Fraktur Tibia

42
1 BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar belakang Sebanyak 1,26 juta orang meninggal akibat kecelakaan lalu lintas di dunia selama tahun 2000 dan 30% kematian terjadi di Asia Tenggara. Penyebab paling umum trauma dan fraktur adalah kecelakaan lalu lintas, yaitu sebanyak 666 (51,66%) pasien, 30% terjadi akibat kecelakaan kerja/olahraga dan 18% akibat kekerasan rumah tangga (Kahlon, Hanif & Awais, 2004). Salah satu insiden kecelakaan yang memiliki prevalensi cukup tinggi adalah insiden fraktur ekstremitas bawah yaitu sekitar 46,2% dari insiden kecelakaan yang terjadi. Fraktur merupakan suatu keadaan dimana terjadi disintegritas tulang (Depkes RI, 2009). Fraktur tibia merupakan fraktur yang paling sering dari semua fraktur tulang panjang. Kejadian tahunan fraktur terbuka tulang panjang diperkirakan 11,5 per 100.000 orang, dengan 40% terjadi di ekstremitas inferior. Fraktur di ekstremitas inferior paling banyak adalah fraktur yang terjadi pada diafisis tibia. Os Tibia paling sering patah tulang panjang dalam tubuh. Kejadian tahunan dari dua patah tibialis per

description

Fraktur Tibia

Transcript of Fraktur Tibia

Page 1: Fraktur Tibia

1

BAB I

PENDAHULUAN

I.1 Latar belakang

Sebanyak 1,26 juta orang meninggal akibat kecelakaan lalu lintas di dunia

selama tahun 2000 dan 30% kematian terjadi di Asia Tenggara. Penyebab paling

umum trauma dan fraktur adalah kecelakaan lalu lintas, yaitu sebanyak 666

(51,66%) pasien, 30% terjadi akibat kecelakaan kerja/olahraga dan 18% akibat

kekerasan rumah tangga (Kahlon, Hanif & Awais, 2004).

Salah satu insiden kecelakaan yang memiliki prevalensi cukup tinggi

adalah insiden fraktur ekstremitas bawah yaitu sekitar 46,2% dari insiden

kecelakaan yang terjadi. Fraktur merupakan suatu keadaan dimana terjadi

disintegritas tulang (Depkes RI, 2009).

Fraktur tibia merupakan fraktur yang paling sering dari semua fraktur tulang

panjang. Kejadian tahunan fraktur terbuka tulang panjang diperkirakan 11,5 per

100.000 orang, dengan 40% terjadi di ekstremitas inferior. Fraktur di ekstremitas

inferior paling banyak adalah fraktur yang terjadi pada diafisis tibia. Os Tibia paling sering patah tulang panjang dalam tubuh. Kejadian

tahunan dari dua patah tibialis per 1000 individu. Rata-rata usia pasien dengan

patah tulang tibia adalah sekitar 37 tahun, dan laki-laki remaja dilaporkan

memiliki insiden tertinggi.

I.2 Tujuan

Tujuan umum dari pembuatan referat ini adalah untuk memberikan

pengetahuan mengenai osteosarcoma kepada para tenaga medis dan mahasiswa

kepaniteraan klinik bagian ilmu bedah.

Page 2: Fraktur Tibia

2

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

II. 1 Definisi

Fraktur atau patah tulang adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang

dan atau tulang rawan yang umumnya disebabkan oleh ruda paksa. Trauma yang

menyebabkan fraktur dapat berupa trauma langsung, tekanan langsung pada

tulang dan terjadi fraktur pada daerah tekanan, dan trauma tidak langsung, trauma

dihantarkan ke daerah yang lebih jauh dari daerah fraktur. Akibat trauma

bergantung pada jenis trauma, kekuatan, arahnya dan umur penderita.

II. 2. Etiologi Fraktur

Tulang bersifat relatif rapuh, namun cukup mempunyai kekuatan dan gaya

pegas untuk menahan tekanan. Fraktur dapat terjadi akibat:

1. Peristiwa trauma

Sebagian besar fraktur disebabkan oleh kekuatan yang tiba-tiba dan

berlebihan, yang dapat berupa pemukulan, penghancuran, penekukan,

pemuntiran, atau penarikan. Bila terkena kekuatan langsung, tulang dapat

patah pada tempat yang terkena, jaringan lunaknya juga pasti rusak. Bila

terkena kekuatan tak langsung, tulang dapat mengalami fraktur pada tempat

yang jauh dari tempat yang terkena kekuatan itu, kerusakan jaringan lunak di

tempat fraktur mungkin tidak ada.

2. Fraktur kelelahan atau tekanan

Keadaan ini paling sering ditemukan pada tibia atau fibula atau

metatarsal, terutama pada atlet, penari, dan calon tentara yang jalan berbaris

dalam jarak jauh.

Page 3: Fraktur Tibia

3

3. Fraktur patologik

Fraktur dapat terjadi oleh tekanan yang normal kalau tulang itu lemah

(misalnya oleh tumor) atau kalau tulang itu sangat rapuh (misalnya pada

penyakit Paget).

Daya pemuntir menyebabkan fraktur spiral pada kedua tulang kaki dalam

tingkat yang berbeda; daya angulasi menimbulkan fraktur melintang atau oblik

pendek, biasanya pada tingkat yang sama. Pada cedera tak langsung, salah satu

dari fragmen tulang dapat menembus kulit; cedera langsung akan menembus atau

merobek kulit diatas fraktur. Kecelakaan sepeda motor adalah penyebab yang

paling lazim.

II.3. Patofisiologi

Patofisiologi fraktur adalah jika tulang mengalami fraktur, maka

periosteum, pembuluh darah di korteks, marrow dan jaringan disekitarnya

rusak.Terjadi pendarahan dan kerusakan jaringan di ujung tulang. Terbentuklah

hematoma di canal medulla. Pembuluh-pembuluh kapiler dan jaringan ikat

tumbuh ke dalamnya., menyerap hematoma tersebut, dan menggantikannya.

Jaringan ikat berisi sel-sel tulang (osteoblast) yang berasal dari

periosteum. Sel ini menghasilkan endapan garam kalsium dalam jaringan ikat

yang disebut callus. Callus kemudian secara bertahap dibentuk menjadi profil

tulang melalui pengeluaran kelebihannya oleh osteoclast yaitu sel yang

melarutkan tulang. Pada permulaan akan terjadi perdarahan disekitar patah tulang,

yang disebabkan oleh terputusnya pembuluh darah pada tulang dan periost, fase

ini disebut fase hematoma. Hematoma ini kemudian akan menjadi medium

pertumbuhan sel jaringan fibrosis dengan kapiler didalamnya. Jaringan ini yang

menyebabkan fragmen tulang-tulang saling menempel, fase ini disebut fase

jaringan fibrosis dan jaringan yang menempelkan fragmen patah tulang tersebut

dinamakan kalus fibrosa. Kedalam hematoma dan jaringan fibrosis ini kemudian

Page 4: Fraktur Tibia

4

juga tumbuh sel jaringan mesenkim yang bersifat osteogenik. Sel ini akan berubah

menjadi sel kondroblast yang membentuk kondroid yang merupakan bahan dasar

tulang rawan. Kondroid dan osteoid ini mula-mula tidak mengandung kalsium

hingga tidak terlihat pada foto rontgen. Pada tahap selanjutnya terjadi penulangan

atau osifikasi. Kesemuanya ini menyebabkan kalus fibrosa berubah menjadi kalus

tulang.

II. 4. Tanda dan gejala

Adapun tanda dan gejala dari fraktur menurut Smeltzer & Bare (2002)

antara lain:

a. Deformitas : Daya tarik kekuatan otot menyebabkan fragmen tulang

berpindah dari tempatnya perubahan keseimbangan dan kontur terjadi

seperti rotasi pemendekan tulang dan penekanan tulang

b. Bengkak : Edema muncul secara cepat dari lokasi dan ekstravaksasi darah

dalam jaringan yang berdekatan dengan fraktur.

c. Ekimosis dari perdarahan subcutaneous

d. Spasme otot, spasme involunters dekat fraktur

e. Tenderness

f. Nyeri mungkin disebabkan oleh spame otot berpindah tulang dari

tempatnya dan kerusakan struktur di daerah yang berdekatan

g. Kehilangan sensasi (mati rasa, mungkin terjadi dari rusaknya saraf/

perdarahan)

h. Pergerakan abnormal

i. Shock hipovolemik hasil dari hilangnya darah

j. Krepitasi

II.5. Klasifikasi

1. Berdasarkan sifat fraktur (luka yang ditimbulkan)

a.  Fraktur tertutup (closed), bila tidak terdapat hubungan antara fragmen

tulang dengan dunia luar.

Page 5: Fraktur Tibia

5

b. Fraktur terbuka (open/compound), bila terdapat hubungan antara fragemen

tulang dengan dunia luar karena adanya perlukaan di kulit, fraktur terbuka

dibagi menjadi tiga derajat, yaitu :

1.      Derajat I

a)     Luka kurang dari 1 cm

b)     Kerusakan jaringan lunak sedikit tidak ada tanda luka remuk

c)      Fraktur sederhana, tranversal, obliq atau kumulatif ringan

d)     Kontaminasi ringan

2.      Derajat II

a)   Laserasi lebih dari 1 cm

b)   Kerusakan jaringan lunak, tidak luas, avulse

c)   Fraktur komuniti sedang

3.      Derajat III

Terjadi kerusakan jaringan lunak yang luas meliputi struktur kulit, otot dan

neurovaskuler serta kontaminasi derajat tinggi

2. Berdasarkan komplit atau ketidak komplitan fraktur:

a.      Fraktur complete, bila garis patah melalui seluruh penampang tulang

atau melalui kedua korteks tulang.

b.      Fraktur incomplete, bila garis patah tidak melalui seluruh penampang

tulang.

3. Berdasarkan bentuk garis patah dan hubungannya dengan mekanisme

trauma, fraktur terbagi menjadi :

1. Fraktur transversal : fraktur yang arahnya melintang pada tulang dan

merupakan akibat trauma angulasi atau langsung

2. Fraktur Oblik : fraktur yang arah garis patahnya membentuk sudut

terhadap sumbu tulang dan merupakan akibat trauma angulasi

3. Fraktur spiral : fraktur yang arah garis patahnya berbentuk spiral yang

disebabkan trauma rotasi

4. Fraktur kompresi : fraktur yang terjadi karena trauma aksial fleksi yang

mendorong tulang kearah permukaan lain.

Page 6: Fraktur Tibia

6

5. Fraktur avulsi : fraktur yang diakibatkan karena tarikan atau traksi otot

pada insersi nya pada tulang.

4. Berdasarkan jumlah garis patah

1. Fraktur kominutif : fraktur dimana garis patah lebih dari satu dan saling

berhubungan

2. Fraktur segmental : fraktur dimana garis patah lebih dari satu tapi tidak

berhubungan

3. Fraktur multiple : fraktur dimana garis patah lebih dari satu tapi tidak pada

tulang yang sama

5. Berdasarkan pergeseran fragmen tulang

A. Fraktur Undisplaced (tidak bergeser) : garis patah lengkap tetapi kedua

fragmen tidak bergeser dan periostium masih utuh

B. Fraktur Displaced (bergeser): terjadi pergeseran fragmen tulang yang juga

disebut lokasi fragmen, terbagi atas :

a. Dislokasi ad longitudinem cum contractionum (pergeseran searah

sumbu dan overlapping)

b. Dislokasi ad axim( pergeseran yang membentuk sudut)

c. Dislokasi ad latus (pergeseran dimana kedua fragmen saling

menajauh)

6. Berdasarkan posisi fraktur :

1. 1/3 proksimal

2. 1/3 medial

3. 1/3 distal

8. Fraktur patologis : fraktur yang diakibatkan karena proses patologis tulang.

Pada fraktur tertutup ada klasifikasi tersendiri yang berdasarkan keadaan jaringan

lunak sekitar trauma, yaitu :

Tingkat 0: fraktur biasa dengan sedikit atau tanpa cedera jaringan lunak sekitarnya

Tingkat 1: fraktur dengan abrasi dangkal atau memar kulit dan jaringan subkutan

Tingkat 2: fraktur yang lebih berat dengan kontusio jaringan lunak bagian dalam

dan pembengkakan

Page 7: Fraktur Tibia

7

Tingkat 3 : cedera berat dengan kerusakan jaringan lunak yang nyata dan ancaman

sindroma kompartemen.

II.6. Pemeriksaan diagnostik

Pemeriksaan diagnostik pada pasien fraktur adalah sebagai berikut :

a. Pemeriksaan rontgent : menentukan lokasi/ luasnya fraktur/ luasnya

trauma

b. Scan tulang, CT scan : memperlihatkan fraktur dan untuk mengidentifikasi

jaringan lunak

c. Hitung darah lengkap : Hb menurun/ meningkat

d. Peningkatan jumlah sel darah putih adalah respon stress normal setelah

trauma

e. Kreatinin : trauma otot meningkatkan beban kreatinin untuk ginjal

f. Profil koagulasi : perubahan dapat terjadi pada kehilangan darah, transfuse

multiple, atau cedera

II.7. Komplikasi

a. Komplikasi segera (immediate) : Komplikasi yang terjadi segera setelah

fraktur antara lain syok neurogenik, kerusakan organ, kerusakan syaraf,

injuri atau perlukaan kulit.

b. Early Complication : Dapat terjadi seperti osteomielitis, emboli, nekrosis,

dan syndrome compartemen.

c. Late Complication : Sedangkan komplikasi lanjut yang dapat terjadi antara

lain stiffnes (kaku sendi), degenerasi sendi, penyembuhan tulang

terganggu (malunion).

II.8. FRAKTUR TIBIA

II.8.1. Anatomi

Pengetahuan mengenai topografi dan struktur anatomi dari tungkai bawah

merupakan hal yang sangat dibutuhkan untuk rencana operasi atau

penatalaksanaan pada extremitas. tungkai bawah terdiri atas 3 kompartemen.

Page 8: Fraktur Tibia

8

Gambar 1. Potongan melintang tungkai bawah

A. Kompartemen Anterior

Terdapat 4 otot utama dari kompartemen anterior :

Musculus Tibialis anterior

Musculus Extensor digitorum longus

Musculus Extensor digitorum brevis

Musculus Fibularis (peroneus tertius)

Kompartemen ini berfungsi sebagai dorsoflexor sendi pergelangan kaki

dan jari-jari kaki. Arteri tibialis anterior mendarahi struktur-struktur dalam

compartinumentum anterius. Arteri tibialis anterior dan nervus peroneal masuk ke

dalam otot dan normalnya terlindungi dari cedera. Cabang arteri terminal arteri

poplitea lebih kecil, arteri ini akan berakhir di sendi pergelangan kaki,

pertengahan antara kedua maleolus dengan beralih menjadi arteria dorsalis pedis.

B. Kompartemen Lateral

Kompartmen lateral terdiri dari 2 otot, Perineous Brevis dan Perineous

Longus yang berfungsi untuk plantar fleksor dan evertor dari kaki. Otot tersebut

berinsersio dari bagian proksimal dan tengah dari fibulla maka fibula akan

terlindungi dari trauma langsung. Nervus peroneal berjalan di antara musculus

peroneal dan extensor digitorum longus.

Page 9: Fraktur Tibia

9

Gambar 2. Otot-otot betis dan kaki Mm.Cruris et pedis tampak anterior dan

lateral

C. Kompartemen Posterior

1. Superficial posterior compartment

Terdiri dari musculus gastrocnemius (gerak articulatio genu dan

juga pda sendi pergelangan kaki), soleus (dibagian 1/3 distal), popliteus

(plantar flexi) dan plantaris (tidak ada fungsi yang signifikan).

Kompartmen ini penting untuk plantar flexi.

2. Deep posterior compartment

Kelompok otot pada kompartmen ini adalah musculus popliteus,

flexor hallucis longus, flexor digitorum longus, tibialis posterior.

Mempunyai 2 arteri besar, arteri peroneal dan tibialis posterior.

Page 10: Fraktur Tibia

10

Gambar 3. Otot-otot betis dan kaki Mm.Cruris et pedis tampak posterior

Os tibia merupakan os longum yang terletak di sisi medial region cruris.

Ini merupakan tulang terpanjang kedua setelah os femur. Tulang ini terbentang ke

proksimal untuk membentuk articulation genu dan  ke distal terlihat semakin

mengecil.

Page 11: Fraktur Tibia

11

Gambar 4. Anatomi Os Tibia dan Fibula

Tibia merupakan tulang medial tungkai bawah yang besar dan berfungsi

menyangga berat badan. Tibia bersendi di atas dengan condylus femoris dan caput

fibulae, di bawah dengan talus dan ujung distal fibula. Tibia mempunyai ujung

atas yang melebar dan ujung bawah yang lebih kecil, serta sebuah corpus. Pada

ujung atas terdapat condyli lateralis dan medialis (kadang-kadang disebut plateau

tibia lateral dan medial), yang bersendi dengan condyli lateralis dan medialis

femoris, dan dipisahkan oleh menisci lateralis dan medialis. Permukaan atas facies

articulares condylorum tibiae terbagi atas area intercondylus anterior dan

posterior; di antara kedua area ini terdapat eminentia intercondylus.

Pada aspek lateral condylus lateralis terdapat facies articularis fibularis

circularis yang kecil, dan bersendi dengan caput fibulae. Pada aspek posterior

condylus medialis terdapat insertio m.semimembranosus.

Corpus tibiae berbentuk segitiga pada potongan melintangnya, dan

mempunyai tiga margines dan tiga facies. Margines anterior dan medial, serta

Page 12: Fraktur Tibia

12

facies medialis diantaranya terletak subkutan. Margo anterior menonjol dan

membentuk tulang kering. Pada pertemuan antara margo anterior dan ujung atas

tibia terdapat tuberositas, yang merupakan tempat lekat ligamentum patellae.

Margo anterior di bawah membulat, dan melanjutkan diri sebagai malleolus

medialis. Margo lateral atau margo interosseus memberikan tempat perlekatan

untuk membrane interossea. Facies posterior dan corpus tibiae menunjukkan linea

oblique, yang disebut linea musculi solei, untuk tempatnya m.soleus.

Ujung bawah tibia sedikit melebar dan pada aspek inferiornya terdapat

permukaan sendi berbentuk pelana untuk os.talus, ujung bawah memanjang ke

bawah dan medial untuk membentuk malleolus medialis. Facies lateralis dari

malleolus medialis bersendi dengan talus. Pada facies lateral ujung bawah tibia

terdapat lekukan yang lebar dan kasar untuk bersendi dengan fibula. Musculi dan

ligamenta penting yang melekat pada tibia.

II.2.2. Insiden

Tendensi untuk terjadinya fraktur tibia terdapat pada pasien-pasien usia

lanjut yang terjatuh, dan pada populasi ini sering ditemukan fraktur tipe III,

fraktur terbuka dengan fraktur kominutif. Pada pasien-pasien usia muda,

mekanisme trauma yang paling sering adalah kecelakaan kendaraan

bermotor.Fraktur lebih sering terjadi pada orang laki-laki daripada perempuan

dengan umur dibawah 45 tahun dan sering berhubungan dengan olahraga,

pekerjaan atau kecelakaan. Sedangkan pada usia lanjut prevalensi cenderung lebih

banyak terjadi pada wanita berhubungan dengan adanya osteoporosis yang terkait

dengan perubahan hormon.

Di Amerika Serikat, insidens tahunan fraktur terbuka tulang panjang

diperkirakan 11 per 100.000 orang, dengan 40% terjadi di ekstremitas bawah.

Fraktur ekstremitas bawah yang paling umum terjadi pada diafisis tibia.

II.3. Etiologi

Fraktur traumatik dapat terjadi karena trauma yang tiba-tiba.

Page 13: Fraktur Tibia

13

Fraktur stress terjadi karena adanya trauma yang terus menerus pada suatu

tempat yang tertentu.

Fraktur patologis pula terjadi karena kelemahan tulang sebelumnya akibat

kelainan patologis di dalam tulang. Fraktur patologis dapat terjadi secara

spontan atau akibat trauma ringan.

II.4. Patofisiologi

Jika satu tulang sudah patah, jaringan lunak sekitarnya juga rusak,

periosteum terpisah dari tulang, dan terjadi perdarahan yang cukup berat. Bekuan

darah terbentuk pada daerah tersebut. Bekuan akan membentuk jaringan granulasi

didalamnya dengan sel-sel pembentuk tulang primitif (osteogenik) berdiferensiasi

menjadi chondroblast dan osteoblast. Chondroblast akan mensekresi fosfat, yang

merangsang deposisi kalsium. Terbentuk lapisan tebal (callus) di sekitar lokasi

fraktur. Lapisan ini terus menebal dan meluas, bertemu dengan lapisan callus dari

fragmen satunya, dan menyatu. Penyatuan dari kedua fragmen (penyembuhan

fraktur) terus berlanjut dengan terbentuknya trabekula dan osteoblast yang

melekat pada tulang dan meluas menyeberangi lokasi fraktur.

Penyatuan tulang provisional ini akan menjalani transformasi metaplastik

untuk menjadi lebih kuat dan lebih terorganisasi. Callus tulang akan mengalami

remodeling untuk mengambil bentuk tulang yang utuh seperti bentuk osteoblast

tulang baru dan osteoclast akan menyingkirkan bagian yang rusak dan tulang

sementara.

II.5. Mekanisme Cedera

Ada 5 penyebab tersering yang menyebabkan fraktur pada bagian batang

dari tibia, yaitu jatuh, cedera olahraga, trauma langsung, kecelakaan lalu lintas dan

tembakan senjata.

Cedera yang sering terjadi akibat dari cedera torsional atau terpuntir, biasanya

pada pemain ski yaitu dengan trauma berenergi rendah dimana bertumpu pada

kaki dan badannya terputar dan terfiksirpada tumpuan tersebut, biasanya dari

pemeriksaan radiologinya menunjukan hasil fraktur spiral,derajatnya tergantung

Page 14: Fraktur Tibia

14

dari energi dari trauma tersebut. Pada anak – anak juga sering terdapat cedera

pemuntiran dapat menyebabkan fraktur spiral pada tibia tanpa fraktur fibula.

Fraktur dengan tibia isolated atau fibula yang intak sering pada pemain

sepak bola, mekanisme traumanya adalah dengan cedera dengan kecepatan rendah

akibat dari rotasi paka dari tibia yang akan menyebabkan OTA tipe A1 di 1/3

distal tulang tibia atau trauma langsung di ‘tackle’ saat bermain. Pada usia berapa

saja cedera langsung, misalnya akibat tendangan, dapat menyebabkan fraktur

melintang (transversal) atau fraktur yang sedikit oblik pada tibia saja, di tempat

yang terkena.

Cedera berat pada tulang dan jaringan lunak biasanya akibat dari cedera

langsung yang terfokus pada satu area dengan energi yang besar, seperti pada

tergilas oleh mesin industri dan pukulan dengan menggunakan kayu atau tongkat

baseball.

Fraktur fibula yang berhubungan dengan fraktur tibia dapat

memperlihatkan derajat trauma pada pada jaringan lunak dan energi yang

menyebabkan fraktur pada bagian itu.

II.6. Klasifikasi Fraktur Tibia

Fraktur tibia dapat terjadi pada bagian proksimal (kondiler), diafisis atau

persendian pergelangan kaki.

Variabel penting pada fraktur dalam mengklasifikasikan fraktur tibia adalah

Lokasi anatomi

Pola fraktur atau pola garis fraktur

Bersamaan dengan cedera fibula

Posisi dan jumlah fragmen

Kerusakan jaringan lunak yang luas

1. Fraktur Kondiler Tibia

Mekanisme trauma

Fraktur kondiler tibia lebih sering mengenai kondiler lateralis daripada medialis

serta fraktur kedua kondiler. Banyak fraktur kondiler tibia terjadi akibat

kecelakaan antara mobil dan pejalan kaki di mana bemper mobil menabrak kaki

Page 15: Fraktur Tibia

15

bagial lateral dengan gaya kearah medial (valgus). Ini menghasilkan fraktur

depresi atau fraktur split dari kondiler lateralis tibia apabila kondiler femur

didorong kearah tersebut. Kondiler medial memiliki kekuatan yang lebih besar,

jadi fraktur pada daerah ini biasanya terjadi akibat gaya dengan tenaga yang lebih

besar (varus).

Jatuh dari ketinggian akan menimbulkan kompresi aksial sehingga bisa

menyebabkan fraktur pada proksimal tibia. Pada golongan lanjut usia, pasien

dengan osteoporosis lebih mudah terkena fraktur kondiler tibia berbanding

robekan ligamen atau meniscus setelah cedera keseleo di lutut. Eminentia

intrakondiler dapat fraktur bersama robekan ligamen krusiatum sebagai akibat

hiperekstensi atau gaya memutar.

Klasifikasi

Klasifikasi yang sering dan meluas dipakai sekarang adalah klasifikasi Schatzker.

I : Fraktur split kondiler lateral

II : Fraktur split/depresi lateral

III: Depresi kondiler lateral

IV: Fraktur split kondiler medial

V : Fraktur bikondiler

VI: Fraktur kominutif

Tipe IV-VI biasanya terjadi akibat trauma dengan tekanan yang kuat.

Fraktur tidak bergeser apabila depresi kurang dari 4 mm, sedangkan yang bergeser

apabila depresi melebihi 4 mm.

Page 16: Fraktur Tibia

16

Gambar 5. Klasifikasi Fraktur Kondiler Tibia menurut Schatzker

Gambar 6. Klasifikasi Fraktur Kondiler

Gambaran Klinis

Pada anamnesis terdapat riwayat trauma pada lutut, pembengkakan dan

nyeri serta hemartrosis.Terdapat gangguan dalam pergerakan sendi lutut. Biasanya

pasien tidak dapat menahan beban. Sewaktu pemeriksaan, mereka merasakan

Page 17: Fraktur Tibia

17

nyeri pada proksimal tibia dan gerakan flesi dan ekstensi yang terbatas.Dokter

perlu menentukan adanya penyebab cedera itu akibat tenaga yang kuat atau lemah

karena cedera neovaskular, ligamen sindroma kompartmen lebih sering terjadi

pada cedera akibat tenaga kuat. Pulsasi distal dan fungsi saraf peroneal perlu

diperiksa. Kulit perlu diperiksa secara seksama untuk mencari tanda-tanda abrasi

atau laserasi yang dapat menjadi tanda fraktur terbuka.

Penilaian stabilitas lutut adalah penting dalam mengevaluasi kondiler tibia.

Aspirasi dari hemartrosis pada lutut dan anestasi lokal mungkin diperlukan untuk

pemeriksaan yang akurat. Jika dibandingkan dengan bagian yang tidak cedera,

pelebaran sudut sendi pada lutut yang stabil mestilah tidak lebih dari 10o dengan

stress varus atau valgus pada mana-mana titik dalam aksis gerakan dari ekstensi

penuh hingga fleksi 90o. Integritas ligamen crusiatum anterior perlu dinilai

melalui tes Lachman.

Fraktur kondiler sering disertai cedera jaringan lunak disekeliling lutut.Robekan

ligamen kollateral medial dan meniscus medial sering menyertai fraktur kondiler

lateral. Fraktur kondiler medial disertai robekan ligamen kollateral lateral dan

meniscus medial. Ligamen crusiatum anterior dapat cedera pada fraktur salah satu

kondiler.Fraktur kondiler tibia, terutama yang ekstensi frakturnya sampai ke

diafisis, dapat meyebabkan kepada sindroma kompartmen akut akibat perdarahan

dan edema.

2. Fraktur Diafisis Tibia

Mekanisme trauma

Seperti fraktur pada umumnya, fraktur pada diafisis bisa di klasifikasikan

dengan berbagai cara, secara tradisional pada dokter bedah biasanya membagi

berdasarkan jenis fraktur, terbuka atau fraktur tertutup dan berdasarkan lokasi,

bagian atas, tengah atau 1/3 bawah dari tulang.

Fraktur diafisis tibia terjadi karena adanya trauma angulasi yang akan

menimbulkan fraktur tipe transversal atau oblik pendek, sedangkan trauma rotasi

akan menimbulkan fraktur tipe spiral. Fraktur tibia biasanya terjadi pada batas

antara 1/3 bagian tengah dan 1/3 bagian distal. Tungkai bawah bagian depan

Page 18: Fraktur Tibia

18

sangat sedikit ditutupi otot sehingga fraktur pada daerah tibia sering bersifat

terbuka. Penyebab utama terjadinya fraktur adalah kecelakaan lalu lintas.

Gambar 7. Fraktur diafisis tibia

Klasifikasi fraktur

Klasifikasi dari fraktur diafisis tibia bermanfaat untuk kepentingan para dokter

yang menggunakannya untuk memperkirakan kemungkinan penyembuhan dari

fraktur dalam menjalankan penatalaksanaannya

Klasifikasi OTA

Orthopaedic Trauma Association (OTA) membagi fraktur diafisis tibia

berdasarkan pemeriksaan radiografi, terbagi 3 grup, yaitu: simple, wedge dan

kompleks. Masing–masing grup terbagi lagi menjadi 3 yaitu:

A. Tipe simple

B. Tipe wedge

C. Tipe kompleks

Page 19: Fraktur Tibia

19

Gambar 8. Klasifikasi Fraktur Diafisis menurut OTA

Group A1 Spiral fractures

Page 20: Fraktur Tibia

20

A1.1 Intact fibula

A1.2 Tibia and fibula fractures at diff. level

A1.3 Tibia and fibula fractures at same level

Group A2 Oblique >30 degrees

A2.1 Intact fibula

A2.2 Tibia and fibula fractures at diff. level

A2.3 Tibia and fibula fractures at same level

Group A3 Transverse <30 degrees

A3.1 Intact fibula

A3.2 Tibia and fibula fractures at diff. level

A3.3 Tibia and fibula fractures at same level

Group B1 Intact spiral wedges fractures

B1.1 Intact fibula

B1.2 Tibia and fibula fractures at diff. level

B1.3 Tibia and fibula fractures at same level

Group B2 Wedges bending fractures

Page 21: Fraktur Tibia

21

B2.1 Intact fibula

B2.2 Tibia and fibula fractures at diff. level

B2.3 Tibia and fibula fractures at same level

Group B3 Comminuted wedges fracture

B3.1 Intact fibula

B3.2 Tibia and fibula fractures at diff. level

B3.3 Tibia and fibula fractures at same level

Group C1 Spiral wedges fractures

C1.1 Two intermediate fragments

C1.2 Three intermediate fragments

C1.3 More than three intermediate fragments

Group C2 Segmental fracture

C2.1 One segmental

C2.2 Segmental fragment and additional wedges fragment

C2.3 Two segmental fragment

Group C3 Comminuted fracture

Page 22: Fraktur Tibia

22

C3.1 Two or three intermediate fragments

C3.2 Limited comminution

C3.3 Extensive comminution

Gambaran klinis

Ditemukan gejala fraktur berupa pembengkakan, nyeri dan sering ditemukan

deformitas misalnya penonjolan tulang keluar kulit. Sindroma kompartemen bisa

muncul di awal cedera maupun kemudian. Sehingga perlu pemeriksaan serial dan

perhatian pada ekstremitas yang mengalami cidera. Sindroma kompartemen terdiri

dari: pain, pallor, paralysis, paresthesia, pulselessness.

Pemeriksaan radiologis

Foto rontgen harus mencakup bagian distal dari femur dan ankle.Dengan

pemeriksaan radiologis, dapat ditentukan lokalisasi fraktur, jenis fraktur, sama ada

transversal, spiral oblik atau rotasi/angulasi. Dapat ditentukan apakah fraktur pada

tibia dan fibula atau tibia saja atau fibula saja.Juga dapat ditentukan apakah

fraktur bersifat segmental.Foto yang digunakan adalah foto polos AP dan

lateral.CT tidak diperlukan.

Pengobatan

Tindakan pengobatan selalu harus mempertimbangkan pengobatan

konservatif dengan pemakaian gips sirkuler di atas lutut dengan sedikit fleksi.

Operasi dilakukan apabila ada indikasi seperti fraktur terbuka, malunion atau

nonunion yang sangat jarang ditemukan.

1. Konservatif

Pengobatan standar dengan cara konservatif berupa reduksi fraktur dengan

manipulasi tertutup dengan pembiusan umum. Pemasangan gips sirkuler untuk

immobilisasi, dipasang sampai diatas lutut.

Prinsip reposisi adalah fraktur tertutup, ada kontak 70% atau lebih, tidak ada

angulasi dan tidak ada rotasi. Apabila ada angulasi, dapat dilakukan koreksi

Page 23: Fraktur Tibia

23

setelah 3 minggu (union secara fibrosa). Pada fraktur oblik atau spiral,

imobilisasi dengan gips biasanya sulit dipertahankan, sehingga mungkin

diperlukan tindakan operasi.

Cast bracing adalah teknik pemasangan gips sirkuler dengan tumpuan pada

tendo patella (gips Sarmiento) yang biasanya dipergunakan setelah

pembengkakan mereda atau terjadi union secara fibrosa.

2. Operatif

Terapi operatif dilakukan pada fraktur terbuka, kegagalan dalam terapi

konservatif, fraktur tidak stabil dan adanya nonunion. Metode pengobatan

operatif adalah sama ada pemasangan plate dan screw, atau nail intrameduler,

atau pemasangan screw semata-mata atau pemasangan fiksasi eksterna.

Indikasi pemasangan fiksasi eksterna pada fraktur tibia:

Fraktur tibia terbuka grade II dan III terutama apabila terdapat kerusakan

jaringan yang hebat atau hilangnya fragmen tulang

Pseudoartrosis yang mengalami infeksi (infected pseudoarthrosis)

Komplikasi

Di antara komplikasi yang dapat terjadi pada fraktur diafisis tibia adalah infeksi,

delayed union atau nonunion, malunion, kerusakan pembuluh darah (sindroma

kompartmen anterior), trauma saraf terutama pada nervus peroneal komunis dan

gangguan pergerakan sendi pergelangan kaki. Gangguan pergerakan sendi ini

biasanya disebabkan adanya adhesi pada otot-otot tungkai bawah.

3. Fraktur Distal Tibia

Pergelangan kaki merupakan sendi yang kompleks dan penopang badan dimana

talus duduk dan dilindungi oleh maleolus lateralis dan medialis yang diikat

dengan ligamen.Dahulu, fraktur disekitar pergelangan kaki disebut fraktur Pott.

Mekanisme trauma

Fraktur maleolus dengan atau tanpa subluksasi dari talus, dapat terjadi dalam

beberapa macam trauma.

Page 24: Fraktur Tibia

24

1. Trauma abduksi

Trauma abduksi akan menimbulkan fraktur pada maleolus lateralis yang

bersifat oblik, fraktur pada maleolus medialis bersifat avulsi atau robekan

pada ligamen bagian medial.

2. Trauma adduksi

Trauma adduksi akan menimbulkan fraktur maleolus medialis yang bersifat

oblik atau avulsi maleolus lateralis atau keduanya. Trauma adduksi juga bisa

hanya menyebabkan strain atau robekan pada ligamen lateral, tergantung dari

beratnya trauma.

3. Trauma rotasi eksterna

Trauma rotasi eksterna biasanya disertai dengan trauma abduksi dan terjadi

fraktur pada fibula di atas sindesmosis yang disertai dengan robekan ligamen

medial atau fraktur avulsi pada maleolus medialis. Apabila trauma lebih hebat

dapat disertai dengan dislokasi talus.

4. Trauma kompresi vertikal

Pada kompresi vertikal dapat terjadi fraktur tibia distal bagian depan disertai

dengan dislokasi talus ke depan atau terjadi fraktur kominutif disertai dengan

robekan diastesis.

Klasifikasi

Lauge-Hansen(1950) mengklasifikasikan menurut patogenesis terjadinya

pergeseran dari fraktur, yang merupakan pedoman penting untuk tindakan

pengobatan atau manipulasi yang dilakukan. Klasifikasi lain yang lebih sederhana,

menurut Danis & Weber (1991), dimana fibula merupakan tulang yang penting

dalam stabilitas dari kedudukan sendi berdasarkan atas lokalisasi fraktur terhadap

sindesmosis tibiofibular.

Page 25: Fraktur Tibia

25

Gambar 9. Mekanisme trauma pada fraktur maleolus

Klasifikasi terdiri atas :

Tipe A; fraktur maleolus di bawah sindesmosis

Tipe B; fraktur maleolus lateralis yang bersifat oblik disertai avulsi

maleolus medialis dimana sering disertai dengan robekan dari ligamen

tibiofibular bagian depan

Tipe C; fraktur fibula di atas sindesmosis dan atau disertai avulsi dari tibia

disertai fraktur atau robekan pada maleolus medialis. Pada tipe C terjadi

robekan pada sindesmosis. Jenis tipe C ini juga dikenal sebagai fraktur

Duouytren.

Klasifikasi ini penting artinya dalam tindakan pengobatan oleh karena selain

fraktur juga perlu dilakukan tindakan pada ligamen.

Gambar 10. Klasifikasi menurut Danis-Weber

Page 26: Fraktur Tibia

26

Gambar 11. Klasifikasi Fraktur Distal Tibia

Gambaran klinis

Ditemukan adanya pembengkakan pada pergelangan kaki, kebiruaan atau

deformitas. Yang penting diperhatikan adalah lokalisasi dari nyeri tekan apakah

pada daerah tulang atau pada ligamen.

II.8.6. Penatalaksanaan

Penatalaksanaan Awal

Sebelum dilakukan pengobatan definitif pada satu fraktur, maka diperlukan :

Pertolongan pertama

Pada penderita dengan fraktur yang penting dilakukan adalah membersihkan

jalan nafas, menutup luka dengan verban yang bersih dan imobilisasi fraktur

pada anggota gerak yang terkena agar penderita merasa nyaman dan

mengurangi nyeri sebelum diangkut dengan ambulans.

Penilaian klinis

Sebelum menilai fraktur itu sendiri, perlu dilakukan penilaian klinis, apakah

luka itu tembus tulang, adakah trauma pembuluh darah/saraf ataukah ada

trauma alat-alat dalam yang lain.

Resusitasi

Page 27: Fraktur Tibia

27

Kebanyakan penderita dengan fraktur multipel tiba di rumah sakit dengan

syok, sehingga diperlukan resusitasi sebelum diberikan terapi pada

frakturnya sendiri berupa pemberian transfusi darah dan cairan lainnya serta

obat-obat anti nyeri.

Pengobatan

Fraktur dislokasi pada sendi pergelangan kaki merupakan fraktur intra-artikuler

sehingga diperlukan reduksi secara anatomis dan akurat serta mobilisasi sendi

yang sesegera mungkin.

Tindakan pengobatan terdiri atas:

1. Konservatif

Dilakukan pada fraktur yang tidak bergeser, berupa pemasangan gips sirkuler

di bawah lutut.

2. Operatif

Terapi operatif dilakukan berdasarkan kelainan-kelainan yang ditemukan

apakah hanya fraktur semata-mata, apakah ada robekan pada ligamen atau

diastasis pada tibiofibula serta adanya dislokasi talus( gambar 14.123).

Beberapa hal yang penting diperhatikan pada reduksi, yaitu:

Panjang fibula harus direstorasi sesuai panjang anatomis

Talus harus duduk sesuai sendi dimana talus dan permukaan tibia duduk

paralel

Ruang sendi bagian medial harus terkoreksi sampai normal(4 mm)

Pada foto oblik tidak nampak adanya diastasis tibiofibula

Tindakan operasi terdiri atas:

Pemasangan screw( maleolar)

Pemasangan tension band wiring

Pemasangan plate dan screw

Komplikasi

1. Vaskuler

Page 28: Fraktur Tibia

28

Apabila terjadi fraktur subluksasi yang hebat maka dapat terjadi gangguan

pembuluh darah yang segera, sehingga harus dilakukan reposisi

secepatnya.

2. Malunion

Reduksi yang tidak komplit akan menyebabkan posisi persendian yang

tidak akurat yang akan menimbulkan osteoartritis.

3. Osteoartritis

4. Algodistrofi

Algodistrofi adalah komplikasi dimana penderita mengeluh nyeri, terdapat

pembengkakan dan nyeri tekan di sekitar pergelangan kaki. Dapat terjadi

perubahan trofik dan osteoporosis yang hebat.

5. Kekakuan yang hebat pada sendi.

II.8.7. Prognosis

Prognosis dari fraktur tibia untuk kehidupan adalah bonam. Pada sisi

fungsi dari kaki yang cedera, kebanyakan pasien kembali ke perfoma

semula,namun hal ini sangat tergantung dari gambaran frakturnya, macam terapi

yang dipilih, dan bagaimana respon tubuh terhadap pengobatan.

II.8.8. Kesimpulan

Fraktur tulang panjang yang paling sering terjadi adalah fraktur pada

tibia.Pada fraktur tibia, dapat terjadi fraktur pada bagian kondiler, diafisis dan

pergelangan kaki. Fraktur pada tibia termasuk luka kompleks, sehingga tentunya

penanganannya juga tidak sederhana.Sebagai dokter umum, anamnesis dan

pemeriksaan fisik yang lengkap diperlukan jika terjadi fraktur. Selain itu,

pemeriksaan radiologis juga penting. Penatalaksanaan dari fraktur tergantung dari

kondisi frakturnya, bisa dengan operatif maupun non operatif.

Page 29: Fraktur Tibia

29

Daftar Pustaka

Apley, G., 1995, Buku Ajar Orthopedi dan Fraktur sistem Apley, 7 edition, Widya

Medika, Jakarta, App 331-351

http://www.orthopaedicsone.com/display/Main/Fractures+of+the+tibial+plateau+-

+Schatzker+classification diakses tanggal 29 Oktober 2015

J Orthop Trauma. 2007. Tibia/Fibula. Volume 21, Number 10 Supplement,

November/December. http://ota.org/media/23063/97042.6Tibia-2fFibula-S43-

S58.pdf diakses tanggal 29 Oktober 2015

Kahlon I.A., Hanif A., Awais S.M., 2004, Analysis of Emergency Care of Trauma

Patients with References to the Type of injuries, Treatment and Cost,

Department of Orthopedics, General Hospital, Lahore, ANNALS Volume

16. No.1

Konowalchuk, B K. 2014. Tibial Shaft Fractures. http:// emedicine.

medscape.com/ article/ 1249984-overview#showall diakses tanggal 29

Oktober 2015

Paulsen F. & J. Waschke. 2013. Sobotta Atlas Anatomi Manusia : Anatomi

Umum dan Muskuloskeletal. Penerjemah : Brahm U. Penerbit. Jakarta :

EGC.

Rasjad, C., 2009. Pengantar Ilmu Bedah Ortopedi. Bintang Lamumpatue Fakultas

Kedokteran Universitas Hasanuddin. Makassar

Sjamsuhidayat R, Wim de Jong, 2004.Buku Ajar Ilmu Bedah, Edisi 2, Jakarta :

EGC

Tibia (Shinbone) Shaft Fractures http:// orthoinfo. aaos. org/topic. cfm?

topic=A00522 diakses tanggal 29 Oktober 2015

Torsten B. Moeller MD, Emil Reif MD. Pocket atlas of radiographic anatomy.

Second edition. New York: Thieme; 2000.