Fraktur Terbuka Regio Kruris Dekstra Sepertiga Tengah Ventral.docx

21
Fraktur Terbuka Regio Kruris Dekstra Sepertiga Tengah Ventral Felicia Ananda Baeha Waruwu 102011410 F9 [email protected] Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana Pendahuluan Fraktur adalah suatu keadaan dimana putusnya kontinuitas tulang, tulang rawan epifisis atau tulang rawan sendi. Biasanya fraktur bisa terjadi karena adanya suatu trauma, misalnya kecelakaan. 1 Kecelakaan lalu lintas adalah penyebab tersering terjadinya fraktur. Pada kecelakaan lalu lintas kita juga harus mewaspadai pada kemungkinan terjadinya politrauma yang dapat mengakibatkan trauma pada organ-organ lain. Selain kecelakaan, fraktur bisa terjadi karena jatuh dari ketinggian, kecelakaan kerja, dan cidera olahraga. 1 Pada skenario 9 diceritakan, “Seorang laki-laki berusia 30 tahun dibawa ke UGD RS setelah mengalami kecelakaan sepeda motor. Menurut warga, saat sedang mengendarai motornya, pasien teresebut ditabrak oleh mobil yang melaju dari arah kanan, lalu pasien terlempar dari sepeda motornya, pasien menggunakan helm. Pada pemeriksaan fisik, tanda-tanda vital dalam keadaan normal. 1 | Page

description

blok 14

Transcript of Fraktur Terbuka Regio Kruris Dekstra Sepertiga Tengah Ventral.docx

Page 1: Fraktur Terbuka Regio Kruris Dekstra Sepertiga Tengah Ventral.docx

Fraktur Terbuka Regio Kruris Dekstra Sepertiga Tengah Ventral

Felicia Ananda Baeha Waruwu

102011410

F9

[email protected]

Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana

Pendahuluan

Fraktur adalah suatu keadaan dimana putusnya kontinuitas tulang, tulang rawan

epifisis atau tulang rawan sendi. Biasanya fraktur bisa terjadi karena adanya suatu trauma,

misalnya kecelakaan.1 Kecelakaan lalu lintas adalah penyebab tersering terjadinya fraktur.

Pada kecelakaan lalu lintas kita juga harus mewaspadai pada kemungkinan terjadinya

politrauma yang dapat mengakibatkan trauma pada organ-organ lain. Selain kecelakaan,

fraktur bisa terjadi karena jatuh dari ketinggian, kecelakaan kerja, dan cidera olahraga.1 Pada

skenario 9 diceritakan, “Seorang laki-laki berusia 30 tahun dibawa ke UGD RS setelah

mengalami kecelakaan sepeda motor. Menurut warga, saat sedang mengendarai motornya,

pasien teresebut ditabrak oleh mobil yang melaju dari arah kanan, lalu pasien terlempar dari

sepeda motornya, pasien menggunakan helm. Pada pemeriksaan fisik, tanda-tanda vital

dalam keadaan normal. Pada PF luka terbuka pada regio kruris dekstra 1/3 tengah bagian

ventral dengan ukuran 5x2 cm, tepi luka tidak rata, sudut luka tumpul, tampak jembatan

jaringan, tidak tampak adanya perdarahan aktif, tampak adanya penonjolan fragmen tulang.

Ekstermitas bawah sebelah kanan terlihat adanya deformitas dan lebih memendek.

Tinjauan Pustaka

Anamnesis

Anamnesis adalah bagian terpenting dalam praktek dokter sehari-hari, terutama

anamnesis keluhan utama. Dari anamnesis kita bisa mendapatkan suatu informasi untuk

mencapai suatu diagnosis banding. Jika tidak bisa mendapatkan anamnesis yang jelas dari

pasien (autoanamnesa), kita bisa menanyakannya pada kerabat pasien yang tahu secara persis

1 | P a g e

Page 2: Fraktur Terbuka Regio Kruris Dekstra Sepertiga Tengah Ventral.docx

keadaan pasien (alloanamnesa). Berbeda dengan wawancara biasa, anamnesis akan dilakukan

secara khas, yaitu berdasarkan pengetahuna tentang penyakit dan dasar-dasar pengetahuan

yang ada di balik terjadinya suatu penyakit serta bertolak dari masalah yang dikeluhkan

pasien. Dari anamnesis yang baik maka dokter akan menemukan beberapa hal mengenai

penyakit atau kondisi yang paling mungkin mendasari keluhan pasien, penyakit atau konsis

lain menjadi kemungkinan lain penyebab munculnya keluhan pasien, faktor-faktor yang

meningkatkan kemungkinan terjadinya penyakit tersebut, kemungkinan penyebab penyakit,

faktor yang dapat memperburuk atau memperbaiki keluhan pasien, dan pemeriksaan fisik dan

penunjang yang diperlukan.2

Pada auto anamnesa kita akan mencatat tanggal dan oleh siapa anamnesa itu

dilakukan. Ditanyakan masalah yang membuat mereka datang, seperti mengapa, untuk apa,

kapan dikeluhkan. Kemudian ditanyakan gejala suatu penyakit atau beberapa penyakit yang

serupa sebagai pembanding. Ada beberapa hal yang membuat penderita datang untuk

meminta pertolongan, yaitu sakit/nyeri, kekakuan, dan kelainan bentuk. Dokter harus

mencari tau sifat dari sakit/nyeri seperti lokasi nyeri/penjalaran, penyebab dari nyeri

(trauma), sejak kapan nyeri muncul, apa pernah mendapat pertolongan, bagaimana sifat

nyerinya (pegal, seperti ditusuk,rasa panas, ditarik-tarik, terus-menerus, hanya saat bergerak,

saat istirahat,dll), apa keluhan ini untuk pertama kalinya, atau sering hilang timbul. Kekakuan

yang hanya kaku atau disertai nyeri sehingga pergerakan penderita terganggu, apa terjadi

kelemahan otot. Apakah ada kelainan bentuk seperti

angulasi/rotasi/shortening,benjolan/bengkak. Dari hasil anamnesa yang aktif oleh penderita

dan pasif (ditanya oleh pemeriksa) dipirkan kemungkinan yang diderita oleh pasien, sehingga

apa yang didapat pada anamnesa dapat dicocokan pada pemeriksaan kemudian.1

Allo-anamnesa pada dasarnya sama seperti auto-anamnesa, bedanya hanya yang

menceritakan adalah orang lain. Hal ini penting bila kita berhadapan dengan anak kecil/bayo

atau orangtua yang sudah mulai pikun atau penderita yang sedang tidak sadarkan diri/sakit

jiwa, oleh karena itu perlu dicatat siapa yang memberikan allo-anamnesa. Biasanya allo-

anamnesa mengenai bayi lebih sering dilakukan oleh ibunya yang lebih tau keadaan bayinya,

pembantu rumah tangga yang dapat memberikan keterangan soal anak yang orangtuanya

jarang dirumah, dan saksi-saksi yang melihat kecelakaan dan dapat memberikan keterangan

yang baik pada pemeriksa, terutama saat pasien sedang dalam keadaan tidak sadar.1

2 | P a g e

Page 3: Fraktur Terbuka Regio Kruris Dekstra Sepertiga Tengah Ventral.docx

Pemeriksaan Fisik

Pemeriksaan fisik dibagi atas dua yaitu pemeriksaan umum untuk mendapatkan

gambaran umum dan pemeriksaan setempat. Hal ini sangat diperlukan untuk dapat

melaksanakan total care pada pasien. Pada keadaan umum kita harus memeriksa keadaan

umum dari pasien seperti status kesadaran pasien sedang dalam keadaan normal, apatis,

delirium, somnolen, stupor, ataupun koma. Setelah itu kita periksa tanda-tanda vital pasien,

yaitu tekanan darah, denyut nadi, pernafasan, dan suhu tubuh. Pada pemeriksaan tanda-tanda

vital ditemukan bahwa status tanda vital pasien dalam keadaan normal. Sedangkan untuk

pemeriksaan lokal kita melakukan pemeriksaan muskuloskeletal yang penting, yaitu inspeksi

(look), palpasi (feel), dan pergerakan (move). 2,3

1. Inspeksi (LOOK)

a. Jaringan parut yang alamiah maupun buatan (luka bekas operasi).

b. Café au lai spot (birth mark).

c. Fistula

d. Warna kemerahan atau kebiruan atau hiperpigmentasi.

e. Benjolan/bengak/cekungan dengan hal-hal yang tidak biasa, misalnya dengan rambut

diatasnya dll.

f. Posisi serta bentuk dari ekstermitas yang berubah (deformitas), biasanya terlihat pada

fraktur displaced.

g. Gaya berjalan yang abnormal.

h. Pembengkakan karena hematom dan oedema

i. Krepitasi tulang1,4

2. Palpasi (FEEL) : pada waktu mau meraba, terlebih dahulu posisi penderita diperbaiki agar

dimulai dari posisi netral/posisi anatomi. Pada dasarnya ini merupakan pemeriksaan yang

memberikan informasi dua arah, baik si pemeriksa maupun si sakit, karena itu perlu selalu

diperhatikan wajah sisakit atau menanyakan perasaan sisakit. Yang dicatat adalah :

a. Perubahan suhu terhadap sekitarnya atau kelembaban kulit.

b. Apabila ada pembengkakan, apakah terdapat fluktuasi atau hanya oedema,terutama

daerah persendian.

c. Nyeri tekan, krepitasi, catat letak kelainannya (1/3 proksimal/tengah/distal)

3 | P a g e

Page 4: Fraktur Terbuka Regio Kruris Dekstra Sepertiga Tengah Ventral.docx

d. Tonus otot pada waktu relaksasi atau kontraksi; benjolan yang terdapat di permukaan

tulang atau melekat pada tulang. Selain itu diperiksa juga status neurovaskuler.

Apabila ada benjolan,maka sifat benjolan perlu di deskripsikan permukaannya,

konsistensinya, dan pergerakan terhada permukan atau dasar, nyeri atau tidak, dan

ukuran benjolannya.1

3. Gerak (MOVE)

Setelah memeriksa pemeriksaan feel diteruskan dengan menggerakan anggota gerak

dan dicatat apakah terdapat keluhan nyeri pada pergerakan. Jika terdapat gerakan fraktur

tentunya akan terdapat gerakan yang abnormal didaerah fraktur (kecuali pada incomplete

fracture). Gerakan sendi dicatat dengan ukuran derajat 0 (netral) atau dengan ukuran metrik.

Pencatatan penting untuk mengetahui apakah ada gangguan gerak. Kekakuan pada sendi

(ankilosis) dapat disebabkan oleh faktor eksternal maupun internal. Kekakuan karena faktor

intra-artikular adalah kelainan/kerusakan dari tulang rawan yang menyebabkan kerusakan

tulang subchondral ; juga didapatkan kelainan ligamen dan kapsul sendi. Sedangkan faktor

ekstra artikular disebabkan oleh karena otot atau kulit. Pergerakan yang perlu dilihat adalah

gerakan aktif (penderita menggerakan sendiri) dan pasif (dilakukan pemeriksa). Selain

diperiksa dengan posisi duduk, berbaring juga perlu dilihat waktu berdiri dan berjalan. Jalan

perlu dinilai untuk mengetahui apakah pincang disebabkan oleh instability, nyeri,

discrepancy, dan fixed deformity.1

Berdasarkan skenario, masalah yang terjadi pada pasien ini adalah fraktur pada bagian

regio kruris dekstra 1/3 tengah bagian ventral, sehingga pemeriksaan fisik pasien dilakukan

pada bagian ekstermitas bawah. Pemeriksaan pergerakan pada sendi panggul ruang lingkup

yang dicatat adalah gerak fleksi-ekstensi, abduksi-adduksi, dan rotasi interna-eksterna. Untuk

melakukan pemeriksaan, pelvis harus terlebih dahulu difiksasi agar setiap gerakan dapat

tercatat dengan baik tanpa terganggu dengan gerakan dari tulang belakang terhadap pelvis.

Hal ini jelas kalau kita ingin mengetahui adakah gangguan gerak karena adanya fixed

deformity misalnya dengan Thomas Test. Pada sendi lutut gerakan yang dicatat adalah fleksi-

ekstensi. Pada pemeriksaan gerak pergelangan kaki dan telapak kaki sebelumnya dilakukan

fixasi dan gerakan bagian lain kaki dengan memegang tumit dan dilakukan fleksi (plantar

fleksi) dan ekstensi (dorso flexi). Inversi dan eversi merupakan gerakan dari kaki/tarsalia, dan

abduksi-adduksi jari-jari kaki.1

4 | P a g e

Page 5: Fraktur Terbuka Regio Kruris Dekstra Sepertiga Tengah Ventral.docx

Hasil dari pemeriksaan fisik pasien didapatkan luka terbuka pada regio kruris dekstra

1/3 tengah bagian ventral dengan ukuran 5x2 cm, tepi luka tidak rata, sudut luka tumpul,

tampak jembatan jaringan, tidak tampak adanya perdarahan aktif, tampak adanya penonjolan

fragmen tulang, dan pada ekstermitas bawah sebelah kanan terlihat adanya deformitas dan

lebih memendek.

Pemeriksaan Penunjang

Sebagai penunjang pemeriksaan yang penting adalah “pencitraan” menggunakan sinar

rontgen (X-Ray). Pada pemeriksaan radiologis dengan sinar-X dua arah 90° didapatkan

gambaran garis patah. Pada patah yang fragmennya mengalamai dislokasi, gambaran patah

biasanya jelas. Foto Roentgen haruslah memenuhi beberapa syarat yaitu letak patah tulang

harus di pertengahan foto dan sinar harus menembus tempat ini secara tegak lurus. Harus

selalu dibuat 2 lembar foto dengan arah yang saling tegak lurus. ‘Rules of two’ digunakan

dalam rontgen, yaitu 2 posisi seperti anterior dan posterior, 2 sendi yaitu sendi atas dan

bawah tulang yang patah, dan 2 ekstremitas yaitu kanan dan kiri, terutamanya pada anak-

anak. Lempeng pertumbuhan yang terbuka pada tulang anak dapat membuat fraktur sulit

didiagnosis. Pada pemeriksaan sinar-X, fisis terlihat sebagai garis-garis lusen (greenstick

fracture) melintasi tulang panjang, yang dapat dikelirukan sebagai fraktur. Bagian tulang

yang masih berada dalam fase kartilaginosa perkembangannya tidak dapat dilihat dengan

baik dengan pemeriksaan sinar-X rutin. Jika terdapat pertanyaan mengenai diagnosis fraktur

yang melibatkan lempeng pertumbuhan, pemeriksaan sinar-X perbandingan terhadap sisi

kontralateral yang tidak terlibat sering kali berguna dalam mengklarifikasi masalah.perlu

disadari bahwa permintaan X-Ray harus atas dasar indikasi kegunaan pemriksaan penunjang

tersebut dan hasilnya dibaca sesuai permintaan. Untuk fraktur baru, indikasi X-Ray adalah

untuk melihat jenis dan kedudukan fraktur, karena itu perlu tampak seluruh bagian tulang

(kedua ujung persendian) karena kemungkinan terjadi fraktur dan dislokasi pada jenis fraktur

tertentu, seperti monteggia, galeazzi, dan fraktur segmental femur dengan atau tanpa dislokasi

sendi panggul. Hal yang perlu dibaca pada X-Ray adalah bayangan jaringan lunak, tipis

tebalnya korteks sebagai akibat reaksi periost atau karena akibat biomekanik atau rotasi,

trabukulasi ada tidaknya rare fraction, sela sendi, dan bentuk arsitektur sendi.1,3

5 | P a g e

Page 6: Fraktur Terbuka Regio Kruris Dekstra Sepertiga Tengah Ventral.docx

Computerized tomography (CT-Scan) telah diterima sebagai alat diagnostik yang

berharga dimana-mana. Sama seperti pemriksaan USG, maka CT-Scan juga dapat digunakan

untuk keperluan biopsi. CT juga bermanfaat untuk pembuatan rencana radioretapi. CT-scan

sering digunakan untuk mendapatkan patah tulang yang kompleks, terutama yang di sekitar

sendi, kerana kemampuannya untuk membina semula area of interest di beberapa sudut.

Fraktur, kecederaan ligamen dan dislokasi mudah dapat dikenali dengan resolusi 0,2 mm.

Magnetic Resonance Imaging (MRI) akan menghasilkan suatu citra (gambar) tanpa memakai

radiasi ionisasi. Pencitraan yang diperoleh hampir mirip dengan CT dan tidak ada bahaya

radiasi bagi pasien dan operator. MRI dapat digunakan untuk mengambil pencitraan otak,

medula spinalis, jaringan lunak, otot, sistem tulang, jantung, dan pembuluh darah besar.

Berdasarkan skenario, pemeriksaan radiologi yang tepat adalah dengan membuat gambar foto

pada bagian regio kruris dekstra dengan posisi anteroposterior dan anterolateral.6

6 | P a g e

Gambar 1. Hasil pencitraan dengan X-Ray 5

Gambar 3. Hasil pencitraan dengan MRI 8

Gambar 2. Hasil pencitraan dengan CT-Scan 7

Gambar 2. Hasil pencitraan dengan CT-Scan 8

Page 7: Fraktur Terbuka Regio Kruris Dekstra Sepertiga Tengah Ventral.docx

Selain pemeriksaan radiologi, pasien juga harus melakukan beberapa pemeriksaan

laboratorium. Pemeriksaan laboratorium penunjang lainnya adalah pemeriksaan darah rutin

untuk mengenai keadaan umum dan infeksi akut/menahun. Pada beberapa pemeriksaan atas

beberapa indikasi diperlukan pemeriksaan kimia darah, reaksi imunologi, dan fungsi

hati/ginjal. Pemeriksaan urin rutin dan pemeriksaan mikro-organisme kultur dan sensitivity

test. Pemeriksaan golongan darah juga perlu dilakukan, sehingga ketika pasien membutuhkan

transfusi darah tidak perlu membutuhkan waktu lama untuk mencari kantung darah pasien.1

Diagnosis Banding

Berdasarkan skenario, diagnosis banding yang akan diambil adalah fraktur proxial

tibia. Daerah ujung proksimal tibia merupakan tulang yang lemah dan terdiri dari tulang

spongiosa dan dibatasi cortex yang tipis. Kecuali pada orangtua tulangnya secara keseluruhan

sudah mengalami osteoporotik. Maka mudah dimengerti bila terjadi trauma langsung di

daerah lutut akan terjadi fraktur intraarticular tibia. Biasanya terjadi trauma langsung dari

arah samping lutut, dimana kakinya masih terfiksir di tanah. Gaya dari samping ini

menyebabkan lutut didorong sangat kuat ke arah valgus. Hal ini menyebabkan permukaan

sendi bagian lateral tibia akan menerima beban yang sangat besar yang akhirnya akan

menyebabkan fraktur intraartikular atau amblasnya permukaan sendi bagian lateral tibia.

Lutut yang cedera membengkak dan disertai rasa sakit. Kadang-kadang ditemukan deformitas

(varus atau valgus pada lutut). Pada permukaan lebih aktif, gerak sendi lutut terbatas karena

rasa sakit atau adanya haemorthrosis. Varus dan valgus stress akan menghasilkan nilai positif.

Hal ini disebabkan karena fragmen tulang yang amblas atau disertai dengan rupturnya

ligamen kolateral lateral atau ligamen kolateral medial.1

Diagnosis Kerja

Fraktur kruris merupakan akibat terbanyak dari kecelakaan lalu lintas. Melihat

susunan anatomis cruris dimana permukaan medialnya hanya dilindungi oleh jaringan

subkutan. Hal ini yang menyebabkan mudahnya terjadi fraktur kruris terbuka. Terdapat 4

grup otot yang terpenting pada bagian ini, yaitu otot ekstensor, otot abduktor, otot triseps

surac, dan otot fleksor. Empat grup ini akan membentuk suatu kompartmen yang dibagi atas

3 grup. Grup1 membentuk kompartmen anterior, group 2 membentuk kompartmen lateral,

7 | P a g e

Page 8: Fraktur Terbuka Regio Kruris Dekstra Sepertiga Tengah Ventral.docx

dan grup 3 membentuk kompartmen posterior yang terdiri atas kompartmen superfisial dan

kompartmen dalam. Bagian ini diperdarahi oleh arteri tibialis anterior, arteri tibialis posterior,

dan arteri peroneus. Dipersarafi oleh n. tibialis anterior dan n. peroneus untuk mempersarafi

otot ekstensor dan abduktor ; n. tibialis posterior dan n. poplitea untuk mempersarafi otot

fleksor dan otot triceps surac.1

Mekanisme trauma ada yang berupa trauma langsung dan tidak langsung. Trauma

langsung-energi tinggi adalah akibat dari kecelakaan lalu lintas atau jatuh dari ketinggian

lebih dari 4 meter. Fraktur yang biasa terjadi adalah fraktur terbuka. Trauma langsung-energi

rendah adalah trauma yang muncul akibat cedera olahraga, biasanya yang terjadi adalah

fraktur tertutup. Trauma tidak langsung diakibatkan oleh gerakan tubuh sendiri. Biasanya

berupa torsi tubuh, kekuatan trauma disalurkan melalui sendi. Akibat yang terjadi biasanya

fraktur tibia fibula dengan garis patah spiral dan tidak sama tinggi pada tibia bagian distal dan

pada bagian tibia proksimal. Gejala klinik yang biasa muncul adalah pada daerah yang patah

akan tampak pembengkakan, lalu akan tampak deformitas angulasi. Pada endo/eksorotasi

akan didapati nyeri gerak ddan nyeri tekan pada daerah yang patah.1

Klasifikasi Fraktur Terbuka

Fraktur dikatakan terbuka jika terdapat hubungan antara tulang yang patah dengan

dunia luar. Luka yang muncul biasanya akan terkontaminasi dengan bakteri yang ada

dilingkungan. Hal ini akan membuat inflamasi menjadi semakin kronik, terutama jika materi

asing sudah terbawa masuk kedalam fraktur saat kecelakaan terjadi. Fraktur terbuka dibagi

atas derajat I, derajat II, dan derajat III. Derajat I bila terdapat hubungan dengan dunia luar,

timbul luka kecil (< 1 cm), biasanya diakibatkan oleh tusukan fragmen tulang dari dalam

menembus keluar. Derajat II bila lukanya lebih besar (1-10 cm), luka disebabkan karena

benturan benda-benda luar. Derajat III luka berukuran lebih besar ( > 10 cm), lebih kotor,

jaringan lunak banyak yang rusak (otot, saraf, pembuluh darah, kulit). Pada umumnya bentuk

penanggulangan fraktur terbuka, dilakukan tindakan debridement. Selain dibagi dalam

beberapa derajat, fraktur juga dibagi 1,4

Penatalaksanaan

Fraktur tertutup dilakukan reposisi tertutup dan dilakukan imobilisasi dengan gips.

Caranya adalah pasien tidur terlentang di atas meja periksa. Kedua lutut dalam posisi fleksi

90o, sedang kedua tungkai bawah menggantung di tepi meja. Tungkai bawah yang patah

8 | P a g e

Page 9: Fraktur Terbuka Regio Kruris Dekstra Sepertiga Tengah Ventral.docx

ditarik ke arah bawah. Rotasi diperbaiki. Setelah tereposisi baru dipasang gips melingkar.

Ada beberapa cara pemasangan gips, yaitu :

- Cara long plaster : imobilisasi cara ini dilakukan dengan pemasangan gips mulai

pangkal jari kaki sampai proksimal femur dengan sendi talocrural dalam posisi netral

sedang posisi lutut dalam fleksi 20o.

- Cara Sarmiento : pemasangan gips dimulai dari jari kaki sampai di atas sendi

talocrural dengan molding sekitar malleolus. Kemudian setelah kering segera

dilanjutkan ke atas sampai 1 inci dibawah tuberositas tibia dengan molding pada

permukaan anterior tibia, gips dilanjutkan sampai ujung proksimal patella.

Keuntungan cara ini adalah kaki dapat diinjakan dengan lebih cepat.

Setelah dilakukan reposisi tertutup ternyata hasilnya masih kurang baik. Masih terjadi

angilasi, perpendekan lebih dari 2 cm, tidak ada kontak antara kedua ujung fragmen tulang.

Dapat dianjurkan untuk dilakukan open reduksi operasi dan pemasangan internal fiksasi

(ORIF). Macam-macam internal fiksasi ada screw, plate+screw, dan tibial nail.1

Pada fraktur terbuka dilakukan debridement luka, kemudian tulang yang patah akan

direposisi secara terbuka. Setelah itu dilakukan imobilisasi. Bermacam cara untuk melakukan

imobilisasi fraktur terbuka adalah :

- Cara Trueta : (1) Luka setelah dilakukan debridement tetap dibiarkan terbuka tidak

perlu dijahit. Setelah tulangnya direposisi, gips dipasang langsung tanpa pelindung

kulit kecuali pada derajat SIAS, calcaneus, dan tendo Achilles. (2) Gips dibuka

setelah berbau dan basah.

- Cara Long Leg Plaster : cara seperti ini sama seperti pada fraktur tertutup, hanya

kalau pada fraktur terbuka dibuat jendela setelah beberapa hari di atas luka. Dari

jendela ini luka dirawat sampai sembuh.

- External Fixation (pen diluar tulang) : (1) Cara ini sangat baik untuk fraktur terutama

pada fraktur terbuka derajat III pada regio cruris. Dengan cara ini perawatan luka

yang luas di cruris sangat mudah.1

Tindakan debridement pada fraktur terbuka adalah sebagai berikut : (1) penderita

diberi toksoid, ATS, atau tetanus human globulin. (2) Antibioka untuk kuman gram positif

dan negatif dengan dosis tinggi. (3) kultur dan resistensi kuman dari dasar luka fraktur

terbuka. (4) Torniquet disiapkan tetapi tidak perlu ditiup. (5) Setelah dalam narkose seluruh

ekstremitas dicuci selama 5-10 menit dan dicukur. (6) Luka diirigasi dengan cairan NaCl

9 | P a g e

Page 10: Fraktur Terbuka Regio Kruris Dekstra Sepertiga Tengah Ventral.docx

steril atau air matang 5-10 liter. Luka derajat III harus disemprot hingga bebas kontaminasi.

(7) Tindakan desinfektasi dan pemasangan duk (draping). (8) Eksisi luka lapis demi lapis.

Eksisi kulit, subkutis, fasia, otot. Otot yang tidak vital dieksisi. Tulang-tulang kecil yang

tidak melekat pada periosteum dibuang. Fragmen tulang besar yang perlu untuk stabilisasi

dipertahankan. (9) Bila letak luka tidak menguntungkan maka untuk reposisi terbuka dibuat

insisi baru. (10) luka frajtur terbuka selalu dibiarka terbuka dan bila perlu ditutup setelah satu

minggu setelah oedema menghilang. Luka untuk reposisi terbuka dijahit primer. (11) Fiksasi

yang baik adalah fiksasi interna, tapi jika tidak ada bisa dengan gips sirkuler dengan jendela

atau traksi sampai luka sembuh. Pemakaian antibiotika diteruskan untuk 3 hari dan bila

diperlukan debridment harus diulang.1

Antibiotik diberikan apabila terjadi fraktur terbuka. Luka pada fraktur terbuka harus

segera diberi antibiotik karena apabila luka ditimbulkan karena terkena benda dari luar atau

luka yang kotor dan jaringan lunak banyak yang rusak, sehingga memungkinkan

mikroorganisme masuk melalui luka tersebut. Contoh antiobiotik yang diberikan yaitu

penisilin G, tetrasiklin, kombinasi benzilpenisilin + flukloksasilin, dan gentamisin, atau

metronidazol. Penisilin G adalah obat yang digunakan untuk terapi tetanus (C.tetani), perlu

ditambahkan toksoid tetanus dan imunoglobulin tetanus (ATS) sebab Penisilin G hanya

tertuju pada pembasmian mikroorganisme vegetatif saja. Tetrasiklin adalah obat yang

merupakan pengganti apabila tidak ada Penisilin G. Kombinasi benzilpenisilin dan

flukloksasilin tiap 6 jam selama 48 jam. Gentamisin atau metronidazol mencegah dari bakteri

gram negative. Analgesik dan Anti inflamasi Non-Steroid (AINS) dipakai untuk

menghilangkan rasa nyeri dan mencegah proses terjadinya inflamasi pada pasien. Contoh

obat jenis analgesik dan Anti-Inflamasi Non-Steroid(AINS) diantaranya ibuprofen, salisilat,

salisilamid, diflunisial, dan para amino fenol (parasetamol).9

Proses re-modeling tulang

Mekanisme seluler yang terlibat pada penyembuhan fraktur sangat berkaitan dengan

proses penyembuhan jaringan yang lain, walaupun terdapat modifikasi sesuai dengan

keadaan lingkungan tertentu. Segera setelah terjadi fraktur, akan terjadi perdarahan dalam

tulang karena sobeknya pembuluh darah dalam sumsum tulang dan juga di sekeliling tulang

yang berhubungan dengan periosteum. Timbulnya hematoma pada tempat fraktur

memberikan fasilitas penyembuhan karena merupakan landasan pertumbuhan sel. Terdapat

10 | P a g e

Page 11: Fraktur Terbuka Regio Kruris Dekstra Sepertiga Tengah Ventral.docx

pula fragmen tulang yang mati, dan mungkin disertai kerusakan jaringan lunak disekitarnya.

Jadi, tahap awal penyembuhan adalah pembuangan jaringan nekrotik dan organisasi

hematom. Organisasi hematom berlangsung secara khusus, yaitu pecahnya kapiler disertai

fibroblas dan osteoblas yang membentuk pola tulang sebagai suatu anyaman yang tidak

teratur. Massa tulang baru yang kadang-kadang mengandung pulau-pulau tulang rawan,

disebut kallus. Kalus yang yerdapat dalam rongga medula disebut kalus internal, sedang yang

berhubungan dengan periosteum disebut kalus eksternal. Kalus eksternal berfungsi sebagai

penyangga, walaupun nantinya akan diresopsi. Tulang yang berbentuk seperti anyaman ini

selanjutnya akan diganti oleh tulang yang susunannya lebih teratur dan berlamel ; model

tulang ini secara bertahap akan mengalami perubahan berdasarkan tekanan mekanis yang

dialaminya. Tulang berbentuk anyaman ini selanjutnya diganti tulang yang berlapis-lapis

(lamelar) yang bentuknya lebih teratur, dan akhirnya akan mengalami perbaikan bentuk

perlahan-lahan sesuai dengan beban mekanik.10

Komplikasi

Komplikasi dini yang biasa terjadi adalah kompartmen sindroma yaitu suatu keadaan

peningkatan takanan yang berlebihan di dalam satu ruangan yang disebabkan perdarahan

masif pada suatu tempat. Terutama terjadi pada fraktur proksimal tibia tertutup. Komplikasi

ini sangat berbahaya karena dapat menyebabkan gangguan vaskularisasi tungkai bawah yang

dapat mengancam kelangsungan hidup tungkai bawah. Yang paling sering terjadi adalah

anterior compartment sindrom. Dengan terjadinya fraktur tibia akan terjadi perdarahan intra-

kompartemen, hal ini akan menyebabkan tekanan intrakompartemen meningkat,

menyebabkan aliran balik darah vena terganggu. Hal ini akan menyebabkan oedema. Dengan

adanya oedema tekanan intrakompartemen makin meninggi sampai akhirnya sedemikian

tingginya sehingga menyumbat arteri di intrakompartemen. Gejala yang akan timbul adalah

rasa sakit pada tungkai bawah dan ditemukan paraesthesia. Rasa sakit akan bertambah bila

11 | P a g e

Gambar 4. Proses re-modelling tulang 10

Page 12: Fraktur Terbuka Regio Kruris Dekstra Sepertiga Tengah Ventral.docx

jari digerakkan secara pasif. Kalau hal ini berlangsung cukup lama dapat terjadi paralise pada

otot-otot ekstensor hallusis longus, ekstensor digitorum longus, dan tibial anterior. Dalam

waktu < 12 jam harus dilakukan fasciotomi.1

Komplikasi lanjut yang terjadi adalah mal-union, delayed union, non-union, dan

kekakuan sendi. Malunion biasanya terjadi pada fraktur yang kominutif sedang

imobilisasinya longgar, sehingga akan terjadi angulasi dan rotasi, dan untuk memperbaikinya

dilakukan osteotomi. Delayed union terutama terjadi pada fraktur terbuka yang diikuti dengan

infeksi atau pada fraktur kominutif. Hal ini diatasi dengan operasi tandur alih tulang

spongiosa. Non-union disebabkan karena terjadi kehilangan segmen tulang tibia disertai

infeksi. Hal ini diatasi dengan melakukan bone grafting menurut cara papineu. Kekakuan

sendi disebabkan pemakaian gips yang lama. Pada persendian kaki dan jari kaki biasanya

terjadi hambatan gerak. Hal ini dapat diatasi dengan fisioterapi.1

Komplikasi lainnya yang biasa terjadi adalah fat embolism syndroma (tetesan lemak

yang masuk ke dalam pembuluh darah), tromboembolic complication (sering terjadi pada

individu yang imobil dalam waktu yang lama karena trauma atau ketidak mampuan lazimnya

komplikasi pada perbedaan ekstremitas bawah atau trauma komplikasi paling fatal bila terjadi

pada bedah ortopedi), infeksi, avascular necrosis (berkaitan dengan aseptika atau necrosis

iskemia), refleks symphathethic dysthropy (hiperaktif sistem saraf simpatik abnormal

syndroma ini belum banyak dimengerti, mungkin karena nyeri, perubahan tropik dan

vasomotor instability), syok hipovolemik, syok neurovasculer, dan kerusakan organ syaraf.4

Prognosis

Faktor yang mempengaruhi penyembuhan fraktur adalah imobilisasi fragmen tulang,

kontak fragmen tulang minimal, asupan darah yang memadai, nutrisi yang baik, latihan

pembebanan berat badan untuk tulang panjang, hormon-hormon pertumbuhan tiroid,

kalsitonin, dan vitamin D.

Penutup

Seorang laki-laki berusia 30 tahun dibawa ke UGD RS setelah mengalami kecelakaan

sepeda motor. Menurut warga, saat sedang mengendarai motornya, pasien teresebut ditabrak

oleh mobil yang melaju dari arah kanan, lalu pasien terlempar dari sepeda motornya, pasien

menggunakan helm. Pada pemeriksaan fisik, tanda-tanda vital dalam keadaan normal. Pada

PF luka terbuka pada regio kruris dekstra 1/3 tengah bagian ventral dengan ukuran 5x2 cm,

12 | P a g e

Page 13: Fraktur Terbuka Regio Kruris Dekstra Sepertiga Tengah Ventral.docx

tepi luka tidak rata, sudut luka tumpul, tampak jembatan jaringan, tidak tampak adanya

perdarahan aktif, tampak adanya penonjolan fragmen tulang. Ekstermitas bawah sebelah

kanan terlihat adanya deformitas dan lebih memendek. Berdasarkan data yang ada pasien

laki-laki ini didiagnosa fraktur terbuka derajat II regio tibia dextra 1/3 tengah.

Daftar Pustaka

1. Bagian Ilmu Bedah Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia/Rumah Sakit Cipto

Mangunkusumo. Orthopaedi. Dalam Kumpulan Kuliah Ilmu Bedah. Jakarta :

Penerbita Binarupa Aksara ; 2003.

2. Gleadle J. Pengambilan anamnesis. Dalam : At a Glance Anamnesis dan Pemeriksaan

Fisik. Jakarta : Penerbit Erlangga; 2007. h.1-17.

3. Bickley L.S. Anamnesis. Bates’ Guide to physical examination and history taking.

International edition. 10th edition. Lippincott Williams & Wilkins. Wolters Kluwer

Health. 2009.

4. Henry MM, Thompson JN. Principles of management of fracture, joint injuries, and

peripheral nerve injuries. In Clinical Surgery. 2nd ed. United Kingdom : Elsevier

Saunders ; 2005.p.677-92.

5. Tibial Plafond Fractures. Diunduh dari orthopedics.about.com, 23 Maret 2013.

6. Bagian Radiologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia/Rumah Sakit Cipto

Mangunkusumo. Perkembangan mutakhir pencitraan diagnostik (diagnostic imaging).

Dalam Radiologi Diagnostik. Jakarta : Balai Penerbit FKUI ; 1999.

7. Osteoitis. Diunduh dari www.springerimages.com, 23 Maret 2013.

8. Musculoskeletal and orthopaedic MRI. Diunduh dari

musculoskeletalmri.blogspot.com, 23 Maret 2013.

9. Departemen Farmakologi dan Terapeutik Fakultas Kedokteran-Universitas Indonesia.

Farnakologi dan terapi. Edisi 5. Jakarta : Badan Penerbit FKUI ; 2012.

10. Underwood JCE, Sarjadi (editor). Patologi umum dan sistemik volume 1. Edisi 2.

Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC ; 1999.

13 | P a g e