Formulasi Krim Pelembab Wajah Yang Mengandung Tabir 2

11
Farmaka, Volume 7 Nomor 1, April 2009 37 FORMULASI KRIM PELEMBAB WAJAH YANG MENGANDUNG TABIR SURYA NANOPARTIKEL ZINK OKSIDA SALUT SILIKON Dolih Gozali, Marline Abdassah, Anang Subghan. Sarah Al Lathiefah Fakultas Farmasi, Universitas Padjadjaran ABSTRAK Telah dilakukan penelitian mengenai formulasi krim pelembab wajah yang mengandung tabir surya nanopartikel zink oksida salut silikon dalam tiga variasi basis. Data pengamatan menunjukkan bahwa konsistensi, bau, warna, homogenitas, pH, dan viskositas formula Y (cutina MD 5%, setil alkohol 1%, stearil alkohol 1%) serta formula Z (cutina MD 5%, setil alcohol 1%, stearil alkohol 1%, dan viskolam) tetap stabil setelah penyimpanan selama 28 hari pada suhu ruangan.Uji pemisahan fase dilakukan dengan metode sentrifugasi dan dilaporkan bahwa formula Z stabil pada semua kecepatan (2500, 3000, 3750 rpm), sebaliknya formula X (cutina MD 5%) mengalami pemisahan. Berdasarkan pengukuran spektrofotometri UV pada panjang gelombang 280-400 nm diketahui bahwa formula Z mengabsorbsi 78,286 % intensitas sinar UV-B. Hasil uji keamanan dan kesukaan menyatakan bahwa formula Z tidak mengiritasi kulit, memiliki penampilan fisik yang baik, nyaman dipakai, dan mampu melembabkan. Kata kunci : Pelembab, Tabir surya, Nanopartikel, Zink Oksida Silikon ABSTRACT A research on the formulation of facial moisturizing cream containing nanoparticles zinc oxide silicon coated sunscreen in three various base has been done. Evaluation data shown that consistency, odor, color, homogenity, pH, viscosity of formula Y (cutina MD 5%, cetyl alcohol 1%, cetearyl alcohol 1%) and also formula Z cutina MD 5%, cetyl alcohol 1%, cetearyl alcohol 1%, viscolam 0,5%) were stable on 28 days storage in room temperature. Separation phase assay was done by centrifugation method and reported that formula Z was stable on whole rotation rate (2500, 3000, 3750 rpm), in contrast to formula X (cutina MD 5%) which occured separation phase. According to the UV spectrophotometer measurement on wavelength 280-400 nm, it was found that formula Z has absorbed 78,286 % UV-B rays intensity. The result of safety and satisfaction test stated that formula Z have no potency to skin iritation, have a good performance, comfortable, and also moisturize great enough. Keyword: Moisturizing, Sunscreen, Nanoparticle, Zinc oxide silicon

Transcript of Formulasi Krim Pelembab Wajah Yang Mengandung Tabir 2

Page 1: Formulasi Krim Pelembab Wajah Yang Mengandung Tabir 2

Farmaka, Volume 7 Nomor 1, April 2009

37

FORMULASI KRIM PELEMBAB WAJAH YANG MENGANDUNG TABIR SURYA NANOPARTIKEL ZINK OKSIDA SALUT SILIKON

Dolih Gozali, Marline Abdassah, Anang Subghan. Sarah Al Lathiefah

Fakultas Farmasi, Universitas Padjadjaran

ABSTRAK

Telah dilakukan penelitian mengenai formulasi krim pelembab wajah yang mengandung tabir surya nanopartikel zink oksida salut silikon dalam tiga variasi basis. Data pengamatan menunjukkan bahwa konsistensi, bau, warna, homogenitas, pH, dan viskositas formula Y (cutina MD 5%, setil alkohol 1%, stearil alkohol 1%) serta formula Z (cutina MD 5%, setil alcohol 1%, stearil alkohol 1%, dan viskolam) tetap stabil setelah penyimpanan selama 28 hari pada suhu ruangan.Uji pemisahan fase dilakukan dengan metode sentrifugasi dan dilaporkan bahwa formula Z stabil pada semua kecepatan (2500, 3000, 3750 rpm), sebaliknya formula X (cutina MD 5%) mengalami pemisahan. Berdasarkan pengukuran spektrofotometri UV pada panjang gelombang 280-400 nm diketahui bahwa formula Z mengabsorbsi 78,286 % intensitas sinar UV-B. Hasil uji keamanan dan kesukaan menyatakan bahwa formula Z tidak mengiritasi kulit, memiliki penampilan fisik yang baik, nyaman dipakai, dan mampu melembabkan. Kata kunci : Pelembab, Tabir surya, Nanopartikel, Zink Oksida Silikon

ABSTRACT

A research on the formulation of facial moisturizing cream containing nanoparticles zinc oxide silicon coated sunscreen in three various base has been done. Evaluation data shown that consistency, odor, color, homogenity, pH, viscosity of formula Y (cutina MD 5%, cetyl alcohol 1%, cetearyl alcohol 1%) and also formula Z cutina MD 5%, cetyl alcohol 1%, cetearyl alcohol 1%, viscolam 0,5%) were stable on 28 days storage in room temperature. Separation phase assay was done by centrifugation method and reported that formula Z was stable on whole rotation rate (2500, 3000, 3750 rpm), in contrast to formula X (cutina MD 5%) which occured separation phase. According to the UV spectrophotometer measurement on wavelength 280-400 nm, it was found that formula Z has absorbed 78,286 % UV-B rays intensity. The result of safety and satisfaction test stated that formula Z have no potency to skin iritation, have a good performance, comfortable, and also moisturize great enough.

Keyword: Moisturizing, Sunscreen, Nanoparticle, Zinc oxide silicon

Page 2: Formulasi Krim Pelembab Wajah Yang Mengandung Tabir 2

Formulasi Krim Pelembab (Dolih G)

38

PENDAHULUAN

Kulit adalah organ tubuh yang terletak

yang paling luar yang mempunyai fungsi

sangat penting yaitu menutupi dan

melindungi tubuh dari pengaruh

lingkungan serta merupakan pembungkus

tubuh yang sangat elastis. Pada kondisi

kulit tertentu, pelembaban diperlukan oleh

kulit untuk mempertahankan struktur dan

fungsinya. Pengaruh berbagai faktor baik

dari luar maupun dalam tubuh, misalnya:

udara kering, terik sinar matahari,

bertambahnya usia, ras, serta penyakit kulit

dapat menyebabkan kulit menjadi lebih

kering akibat kehilangan air oleh

penguapan yanag tidak kita rasakan.

Secara alamiah kulit telah berusaha untuk

melindungi diri dari kemungkinan ini yaitu

dengan adanya tabir lemak di atas kulit

yang didapat dari kelenjar lemak dan

sedikit kelenjar keringat dari kulit serta

adanya lapisan kulit luar yang berfungsi

sebagai sawar kulit. Namun dalam kondisi

tertentu, faktor perlindungan alamiah

tersebut tidak mencukupi dan karena itu

dibutuhkan perlindungan tambahan

nonalamiah yaitu dengan memberikan

kosmetika pelembab kulit.

Dasar pelembaban kulit yang didapat

adalah efek emolien, yaitu mencegah

kekeringan dan kerusakan kulit akibat

sinar matahari atau penuaan kulit,

sekaligus membuat kulit terlihat bersinar.

Bentuk sediaan kosmetika pelembab

biasanya emulsi minyak dalam air (M/A)

namun dapat pula berbentuk emulsi air

dalam minyak (A/M). Krim siang

berbentuk emulsi minyak dalam air yang

lebih encer sehingga terasa lebih dingin

dan tidak lengket, berisi minyak mineral,

propilen glikol dalam air (Wasitaatmadja,

1997).

Krim merupakan cairan kental atau

emulsi setengah padat baik bertipe air

dalam minyak atau minyak dalam air

(Ansel, 1999).

Nanoteknologi diciptakan dan digunakan

dari material pada ukuran yang sangat

kecil. Alat atau bahan ini berukuran sekitar

1 sampai 100 nanometer (nm). Satu nm

sama dengan 1:109 meter (10-9 m)

(Sartono, 2006).

Aplikasi nanoteknologi sangat luas

sekali termasuk aplikasi dalam bidang

kesehatan dan farmasi yang mencakup

penghantaran obat, implant medis, serta

dalam bidang kosmetik (Soebandrio,

2007).

Di kosmetik contoh aplikasi nanoteknologi

adalah penggunaan tabir surya berbasis

nanopartikel TiO2 dan ZnO (Merkle,

2007). TiO2 dan ZnO merupakan

perlindungan kulit secara fisik yang

bekerja dengan cara memantulkan kembali

sinar yang mengenai kulit (Tranggono &

Latifah, 2007).

Page 3: Formulasi Krim Pelembab Wajah Yang Mengandung Tabir 2

Farmaka, Volume 7 Nomor 1, April 2009

39

Produk nanopartikel untuk kosmetik dan

produk anti penuaan memiliki daya

absorpsi yang cepat, penetrasi dan

distribusi lebih baik, dan memiliki

tampilan sediaan yang lebih baik (Merkle,

2007).

ALAT, BAHAN DAN METODE

PENELITIAN

Alat. Alat-alat yang digunakan dalam

penelitian ini antara lain: alat-alat gelas

yang biasa digunakan di Laboratorium

Farmasetika, alat sentrifugasi

Sentrifugor®, health magnetic stirer,

heater, homogenizer, kaca pembesar, kaca

objek, kamera digital Fuji Finepix A400,

labu ukur 100 ml, mikropipet 200 µl, pH

meter 744 Metrohm®, spektrofotometer

Specord 200, timbangan digital,

Viskotester Rion® VT-04

Bahan. Bahan-bahan yang digunakan

dalam penelitian ini antara lain:

Acnibio, aquadestilata, benzofenon-3,

cutina MD, gliserin, isopropanol, metilen

biru, nanopartikel zink Oksida salut silikon

(ZinClear™-S), oktil metoksi sinamat

(OMC), parafin cair, parfum Blackberry

Candy, setil alkohol, stearil alkohol, sterol

B125, dan viskolam AT 100 P.

tab

Metode Penelitian. Metode penelitian

yang dilakukan adalah sebagai berikut :

1. Pengumpulan bahan dan

perancangan formula

2. Formulasi krim pelambab wajah

yang mengandung nanopartikel

zink oksida salut silikon.

Tabel 1. Formula Krim Pelembab Wajah

Bahan

Formula

X

(%)

Y

(%)

Z

(%)

Cutina MD 5 5 5

Setil alkohol - 1 1

Stearil alkohol - 1 1

Parafin cair 10 10 10

Gliserin 10 10 10

Sterol 5 5 5

ZinClear-S 3 3 3

OMC 3,5 3,5 3,5

Benzofenon-3 1,5 1,5 1,5

Pengawet 0,2 0,2 0,2

Pewangi 0,1 0,1 0,1

Viskolam AT

100/P 0,5 0,5 0,5

Aquadest ad 100 100 100

3. Pengamatan Stabilitas Krim

Pelembab Wajah Yang

Mengandung Tabir Surya

Nanopartikel Zink Oksida Salut

Silikon

4. Pengukuran Intensitas Serapan

Sinar UV-B Krim Pelembab Wajah

Yang Paling Stabil

5. Pengujian Keamanan

6. Pengujian Efikasi dan Kesukaan

Page 4: Formulasi Krim Pelembab Wajah Yang Mengandung Tabir 2

Formulasi Krim Pelembab (Dolih G)

40

HASIL DAN PEMBAHASAN

1. Hasil Formulasi Krim Pelembab Wajah Yang Mengandung Tabir Surya

Nanopartikel Zink Oksida Salut Silikon

Tabel 2. Hasil Formulasi Krim Pelembab

Karakteristik Formula Setelah penyimpanan hari ke-

1 7 14 21 28

Konsistensi

X ++ + - p p

Y +++ ++ + c c

Z +++++ ++++ +++ ++ +

Bau

X k k k k k

Y k k k k k

Z k k k k k

Warna

X cr cr cr cr cr

Y cr cr cr cr cr

Z cr cr cr cr cr

Homogenitas

X h h h th th

Y h h h h h

Z h h h h h

Keterangan : k = khas blackberry candy + = kuantitas kekentalan cr = warna cream h = homogen

Dari data pada tabel diatas dapat diketahui

bahwa ketiga formula krim yang

dihasilkan memiliki karakteristik yang

sama yaitu berwarna cream dari

penambahan zat aktif berupa nanopartikel

zink oksifda salut silicon yang berbentuk

cairan kental berwarna coklat, berbau khas

parfum blackberry candy, dan homogen.

Konsistensi paling baik ditunjukkan oleh

formula Z (cutina MD 5%, setil alkohol

1%, stearil alkohol 1%, viscolam AT 100/P

0,5%) sebagai akibat penambahan

viskolam AT 100/P yang berfungsi

sebagai pengental. Berturut-turut

konsistensi formula Y (cutina MD 5%) dan

formula X (cutina MD 5%, setil alkohol

1%, stearil alkohol 1%) lebih rendah

dibanding formula Z.

2. Hasil Pengamatan Stabilitas

Formulasi Krim Pelembab Wajah

Yang Mengandung Tabir Surya

Page 5: Formulasi Krim Pelembab Wajah Yang Mengandung Tabir 2

Farmaka, Volume 7 Nomor 1, April 2009

41

Nanopartikel Zink Osida Salut

Silikon

Tabel 3. Hasil Pengamatan Organoleptis

Krim Pelembab

Formula Pengamatan Organoleptis

Konsistensi Warna Bau Homogenitas

X + cr k h

Y ++ cr k h

Z +++ cr k h

Keterangan : X = Formula krim X (tanpa setil alkohol, stearil alkohol, dan viskolam AT 100/P) Y = Formula krim Y (tanpa viskolam AT 100/P) Z = Formula krim Zviskolam AT 100/P) + = kuantitas kekentalanp = krim pecah c = cair atau encer cr = warna cream k = bau khas blackberry candyh = homogen th = tidak homogen

Hasil pemeriksaan organoleptis sediaan

krim pelemab wajah yang mengandung

tabir surya nanopartikel zink oksida salut

silikon seperti diikhtisarkan pada tabel 3 di

atas menunjukkan bahwa formula X tidak

memenuhi kriteria dimana terjadi

perubahan berupa penurunan konsistensi

dan ketidakhomogenan mulai hari ke

Perubahan ini disebabkan pada formula X,

jumlah pengemulsi yang digunakan kurang

mencukupi dimana terbukti bahwa cutina

MD 5 % tidak cukup untuk

mengemulsikan krim sehingga terjadi

cracking (terpisah antara fasa air dan fasa

Farmaka, Volume 7 Nomor 1, April 2009

Nanopartikel Zink Osida Salut

Tabel 3. Hasil Pengamatan Organoleptis

Homogenitas

h

h

h

Formula krim X (tanpa setil alkohol, stearil alkohol, dan viskolam AT

Formula krim Y (tanpa

Z (dengan

kuantitas kekentalan

blackberry candy

Hasil pemeriksaan organoleptis sediaan

krim pelemab wajah yang mengandung

tabir surya nanopartikel zink oksida salut

silikon seperti diikhtisarkan pada tabel 3 di

atas menunjukkan bahwa formula X tidak

memenuhi kriteria dimana terjadi

runan konsistensi

dan ketidakhomogenan mulai hari ke-21.

Perubahan ini disebabkan pada formula X,

jumlah pengemulsi yang digunakan kurang

mencukupi dimana terbukti bahwa cutina

MD 5 % tidak cukup untuk

mengemulsikan krim sehingga terjadi

antara fasa air dan fasa

minyak) yang tampak jelas.

sejalan dengan formula Y dan formula Z

yang tetap konsisten dan homogen setelah

melewati hari ke-28 penyimpanan. Hal

tersebut disebabkan pada kedua formula

jumlah pengemulsi lebih banyak ya

ditambahkan setil alkohol dan stearil

alkohol. Pada penelitian ini, penyimpanan

yang dimaksud adalah penyimpanan pada

suhu ruangan yaitu berkisar antara 24

C.

Menurut Sherman, yang tercantum

dalam buku Harry’s Cosmeticology

enam faktor yang mempengaruhi sifat

reologi dan konsistensi dari suatu emulsi,

diantaranya adalah viskositas dari fase

terdispersi (fase dalam), viskositas dari

fase kontinu (fase luar), volume

konsentrasi dari fase terdispersi, sifat dari

pengemulsi (emulgator) dan

antramuka, pengaruh elektroviskos, dan

distribusi ukuran partikel dari globul

globul.

3. Hasil Pemeriksaan Stabilitas pH

Gambar 1. Grafik Pengamatan Stabilitas

pH

Keterangan : Biru = Formula krim X

Merah = Formula krim Y

Hijau = Formula krim Z

minyak) yang tampak jelas. Hal ini tidak

sejalan dengan formula Y dan formula Z

yang tetap konsisten dan homogen setelah

28 penyimpanan. Hal

tersebut disebabkan pada kedua formula

jumlah pengemulsi lebih banyak yaitu

ditambahkan setil alkohol dan stearil

alkohol. Pada penelitian ini, penyimpanan

yang dimaksud adalah penyimpanan pada

suhu ruangan yaitu berkisar antara 24-27°

Menurut Sherman, yang tercantum

Harry’s Cosmeticology, ada

yang mempengaruhi sifat

reologi dan konsistensi dari suatu emulsi,

diantaranya adalah viskositas dari fase

terdispersi (fase dalam), viskositas dari

fase kontinu (fase luar), volume

konsentrasi dari fase terdispersi, sifat dari

pengemulsi (emulgator) dan lapisan

antramuka, pengaruh elektroviskos, dan

distribusi ukuran partikel dari globul-

Hasil Pemeriksaan Stabilitas pH

Gambar 1. Grafik Pengamatan Stabilitas

= Formula krim X

Page 6: Formulasi Krim Pelembab Wajah Yang Mengandung Tabir 2

pH atau derajat keasaman dapat menjadi

parameter dalam menentukan stabilitas

suatu sediaan. Pengamatan pH dilakukan

setiap 7 hari dalam kurun waktu 28 hari.

Dari data pengamatan pH diketahui bahwa

formula X paling tidak stabil dimana pad

rentang waktu yang ditentukan terjadi

peningkatan pH yang signifikan. Selain itu,

nilai pH formula X jauh melebihi pH kulit

normal. Hal ini tentunya menjadi

permasalahan sebab sediaan yang dibuat

ditujukan untuk topikal. Dengan nilai pH

yang melampaui 7 dikhawatirkan terjadi

iritasi kulit sebab pH kulit normal berkisar

antara 4.5-6.5.

Pada kedua formula lain juga

didapatkan hasil bahwa terjadi peningkatan

pH. Kenaikan nilai pH ini disebabkan oleh

komponen-komponen pada sediaan

didominasi oleh bahan yang bersifat basa.

Selama waktu penyimpanan, pH dari

ketiga formula krim mengalami

peningkatan. Hal ini dibuktikan dengan

pengujian secara statistik menggunakan

desain blok lengkap acak subsampling

pengukuran pH. Dari hasil pengujian

ANAVA diketahui bahwa hipotesis nol

(H0) ditolak, dengan asumsi bahwa

terdapat perbedaan yang nyata antara efek

perlakuan yang diuji. Dengan taraf

kepercayaan 95 % (α = 0,05) dinyatakan

bahwa krim dengan berbagai konsentrasi

basis pada ketiga formula mempunyai pH

yang berbeda secara signifikan. Menurut

Formulasi Krim Pelembab

pH atau derajat keasaman dapat menjadi

parameter dalam menentukan stabilitas

suatu sediaan. Pengamatan pH dilakukan

setiap 7 hari dalam kurun waktu 28 hari.

Dari data pengamatan pH diketahui bahwa

formula X paling tidak stabil dimana pada

rentang waktu yang ditentukan terjadi

peningkatan pH yang signifikan. Selain itu,

nilai pH formula X jauh melebihi pH kulit

normal. Hal ini tentunya menjadi

permasalahan sebab sediaan yang dibuat

ditujukan untuk topikal. Dengan nilai pH

dikhawatirkan terjadi

iritasi kulit sebab pH kulit normal berkisar

Pada kedua formula lain juga

didapatkan hasil bahwa terjadi peningkatan

pH. Kenaikan nilai pH ini disebabkan oleh

komponen pada sediaan

n yang bersifat basa.

Selama waktu penyimpanan, pH dari

ketiga formula krim mengalami

peningkatan. Hal ini dibuktikan dengan

pengujian secara statistik menggunakan

desain blok lengkap acak subsampling

pengukuran pH. Dari hasil pengujian

ahui bahwa hipotesis nol

(H0) ditolak, dengan asumsi bahwa

terdapat perbedaan yang nyata antara efek

perlakuan yang diuji. Dengan taraf

= 0,05) dinyatakan

bahwa krim dengan berbagai konsentrasi

basis pada ketiga formula mempunyai pH

g berbeda secara signifikan. Menurut

uji Newman-Keuls ditetapkan bahwa

dengan tingkat kepercayaan 95 % terdapat

perbedaan signifikan antara formula Y dan

Z.

4. Hasil Pemeriksaan Stabilitas

Viskositas

Gambar 2. Grafik Pengamatan Stabilitas

Viskositas

Keterangan : Biru = Formula krim X Merah = Formula krim Y Hijau = Formula krim Z Dari data di atas dapat diketahui bahwa

viskositas ketiga formula krim mengalami

perubahan selama 28 hari waktu

penyimpanan. Perubahan viskositas ini

seiring dengan perubahan konsistensi.

Viskositas paling tinggi dihasilkan oleh

formula Z sebagai akibat pe

viskolam AT 100/P. Sedangkan viskositas

paling rendah ditunjukkan oleh formula X

karena jumlah pengemulsi yang tidak

mencukupi serta tidak ada penambahan

viskolam AT 100/P. Penurunan viskositas

dari formula X dan formula Y

menunjukkan bahwa keduan

memenuhi kriteria sebab menurut literatur,

viskositas krim yang ideal tidak kurang

dari 50 dPa.S. Perubahan yang terjadi

Formulasi Krim Pelembab (Dolih G)

42

Keuls ditetapkan bahwa

dengan tingkat kepercayaan 95 % terdapat

perbedaan signifikan antara formula Y dan

Hasil Pemeriksaan Stabilitas

Gambar 2. Grafik Pengamatan Stabilitas

Dari data di atas dapat diketahui bahwa

viskositas ketiga formula krim mengalami

perubahan selama 28 hari waktu

penyimpanan. Perubahan viskositas ini

seiring dengan perubahan konsistensi.

Viskositas paling tinggi dihasilkan oleh

formula Z sebagai akibat penambahan

viskolam AT 100/P. Sedangkan viskositas

paling rendah ditunjukkan oleh formula X

karena jumlah pengemulsi yang tidak

mencukupi serta tidak ada penambahan

viskolam AT 100/P. Penurunan viskositas

dari formula X dan formula Y

menunjukkan bahwa keduanya tidak

memenuhi kriteria sebab menurut literatur,

viskositas krim yang ideal tidak kurang

dari 50 dPa.S. Perubahan yang terjadi

Page 7: Formulasi Krim Pelembab Wajah Yang Mengandung Tabir 2

Farmaka, Volume 7 Nomor 1, April 2009

43

disebabkan oleh dua faktor yaitu faktor

yang berpengaruh selama penyimpanan,

seperti perubahan pada suhu ruang dan tipe

emulsi. Suhu ruang yang meningkat dapat

mengganggu daya tahan krim yang

menyebabkan penurunan viskositas dari

fase kontinu (air) serta meningkatkan

gerak globul fase terdispersi (minyak).

Emulsi yang termasuk dalam tipe minyak

dalam air cenderung akan mengalami

penurunan viskositas sebagai akibat

penyerapan air dari lingkungan sekitar oleh

bahan yang bersifat higroskopis dalam

formula. Selain itu pH juga memegang

peranan yang cukup penting, dimana setiap

emulgator memiliki efektivitas maksimal

pada kisaran pH tertentu. Penurunan pH

yang cukup drastis pada sediaan krim

menyebabkan penurunan viskositas yang

cukup drastis pula. Menurut Sherman

dalam bukunya Rheology of Emulsion,

pengurangan viskositas disebabkan oleh

penurunan viskositas dari fase kontinu

karena jarak pemisahan antara globul-

globul yang meningkat. Dan penurunan

viskositas dengan waktu mencerminkan

peningkatan ukuran partikel karena

penggumpalan.

Hasil pengujian ANAVA diketahui

bahwa hipotesis nol (H0) ditolak, dengan

asumsi bahwa terdapat perbedaan yang

nyata antara efek perlakuan yang diuji.

Dengan taraf kepercayaan 95% (α = 0,05)

dinyatakan bahwa krim dengan berbagai

konsentrasi basis dari ketiga formula

mempunyai viskositas yang berbeda secara

signifikan. Perbedaan signifikan menurut

uji Newman-Keuls terdapat antara formula

Y dan X, formula Z dan X, serta formula Z

dan Y.

5. Hasil Pemeriksaan Tipe Emulsi

Tabel 4. Hasil sentrifugasi

Formula Tipe emulsi hari ke-

1 28

FX m/a m/a

FY m/a m/a

FZ m/a m/a

Dari hasil pemeriksaan tipe emulsi

diketahui bahwa ketiga formula krim

termasuk ke dalam sediaan krim dengan

tipe emulsi minyak dalam air (m/a). Hal ini

dikarenakan oleh komposisi fase air yang

digunakan lebih besar dari fase minyak

dimana komposisi fasa air mencapai 60 %.

Pada metode pengenceran, krim akan

membentuk dua fasa setelah ditambahkan

aquades dimana fasa minyak berada di

permukaan atas karena massa jenisnya

lebih kecil daripada fasa air yang berada

pada lapisan bawah.

6. Hasil Pengujian Pemisahan Fase

Krim dengan Metode

Sentrifugasi

Penggunaan metode sentrifugasi dalam

melihat pemisahan fase emulsi sangat

berguna untuk meramalkan waktu simpan

Page 8: Formulasi Krim Pelembab Wajah Yang Mengandung Tabir 2

dari suatu sediaan. Hukum Stokes

menunjukkan bahwa peningkatan gravitasi

dapat mempercepat pemisahan.

Sentrifugasi pada 3750 rpm dalam radius

sentrifugasi 10 cm untuk waktu 5 jam

setara dengan efek gravitasi untuk kira

satu tahun. Dari percobaan yang dilakukan

diketahui bahwa formula Z tetap stabil

pada semua kecepatan, sebaliknya pada

formula X terjadi pemisahan.

menunjukkan bahwa komposisi emulgator

pada formula X kurang mencukupi dalam

membentuk krim yang stabil.

7. Hasil Pengukuran Intensitas

Serapan Sinar UV-B pada 280

400 nm

Tabel 5. Absorbansi pada panjang

gelombang 310 nm

Pjg

Gelomba

ng

A 1 A2 A3

310 nm

0.416

5

0.415

3

0.414

1 0.666

3

0.663

6

0.662

4 0.893

1

0.910

2

0.917

9 0.873

5

0.907

6

0.932

8 1.067 1.064 1.065

Kurva Penentuan Panjang Gelombang

Maksimal

Gambar 3.

Formulasi Krim Pelembab

dari suatu sediaan. Hukum Stokes

menunjukkan bahwa peningkatan gravitasi

dapat mempercepat pemisahan.

Sentrifugasi pada 3750 rpm dalam radius

ntrifugasi 10 cm untuk waktu 5 jam

setara dengan efek gravitasi untuk kira-kira

satu tahun. Dari percobaan yang dilakukan

diketahui bahwa formula Z tetap stabil

pada semua kecepatan, sebaliknya pada

formula X terjadi pemisahan. Hal ini

mposisi emulgator

pada formula X kurang mencukupi dalam

Hasil Pengukuran Intensitas

B pada 280-

Tabel 5. Absorbansi pada panjang

Rata-

rata

0.414 0.4153

0.662 0.6641

0.917 0.9070

67 0.932 0.9046

33 1.065 1.0659

Kurva Penentuan Panjang Gelombang

Persamaan garis yang dihasilkan dapat

digunakan untuk menentukan konsentrasi

sampel yang ingin diketahui. Akan tetapi

pada penelitian ini pengukuran dilakukan

menggunakan one sampling method

artinya tidak digunakan baku karena yang

ingin diuji hanya satu formula. Pemilihan

metode ini dikarenakan yang ingin

didapatkan pada pengukuran ini adalah

intensitas serapan yang dihasilkan oleh

formula D. Dengan pendekatan ini maka

akan diketahui potensi tabir surya yang

dikandung pelembab dalam mengatasi

sinar ultraviolet yang mengenai kulit.

Untuk mengetahui intensitas serapan sinar

UV-B maka digunakan persamaan:

A= Io/I

dimana intensitas sinar UV-

(Io) dianggap 100 % dan nilai intensitas

sinar yang diteruskan oleh oktil metoksi

sinamat dinyatakan dengan I.

Sesuai dengan prinsip

spektrofotometri maka pada pengukuran

kali ini intensitas serapan yang digunakan

adalah intensitas pada pengenceran B

(terdiri dari 50% larutan induk dan 50 %

isopropanol) karena absorbannya memiliki

nilai dalam rentang 0,2-0,8 serta komposisi

antara krim dan pelarut seimbang.

Setelah dimasukkan dalam persamaan

diketahui bahwa intensitas serapan sinar

UV-B oleh formula D mencapai 78, 286

%.

Formulasi Krim Pelembab (Dolih G)

44

Persamaan garis yang dihasilkan dapat

digunakan untuk menentukan konsentrasi

sampel yang ingin diketahui. Akan tetapi

pada penelitian ini pengukuran dilakukan

one sampling method

artinya tidak digunakan baku karena yang

formula. Pemilihan

metode ini dikarenakan yang ingin

didapatkan pada pengukuran ini adalah

intensitas serapan yang dihasilkan oleh

formula D. Dengan pendekatan ini maka

akan diketahui potensi tabir surya yang

dikandung pelembab dalam mengatasi

iolet yang mengenai kulit.

Untuk mengetahui intensitas serapan sinar

B maka digunakan persamaan:

-B mula-mula

(Io) dianggap 100 % dan nilai intensitas

sinar yang diteruskan oleh oktil metoksi

Sesuai dengan prinsip

spektrofotometri maka pada pengukuran

kali ini intensitas serapan yang digunakan

adalah intensitas pada pengenceran B

(terdiri dari 50% larutan induk dan 50 %

isopropanol) karena absorbannya memiliki

,8 serta komposisi

antara krim dan pelarut seimbang.

Setelah dimasukkan dalam persamaan

diketahui bahwa intensitas serapan sinar

B oleh formula D mencapai 78, 286

Page 9: Formulasi Krim Pelembab Wajah Yang Mengandung Tabir 2

Farmaka, Volume 7 Nomor 1, April 2009

45

Hasil ini tentu tidak dapat menentukan

intensitas serapan sinar UV seluruhnya

serta tidak mampu untuk menetapkan nilai

SPF. Pengukuran ini hanyalah pendekatan

untuk memberikan informasi mengenai

potensi formula D dalam mengatasi

paparan sinar ultraviolet matahari.

Pengukuran ini memiliki keterbatasan

karena yang diketahui hanya intensitas

serapan UV-B sebab sinar UV-B berada

pada rentang panjang gelombang

maksimum yaitu 310 nm sedangkan untuk

pengukuran sinar UV-A pada umumnya

menggunakan penilaian Boots Star Rating

dan penetapan nilai SPF dilakukan dengan

pengukuran secara invivo menggunakan

faktor eritema pada sukarelawan. Akan

tetapi, formula D yang diukur pada

penelitian ini sesungguhnya juga memiliki

potensi dalam menangkal sinar UV-A yang

dilakukan oleh benzofenon-3 serta

merefleksikan sinar UV yang dilakukan

oleh ZinClear-S.

8. Hasil Pengujian Keamanan

Pengujian keamanan dilakukan secara

invivo kepada 10 orang sukarelawan.

Adapun formula yang diuji adalah formula

D karena telah lulus kriteria pengamatan

stabilitas yang dilakukan sebelumnya.

Pemilihan 10 orang sukarelawan dilakukan

berdasarkan kesamaan jenis kelamin yaitu

perempuan dan rentang usia yaitu 21-22

tahun. Jumlah ini dianggap valid untuk

melakukan suatu pembuktian dimana

semua sukarelawan menunjukkan reaksi

negatif terhadap pemakaian formula D

selama 3 hari berturut-turut pada punggung

tangan. Demikian pula hasil yang

ditunjukkan oleh blanko. Oleh karena itu,

dapat disimpulkan bahwa basis krim

maupun zat aktif tidak mengiritasi kulit

serta sediaan yang dibuat aman untuk

digunakan.

9. Hasil Pengujian Kesukaan

Dari hasil pengujian efikasi dan

kesukaan yang terdiri dari penilaian

terhadap penampilan fisik, kenyamanan

pemakaian, dan kemampuan melembabkan

diketahui bahwa mayoritas sukarelawan

menyatakan bahwa penampilan fisik

formula Z baik (sebesar 70 %) sementara

untuk kenyamanan pemakaian 80 %

sukarelawan menilai baik terhadap krim

yang diuji. Demikian pula halnya dengan

80 % sukarelawan yang menyatakan baik

terhadap kemampuan melembabkan yang

dihasilkan krim. Hal ini didukung oleh

hasil pengamatan berupa foto permukaan

kulit punggung tangan para sukarelawan

(pada lampiran 9). Sebelum pemakaian,

struktur permukaan kulit relatif kasar

sedangkan setelah dioleskan krim kulit

lebih lembab, lembut, dan agak berminyak.

Dengan demikian dapat dinyatakan

bahwa krim pelembab wajah yang

mengandung tabir surya nanopartikel zink

oksida formula D terbukti memiliki

efektivitas untuk melembabkan kuli

Page 10: Formulasi Krim Pelembab Wajah Yang Mengandung Tabir 2

Formulasi Krim Pelembab (Dolih G)

46

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Dari hasil penelitian dapat disimpulkan

bahwa:

a. Nanopartikel zink oksida salut silikon

yang terkandung dalam basis krim

cutina MD, setil alkohol, stearil

alkohol sebagai bahan aktif tabir surya

dapat diformulasikan menjadi bentuk

krim melalui cara panas.

b. Formula Z (cutina MD 5%, setil

alkohol 1%, stearil alkohol 1%,

viscolam AT 100/P 0,5%) paling

stabil dibandingkan formula lainnya

selama pengamatan stabilitas ditinjau

dari penilaian konsistensi, bau, warna,

homogenitas, pH dan viskositas

c. Ketiga formula yang dibuat termasuk

dalam tipe emulsi minyak dalam air

(m/a).

d. Formula Z tahan untuk disimpan

selama 1 tahun berdasarkan uji

pemisahan fase dengan metode

sentrifugasi.

e. Formula Z memiliki intensitas serapan

terhadap sinar UV-B sebesar 78, 286

%.

f. Formula Z aman untuk digunakan

karena tidak mengiritasi kulit.

g. Formula Z efektif dalam

melembabkan, berpenampilan baik,

dan nyaman digunakan.

Saran

Setealh dilakukan penelitian ini,

disarankan:

a. Dilakukan evaluasi ukuran

nanopartikel zink oksida dalam

formula menngunakan SEM

b. Dilakukan pengamatan stabilitas

pada climatic chamber.

c. Dilakukan pengukuran nilai SPF

dan Bots Star Rating untuk

menetapkan intensiats serapan UV-

A dan potensi formula mengatasi

sinar UV.

DAFTAR PUSTAKA

Advanced Technology. 2008. The Nanofine Zinc Oxide for Cosmetic Clarity and Broad Spectrum UV Protection .http://www.advancedtechnology.com. [ diakses tanggal 9 Juni 2008].

Curtis, J & R, Caroline. 2007. Sun Protection Factor.

http://www.revolutionhealth.com/Conditions/skin/skin-care/sun protection/sunscreen. [diakses tanggal 9 Juni 2008].

Lachman L, Herbert AL, and Joseph LK. 1994. Teori dan Praktek Farmasi Industri. Edisi ke-

1. Jakarta : UI Press. Hal. 43; 482 – 486

Page 11: Formulasi Krim Pelembab Wajah Yang Mengandung Tabir 2

Farmaka, Volume 7 Nomor 1, April 2009

47

Lachman L, Herbert AL, and Joseph LK. 1994. Teori dan Praktek Farmasi Industri. Edisi ke-2. Jakarta : UI Press. Hal. 1049 -1088; 1091 – 1145

Merkle, H.P. 2007. Nanotechnology State of The Art In Healthcare and Pharmaceuticals. [

diambil dari Simposium Nanoteknologi 23 Juni 2007]. Sartono, A. 2006. Nanoteknologi. [ diambil dari paper nanoteknologi Departemen Fisika

FMIPA Universitas Indonesia]. Soebandrio, A. 2007. Nanotechnology State of The Art In Healthcare and Pharmaceuticals. [

diambil dari Simposium Nanoteknologi 23 Juni 2007]. Tranggono, R.I & F, Latifah. 2007. Buku Pegangan Ilmu Pengetahuan Ilmu Pengetahuan

Kosmetik. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. Hal.76, 78-83, 111-114 Wasitaatmadja, S.M. Penuntun Ilmu Kosmetik Medik. Jakarta: Universitas Indonesia Press.

Hal.61