Fraktur Mandibula
-
Upload
misy-yuliandhita-narayana -
Category
Documents
-
view
138 -
download
12
description
Transcript of Fraktur Mandibula
BAB I
PENDAHULUAN
Fraktur mandibula adalah putusnya kontinuitas tulang mandibula. Hilangnya
kontinuitas pada mandibula, dapat berakibat fatal bila tidak ditangani dengan benar.
Mandibula adalah tulang rahang bawah pada manusia dan berfungsi sebagai tempat
menempelnya gigi geligi. Faktor etiologi utama terjadinya fraktur mandibula bervariasi
berdasarkan lokasinya, namun kecelakaan kendaraan bermotor menjadi penyebab paling
umum
Fraktur mandibula merupakan fraktur kedua tersering pada kerangka wajah, hal ini
disebabkan kondisi mandibula yang terpisah dari kranium. Diagnosis fraktur mandibula dapat
ditunjukkan dengan adanya rasa sakit, pembengkakan, nyeri tekan, dan maloklusi. Patahnya
gigi, tidak ratanya gigi, tidak simetrisnya lengkung rahang, gigi yang goyang dan krepitasi
menunujukkan kemungkinan adanya fraktur mandibula.
Oleh karena itu, penulis merasa pentingnya bagi dokter gigi untuk mengetahui
anatomi, etiologi, klasifikasi, insidensi, tanda klinis dari fraktur mandibula. Sehingga
nantinya didapatkan penatalaksanaan fraktur mandibula yang baik.
1
BAB II
MANDIBULA
A. Anatomi dan Fungsi Mandibula1
Mandibula adalah tulang rahang bawah pada manusia yang merupakan tulang
paling kuat pada daerah muka dan berfungsi sebagai tempat melekatnya gigi geligi.
Mandibula berhubungan dengan basis kranii dengan adanya temporomandibular joint
dan disangga oleh otot - otot mengunyah. Mandibula terdiri dari korpus dan ramus.
Corpus mandibula bertemu dengan ramus masing-masing sisi pada angulus
mandibula. Pada ujung dari masing-masing ramus didapatkan dua buah penonjolan
disebut prosesus kondiloideus dan prosesus koronoideus. Prosessus kondiloideus
terdiri dari kaput dan kolum. Pada permukaan luar digaris tengah corpus mandibula
terdapat simfisis mandibula.
Secara keseluruhan tulang mandibula ini berbentuk tapal kuda melebar di
belakang, memipih dan meninggi pada bagian ramus kanan dan kiri sehingga
membentuk pilar, ramus membentuk sudut 1200 terhadap korpus pada orang dewasa.
Pada yang lebih muda sudutnya lebih besar dan ramusnya nampak lebih divergen.
Gambar 12
2
Anatomi mandibula
B. Fraktur Mandibula1, 3
Fraktur didefinisikan sebagai terjadinya diskontinuitas tulang. Mandibula
merupakan tulang yang kuat, tetapi pada beberapa tempat dijumpai adanya bagian yang
lemah. Daerah korpus mandibula terutama terdiri dari tulang kortikal yang padat
dengan sedikit substansi spongiosa sebagai tempat lewatnya pembuluh darah dan
pembuluh limfe. Daerah yang tipis pada mandibula adalah angulus dan sub condylus
sehingga bagian ini termasuk bagian yang lemah dari mandibula. Selain itu titik lemah
juga didapatkan pada foramen mentale, angulus mandibula tempat gigi molar III
terutama yang erupsinya sedikit, kondilus mandibula terutama bila trauma dari depan
langsung mengenai dagu maka gayanya akan diteruskan kearah belakang.
Garis fraktur dimulai pada regio alveolar kaninus dan insisivus berjalan oblique
ke arahmidline. Pada fraktur mendibula, fragmen yang fraktur mengalami displaced
akibat tarikan otot-otot mastikasi, oleh karena itu maka reduksi dan fiksasi pada fraktur
mendibula harus menggunakan splinting untuk melawan tarikan dari otot-otot
mastikasi. Beberapa faktor yang mempengaruhi displacement fraktur mandibula yaitu
arah dan kekuatan trauma, arah dan sudut garis fraktur, ada atau tidaknya gigi pada
fragmen, arah lepasnya otot dan luasnya kerusakan jaringan lunak.
Pada daerah ramus mandibula jarang terjadi fraktur, karena daerah ini
terfiksasi oleh musculus masseter pada bagian lateral, dan medial oleh musculus
pterigoideus medialis. Demikian juga pada prosesus koronoideus yang terfiksasi oleh
musculus masseter.
3
C. Etiologi Fraktur Mandibula1, 3
Setiap benturan atau pukulan keras pada muka dapat mengakibatkan terjadinya
suatu fraktur pada mandibula. Fraktur dapat terjadi akibat trauma atau karena proses
patologis. Fraktur akibat trauma dapat terjadi akibat perkelahian, kecelakaan lalu lintas,
kecelakaan kerja, luka tembak, jatuh ataupun trauma saat pencabutan gigi. Fraktur
patologis dapat terjadi karena kekuatan tulang berkurang akibat adanya kista, tumor
jinak atau ganas rahang, atrofi tulang secara menyeluruh atau osteoporosis nekrosis
atau metabolic bone disease. Akibat adanya proses patologis tersebut, fraktur dapat
terjadi secara spontan seperti waktu bicara, makan atau mengunyah.
Daya tahan mandibula terhadap kekuatan impak adalah lebih besar
dibandingkan dengan tulang wajah lainnya. Meskipun demikian fraktur mandibula
lebih sering terjadi dibandingkan dengan bagian tulang wajah lainnya. Pada umumnya
fraktur mandibula disebabkan oleh karena trauma langsung.
Menurut survey di District of Columbia Hospital, dari 540 kasus fraktur, 69%
kasus terjadi akibat kekerasan fisik (perkelahian), 27% akibat kecelakaan lalu-lintas,
12% akibat kecelakaan kerja, 2% akibat kecelakaan saat olahraga dan 4% karena sebab
patologis.
4
Grafik 1
Etiologi Terjadinya Fraktur
Cara pencegahan fraktur yang disebabkan oleh :
- Kekerasan fisik (perkelahian), sebisa mungkin menghindari konflik dengan orang
lain.
- Kecelakaan lalu lintas, menggunakan seat belt saat mengemudi mobil atau helm
saat mengendarai sepeda motor.
- Kecelakaan kerja, menggunakan helm dan peralatan standar keselamatan yang
sudah ditentukan.
- Patologis, mulai menjalani pola hidup yang sehat
D. Insidensi Fraktur Mandibula1
Insidensi fraktur mandibula sesuai dengan lokasi anatomisnya; prosesus
5
condiloideus (29.1%), angulus mandibula (24%), simfisis mandibula (22%), korpus
mandibula (16%), alveolus (3.1%), ramus (1.7%), processus coronoideus (1.3%).
Gambar 21
Insidensi Fraktur Mandibula Berdasarkan Regio
Menurut hasil penelitian yang telah dilakukan, disimpulkan bahwa laki-laki
adalah penderita terbanyak fraktur mandibula yaitu sekitar 72% sedangkan
perempuan hanya 28%. Hal ini disebabkan karena laki-laki jauh lebih banyak
menjalani aktivitas luar seperti berkendara atau berolah raga dibandingkan dengan
wanita. Fraktur mandibula juga lebih sering terjadi pada laki-laki dewasa yaitu 48%
kisaran usia 21-30 tahun. Kelompok usia anak-anak khususnya pasien dibawah 5
tahun jarang terjadi fraktur mandibula.
E. Klasifikasi Fraktur Mandibula4
6
Secara umum fraktur mandibula dapat di klasifikasikan berdasarkan terminologi,
yaitu :
1. Tipe fraktur
a. Fraktur simple atau fraktur tertutup, yaitu fraktur dengan jaringan lunak yang
terkena tidak terbuka
b. Fraktur kompoun atau fraktur terbuka, yaitu keadaan fraktur yang
berhubungan dengan lingkungan luar yaitu jaringan lunak seperti kulit,
mukosa atau ligament periodontal yang terpapar udara
c. Fraktur comminuted, yaitu fraktur yang terjadi pada satu daerah tulang yang
diakibatkan oleh trauma yang hebat sehingga mengakibatkan tulang hancur
berkeping-keping disertai kehilangan jaringan yang parah
d. Fraktur greenstick, yaitu fraktur yang tidak sempurna dimana satu sisi tulang
mengalami fraktur sedangkan sisi lainnya masih terikat. Umumnya raktur
greenstick terjadi pada anak-anak
e. Fraktur patologis yaitu fraktur yang diakibatkan oleh penyakit pada mandibula
seperti tumor, kista atau penyakit sistemik. Proses patologis menyebabkan
tulang menjadi lemah sehingga trauma yang kecil dapat mengakibatkan
fraktur
7
Gambar 34
Tipe Fraktur Mandibula
2. Lokasi fraktur1, 4
Berdasarkan pada letak anatomi dapat terjadi pada daerah sebagai berikut :
a. Dentoalveolar
b. Kondilus
c. Koronoideus
d. Ramus
e. Angulus
f. Korpus
g. Simfisis
h. Parasimfisis
8
Gambar 44
Fraktur Mandibula Berdasarkan Lokasi
3. Pola fraktur
a. Fraktur unilateral adalah fraktur yang biasanya tunggal pada satu sisi
mandibula saja
b. Fraktur bilateral adalah fraktur yang sering terjadi akibat kombinasi trauma
langsung dan tidak langsung, terjadi pada kedua sisi mandibula
c. Fraktur multipel adalah variasi pada garis fraktur dimana bisa terdapat dua
atau lebih garis fraktur pada satu sisi mandibula. Lebih dari 50% dari fraktur
mandibula adalah fraktur multiple
Gambar 54
Pola Fraktur Mandibula
F. Tanda Klinis Fraktur Mandibula
1. Rasa nyeri yang hebat dapat dirasakan saaat pasien mencoba menggerakkan
rahang untuk berbicara, mengunyah atau menelan
9
2. Perdarahan dari rongga mulut.
3. Maloklusi
4. Trismus atau ketidakmampuan membuka mulut lebih dari 35 mm, batas terendah
nilai normal adalah 40 mm
5. Pergerakan abnormal
a. Ketidakmampuan membuka rahang membuat dugaan pergesekan pada
prosesus koronoid dalam arkus zygomatikus.
b. Ketidakmampuan menutup rahang menandakan fraktur pada prosessus
alveolar, angulus, ramus dari simfisis
6. Krepitasi tulang atau bunyi berciut yang terdengar jika tepian-tepian fraktur
bergesekan saat berlangsungnya gerakan mengunyah, bicara atau menelan
7. Mati rasa pada bibir dan pipi
8. Oedem daerah fraktur dan wajah tidak simetris
G. Pemeriksaan Penunjang
Radiografi :
1. Panoramic
2. Postero Anterior
10
BAB III
PENATALAKSANAAN FRAKTUR MANDIBULA
Prinsip penanganan fraktur mandibula pada langkah awal bersifat kedaruratan yaitu5 :
1. Airway
Apabila pasien merespon dengan suara yang normal, maka jalan nafas pasien
baik. Hambatan jalan nafas bisa menjadi sebagian atau komplit. Tanda-tanda dari
hambatan sebagian mencakup suara yang berubah, nafas yang tidak teratur dan
meningkatnya usaha utnuk bernafas. Tahap airway dilakukan dengan cara
mendongakkan kepala dan dagu pasien untuk membuka jalan nafas.
11
2. Breathing
Jika nafas tidak cukup, ventilasi harus dibantu dengan memberikan napas
penyelamatan dengan atau tanpa alat-alat.
3. Circulation
Hitung nadi berapa kali per menitnya. Juga lihat capillary refill time, apakah
baik atau tidak.
4. Disability
Bila pasien hanya memberikan respon saat nyeri atau tidak responsif sama
sekali, patensi jalan napas harus dipastikan dengan menempatkan pasien dalam
posisi pemulihan dan mengamankan jalan napas. Intubasi mungkin diperlukan.
Hitung refleks cahaya pupil dan glukosa darah. Tingkat penurunan kesadaran
karena glukosa darah yang rendah dapat diperbaiki.
5. Exposure
Eksposur pasien dan mengontrol lingkungan sekitar segera. Lepas pakaian
yang sekiranya mengganggu jalannya pemeriksaan. Agar tidak terjadi hipotermia
iatrogenik yang biasa terjadi di ruang dengan AC, berikan pasien selimut atau
penghangat.
Lakukan anamnesa dengan metode 4W1H, yaitu11 :
1. What ? Apa keluhan yang dirasakan.
2. When ? Kapan keluhan dan kejadian mulai dirasakan oleh pasien.
3. Where ? Dimana tempat kejadian.
4. Why ? Mengapa bisa terjadi trauma.
5. How ? Bagaimana kejadian tersebut terjadi.
12
GLASSGLOW COMA SCALE SCORE 12
BEST EYE RESPONSE
+ 4 = Membuka mata secara spontan
+ 3 = Mata terbuka berdasarkan perintah
+ 2 = mata terbuka karena rasa sakit
+ 1 = mata tidak terbuka
C = Tidak dapat di nilai
BEST VERBAL RESPONSE
+ 5 = Orientasi
+ 4 = Bingung
+ 3 = Bicara tidak nyambung
+ 2 = Tidak dapat menangkap suara dengan baik
+ 1 = Tidak ada respon verbal
T = intubasi
BEST MOTOR RESPONSE
+6 = Mematuhi perintah
+5 = sakit setempat
+4 = menghindar dari rasa sakit
13
+3 = Fleksi terhadap nyeri
+2 = ekstensi untuk nyeri
+ 1 = tidak ada respon motorik
Ilmu oklusi merupakan dasar yang penting bagi seorang Spesialis Bedah Mulut
dan Maksilofasial dalam penatalaksanan kasus patah rahang atau fraktur
maksilofasial.
Dengan prinsip ini diharapkan penyembuhan atau penyambungan fragmen
fraktur dapat kembali ke hubungan awal yang normal dan telah beradaptasi dengan
jaringan lunak termasuk otot dan pembuluh saraf disekitar rahang dan wajah.
Reduksi adalah tindakan untuk mengembalikan posisi dari bagian tulang yang
fraktur ke posisi semula. Fiksasi adalah suatu tindakan untuk mempertahankan tulang
yang telah direduksi. Imobilisasi adalah suatu tindakan untuk menjaga tulang yang
telah difiksasi tidak bergerak sama sekali. Pada perawatan yang tidak memerlukan
tindakan bedah, imobilisasi dilakukan bersama-sama dengan tindakan fiksasi. Alat
fiksasi berfungsi sebagai alat imobilisasi. Tindakan reduksi ada dua teknik yaitu close
reduction dan open reduction.
A. Close Reduction
Reduksti tertutup digunakan tanpa adanya pembedahan. Gunakan cara paling
sederhana yang paling mungkin untuk mengurangi komplikasi dan menangani fraktur
mandibula karena reduksi secara terbuka (open reduction) meningkatkan resiko
morbiditas. Reduksi secara tertutup digunakan pada kondisi kondisi sebagai berikut : 13
1. Jika gigi-gigi pada kedua rahang cukup atau masih lengkap, sehingga oklusi dapat
dibangun kembali dan gigi-gigi dapat dipakai sebagai pegangan untuk alat fiksasi
14
2. Pasien yang edentulous parsial (sebagian tidak bergigi) yang mana terjadi fraktur
korpus mandibula dengan displacement minimal
3. Fraktur dengan celah fragmen yang tidak begitu lebar (kurang dari 2mm) dan
oklusi baik
4. Fraktur yang masih dalam batas golden periode (<10 hari)
5. Lokasi fraktur mandibula tidak berada di tempat tarikan otot yang kuat.
Oklusi yang tepat harus didapatkan sebelum penempatan arch bar. IMF (Inter
Maxillary Fixation) dilakukan untuk imobilisasi segmen fraktur mandibula dengan
mengikat gigi geligi pada oklusinya dari luar ke tempatnya semula untuk mendapatkan
stabilitas.
Gambar 89
IMF dengan wire fixation, dengan posterior wire loop pada kedua sisi, dan anterior
wire loop akan memberikan stabiliasi.
Cara lain yaitu dengan 4 points fixation.
Digunakan screw pada maxila dan mandibula secara bilateral, kemudian wire
ditempatkan untuk fiksasi di kedua sisi. Teknik ini memiliki keuntungan dilakukan
dengan cepat, tetapi bagaimanapun juga tehnik ini tidak memberikan stabilisasi bagi
15
rahang dan meningkatkan resiko trauma gigi. Bentuk fiksasi tambahan ini penting saat
stabilitas pada gigi geligi tidak dapat tercapai, seperti pada rahang yang tidak bergigi
pada orang lanjut usia atau pada anak pada masa pergantian gigi.
Gambar 99
4 points fixation
Alternatif lain bila pasien menggunakan gigi tiruan, maka gigi tiruan dapat
digunakan sebagai splint, dan penggunaan circumandibular wire, dapat menstabilisasi
fraktur. Gigi tiruan pada rahang atas dan bawah dapat diikat bersama untuk
mendapatkan IMF.
Gambar 109
Gigi tiruan rahang bawah yang dapat digunakan
sebagai splint untuk stabilisasi fraktur
B. Open Reduction16
Yaitu cara perawatan fraktur mandibula dengan tindakan pembedahan.
Indikasi untuk reduksi secara terbuka : 13
1. Jika tidak cukup terdapat gigi-gigi untuk reeduksi tertutup
2. Pada fraktur ramus ascendens mandibula atau pada processus condiloideus dengan
displacement yang besar
3. Pada non union, mal union, dan fibrous union fracture
4. Bila terdapat otot-otot yang interposisi diantara fragmen-fragmen tulang
Pada open reduction diperlukan insisi intra oral atau ekstra oral. Insisi intra oral
biasanya dilakukan pada fraktur yang non displaced atau slightly displaced. Sedangkan
insisi ekstra oral dilakukan pada comminuted fraktur atau dislokasi yang parah.
Anastesi umum dilakukan pada insisi ekstra oral dan lokal bila dilakukan insisi intra
oral. Plate dan screw untuk fiksasi rigid secara open reduction dan menghindari
terjadinya fragmen yang bergerak dengan mengikat semua segmen yang ada di area
fraktur. Diperlukan pemilihan plate yang tepat dari segi panjang dan ketebalannya serta
apa tipe dan ukuran yang akan digunakan. Jika kualitas tulang buruk, seperti fraktur
yang kecil-kecil, kerusakan, atropi maka load bearing fixation digunakan untuk
stabilisasi.
Gambar 119
Plate and screw
17
Gambar 1210
internal fixation dengan insisi ekstra oral
Gambar10
penempatan plate and screw dengan insisi intra oral.
C. Tindak Lanjut Postoperasi
Berikan analgetik pada periode postoperasi. Serta berikan antibiotic spectrum
luas pada pasien fraktur terbuka dan re evaluasi kebutuhan nutrisi. Pantau intermaxilla
fixation (IMF) selama 4-6 minggu. Setelah wire dibuka, evaluasi dengan foto
panoramic untuk memastikan fraktur telah union.
D. Komplikasi
18
Komplikasi setelah dilakukannya perbaikan pada fraktur mandibula umumnya
jarang terjadi. Komplikasi yang paling umum terjadi pada fraktur mandibula adalah
infeksi atau osteomyelitis, yang nantinya dapat menyebabkan berbagai kemungkinan
komplikasi lainnya. Tulang mandibula merupakan daerah yang paling sering
mengalami gangguan penyembuhan fraktur baik itu malunion ataupun non-union, hal
ini akan memberi keluhan berupa rasa sakit dan tidak nyaman yang berkepanjangan
pada sendi rahang oleh karena perubahan posisi dan ketidakstabilan antara sendi
rahang kiri dan kanan. Hal ini tidak hanya berdampak pada sendi tetapi otot-otot
pengunyahan dan otot sekitar wajah juga dapat memberikan respon nyeri (myofascial
pain). Terlebih jika pasien mengkompensasikan atau memaksakan mengunyah dalam
hubungan oklusi yang tidak normal. Kondisi inilah yang banyak dikeluhkan oleh
pasien patah rahang yang tidak dilakukan perbaikan atau penangnanan secara adekuat.
Ada beberapa faktor risiko yang secara spesifik berhubungan dengan fraktur
mandibula dan berpotensi untuk menimbulkan terjadinya malunion ataupun non-
union. Faktor risiko yang paling besar adalah infeksi, kemudian aposisi yang kurang
baik, kurangnya imobilisasi segmen fraktur, adanya benda asing, tarikan otot yang
tidak menguntungkan pada segmen fraktur.
Malunion yang berat pada mandibula akan mengakibatkan asimetri wajah dan
dapat juga disertai gangguan fungsi. Kelainan-kelainan ini dapat diperbaiki dengan
melakukan perencanaan osteotomi secara tepat untuk merekonstruksi bentuk
lengkung mandibula.
19
BAB IV
RINGKASAN
Mandibula adalah tulang rahang bawah pada manusia yang merupakan tulang paling
kuat pada daerah muka dan berfungsi sebagai tempat melekatnya gigi geligi.
Fraktur didefinisikan sebagai terjadinya diskontinuitas tulang. Fraktur dapat terjadi
akibat trauma atau karena proses patologis. Fraktur akibat trauma dapat terjadi akibat
perkelahian, kecelakaan lalu lintas, kecelakaan kerja, dan lain-lain. Fraktur patologis dapat
terjadi karena kekuatan tulang berkurang akibat adanya kista, tumor jinak atau ganas rahang,
atrofi tulang secara menyeluruh atau osteoporosis nekrosis atau metabolic bone disease.
Akibat adanya proses patologis tersebut, fraktur dapat terjadi secara spontan seperti waktu
bicara, makan atau mengunyah.
Berdasarkan tipenya fraktur terbagi menjadi fraktur dimple, fraktur kompoun, fraktur
comminuted, raktur green stick dan fraktur patologis. Berdasarkan lokasinya terbagi menjadi
dentoalveolar, kondilus, koronoideus, ramus, angulus, korpus, simfisis dan parasimfisis.
20
Prinsip penanganan fraktur mandibula pada langkah awal bersifat kedaruratan seperti
jalan nafas (airway), pernafasan (breathing), sirkulasi darah termasuk penanganan syok
(circulation), penanganan luka jaringan lunak dan imobilisasi sementara serta evaluasi
terhadap kemungkinan cedera otak. Tahap kedua adalah penanganan fraktur secara definitif
yaitu reduksi/reposisi fragmen fraktur (secara tertutup (close reduction) dan secara terbuka
(open reduction)), fiksasi fragmen fraktur dan imobilisasi, sehingga fragmen tulang yang
telah dikembalikan tidak bergerak sampai fase penyambungan dan penyembuhan tulang
selesai.
DAFTAR PUSTAKA
1. Penatalaksanaan Fraktur Mandibula. Alvin. 2011. Available at :
http://alfinzone.files.wordpress.com/2011/01/penatalaksanaan-fraktur-mandibula.pdf
2. Mandible. Available at :
http://medical-dictionary.thefreedictionary.com/Upper+mandible
3. Konsep Perawatan Fraktur Mandibula. Enni Afriani. 2008. Available at :
http://alfinzone.files.wordpress.com/2011/01/penatalaksanaan-fraktur-mandibula.pdf
4. Fraktur Mandibula. Angga Tama. 2011. Available at :
http://dentistlove.blogspot.com/2011/05/fraktur-mandibula.html
5. Initial Assessment and Treatment with the Airway, Breathing, Circulation, Disability,
Exposure (ABCDE) Approach. Troels Thim et al. 2012. Available at :
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC3273374/
6. Five Ws. Available at : http://en.wikipedia.org/wiki/Five_Ws
7. Fractures Mandible. Available at : http://www.ghorayeb.com/FxMandible.html)
21
8. Mandible Fractures, General Priciples and Occlusion. Sau Thir. 2010. Available at :
http://oralmaxillo-facialsurgery.blogspot.com/2010/05/mandible-fractures-general-
principles.html
9. Pearls of Mandibular Trauma Treatment. Koshy J.C et al. Available at :
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC3324216/
10. Simple Fractures in Mandibular Angle and Ramus. Available at :
https://www2.aofoundation.org/wps/portal/!ut/p/c0/04_SB8K8xLLM9MSSzPy8xBz9
CP0os3hng7BARydDRwN3QwMDA08zTzdvvxBjIwN_I_2CbEdFADiM_QM!/?
segment=Mandible&bone=CMF&classification=91-Angle%20and%20ramus%2C
%20simple&teaserTitle=&showPage=diagnosis&contentUrl=srg/91/01-Diagnosis/
ao_srg_diag_angle_si.jsp
11. Five Ws. Available at : http://en.wikipedia.org/wiki/Five_Ws
12. Glasgow Coma Scale. Availabe at : www.mdcalc.com
13. Barbuta, Rahmat. Perawatan Fraktur Berganda Mandibula dengan Reduksi. 2009. Available
at :
http://pustaka.unpad.ac.id/wpcontent/uploads/2009/05/perawatan_fraktur_berganda_mandibul
a_dengan_reduksi.pdf
22