foto

18
Senin, 18 Januari 2010 fotogrametri MENENTUKAN PARALAKS STEREOSKOPIK Menurut paine (1993) stereoskopi adalah ilmu pengetahuan tentang stereoskop yang menguraikan penggunaan penglihatan binocular untuk mendapatkan efek 3 dimensi (3D). penglihatan stereoskopi memungkinkan kita untuk melihat suatu obyek secara simultan dari dua perspektif yang berbeda, seperti dua foto udara yang diambil dari kedudukan kamera yang berbeda, untuk memperoleh kesan mental suatu model tiga dimensi. Perwujudan penglihatan stereoskopis meliputi azas-azas mekanis maupun fisiologis. Pandangan mata normal manusia sebenarnya secara alamiah dapat merekam obyek secara stereoskopik. Hanya saja sering kali kita tidak memperhatikan kemampuan tersebut. Juga tidak semua manusia dapat melakukannya, terutama bagi mereka yang kemampuan matanya tidak seimbang. Kesan kedalaman (depth perception) dalam stereoskopi terjadi karena titik titik yang terletak pada elevasi – elevasi yang berbeda telah mengalami pergeseran secara topografis dengan besaran dan arah yang berbeda pada foto-foto yang berurutan. Selisih didalam pergeseran disebut paralaks mutlak. Menurut Paine (1993) paralaks mutlak dalah selisih aljabar, diukur sejajar garis terbang (sumbu x) dan sumbu-sumbu y yang berkaitan untuk dua gambar dari suatu titik pada sepasang foto udara yang stereoskopis. Untuk mengetahui besarnya paralaks mutlak dapat dilakukan dengan meletakkan jalur terbang pada foto. Sumbu x dari suatu titik adalah sejajar dengan arah jalur terbang. Setiap jalur terbang menjadi titik tengah dari foto-foto yang dihasilkan. Karena tampalan depan foto udara minimal 50%, maka setiap titik tengah foto udara akan terganbar pada foto berikutnya sebagai titi pindahan. Dengan menarik suatu garis dari titik tengah foto ke titik tengah pindahan berarti jalur terbang telah ditetapkan. Stereoskop Stereoskop merupakan suatu alat yang dapat digunakan untuk

Transcript of foto

Page 1: foto

Senin, 18 Januari 2010

fotogrametri

MENENTUKAN PARALAKS STEREOSKOPIK

Menurut paine (1993) stereoskopi adalah ilmu pengetahuan tentang stereoskop yang menguraikan penggunaan penglihatan binocular untuk mendapatkan efek 3 dimensi (3D). penglihatan stereoskopi memungkinkan kita untuk melihat suatu obyek secara simultan dari dua perspektif yang berbeda, seperti dua foto udara yang diambil dari kedudukan kamera yang berbeda, untuk memperoleh kesan mental suatu model tiga dimensi.Perwujudan penglihatan stereoskopis meliputi azas-azas mekanis maupun fisiologis. Pandangan mata normal manusia sebenarnya secara alamiah dapat merekam obyek secara stereoskopik. Hanya saja sering kali kita tidak memperhatikan kemampuan tersebut. Juga tidak semua manusia dapat melakukannya, terutama bagi mereka yang kemampuan matanya tidak seimbang.Kesan kedalaman (depth perception) dalam stereoskopi terjadi karena titik titik yang terletak pada elevasi – elevasi yang berbeda telah mengalami pergeseran secara topografis dengan besaran dan arah yang berbeda pada foto-foto yang berurutan. Selisih didalam pergeseran disebut paralaks mutlak. Menurut Paine (1993) paralaks mutlak dalah selisih aljabar, diukur sejajar garis terbang (sumbu x) dan sumbu-sumbu y yang berkaitan untuk dua gambar dari suatu titik pada sepasang foto udara yang stereoskopis.Untuk mengetahui besarnya paralaks mutlak dapat dilakukan dengan meletakkan jalur terbang pada foto. Sumbu x dari suatu titik adalah sejajar dengan arah jalur terbang. Setiap jalur terbang menjadi titik tengah dari foto-foto yang dihasilkan. Karena tampalan depan foto udara minimal 50%, maka setiap titik tengah foto udara akan terganbar pada foto berikutnya sebagai titi pindahan. Dengan menarik suatu garis dari titik tengah foto ke titik tengah pindahan berarti jalur terbang telah ditetapkan.

StereoskopStereoskop merupakan suatu alat yang dapat digunakan untuk pengamatan tiga dimensional atas foto udara yang bertampalan depan (dengan syarat tampalan minimal 50%). Alat ini merupakan alat yang sangat penting dalam interpretasi citra, terutama bagi foto udara atau citra tertentu yang daripadanya dapat ditimbulkan perwujudan tiga dimensional. Pada dasarnya alat ini terdiri dari lensa atau kombinasi antar lensa, cermin, dan prisma. Secara sederhana, stereoskop ini dapat diilustrasikan oleh gambar berikut:

Menurut La prade, stereoskop wheatstoneterdiri dari dua cermin untuk mengamati pasangan foto stereo agar tampak tiga dimensional. Dalam perkembanganya, stereoskop ini meliputi 3 jenis, yakni stereoskop lensa (ada yang menyebutnya stereoskop saku, karena mudahnya dimasukkan kedalam saku sehingga mudah di bawa kelapangan), stereokop cermin (ada yang menyebutnya stereoskop meja, karena hanya dapat digunakan diatas meja), dan stereoskop mikroskopik (disebut demikian karena pembesarannya yang sangat besar sehingga fungsinya mirip dengan mikroskop). Stereoskop mikroskop ini terdiri dari dua jenis mikroskop, yakni zoom stereoskop dan interpretoskop.

Paralaks bar

Page 2: foto

Alat ini terdiri dari dari sebuah batang yang pada kedua ujungnya terpasang masing-masing lensa. Pada kedua lensa tersebut terdapat tanda berupa titik, silang atau lingkaran kecil yang disebut tanda apung (Floting mark) tanda di lensa sebelah kiri disebut fixed mark, karena pada batang terdapat titik merah atau hita, dimana orange yang akan menggunakanya harus menentukan konstanta batang paralaks dengan memilih salah satu titik tersebut. Bila telah ditetapkan titik merah, maka selanjutnya lensa kiri ini tidak diubah-ubah lagi (fixed). Lensa sebelah kanan memiliki tanda juga yang disebut half mark. Titik ini dapat digerakkan sesuai dengan posisinya pada objek yang dikehendaki dengan cara memutar-mutar skip micrometer.

Paralaks batang digunakan untuk mengukur besarnya paralaks suatu titik. Paralaks titik biasanya diperlukan untuk mengukur ketinggian titik tersebut. Pengukuran tinggi ini dapat pula dilakukan dengan mistar, paralaks tangga dan paralaks meter.

PenggarisAlat tulisKalkulatorFoto udara bali

Langkah Kerja

Menentukan basis foto udara satu ( b1) dari PP1 – PP2Menentukan basis foto udara dua ( b2) dari CPP – PP2Menentukan nilai micrometer ro1 dan ro2Menentukan konstanta batang paralaksC1 = b1 – ro1C2 = b2 – ro2Nilai C = C1 + C2 Tentukan paralaks titik yang aka diukur Pa = C + ra ra = jarak puncak dengan puncakPb = C + rb rb = jarak kaki dengan kakiMenentukan focus kamera yang digunakan ( dapat iperoleh dari informasi tepi)Menentukan skala foto udara yang telah tercantum difoto udaraMencari tinggi terbang (H) dengan rumus:Skala = f/HMenentukan basis udara (B) jarak antar pemotretan diudara. Dapat diketahui dengan mengukur sisa tampalan (searah jalur terbang) kemudian dikali dengan penyebut skala.Memasukkan data trsebut pada rumus berikut:hA=(H-Bf)/Pa hA = tinggi diatas datumhB=(H-Bf)/Pb hB = tinggi diatas puncak

Hasil PerhitunganDiketahui : f = 140 mmB =3700 mb1 = 8,5 cm = 85 mmb2 = 8 cm = 80 mmro1 = 24,3 mmro2 = 29,54 mmra = 25,2 mm

Page 3: foto

rb = 22,2 mmskala = 1 : 50.000Ditanya : ketinggian gunung dari titik A dan BJawab:Menentukan basis foto 1 dan 2b1 = 8,5 cm = 85 mmb2 = 8 cm = 80 mmMenentukan nilai micrometer ro1 dan ro2ro1 = 24,3 mmro2 = 29,54 mmMenentukan konstanta batang paralaksC1 = b1 – ro1= 85 mm – 24,3 mm= 607 mmC2 = b2 – ro2= 80 mm – 29,54 mm= 50,46 mmC = (C1+C2)/2 = (60,7 mm+50,46 mm)/2= 55,58 mmMencari paralaks titik a dan bPa = C + ra= 55,58 mm + 25,2 mm= 80,78 Pb = C + rb= 55,58 mm + 22,2 mm= 77,78 mmMencari tinggi masing-masing titikS = f/H.1/(50.000 mm)= (140 mm)/H

H = 140 mm x 50.000 mm= 7.000.000 mm= 7000 mB = sisa tampalan x penyebut skala= 7,5 cm x 50.000= 37.000 cm = 3700 m

hA = H-(Bf/Pa)= 7000 m-((3700 m x 140 mm)/(80,75 mm))= 7000 m-(3700m x 1,80 m)=700 m-6.660 m= 599 m

hB = H-(Bf/Pb)= 7000 m-((3700 m x 140 mm)/(77,78 mm))= 7000 m-(3700m x 1,73 m)=700 m-6.401 m= 340 mh gunung = hA - hB

Page 4: foto

= 599 m – 340 m= 259 m

Bila A sebagai kaki (datum) suatu gunung dan B sebagai puncak gunung, maka tinggi gunung tersebut adalah 599 m – 340 m = 259 m

MENENTUKAN KETINGGIAN OBYEK DENGAN KONTROL MEDAN

Control medan merupakan rumus yang mana bila telah diketahui ketinggian salah satu dari obyek yang terekam pada foto udara, maka seluruh ketinggian obyek yang tergambar pada foto udara dapat dihitung ketinggiannya, titik yang diketahui inilah yang disebut titik control medan.

Praktikum ini bertujuan untuk mengetahui ketinggian suatu objek dengan menggunakan control medan

Alat Dan Bahan

Foto udara daerah baliKalkulatorPenggarisAlat tulisParalaks bar

Langkah Kerja

Mengetahui panjang focus yang digunakan saat pemotretan dan ketinggian terbang pesawat saat melakukan pemotretanMengetahui ketinggian titik yang akan menjadi titik referensiMengetahui konstanta batang paralaksMengukur nilai r dan masing – masing titik yang akan diukur dengan menggunakan paralaks barMenghitung paralaks titik – titik yang ingin diketahui ketinggiannyaMenghitung beda paralaks antar masing – masing titik

Page 5: foto

Hasil Perhitungan

Diketahui: f = 140 mm H = 7000 mmra = 13,15 mmrb = 23,6 mmrc = 22,75 mmrd = 30,55 mmre = 34,85 mmC = 55,58 mmha = 100 mB = 3700 mDitanya : tinggi tempat b, c, d, e ?Jawab:Menentukan paralaks masing – masing titik P = C + rxPa = C + ra= 55,58 mm + 13,15 mm= 68,73 mmPb = C + rb= 55,58 mm + 23,6 mm= 79,18 mmPc = C + rc= 55,58 mm + 22,75 mm= 78,33 mmPd = C + rd= 55,58 mm + 30,55 mm= 86,13 mmPe = C + re= 55,58 mm + 34,85 mm= 90,43 mm

Mencari beda paralaks. ∆P =paralaks titik yang dicari-paralaks titik terendah∆P1=79,18 mm-68,73 mm=10,45 mm∆P2=78,33 mm-68,73 mm=9,6 mm∆P3=86,13 mm-68,73 mm=17,4 mm∆P4=90,43 mm-68,73 mm=21,7 mm

Mencari ketinggian masing – masing titik, missal ha = 100 m

hb=ha+ (∆P1 ( H-Bf))/Pb=100 m+ (10,45 mm ( 7000 m-3700 m . 140 mm))/(79,18 mm)=100 m+0,01 m ( 7000 m-6549 m)=100 m+0,01 m .451 m= 100 m+451 m= 104,51 m

hc=ha+ (∆P2 ( H-Bf))/Pc=100 m+ (9,6 mm ( 7000 m-3700 m . 140 mm))/(78,33 mm)

Page 6: foto

=100 m+0,09 m ( 7000 m-6586 m)=100 m+0,09 m .414 m= 100 m+37,26 m= 137,26 m

hd=ha+ (∆P3 ( H-Bf))/Pd=100 m+ (17,14 mm ( 7000 m-3700 m . 140 mm))/(86,13 mm)=100 m+0,017 m ( 7000 m-6031 m)=100 m+0,09 m .969 m= 100 m+16,47 m= 116,47 m

he=ha+ (∆P4 ( H-Bf))/Pe=100 m+ (21,7 mm ( 7000 m-3700 m . 140 mm))/(90,43 mm)=100 m+0,02 m ( 7000 m-5735 m)=100 m+0,02 m .1265 m= 100 m+25,3 m= 125,3 m

Jadi, Ketinggian titik b adalah 104,51 mKetinggian titik c adalah 137,26 mKetinggian titik d adalah 116,47 mKetinggian titik e adalah 125,3 m

VERTIKAL EXAGENERATION

Dasar Teori

Salah satu gejala yang tampak dari penglihatan terhadap model stereo foto udara vertical adalah kesan pembengkakan keatas dari objek – objek yang tinggi. Adanya fenomena ini harus di perhitungkan oleh para penafsir foto udara agar tidak terjadi selisih yang besar antara pengukuran di foto udara dengan kenyataan dilapangan, misalnya dalam perhitungan tingkat kemiringan lereng, dan lain-lain. Bahkan perbesaran ini dapat mencapai 3 atau 4 kali lebih besar dan pada ukuran sebenarnya. Adanya gejala ini sangat menguntungkan bagi seorang interpreter dalam bidang geomorfologi, karena kenampakan topografi sangat ekstrim, sehingga mudah dikenali.Terjadinya perbesaran tegak ini terutama disebabkan oleh kekurang seimbangan antara nisbah fotografik antar basis udara – tinggi terbang ( (B/H) dan antara nisbah basis mata tinggi pada pengamatan stereoskopis (Be/h). B/H merupakan nisbah antara basis udara atau jarak antara dua stasiun pemotretan dengan tinggi terbang saat pemotretan, dan Be/h merupakan nisbah antara basis mata atau jarak antara dua mata dengan jarak dari mata kemodel stereo yang terlihat oleh mata.Perbesaran tegak (Ve) merupakan nisbah basis udara dengan tinggi terbang dikalikan kebalikan dari nisbah basis mata dengan jarak pengamatan yang nyata atau secara metematis dapat ditulis sebagai berikut:

Page 7: foto

Nisbah basis mata tinggi pengamatan stereo (be/h) merupakan variable yang agak sulit diukur, dan sedikit berbeda antara masing- masing pengamat. Uji berulang- ulang menunjukkan bahwa nilainya sekitar 0,15

Basis udara dan besarnya tampalan depan (PE%) diperhitungkan dalam mengukur vertical exageneration (Ve). Oleh karena itu, diperlukan data mengenai luas liputan foto di medan yang memiliki kaitan erat dengan basis udara.

Tujuan Praktikum

Praktikum ini bertujuan untuk mengetahui besarnya pengaruh exageneration

Alat Dan BahanFoto udaraKalkulatorAlat tulisPenggaris

Langkah KerjaMenentukan panjang focus kamera yang digunakanMengetahui ukuran format fotoMenentukan besarnya tampalan depan atau PEMenentukan perbandingan basis udara dengan ketinggian terbangMenentukan vertical exageneration

Hasil Perhitungan

Diketahui : d = 23 cm = 230 mmf = 140 mm

Ditanya : Ve ??

Jawab :PE=(23 cm-7,4 cm)/(23 cm) ×100%= (15,6 cm)/(23 cm) ×100%=68 %

B/H =1-(Pe/100) d/(f ) =( 1- 68/100) × (230 mm)/(140 mm)=( 1- 0,68) × 1,64

Page 8: foto

=0,32 × 1,64=0,52

Ve = B/H × h/b= 0,52 × 1/0,15=0,52 × 6,67

=3,5 kali

Jadi obyek tersebut dalam foto udara 3,5 kali lebih besar dari pada ukuran kenyataan di medan

MENENTUKAN KETINGGIAN LERENG

Dasar Teori

Untuk mengetahui derajat / persen kemiringan lereng pada pengamatan secara stereoskopis agak sulit. Miller sebagaiman dikutip paine (1993) menggunakan suatu penafsiran kemiringan lereng (slope estimator), alat ini terdiri atas sebuah engsel pangkal yang dieratkan pada persendian dengan pukulan palu.Cara pengukurannya adalah salah satu slope estimator diletakkan diatas salah satu foto udara stereo yang sedang diamati,dibawah stereoskop. Setelah itu orientasikan dan setel alat tersebut sampai bidang lerengnya sejajar atau sebangun dengan lereng yang hendak diukur pada model stereo. Lihatlah objek pada model stereo dan slope estimator secara bergantian, aturlah lereng penaksir sampai betul – betul mendekat bentuk dari model. Ukurlah jarak antar kaki slope estimator (alas) yang diberi symbol b sementara c ukurannya tetap. Penentuan lereng dilakukan dengan menggunakan rumus miller, yakni:

Lereng persen yang tampak = (√((〖4c〗^2/b^2 - 1) )) ×100 Keterangan :c = Panjang sisi kakib = Jarak antar kaki

lereng persen sebenarnya adalah lereng yang tampak pada LS=LT/Vepengamatan stereoskopis dibagi factor vertical exageneration.

Tujuan

Praktikum ini bertujuan mengetahui tinggi lereng sebenarnaya suatu obyek yang diamati

Page 9: foto

disuatu tempat.

Alat Dan BahanFoto udara baliLidiAlat tulisPenggaris Kalkulator

Langkah KerjaMengetahui besarnya vertical exagenerationMelihat objek pda model stereo dan lidi secara bergantian, atur lereng penaksiran ( lidi) sampai betul – betul mendekati bentuk dari modelUkur jarak antara kaki lidi. Kemudian beri symbol b, dan sementara sisi c ukurannya tetap.Mencari lereng persen yang tampak dengan rumus:Lereng persen yang tampak = (√((〖4c〗^2/b^2 - 1) )) ×100 Mencari lereng persen sebenarnya dengan rumus:LS=LT/Ve

Hasil Praktikum

Diketahui: Ve = 3,5 kalib = 7,5 cmc = 4,0 cmDitanya: lereng persen sebenarnya suatu obyek (gunung)???

Jawab:Lereng persen yang tampak = (√((〖4c〗^2/b^2 - 1) )) ×100 = (√((〖4.(4)〗^2/〖(7,5)〗^2 - 1) )) ×100= (√(((4 .16)/56,25- 1) )) ×100= (√((64/56,25- 1) )) ×100= √(1,14-1)×100= √0,14×100= 0,37 x 100 %= 37,41Lereng sebenarnaya = LT/Ve= 37,41/3,5= 10,69 % = 11 %Jadi, lereng gunung sebenarnya di medan adalah 11 %

Page 10: foto

Fotogrametri

1. 1. Introduction Pengenalan

Photogrammetry is the art science and technology of taking measurements off photographs. Fotogrametri adalah ilmu seni dan teknologi pengukuran off mengambil foto. The techniques are based on the geometry of perspective scenes and on the principles of stereovision, and actually pre-date the invention of photography. Teknik ini didasarkan pada geometri adegan perspektif dan prinsip-prinsip stereovision, dan benar-benar pra-tanggal ditemukannya fotografi. There are two kinds of photographs used in photogrammetry, aerial and terrestrial . Ada dua jenis foto yang digunakan dalam fotogrametri, foto udara dan terestrial. Aerial photographs are usually acquired from aircraft but can also come from satellites, hot air balloons or even kites. foto udara biasanya diperoleh dari pesawat tetapi juga bisa berasal dari satelit, balon udara panas atau bahkan layang-layang. Terrestrial photographs come from cameras based on the ground, and generally are used in different applications from aerial. Terrestrial foto berasal dari kamera berdasarkan tanah, dan umumnya digunakan dalam aplikasi yang berbeda dari udara. There are two main data extraction methods used for analysing these photographs: Ada dua metode ekstraksi data utama yang digunakan untuk menganalisis foto-foto ini:

a. a. Quantitative: that is size, length, shape, height, area, etc. Kuantitatif: yang ukuran, panjang, bentuk, tinggi, luas, dll

b. b. Qualitative: geology, vegetation, drainage, land use, etc. Kualitatif: geologi, vegetasi, drainase, penggunaan lahan, dll

This chapter is primarily concerned with the quantitative evaluation of survey photographs. Bab ini terutama berkaitan dengan evaluasi foto survei kuantitatif.

2. 2. The Aerial Survey Camera Survei Aerial Kamera

Photographs taken with a survey camera differ to those taken with amateur (or 'non-metric') cameras in that they have a rigid known geometry that allows measurements of a predictable accuracy to be made. Foto-foto yang diambil dengan kamera survei berbeda dengan yang

Page 11: foto

diambil dengan amatir (atau 'non-metrik') kamera di bahwa mereka memiliki geometri dikenal kaku yang memungkinkan pengukuran akurasi yang diprediksi akan dilakukan.

The rays of light pass through one central point in the lens of a survey camera, and the distance between this point and the film is calibrated to decimals of a millimetre. Sinar cahaya lulus melalui satu titik sentral dalam lensa kamera survei, dan jarak antara titik dan film dikalibrasi untuk desimal milimeter. This distance is known as the focal length. Jarak ini dikenal sebagai panjang fokus. The film plane is as flat as possible, often using flattening devices to achieve this. Pesawat film sedatar mungkin, sering menggunakan perataan perangkat untuk mencapai hal ini. The camera body also carries reference marks known as fiducial marks that define a coordinate mesurement axis and allow film stretch to be determined. The camera is also very large, the size of the negatives is 23cm by 23cm, which is somewhat bigger than the average snapshot. Bodi kamera juga membawa tanda referensi yang dikenal sebagai tanda acuan yang mendefinisikan sumbu koordinat Pengukuran dan memungkinkan peregangan film akan ditentukan kemudian. Kamera ini juga sangat besar, ukuran 23cm dengan negatif adalah 23cm, yang sedikit lebih besar dari rata-rata snapshot . The cameras are constructed in this manner so that measurements of a high accuracy and precision can be obtained. Kamera dibangun dengan cara ini sehingga pengukuran dari akurasi dan presisi tinggi dapat diperoleh.

3. 3. The Geometry of the Aerial Photograph The Geometri dari Aerial Foto

The average scale of the aerial photograph can be computed either by taking the ratio of the flying height above the ground and the focal length (f/H), or by taking the ratio of a known distance in the photograph and the distance on the ground. Skala rata-rata dari foto udara dapat dihitung baik dengan mengambil rasio dari tinggi terbang di atas tanah dan panjang fokus (f / H), atau dengan mengambil rasio dari jarak yang dikenal dalam foto dan jarak di atas tanah .

Page 12: foto

As the flying height above the ground is not usually known accurately, the second method is employed where a more reliable scale is needed. Neither of the two scale calculation methods give an accurate scale as there are two distortions that affect measurements made on a single aerial photograph. Ketika terbang di atas ketinggian tanah biasanya tidak diketahui secara akurat, metode kedua adalah bekerja di mana skala yang lebih handal diperlukan. Baik dari dua metode perhitungan skala memberikan skala akurat karena ada dua distorsi yang mempengaruhi pengukuran dilakukan pada satu udara foto.

a. a. Height distortion: Tinggi distorsi:

Because a lens and a photograph give a perspective or central projection, objects that are above or below the plane will be shifted by an amount approximately Karena lensa dan foto memberikan perspektif atau proyeksi sentral, benda-benda yang berada di atas atau di bawah pesawat akan beralih dengan jumlah yang kira-kira

Dr = Dr =

b. b. Tilt distortion Tilt distorsi

Although a lot of care is taken in the flying of aerial photography the photographs are rarely taken exactly horizontal. Meskipun banyak perawatan diambil dalam terbang dari foto udara jarang foto-foto diambil tepat horizontal. The tilts that occur in the aircraft, although kept to a minimum by the levelling of the camera system, do affect the position of objects on the photograph. Para miring yang terjadi di pesawat, meskipun dijaga agar tetap minimum oleh pendataran dari sistem kamera, lakukan mempengaruhi posisi objek pada foto itu. This is

Page 13: foto

most apparent with panoramic photographs that show parallel roads converging to a point on the horizon, this affect still appears in photographs that have small tilts but occur to a much smaller amount. Hal ini paling jelas dengan foto-foto panorama yang menunjukkan jalan paralel konvergen ke satu titik di cakrawala, mempengaruhi ini masih muncul dalam foto-foto yang menarik dananya kecil tapi terjadi ke jumlah yang lebih kecil banyak. The correction is approximately Koreksi ini kira-kira

Dr = Dr =

However as the tilts are generally unknown this correction is difficult to apply. Tetapi bila menarik dananya pada umumnya tidak diketahui koreksi ini sulit untuk diterapkan.

These distortions have been mentioned to indicate that an aerial photograph is rarely true to scale so cannot often be used as one would use a map. There are many situations however, especially in forestry or geography, where these distortions are minimal when compared to the accuracy of the data required, and can sometimes be ignored. Ini distorsi telah disebutkan untuk menunjukkan bahwa foto udara jarang benar untuk skala sehingga tidak bisa sering digunakan sebagai salah satu akan menggunakan peta akurasi. Ada banyak situasi Namun, terutama di kehutanan atau geografi, di mana ini distorsi yang minimal jika dibandingkan untuk dari data yang diminta, dan kadang-kadang dapat diabaikan.

There are other distortions such as film shrinkage, earth curvature, refraction effects and so on but these are only significant when dealing with precise photogrammetry. Ada distorsi lain seperti penyusutan film, kelengkungan bumi, efek refraksi dan seterusnya tapi ini hanya signifikan ketika berhadapan dengan fotogrametri tepat.

4. 4. Geometry of a Stereo Pair of Photographs Geometri dari pasangan Stereo dari Foto

Aerial photographs are normally flown in runs with a pre-determined amount of forward and side overlap. foto udara biasanya diterbangkan berjalan dengan pra-menentukan jumlah ke depan dan sisi tumpang tindih.

This forward overlap, usually 60%, enables the aerial photographs to be viewed in 'stereo', or three dimensionally. maju ini tumpang tindih, biasanya 60%, membuat foto-foto udara yang dapat dilihat dalam 'stereo', atau tiga dimensi. The accurate geometry of the photography also enables three dimensional coordinate data to be extracted; the same height distortions that affect the single photograph can now be used to determine the height of the object in a stereo pair. Geometri akurat fotografi juga memungkinkan tiga koordinat dimensi data yang akan diambil; distorsi ketinggian yang sama yang mempengaruhi foto tunggal sekarang dapat digunakan untuk menentukan ketinggian objek dalam sepasang stereo.

Page 14: foto

The detailed geometry of a pair of photographs will not be described here, however there is an approximatel method of extracting heights off a stereo pair which is of use. Geometri rinci dari sepasang foto tidak akan dijelaskan di sini, namun ada metode approximatel untuk penggalian tinggi dari sepasang stereo yang digunakan.

5. 5. Parallax Bar Heighting Paralaks bar Heighting

The difference in position of an object with height displacement on two photographs is known as parallax. Perbedaan posisi obyek dengan perpindahan tinggi pada dua foto yang dikenal sebagai paralaks. If this parallax can be measured the height of the object can be determined if the scale of the photograph is accurately known, the air base is horizontal and the tilts are minimal. Jika paralaks ini dapat diukur ketinggian obyek dapat ditentukan jika skala gambar merupakan akurat diketahui, pangkalan udara horizontal dan miring yang minimal. The derivation of this formula is shown in most photogrammetric textbooks. Penurunan rumus ini ditampilkan dalam photogrammetric sebagian besar buku pelajaran.

z = H where b' is the photo base, p' is the difference in parallax z = H dimana b 'adalah dasar foto, p' adalah perbedaan paralaks

An instrument known as the parallax bar is used to measure the parallax - p'. Sebuah alat yang dikenal sebagai paralaks bar digunakan untuk mengukur paralaks - p '.