Fraktur Nasal
-
Upload
teddy-agung-saputra -
Category
Documents
-
view
1.722 -
download
2
Transcript of Fraktur Nasal
Fraktur Nasal 08/14/2010
FRAKTUR NASAL
I. DEFINISI
Fraktur adalah terputusnya kontinuitas tulang dan ditentukan sesuai
jenis dan luasnya. Fraktur terjadi jika tulang dikenai stress yang lebih besar
daripada yang diabsorpsinya.
Fraktur nasal disebabkan oleh trauma dengan kecepatan rendah.
Sedangkan jika disebabkan oleh trauma kecepatan tinggi biasanya
berhubungan dengan fraktur wajah biasanya Le Fort tipe 1 dan 2. Selain itu,
injury nasal juga berhubungan dengan cedera leher atau kepala.
II. ANATOMI HIDUNG
Hidung secara anatomi dibagi menjadi dua bagian yaitu :
1. hidung bagian luar ( Nasus eksterna )
2. rongga hidung ( Nasus interna atau kavum nasi )
gbr. Anatomi Hidung(6)
M. Yunus 08171151P Fakultas Kedokteran Universitas Abulyatama 1
Fraktur Nasal 08/14/2010
Hidung bagian luar (Nasus Eksterna)
Bagian hidung yang paling menonjol kedepan, disebut ujung hidung
( apeks nasi ). Pangkal hidung disebut nasi. Bagian hidung mulai dari radiks
sampai apeks nasi disebut dorsum nasi. Lubang hidung ( nares anterior ) kanan
dan kiri dipisahkan oleh sekat yang disebut kolumela. Disebelah lateral nares
dibatasi oleh ala nasi kanan dan kiri.
Hidung luar dibentuk oleh kerangka tulang dan tulang rawan yang dilapisi
oleh kulit, jaringan ikat dan beberapa otot kecil yang berfungsi untuk melebarkan
atau menyempitkan lubang hidung. Kerangka tulang terdiri dari 1). Tulang hidung
(os nasalis), 2). Prosesus prontalis os maksila dan 3). Prosesus nasalis os
prontal, sedangkan tulang rawan yang terletak di bagian bawah hidung, yaitu 1)
sepasang kartilago nasalis lateralis superior, 2) sepasang kartilago nasalis
lateralis inferior yang di sebut juga sebagai kartilago ala mayor, 3) beberapa
kpasang kartilago ala minor dan 4). Tepi anterior kartilago septum.
Arteri karotis eksterna dan interna memberikan aliran darah ke nasus
eksterna. Aliran darah balik dialirkan melalui fasialis anterior yang berjalan
bersama a. maksilaris eksterna. Aliran getah bening dari nasus eksterna melalui
pembuluh getah bening yang mengikuti jalannya v. fasialis anterior ke
limfonoduli submaksila. Kemudian mengadakan anastomosis dengan pembuluh-
pembuluh getah bening dari rongga hidung.
M. Yunus 08171151P Fakultas Kedokteran Universitas Abulyatama 2
Fraktur Nasal 08/14/2010
gbr. Perdarahan hidung(9)
Persarafan nasus eksterna adalah oleh cabang dari n. trigeminus , yaitu
n. oftalikus yang mempunyai tiga cabang yaitu n. etmoidalis anterior, n.
suprakoklearis dan n. infrakoklearis. Cabang lain adalah n. maksilaris, melalui
cabang-cabang dari n.infraorbitalis.
M. Yunus 08171151P Fakultas Kedokteran Universitas Abulyatama 3
Fraktur Nasal 08/14/2010
gbr. Persarafan hidung(9)
Rongga Hidung ( Kavum Nasi )
Rongga hidung dibagi dua bagian, kanan dan kiri di garis median oleh
septum nasi yang sekaligus menjadi dinding medial dari rongga hidung.
Kerangka septum dibentuk oleh :
a. Lamina perpendikularis tulang etmoid ( superior )
b. Kartilago kuadrangularis ( anterior )
c. Tulang vomer ( posterior ), dan
d. Krista maksila dan krista palatina ( bawah ) yang menghubungkan septum
dengan dasar rongga hidung.
M. Yunus 08171151P Fakultas Kedokteran Universitas Abulyatama 4
Fraktur Nasal 08/14/2010
gbr. Septum Nasi(6)
Dibagian anterior septum nasi terdapat bagian yang disebut Area Little,
merupakan anyaman pembuluh darah yaitu Pleksus Kiesselbach. Tempat ini
mudah terkena trauma dan menyebabkan epistaksis. Dibagian antrokaudal,
septum nasi mudah digerakkan.
Ke arah belakang rongga hidung berhubungan dengan nasofaring melalui
sepasang lubang yang disebut koana berbentuk bulat lonjong ( oval ), sedangkan
ke arah depan rongga hidung berhubungan dengan dunia luar melalui nare.
Atap rongga hidung bentuknya kurang lebih menyerupai busur yang
sebagian besar dibentuk oleh lamina kribosa tulang etmoid. Di sebelah anterior,
bagian ini dibentuk oleh tulang frontal dan sebelah posterior oleh tulang sfenoid.
Melalui lamina kribosa keluar ujung-ujung saraf olfaktoria menuju mukosa
yang melapisi bagian teratas dari septum nasi dan permukaan kranial dari konka
nasi superior. Bagian ini disebut regio olfaktoria.
Dinding lateral rongga hidung dibentuk oleh konka nasi dan meatus nasi.
Konka nasi merupakan tonjolan-tonjolan yang memanjang dari anterior ke
M. Yunus 08171151P Fakultas Kedokteran Universitas Abulyatama 5
Fraktur Nasal 08/14/2010
posterior dan mempunyai rangka tulang. Meatus nasi terletak di bawah masing-
masing konka nasi dan merupakan bagian dari hidung.
gbr. Kavum nasi dan Konka nasi(9)
Konka Nasi
Di dalam kavum nasi terdapat tiga pasang konka nasi, yaitu konka nasi
inferior, konka nasi medius dan konka nasi superior. Konka nasi inferior
merupakan konka yang terbesar diantara ketiga konka nasi. Mukosa yang
melapisinya tebal dan mengandung banyak pleksus vena dan membentuk
jaringan kavernosus. Rangka tulangnya melekat pada tulang palatina, etmoid,
maksila dan lakrimal.
Konka nasi media adalah yang kedua setelah konka inferior. Terletak di
antara konka inferior dan konka superior, mukosa yang melapisinya sama
dengan yang melapisi konka nasi inferior. Rangka tulangnya merupakan bagian
dari tulang etmoid. Kadang-kadang di dalam konka media terdapat sel sehingga
konka menjadi besar dan menutup meatus nasi media yang disebut konka
bulosa.
M. Yunus 08171151P Fakultas Kedokteran Universitas Abulyatama 6
Fraktur Nasal 08/14/2010
Konka nasi superior merupakan konka yang paling kecil. Mukosa yang
melapisinya jauh lebih tipis dari kedua konka lainnya. Rangka tulangnya juga
merupakan bagian dari tulang etmoid.
Kadang-kadang didapatkan konka nasi suprema yang merupakan konka
nasi yang keempat. Jika ada, konka suprema ini sangat kecil dan sebenarnya
merupakan bagian dari konka superior yang membelah menjadi dua bagian.
Meatus Nasi
Meatus nasi inferior merupakan celah yang terdapat dibawah konka
inferior. Dekat ujungnya terdapat ostium ( muara ) duktus nasolakrimalis. Muara
ini seringkali dilindungi oleh lipatan mukosa yang disebut katup dari Hasner
( Plika lakrimalis Hasner ).
Meatus nasi media terletak diantara konka inferior dan konka media.
Ostium sinus merupakan lubang penghubung sinus paranasal dan kavum nasi,
berfungsi sebagai ventilasi dari sinus paranasal sebagian besar terletak di
meatus media.
Sinus frontal bermuara di bagian anterior, sedangkan muara dari sinus
maksila terdapat kira-kira di bagian tengah, tempat muara dari sinus etmoid
anterior. Struktur-struktur yang ada di dalam meatus nasi media disebut
kompleks ostiomeatal. Kompleks ini penting artinya secara klinis dalam
menimbulkan gangguan drainase sinus paranasal. Kelainan dalam kompleks ini
akan mempengaruhi potensi ostium sinus sehingga berperan besar dalam
patofisiologi sinus paranasal.
Meatus nasi superior terletak diantara konka media dan konka superior
dan merupakan meatus yang terkecil. Disinilah bermuara sinus etmoid posterior.
Resesus sfeno-etmoid terdapat pada dinding lateral rongga hidung di antara atap
rongga hidung dan konka nasi superior. Di sini terdapat muara sinus sfenoid.
M. Yunus 08171151P Fakultas Kedokteran Universitas Abulyatama 7
Fraktur Nasal 08/14/2010
Sinus Paranasal
Di sekitar rongga hidung terdapat rongga-rongga yang terletak di dalam
tulang yang disebut sinus paranasal. Terdapat empat sinus paranasal, yaitu
sinus maksila kanan dan kiri, sinus frontal kanan dan kiri, sinus etmoid kanan dan
kiri serta sinus sfenoid kanan dan kiri.
gbr. Sinus paranasal(9)
Sinus maksila disebut juga Antrum Higmori atau lebih sering disebut
antrum saja. Rongga sinus paranasal berhubungan dengan rongga hidung
melalui suatu lubang yang disebut ostium. Selula etmoid dikelompokkan menjadi
selula etmoid anterior dan selula etmoid posterior. Salah satu sel etmoid paling
besar dan terletak paling medial disebut ostium. Sinus maksila dan selula etmoid
sudah terbentuk sejak lahir dalam ukuran kecil dan bertambah besar sampai
ukuran maksimal pada dewasa. Sinus frontal merupakan ekstensi dari selula
etmoid anterior dan mencapai pertumbuhan penuh antara umur 8 sampai 15
M. Yunus 08171151P Fakultas Kedokteran Universitas Abulyatama 8
Fraktur Nasal 08/14/2010
tahun. Pertumbuhan sinus frontal kanan dan kiri besarnya sering tidak simetris
dan pada sekitar 5% populasi, sinus frontal hanya tumbuh pada satu sisi.
gbr. Sinus Paranasal(9)
Mukosa Rongga Hidung
Rongga hidung seluruhnya dilapisi oleh mukosa, kecuali nares dan
vestibulum nasi dilapisi oleh kulit tempat tumbuh rambut yang disebut vibrissea.
Bagian lainnya dari rongga hidung dilapisi oleh mukosa yang epitelnya terdiri
atas epitel kolumnar pseudostratifikasi bersilia. Diantaranya terdapat sel goblet
yang menghasilkan lendir. Lendir ini mempunyai pH 6,5 dan mengandung lisozim
yang mempunyai efek antiseptik. Tiap sel mukosa rongga hidung mempunyai
silia yang jumlahnya dapat mencapai 25 sampai 100 buah. Silia bergerak secara
otomatis dan terkoordinasi dalam arah dan waktunya. Pada manusia silia dapat
bergerak sekitar 250 gerakan permenit. Pergerakan ini dipengaruhi oleh suhu,
kelembaban dan paparan zat anestetik atau gas. Gerakan silia akan mendorong
selimut lendir diatasnya ke belakang dengan kecepatan 5-10 mm permenit.
M. Yunus 08171151P Fakultas Kedokteran Universitas Abulyatama 9
Fraktur Nasal 08/14/2010
FISIOLOGI
Fungsi hidung ialah untuk 1) jalan napas, 2) alat pengatur kondisi udara
(kelembaban udara dan suhu), 3) penyaring udara, yang dilakukan oleh rambut
pada vestibulum nasi, silia dan palut lendir, 4) sebagai indra penghidu ( oleh
mukosa olfaktorius ), 5) untuk resonansi suara, 6) turut membantu proses bicara,
dan 7) refleks nasal.
ETIOLOGI
Penyebab trauma nasal ada 4 yaitu:
1. Mendapat serangan misal dipukul.
2. injury karena olah raga
3. kecelakaan (personal accident).
4. kecelakaan lalu lintas.
Dari 4 causa diatas, yang paling sering karena mendapat serangan misalnya
dipukul dan kebanyakan pada remaja. Jenis olah raga yang dapat menyebabkan
injury nasal misalnya sepak bola, khususnya ketika dua pemain berebut bola
diatas kepala; olah raga yang menggunakan raket misalnya ketika squash, raket
dapat mengayun ke belakang atau depan dan dapat memukul hidung atau karate;
petinju.
Trauma nasal yang disebabkan oleh kecepatan yang tinggi menyebabkan fraktur
wajah.
PATOGENESIS
Trauma wajah disebabkan oleh 5 hal tergantung dari kecepatan dan kekerasan
pukulan, yaitu :
M. Yunus 08171151P Fakultas Kedokteran Universitas Abulyatama 10
Fraktur Nasal 08/14/2010
1. Bukan fraktur
Disebabkan pukulan yang tidak keras.
2. Fraktur kelas 1
3. Fraktur kelas 2
4. Fraktur kelas 3
5. fraktur Le Fort tipe 2 dan 3.
KOMPLIKASI
1. Deviasi hidung
Deviasi dapat terjadi pada septum nasal, tulang nasal atau keduanya.
2. Bleeding
3. Saddling
4. kebocoran cairan serebrospinal
5. komplikasi orbital
PENATALAKSANAAN
1. Deviasi
Tindakan yang dilakukan pada deviasi septum biasanya dengan septoplasty.
Selain itu seiring dengan perkembangan bedah plastic untuk komestika, maka
dapat dilakukan rhinoplasty. Rhinoplasty adalah operasi plastic pada hidung. Ada
2 macam :
a. Augmentasi rhinoplasty : penambahan pada hidung. Yang harus diperhatikan
tidak boleh menambahkan injeksi silicon. Yang boleh digunakan adalah bahan
M. Yunus 08171151P Fakultas Kedokteran Universitas Abulyatama 11
Fraktur Nasal 08/14/2010
dari luar, misalnya silicon padat maupun bahan dari dalam tubuh sendiri misal
tulang rawan, flap kulit/dermatograft.
b. Reduksi rhinoplasty : pengurangan pada hidung.
2. Bleeding
Terjadi bleeding karena lacerasi mucosal sebaiknya dihentikan 24 jam dengan
nasal packing atau jika persisten dan banyak dilakukan dengan membuka arteri
sphenopalatine atau arteri ethmoidal anterior. Tempat terjadinya bleeding
seharusnya diidentifikasi dan jika dari sphenopalatine maka eksplorasi septal
dikeluarkan dan ketika arteri dibebaskan dari segmen fraktur biasanya dihentikan
dengan packing (balutan). Jika arteri ethmoidal masih terjadi bleeding setelah
fraktur ethmoidal maka dilakukan ‘clip’ dengan ethmoid eksternal yang sesuai.
3. Saddling
Biasanya terjadi pada fraktur kelas 3 dan hasilnya adalah kegagalan untuk
meng’extract’ tulang nasal dari bawah tulang frontal atau terjadi malunion tulang
nasal yang disebabkan fraktur laybirith ethmoidal.
4. Kebocoran cairan serebrospinal
Ini jarang terjadi. Ini hanya akan terjadi jika fragmen tulang menginsersi ke dalam
area dural tear (air mata) maka akan terjadi kebocoran. Tindakan yang dilakukan
dengan craniotomy frontal. Perlu diperhatikan juga bahwa kebocoran bisa terjadi
karena komplikasi dari meningitis sehingga perlu diobservasi kondisi pasien post
trauma dan periode discharge. Penanganan dengan antibiotic prophylactic perlu
dilakukan.
5. Komplikasi orbital
M. Yunus 08171151P Fakultas Kedokteran Universitas Abulyatama 12
Fraktur Nasal 08/14/2010
Tindakan dacryocystorrhinostomy dilakukan untuk mengatasi masalah.
M. Yunus 08171151P Fakultas Kedokteran Universitas Abulyatama 13