FoxConn

8
A. Latar Belakang Era globalisasi telah menyebar keseluruh dunia, dalam dunia bisnis, bila tidak ikut dalam hiruk pikuk globalisasi maka perusahaan mereka akan tergilas dan tertinggal. Globalisasi bisa mencakup dalam bidang ekonomi komersil, sosial, dan lingkungan politik, namun menurut Andrew Ghillyer, globalisasi (globalization) adalah lebih kepada ekspansi perdagangan internasional ke titik di mana pasar- pasar nasional telah diambil alih oleh blok perdagangan regional (Amerika Latin, Eropa dan Afrika) yang pada akhirnya menuju ke suatu pasar global. Sebuah perusahaan domestik yang maju suatu ketika pasti akan memasuki persaingan bisnis di tingkat internasional atau global. Dari perubahan lingkungan bisnis tersebut tentunya akan secara dramatis mempengaruhi etika bisnis perusahaan tersebut, dari sebelumnya hanya etika bisnis domestik, dengan hanya melakukan transaksi bisnis dalam lokal suatu Negara, yang berbahasa sama, memiliki kebudayaan yang sama, perilaku yang sama, memiliki aturan dan norma- norma yang sama, kebijakan pemerintah yang sama, kemudian berubah total menjadi lingkungan bisnis global, dimana transaksi bisnis dilakukan sudah lintas negara, dengan bahasa yang berbeda, budaya yang berbeda, norma dan aturan yang berbeda pula, maka disinilah masalah dimulai dimana prinsip-prinsip dan kebijakan yang akan digunakan dalam melakukan bisnis akan jauh berbeda, perusahaan tersebut akan mengambil etika bisnis yang sangat berbeda untuk dapat bersaing di Negara-negara yang berbeda hukum, peraturan dan lingkungan sosialnya. Dalam hal Negara-negara tujuan bisnis adalah Negara-negara kurang berkembang dan Negara-negara berkembang, etika bisnis yang ada di Negara-negara kurang berkembang tentu berbeda dengan etika bisnis pada Negara- negara berkembang, seperti diketahui negara yang kurang berkembang memiliki kekurangan dalam segi ekonomi, sosial, teknologi dan infrastruktur, sedang Negara berkembang sudah dapat menikmati standar hidup yang tinggi yang diukur dari kriteria ekonomi, sosial dan teknologinya. Perusahaan yang berkecimpung dalam dunia bisnis yang

description

kasus foxconn

Transcript of FoxConn

Page 1: FoxConn

A. Latar Belakang

Era globalisasi telah menyebar keseluruh dunia, dalam dunia bisnis, bila tidak ikut dalam hiruk pikuk globalisasi maka perusahaan mereka akan tergilas dan tertinggal. Globalisasi bisa mencakup dalam bidang ekonomi komersil, sosial, dan lingkungan politik, namun menurut Andrew Ghillyer, globalisasi (globalization) adalah lebih kepada ekspansi perdagangan internasional ke titik di mana pasar-pasar nasional telah diambil alih oleh blok perdagangan regional (Amerika Latin, Eropa dan Afrika) yang pada akhirnya menuju ke suatu pasar global.

Sebuah perusahaan domestik yang maju suatu ketika pasti akan memasuki persaingan bisnis di tingkat internasional atau global. Dari perubahan lingkungan bisnis tersebut tentunya akan secara dramatis mempengaruhi etika bisnis perusahaan tersebut, dari sebelumnya hanya etika bisnis domestik, dengan hanya melakukan transaksi bisnis dalam lokal suatu Negara, yang berbahasa sama, memiliki kebudayaan yang sama, perilaku yang sama, memiliki aturan dan norma-norma yang sama, kebijakan pemerintah yang sama, kemudian berubah total menjadi lingkungan bisnis global, dimana transaksi bisnis dilakukan sudah lintas negara, dengan bahasa yang berbeda, budaya yang berbeda, norma dan aturan yang berbeda pula, maka disinilah masalah dimulai dimana prinsip-prinsip dan kebijakan yang akan digunakan dalam melakukan bisnis akan jauh berbeda, perusahaan tersebut akan mengambil etika bisnis yang sangat berbeda untuk dapat bersaing di Negara-negara yang berbeda hukum, peraturan dan lingkungan sosialnya. Dalam hal Negara-negara tujuan bisnis adalah Negara-negara kurang berkembang dan Negara-negara berkembang, etika bisnis yang ada di Negara-negara kurang berkembang tentu berbeda dengan etika bisnis pada Negara-negara berkembang, seperti diketahui negara yang kurang berkembang memiliki kekurangan dalam segi ekonomi, sosial, teknologi dan infrastruktur, sedang Negara berkembang sudah dapat menikmati standar hidup yang tinggi yang diukur dari kriteria ekonomi, sosial dan teknologinya.

Perusahaan yang berkecimpung dalam dunia bisnis yang semakin global disebut sebagai Perusahaan Multinasional (Multinational Corporation /MNC), yaitu sebuah perusahaan yang menyediakan dan menjual produk serta jasa mereka dengan skup sangat luas, yang melewati batas-batas Negara, perusahaan ini mejalankan bisnisnya di beberapa negara, perusahaan ini juga disebut sebagai Perusahaan Transnasional (Transnational corporations).

Bagaimana dengan standar etika yang digunakan oleh perusahaan multinasional tersebut saat mereka menjalankan kegiatannya dimana kebudayaan dan lingkungan sosialnya bermacam-macam? Beberapa kritik memiliki pendapat bahwa kebanyakan perusahaan multinasional itu mengabaikan semua etika standarnya demi mengejar “dollar” berdasarkan 2 argumen berikut :

1. Bila perusahaan mereka tidak mendapatkan bisnis tersebut karena memakai standar etika yang seharusnya, maka mereka akan kalah oleh perusahaan lain.

2. Mereka menjalankan perusahaannya dengan kepatuhan yang tinggi terhadap hukum dan aturan lokal yang mana pelaksanaan sangat mudah dan jauh lebih longgar dari hukum dan aturan di Negara mereka sendiri. Dalam rangka

Page 2: FoxConn

mengejar keuntungan besar, seringkali menjadi alasan perusahaan multinasional untuk mengesampingkan etika bisnis, sehingga sering terjadi pelanggaran etika dalam menjalankan bisnis globalnya, terutama seringkali bersinggungan dengan budaya dan lingkungan sosial serta aturan hukum yang berbeda-beda di setiap Negara.

B. Kasus Banyaknya Kasus Bunuh diri para pegawai FoxconnFoxconn adalah sebuah

perusahaan Taiwan Hon Hai, yang merupakan industri manufaktur elektronik terbesar di dunia, Foxconn memproduksi sebagian besar produk raksasa teknologi besar di seluruh dunia, termasuk Apple, Sony, Microsoft, HP, dan Nokia. Foxconn memiliki 800.000 orang pegawai yang separuhnya bekerja di kawasan industri yang sangat luas di Shenzhen, Cina dengan 15 buah gedung bertingkatnya. Foxconn dengan bangganya mengumumkan bahwa perusahaan telah memberikan upah minimum sebesar 900 yuan atau S$130 perbulan juga menawarkan kepada para pegawainya makanan dan penginapan gratis, serta fasilitas rekreasi yang luas.

Pada pertengahan tahun 2010 sebanyak 12 pegawai Foxconn ditemukan dalam kondisi bekerja yang membuat mereka secara serentak untuk melakukan bunuh diri bersama-sama dengan melompat dari atap gedung pabrik. Berdasarkan laporan yang masuk, 2 pegawai lainnya mengalami luka yang serius dalam usaha bunuh diri tersebut dan 20 orang lainnya sempat diselamatkan sebelumnya mereka terjun dari atap gedung. Serentetan peristiwa yang tiba-tiba tersebut telah menimbulkan perhatian yang tidak diinginkan, yang menggambarkan kenyataan sesungguhnya tentang bagaimana lingkungan kerja di pabrik-pabrik Foxconn, yang menurut beberapa pendatang merupakan pabrik yang suram dan menyeramkan. Para aktivis buruh menerangkan bahwa perputaran pegawai setiap tahunnya dimana lebih dari 40% memilih keluar dari pabrik daripada harus bekerja di lorong-lorong pabrik yang mereka anggap lorong perakitan yang berbahaya, dimana disana diterapkan menajemen dengan gaya militer, pelecehan verbal yang dilakukan oleh para senior, dan tekanan yang sangat tinggi dalam pekerjaan dimana mereka harus bekerja di pabrik selama 13 hari berturut-turut harus secara terus menerus untuk memenuhi order konsumen besar mereka, sampai mereka kelelahan dan tertidur diatas lantai.

Kasus lain adalah meninggalnya pegawai Ma Xiangqian yang berusia 19 tahun yang harus menemui ajalnya pada 23 Januari 2010, menurut keluarganya dia meninggal karena kelelahan setelah bekerja 11 jam lembur setiap malam, 7 hari seminggu bekerja ditengah uap dan debu dari barang-barang elektronik tersebut. Ma telah bekerja selama 286 jam, termasuk 112 jam lembur, 3 kali melewati batas yang diperbolehkan. Berita negatif tentang pelanggaran etika ini secara cepat tersebar oleh media, terbukti pada saat peluncuran Ipad di Hongkong, yang diwarnai oleh perusakan gambar Iphone dan seruan boikot untuk semua produk Apple yang dirakit oleh Foxconn, hal ini akan mengancam keberlangsungan para customer Apple, Dell dan HP dimana produk mereka sebagian di rakit oleh Foxconn yang telah menerapkan lingkungan kerja yang buruk sehingga menimbulkan banyak korban jiwa pegawainya, hal ini juga mengancam keberlangsungan perusahaan Foxconn untuk diputuskan kontraknya oleh perusahaan

Page 3: FoxConn

besar tersebut. Foxconn merespon dengan membuat jaring yang besar disekitar gedung untuk

mencegah pegawai yang berupaya terjun dari atas gedung, selain itu juga menyewa para konselor untuk para pegawainya untuk mengatasi rasa stress mereka dari kondisi kerja yang dianggap tidak menyenangkan, Foxconn juga membagi pegawainya menjadi 50 grup untuk dapat saling mengawasi bila mereka sedang tertekan atau stress dalam pekerjaannya, sehingga lebih mudah diatasi, kemudain Foxconn melakukan demonstrasi motivasi dengan menggaungkan kata-kata motivasi seperti : “Hidup itu sangat berharga, Sayangi Keluargamu, Peduli kepada sesama untuk membangun masa depan yang indah”, yang di sebarkan kepada pegawainya dengan menggunakan seluruh fasilitas Foxconn.

Dengan banyaknya kasus yang terjadi, tersirat, secara jelas ancaman atas pemutusan kontrak oleh para konsumen, namun reputasi Foxconn sebagai perusahaan kelas dunia telah membuktikan bahwa perusahaan tersebut mampu mempertahankan kualitas barang sekaligus bis menekan biaya upah para pekerjanya, dan itu yang membuat para konsumen tersebut akan berpikir dua kali untuk mencari supplier lain, karena pilihannya sangat terbatas.

Perusahaan telah meminta FLA (Fair Labor Association) untuk melakukan audit terhadap Foxconn, tim FLA mengunjungi pabrik Foxconn yang di Shenzhen dan di Chengdu dan melakukan survei terhadap 35.000 pekerja yang merakit produk-produk dari Apple termasuk Iphone dan Ipads. Laporan audit tersebut dirilis pada tanggal 29 Maret 2012 dan menemukan kenyataaan bahwa : selama 12 bulan para pekerja telah melampaui 60 jam kerja seminggu seperti yang ditetapkan dalam kontrak antara Apple dengan Foxconn, FLA juga melaporkan bahwa banyak pekerja juga telah melampaui batas jam lembur yang diperbolehkan di Cina, yaitu 36 jam perbulan. Sebagai kesimpulannya, FLA menyatakan bahwa kondisi di Foxconn tidak lebih buruk dari pabrik lainnya di Cina.

C. Analisa Kasus Pertanyaan dalam kasus Foxconn :

1. Apakah respon dari Foxconn cukup untuk menghentikan setiap usaha bunuh diri selanjutnya? Mengapa?

2. Jika perusahaan sudah melaksanakan “wafer thin margins”, bagaimana seharusnya menghadapai kenaikan upah buruh?

3. Bisakah anda menggambarkan bagaimana respon Foxconn sebagai sebuah contoh dari etika proaktif atau etika reaktif? Mengapa?

4. Jika Apple membuat komitmen publik untuk perbaikan kondisi kerja di pabrik- pabrik Foxconn, seharusnya “tidak lebih buruk daripada pabrik lainnya di Cina” menjadi acuan yang dapat diterima, mengapa?

Jawab :1. Respon dari Foxconn tidak cukup untuk menghentikan setiap usaha bunuh diri yang

akan terus dilakukan oleh para pegawainya, karena selama ini respon yang dilakukan Foxconn tidak menyentuh pokok dari permasalahan sebenarnya, seolah-olah yang dilakukan Foxconn hanya untuk meredakan pemberitaan media saja, supaya tidak

Page 4: FoxConn

terlalu terekspos dan bisa menurunkan citra Foxconn, selain itu Foxconn hanya berupaya supaya dia tidak kehilangan konsumen besarnya tanpa memperhatikan para pekerjanya, banyak pelanggaran etika yang masih terjadi, dan upaya bunuh diri itu masih saja berlanjut, terbukti pada : a. Pada tanggal 11 Januari 2012, sekitar 300 pekerja di Wuhan, Cina, ini beramai-

ramai naik ke atap perusahaan dan mengancam akan melakukan bunuh diri massal. Pangkal permasalahan ini terjadi pada saat para buruh meminta kenaikan gaji. Foxconn menolak dan meminta para buruh memilih antara tetap bekerja dengan bayaran yang lama atau berhenti bekerja dan diberikan pesangon. Menurut media Cina, Want China Times, sebagian buruh memilih mundur, namun perusahaan yang merakit PS3, Nintendo Wii, dan iPhone ini ternyata tidak membayarkan pesangon seperti yang dijanjikan pada awalnya. Karena itu, pada 2 Januari lalu, mereka melancarkan ancamannya untuk bunuh diri massal. Ancaman bunuh diri terpaksa dilakukan karena para buruh memiliki daya tawar yang rendah. Mereka tidak memiliki serikat pekerja, sementara bila mogok, mereka akan dengan mudah digantikan pekerja baru.

b. Pada tanggal 24 dan 27 April 2013, Foxconn menerapkan Sistem kerja 'silent mode' yang melarang karyawan Foxconn untuk berbicara selama jam kerja. Hal inilah yang diduga sebagai pemicu kembalinya terjadinya kasus bunuh diri di perusahaan tersebut selain faktor kecilnya gaji yang diterima dan ancaman pemecatan yang sering dilakukan perusahaan terhadap karyawannya.

c. Pada tanggal 19 Mei 2013), tragedi ini terjadi di pabrik Zhengzhou, tempat dirakitnya iPhone. Diberitakan, karyawan yang meninggal dunia ini adalah karyawan ketiga dari pabrik yang sama yang melompat dari gedung dalam 20 hari terakhir. Alasan di balik bunuh diri itu belum jelas. Namun beberapa pihak menduga kejadian itu berkaitan dengan kebijakan "silent mode", di mana para pekerja mendapat ancaman akan diberhentikan jika mereka berbicara di tempat kerja. Untuk hal ini Apple segera membagi pesanannya kepada pabrik lain. Sebelumnya, China Labor Watch juga menurunkan laporan akan kasus yang sama, akan tetapi kejadian bunuh diri ini terjadi di pabrik Huizhou milik Samsung.

2. Sekecil apapun margin yang ditetapkan oleh perusahaan, kenaikan upah buruh jelas tidak bisa ditawar lagi, jangan sampai upah minimum buruh diabaikan, selain itu sebagai sebuah perusahaan besar dan memiliki consumer kelas dunia seperti Apple, Sony, Microsoft dan HP, Foxconn bisa melakukan negosiasi ulang untuk lebih dapat menyisihkan sedikit dari kontraknya untuk membayar kenaikan upah buruh, sehingga mereka bisa menerima upah yang lebih layak.

3. Respon Foxconn adalah sebuah contoh dari etika reaktif, karena Foxcon baru merespon setelah kejadian, yaitu melakukan tindakan perbaikan kondisi, lingkungan dan suasana kerja atau berjanji untuk meningkatkan upah agar para pegawainya tidak melakukan upaya bunuh diri lagi. Setelah kejadian tahun 2010, 2012 dan 2013 dimana pegawainya kembali melakukan upaya bunuh diri dikarenakan sangat tertekan oleh lingkungan kerja yang sangat tidak layak, seharusnya Foxconn dapat mengantisipasi dan melakukan perubahan dan perbaikan yang jauh kedepan,

Page 5: FoxConn

sehingga bagaimana pelanggaran etika yang dilakukan oleh Foxconn bisa dikurangi atau bahkan dihilangkan. Kalau tindakan proaktif lebih adanya pengendalian dan antisipasi kedepan, sedangkan Foxconn tidak.

4. Apple membuat komitmen publik untuk perbaikan kondisi kerja di pabrik-pabrik Foxconn, seharusnya “tidak lebih buruk daripada pabrik lainnya di Cina” menjadi acuan yang dapat diterima, karena di Cina rupanya sudah hampir seluruh pabrik menerapkan aturan dan hukum seperti itu, terbiasa untuk mempekerjakan karyawannya dengan melampaui maksimal waktu kerja mereka. Etika bisnis di Cina dipengaruhi oleh kebiasaan yang menjadi kebudayaan, etos kerja yang tinggi di Cina sebagai negara industri juga mendukung terciptanya hal tersebut, sehingga sangat tidak bisa dibandingkan standar waktu kerja di Amerika dengan di Cina, asalkan tidak jauh melampaui batas waktu kerja atau batas lembur yang dibolehkan di Cina, hal tersebut jelas diperbolehkan dan tidak akan menimbulkan masalah.

D. Kesimpulan Dalam dunia bisnis di era globalisasi, banyak pihak yang saling tergantung satu

dengan yang lain, mereka melakukan bisnis diluar batas-batas wilayah negara, bahasa, hukum dan etika. Dunia bisnis selalu mengejar keuntungan yang besar demi memajukan perusahaannya, semakin luas, semakin kompleks pula permasalahan yang akan dihadapi. Salah satunya adalah penggunaan etika bisnis yang sangat berbeda dengan negara asal perusahaan mereka. Perbedaan budaya, bahasa, hukum, aturan dan perilaku sosial di negara berkembang jelas sangat berpengaruh dalam mengambil keputusan bisnis di suatu negara. Tidak jarang perusahaan besar justru melanggar standar etika yang telah ada, demi mencapai tujuannya semata.

Untuk itu dibutuhkan kesadaran untuk melaksanakan etika bisnis yang tepat yang harus dimiliki oleh para pelaku bisnis, agar pelanggaran etika dapat diminimalkan. Dengan menerapakan Kode Etik Global (Global Code of of Conduct), yaitu standar umum dari praktik bisnis yang dapat diaplikasikan untuk semua negara dan dapat disesuaikan dengan norma-norma sosial yang berlaku di negara tersebut.