated injury biasanya dirawat inap 2-5 hari untuk untuk

manajemen nyerinya lalu dilanjutkan dengan berjalan menggunakan tongkat sampai

akhirnya full weight bearing pada 2-4 minggu.

31

Page 32: Fraktur Tibia Coy

Terapi dengan bearing cast ini dikontraindikasikan pada fraktur dengan

deformitas berupa shortening dan adanya angulasi, dan angulasinya bertambah

setelah di cast.

2. Reduksi tertutup

Untuk terapi fraktur tibia dengan sedikit atau tanpa pergeseran dapat

dilakukan reduksi tertutup dibawah analgetik atau anastesi. Posisi pasien di meja

operasi dengan kaki tergantung dengan lutut fleksi untuk merelaksasikan otot

gastrocnemius dan soleus dan dapat di traksi dengan gravitasi. Setelah itu kaki

dibersihkan untuk mencegah selulitis lalu dipasang cast.

Setelah cast terpasang, dilakukan xray, bila pergseran fraktur minimal, tidak

ada penyulit pasien diperbolehkan pulang. Pasien dilatih untuk program quadriceps

isometric dan pasien diberitahu cara untuk non weight bearing program dan

dianjurkan untuk check-up 2-4 hari kemudian.

Pada low energy fraktur lebih baik dilanjutkan dengan weight bearing yang

lebih awal, pasien diinstruksikan dengan quadriceps isometrics dan kaki diluruskan

ke atas selama minggu awal.

32

Page 33: Fraktur Tibia Coy

3. Fiksasi external

Fiksasi external digunakan untuk fraktur terbuka tetapi ada juga yang

mengajurkan untuk fraktur tertutup.Fiksasi internal ini menggunakan titanium atau

stainlees stail. Peran dari external fiksasi ini telah berkembang bukan hanya

digunakan untuk terapi subakut pada fraktur dengan bone loss tetapi hasil yang baik

juga terhadap nonunion fracture, infected nonunion.

External fiksasi di indikasikan pada fraktur tertutup yang tertutup dan fraktur

tertutup dengan komplikasi oleh kompartemen sindrom dan kegagalan sensasi. Telah

dilaporkan dari 250 orang pasien dengan fraktur terbuka dan tertutup dapat ditangani

dengan menggunakan fiksasi eksterna dilanjutkan dengan 3-6 minggu weight bearing

dengan long leg cast.

Rehabilitasi:

Untuk fraktur yang stabil 6 minggu pertama, partial weight bearing

menggunakan tongkat, 10 – 15 kg.tetap lakukan exercise dari sendi- sendinya.

Selama 6 minggu -3 bulan apabila stabil dan membaik secara kinis dan radiologi

maka weight bearingnya dapat ditambahkan sesuai toleransinya.

33

Page 34: Fraktur Tibia Coy

4. Fiksasi internal

a. Plat dan screw

Diindikasikan untuk fraktur dengan displace dari intraartikular fraktur dan

fraktur dari metafisis juction dari pergelangan kaki dan tungkai bawah. Malunion

dan nonunion juga merupakan indikasi lain.

Telah dilaporkan 97% fraktur tibia yang tertutup dengan plat mengalami

perbaikan, untuk komplikasi infeksinya kurang dari 1%.

b. Intramedulary nailing

Metode terapi alternatif lain pada fraktur shaft tibia tertutup adalah

dengan intramedullary nailing dan bagian teratas tibia.

34

Page 35: Fraktur Tibia Coy

Rehabilitasi:

Menggunakan long leg cast 0 – 6 minggu sampai fraktur union secara klinis.

Partial weight bearing 12 – 25kg pada awal dengan menggunakan tongkat. Range of

motion exercise. Pada minggu ke 6 – minggu ke 12 pada fraktur yang stabil latihan

dari otot gastrocnemius setelah itu dilanjutkan dengan full weight bearing.

2.2.8 Prognosis

Prognosis dari fraktur tibia untuk kehidupan adalah bonam. Pada sisi fungsi

dari kaki yang cedera, kebanyakan pasien kembali ke perfoma semula,namun hal

ini sangat tergantung dari gambaran frakturnya, macam terapi yang dipilih, dan

bagaimana respon tubuh terhadap pengobatan.

35

Page 36: Fraktur Tibia Coy

BAB III

KESIMPULAN

Fraktur tulang panjang yang paling sering terjadi adalah fraktur pada

tibia.Pada fraktur tibia, dapat terjadi fraktur pada bagian kondiler, diafisis dan

pergelangan kaki. Fraktur pada tibia termasuk luka kompleks, sehingga tentunya

penanganannya juga tidak sederhana.Sebagai dokter umum, anamnesis dan

pemeriksaan fisik yang lengkap diperlukan jika terjadi fraktur. Selain itu,

pemeriksaan radiologis juga penting. Penatalaksanaan dari fraktur tergantung dari

kondisi frakturnya, bisa dengan operatif maupun non operatif.

36

Page 37: Fraktur Tibia Coy

DAFTAR PUSAKA

1. Apley, A Graham. Buku Ajar Orthopedi dan Fraktur, Edisi 7. 1995. Jakarta: Widya

Medika

2. Kahlon I. A., Hanif A. & Awais S. M., 2004, Analysis of emergency care of

trauma patients with references to the type of injuries, treatment and cost,

Departement of Orthopedics, General Hospital, Lahore, ANNALS Volume 16,

No.1, Jan-Mar, 2010

3. Moore, Keith L. Anatomi Klinis Dasar. 2002. Jakarta: Hipokrates

4. Prof. Chaerudin Rasjad MD, PhD. Pengantar Ilmu Bedah Ortopedi. Edisi Kedua.

Jakarta.

5. Rockwood,Green. Fractures in Adults. Vol2. Edisi keempat. United States.

Lippincott Raven,

6. Sjamsuhidajat R,  Jong W. 2004. Buku Ajar Ilmu Bedah Edisi II. Jakarta: EGC

7. Roshan A., Ram S., 2008. The neglected femoral neck fracture in young and

adult : Review of a challenging problem (review), Clinical Medicine & Research

Volume 6, Number 1:33-39, Available from: clinmedres.org [Accessed: 2012, 26

Sept 2012]

8. Skinner, Harry B. 2006. Current Diagnosis & Treatment In Orthopedics. USA:

The McGraw-Hill Companies

37

Page 38: Fraktur Tibia Coy

38