Fraktur OS Mastoid

25
PENDAHULUAN Mastoid merupakan tulang yang terdiri dari bagian yang berselula atau bagian aerasi. Tulang ini dibatasi pada bagian superior oleh fossa kranialis medial dan pada posterior oleh fossa kranialis posterior. Mastoid merupakan bagian dari tulang temporal sehingga trauma pada tulang temporal akan mengakibatkan cedera pada mastoid. Mastoid merupakan tulang yang dapat melindungi organ-organ dalam dibagian temporal dari mekanisme cedera. Tulang temporal merupakan struktur tulang yang membentuk tulang kepala pada bagian lateral dan juga merupakan bagian struktur yang membentuk basis cranii. Fraktur tulang temporal adalah kelainan yang sering dikonsultasikan pada spesialis THT (Telinga, Hidung, Tengorok) dalam keadaan darurat. Pengetahuan tentang anatomi struktur vital dalam tulang temporal sangat penting untuk mendiagnosa dan penanganan cedera dengan cepat dan tepat. Evaluasi yang tepat dapat memperhitungkan derajat keparahan dan gejala-gejala trauma pada telinga. 1,2,3,7 Cedera pada tulang temporal mencapai 30% sampai 70% kasus yang melibatkan trauma tumpul kepala. Kebanyakan fraktur yang terjadi adalah unilateral dengan laporan kasus fraktur temporal bilateral hanya sekitar 9% sampai 20% kasus. Paling sering terjadi pada orang dewasa dan pada anak-anak kasus ini timbul dengan angka kejadian sekitar 8% sampai 22%. Meskipun langkah-langkah keamanan seperti sabuk pengaman, airbags, dan

description

Sebuah referat THT yang membahas tentang fraktur tulang temporal khususnya pars mastoid...

Transcript of Fraktur OS Mastoid

Page 1: Fraktur OS Mastoid

PENDAHULUAN

Mastoid merupakan tulang yang terdiri dari bagian yang berselula atau bagian aerasi.

Tulang ini dibatasi pada bagian superior oleh fossa kranialis medial dan pada posterior oleh fossa

kranialis posterior. Mastoid merupakan bagian dari tulang temporal sehingga trauma pada tulang

temporal akan mengakibatkan cedera pada mastoid. Mastoid merupakan tulang yang dapat

melindungi organ-organ dalam dibagian temporal dari mekanisme cedera. Tulang temporal

merupakan struktur tulang yang membentuk tulang kepala pada bagian lateral dan juga

merupakan bagian struktur yang membentuk basis cranii. Fraktur tulang temporal adalah

kelainan yang sering dikonsultasikan pada spesialis THT (Telinga, Hidung, Tengorok)

dalam keadaan darurat. Pengetahuan t en t ang ana tomi s t ruk tu r v i t a l da l am tu l ang

t empora l s anga t pen t i ng un tuk  mendiagnosa dan penanganan cedera dengan cepat dan

tepat. Evaluasi yang tepat dapat memperhitungkan derajat keparahan dan gejala-gejala trauma

pada telinga.1,2,3,7

Cede ra pada t u l ang t empora l mencapa i 30% sampa i 70% kasus yang

melibatkan trauma tumpul kepala. Kebanyakan fraktur yang terjadi adalah unilateral dengan

laporan kasus fraktur temporal bilateral hanya sekitar 9% sampai 20% kasus. Paling sering

terjadi pada orang dewasa dan pada anak-anak kasus ini timbul dengan angka kejadian sekitar

8% sampai 22%. Meskipun langkah-langkah keamanan seperti sabuk pengaman, airbags, dan

helm sepeda dapat membantu mengurangi jumlah kecelakaan kendaraan yang mengakibatkan

trauma kepala, kecelakaan tetap yang paling umum menjadi penyebab cedera tulang temporal.

Trauma tulang temporal sering dikaitkan dengan trauma cedera otak berat. Sekitar 4% pasien

dengan cedera kepala mengalami fraktur dan 14% sampai 22% dari pasien tersebut menderita

fraktur tulang temporal. Tiga penyebab tersering adalah kecelakaan dengan kendaraan dan

sepeda motor (45%), jatuh (32%) dan karena tindakan kekerasan atau perampokan (11%). Luka

tembakan pada kepala merupakan penyebab yang tidak sering tetapi meningkatkan

frekuensi ke j ad i an t r auma kepa l a dan l eb ih da r i s e t engah pa s i en i n i

mende r i t a t r auma intrakanial. Luka pada arteri karotis lebih sering meningkatkan

angka kematian dibandingkan pada trauma tumpul. Fraktur yang terjadi pada tulang

temporal dapat mengakibatkan fraktur yang melibatkan komponen penyusunnya

yaitu salah satunya adalah tulang mastoid. 1,3,10

Page 2: Fraktur OS Mastoid

PEMBAHASAN

A. ANATOMI

Tulang temporal merupakan tulang yang membentuk cavum cranii dan terletak

pada aspek lateral, berbatasan dengan tulang parietal dibagian superior, tulang

sphenoid dibagian anterior dan tulang oksipital dibagian posterior. Tulang temporal

membentuk bagian tulang dari fossa kranialis media dan fossa kranialis posterior

serta berkontribusi dalam membentuk basis cranii. 1,4,10

Tulang temporal terbagi atas lima komponen tulang yaitu pars squamosa, pars

tympanica, styloid, mastoid, dan petrosus. Pars squamosa merupakan bagian os

temporal yang terletak dibagian superior dan anterior dan terutama menyusun

dinding lateral fossa kranialis medial, pars squamosa juga berkontribusi dalam

pembentukan atap tulang dari meatus akustikus eksternus. Pars tympanica dari os

temporal membentuk meatus akustikus eksternus yang berfungsi untuk melindungi

membran timpani. Prosessus styloideus muncul pada pars timpani dan memberikan

tempat untuk melekatnya ligament stylohyoid dan stylomandibular. Pars mastoid

membentuk batas posterior dari os temporal dan merupakan tulang yang memiliki

Gambar 1. Gambar dua sisi tulang temporal pada tulang tengkorak manusia. (B) Dilihat dari sisi anterior, (C) dilihat dari inferior, (D) Dilihat dari bagian dasar tulang tengkorak.1

Page 3: Fraktur OS Mastoid

banyak rongga-rongga didalamnya yang disebut dengan mastoid cell, pars mastoid

juga merupakan tempat bermuaranya kanal fallopian, sinus sigmoid dan ossicles.

Pars petrous dari os temporal merupakan tulang yang berbentuk piramida dan

memiliki puncak yang terletak pada tulang basis cranium diantaral tulang sphenoid

dan occipital. Didalam pars petrous terletak struktur-struktur penting seperti

kapsula otik yang terdiri dari koklea, vestibuli, kanalis semicircularis, meatus

akustikus internus yang didalamnya terdapat jalur perjalanan dari nervus VII dan

nevus VIII. Cedera pada bagian ini akan merusak struktur vital yang berada

didekatnya dan akan menimbulkan gejala-gejala sesuai dengan organ yang

dicederai.1,4

B. ETIOLOGI

Cedera tulang temporal paling sering diakibatkan oleh trauma tumpul dan sangat jarang oleh

trauma tajam atau penetrasi yang kerusakan karena trauma ini lebih parah. Trauma tumpul pada

tulang temporal dapat disebabkan oleh kecelakaan kendaraan bermotor (12%-

47%), penganiayaan (10% -37%), jatuh (16% -40%), trauma penetrasi biasanya diakibatkan oleh

luka tembak (3%-33%). Dengan perbaikan teknologi keselamatan mobil, kejadian patah

tulang akibat ke ce l ak aan ke nd a ra an be rmo to r dapa t me ng a l a mi pe nu runan .

D i s i s i l a i n ,  peningkatan kejahatan dan kekerasan dapat mengakibatkan cedera tulang

temporal karena penyerangan.3,6

Gambar 2. Gambar tulang temporal kiri dilihat dari sisi lateral. Tulang skuamosa,styloid, dan mastoid yang terlihat. Garis bagian tympani, meatus akustikus eksternus dantulang petrous adalah struktur interior dantidak terlihat dari pandangan lateral.1

Page 4: Fraktur OS Mastoid

C. KLASIFIKASI

Fraktur temporal secara klasik dibagi atas dua macam fraktur yaitu fraktur longitudinal dengan angka kejadian

sekitar 80% dari seluruh fraktur temporal dan fraktur tranversal dengan angka kejadian 20% berdasarkan studi

yang dilakukan pada tahun 1940. Fraktur longitudinal terjadi akibat adanya trauma yang mengenai tulang

temporoparietal dan struktur yang paling sering terlibat antara lain membran timpani, atap dari telinga tengah dan

bagian anterior dari apex petrous. Sekitar 15-20% dapat melibatkan cedera pada saraf fasialis. Onset dari terjadinya

paralisis saraf fasialis biasanya timbul lambat, keterlibatan dari struktur seperti koklea dan vestibular biasanya

sangat jarang. Fraktur ini dapat berjalan dari anterior atau posterior (mastoid atau meatus acusticus eksternus ) yang

akan mengikuti bagian tulang yang paling lemah menuju koklea dan kapsula labirin lalu membentuk garis fraktur

petrosquamos yang berujung di anterior ke kapsula otik serta dapat juga berakhir di dekat foramen spinosum atau

pada air mastoid cell. Keterlibatan dari struktur pada telinga tengah dapat menyebabkan hemotimpanum dan

cedera ossicula sehingga akan menghasilkan tuli konduktif.1,3,5,6,9

Fraktur transversal terjadi akibat adanya trauma yang mengenai tulang fronto-occipital yang menghasilkan

gaya sepanjang axis anterior-posterior dan menimbulkan garis fraktur yang tegak lurus pada axis panjang

piramid petrous. Garis fraktur berasal dari foramen magnum melalui fossa posterior lalu ke piramid petrous

termasuk ke kapsula otik dan fossa kranialis medial sehingga sangat sering menimbulkan tuli sensorineural

ataupun vertigo. Keterlibatan cedera saraf fasialis lebih sering (50%) dibandingkan dari fraktur longitudinal.

Kapsula otik dan meatus acusticus internus seringkali terlibat cedera. Fraktur transversal biasanya

menyebabkan struktur koklea dan vestibular hancur, sehingga dapat mengakibatkan sensorineural

hearing loss (SNHL) dan vertigo yang berat. Intensitas vertigo akan berkurang setelah 7-10 hari

Gambar 3. Garis fraktur longitudinal yang dapat terbentuk digambarkan pada garis hitam dan garis biru terhadap gambar.3

Page 5: Fraktur OS Mastoid

kemudian terus menurun selama 1-2 bulan berikutnya, dan hanya menyisakan perasaan

goyah yang berlangsung sekitar 3-6 bulan, sampai akhirnya terjadi kompensasi.1,3,5,6,9

Tabel 1. Perbandingan fraktur longitudinal dan fraktur transversal.6

Gambaran Fraktur longirudinal Fraktur Transversal

Insiden 80% 20%

Mekanisme Trauma dari os temporal atau

parietal

Trauma dari os frontal atau occipital

Otore CSF Sering Jarang

Perforasi membran

timpani

Sering Jarang

Kerusakan N.

Fascialis

20% ( Tidak menetap dan onset

lambat )

50% ( Berat, menetap dan onset

immediate )

Hearing loss Sering ( Tipe konduktif dan

sensorineural pada nada tinggi )

Sering ( Sensorineural atau campuran

)

Hemotimpanicum Sering Jarang

Nistagmus Sering (Spontan, intensitas rendah

atau tergantung posisi )

Sering (Spontan, intensitas tinggi )

Otore Sering Jarang

Vertigo Sering ( kurang intens ) Sering ( lebih intens, terjadi pada fase

Gambar 4. Garis fraktur transversal yang dapat terbentuk digambarkan pada garis hitam dan garis merah terhadap gambar.3

Page 6: Fraktur OS Mastoid

akut dengan disertai gejala mual dan

muntah )

Bagaimanapun sistem klasifikasi fraktur secara klasik ini jarang berdiri sendiri, sehingga gejala dari kedua tipe

fraktur tidak dapat membedakan apakah fraktur yang terjadi adalah fraktur longitudinal atau transversal, telah

dilaporkan bahwa 90% trauma tumpul pada temporal akan mengakibatkan fraktur campuran dari kedua tipe

fraktur klasik atau fraktur oblique. Sekarang ini, dikembangkan sebuah kategori baru dalam klasifikasi fraktur

temporal yang dibagi atas dua tipe yaitu fraktur tulang temporal otic capsule sparing (OCS) dan otic capsule

disruption (OCD). Sistem klasifikasi ini ternyata memberikan korelasi yang lebih baik dengan klinis pasien.

Fraktur OCS lebih banyak terjadi (90%) dari pada OCD dan juga memiliki insidensi yang lebih tinggi terhadap

terjadinya kerusakan saraf fasialis (30-50%), SNHL, dan CSF leak (2-4 kali lebih tinggi dbandingkan OCD ).3,6

Tabel 2. Perbandingan fraktur otic capsule sparing (OCS) dengan otic capsule disruption (OCD).6

Gambaran OCS OCD

Insiden 95% 5%

Mekanisme Trauma tulang temporal atau

parietal

Trauma occipital

Garis fraktur Anterolateral mengarah ke kapsula

otik

Melewati kapsula otik

Jalur Pars squamosa os temporal, dinding Foramen magnum, kapsula otik,

Gambar 4. Garis fraktur transversal yang dapat terbentuk digambarkan pada garis hijau garis fraktur longitudinal diwakili pada garis yang dibundari sedangkan garis fraktur

transversal pada garis fraktur yang diberkan garis bawah.3

Page 7: Fraktur OS Mastoid

posterior dari meatus acusticus

eksternus, tulang mastoid

pyramid petrous, foramen jugular,

foramen lacerum,

Kerusakan N.

Fascialis

Jarang Sering

Hearing loss Tipe konduktif atau campuran Tipe sensorineural

CSF leak Fossa cranial media ( MAE, telinga

tengah, tegmen timpani )

Fossa cranial posterior ( Tuba

auditiva, telinga tengah )

Dari tipe-tipe fraktur ini, keterlibatan fraktur mastoid sangatlah sering terjadi. Hal ini dikarenakan tulang

mastoid diyakini merupakan tulang yang berfungsi sebagai penyerap energi trauma karena tulang ini terdiri dari

rongga-rongga atau yang disebut air cell mastoid dan dalam beberapa literature menyebutkan istilah

pneumatization. Dari hasil penelitian menyebutkan bahwa dengan adanya efek absorsi energi trauma dari tulang

mastoid maka fraktur yang terjadi akan lebih ringan sehingga organ-organ vital yang terletak ditulang temporal

dapat dilindungi.7

D. MANIFESTASI KLINIS

Pasien dengan fraktur tulang mastoid dapat dijumpai dengan otore, laserasi pada bagian

tulang temporal atau hematonm serta memar pada mastoids (battle sign). Secara umum, gejala

yang ditimbulkan oleh fraktur tulang mastoid bergantung dari kerusakan stuktur vital yang

terlibat. Gejala subjektif dari penderita dapat berupa penurunan pendengaran, vertigo, tinnitus,

autofoni, kelemahan otot-otot wajah atau sekret pada telinga. Terjadinya gejala-gejala tersebut

akan dijelaskan dibawah ini.1,5

- Penurunan pendengaran.

Penurunan pendengaran adalah gejala yang paling sering didapatkan pada fraktur tulang

temporal. Beberapa studi menyebutkan bahwa lebih dari setengah jumlah pasien fraktur

tualng temporal yang mengalami penurunan pendengaran. Penurunan pendengaran dapat

disertai adanya tinitus, namun ada atau tidaknya tinnitus tidak mempengaruhi prognosis

pasien. Derajat parahnya penurunan pendengaran pada pasien sangat ditentukan dari

kekuatan trauma dan lokasi terjadinya garis fraktur. Pada fraktur transversal yang

Page 8: Fraktur OS Mastoid

melibatkan kapsula otik dan meatus acusticus interna akan menyebabkan penurunan

pendengaran yang bersifat sensoineural atau tuli sensorineural, sedangkan pada fraktur

longitudinal lebih sering menyebabkan gangguaan berupa tuli konduksi atau tuli

campuran. Dislokasi dari sendi incudostapedial merupakan penyebab paling umum

terjadinya tuli konduksi pada fraktur tulang temporal.1,4,7

- Hemotimpanum

Cedera pada tulang temporal dan mukosa telnga tengah serta mastoid sangat sering

memicu terjadinya akumulasi dari darah atau cairan serosanguinos di rongga teelinga

tengah. Darah atu cairan pada telinga tengah dalam jumlah yang banyak akan

mencerminkan adanya cedera yang luas dan juga telah terjadi gangguan fungsi dari tuba

eustachia. Jika cedera yang terjadi sudah sangat berat atau drainase dari tuba eustachia

terhenti total maka rongga telinga tengah akan terisi banyak darah yang dalam

pemeriksaan fisik membrane timpani akan terlihat lebih kehitaman.4

- Otore

Otore terjadi bila membran timpani mengalami ruptur, cairan yang sebelumnya

terakumulasi di rongga telinga tengah akan keluar melalui meatus acusticu eksterna.

Cairan atau sekret ini dapat berupa darah, eksudat, cairan serebrospinal (CSF) atau

campuran dari ketiga jenis sekret tersebut. Otore akan segera terjadi pada fraktur tualng

temporal dan dapat menjadi tanda patognomonis, namun sebagian kasus tidak terjadi

Gambar 5. Manifestaasi klinis yang didapatkan pada fraktur tulang ttemporal (A) hemotimpanum, (B) Postaurikular ekimosis (battle sign’s), (c) periorbital hematom

( raccoon eyes ).1

Page 9: Fraktur OS Mastoid

otore akibat adanya drainase cairan ke tuba eustachia. CSF dapat mengalir ke tuba

eustachia dan bermanifestasi sebagai rhinorrhea. Hal ini dapat terjadi dengan atau tanpa

cedera pada membran timpani. Adanya CSF menandakan bahwa tejadi destruksi dari

lapisan duramater akibat fraktur sehingga terjadinya kebocoran dari CSF. Hal ini sering

terjadi bila fraktur yang terjadi melibatkan cedera pada kapsula otik. Setelah trauma,

otore CSF biasanya serous dan dapat salah interpretasi bila telah bercampur dengan

darah. Cairan yang dicurigai CSF harus diperiksa kadar beta-2-transferin, bila tinggi

maka mengindikasikan otore adalah cairan CSF.3,4

- Vertigo

Gejala ini sangat rumit dievaluasi pada pasien dengan trauma temporal yang berat.

Namun pada cedera yang mengenai kapsula otik dapat menimbulka cedera berat pada

sturuktur vestibuler yang ditandai dengan adanya nistagmus. Nistagmus perifer seringkali

terlihat dan biasanya horizontal atau rotatoar. Namun biasanya kelainan akan hilang

dengan spontan setelah 6-12 bulan setelah trauma akibat adanya mekanisme adaptasi

sentral.4,7

- Cedera saraf fasial

Angka kejadian terjadinya cedera saraf fasial diperkirakan 15-20% pada fraktur

longitudinal dan 50% pada fraktur transversal. Saraf fasialis intratemporal dapat

mengalami cedera akibat kompresi, teregang, tertarik atau terputus akibat adanya trauma

tulang temporal. Saraf ini berjalan didalan saluran yang teridir dari meatus acusticu

Gambar 6. Otore CSF pada pasien dengan fraktur temporal kiri dsiertai ruptu rani membrane timpani. 1

Page 10: Fraktur OS Mastoid

internus dan kanalis fasialis (fallopian). Saraf fasialis terbagi atas beberapa segmen yang

terbagi atas segmen meatus akustikus internus, labirin, genikulatum, timpani dan segmen

mastoid. Tempat yang paling penting dari saraf fasialis pada region perigenikulatum,

pada bagian ini saraf fasialis seringkai mengalami penyempitan saluran akibat fraktur

tulang temporal.1,3,8

E. DIAGNOSIS

Diagnosis fraktur tulang temporal dapat ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan

fisis serta pemeriksaan penunjang. Anamnesis yang penting pada pasien adalah adanya riwayat

trauma yang dialami pasien, serta mekanisme trauma juga penting untuk diketahui agar dapat

diperkirakan berat-ringannya trauma yang terjadi serta menentukan apakah trauma merupakan

multiple trauma. Pada pemeriksaan fisis pasien dengan trauma penting untuk menilai kesadaran

pasien dengan memakai glasgow coma scale, tanda-tanda perdarahan dan syok. Bila pasien

masuk denga multiple trauma maka sebaiknya segera dilakukan pemasangan cervical spine

untuk mengamankan tulang servikal sebelum pemeriksaan lainnya dilakukan. Pasien denga

fraktur tulang temporal pada pemeirksaan fisis yang penting untuk ditemukan adalah adanya

otore yang berupa CSF, darah atau keduanya. Selain itu fungsi saraf fasialis, penurunan

pendengaran dan gangguan vestibuler juga dapat didapatkan. Tanda patognomonis yaitu berupa

hemotympanum, fraktur kanalis eksterna, ekimosis serta ruptur dari membrane timpani dapat

dilihat melalui pemeriksaan otoskopi dan bila ada tanda-tanda fraktur yang melibatkan basis

canii maka akan didapatkan tanda berupa battle sign atau raccoon eyes.3,4,5

Gambar 7. Parese saraf fasilais kanan pada pasien yang menderita trauma tulang temporal.8

Page 11: Fraktur OS Mastoid

Pemeriksaan fisis untuk gangguan pendengaran yang terjadi dapat dilakukan dengan tes

garpu tala yang terdiri dari pemeriksaan tes rinne dan weber serta dapat juga dilakukan

pemeriksaan audiogram jika keadaan pasien memungkinkan untuk lebih menilai tipe dan derajat

ketulian yang lebih akurat. Pemeriksaan audiogram ini sebaiknya dilakukan secepatnya, bila

ditemukan adanya tuli sensorineural atau tuli campuran maka dipertimbangkan untuk pemberian

steroid pada pasien. Pemeriksaan lainnya dapat berupa pemeriksaan keseimbangan atau

vestibuler, pasien dengan cervical spine harus dilepaskan terlebih dahulu sebelum mengevaluasi

fungsi vestibuler. Dinilai apakah ada nistagmus, gaya berjalan yang abnormal, fisutal tes positif,

serta bila perlu dilakukan tes Dix-Hallpike untuk evaluasi bening paroxysmal positional vertigo

(BBPV). Vertigo dapat terjadi pada pasien dengan fraktur os mastoid yang melibatkan kapsula

otik atau organ vestibuler yang berada didekatnya.1,3,4

Pemeriksaan fisis lainnya yang dapat dilakukan adalah mengevaluasi saraf fasialis.

Assesment awal adanya cedera saraf fasial sangat penting dan adanya cedera yang melibatkan

saraf tersebut harus segera diketahui. Menentukan adanya cedera pada saraf fasialis sangat rumit

dan hanya bisa dilakukan pada pasien dengan trauma tulang temporal yang kooperatif sehingga

pada pasien yang tidak kooperatif, tidak sadar atau dalam keadaan tersedasi salah satu metode

yang dapat dilakukan adalah dengan memberikan rangsang nyeri dengan harapan pasien akan

meringis sehingga dapat dilihat kontraksi darai otot-otot wajah. Namun hal ini tidak dapat selalu

dapat memberikan hasil yang akurat.3,4

Beratnya kerusakan saraf fasialis dapat dinilai secara klinis menurut grading system dari

House-Brackmaan.3

Tabel 3. Grading derajat kerusakan saraf fasialis menurut House-Brackmann

GRADE KARAKTERISTIK

I Normal Fungsi otot-otot fasial normal

II Mild Kelemahan ringan pada otot wajah,

simetris

III Moderate Masih dapat menutup mata secara

sempurna, asimetris saat kontraksi,

kelemahan nyata, kelemahan ringan

Page 12: Fraktur OS Mastoid

pada otot-otot dahi

IV Moderately Severe Tidak dapat menutup mata secara

sempurna, tidak ada kontraksi otot-

otot dahi, asimetris saat kontraksi.

V Severe Asimetris saat istirahat

VI Total Tidak ada kontraksi pada otot-otot

wajah

Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan untuk mengakkan diagnosis adanya fratur

tulang temporal adalah dengan pemeriksaan radiologi. Pemeriksaan radiologi sederhana seperti

foto konvensional skull anteroposterior atau lateral akan memperlihatkan daerah tulang mastoid

yang lebih opaq atau bila garis fraktur jelas akan membentuk garis yang lusen, namun hal ini

jarang didapatkan pada foto konvensional. Diagnosis fraktur tulang temporal tidak dapat hanya

dengan menggunakan foto konvensional karena biasanya akan memberikan hasil yang negatif

palsu.6

Sebagai pemeriksaan gold standar maka digunakan pencitraan dengan HRCT (High

Resolution CT Scan) dengan potongan axial dan coronal. Pemeriksaan ini menyediakan

gambaran yang lebih baik terhadap anatomi tulang dan garis fraktur yang lusen akan terihat lebih

jelas serta dengan pemeriksaan HRCT dapat dievaluasi struktur-sturktur penting seperti intaknya

tulang-tulang pendengaran, kapsula otik, kanalis karotis dan fossa kranialis media. Fraktur

longitudinal membentuk garis fraktur yang berasal dari lateral kearah medial. Paling sering

mengenai pars squamosa tulang temporal serta tulang parietal. Hal ini diakibatkan karena fraktur

ini paling sering terjadi akibat trauma pada begian tulang temporal atau tulang parietal.1,3,6

Gambar 8. CT-Scan potongan axial memperlihatkan fraktur longitudinal pada tulang temporal. 6

Page 13: Fraktur OS Mastoid

Fraktur transversal membentuk garis fraktur yang tegak lurus pada axis panjang pyramid petrous. Garis

fraktur ini dapat berasal dari foramen magnum melalui fossa posterior lalu ke pyramid petrous termasuk ke

kapsula otik dan fossa kranialis medial.1,6

Fraktur campuran membentuk garis fraktur berua fraktur transversal dan fraktur longitudinal

atau fraktur oblique.1,6

Pemeriksaan radiologi lainnya seperti MRI tidak dapat terlalu memberikan gambaran adanya

fraktur, pada MRI mungkin didapatkan adanya bayangan cairan pada rongga mastoid. Walaupun

demikian, pemeriksaan MRI memiliki sensitivitas dan spesifitas rendah dalam mendiagnosa

adana fraktur tulang temporal.6

Gambar 9. CT-Scan potongan axial memperlihatkan fraktur ltransversal pada tulang temporal.6

Gambar 10. CT-Scan potongan axial memperlihatkan fraktur tranasversal pada tulang temporal (panah panjang) dan fraktur longitudinal (panah pendek).6

Page 14: Fraktur OS Mastoid

F. PENATALAKSANAAN

Intervensi darurat pada fraktur tulang temporal harus segera dilakukan bila ditemukan dua

keadaan yaitu adanya herniasi otak yang nyata dan melibatkan telinga tengah, mastoid atau

meatus acustius eksternus membutuhkan penanganan segera oleh ahli saraf atau bedah saraf.

Kondisi kedua bila ditemukan adanya perdarahan masif dari arteri karotis intratemporal yang

harus segera ditangani, saat ini inntervensi radiologi dengan balon oklusi untuk menghentikan

perdarahan umumnya akan lebih cepat dibandingkan dengan tindakan opeatif seperti ligasi arteri

karotis.1

Pasien yang dengan gejala adanya parese pada saraf fasialis harus dilakukan intervensi

berupa operasi bila ditemukan derajat parese yang berat atau berdasarkan hasil CT-Scan terbukti

adanya pergeseran atau kerusakan berat dari saraf fasialis. Pendekatan transmastoid biasanya

dilakukan pada lesi saraf fasialais yang terletak sebelah distal dari ganglion geniculatum. Pasien

yang tidak membutuhkan intervensi operasi atau hanya konservatif bila cedera saraf fasialis (1)

Adanya perbaikan dari parese fasialis yang dievaluasi setelah trauma, (2) parase inkomplit yang

menetap dan tidak berkembang menjadi parese komplit, dan (3) Degenerai saraf yang kurang

95% bedarasarkna hasil pemeriksaan EnoG. Penanganan pada parese komplit masih

controversial. Fisch merekomendasikan keputudan untuk intervensi operasi berdasarkan onset

terjadinya parese komplit,serta keparahan dan degenerasi saraf berdasarkan hasil EnoG. Tercata

ahwa outcome yang jelek terlihat pada pasien dengan degenerasi saraf berdasarkan hasil EnoG

yang lebih 90%. Chang dan Cass menyarankan untuk melakukan intervensi operasi berupa

dekompresi seraf fasialis dilakukan dalam kurun waktu 14 hari setelah terjadinya trauma untuk

mencegah degenerasi saraf yang lebih berat.1,3

Saat prosedur operasi, ketika saraf fasialis telah terlihat makan harus dinilai kerusakan pada

saraf apakah berupa penarikan saraf, kompresi, laserasi atau putus. Jika saraf masih dalam

keadaan intak maka dilakukan dekompresi lapisan epineural dari proksimal ke distal. Saraf

fasialis yang mengalami robekan parsial dapat dijahit, namun bagian yang robek ini harus diganti

dengan axon saraf yang lain dan biasanya graft diambil dari axon saraf nervus auricularis yang

terbesar. Pada pasien yang mengalami cedera saraf yang terletak di proksimal dari ganglion

geniculatum dan tidak ditemukan danya gangguan tuli sensorineural, maka pendekatan melalui

Page 15: Fraktur OS Mastoid

fossa cranii media lebih dipertimbangkan namun pada pasien yang diserta dengan tuli

sensorineural maka intervensi pendekatan secara transmastoid-translabyrinthine lebih dipilih.1,3

Bila pasien memiliki gejala berupa otore CSF maka penanganan dimulai dengan konservatif

termasuk berupa elevasi kepala, istirahat tota, pencahar dan pada pasien-pasien tertentu dapat

dipasang drain lumbal. Resolusi secara spontan dapat ditemukan pada 95% sampai 100% pasien

yang memiliki otore CSF. Rata gejala akan berhenti dalam 7 hari dan lebih lama 8 hingga 14

hari. Penggunaan antibiotic untuk profilaksis terjadinya infeksi masih controversial, walaupun

dengan adanya kebocoran dari CSF lebih dari 7 hari dapat meningkatkan angka terjadinya

meningitis pada pasien. Intervensi operasi lebih direkomendasikan pada pasien yang memiliki

kebocoran CSF lebih dari 14 hari setelah trauma. Intervensi operasi dapat dilakukan dengan

pendekatan fossa cranii media yang dikombinasikan dengan pendekatan transmastoid.1,3

Gejala lain berupa tuli konduktif akibat adanya hemotimpanum tidak membutuhkan

intervensi khusus dan akan hilang secara spontan bila hemotimpanum telah hilang. Pasien yang

membutuhkan intervensi operasi biasanya pada pasien yang mengalami tuli konduktif akibat

kerusakan dari tulang-tulang pendengaran yang terlibat pada fraktur mastoid, namun operasi

tidak dapat dilakukan setelah 3 bulan pasca trauma karena diharapkan proses infalamsi seperti

edema dan perdarahan telah berhenti serta perbaikan jaringan telah sempurna pada 3 bulan

pertama setelah trauma. Tuli sensorineural yang terjadi pada pasien akan mengaalami perbaikan

namun beberapa kasus akan persisten dan refrakter terhadap pengobatan. Kortikosteroid secara

intravena terkadang untuk menangani gejala tuli sensorineural dan juga cedera saraf fasialis pada

fraktur tulang temporal.1,3

Gejala berupa vertigo akan menghilang tanpa adanya intervensi khusus. Benign Paroxysmal

positional vertigo (BPPV) dapat terjadi beberapa hari hingga beberapa minggu dan akan hilang

secara spontan. Supresor vestibular terbukti efektif, droperidol yang diberikan secara intravena

memperlihatkan bukti bahwa gejala lebih cepat menghilang.1,3

Page 16: Fraktur OS Mastoid

KESIMPULAN

Tulang mastoid merupakan bagian dari tulang temporal sehingga trauma pada tulang

temporal akan mengakibatkan cedera pada mastoid. Mastoid merupakan tulang yang dapat

melindungi organ-organ dalam dibagian temporal dari mekanisme cedera. Tulang temporal

merupakan struktur tulang yang membentuk tulang kepala pada bagian lateral dan juga

merupakan bagian struktur yang membentuk basis cranii. Fraktur tulang temporal terjadi pada

sekitar 14-22% dari semua cedera tengkorak. Sebagian besar patah tulang unilateral dan fraktur

bilateral dilaporkan sekitar 20%. Penyebab fraktur tulang temporal paling sering adalah trauma

pada tulang tersebut dapat berupa akibat kecelakaan lalulintas (45%), jatuh dari ketinggian

(32%) serta kekerasan atau perampokan (11%).

Fraktur tulang temporal diklasifikasikan secara klasik menjadi fraktur longiudinal dan

fraktur transversal, adapun klasifikasi terbaru karena klasifikasi ini kurang relevan dengan gejala

klinik yang timbul antara lain fraktur campuran atau fraktur oblique serta fraktur otic capsule

sparing dan fraktur otic capsule disruption. Pemeriksaan yang dilakukan untuk mendiagnosis

adanya fraktur tulang mastoid atau temporal selain dari gejala klinis berupa penurunan

pendengaran, hemotimpanum, otore, sampai komplikasi berupa parese saraf fasialis dan vertigo

dapat dilakukan pemeriksaan penunjang antara lain foto polos kepala, CT-scan serta MRI.

Namun yang masih menjadi gold standar untuk penentuan diagnosis yaitu dengan menggunakan

pemeriksaan CT-Scan kepala potongan axial dan coronal. Penatalaksaan dari fraktur tulang

mastoid atau temporal adalah berdasarkan gejala klinis yang timbul, namun secara umum

penanganan pada fraktur tulang mastoid bila memberikan gejala yang berat maka intervensi

berupa operasi harus segera dilakukan.

Page 17: Fraktur OS Mastoid