Fraktur Basis Cranii, Secondary Survey, Obstruksi Laring

29
Fraktur Basis Cranii Suatu fraktur basis cranii adalah suatu fraktur linear yang terjadi pada dasar tulang tengkorak yang tebal. Fraktur ini seringkali disertai dengan robekan pada duramater. Fraktur basis cranii paling sering terjadi pada dua lokasi anatomi tertentu yaitu regio temporal dan regio occipital condylar. Fraktur basis cranii dapat dibagi berdasarkan letak anatomis fossa-nya menjadi fraktur fossa anterior, fraktur fossa media, dan fraktur fossa posterior. Jenis fraktur lain pada tulang tengkorak yang mungkin terjadi yaitu : • Fraktur linear yang paling sering terjadi merupakan fraktur tanpa pergeseran, dan umumnya tidak diperlukan intervensi. • Fraktur depresi terjadi bila fragmen tulang terdorong kedalam dengan atau tanpa kerusakan pada scalp. Fraktur depresi mungkin memerlukan tindakan operasi untuk mengoreksi deformitas yang terjadi. • Fraktur diastatik terjadi di sepanjang sutura dan biasanya terjadi pada neonatus dan bayi yang suturanya belum menyatu. Pada fraktur jenis ini, garis sutura normal jadi melebar.

description

Fraktur Basis Cranii, Secondary Survey, Obstruksi Laring

Transcript of Fraktur Basis Cranii, Secondary Survey, Obstruksi Laring

Page 1: Fraktur Basis Cranii, Secondary Survey, Obstruksi Laring

Fraktur Basis Cranii

Suatu fraktur basis cranii adalah suatu fraktur linear yang terjadi pada dasar tulang

tengkorak yang tebal. Fraktur ini seringkali disertai dengan robekan pada duramater.

Fraktur basis cranii paling sering terjadi pada dua lokasi anatomi tertentu yaitu regio

temporal dan regio occipital condylar. Fraktur basis cranii dapat dibagi berdasarkan

letak anatomis fossa-nya menjadi fraktur fossa anterior, fraktur fossa media, dan

fraktur fossa posterior.

Jenis fraktur lain pada tulang tengkorak yang mungkin terjadi yaitu :

• Fraktur linear yang paling sering terjadi merupakan fraktur tanpa pergeseran, dan

umumnya tidak diperlukan intervensi.

• Fraktur depresi terjadi bila fragmen tulang terdorong kedalam dengan atau tanpa

kerusakan pada scalp. Fraktur depresi mungkin memerlukan tindakan operasi untuk

mengoreksi deformitas yang terjadi.

• Fraktur diastatik terjadi di sepanjang sutura dan biasanya terjadi pada neonatus dan

bayi yang suturanya belum menyatu. Pada fraktur jenis ini, garis sutura normal jadi

melebar.

• Fraktur basis merupakan yang paling serius dan melibatkan tulang-tulang dasar

tengkorak dengan komplikasi rhinorrhea dan otorrhea cairan serebrospinal

(Cerebrospinal Fluid).

Suatu fraktur tulang tengkorak berarti patahnya tulang tengkorak dan biasanya terjadi

akibat benturan langsung. Tulang tengkorak mengalami deformitas akibat benturan

terlokalisir yang dapat merusak isi bagian dalam meski tanpa fraktur tulang

tengkorak. Suatu fraktur menunjukkan adanya sejumlah besar gaya yang terjadi pada

kepala dan kemungkinan besar menyebabkan kerusakan pada bagian dalam dari isi

cranium. Fraktur tulang tengkorak dapat terjadi tanpa disertai kerusakan neurologis,

dan sebaliknya, cedera yang fatal pada membran, pembuluh-pembuluh darah, dan

Page 2: Fraktur Basis Cranii, Secondary Survey, Obstruksi Laring

otak mungkin terjadi tanpa fraktur. Otak dikelilingi oleh cairan serebrospinal,

diselubungi oleh penutup meningeal, dan terlindung di dalam tulang tengkorak.

Selain itu, fascia dan otot-otot tulang tengkorak manjadi bantalan tambahan untuk

jaringan otak. Hasil uji coba telah menunjukkan bahwa diperlukan kekuatan sepuluh

kali lebih besar untuk menimbulkan fraktur pada tulang tengkorak kadaver dengan

kulit kepala utuh dibanding yang tanpa kulit kepala.

Fraktur tulang tengkorak dapat menyebabkan hematom, kerusakan nervus cranialis,

kebocoran cairan serebrospinal (CSF) dan meningitis, kejang dan cedera jaringan

(parenkim) otak. Angka kejadian fraktur linear mencapai 80% dari seluruh fraktur

tulang tengkorak. Fraktur ini terjadi pada titik kontak dan dapat meluas jauh dari titik

tersebut. Sebagian besar sembuh tanpa komplikasi atau intervensi. Fraktur depresi

melibatkan pergeseran tulang tengkorak atau fragmennya ke bagian lebih dalam dan

memerlukan tindakan bedah saraf segera terutama bila bersifat terbuka dimana

fraktur depresi yang terjadi melebihi ketebalan tulang tengkorak. Fraktur basis cranii

merupakan fraktur yang terjadi pada dasar tulang tengkorak yang bisa melibatkan

banyak struktur neurovaskuler pada basis cranii, tenaga benturan yang besar, dan

dapat menyebabkan kebocoran cairan serebrospinal melalui hidung dan telinga dan

menjadi indikasi untuk evaluasi segera di bidang bedah saraf.

PATOFISIOLOGI

Trauma dapat menyebabkan fraktur tulang tengkorak yang diklasifikasikan menjadi :

• fraktur sederhana (simple) suatu fraktur linear pada tulang tengkorak

• fraktur depresi (depressed) apabila fragmen tulang tertekan ke bagian lebih dalam

dari tulang tengkorak

• fraktur campuran (compound) bila terdapat hubungan langsung dengan lingkungan

luar. Ini dapat disebabkan oleh laserasi pada fraktur atau suatu fraktur basis cranii

yang biasanya melalui sinus-sinus.

Page 3: Fraktur Basis Cranii, Secondary Survey, Obstruksi Laring

Pada dasarnya, suatu fraktur basiler adalah suatu fraktur linear pada basis

cranii. Biasanya disertai dengan robekan pada duramater dan terjadi pada pada

daerah-daerah tertentu dari basis cranii.

1. Fraktur Temporal terjadi pada 75% dari seluruh kasus fraktur basis cranii. Tiga

subtipe dari fraktur temporal yaitu : tipe longitudinal, transversal, dan tipe

campuran (mixed).

Fraktur longitudinal terjadi pada regio temporoparietal dan melibatkan pars

skuamosa os temporal, atap dari canalis auditorius eksterna, dan tegmen timpani.

Fraktur-fraktur ini dapat berjalan ke anterior dan ke posterior hingga cochlea dan

labyrinthine capsule, berakhir di fossa media dekat foramen spinosum atau pada

tulang mastoid secara berurut.

Fraktur transversal mulai dari foramen magnum dan meluas ke cochlea dan

labyrinth, berakhir di fossa media.

Fraktur campuran merupakan gabungan dari fraktur longitudinal dan fraktur

transversal. Masih ada sistem pengelompokan lain untuk fraktur os temporal

yang sedang diusulkan. Fraktur temporal dibagi menjadi fraktur petrous dan

nonpetrous; dimana fraktur nonpetrous termasuk didalamnya fraktur yang

melibatkan tulang mastoid. Fraktur-fraktur ini tidak dikaitkan dengan defisit dari

nervus cranialis

2. Fraktur condylus occipital adalah akibat dari trauma tumpul bertenaga besar

dengan kompresi ke arah aksial, lengkungan ke lateral, atau cedera rotasi pada

ligamentum alar. Fraktur jenis ini dibagi menjadi tiga tipe berdasarkan

mekanisme cedera yang terjadi. Cara lain membagi fraktur ini menjadi fraktur

bergeser dan fraktur stabil misalnya dengan atau tanpa cedera ligamentum yakni :

Fraktur tipe I, adalah fraktur sekunder akibat kompresi axial yang

mengakibatkan fraktur kominutif condylus occipital. Fraktur ini adalah

suatu fraktur yang stabil.

Fraktur tipe II merupakan akibat dari benturan langsung. Meskipun akan

meluas menjadi fraktur basioccipital, fraktur tipe II dikelompokkan

Page 4: Fraktur Basis Cranii, Secondary Survey, Obstruksi Laring

sebagai fraktur stabil karena masih utuhnya ligamentum alae dan

membran tectorial.

Fraktur tipe III adalah suatu fraktur akibat cedera avulsi sebagai akibat

rotasi yang dipaksakan dan lekukan lateral. Ini berpotensi menjadi suatu

fraktur yang tidak stabil.

3. Fraktur clivus digambarkan sebagai akibat dari benturan bertenaga besar yang

biasanya disebabkan oleh kecelakaan kendaraan bermotor. Sumber literatur

mengelompokkannya menjadi tipe longitudinal, transversal, dan oblique. Fraktur

tipe longitudinal memiliki prognosis paling buruk, terutama bila mengenai sistem

vertebrobasilar. Biasanya fraktur tipe ini disertai dengan defisit n.VI dan n.VII.

Tanda – tanda dari fraktur dasar tengkorak adalah :

Otorrhea atau keluarnya cairan otak melalui telinga menunjukan terjadi fraktur

pada petrous pyramid yang merusak kanal auditory eksternal dan merobek

membrane timpani mengakibatkan bocornya cairan otak atau darah terkumpul

disamping membrane timpani (tidak robek)

Battle Sign (warna kehitaman di belakang telinga) : Fraktur meluas ke posterior

dan merusak sinus sigmoid.

Racoon atau pandabear: fraktur dasar tengkorak dari bagian anterior

menyebabkan darah bocor masuk ke jaringan periorbital. 

Selain tanda diatas fraktur basal juga diindikasikan dengan tanda – tanda

kerusakan saraf cranial.

Saraf olfaktorius, fasial dan auditori yang lebih sering

terganggu. Anosmia dan kehilangan dari rasa akibat trauma kepala

terutama jatuh pada bagian belakang kepala. Sebagian besar anosmia

bersifat permanen 

Page 5: Fraktur Basis Cranii, Secondary Survey, Obstruksi Laring

Fraktur mendekati sella mungkin merobek bagian kelenjar pituitary hal ini

dapat mengakibatkan diabetes insipidus

Fraktur pada tulang sphenoid mungkin dapat menimbulkan laserasi saraf

optic dan dapat menimbulkan kebutaan, pupil tidak bereaksi terhadap

cahaya. Cedera sebagian pada saraf optic dapat menimbulkan pasien

mengalamipenglihatan kabur.

Kerusakan pada saraf okulomotorius dapat dikarakteriskan

dengan ptosis dan diplopia.

Kerusakan pada saraf optalmic dan trigeminus yang diakibatkan fraktur

dasar tengkorak menyebrang ke bagian tengah fossa cranial atau cabang

saraf ekstrakranial dapat mengakibatkan mati rasa atau Paresthesia

Kerusakan pada saraf fasial dapat diakibatkan karena fraktur tranversal

melalui tulang petrous dapat mengakibatkan facial palsy segera ,sedangkan

jika fraktur longitudinal dari tulang petrous dapat menimbulkan fasial palsy

tertunda dalam beberapa hari.

Kerusakan saraf delapan atau auditorius disebabkan oleh fraktur petrous

mengakibatkan hilang pendengaran atau vertigo postural dan nystagmus

segera setelah trauma.

Fraktur dasar melalui tulang sphenoid dapat mengakibatkan laserasi pada

arteri karotis internal atau cabang dari intracavernous dalam hitungan jam

atau hari akan didapat exopthalmus berkembang karena darah arteri masuk

kes sinus dan bagian superior mengembung dan bagian inferior menjadi

kosong dapat mengakibatkan nyeri.

Jika fraktur menimbulkan ke bagian meningen atau jika fraktur melalui

dinding sinus paranasal dapat mengakibatkan bakteri masuk kedalam

cranial cavity dan mengakibatkan meningitis dan pembentukan abses, dan

Page 6: Fraktur Basis Cranii, Secondary Survey, Obstruksi Laring

cairan otak bocor kedalam sinus dan keluar melalui hidung atau disebut

rinorhea. Untuk menguji bahwa cairan yang keluar dari hidung merupakan

cairan otak dapat menggunakan glukotest dm (karena mucus tidak

mengandung glukosa). Untuk mencegah terjadinya meningitis pasien

propilaksis diberikan antibiotik.

Penimbunan udara pada ruang cranial (aerocele) sering terjadi pada fraktur

tengkorak atau prosedur –dapat menimbulakn pneumocranium 

GAMBARAN KLINIS

Gambaran klinis dari fraktur basis cranii yaitu hemotimpanum, ekimosis

periorbita (racoon eyes), ekimosis retroauricular ( Battle’s sign), dan

kebocoran cairan serebrospinal (dapat diidentifikasi dari kandungan

glukosanya) dari telinga dan hidung. Parese nervus cranialis (nervus I, II, III,

IV, VII dan VIII dalam berbagai kombinasi) juga dapat terjadi.

PEMERIKSAAN PENUNJANG

a. Pemeriksaan Laboratorium

Sebagai tambahan pada suatu pemeriksaan neurologis lengkap, pemeriksaan

darah rutin, dan pemberian tetanus toxoid (yang sesuai seperti pada fraktur

terbuka tulang tengkorak), pemeriksaan yang paling menunjang untuk

diagnosa satu fraktur adalah pemeriksaan radiologi.

b. Pemeriksaan Radiologi

• Foto Rontgen: Sejak ditemukannya CT-scan, maka penggunaan foto

Rontgen cranium dianggap kurang optimal. Dengan pengecualian untuk

kasus-kasus tertentu seperti fraktur pada vertex yang mungkin lolos dari CT-

can dan dapat dideteksi dengan foto polos maka CT-scan dianggap lebih

menguntungkan daripada foto Rontgen kepala.

Di daerah pedalaman dimana CT-scan tidak tersedia, maka foto polos x-ray

Page 7: Fraktur Basis Cranii, Secondary Survey, Obstruksi Laring

dapat memberikan informasi yang bermanfaat. Diperlukan foto posisi AP,

lateral, Towne’s view dan tangensial terhadap bagian yang mengalami

benturan untuk menunjukkan suatu fraktur depresi. Foto polos cranium dapat

menunjukkan adanya fraktur, lesi osteolitik atau osteoblastik, atau

pneumosefal. Foto polos tulang belakang digunakan untuk menilai adanya

fraktur, pembengkakan jaringan lunak, deformitas tulang belakang, dan

proses-proses osteolitik atau osteoblastik.

• CT scan : CT scan adalah kriteria modalitas standar untuk menunjang

diagnosa fraktur pada cranium. Potongan slice tipis pada bone windows

hingga ketebalan 1-1,5 mm, dengan rekonstruksi sagital berguna dalam

menilai cedera yang terjadi. CT scan Helical sangat membantu untuk

penilaian fraktur condylar occipital, tetapi biasanya rekonstruksi tiga dimensi

tidak diperlukan.

• MRI (Magnetic Resonance Angiography) : bernilai sebagai pemeriksaan

penunjang tambahan terutama untuk kecurigaan adanya cedera ligamentum

dan vaskular. Cedera pada tulang jauh lebih baik diperiksa dengan

menggunakan CT scan. MRI memberikan pencitraan jaringan lunak yang

lebih baik dibanding CT scan.

Pemeriksaan Penunjang Lain

Perdarahan melalui telinga dan hidung pada kasus-kasus yang dicurigai

adanya kebocoran CSF, bila di dab dengan menggunakan kertas tissu akan

menunjukkan adanya suatu cincin jernih pada tissu yang telah basah diluar

dari noda darah yang kemudian disebut suatu “halo” atau “ring” sign. Suatu

kebocoran CSF juga dapat diketahui dengan menganalisa kadar glukosa dan

mengukur tau-transferrin, suatu polipeptida yang berperan dalam transport ion

Fe.

Page 8: Fraktur Basis Cranii, Secondary Survey, Obstruksi Laring

DIAGNOSIS

Diagnosa cedera kepala dibuat melalui suatu pemeriksaan fisis dan

pemeriksaan diagnostik. Selama pemeriksaan, bisa didapatkan riwayat medis

yang lengkap dan mekanisme trauma. Trauma pada kepala dapat

menyebabkan gangguan neurologis dan mungkin memerlukan tindak lanjut

medis yang lebih jauh. Alasan kecurigaan adanya suatu fraktur cranium atau

cedera penetrasi antara lain :

• Keluar cairan jernih (CSF) dari hidung

• Keluar darah atau cairan jernih dari telinga

• Adanya luka memar di sekeliling mata tanpa adanya trauma pada mata

(panda eyes)

• Adanya luka memar di belakang telinga (Battle’s sign)

• Adanya ketulian unilateral yang baru terjadi

• Luka yang signifikan pada kulit kepala atau tulang tengkorak.

DIAGNOSA BANDING

Echimosis periorbita (racoon eyes) dapat disebabkan oleh trauma langsung

seperti kontusio fasial atau blow-out fracture dimana terjadi fraktur pada

tulang-tulang yang membentuk dasar orbita (arcus os zygomaticus, fraktur Le

Fort tipe II atau III, dan fraktur dinding medial atau sekeliling orbital).

Rhinorrhea dan otorrhea selain akibat fraktur basis cranii juga bisa

diakibatkan oleh :

• Kongenital

• Ablasi tumor atau hidrosefalus

• Penyakit-penyakit kronis atau infeksi

• Tindakan bedah 24, 25, 26

PENATALAKSANAAN

A Airway Pembersihan jalan nafas, pengawasan vertebra servikal hingga

Page 9: Fraktur Basis Cranii, Secondary Survey, Obstruksi Laring

diyakini tidak ada cedera

B Breathing Penilaian ventilasi dan gerakan dada, gas darah arteri

C Circulation Penilaian kemungkinan kehilangan da

rah, pengawasan secara rutin tekanan darah pulsasi nadi, pemasangan IV line

D Dysfunction of CNS Penilaian GCS (Glasgow Coma Scale) secara rutin

E Exposure Identifikasi seluruh cedera, dari ujung kepala hingga ujung kaki,

dari depan dan belakang. 21

Setelah menyelesaikan resusitasi cardiovaskuler awal, dilakukan pemeriksaan

fisis menyeluruh pada pasien. Alat monitor tambahan dapat dipasang dan dilakukan

pemeriksaan laboratorium. Nasogastric tube dapat dipasang kecuali pada pasien

dengan kecurigaan cedera nasal dan basis cranii, sehingga lebih aman jika digunakan

orogastric tube. Evaluasi untuk cedera cranium dan otak adalah langkah berikut yang

paling penting. Cedera kulit kepala yang atau trauma kapitis yang sudah jelas

memerlukan pemeriksaan dan tindakan dari bagian bedah saraf. Tingkat kesadaran

dinilai berdasarkan Glasgow Coma Scale (GCS), fungsi pupil, dan kelemahan

ekstremitas.

Fraktur basis cranii sering terjadi pada pasien-pasien dengan trauma kapitis.

Fraktur ini menunjukkan adanya benturan yang kuat dan bisa tampak pada CT scan.

Jika tidak bergejala maka tidak diperlukan penanganan. Gejala dari fraktur basis

cranii seperti defisit neurologis (anosmia, paralisis fasialis) dan kebocoran CSF

(rhinorhea, otorrhea). Seringkali kebocoran CSF akan pulih dengan elevasi kepala

terhadap tempat tidur selama beberapa hari walaupun kadang memerlukan drain

lumbal atau tindakan bedah repair langsung. Belum ada bukti efektifitas antibiotik

mencegah meningitis pada pasien-pasien dengan kebocoran CSF. Neuropati cranial

traumatik umumnya ditindaki secara konservatif. Steroid dapat membantu pada

paralisis nervus fasialis.

Page 10: Fraktur Basis Cranii, Secondary Survey, Obstruksi Laring

Tindakan bedah tertunda dilakukan pada kasus frakur dengan inkongruensitas

tulang-tulang pendengaran akibat fraktur basis cranii longitudinal tulang temporal.

Mungkin diperlukan ossiculoplasty jika terjadi hilang pendengaran lebih dari 3 bulan

apabila membran timpani tidak dapat sembuh sendiri. Indikasi lain adalah kebocoran

CSF persisten setelah mengalami fraktur basis cranii. Hal ini memerlukan deteksi

yang tepat mengenai lokasi kebocoran sebelum dilakukan tindakan operasi.

KOMPLIKASI

Resiko infeksi tidak tinggi, sekalipun tanpa antibiotik rutin, terutama pada fraktur

basis cranii dengan rhinorrhea. Paralisis otot-otot fasialis dan rantai tulang-tulang

pendengaran dapat menjadi komplikasi dari fraktur basis cranii. Fraktur condyler

tulang occipital adalah suatu cedera serius yang sangat jarang terjadi. Sebagian besar

pasien dengan fraktur condyler occipital terutama tipe III berada dalam keadaan koma

dan disertai dengan cedera vertebra servikal. Pasien-pasien ini juga mungkin datang

dengan gangguan-gangguan nervus cranialis dan hemiplegi atau quadriplegi.

Sindrom Vernet atau sindrom foramen jugular adalah fraktur basis cranii yang

terkait dengan gangguan nervus IX, X, and XI. Pasien-pasien dengan keluhan

kesulitan phonation dan aspirasi dan paralisis otot-otot pita suara, pallatum molle

(curtain sign), konstriktor faringeal superior, sternocleidomastoideus, dan trapezius.

Sindrom Collet-Sicard adalah fraktur condyler occipital yang juga berdampak

terhadap nervus IX, X, XI, dan XII. Meski demikian, paralisis facialis yang muncul

setelah 2-3 hari adalah gejala sekunder dari neurapraxia n.VII dan responsif terhadap

steroid dengan prognosis baik. Suatu onset paralisis facialis yang komplit dan terjadi

secara tiba-tiba akibat fraktur biasanya merupakan gejala dari transection dari nervus

dengan prognosis buruk.

Fraktur basis cranii juga dapat menimbulkan gangguan terhadap nervus-nervus

cranialis lain. Fraktur ujung tulang temporal petrosus dapat mengenai ganglion

Page 11: Fraktur Basis Cranii, Secondary Survey, Obstruksi Laring

Gasserian / trigeminal. Isolasi n.VI bukanlah suatu dampak langsung dari fraktur

namun akibat regangan pada nervus tersebut. Fraktur tulang sphenoid dapat

berdampak terhadap nervus III, IV, dan VI juga dapat mengenai a.caroticus interna,

dan berpotensi menyebabkan terjadinya pseudoaneurisma dan fistel

caroticocavernosus (mencapai struktur vena). Cedera caroticus dicurigai terjadi pada

kasus-kasus dimana fraktur melalui canal carotid, dalam hal ini direkomendasikan

untuk melakukan pemeriksaan CT-angiografi.

SECONDARY SURVEY

Mencari perubahan fisik anatomis yang dapat berkembang menjadi lebih gaawat dan

dapat mengancam jiwa apabila tidak segera di atasi. Dilakukan ketika primary survey

telah tuntas.

Peralatan

Stetoskop

Tensimeter

Jam

Lampu pemeriksaan

Gunting

Thermometer

Catatan

Alat tulis

Pemeriksaan laboratorium lainnya (Hb, foto thorax, pemeriksaan penunjang

lainnya)

Page 12: Fraktur Basis Cranii, Secondary Survey, Obstruksi Laring

Teknik pelaksanaan

1. Periksa kondisi umum menyeluruh (head to toe)

a. Posisi saat ditemukan

b. Tingkat kesadaran

c. Sikap umum, keluhan

d. Ruda paksa, kelainan

e. Keadaan kulit

2. Periksa kepala dan leher

a. Rambut dan kulit kepala

Perdarahan, pengelupasan, perlukaan, penekanan cedera tulang

belakang

b. Telinga

Perlukaan, darah, cairan

c. Mata

Perlukaan, pembengkakan, perdarahan, reflex pupil, kondisi kelopak

mata, kemerahan perdarahan sclera/alrian antrum anterior, benda

asing, pergerakan abnormal

d. Hidung

Perlukaan, darah, cairan, nafas cuping hidung kelainan anatomi karena

ruda paksa

e. Mulut

Perlukaan, darah, muntahan, benda asing, gigi, bau, dapat buka

mulut/tidak

f. Bibir

Perlukaan, perdarahan, cyanosis, kering

g. Rahang

Perlukaan, stabilitas, krepitasi

h. Kulit

Page 13: Fraktur Basis Cranii, Secondary Survey, Obstruksi Laring

Perlukaan, basah/kering, darah, warna goresan-goresan, suhu

i. Leher

Perlukaan, bendungan vena, deviasi trakea, spasme otot, stoma, tag,

stabilitas tulang leher

3. Periksa dada

Flailchest, nafas diafragma, kelainan bentuk, tarikan antar iga, nyeri tekan,

perlukaan, suara ketuk, suara nafas

4. Periksa perut

Perlukaan, distensi, tegang, kendor, nyeri tekan, undulasi

5. Periksa tulang belakang

Kelainan bentuk, nyeri tekan, spasme otot

6. Periksa pelvis/genitalia

Perlukaan, nyeri, pembengkaan, krepitasi, priapismus, inkontinensia

7. Periksa ekstremitas atas dan bawah

Perlukaan, angulasi, hambatan pergerakan gangguan rasa, bengkak, denyut

nadi, warna luka

Catatan

1. Perhatikan tanda-tanda vital

2. Pada kasus trauma, pemeriksaan setiap tahap selalu dimulai dengan

pertanyaan adakah : deformitas, ekskoriasi, kontusio, abrasi, penetrasi,

bula/burn, laserasi, swelling/sembab.

3. Pada dugaan patah tulang, pemeriksaan setiap tahun selalu dimulai dengan

pertanyaan: adakah nyeri, instabilitas, krepitasi.

Page 14: Fraktur Basis Cranii, Secondary Survey, Obstruksi Laring

SUMBATAN LARING

ETIOLOGI

 Sumbatan laring biasanya disebabkan oleh:

Radang akut dan radang kronis.

Benda asing

Trauma akibat kecelakaan, perkelahian ,percobaan bunuh diri dengan

senjata tajam

Trauma akibat tindakan medik

Tumor laring, baik berupa tumor jinak atau pun tumor ganas.

Kelumpuhan nervus rekurens bilateral.

GEJALA dan TANDA

Gejala dan tanda sumbatan laring ialah:

Suara serak (disfonia) sampai afoni

Sesak nafas (dispnea)

Stridor (nafas berbunyi) yang terdengar pada waktu inspirasi

Cekungan yang terdapat pada waktu inspirasi di suprasternal,

epigastrium,supraklavikula dan interkostal.Cekungan ini terjadi

sebagai upaya dari otot-otot pernafasan untuk mendapatkan oksigen

yang adekuat.

Gelisah karena haus udara. (air hunger)

Warna muka pucat dan terakhir menjadi sianosis karena hipoksia.

4 STADIUM JACKSON

Stadium 1 (pasien masih tenang)

Inspirasi = cekungan di Suprasternal, Stridor

Stadium 2 (Pasien Sudah mulai gelisah)

Page 15: Fraktur Basis Cranii, Secondary Survey, Obstruksi Laring

Inspirasi = Cekungan suprasternal makin dalam, dan di epigastrium

muncul juga, Stridor

Stadium 3 ( Sangat Gelisah)

Inspirasi = Cekungan di suprasternal, epigastrium, infraclacula dan

intercosta, Stridor terdengar saat ekspirasi dan inspirasi

Stadium 4 (gelisah hingga lemas, dan mati)

Terdapat banyak cekungan dan sangat jelas. Menyebabkan paralitik

pernafasan

DIAGNOSIS

Anamnesis

Pemeriksaan klinis

Laringoskopi

Dewasa = tidak langsug

Anak = langsung

PENANGGULANGAN

Tujuan: jalan napas lancar kembali

Stadium 1, menggunakan terapi konservatif:

Anti inflamasi

Anti alergi

Antibiotik

Oksigen intermitten

Stadium 2 dan 3:

Intubasi endotrakea (orotrakea atau nasotrakea)

Trakeostomi

Stadium 4: Krikotirotomi

Tindakan operatif atau resusitasi (intubasi endotrakea, trakeostomi,

krikotirotomi) dapat dilakukan berdasarkan analisis gas darah (Astrup)

Intubasi endotrakea: pilihan pertama jika fasilitas tersedia

Trakeostomi: pilihan pertama jika perawatan intensif tidak tersedia

Page 16: Fraktur Basis Cranii, Secondary Survey, Obstruksi Laring

INTUBASI ENDOTRAKEA

Indikasi:

Mengatasi sumbatan saluran napas bagian atas

Membantu ventilasi

Memudahkan mengisap sekret dari traktus trakeobronkial

Mencegah aspirasi sekret yang ada di rongga mulut atau yang berasal

dari lambung

- Magill, 1964, membuat pipa endotrakeal terbuat dari PVC dengan cuff

di ujungnya dapat diisi udara, ukurannya disesuaikan dengan ukuran

trakea pasien, biasanya diameter 7-8.5 mm untuk dewasa. Penggunaan

intubasi endotrakea maksimal 6 hari, dilanjutkan trakeostomi

- Komplikasi: stenosis laring atau trakea

Teknik Intubasi Endotrakea

- Intubasi endotrakea merupakan tindakan penyelamat (live saving

procedure) dan dapat dilakukandengan atau tanpa analgesia topikal

dengan xylocain 10%.

- Posisi pasien tidur telentang, leher fleksi sedikit, dan kepala ekstensi.

- Laringoskop dengan spatel bengkok dipegang dengan tangan kiri,

dimasukkan melalui mulut sebelah kanan, sehingga lidah terdorong ke

kiri.

- Spatel diarahkan menelusuri pangkal lidah ke valekula, lalu

laringoskop diangkat ke atas, sehingga pita suara dapat terlihat.

Dengan tangan kanan pipa endotrakea dimasukkan melalui mulut terus

melalui celah antara kedua pita suara ke dalam trakea. Pipa endotrakea

juga dapat dimasukkan melalui salah satu lubang hidung sampai

rongga mulut dan dengan cunam Magill ujung pipa endotrakea

dimasukkan ke dalam celah antara kedua pita suara sampai ke trakea.

- Kemudian balon diisi udara dan pipa endotrakea difiksasi dengan baik.

Page 17: Fraktur Basis Cranii, Secondary Survey, Obstruksi Laring

- Apabila menggunakan spatel laringoskop yang lurus maka pasien yang

tidur telentangitu pundaknya harus diganjal dengan bantal pasir,

sehingga kepala mudah diekstensikan maksimal.

Laringoskop dengan spatel yang lurus dipegang dengan tangan kiri dan

dimasukkan mengikuti dinding faring posterior dan epiglotis diangkat

horizontal keatas bersama-sama sehingga laring jelas terlihat. Pipa endotrakea

dipegang dengan tangan kanan dan dimasukkan melalui celah pita suara

sampai di trakea. Kemudian balon diisi udara dan pipa endotrakea difiksasi

dengan plester.

Memasukkan pipa endotrakea ini harus hati-hati karena dapat menyebabkan

trauma pita suara, laserasi pita suara timbul granuloma dan stenosis laring

atau trakea.

TRAKEOSTOMI

- Trakeostomi adalah tindakan membuat lubang pada dinding depan/anterior

trakea untuk bernapas.

- Berdasarkan letak stoma, trakeostomi dibedakan letak yang tinggi dan rendah

batasnya adalah cincin trakea ke-3

- Berdasarkan waktu:

1. Trakeostomi darurat & segera persiapan sarana sangat kurang

2. Trakeostomi berencana (persiapan sarana cukup) & dapat dilakukan dengan

baik (lege artis)

Indikasi :

1. Obstruksi laring

2. Mengurangi ruang rugi (dead air space) di saluran napas bagian atas ( rongga

mulut, sekitar lidah dan faring ). Dengan adanya stoma, seluruh O2 yang

dihirup akan masuk ke paru, tidak ada yang tertinggal di ruang rugi bergun

a untuk pasien dengan kerusakan paru dengan kapasitas vital kurang.

Page 18: Fraktur Basis Cranii, Secondary Survey, Obstruksi Laring

3. Mempermudah pengisapan sekret dari bronkus misalnya pasien koma

4. Untuk memasang respirator

5. Untuk mengambil benda asing dari subglotik bila tidak ada fasilitas

bronkoskopi

PERASAT HEIMLICH

DEFINISI

Perasat Heimlich adalah suatu cara mengeluarkan benda asing yang

menyumbat laring secara total atau benda asing ukuran besar besar yang

terletak di hipofaring.

PRINSIP

• Memberi tekanan pada paru, dilakukan tekanan kedalam dan ke atas

rongga perut sehingga menyebabkan diafragma terdorong ke atas.

• Tenaga dorongan ini akan mendesak udara dalam paru ke luar.

• Udara ini akan mencari jalan keluar melalui bronkus, trakea dan

akhirnya mendorong sumbatan laring ke luar.

CARA

• Penolong berdiri dibelakang pasien sambil memeluk badannya.

• Tangan kanan dikepalkan dan dengan bantuan tangan kiri, kedua

tangan diletakkan pada perut bagian atas.

• Kemudian dilakukan penekanan rongga perut ke arah dalam dan ke

atas dengan hentakan beberapa kali.

• Pada anak, penekanan cukup dengan memakai jari telunjuk dan jari

tengah kedua tangan.

• Pasien tidak sadar atau terbaring, penolong berlutut dg kaki pada

kedua sisi pasien. Posisi muka pasien dan leher harus lurus. Kepalan

tangan kanan diletakkan dibawah tangan kiri di daerah epigastrium.

Page 19: Fraktur Basis Cranii, Secondary Survey, Obstruksi Laring

Dengan hentakan tangan kiri ke bawah & ke atas beberapa kali udara

dlm paru akan mendorong benda asing ke luar.