fraktur 1/3 antebrachii

23
Fraktur Tertutup Antebrachii Dextra 1/3 Distal Meldina Sari Simatupang* 102011362 *Alamat korespendensi Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana Jalan Arjuna Utara No.06 Jakarta Barat 11470 e-mail: [email protected] BAB 1 PENDAHULUAN Skenario VII Seorang wanita berusia 60 tahun, dibawa keluarganya ke UGD RS dengan keluhan nyeri pada lengan bawah sebelah kanan, setelah jatuh terduduk di kamar mandi dan posisi tangannya menahan berat tubuhnya 2 jam yang lalu. Pada pemeriksaan fisik, tanda- tanda vital dalam batas normal. Tampak adanya edema dan deformitas pada regio antebrachii dextra 1/3 distal. Pada palpasi, teraba adanya penonjolan fragmen tulang, nyeri tekan (+), tidak dapat digerakkan. Status lokasi: fraktur tertutup antebrachii dxtra 1/3 distal: nyeri (+), deformitas (+), edema (+), teraba penonjolan fragmen tulang, tidak dapat digerakkan. 1 | Page

description

by silvia witarsihfraktur 1/3 antebrachii

Transcript of fraktur 1/3 antebrachii

Page 1: fraktur 1/3 antebrachii

Fraktur Tertutup Antebrachii Dextra 1/3 Distal

Meldina Sari Simatupang*

102011362

*Alamat korespendensi

Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana

Jalan Arjuna Utara No.06 Jakarta Barat 11470

e-mail:

[email protected]

BAB 1

PENDAHULUAN

Skenario VII

Seorang wanita berusia 60 tahun, dibawa keluarganya ke UGD RS dengan keluhan nyeri

pada lengan bawah sebelah kanan, setelah jatuh terduduk di kamar mandi dan posisi

tangannya menahan berat tubuhnya 2 jam yang lalu. Pada pemeriksaan fisik, tanda-tanda vital

dalam batas normal. Tampak adanya edema dan deformitas pada regio antebrachii dextra 1/3

distal. Pada palpasi, teraba adanya penonjolan fragmen tulang, nyeri tekan (+), tidak dapat

digerakkan.

Status lokasi: fraktur tertutup antebrachii dxtra 1/3 distal: nyeri (+), deformitas (+), edema

(+), teraba penonjolan fragmen tulang, tidak dapat digerakkan.

I.Latar Belakang

Fraktur antebrachii adalah terputusnya kontinuitas tulang radius ulna, pada anak biasanya

tampak angulasi anterior dan kedua ujung tulang yang patah masih berhubungan satu sama

lain.Gambaran klinis fraktur antebrachii pada orang dewasa biasanya tampak jelas karena

fraktur radius ulna sering berupa fraktur yang disertai dislokasi fragmen tulang. Fraktur atau

patah tulang adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang dan atau tulang rawan yang

umumnya disebabkan oleh rudapaksa. Trauma yang menyebabkan tulang patah dapat berupa

1 | P a g e

Page 2: fraktur 1/3 antebrachii

trauma langsung, misalnya benturan pada lengan bawah yang menyebabkan patah tulang

radius dan ulna, dan dapat berupa trauma tidak langsung, misalnya jatuh bertumpu pada

tangan yang menyebabkan tulang klavikula atau radius distal patah.

Jenis fraktur dapat dilihat dari segi kedudukan, segi konfigurasi, segi adanya luka, fraktur

tertutup serta juga fraktur terbuka. Pertama dari segi kedudukan, fraktur dapat terjadi pada

tulang di mana saja seperti pada diafisis, metafisis, epifisis, atau intraartikuler. Jika fraktur

didapatkan bersamaan dengan dislokasi sendi, maka dinamakan fraktur dislokasi misalnya

terjadi fraktur acetabulum dan dislokasi pada caput femur. Kedua dari segi konfigurasi

dengan melihat dari garis frakturnya, dapat dibagi menjadi transversal (mendatar), oblik

(miring), atau spiral. Jika terdapat lebih dari satu garis fraktur, maka dinamakan kominutif,

jika satu bagian patah sedangkan sisi lainnya membengkok disebut greenstick (fraktur dahan

muda/hijau pada anak-anak). Fraktur dengan fragmen patahan terdorong ke dalam (sering

terjadi pada tulang tengkorak dan wajah) disebut depresi, fraktur dimana tulang mengalami

kompresi (terjadi pada tulang belakang) disebut kompresi. Ketiga fraktur tertutup, bila tidak

terdapat hubungan antara fragmen tulang dengan dunia luar atau permukaan kulit. Terakhir

adalah fraktur terbuka, bila terdapat hubungan antara fragmen tulang dengan dunia luar atau

permukaan kulit karena adanya perlukaan di kulit. Fraktur terbuka menurut Ramon Gustillo

dibagi menjadi tiga derajat yaitu derajat 1, bila luka kurang dari 1 cm, derajat kerusakan

jaringan ringan dan tidak ada tanda remuk, serta juga terjadi with out-in dan in-out. Derajat 2,

bila laserasi lebih dari 1 cm, derajat kerusakan jaringan sedang dan tidak luas. Derajat 3, bila

terjadi kerusakan jaringan lunak yang luas, meliputi struktur kulit, otot, dan neurovaskular

serta kontaminasi derajat tinggi. Fraktur derajat 3 di bagi atas 3A, 3B dan 3C. Fraktur derajat

3A, bila jaringan lunak yang menutupi fraktur tulang adekuat atau luka kulit masih dapat di

tutup. Farktur derajat 3B (tulang terbuka/bone expose), bila kehilangan jaringan lunakdengan

fraktur tulang yang terpapar. Fraktur derajat 3C, bila terdapat luka pembuluh arteri/saraf

perifer yang harus diperbaiki tanpa melihat kerusakan jaringan lunak atau dapat diamputasi

primer.

Untuk menjelaskan keadaan fraktur, hal-hal yang perlu dideskripsikan adalah komplit atau

tidak komplit, bentuk garis patah dan hubungannya dengan mekanisme trauma, jumlah garis

patah, bergeser atau tidak bergeser, terbuka atau tertutup serta komplikasi atau tanpa

komplikasi. Fraktur komplit, bila garis fraktur melalui seluruh penampang tulang atau

melalui kedua korteks tulang, sedangkan fraktur tidak komplit bila garis patah tidak melalui

seluruh penampang tulang, seperti hairline fracture (patah retak rambut), buckle fracture atau

2 | P a g e

Page 3: fraktur 1/3 antebrachii

torus fracture bila terjadi lipatan dari satu korteks dengan kompresi tulang spongiosa

dibawahnya, biasanya pada distal radius anak-anak. Serta juga greenstick fracture yang

mengenai satu korteks dengan angulasi korteks lainnya yang terjadi pada tulang panjang

anak. Bentuk garis fraktur dan hubungannya dengan mekanisme trauma yang meliputi garis

patah melintang (trauma angulasi atau langsung), garis patah oblik (trauma angulasi), garis

patah spiral (trauma rotasi), fraktur kompresi (trauma aksial-fleksi pada tulang spongiosa)

dan fraktur avulsi (trauma tarikan/traksi otot pada insersinya di tulang), misalnya fraktur

platela. Jumlah garis patah meliputi fraktur kominutif bila garis patah lebih dari satu dan

saling berhubungan. Bila dua garis patah disebut pula fraktur bifokal. Fraktur multiple bila

garispatah lebih dari satu tetapi pada tulang yang berlainan tempatnya, misalnya fraktur

femur,fraktur kruris dan fraktur tulang belakang. Deskripsi fraktur berikutnya adalah bergeser

atautidak. Fraktur undisplaced (tidak bergeser), garis patah komplit tetapi kedua fragmen

tidak bergeser, periosteumnya masih utuh, sedangkan fraktur displaced (bergeser) bila

terjadipergeseran fragmen-fragmen fraktur yang juga disebut lokasi fragmen. Berikutnya

adanyakomplikasi atau tanpa komplikasi yang akan penulis bahas pada bagian yang

selanjutnya.

II.Tujuan

Dalam makalah ini penulis ingin memberikan pemikiran yang luas untuk mengetahui

anamnesis dari pasien, pemeriksaan terhadap pasien dengan gejala fraktur, workingdiagnosis,

differential diagnosis dari pasien, gejala klinis, mekanisme trauma, penatalaksanaan

untuk pasien, komplikasi, prognosis dari pasien.

BAB 2

ISI PEMBAHASAN

1.Anamnesis

Anamnesis adalah pengumpulan data status pasien yang didapat dengan

mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang berhubungan dengan keadaan pasien.Tujuan dari

anamnesisantara lain: mendapatkan keterangan sebanyak mungkin mengenai penyakit

pasien,membantu menegakkan diagnosa sementara dan diagnosa banding, serta

membantumenentukan penatalaksanaan selanjutnya.

 

3 | P a g e

Page 4: fraktur 1/3 antebrachii

Wawancara yang baik seringkali sudah dapatmengarah masalah pasien dengan diagnosa

penyakit tertentu. Adapun anamnesis meliputi: pencatatan identitas pasien, keluhan utama

pasien, riwayat penyakit sekarang, riwayat penyakit dahulu, serta riwayat penyakit keluarga.

 

Berdasarkan kasus, anamnesa yang harus dilakukan terhadap pasien ialah:

Menanyakan identitas pasien seperti umur dan pekerjaannya.

Menanyakan keluhan utama pasien.

Menanyakan riwayat penyakit yang deskriptif & kronologis dan faktor-faktor yang

memperberat penyakit seperti demam,lelah atau gejala sistemik lainnya(panas,

penurunan BB, kelelahan, lesu, rasa tidak enak badan & mudah terangsang atau

adanya gejala kekacauan mental).

Menanyakan riwayat penyakit dahulu seperti riwayat trauma dan aktivitas sosial

yangdilakukan sehari-hari.

Menanyakan riwayat penyakit keluarga samada pernah menderita penyakit yangsama

seperti pasien atau ada riwayat trauma

2.Pemeriksaan Fisik

Pemeriksaan fisik atau pemeriksaan klinis adalah sebuah proses dari seorang ahli medis yang

memeriksa tubuh pasien untuk menemukan tanda klinis penyakit. Pada pemeriksaan ini,

dapat ditentukan lokalisasi dan sifat-sifat dari suatu penyakit.Dalam kasus ini,pasien datang

dengan kesakitan pada lengan kanan sebelah bawah, maka pemeriksaan lengan bawah secara

menyeluruh harus dilakukan oleh dokter. Pada pemeriksaan fisik kita lakukan dengan

primary survey dan secondery survey. Primary survey dilakukan dengan mengetahui keadaan

umum pasien, sedangkan secondery survey untuk mengetahui gerakan pasien apakah masih

dianggap normal atau tidak. Kedua pemeriksaan diatas dapat kita lakukan dengan

look (inspeksi),

Melihat posisi tangan dalam keadaan wajar (sedikit fleksi dan paralel)

Melihat permukaan dan kontur tangan dorsal dan palmar (pergelangan tangan, tangan,

jari, tenar dan hipotenar)

4 | P a g e

Page 5: fraktur 1/3 antebrachii

Melihat ada atau tidaknya pembengkakan pada sendi dan deformitas pergelangan

tangan, tangan dan jari.

feel (palpasi),

meraba permukaan dorsal dan palmar karpal (MCP, PIP, DIP)

meraba processus styloideus radii.

move(gerakan),

melakukan gerakan palmar fleksi, dorso fleksi, eversi dan inversi pergelangan tangan

melakukan gerakan digiti I manus: abduksi, adduksi dan oposisi.

Perlu untuk diketahui bahwa auskultasi tidak dapat dilakukan dalam pemeriksaan fisik tulang

karena keras.1

3.Pemeriksaan Penunjang (Radiologi)

Foto Polos

Dengan pemeriksaan kinik kita sudah dapat mencurigai adanya fraktur. Walaupun demikian

pemeriksaan radiologis diperlukan untuk menentukan keadaan, lokasi serta ekstensi fraktur.

Untuk menghindarkan nyeri serta kerusakan jaringan lunak selanjutnya, maka sebaiknya kita

mempergunakan bidai yang bersifat radiolusen untuk imobilisasi sementara sebelum

dilakukan pemeriksaan radiologis.

Tujuan pemeriksaan radiologis:

-untuk mempelajari gambaran normal tulang dan sendi

-untuk konfirmasi adanya fraktur

-untuk melihat sejauh mana pergerakan dan konfigurasi fragmen serta pergerakannya

-untuk menentukan teknik pengobatan

-untuk menentukan apakah fraktur itu barau atau tidak

-untuk menentukan apakah fraktur intra-artikuler atau ekstra-artikuler

-untuk melihat adanya keadaan patologis lain pada tulang

-untuk melihat adanya benda asing, misalnya peluru

Pemeriksaan radiologis dilakukan dengan beberapa prinsip dua:

-dua posisi proyeksi; dilakukan sekurang-kurangnya yaitu pada antero-posterior dan lateral

-dua sendi pada anggota gerak dan tungkai harus di foto, di atas dan di bawah sendi yang

mengalami fraktur

-dua anggota gerak. Pada anak-anak sebaiknya dilakukan foto pada ke dua anggota gerak

terutama pada fraktur epifisis

5 | P a g e

Page 6: fraktur 1/3 antebrachii

-dua trauma, pada trauma yang hebat sering menyebabkan fraktur pada dua daerah tulang.

Misalnya pada fraktur kalkaneus atau femur, maka perlu dilakukan foto pada panggul dan

tulang belakang.

-dua kali dilakukan foto. Pada fraktur tertentu misalnya fraktur tulang skafoid foto pertama

biasanya tidak jelas sehingga biasanya diperlukan foto berikutnya 10-14 hari kemudian.

Pemeriksaan radiologi lainnya

Pemeriksaan khusus dengan:

1.tomografi, misalnya pada fraktur vertebra atau kondilus tibia

2.CT-scan

3.MRI

4.Radiosotop scanning

Umumnya dengan foto polos kita dapat mendiagnosis fraktur, tetapi perlu dinyatakan apakah

fraktur terbuka/tertutup, tulang mana yang terkena dan lokalisasinya, apakah sendi juga

mengalami fraktur serta bentuk fraktur itu sendiri.

Konfigurasi fraktur dapat menentukan prognosis serta waktu penyembuhan fraktur misalnya

penyembuhan fraktur transversal lebih lambat dari fraktur oblik karena kontak yang kurang.2

4.Working Diagnosis

Pada pasien dengan riwayat trauma yang perlu ditanyakan adalah waktu terjadinya, cara

terjadinya, posisi penderita dan lokasi trauma. Bila tidak ada riwayat trauma berarti

merupakan fraktur patologis. Berdasarkan hasil pemeriksaan fisik dan penunjang,didapatkan

diagnosa pasti kondisi pasien yaitu adanya Fraktur Tertutup Antebrachii Dextra 1/3 Distal.

Fraktur adalah patah tulang, putusnya kontinuitas dari tulang, tulang rawan sendi atau tulang

rawan epifisis. Pasien datang dengan keluhan nyeri pada lengan bawah sebelah kanan dan

setelah pemeriksaan fisik dilakukan,didapatkan status lokalis pada pasien diregio antebrachii

dextra 1/3 distal nyeri, ada deformitas dan edema, serta penonjolan fragmen tulang dan tidak

dapat digerakkan. Diagnosis diperkukuh dengan foto Rontgen di bagian sendi yang sakit dan

jelas terlihat adanya fraktur di antebrachii 1/3 distal dextra pasien.Fraktur ini dikatakan

sebagai tertutup karena kulit di atasnya utuh dan bila terdapat luka pada kulit di atasnya

disebut fraktur terbuka (compound fracture).3

5.Diagnosis Different

Ada empat macam frktur yang khas:

6 | P a g e

Page 7: fraktur 1/3 antebrachii

1. Fraktur colles

2. Fraktur smith

3. Fraktur galleazzi

4. Fraktur montegia

Fraktur Colles

Deformitas pada fraktur ini berbentuk seperti sendok makan (dinner fork deformity). Pasien

terjatuh dalam keadaan tangan terbuka dan pronasi, tubuh beserta lengan berputar ke dalam

(endorotasi). Tangan terbuka yang terfiksasi di tanah berputar keluar (eksorotasi/supinasi).

Manifestasi Klinis

a.fraktur metafisis distal radius dengan jarak ± 2,5 cm dari permukaan sendi distal radius

b.dislokasi fragmen distalnya ke arah posterior/dorsal

c.subluksasi sendi radioulnar distal

d.avulsi prosesus stiloideus ulna

Penatalaksanaan

Pada fraktur Colles tanpa dislokasi hanya diperlukan imobilisasi dengan pemasangan gips

sirkular di bawah siku selama 4 minggu. Bila disertai dislokasi diperlukan tindakan reposisi

tertutup. Dilakukan dorsofleksi fragmen distla, traksi kemudian posisi tangan volar fleksi,

deviasi ulna (untuk mengoreksi deviasi radial) dan diputar ke arah pronasi (untuk mengoreksi

supinasi). Imobilisasi dilakukan selama 4-6 minggu.

Fraktur Smith

Merupakan fraktur dislokasi ke arah anterior (volar), karena itu sering disebut reserve Colles

fracture. Fraktur in biasa terjadi pada orang muda. Pasien jatuh dengan tangan menahan

badan sedang posisi tangan dalam keadaan volar fleksi pada pergelangan tangan dan pronasi.

Garis patahan biasanya transversal, kadang-kadang intraartikular.

Manifestasi Klinis

Penonjolan dorsal fragmen proksimal, fragmen distal di sisi volar pergelangan, dan deviasi

tangan ke radial (garden spade deformity).

Penatalaksanaan

Dilakukan reposisi dengan posisi tangan diletakkan dalam posisi dorsofleksi ringan, deviasi

ulnar, dan supinasi maksimal (kelebihan posisi Colles). Lalu diimobilisasi dengan gips di atas

sku selama 4-6 minggu.

Fraktur Galeazzi

7 | P a g e

Page 8: fraktur 1/3 antebrachii

Merupakan fraktur radius distal disertai dislokasi sendi radius ulna distal. Saat pasien jatuh

dengan tangan terbuka yang menahan badan, terjadi pula rotasi lengan bawah dalam posisi

pronasi waktu menahan berat badan yang memberi gaya supinasi.

Manifestasi Klinis

Tampak tangan bagian distal dalam posisi angulasi ke dorsal. Pada pergelangan tangan dapat

diraba tonjolan ujung distal ulna.

Penatalaksanaan

Dilakukan reposisi dan imobilisasi dengan gips di atas siku, posisi netral untuk dislokasi

radius ulna distal, deviasi ulnar, dan fleksi.

Fraktur Montegia

Fraktur sepertiga proksimal ulna disertai dislokasi sendi radius ulna proksimal. Terjadi karena

trauma langsung.

Manifestasi Klinis

Terdapat dua tipe yaitu ekstensi (lebih sering) dan tipe fleksi. Pada tipe ekstensi gaya yang

terjadi mendorong ulna ke arah hiperekstensi dan pronasi. Sedangkan pada tipe fleksi, gaya

mendorong dari depan ke arah fleksi yang menyebabkan fragmen ulna mengadakanangulasi

ke posterior.

Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan radiologis dilakukan untuk menentukan ada/tidaknya dislokasi. Lihat

kesegarisan antara kondusif medialis, kaput radius, dan pertengahan radius.

Penatalaksanaan

Dilakukan reposisi tertutup. Asisten memegang lengan atas, penolong melakukan tarikan

lengan bawah ke distal, kemudian diputar ke arah supinasi penuh. Selain itu, dengan jari

kepala radiusdicoba ditekan ke tempat semula. Imobilisasi gips sirkuler dilakukan di atas siku

dengan posisi siku fleksi 900 dan posisi lengan bawah supinasi penuh. Bila gagal, dilakukan

reposisi terbuka dengan pemasangan fiksasi interna (plate-screw).4

6.Gejala Klinis

Lengan bawah dimana radius dan ulna dihubungkan dengan kuat oleh membran interosea,

merupakan satu kesatuan yang utuh. Ligamen anulare menahan dan memperkuat sendi radio-

ulna proksimal, sedangkan bagian distal radio-ulna dan sendi radio-karpal dihubungkan

dengan ligamen radio-karpal dorsal dan volar. Fraktur tulang ulna dan radius dapat terjadi

pada 1/3 proksimal, 1/3 tengah atau 1/3 distal. Fraktur dapat terjadi pada salah satu tulang

8 | P a g e

Page 9: fraktur 1/3 antebrachii

ulna atau radius saja dengan atau tanpa dislokasi sendi. Pada fraktur tertutup antebrachii

dextra 1/3 distal dapat ditemukan nyeri, pembengkakan atau adanya deformitas dan tidak

dapat digerakkan pada daerah lengan bawah.

7.Mekanisme Trauma

Trauma biasanya terjadi sewaktu tangan dalam keadaan out stretched.

Trauma yang dapat menyebabkan patah tulang dapat berupa trauma langsung,misalnya

benturan pada lengan bawah menyebabkan patahnya tulang antebrachii dan dapat juga berupa

trauma tidak langsung, misalnya jatuh bertumpu pada tangan yang menyebabkan tulang

klavikula atau radius distal patah. Akibat trauma pada tulang tergantung pada jenis trauma,

kekuatan dan arahnya. Trauma tajam yang langsung atau trauma tumpul yang kuat dapat

menyebabkan tulang patah dengan luka terbuka sampai ke tulang(fraktur terbuka).5

8.Penatalaksanaan

Sebelum mengambil keputusan untuk melakukan pengobatan, prinsip pengobatan ada empat

(4R), yaitu:

Recognition

-Membuat diagnosis yang benar berdasarkan anamnesis,waktu kejadiandan lokalisasi yang

cedera.

Reposition

-Mengembalikan tulang yang patah ke arah/alignment yang benar, pengembalian fragment

distal terhadap proksimal dan memastikan kedudukan sertaneurovascular terjamin baik.

Retaining

-Tindakan mempertahankan kedudukan hasil reposisi, fiksasi luar dengangips dan dalam

dengan implant seperti K-wire,plate&screw.

Rehabilitation

-Mengembalikan fungsi alat atau anggota gerak karena penyambunganfraktur butuh waktu

yang lama.

Metode-metode Pengobatan Fraktur

Fraktur tertutup:

Metode pengobatan fraktur pada umumnya dibagi dalam:

a.konservatif, terdiri atas:

1. proteksi smata-mata (tanpa reduksi atau imobilisasi)

2. imobilisasi dengan bidai eksterna (tanpa reduksi)

9 | P a g e

Page 10: fraktur 1/3 antebrachii

3. reduksi tertutup dengan manipulasi dan imobilisasi eksterna, mempergunakan gips

4. reduksi tertutup dengan traksi berlanjut diikuti dengan imobilisasi

5.reduksi tertutup dengan traksi kontinu dan counter traksi. Ada empat metode traksi kontinu

yang digunakan:

- traksi kulit

- traksi menetap

- traksi tulang

- traksi berimbang dan traksi sliding

b.reduksi tertutup denganfiksasi eksterna atau fiksasi perkutaneus dengan K-wire

setelah dilakukan reduksi tertutup pada fraktur yang bersifat tidak stabil, maka reduksi dapat

dipertahankan dengan memasukkan K-wire perkutaneus, misalnya pada fraktur suprakondiler

humeri pada anak-anak atau pada fraktur Colles. Juga dapat dilakukan pada fraktur leher

femur dan pertrokanter dengan memasukkan batang metal, serta pada fraktur batang femur

dengan tekniktertutup dan hanya membuat lubang kecil pada daerah proksimal femur. Teknik

ini biasanya memerlukan bantuan alat rontgen image intensifier (garm).

c.reduksi terbuka dan fiksasi interna atau fiksasieksterna tulang

tindakan operasi harus diputuskan dengan cermatdan dilakukan oleh ahli bedah serta

pembantunya yang berpengalaman dalam ruangan yang aseptik. Operasi harus dilakukan

secepatnya (dalam satu minggu) kecuali bila ada halangan. Alat-alat yang dipergunakan

dalam operasi yaitu kawat bedah, kawat kirschner, screw, screw and plate, pin kuntscher

intrameduler, pin rush, pin steinmann, pin trephine, pin plate teleskopik, pin jewett dan

protesis. Dan ada beberapa reduksi dalam tindakan operasi:

1.reduksi terbuka dengan fiksasi interna

Indikasi:

-fraktur intra-artikuler misalnya fraktur maleolus, kondilus, olekranon, patela

-reduksi tertutup yang mengalami kegagalan misalnya fraktur radius dan ulna disertai

malposisi yang hebat atau fraktur yang tidak stabil

-bila terdapat interposisi jaringan di antara kedua fragmen

-bila diperlukan fiksasi rigid misalnya pada fraktur leher femur

-fraktur terbuka

-eksisi fragmen yang kecil

-fraktur avulsi misalnya pada kondilus humeri

-fraktur multipel misalnya fraktur pada tungkai atas dan bawah

10 | P a g e

Page 11: fraktur 1/3 antebrachii

2.reduksi terbuka dengan fiksasi eksterna

Indikasi:

-fraktur terbuka grade II dan grade III

-fraktur terbuka disertai hilangnya jaringan atau tulang yang hebat

-fraktur dengan infeksi atau infeksi pseudoartrosis

-fraktur yang miskin jaringan ikat

-kadang-kadang pada fraktur tungkai bawah penderita diabetes melitus

d.eksisi fragmen tulang dan penggantian dengan protesis

pada fraktur leher femur dan sendi siku orang tua, biasanya terjadi nekrosis avaskuler dari

fragmen atau nonunion, oleh karena itu dilakukan pemasangan protesis yaitu alat dengan

komposisi metal tertentu untuk menggantikan bagian yang nekrosis. Sebagai bahan tambahan

sering dipergunakan metilmetakrilat.2

9.Komplikasi

Komplikasi dibagi menjadi 3 bagian:

Komplikasi Segera (komplikasi yang terjadi saat fraktur atau segera setelahnya):

Lokal:

-kulit abrasi, laserasi, penetrasi

-pembuluh darah robek

-sistem saraf: sumsum tulang belakang, saraf tepi motorik dan sensorik.

-otot

-organ dalam: jantung, paru, hepar, limpa dan kandung kemih (fraktur pelvis)

Umum:

-rudapaksa/fraktur multipel

-syok: hemoragik, neurogenik

Komplikasi Dini (komplikasi yang terjadi beberapa hari setelah kejadian)

Lokal:

-nekrosis kulit, gangren, compartment syndrome, trombosis vena, infeksi sendi,

osteomyelitis

Umum:

-Acute Respiratory Distress Syndrome, emboli paru, tetanus.

Komplikasi Lama (omplikasi terjadi setelah fraktur tulang lama)

Lokal:

11 | P a g e

Page 12: fraktur 1/3 antebrachii

-sendi: ankilosis fibrosa, ankilosis osal

-tulang: osteoporosis pasca trauma, gangguan pertumbuhan, osteomyelitis dan fraktur

berulang

-otot/tendon: penulangan otot, rupture tendon

-saraf: kelumpuhan saraf lambat

Umum:

-batu ginjal akibat imobilisasi lama di tempat tidur.

Komplikasi dapat berupa komplikasi umum, lokal atau sistemik meliputi komplikasi dini

ataulambat, oleh trauma atau akibat pengobatan. Komplikasi umum meliputi crush

syndrome,deep venous thrombosis, gas gangrene dan emboli lemak. Crush syndrome terjadi

karenatrauma keras yang menyebabkan otot hancur. Penderita yang terkena crush syndrome

dapatmenderita kontinensia urin akibat dari otot yang hancur mengeluarkan acid

myohaetaminyang akan menyebabkan kebuntuan pada tubulus sehingga penderita dapat

menderita acutetubular necrosis. Untuk terapi kita harus melakukan amputasi atau rena

dialysis untuk menyelamatkan nyawa penderita. Gas gangrene dapat terjadi karena infeksi

dari clostridiumperfringens yang terpaksa bagian tubuh orang yang terkena infeksi ini harus

diamputasi.Berikutnya emboli lemak yang timbul setelah patah tulang, terutama tulang

panjang.Embolus lemak dapat timbul akibat pajanan sumsum tulang, atau dapat terjadi akibat

aktivasisistem saraf simpatis yang menimbulkan stimulasi mobilisasi asam lemak bebas

setelahtrauma. Embolus lemak yang timbul setelah patah tulang panjang sering

tersangkutdisirkulasi paru karena ada robekan dari pembuluh balik yang mempunyai daya

tarik kembaliterhadap darah-darah kotor yang keluar dari pembuluh balik yang juga mengikut

serertakanlemak yang dapat menimbulkan gawat napas dan gagal napas. Berikutnya,

komplikasi lokalyang meliputi komplikasi dini dan lambat. Komplikasi dini meliputi

komplikasi dini tulang,dini jaringan lunak dan dini sendi. Komplikasi dini tulang misalnya

dapat terjadi infeksi padatulang. Komplikasi dini jaringan lunak misalnya adanya kelepuhan

pada kulit, luka akibatplester, terjadi robekan pada otot serta tendon dan sindrom

kompartemen yang ditandai olehkerusakan atau destruksi saraf dan pembuluh darah yang

disebabkan oleh pembengkakan danedema di daerah fraktur. Komplikasi dini sendi misalnya

terjadi haemarthrosis dan infeksi.Sedangkan komplikasi lambat meliputi lambat tulang,

lambat jaringan lunak dan lambatsendi. Komplikasi lambat tulang misalnya terjadi avaskular

nekrosis, non-union, delayedunion, atau mal-union yang menimbulkan deformitas atau

hilangnya fungsi. Komplikasilambat jaringan lunak misalnya terjadi bed sores karena tidur

lama yang menyebabkan lukaulkus pada bagian gluteus, myositis ossifikasi dimana otot

12 | P a g e

Page 13: fraktur 1/3 antebrachii

mengalami perkapuran, tendinitis(iritasi dan pembengkakan) serta juga ruptur tendon (tendon

pecah), penyempitan saraf misalnya nervus ulnaris akibat terjadi fraktur pada daerah siku dan

juga dapat terjadi

volkman’s contracture yaitu terjadi pelisutan otot jari sehingga terjadi kontraktur pada jari

- jari. Terakhir dapat terjadi komplikasi lambat pada sendi misalnya ketidakstabilan pada

sendi,kekakuan pada sendi, dan algodistrofi (nyeri pada sendi).1,3

Komplikasi lambat yang tersering adalah salah-taut dan apabila salah-tautnya berupaangulasi

disertai dengan ketidaksejajaran radius dan ulna, akan terjadi gangguan gerak pronasi dan

supinasi. Komplikasi lain adalah terbentuknya sinostosis atau jembatan kalusyaitu kalus

antara radius dan ulna sehingga kemungkinan supinasi dan pronasi hilang. Perludiketahui

bahwa kalus merupakan hiperkeratosis setempat yang umumnya berbentuk kuranglebih

bundar akibat gesekan kronik. Biasanya kelainan ini timbul di atas penonjolan tulangdan

akan hilang sendiri bila gesekan kronik tadi dihentikan. Pada anak, dengan timbulnyakalus ini

akan disertai proses pengaturan kembali pertumbuhan epifisis sehingga sudutpatahan akan

pulih sampai derajat tertentu.2

10.Prognosis

Pada kasus fraktur, prognosisnya bergantung dari tingkat keparahan serta tata laksana dari

tim medis terhadap pasien dengan korban fraktur. Jika penanganannya cepat, maka

prognosisnya akan lebih baik. Begitu juga sebaliknya. Sedangkan dari tingkat keparahan, jika

fraktur yang di alami ringan, maka proses penyembuhan akan berlangsung dengan cepat

dengan prognosis yang baik. Tapi jikalau pada kasus yang berat prognosisnya juga akan buruk.bahkan

jikalau parah, tindakan yang dapat di ambil adalah cacat fisik hingga amputasi. Selain itu,

penderita dengan usia yang lebih muda akan lebih bagus prognosisnya di banding penderita

dengan usia lanjut.

BAB 3

PENUTUP

13 | P a g e

Page 14: fraktur 1/3 antebrachii

Fraktur adalah patah tulang yang biasanya disebabkan oleh trauma atau tenaga fisik.Fraktur

tertutup atau simple adalah fraktur dengan kulit yang tidak mengalami perforasisehingga

lokasi fraktur tidak terpajan lingkunga luar sedangkan fraktur terbuka atau fraktur gabungan

adalah fraktur dengan kulit yang tertembus pada ekstremitas yang terkena. Fraktur tertutup

terutamnya di tungkai bawah biasanya mempunyai resiko tinggi untuk mendapatcompartment

syndrome karena pada patah tulang tertutup,darah tidak dapat keluar dan seringmenimbulkan

peningkatan tekanan compartment otot. Justeru, pemeriksaan neurovascular distal terutama

bila kulit terlihat tegang dan bengkak harus segera dilakukan karena jikaterlambat amputasi

terpaksa dilakukan. Penanganan yang baik menghasilkan penyembuhandan prognosis yang

membaik.

Kesimpulan

Berdasarkan hasil pembelajaran yang dikaji, seperti penelitian, pembahasan segenap aspek

penyakit ini serta diagnosis mutlak hasil rontgen dapat disimpulkan bahwa hasil hipotesis

yang disepakati dapat diterima, yaitu fraktur tertutup antebrachii dextra 1/3 distal.

DAFTAR PUSTAKA

14 | P a g e

Page 15: fraktur 1/3 antebrachii

1. Gleadle Jonathan. At a glance. Anamnesis dan pemeriksaan fisik. Jakarta :

Erlangga;2007.h. 16.

2. Rasjad C. Buku pengantar Ilmu Bedah Ortopedi edisi III. Makassar: Yarsif

Watampone2007.h. 352-489.

3. Price Sylvia A, Wilson Lorraine M. Patofisiologi. Vol. 2 Ed 6. Jakarta : EGC;

2006.h.1365-71.

4. Mansjoer A. Kapita selekta kedokteran. Jakarta: FKUI; 2000. h. 351-2.

5. Corwin Elizabeth J. Buku saku patofisiologi. Ed 3. Jakarta: EGC; 2009

15 | P a g e