FORMULIR PERSETUJUAN PUBLIKASI NASKAH …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20369061-MK-Nisa Nurlita...

15
1 FORMULIR PERSETUJUAN PUBLIKASI NASKAH RINGKAS Yang bertanda tangan di bawah ini: Nama : Dr. Myrna laksman-Huntley NIP/NUP : 196101051990032001 adalah pembimbing dari mahasiswa S1 : Nama : Nisa Nurlita Husna NPM : 0906642771 Fakultas : Ilmu Pengetahuan Budaya Program Studi : Prancis Judul Naskah Ringkas : Kritik terhadap Islamofobia di Prancis dalam Lagu Rap menyatakan bahwa naskah ringkas ini telah diperiksa dan disetujui untuk (pilih salah satu dengan memberi tanda silang): Dapat diakses di UIANA (lib.ui.ac.id) saja. Tidak dapat diakses di UIANA karena: Data yang digunakan untuk penulisan berasal dari instansi tertentu yang bersifat konfidensial Akan ditunda publikasinya mengingat akan atau sedang dalam proses pengajuan Hak Paten/ Hak Cipta hingga tahun…………………………………………………………………… Akan dipresentasikan sebagai makalah pada Seminar Nasional yaitu: ……………………………………………………………………………………………….. yang diprediksi akan dipublikasikan sebagai prosiding pada bulan………………… tahun…………… Akan ditulis dalam bahasa Inggris dan dipresentasikan sebagai makalah pada Seminar Internasional yaitu: ………………………………………………………………………………………………… yang diprediksi akan dipublikasikan sebagai prosiding pada bulan………………….. tahun…………… Akan diterbitkan pada Jurnal Program Studi/Departemen/Fakultas di UI yaitu: ………………………………………………………………………………………………… yang diprediksi akan dipublikasikan pada bulan……………...tahun…………………. Akan diterbitkan pada Jurnal Nasional yaitu: ………………………………………………………………………………………………… yang diprediksi akan dipublikasikan pada bulan…………. …. tahun…………………. Akan ditulis dalam bahasa Inggris untuk dipersiapkan terbit pada Jurnal Internasional yaitu: ………………………………………………………………………………………………… yang diprediksi akan dipublikasikan pada bulan…………. …..tahun…………………. Depok, 21 Februari, 2014 Dr. Myrna Laksman-Huntley Kritik terhadap ..., Nisa Nurlita Husna, FIB UI, 2014

Transcript of FORMULIR PERSETUJUAN PUBLIKASI NASKAH …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20369061-MK-Nisa Nurlita...

Page 1: FORMULIR PERSETUJUAN PUBLIKASI NASKAH …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20369061-MK-Nisa Nurlita Husna.pdf · Akan ditulis dalam bahasa Inggris dan dipresentasikan sebagai makalah

1

FORMULIR PERSETUJUAN PUBLIKASI NASKAH RINGKAS

Yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : Dr. Myrna laksman-Huntley NIP/NUP : 196101051990032001

adalah pembimbing dari mahasiswa S1 : Nama : Nisa Nurlita Husna NPM : 0906642771 Fakultas : Ilmu Pengetahuan Budaya Program Studi : Prancis Judul Naskah Ringkas : Kritik terhadap Islamofobia di Prancis dalam Lagu Rap menyatakan bahwa naskah ringkas ini telah diperiksa dan disetujui untuk (pilih salah satu dengan memberi tanda silang):

√ Dapat diakses di UIANA (lib.ui.ac.id) saja.

Tidak dapat diakses di UIANA karena:

Data yang digunakan untuk penulisan berasal dari instansi tertentu yang bersifat konfidensial

Akan ditunda publikasinya mengingat akan atau sedang dalam proses pengajuan Hak Paten/ Hak Cipta

hingga tahun……………………………………………………………………

Akan dipresentasikan sebagai makalah pada Seminar Nasional yaitu:

………………………………………………………………………………………………..

yang diprediksi akan dipublikasikan sebagai prosiding pada bulan…………………

tahun……………

Akan ditulis dalam bahasa Inggris dan dipresentasikan sebagai makalah pada Seminar Internasional yaitu:

…………………………………………………………………………………………………

yang diprediksi akan dipublikasikan sebagai prosiding pada bulan…………………..

tahun……………

Akan diterbitkan pada Jurnal Program Studi/Departemen/Fakultas di UI yaitu:

…………………………………………………………………………………………………

yang diprediksi akan dipublikasikan pada bulan……………...tahun………………….

Akan diterbitkan pada Jurnal Nasional yaitu:

…………………………………………………………………………………………………

yang diprediksi akan dipublikasikan pada bulan…………. …. tahun………………….

Akan ditulis dalam bahasa Inggris untuk dipersiapkan terbit pada Jurnal Internasional yaitu:

…………………………………………………………………………………………………

yang diprediksi akan dipublikasikan pada bulan…………. …..tahun………………….

Depok, 21 Februari, 2014

Dr. Myrna Laksman-Huntley

Kritik terhadap ..., Nisa Nurlita Husna, FIB UI, 2014

Page 2: FORMULIR PERSETUJUAN PUBLIKASI NASKAH …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20369061-MK-Nisa Nurlita Husna.pdf · Akan ditulis dalam bahasa Inggris dan dipresentasikan sebagai makalah

2

HALAMAN PENGESAHAN

Karya ilmiah ini diajukan oleh

Nama : Nisa Nurlita Husna

NPM : 0906642771

Program Studi : Prancis

Fakultas : Ilmu Pengetahuan Budaya

Jenis Karya : Makalah Non Seminar

Judul Karya Ilmiah : Kritik terhadap Islamofobia di Prancis dalam Lagu Rap

Telah disetujui oleh dosen pengajar mata kuliah untuk diunggah di

lib.ui.ac.id/unggah dan dipublikasikan sebagai karya ilmiah sivitas akademika

Universitas Indonesia.

Dosen Pembimbing : Dr. Myrna Laksman-Huntley

Ditetapkan di : Depok

Tanggal : 21 Februari 2014

Kritik terhadap ..., Nisa Nurlita Husna, FIB UI, 2014

Page 3: FORMULIR PERSETUJUAN PUBLIKASI NASKAH …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20369061-MK-Nisa Nurlita Husna.pdf · Akan ditulis dalam bahasa Inggris dan dipresentasikan sebagai makalah

3

Kritik terhadap ..., Nisa Nurlita Husna, FIB UI, 2014

Page 4: FORMULIR PERSETUJUAN PUBLIKASI NASKAH …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20369061-MK-Nisa Nurlita Husna.pdf · Akan ditulis dalam bahasa Inggris dan dipresentasikan sebagai makalah

4

KRITIK TERHADAP ISLAMOFOBIA DI PRANCIS

DALAM LAGU RAP

Nisa Nurlita Husna

Program Studi Prancis, Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya, Universitas Indonesia

Depok, Jawa Barat, Indonesia

E-mail: [email protected]

Abstrak

Penelitian ini membahas mengenai kritik seputar Islamofobia yang terjadi di tengah masyarakat Prancis

dalam lagu rap karya grup IAM yang berjudul Pain au Chocolat. IAM merupakan grup rap asal Prancis

yang kerap mengangkat tema-tema sosial dalam karyanya. Lagu Pain au Chocolat merupakan sebuah

lagu dalam album Art Martiens yang dirilis pada tahun 2013. Lagu ini, menurut anggota IAM, merupakan

respon terhadap sebuah polemik dengan nama yang sama, Pain au Chocolat, yang terjadi di Prancis pada

tahun 2012. Polemik ini berawal dari pidato Jean-François Copé, Presiden Partai UMP, di Draguignan

yang dianggap berbau Islamofobia oleh sejumlah masyarakat. Pidato Copé menyinggung adanya kaitan

antara sebuah tindak kriminalitas yang ia saksikan dengan bulan Ramadhan yang merupakan momen

penting bagi umat muslim. Melalui lagu ini pula, IAM menceritakan adanya ketakutan dan kekhawatiran

oleh sejumlah masyarakat Prancis atas Islam dan umat muslim sesuai dengan apa yang mereka saksikan

dalam kehidupan sosial. IAM juga menguraikan dampak negatif yang terjadi atas perdebatan seputar

agama yang selama beberapa waktu terakhir terus terjadi di Prancis.

Kata kunci: kritik, rap, Islamofobia

Abstract

This essay studies criticisms on Islamophobia that happens in French society in the rap song of group

IAM, entitled Pain au Chocolat. IAM is a French rap group that often brings some social themes in their

works. Pain au Chocolat is a song from the album Art Martiens, released in 2013. This song, according

to IAM’s members, is a response to the polemic with the same name, Pain au Chocolat, which has

occurred in France in 2012. The polemic originated from the speech of Jean-François Copé, the

President of UMP Party, in Draguignan, is considered as Islam phobic statements by some people. In his

speech, Copé mentioned a link between a crime he witnessed and Ramadan (fasting month), an important

moment for Muslims. Through this song, IAM also tells the fear and anxiety of some French people

towards Islam and Muslims that they have seen in social life. Moreover, IAM expresses into words the

negative impacts that may arise from debates regarding religion in France.

Keywords: criticism, rap, islamophobia

Kritik terhadap ..., Nisa Nurlita Husna, FIB UI, 2014

Page 5: FORMULIR PERSETUJUAN PUBLIKASI NASKAH …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20369061-MK-Nisa Nurlita Husna.pdf · Akan ditulis dalam bahasa Inggris dan dipresentasikan sebagai makalah

5

Pendahuluan

Rap adalah suatu ekspresi dalam bentuk ucapan

atau vokal yang digabungkan dengan musik. Rap,

menurut Pieter Remes, merupakan sajak dengan

ritme tertentu, antara tuturan dan lagu (1991: 130).

Lagu rap mulai dikenal dunia melalui rap Afrika

Amerika. Sekitar tahun 1970, rap muncul seiring

degan tren DJ (Disc Jockeys) dan selalu

diasosiasikan dengan budaya hip hop yang lahir di

South Bronx, New York, (Remes, 1991: 130).

Terdapat dua jenis rap, yang pertama adalah rap

Afrosentrisme yaitu rap lebih menekankan pada

kekhasan dan identitas Afrika, dan yang kedua

adalah Gangsta rap yang menggunakan bahasa

yang keras dalam lagunya seperti identitas

gangster (Griffin, 1998: 2).

Di Prancis, rap berkembang sekitar tahun 1980.

André J. M Prévos (1998) menerangkan bahwa

musisi rap Prancis pada umumnya berasal dari

daerah pinggiran Prancis. Daerah pinggiran ini

identik dengan kemiskinan dan pendidikan yang

rendah. Daerah yang dimaksud adalah daerah

banlieue yang mencangkup HLM1. Oleh karena

kondisi masyarakatnya, HLM menjadi simbol hal-

hal negatif, seperti peredaran obat-obatan

terlarang, kenakalan remaja dan kekerasan

(Prévos, 1998: 67).

Bagi musisinya, rap selain sebagai seni juga

merupakan penegas dan pembangun identitas

individu (Kellner, 1999). Demikian juga bagi para

musisi rap Prancis. Lagu rap merupakan sebuah

sarana konstruksi identitas (Lasman, 2010). Diah

K. Lasman menjelaskan dalam tesisnya yang

berjudul Representasi Kaum Muda Imigran di

Prancis dalam Lagu Rap Karya Rohff (2010)

bahwa konstruksi identitas pertama yang terlihat

adalah bentuk lirik lagu-lagu rap. Lagu rap

memiliki diksi serta penulisan yang tidak sesuai

dengan standar ortograf dan gramatikal Prancis.

Cara tersebut dapat diartikan sebagai pemenuhan

atas kebutuhan rima lagu atau sebagai dobrakan

atas kelaziman yang dibentuk oleh sistem. Rap

juga kerap menggunakan bahasa spesial seperti

bahasa slang untuk memisahkan diri dengan

yang lain (Remes, 1991: 139). Dengan kata lain,

tujuan penggunaan bahasa tersebut agar hanya

komunitas tertentu dari mereka yang paham pesan

dalam lagu tersebut.

1 Habitations a Loyer Modere: Hunian dengan

biaya sewa yang rendah

Salah satu grup rap ternama Prancis adalah IAM.

April tahun 2013, grup rap yang telah terbentuk

sejak 1989 ini, kembali mengeluarkan sebuah

album berjudul Art Martiens. Sejumlah lagu

dalam album terbaru IAM ini berisikan kritik

seputar permasalahan sosial. Salah satu lagu

dalam album ini adalah Pain au Chocolat. Lagu

ini sempat ramai dibicarakan oleh berbagai media

massa salah satunya adalah L’Express yang

memberitakan dalam sebuah artikel berjudul Pain

au chocolat: la chanson d'IAM qui tacle Jean-

François Copé yang terbit pada 24 April 2013.

Lagu tersebut terinspirasi dari sebuah polemik

dengan nama yang sama. Polemik tersebut timbul

saat Jean-François Copé, Presiden UMP, dalam

pidatonya di sebuah pertemuan di Draguignan

mengatakan:

« Il est des quartiers où je peux comprendre

l’exaspération de certains de nos compatriotes,

père ou mère de famille rentrant du travail le soir,

apprenant que leur fils s’est fait arracher son

pain au chocolat par des voyous qui lui

expliquent qu’on ne mange pas pendant le

ramadan ».2

‘Terdapat sejumlah daerah yang dapat saya

pahami kekesalan dari beberapa saudara sebangsa

kita. Ayah atau ibu sebuah keluarga pulang kerja

di sore hari, kemudian mengetahui bahwa kue

coklat anak mereka dirampas oleh para

berandalan dengan alasan bahwa mereka tidak

boleh makan selama bulan Ramadhan’

Sejumlah media massa mengabarkan bahwa

pernyataan tersebut disorot oleh CFCM (Conseil

Français du Culte Musulman)3

sebagai

pernyataan yang mengandung rasa benci terhadap

muslim (Le Figaro, 11 Oktober 2012). Pernyataan

Copé juga dimaknai sebagai bentuk Islamofobia

atau ketakutan/kecemasan terhadap masyarakat

muslim. Berawal dari polemik ini, IAM

terinspirasi membuat sebuah lagu Pain au

Chocolat yang berisi kritik terhadap sikap Copé

dan masyarakat. Berdasarkan paparan di atas,

maka muncul masalah bagaimana IAM

menghadirkan kritik mengenai Islamofobia dalam

lirik lagu Pain au Chocolat.

2 Dikutip dari “Présidence de l'UMP: Copé, le

pain au chocolat et le ramadan”, www.lexpress.fr,

6 Oktober 2012. 3Lembaga non-profit yang merupakan wadah bagi

semua umat muslim di Prancis.

Kritik terhadap ..., Nisa Nurlita Husna, FIB UI, 2014

Page 6: FORMULIR PERSETUJUAN PUBLIKASI NASKAH …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20369061-MK-Nisa Nurlita Husna.pdf · Akan ditulis dalam bahasa Inggris dan dipresentasikan sebagai makalah

6

IAM Kelompok Musisi Prancis

Seperti yang telah diuraikan sebelumnya, IAM

adalah salah satu grup rap ternama di Prancis.

Pada dasarnya, grup rap ini beraliran

Afrosentrisme. Seth Whidden dalam

penelitiannya yang berjudul French Rap Music

Going Global: IAM, They Were, We Are (2007)

menjelaskan bahwa nama IAM, menurut para

anggotanya, memiliki banyak makna. IAM dapat

diartikan sebagai “Invasion Arrivant Mars”. Mars

di sini mengacu pada Marseille, sebuah kota di

Prancis yang merupakan tempat asal mereka.

IAM juga dapat diartikan “Imperial Asiatic Men”

atau pun “Indépendentistes Autonomes

Marseilles”. Akan tetapi, menurut Akhenaton

selaku pemimpin grup menyampaikan bahwa

makna utama dari nama IAM berasal dari bahasa

Inggris, “I am”. Makna tersebut menekankan

eksistensi mereka sebagai pribadi maupun grup

rap. Lagu mereka berjudul Dangerous dari album

“L’école du micro argent” selalu dikaitkan

dengan nama mereka sehingga menekankan

menjadi “I am dangerous” .

Grup ini dibentuk tahun 1989 oleh Philippe

Fragione (Akhenaton), Geoffroy Mussard

(Shurik’n), Eric Mazel (Khéops), Pascal Perez

(Imhotep) dan François Mendys (Khephren).

Dalam berkarya, IAM membawa ideologi

mengenai Afrika dan lebih spesifik, Mesir kuno.

Hal ini terlihat dari pemilihan nama panggung

dari masing-masing personilnya yang diambil dari

mitologi Mesir. Pemilihan mitologi Mesir oleh

IAM beralasan karena mitologi Mesir merupakan

inspirasi tumbuhnya masyarakat Mediterania

(Whidden, 2007: 1011). Masyarakat Mediterania

sendiri merupakan masyarakat dari negara-negara

yang berbatasan dengan Laut Mediterania, antara

lain Mesir, Libya, Aljazair, Yunani dan negara-

negara di Eropa dan Afrika lainnya. (Climagrimed,

FAO, 2003). Prancis adalah salah satu negara

yang berbatasan dengan laut tersebut, tepatnya di

kota Marseille, kota tempat IAM berasal.

Ideologi dan kepedulian IAM terhadap Afrika

terwujud dalam sebuah lagu berjudul “Les Tam-

Tam de L’Afrique” yang pada tahun 1991

(Whidden, 2007: 1011). Lagu tersebut merupakan

lagu rap Prancis pertama yang mengkritik

mengenai perbudakan di Afrika. Ideologi

mengenai Mesir kuno dan Afrika, menurut

Whidden (2007), memungkinkan IAM terhubung

dengan dunia Arab, yang merupakan ras terbesar

penduduk Afrika bagian Utara. Arab selalu

dikaitkan dengan Islam dan menurut IAM

kecenderungan Islamofobia di tengah bangsa kulit

putih cukup besar. IAM sendiri mengakui, akibat

ulah para muslim fundamentalis, stereotip

mengenai Islam dan muslim menjadi cenderung

negatif, meski tidak semua muslim berlaku tidak

baik. Melalui karya dan ideologinya, IAM ingin

agar Arab dan Islam lebih diterima dan ditoleransi

di tengah masyarakat Prancis.

Perhatian IAM terhadap Arab juga tak terlepas

dari latar belakang sebagian anggota grup yang

berdarah campuran Afrika Utara. Kepedulian

IAM tak sebatas pada Arab dan Islam, IAM ingin

masyarakat Prancis lebih berbaur tanpa

memandang ras dan warna kulit. Melalui tujuh

album yang mereka ciptakan sejak tahun 1991,

tampak jelas kepedulian IAM terhadap

permasalahan sosial di negaranya menggiring

IAM untuk menghasilkan karya yang sesuai

dengan ideologi mereka.

Islamofobia sebagai Bentuk Diskriminasi

terhadap Kaum Muslim

Perilaku diskriminasi menurut U.S EEOC (Equal

Employment Opportunity Commision) dan

Pemerintah Inggris dalam situsnya

Discrimination: Your Rights membagi

diskriminasi menjadi beberapa jenis, antara lain

diskriminasi usia, gender, sex, ras, asal negara dan

agama. Diskriminasi terhadap agama terjadi

dalam beberapa dekade terakhir pada Islam dan

umat muslim. Perilaku tersebut disebut

Islamofobia. Islamofobia adalah sebuah kata,

frase atau istilah baru yang merujuk pada

prasangka atau diskriminasi terhadap Islam atau

muslim (Himawan, 2008: 5). Himawan juga

menambahkan, Islamofobia dapat berupa tindakan

kekerasan secara fisik maupun verbal yang

dilakukan terhadap umat muslim, serta perusakan

properti lembaga-lembaga Islam. Perilaku

Islamofobia menyebar luas setelah adanya tragedi

11 September 2011 atau tragedi 9/11 di Amerika

Serikat, ketika WTC (World Trade Center) dan

pangkalan militer, Pentagon, diserang oleh

sejumlah teroris Islam fundamentalis. Ratusan

nyawa jadi korban tragedi tersebut.

The Runnymed Trust4 mengartikan Islamofobia

sebagai ketakutan berlebih dan kebencian

terhadap Islam dan seluruh muslim (the runnymed

trust, 1997). Islamofobia juga dipandang sebagai

suatu fenomena yang disebabkan karena

4 sebuah lembaga survei Inggris yang bergerak di

bidang etnisitas dan keragaman budaya

Kritik terhadap ..., Nisa Nurlita Husna, FIB UI, 2014

Page 7: FORMULIR PERSETUJUAN PUBLIKASI NASKAH …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20369061-MK-Nisa Nurlita Husna.pdf · Akan ditulis dalam bahasa Inggris dan dipresentasikan sebagai makalah

7

masyarakat muslim tidak dapat sepenuhnya

berpartisipasi dalam masyarakat umum di dunia

barat. The Runnymed Trust kemudian meneliti

adanya dua cara pandang terhadap Islam, yaitu

pandangan terbuka dan tertutup mengenai Islam.

Menurut Runnymed Trust, pandangan terbuka

mengenai Islam berupa rasa hormat kepada Islam

dan umat muslim. Sementara itu, pandangan

tertutup mengenai Islam berbanding terbalik

dengan pandangan terbuka. Terdapat delapan poin

pandangan tertutup terhadap Islam antara lain:

1. Islam dipandang sebagai sebuah blok monolitik,

statis dan tidak responsif terhadap perubahan.

2. Islam dilihat sebagai suatu hal yang terpisah

dan ‘liyan’5. Ia tidak memiliki nilai-nilai yang

sama dengan budaya lain, tidak terpengaruh dan

tidak mempengaruhi mereka.

3. Islam dianggap sebagai inferior dari budaya

Barat. Islam juga dipandang sebagai sesuatu yang

barbar, irasional, primitif, dan seksis.

4. Islam dilihat sebagai sebuah kekerasan,

sesuatu yang bersifat agresif, mengancam,

mendukung terorisme, dan terlibat dalam

bentrokan peradaban.

5. Islam dipandang sebagai sebuah ideologi

politik, yang digunakan untuk keuntungan politik

atau militer.

6. Kritik dari muslim mengenai dunia Barat,

ditolak mentah-mentah.

7. Permusuhan terhadap Islam digunakan untuk

membenarkan praktik diskriminasi terhadap

Muslim dan pengucilan Muslim dari masyarakat

pada umumnya.

8. Permusuhan anti-Muslim dipandang sebagai

sesuatu yang alami dan normal.

Pandangan tertutup terhadap Islam inilah yang

kemudian menimbulkan sikap diskriminasi.

Persepsi bahwa Islam lebih inferior dibanding

budaya Barat juga muncul seiring munculnya

ketakutan tersebut. Bahkan sebagian cenderung

memandang Islam sebagai aliran politik, bukan

agama.

Permasalahan terkait masyarakat muslim juga

terjadi di Prancis. Tidak ada sensus resmi

mengenai ras dan agama di Prancis karena sensus

penduduk Prancis tak pernah menyertakan agama

dan ras individu sesuai dengan hukum Prancis 6

Januari 1978, pasal 8 yang berbunyi: <<Il est

interdit de collecter ou de traiter des données à

caractère personnel qui font apparaître,

directement ou indirectement, les origines

raciales ou ethniques, les opinions politiques,

philosophiques ou religieuses.>>.

5 Yang lain/orang lain

‘Dilarang mengumpulkan atau memproses data

pribadi yang tampak, langsung maupun tak

langsung, rasial atau asal etnik, aliran/ pendapat

politik, filosofi atau agama’(Le Figaro, 5 April

2011).

Akan tetapi, media massa Le Figaro edisi 5 April

2011 memaparkan bahwa INSEE (Institut

national de la statistique et des études

économiques ) dan INED (l'Institut national des

études démographiques) pada tahun 2010

mencatat jumlah muslim di Prancis mencapai

sekitar 2,1 juta jiwa. Sementara, menurut Le

Figaro, le ministère de l'Intérieur (Menteri Dalam

Negeri) Prancis mencatat terdapat sekitar 5

hingga 6 juta jiwa di Prancis. Muslim di Prancis

tergolong dalam kelompok minoritas yang

tumbuh secara cepat (AlSayyad et al, 2002: 147).

Pada tahun 2010, terdapat sekitar 5-6 juta

penduduk muslim di negara ini. Penduduk muslim

ini mayoritas merupakan imigran yang berasal

dari kawasan Afrika Utara. Aljazair menempati

urutan pertama, kemudian diikuti oleh Maroko di

urutan kedua.

Para imigran datang ke Prancis pasca Perang

Dunia II. Mayoritas imigran ini adalah para pria

yang datang dengan motif ekonomi. Kedatangan

imigran pada masa pasca PD II tersebut

membawa dampak sosial yang lebih besar dari

kedatangan imigran sebelumnya karena adanya

perbedaan budaya dan latar belakang sejarah yang

terlalu jauh antara para imigran tersebut dengan

masyarakat Prancis. (Miranda, 2007:1-2). Begitu

pula dengan imigran asal Afrika, khususnya

Afrika Utara, yang memiliki latar belakang

budaya yang jauh berbeda dari masyarakat

Prancis. Imigran Afrika Utara merupakan

masyarakat dengan ras Arab dan mayoritas

memeluk agama Islam. Agama Islam terasa asing

di Prancis yang mayoritas masyarakatnya

merupakan pemeluk agama Katolik. Para imigran

ini kemudian menolak kembali ke negaranya dan

menjalani hidup bersama para keturunannya di

Prancis.

Permasalahan terkait Islam dan muslim muncul

kala Prancis menegakkan hukum sekulernya yang

bagi sebagian masayarakat muslim di Prancis sulit

dipatuhi. Misalnya adalah pelarangan

mengenakan atribut agama yang diatur dalam

hukum. Bagi wanita muslim, mengenakan hijab,

yang merupakan atribut agama, adalah

menjalankan perintah Tuhan sekaligus sebagai

identitasnya. Hal ini jelas bertentangan dengan

hukum di negaranya. Citra buruk terhadap Islam

juga kian menguat dan menyebar di seluruh dunia

Kritik terhadap ..., Nisa Nurlita Husna, FIB UI, 2014

Page 8: FORMULIR PERSETUJUAN PUBLIKASI NASKAH …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20369061-MK-Nisa Nurlita Husna.pdf · Akan ditulis dalam bahasa Inggris dan dipresentasikan sebagai makalah

8

kala peristiwa 9/11 terjadi, tak terkecuali di

Prancis.

Polemik Pain Au Chocolat yang timbul dari

pidato Jean-François Copé ditambah

permasalahan sosial terkait diskriminasi suatu

golongan yang tengah terjadi di negaranya,

membuat IAM bersuara lewat sebuah lagu yang

diberi judul serupa dengan polemik yang

menginspirasinya. IAM melontarkan kritik sosial

dan sindiran terhadap sejumlah pihak melalui lagu

ini. IAM dalam lagu ini menempatkan diri

sebagai golongan minoritas yang kerap merasa

mendapat perlakuan yang berbeda dari

masyarakat Prancis pada umumnya. Untuk

melihat isi kritik dan sindiran tersebut, lirik akan

dibahas secara mendalam.

Jean-François Copé dan Pidatonya yang

Dianggap Berbau Islamofobia

Jean-François Copé saat ini menjabat sebagai

Presiden dari partai UMP (Union pour

Mouvement Populaire). Tahun 2012 silam, dalam

pidato kampanyenya untuk pemilihan presiden

UMP di Draguignan, ia mengatakan:

« Il est des quartiers où je peux comprendre

l’exaspération de certains de nos compatriotes,

père ou mère de famille rentrant du travail le soir,

apprenant que leur fils s’est fait arracher son

pain au chocolat par des voyous qui lui

expliquent qu’on ne mange pas pendant le

ramadan »6.

‘Terdapat sejumlah daerah yang dapat saya

pahami kekesalan dari beberapa saudara sebangsa

kita. Ayah atau ibu sebuah keluarga pulang kerja

di sore hari, kemudian mengetahui bahwa kue

coklat anak mereka dirampas oleh para

berandalan dengan alasan bahwa mereka tidak

boleh makan selama bulan Ramadhan’

Sejumlah media massa seperti Le Figaro pada 11

Oktober 2012 silam memberitakan CCIF dan

CFCM menilai bahwa kalimat tersebut

mengandung kebencian terhadap masyarakat

muslim. Copé dianggap melakukan pencemaran

nama baik umat muslim atas nama bulan

Ramadhan (Magnenet, 2012). Pernyataan Copé

6 Dikutip dari “Présidence de l'UMP: Copé, le

pain au chocolat et le ramadan”, www.lexpress.fr,

6 Oktober 2012.

juga disangkal oleh CCIF7karena tidak terbukti

kebenarannya. Situasi yang digambarkan Copé

adalah perampasan kue coklat oleh berandalan

kepada seorang anak kecil di lingkungan

bermainnya atau sekolah. Sementara menurut

CCIF, bulan Ramadhan beberapa tahun terakhir

jatuh pada libur musim panas sehingga anak-anak

tidak berangkat sekolah. CFCM dikabarkan telah

melayangkan gugatan pada Copé atas

pernyataannya tersebut (Francetvinfo, 10

November 2012). Sementara itu, untuk

melakukan dialog dengan masyarakat terkait isu

perampasan kue coklat, sejumlah relawan CCIF

turun ke jalan dan membagi-bagikan kue coklat di

depan stasiun Saint-Lazare (Francetvinfo, 10

November 2012). Meski demikian, permasalahan

berakhir damai setelah diadakan pertemuan antara

presiden CFCM, Mohammed Moussaoui dan

Jean-François Copé, kemudian CFCM mencabut

gugatan terhadap Copé (Le Figaro, 10 Januari

2013).

Polemik tersebut menarik perhatian IAM yang

lantas dalam karya terbarunya bersuara mengenai

kondisi di negaranya yang tengah sibuk

memperdebatkan masalah agama dan peraturan

negara. Dalam lagu ini IAM beberapa kali secara

tegas menyindir Copé atas pidatonya:

<<- Bonjour Madame

- Bonjour Jean-François ça va ?

- Oui

- Je te sers quoi aujourd'hui ?

- Je voudrais un pain au chocolat s'il vous plait

- Mhmm, tu ne dois pas être au courant mais c'est

assez dangereux d'en manger en ce moment.

- Ah bon ?

- Je te suggère plutôt un croque monsieur ou

vraiment le plus sur, le rouleau à la saucisse pure

porc >>

‘– Selamat pagi, Bu

- Pagi Jean François, apa kabar?

- Baik.

- Kamu mau apa hari ini?

- Saya mau roti coklat

- Mhmm, kamu pasti tidak tahu tapi agak

berbahaya memakannya saat ini

- Oh, ya?

- Saya lebih menyarankan un croque monsieur

atau yang lebih pasti, le rouleau à la saucisse

pure porc’

7 CCIF (Le Collectif Contre l'Islamophobie en

France): Sebuah asosiasi hukum yang bertujuan

untuk melawan diskriminasi, prasangka buruk

serta agresi terhadap muslim oleh pelaku

Islamofobia

Kritik terhadap ..., Nisa Nurlita Husna, FIB UI, 2014

Page 9: FORMULIR PERSETUJUAN PUBLIKASI NASKAH …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20369061-MK-Nisa Nurlita Husna.pdf · Akan ditulis dalam bahasa Inggris dan dipresentasikan sebagai makalah

9

Terkait isu perampasan roti coklat oleh

berandalan pada bulan Ramadhan. Penjual roti

menyarankan pada Jean-François untuk membeli

dua jenis roti tersebut dibanding roti coklat.

Biasanya un croque monsieur diisi dengan daging

babi dan le rouleau à la saucisse pure porc juga

menggunakan sosis dari daging babi. Kedua jenis

roti tersebut sama-sama mengandung daging babi

yang haram atau tidak boleh dimakan oleh umat

Islam, sehingga Jean-François, sang pembeli,

tidak perlu cemas rotinya akan direbut oleh para

berandalan dengan alasan bulan Ramadhan. Lirik

tersebut merupakan sindiran yang dialamatkan

IAM kepada Jean-François Copé. Pemilihan nama

Jean-François untuk pemuda kecil yang tengah

membeli roti diambil dari nama Jean-François

Copé. Hal ini ditujukan untuk mempertegas

sindiran pada Copé.

<< Des couplets maladroits pour terroriser le

petit Jean-François >>

‘Lirik-lirik canggung untuk meneror (menakut-

nakuti) Jean-François kecil.’

Kata-kata ini diulang sebanyak empat kali dalam

lagu untuk menekankan sindiran terhadap Jean-

François atas pidatonya di Draguignan.

Perdebatan Terkait Atribut Agama: Identitas

Umat Muslim vs. Hukum Sekuler Prancis

Sebagai negara yang bersifat laïque8

, Prancis

melarang penggunaan atribut agama dalam ruang

publik. Nesïbe Hïcret Soy dalam artikelnya yang

berjudul Islamophobia Rises in France as Identity,

Economic Crises Meet (2013) menerangkan

bahwa tahun 2004, penggunaan atribut

keagamaan dilarang di sekolah menengah atas di

Prancis, termasuk penutup kepala, sepeti hijab.

Tak lama kemudian, larangan tersebut diperluas

hingga ke universitas. Terhitung April 2011,

Prancis secara resmi melarang penggunaan burqa

di publik. Di bawah peraturan hukum, siapa pun

yang mengenakan burqa akan didenda sebesar

150 euro atau dipaksa mengikuti pendidikan

kewarganegaraan Prancis. Muncul banyak

perdebatan seputar isu ini. Seperti yang

diungkapkan IAM:

<< Il y en a qui se demande toujours ce qu’on

fout là, nos boubous et nos foulards.>>

8 Laïque atau sekuler: pemisahan agama dengan

urusan negara.

‘Selalu ada yang mempertanyakan apa yang kami

lakukan di sana, boubou9 dan jilbab kami’

Menurut IAM, perdebatan seputar burqa atau

hijab telah berdampak negatif pada masyarakat.

IAM mengungkapkan penggunaan boubou

ataupun foulard masih tidak sepenuhnya diterima

masyarakat. Pendapat IAM didasari oleh kondisi

Prancis yang selama beberapa tahun terakhir

mengalami permasalahan antara peraturan negara

yang sekuler dengan fakta bahwa sekitar lima juta

penduduk Prancis adalah umat muslim yang tidak

lepas dari atribut keagamaan sebagai identitasnya,

khususnya wanita muslim (muslimah). Para

wanita muslim menolak menanggalkan atribut

keagamaannya yang berarti menentang peraturan

Negara Prancis. Dampaknya, para pengguna

burqa atau hijab, kesulitan mengakses beberapa

layanan publik, bahkan beberapa melaporkan

perlakuan tidak menyenangkan yang mereka

alami akibat pakaian mereka. Meski tidak seluruh

masyarakat Prancis menolak pengguna hijab atau

burqa, para wanita muslim ini kerap merasa

terasing dari sosial dan sulit mendapatkan

pekerjaan.

Menurut IAM, muncul banyak perdebatan terkait

penggunaan hijab dan burqa di ruang publik.

Mereka juga berpendapat bahwa perdebatan tanpa

hasil tersebut kerap kali hanya menimbulkan

permusuhan antar golongan masyarakat tertentu

di Prancis. Akhenaton, salah satu anggota IAM,

menjelaskan lebih lanjut mengenai lirik ini dalam

sebuah wawancara dengan Le Nouvel Obs pada

19 April 2013 silam: <<On a devrais soucis qu'on

lie à des débats stériles sur le voile ou le minaret.

Alorsque la France se vide de son sang>>

‘Kita harus khawatir bahwa kita terikat dalam

sebuah debat steril (debat tanpa hasil) mengenai

hijab dan menara masjid. Sementara Prancis

kehabisan darah.10

Berbagai laporan mengenai beberapa tindak

kekerasan terhadap wanita berhijab menjadi salah

satu contoh permusuhan yang timbul akibat

perdebatan tersebut. Permusuhan sesama warga

Prancis ini yang kemudian menjadi kekhawatiran

bagi IAM.

<<La peur débarque et ses fruits sont gorgés de

violence

S’appliquant à donner de nous une image

detestable>>

9 Sejenis jubah, pakaian tradisional Afrika

10 Prancis dalam masalah besar

Kritik terhadap ..., Nisa Nurlita Husna, FIB UI, 2014

Page 10: FORMULIR PERSETUJUAN PUBLIKASI NASKAH …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20369061-MK-Nisa Nurlita Husna.pdf · Akan ditulis dalam bahasa Inggris dan dipresentasikan sebagai makalah

10

‘Ketakutan muncul dan akibatnya penuh akan

kekerasan.

Berlaku untuk memberikan kami citra yang

menyebalkan.’

Kekerasan yang terjadi berupa kekerasan fisik

maupun verbal. Menurut IAM, kekerasan verbal

yang dialamatkan pada umat muslim hampir

mereka terima setiap hari, termasuk dari media

massa.

<< Toujours les mêmes mots qu’on entend, mais

ça passé mieux ce coup là. Banalisé le discours se

durcit, et nous, on encaisse. On sent l’impact de

chaque propos relaté par la presse>>

‘Kami selalu mendengar kata-kata yang sama,

meski saat ini hal tersebut menjadi lebih baik di

sana. Wacana biasa yang menguat, dan kami,

kami menerima. Kami merasakan dampak dari

setiap kata-kata yang dikeluarkan oleh pérs.’

Menurut IAM, mereka selalu mendengar kata-

kata yang sama. Kata-kata yang sama ini tidak

dapat diartikan sebagai hal yang positif.

Perkataan negatif ini merupakan bentuk kekerasan

verbal yang dilakukan oleh pelaku Islamofobia.

Seperti yang diberitakan oleh New York Times

pada 18 Juni 2013 adalah sebuah kasus

penyerangan seorang wanita muslim yang terjadi

pada di Argenteuil. Wanita berusia 21 tahun yang

tengah hamil empat bulan ini diserang dua orang

pria asing, hingga keguguran. Pelaku penyerangan

mengumpat-umpat, melepas paksa hijab sang

wanita kemudian menendang perutnya yang

berakibat ia kehilangan bayi dalam rahimnya.

Prasangka Buruk terhadap Muslim oleh

Masyarakat Prancis

Perdebatan terkait muslim tak hanya sebatas

pelarangan burqa, melainkan tentang stereotip

negatif yang melekat pada Islam atau kaum

muslim:

<<Avant on était des bougnoules, négros, ou

basanés. Maintenant on est tous terroristes et

maîtres artificiers. Et c’est reparti, les gens

deviennent fous, la haine fête son retour>>

‘Sebelumnya kami adalah bougnoules,11

negro,12

atau basané13

. Sekarang kami semua adalah

11

Bougnoule: sebutan untuk orang-orang Afrika

Utara, memiliki konotasi negatif.

(http://oumma.com/Le-Bougnoule-sa-

signification) 12

Negro: kulit hitam 13

Basané: kulit coklat, hitam karena matahari

teroris dan ahli bom. Dan mulai lagi, orang-orang

jadi gila, kebencian merayakan kedatangannya

kembali.’

Potongan lirik tersebut menceritakan, imigran

atau keturunan imigran Afrika sebelumnya adalah

bougnoule, negro, atau basané. Sebutan-sebutan

berkonotasi negatif tersebut diberikan masyarakat

Prancis kulit putih pada imigran atau keturunan

Afrika. Sebutan rasial ini tak lepas dari stereotipe

ras terkait. Tidak dipungkiri, awal kedatangan

para imigran asal Afrika ini adalah untuk mencari

pekerjaan di Prancis, dengan keadaan imigran

yang tidak berpendidikan dan berkeahlian khusus.

Pekerjaan yang mereka lakukan adalah pekerjaan-

pekerjaan kasar yang berat. Sebagian besar dari

mereka adalah para pria yang bekerja sebagai

buruh di sektor-sektor industri (AlSayyad et al,

2002: 131-132). Dalam buku Muslim Euro or

Euro-Muslim karya AlSayyad dan kawan-kawan

(2002) menyatakan bahwa tidak semua imigran

ini mampu berbaur secara politik maupun sosial

dengan masyarakat Prancis. Akibatnya, imigran

Afrika dengan tingkat ekonomi sosial yang

rendah ini cenderung menjadi terlihat berbeda

dari masyarakat Prancis kulit putih. Stereotipe

tersebut masih melekat pada keturunan-keturunan

imigran meski mereka telah secara de facto

merupakan warga negara Prancis. Kini sebutan

buruk kepada para imigran dan keturunannya

telah berganti, tak hanya sekadar dijuluki

masyarakat dengan kesejahteraan yang rendah,

tetapi juga disebut sebagai teroris dan ahli bom.

Julukan ini merujuk pada masayarakat ras Afrika

yang juga mayoritas adalah kaum muslim. Hal ini

berkaitan dengan aksi terorisme yang dilakukan

para muslim radikal yang melakukan tindak

kriminal dengan kerap mengatasnamakan agama.

Pemberitaan media mengenai pemboman yang

dilakukan oleh sejumlah kaum muslim radikal

atas nama terorisme, secara tidak langsung

menumbuhkan pencitraan negatif terhadap umat

muslim ataupun Arab di mata masyarakat Barat.

Sejumlah masyarakat bahkan mengeneralisasikan

bahwa semua orang Arab dan muslim identik

dengan kekerasan atau terorisme. Seperti yang

diungkapkan IAM:

<< Les plus atteints voient des Merah partout. Ils

pensent qu’on est tous armés jusqu’aux dents.

Attendant patiemment, une belle occase pour

verser le sang >>

‘Mereka yang paling terpengaruh melihat Merah

di mana-mana. Mereka pikir kami bersenjata

hingga ke gigi. Menunggu dengan sabar,

kesempatan baik untuk menumpahkan darah’

Kritik terhadap ..., Nisa Nurlita Husna, FIB UI, 2014

Page 11: FORMULIR PERSETUJUAN PUBLIKASI NASKAH …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20369061-MK-Nisa Nurlita Husna.pdf · Akan ditulis dalam bahasa Inggris dan dipresentasikan sebagai makalah

11

Mohammed Merah adalah seorang warga Prancis

keturunan Aljazair. Ia diberitakan sebagai seorang

teroris akibat ulahnya menghabisi tujuh nyawa,

tiga di antaranya adalah anak-anak (BBC News

Europe, 22 Maret 2012). Istilah teroris diberikan

karena aksi pembunuhannya dikaitkan dengan

aliran agama yang dianut oleh Merah.

Peristiwa terkait Merah adalah salah satu tindak

kriminal yang dilakukan oleh seorang muslim.

Dari potongan lirik ini, IAM mengatakan bahwa

satu hal yang dilakukan seorang muslim seperti

Merah membuat para muslim lainnya terlihat

sama seperti Merah, yakni pelaku kriminal yang

mengerikan. Masyarakat lain memandang mereka

(muslim) seolah bersenjata hingga ke gigi dan

selalu menunggu dengan sabar kesempatan untuk

menumpahkan darah, artinya bahwa kaum

muslim dipandang berbahaya dan menyukai

kekerasan. Dari sudut pandang IAM, ketakutan

dan prasangka buruk masyarakat terhadap muslim

akibat sejumlah muslim yang melakukan tindak

kriminal menimbulkan kecurigaan terhadap

semua muslim:

<<Les soupçons nous ciblent souvent, sérieux

c’est saoulant.......

Comme si le mal était grave sur nos visages>>

‘Kecurigaan kerap menarget kami, sungguh ini

menjengkelkan...

seolah keburukan menempel di wajah kami’

<< Comme si les memes tuaient au Darfour et

braquaient les Carrefour. Comme si les types qui

à Bagdad attaquaient. Venaient dans nos rues,

armés carjacker>>

‘Seolah-olah orang-orang yang sama yang

membunuh di Darfour14

dan merampok

Carrefour15

. Seolah-olah orang-orang yang

menyerang di Bagdad. Datang ke jalan (tempat)

kami, perampok mobil bersenjata’

Diskriminasi Muslim dalam Kehidupan Sosial

Pasca tragedi 9/11, stereotip Islam dan Arab

khususnya di negara barat menjadi cenderung

negatif. Ketakutan dan kecemasan masyarakat

terhadap muslim tercermin melalui sikap dalam

kehidupan sosial. IAM melihat beberapa

fenomena tersebut terjadi di negaranya. Salah satu

contoh kasus yang disebutkan IAM adalah

14

Sebuah kawasan di bagian timur Sudan yang

tengah berkonflik sejak tahun 2003. 15

Ritel multinasional milik Prancis

permasalahan ekonomi atau yang menyangkut

pekerjaan:

<< Les mauvais noms sur le CV et voilà le job

qui s’en va>>

“Nama buruk dalam CV dan pekerjaan melayang”

Kritik IAM ini terkait teguran Amnesty

International16

kepada beberapa negara Eropa,

khususnya Prancis (Le Figaro, 25 April 2012),

mengenai diskriminasi muslim di dunia kerja.

Beberapa perusahaan tertentu menolak sesorang

bekerja di tempatnya karena pelamar memiliki

nama yang berbau Islam atau mengenakan atribut

agama. Di Prancis sejak tahun 1960, 1970 dan

awal 1980, para pekerja yang merupakan migran

muslim terkadang dibedakan dengan pekerja

lainnya oleh atasannya (AlSayyad, et al, 2002:

132). Sebuah studi milik David Laitin, Claire

Adida, dan Marie-Anne Valfort yang berjudul Les

Français musulmans sont-ils discriminés dans

leur propre pays? Une étude expérimentale sur le

marché du travail (2010) memaparkan bahwa

seseorang dengan nama berbau Islam memiliki

peluang 2,5 kali lebih kecil untuk mendapatkan

pekerjaan dibanding mereka yang tidak memiliki

nama berbau Islam. Dari 275 CV (Curriculum

Vitae) yang dikirim ke sebuh perusahaan, hanya

8% kandidat muslim yang diterima.

Permasalahan dikriminasi ekonomi atau

pekerjaan terhadap Muslim diteliti oleh Laitin dan

kawan-kawan. Dalam penelitian tersebut

dikemukakan bahwa diskriminasi pekerjaan

terhadap muslim kemungkinan berkaitan erat

dengan sejarah Prancis. Jumlah imigran yang

datang mencari pekerjaan di Prancis sangat

banyak dan beberapa dari mereka justru

menimbulkan masalah bagi Prancis. Laitin

mengungkapkan bahwa imigran non-muslim,

tepatnya imigran umat kristian, datang lebih dulu

ke Prancis. Kebanyakan dari mereka berasal dari

negara-negara tetangga di benua Eropa. Beberapa

tahun setelahnya, imigran muslim, yang

kebanyakan berasal dari negara-negara Afrika

bekas kolonial Prancis, datang mencari ke Prancis.

Hal ini, menurut Laitin, dkk, berpengaruh pada

permasalahan perekonomian mereka. Imigran

Kristian datang terlebih dulu ke Prancis dan

memiliki koneksi kerja yang lebih kuat dibanding

imigran muslim yang datang setelahnya.

16

Sebuah organisasi non-pemerintah yang

bertujuan memperjuangkan hak asasi manusia dan

beranggotakan lebih dari tiga juta orang yang

tersebar di seluruh dunia.

Kritik terhadap ..., Nisa Nurlita Husna, FIB UI, 2014

Page 12: FORMULIR PERSETUJUAN PUBLIKASI NASKAH …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20369061-MK-Nisa Nurlita Husna.pdf · Akan ditulis dalam bahasa Inggris dan dipresentasikan sebagai makalah

12

Laitin dan kawan-kawan juga melakukan sebuah

percobaan menggunakan tiga buah CV untuk

melamar pekerjaan. CV pertama dari seorang

kandidat yang diberi nama khas Prancis: Aurélie

Ménard. Dua kandidat berikutnya diberikan nama

keluarga (marga) khas Senegal, yaitu Diouf. Akan

tetapi, mereka dibedakan dari nama depannya.

Kandidat kedua bernama khas Islam: Khadija

Diouf. Sementara kandidat ketiga bernama khas

Kristen: Marie Diouf. Ketiga kandidat tersebut

melamar untuk sebuah pekerjaan dengan posisi

yang menuntut mereka untuk sering berhubungan

dengan pelanggan atau mitra bisnis dan ketiga

kandidat memiliki kriteria yang sama: usia 24

tahun, memiliki tiga tahun pengalaman kerja di

bidang serupa, latar belakang pendidikan yang

sama dan tempat tinggal yang berasal dari kelas

ekonomi yang sama.

Ketiga CV kandidat disebar di beberapa

perusahaan berbeda dengan lamaran terhadap

suatu posisi kerja yang sama. Dua kandidat

melamar suatu perusahaan yang sama. Kandidat

dijadikan berpasangan: Aurélie Ménard dan

Khadija Diouf; Aurélie Ménard dan Marie Diouf.

Marie Diouf dan Khadija Diouf tidak

dipasangkan karena khawatir menimbulkan

kecurigaan dari pihak perusahaan. Hasil dari

percobaan ini adalah pasangan Aurélie Ménard

dan Marie Diouf mendapat lebih banyak respon

positif dibanding pasangan Khadija Diouf.

Respon positif yang dimaksud adalah bahwa

kandidat yang melamar dipanggil oleh pihak

perusahaan untuk seleksi pegawai tahap

berikutnya, sementara respon negatif artinya jika

kandidat tidak mendapat panggilan dari

perusahaan atau secara tegas ditolak. Secara

keseluruhan, kandidat bernama Aurélie Ménard

mendapat lebih banyak respon positif dibanding

Marie Diouf dan Khadija Diouf. Sementara hasil

perbandingan antara dua Diouf adalah Marie

Diouf mendapat 100 respon positif, sementara

nama Khadija Diouf mendapat 38 respon positif,

hampir 2,5 kali lebih rendah dari Marie Diouf.

Selain itu, penelitian ini juga membuktikan bahwa

muslim rata-rata mendapat penghasil sekitar 400

euro lebih rendah dibanding non-muslim.

Ketidakberdayaan Menghadapi Diskriminasi

Sebagian bentuk permasalahan terkait Islam dan

muslim dapat dikomunikasikan dengan dialog

untuk menemukan jalan keluar terbaik bagi semua

pihak. Meski demikian, IAM melihat adanya

beberapa permasalahan dan reaksi negatif terkait

Islam dan muslim, sulit diuraikan untuk kemudian

ditemukan jalan keluarnya. Dari sudut pandang

IAM, sebagian muslim yang merasa dirugikan tak

mampu berbuat banyak.

<< Qu’est-ce qu’on peut dire ? Qu’est-ce qu’on

peut faire ? Nos ambitions, tant de bouteilles à la

mer, amer.>>

<< Qu’est-ce qu’on peut dire ? Qu’est-ce qu’on

peut faire ? Flirter avec la fille de l’enfer,

amer>>

‘Apa yang dapat kami katakan? Apa yang dapat

kami lakukan? Ambisi kami sebanyak botol di

lautan. Getir.’

‘Apa yang dapat kami katakan? Apa yang dapat

kami lakukan? Berpacaran dengan gadis dari

neraka. Getir.’

<<On devrait écrire quoi ?>>

‘Apa yang harus kami tulis?’

Ketiga baris lirik tersebut tersebut diulang hingga

empat kali dalam lagu. Lirik tersebut seolah

menggambarkan ketidakberdayaan golongan yang

terdiskriminasi. Menurut IAM, beberapa faktor

yang menjadi alasan diskriminasi terkadang

adalah sesuatu yang mereka miliki secara alami

dan tak dapat terlepas dari mereka, seperti warna

kulit atau negara asal mereka:

<<Tout dépend d’une chose qu’on n’a pas

décidée

D’où on vient, qui on est, tous ces faits qu’on ne

peut pas renier>>

‘Semua tergantung dari hal yang tidak kami

putuskan (kehendaki). Dari mana kita berasal,

siapa kita, semua fakta ini adalah sesuatu yang tak

dapat kami sangkal.’

Kebencian dan prasangka buruk masyarakat

terhadap muslim tak lepas dari pandangan negatif

terhadap sejumlah golongan atau ras tertentu yang

diidentikkan dengan Islam. IAM melihat bahwa

kebencian terhadap Islam tidak selalu muncul

akibat reaksi muslim yang cenderung berbeda dari

masyarakat Prancis pada umumnya, contohnya

penggunaan hijab atau burqa. Namun demikian,

ada hal-hal lain yang menimbulkan prasangka

buruk akibat stereotip negatif suatu golongan atau

ras, misalnya pada masyarakat dengan ras Arab

atau campuran Arab. IAM menemukan adanya

ketidakberdayaan golongan atau masyarakat dari

ras ini atas perlakuan diskriminasi yang ia terima

karena perlakuan diskriminasi muncul dari

sesuatu yang tak dapat mereka ubah, seperti

identitas dan tempat asal mereka.

Kritik terhadap ..., Nisa Nurlita Husna, FIB UI, 2014

Page 13: FORMULIR PERSETUJUAN PUBLIKASI NASKAH …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20369061-MK-Nisa Nurlita Husna.pdf · Akan ditulis dalam bahasa Inggris dan dipresentasikan sebagai makalah

13

Kesimpulan

Lagu rap bagi para musisinya tak hanya sekadar

seni melainkan sebagai penegasan identitas

individu atau kelompok. Di Prancis, sebagian

besar musisi rap berasal dari keturunan imigran

yang tak luput dari kehidupan keras banlieue dan

stereotip buruk, baik sebagai penghuni banlieue

maupun sebagai masyarakat minoritas. Rap

merupakan sarana aktualisasi diri mereka serta

sebagai media untuk menyalurkan suara terkait

kehidupan sosial. Kritik-kritik seputar kehidupan

sosial kerap disisipkan para musisi rap dalam

karyanya, tak terkecuali IAM. Pain au Chocolat

merupakan satu dari karya-karya IAM lain yang

berisi sindiran dan kritik mengenai permasalah

Islamofobia yang tengah terjadi di negaranya.

Islamofobia menjadi permasalahan tersendiri

khususnya di negara-negara barat, termasuk

Prancis. Hal ini terlihat ironi mengingat Islam saat

ini menempati peringkat kedua sebagai agama

yang paling banyak dianut di Prancis. Prancis tak

dapat memungkiri sekitar 10% dari populasinya

adalah warga negara keturunan Afrika, yang

merupakan bekas kolonial Prancis. Sebagian dari

mereka, khususnya mereka yang berasal dari

Afrika Utara, datang dengan membawa serta

budaya dan keyakinan yang menjadi gaya hidup

mereka, yaitu Islam. Islamofobia di Prancis

berkembang seiring maraknya serangkaian aksi

terorisme yang mengatasnamakan agama Islam.

IAM menemukan beberapa bentuk diskriminasi

terhadap terhadap muslim akibat adanya

Islamofobia ini. IAM merasa beberapa bentuk

diskriminasi hanya berakibat pada perpecahan

antargolongan yang menimbulkan masalah dalam

sesama masyarakat Prancis sendiri. Akan tetapi,

seperti halnya lagu IAM yang lain, meski

memasukkan sejumlah kritik dan sindiran

terhadap permasalahan sosial, IAM, dalam sebuah

wawancara dengan Le Nouvel Obs pada 19 April

2013 lalu, mengaku bahwa mereka memosisikan

diri sebagai pengamat yang menceritakan ulang

apa yang mereka saksikan, tanpa bermaksud

menggurui masyarakat.

Daftar Acuan

AlSayyad, Castell, et al. (2002). Muslim Europe

or Euro-Islam. Maryland: Lexington

Books.

Chartier, Claire. (2013). “Islam, le danger

communautariste”. L’express 27

Novembre 2013.

http://www.lexpress.fr/actualite/societe/rel

igion/islam-le-danger

communautariste_1289891.html#HAiJWJv

Zzzhue1iV.99 diakses tanggal 7 Januari

2014, 13.01 WIB.

Erlanger, Steven (2013). “Muslim Woman Suffers

Miscarriage After Attack in France”. The

New York Times June 18 2013.

http://www.nytimes.com/2013/06/19/worl

d/europe/muslim-woman-suffers-

miscarriage-after-attack-in-france.html,

diakses tanggal 10 Januari 2014, 12.17

WIB.

Government of UK (2013). “Types of

Discrimination”. Discrimination: Your

Rights.

https://www.gov.uk/discrimination-your-

rights/types-of-discrimination, diakses

pada 11 Februari 2014, 16.05 WIB.

Griffin, Monica Denise (1998). The Rap on Rap

Music: The Social Construction of

African-American Identity. Disertasi,

Department of Sociology University of

Virginia.

http://search.proquest.com/docview/30449

2464/fulltextPDF/93E3D4F942B24A08PQ

/1?accountid=17242, diakses pada 18

Februari 2014, 21.07 WIB.

Hidayat, Ferry. (2003). Dampak Diskriminasi

terhadap Peluang Hidup Etnis Tionghoa.

Skripsi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu

Politik Universitas Indonesia.

Himawan, Eko. (2008). Islamofobia di Amerika

Pasca 11 September 2001, Kasus Kapten

James Yee. Tesis, Program Kajian

Wilayah Amerika Program Pascasarjana

Universitas Indonesia.

Laitin, David, Adida, Claire and Valfort, Marie-

Anne. (2010). Les Français Musulmans

Sont-ils Discriminés dans Leur Propre

Pays? Une Etude Expérimentale sur Le

Marché du Travail. http://sites.univ-

lyon2.fr/chaire-

egalite/IMG/pdf/testing_religion_RAPPO

RTLAITIN.pdf, diakses pada 30 Desember

2013,12.47 WIB.

Lasman, Diah Kartini. (2010). Representasi

Identitas Kaum Muda Imigran di Prancis

dalam Lagu-lagu Rap karya Rohff . Tesis,

Kritik terhadap ..., Nisa Nurlita Husna, FIB UI, 2014

Page 14: FORMULIR PERSETUJUAN PUBLIKASI NASKAH …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20369061-MK-Nisa Nurlita Husna.pdf · Akan ditulis dalam bahasa Inggris dan dipresentasikan sebagai makalah

14

Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya

Universitas Indonesia.

Magnenet, Jean-Christophe (2012). “Plainte

contre Copé après ses propos sur le pain au

chocolat”. Francetvinfo 11 Octobre 2012.

http://www.francetvinfo.fr/france/plainte-

contre-cope-apres-ses-propos-sur-les-

pains-au-chocolat_154107.html, diakses

pada 11 Februari 2014, 20.31 WIB.

Miranda, Airin. (2007). “Masalah Integrasi di

Prancis”.

http://staff.ui.ac.id/system/files/users/airin.

miranda/publication/masalahintegrasidipra

ncis-amx.pdf, diakses tanggal 2 Juli 2011,

12.56 WIB.

Monier, Jean-François (2012). “Présidence de

l'UMP: Copé, le pain au chocolat et le

ramadan”. L’Express 6 Octobre 2012.

http://www.lexpress.fr/actualite/politique

/cope-le-pain-au-chocolat-et-le-

ramadan_1171072.html, diakses pada 30

Desember 2013, 10.56 WIB.

Prévos, André J. M (2008). “Hip-hop, rap, and

repression in France and in the United

States”. Popular Music and Society.

http://search.proquest.com/docview/20807

6002/fulltext/142B6AE0662776D5773/2?a

ccountid=17242, diakses pada 2 Januari

2014, 12.23 WIB.

Rahmania, Atika Nur. (1996). Musik Sebagai

Bentuk Komunikasi. Skripsi, Fakultas

Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas

Indonesia.

Remes, Pieter (1991). “Rapping: A

Sociolinguistic Study of Oral Tradition in

Black Urban Communities in teh United

States”. Journal of the Anthropological

Society of Oxford Vol XXII.

http://www.isca.ox.ac.uk/fileadmin/ISCA/J

ASO/1991-22-2.pdf#page=33, diakses

pada 5 Februari 2014, 19.36 WIB.

Sokullu, Pelin. (2013) “Islamophobia in Europe”.

http://akademikperspektif.com/2013/11/04/

islamophobia-europe/ , diakses tanggal 29

Desember 2013, 15.02 WIB.

Soy, Nesïbe Hïcret (2013). “Islamophobia Rises

in France as Identity, Economic Crises

Meet “. Today’s Zaman 22 Septembre

2013. www.todayszaman.com/news-

327022-islamophobia-rises-in-france-as-

identity-economic-crises-meet.html,

diakses pada 20 Januari 2014, 09.10 WIB.

The Runnymede Trust. (1997). Islamophobia, A

Challenge of Us All. Commission on

British Muslims and Islamophobia .

www.runnymedetrust.org, diakses tanggal

5 Januari 2014, 13.58 WIB.

Tronche, Jean-Frédéric (2013). “VIDEO. IAM

met ses "Arts Martiens" sur le tapis”. Le

Nouvel Obs 19 Avril 2013.

http://obsession.nouvelobs.com/people/201

30417.OBS6002/video-iam-met-ses-arts-

martiens-sur-le-tapis.html, diakses pada 25

Januari 2013, 19.05 WIB.

U.S Equal Employment Opportunity Commision.

Discrimination by Type.

http://www.eeoc.gov/laws/types, diakses

pada 11 Februari 2014, 15.37 WIB.

Vampouille, Thomas (2011). “France : Comment

est Evalué Le Nombre de Musulmans”. Le

Figaro 5 Avril 2011.

http://www.lefigaro.fr/actualite-

france/2011/04/05/01016-

20110405ARTFIG00599-france-comment-

est-evalue-le-nombre-de-musulmans.php,

diakses pada 17 januari 21.04 WIB.

Whidden,Seth (2007). “French Rap Music Going

Global: IAM, They Were, We are”. The

French Review, Vol. 80, No.5.

www.jstor.org, diakses pada 30 Desember

2013, 14.32 WIB.

Wieviorka, Michel (2004). “The Stakes in The

French Sekulerism Debate”. Dissent,

Summer.

2004.http://literature.proquestlearning.com

/quick/displayProquestPdf.do?PQID=6729

17741, diakses pada 7 Januari 2014, 13.26

WIB.

“About Mediterranean Region”. Climagrimed.

http://www.fao.org/sd/climagrimed/c_2_0

2.html, diakses pada 18 Februari 2014,

20.57 WIB.

“Les Musulmans Victimes de Discrimination au

Travai”. Le Figaro 25 Avril 2012.

http://www.lefigaro.fr/emploi/2012/04/25/

09005-20120425ARTFIG00454-les-

musulmans-victimes-de-discrimination-au-

Kritik terhadap ..., Nisa Nurlita Husna, FIB UI, 2014

Page 15: FORMULIR PERSETUJUAN PUBLIKASI NASKAH …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20369061-MK-Nisa Nurlita Husna.pdf · Akan ditulis dalam bahasa Inggris dan dipresentasikan sebagai makalah

15

travail.php, diakses pada 16 Januari 2014,

12.36 WIB.

“Obituary: Toulouse gunman Mohamed Merah”.

BBC News Europe 22 March 2012.

http://www.bbc.co.uk/news/world-europe-

17456541, diakses pada 8 Januari 2014,

18.42 WIB.

“«Pain au chocolat» : le CFCM retire sa plainte

contre Copé”. Le Figaro 10 Janvier 2013.

http://www.lefigaro.fr/politique/2013/01/1

0/01002-20130110ARTFIG00001-pain-

au-chocolat-le-cfcm-maintient-sa-

plainte.php, diakses pada 17 Januari 2014,

20.35 WIB.

“Pain au chocolat: plainte contre Copé”. Le

Figaro 11 Octobre 2012.

http://www.lefigaro.fr/flash-

actu/2012/10/11/97001-

20121011FILWWW00771-pain-au-

chocolat-le-cfcm-porte-plainte.php,

diakses pada 17 Januari 2014, 20.45 WIB.

“Pain au Chocolat: La Chanson d’IAM qui Tacle

Jean-François Copé”. L’Express 24 Avril

2013.

http://www.lexpress.fr/culture/musique/pai

n-au-chocolat-la-chanson-d-iam-qui-tacle-

jean-francois-cope_1243875.html" \l

"qJcfsSeKhuwk3Gz7.99, diakses pada 17

Januari 2014, 20.33 WIB.

Kritik terhadap ..., Nisa Nurlita Husna, FIB UI, 2014