Fraktur Femur

6
3.5 Pemeriksaan Radiologi dan Klinis a.Anamnesis dilakukan untuk menggali riwayat mekanisme cedera (posisi kejadian) dan kejadian-kejadian yang berhubungan dengan cedera tersebut. b. Pemeriksaan Fisik - Inspeksi / Look Deformitas : angulasi, rotasi, pemendekan, pemanjangan, bengak. Pada fraktur terbuka klasifikasi Gustilo - Palpasi / Feel : Lakukan palpasi pada daerah ekstremitas tempat fraktur tersebut, meliputi persendian diatas dan dibawah cedera, daerah yang mengalami nyeri, efusi, dan krepitasi. - Gerakan / Moving - Pemeriksaan trauma di tempat lain : kepala, toraks, abdomen, pelvis. Sedangkan pada pasien dengan politrauma, pemeriksaan awal dilakukan menurut protokol ATLS. Langkah pertama adalah menilai airway, breathing, dan circulation. c. Pemeriksaan Penunjang : 1. Pemeriksaan radiologis (rontgen), pada daerah yang dicurigai fraktur, harus mengikuti aturan role of two, yang terdiri dari : Mencakup dua gambaran yaitu anteroposterior (AP) dan lateral. Memuat dua sendi antara fraktur yaitu bagian proximal dan distal. Memuat dua extremitas (terutama pada anak-anak) baik yang cidera maupun yang tidak terkena cedera (untuk membandingkan dengan yang normal) Dilakukan dua kali, yaitu sebelum tindakan dan sesudah tindakan. Foto Rontgen Pada proyeksi AP kadang tidak jelas ditemukan adanya fraktur pada kasus yang impacted, untuk ini diperlukan pemerikasaan tambahan proyeksi axial. Pergeseran dinilai melalui bentuk bayangan tulang yang abnormal dan tingkat

description

fraktur femur

Transcript of Fraktur Femur

Page 1: Fraktur Femur

3.5 Pemeriksaan Radiologi dan Klinis

a.Anamnesis dilakukan untuk menggali riwayat mekanisme cedera (posisi kejadian) dan

kejadian-kejadian yang berhubungan dengan cedera tersebut.

b. Pemeriksaan Fisik

- Inspeksi / Look Deformitas :  angulasi, rotasi, pemendekan, pemanjangan,

bengak. Pada fraktur terbuka klasifikasi Gustilo

- Palpasi / Feel : Lakukan palpasi pada daerah ekstremitas tempat fraktur tersebut,

meliputi persendian diatas dan dibawah cedera, daerah yang mengalami nyeri,

efusi, dan krepitasi.

- Gerakan / Moving- Pemeriksaan trauma di tempat lain : kepala, toraks, abdomen, pelvis. Sedangkan pada pasien dengan politrauma, pemeriksaan awal dilakukan menurut protokol ATLS. Langkah pertama adalah menilai airway, breathing, dan circulation.

c. Pemeriksaan Penunjang :

1. Pemeriksaan radiologis (rontgen), pada daerah yang dicurigai fraktur, harus mengikuti aturan role of two, yang terdiri dari :

Mencakup dua gambaran yaitu anteroposterior (AP) dan lateral. Memuat dua sendi antara fraktur yaitu bagian proximal dan distal. Memuat dua extremitas (terutama pada anak-anak) baik yang cidera maupun yang

tidak terkena cedera (untuk membandingkan dengan yang normal) Dilakukan dua kali, yaitu sebelum tindakan dan sesudah tindakan.

Foto RontgenPada proyeksi AP kadang tidak jelas ditemukan adanya fraktur pada kasus yang

impacted, untuk ini diperlukan pemerikasaan tambahan proyeksi axial. Pergeseran dinilai melalui bentuk bayangan tulang yang abnormal dan tingkat ketidakcocokan garis trabekular pada kaput femoris dan ujung leher femur. Penilaian ini penting karena fraktur yang terimpaksi atau tidak bergeser (stadium I dan II Garden ) dapat membaik setelah fiksasi internal, sementara fraktur yang bergeser sering mengalami non union dan nekrosis avaskular.

Radiografi foto polos secara tradisional telah digunakan sebagai langkah pertama dalam pemeriksaan pada fraktur tulang pinggul. Tujuan utama dari film x-ray untuk menyingkirkan setiap patah tulang yang jelas dan untuk menentukan lokasi dan luasnya fraktur. Adanya pembentukan tulang periosteal, sclerosis, kalus, atau garis fraktur dapat menunjukkan tegangan fraktur.Radiografi mungkin menunjukkan garis fraktur pada bagian leher femur, yang merupakan lokasi untuk jenis fraktur.Fraktur harus dibedakan dari patah tulang kompresi, yang menurut Devas dan Fullerton dan Snowdy, biasanya terletak pada bagian inferior leher femoralis. Jika tidak terlihat di film x-ray standar, bone scan atau Magnetic Resonance Imaging (MRI) harus dilakukan.

Page 2: Fraktur Femur

Bone ScanningBone scanning dapat membantu menentukan adanya fraktur, tumor, atau infeksi.Bone

scan adalah indikator yang paling sensitif dari trauma tulang, tetapi mereka memiliki kekhususan yang sedikit. Shin dkk. melaporkan bahwa bone scanning memiliki prediksi nilai positif 68%.

Bone scanning dibatasi oleh resolusi spasial relatif dari anatomi pinggul. Di masa lalu, bone scanning dianggap dapat diandalkan sebelum 48-72 jam setelah patah tulang, tetapi sebuah penelitian yang dilakukan oleh Hold dkk menemukan sensitivitas 93%, terlepas dari saat cedera.

Magnetic Resonance Imaging (MRI)MRI telah terbukti akurat dalam penilaian fraktur dan andal dilakukan dalam waktu

24 jam dari cedera, namun pemeriksaan ini mahal. Dengan MRI, fraktur biasanya muncul sebagai garis fraktur di korteks dikelilingi oleh zona edema intens dalam rongga meduler. Dalam sebuah studi oleh Quinn dan McCarthy, temuan pada MRI 100% sensitif pada pasien dengan hasil foto rontgen yang kurang terlihat.MRI dapat menunjukkan hasil yang 100% sensitif, spesifik dan akurat dalam mengidentifikasi fraktur collum femur.

2. Pemeriksaan laboratorium, meliputi:

Darah rutin, Faktor pembekuan darah, Golongan darah (terutama jika akan dilakukan tindakan operasi), Urinalisa, Kreatinin (trauma otot dapat meningkatkan beban kreatinin untuk kliren ginjal).

3. Pemeriksaan arteriografi

Dilakukan jika dicurigai telah terjadi kerusakan vaskuler akibat fraktur tersebut.

Klasifikasi radiologis

Berdasar Lokalisasi

Page 3: Fraktur Femur

- Diafisial

- Metafisial

- Intraartikuler

- Fraktur dengan dislokasi

Berdasar Konfigurasi

- Fraktur transversal

- Fraktur oblik

- Fraktur spiral

- Fraktur segmental

- Fraktur komunitif

- Fraktur impaksi

- Fraktur epifisis

- Fraktur depresi

Berdasar ekstensi

- Fraktur total

- Fraktur tidak total

- Fraktur buckle atau torus

- Fraktur line hair

- Fraktur greenstick

Berdasar hubungan fragmen

Page 4: Fraktur Femur

- Tidak bergeser

- bergeser

Bergeser :

- Bersampingan

- Angulasi

- Rotasi

- Distraksi

overriding

Page 5: Fraktur Femur

Faiz, O. (2004). At A Glance Series Anatomy. Jakarta: Erlangga.

Long, C. Barbara. 1996. Perawatan Medikal Bedah.

Mithcell, R. N. (2008). Buku Saku Dasar Patologis Penyakit. Jakarta: EGC.

Patel, P. R. (2006). Lecture Notes Radiologi. Jakarta: EMS.

Rasjad C. 1992. Pengantar Ilmu Bedah Ortopedi, Bintang Lamumpatue, Ujung

Pandang.

Rasjad, Chairuddin. 2009. Pengantar Ilmu Bedah Ortopedi. Jakarta: Yarsif

Watampone.

Sjamsuhidajat R dan de Jong, Wim (Editor).2005. Buku Ajar Ilmu Bedah Edisi 3.

Jakarta: EGC

Syamsir, HM. 2011. Kinesiologi Gerak Tubuh Manusia. Jakarta: Fakultas

Kedokteran Universitas Yarsi Bagian Anatomi.

Tambayong, J. (2000). Patofisiologi Untuk Keperawatan. Jakarta: EGC.

http://www.histology-world.com/

http://www.instantanatomy.net/

http://www.medicastore.com/

http://www.nursingbegin.com/

http://www.e-radiography.net/radpath/f/femur%20fracture/neck_of_femur.htm

Moore KL, dkk. 2013. Anatomi Berorientasi Klinis Ed.5 jilid 2. Jakarta : Erlangga

Syamsir, HM. (2013). Kinesiologi Gerak Tubuh Manusia. FKUY