Formulasi Islamisasi Dan Citra Muslim Pancasilais, Jurnal

22
FORMULASI ISLAMISASI DAN CITRA MUSLIM PANCASILAIS Sheh Sulhawi Rubba 1 Abstrak Masalah yang menjadi bahasan dalam makalah ini adalah mencari hubungan antara Islam dan Indonesia, serta apa yang mendasari munculnya Citra Muslim Pancasilias di Nusantara? Apakah masalah ini ada kaitannya dengan aktivitas dakwah Islam selama ini? Yang dimaksud dengan Islamisasi (aktivitas dakwah Islam) adalah upaya yang dilakukan umat sepanjang zaman di pelbagai tempat dengan menggunakan beragam cara yang dibenarkan aturan di tengah masyarakat untuk meningkatkan kuantitas dan kualitas kepribadian kaum muslimin Tugas tersebut diawali Nabi Adam yang dilanjutkan anak cucunya dan para nabi sebelum Nabi Muhammad. Kewajiban dan tanggungjawab yang diemban Nabi Muhammad SAW sebagai nabi global lebih besar dan lebih berat dibandingkan dengan tugas para nabi dan rasul sebelumnya yang bersatus sebagai nabi dan rasul regional dan nasional. Dalam mengemban tugas ini, Rasulullah Muhammad melakukan berbagai macam metoda dakwah dalam proses Islamisasi ke seluruh penjuru dunia, khususnya di wilayah Timur Tengah saat itu. Beragam metoda dakwah yang sudah dilaksanakan rasulullah tersebut, diteruskan para sahabat, para tabiin, para tabiit-tabiin dan para pengikutnya di seluruh penjuru dunia. Walhasil pada abad ke 21 sekarang ini (2010 M), setelah melalui perjalanan panjang selama 14 abad (1431 H), jumlah umat Islam sudah mencapai 25 persen dari 7 milyard jiwa umat manusia yang hidup di permukaan bumi. Dari jumlah umat Islam tersebut, hampir 200 juta berdomisili di Indonesia. Keberadaan Indonesia dalam sejarah dunia Islam tidak lepas dari sejarah Kolonialis Belanda di Nusantara. Lahirnya Indonesia terhitung sejak proklamasi kemerdekaan NKRI, pada Jumat 17 Agustus 1945. Kemudian dalam perjalanan waktu, telah terjadi perkawinan antar suku di nusantara seperti suku Sunda dengan 1 Dosen Fakultas Dakwah UIN Sunan Ampel Surabaya. Alamat: Sudirman Empat14 Taman Jenggala Sidoarjo Jatim. Mobile 081 330 171 495 1

description

Islam

Transcript of Formulasi Islamisasi Dan Citra Muslim Pancasilais, Jurnal

  • FORMULASI ISLAMISASI

    DAN CITRA MUSLIM PANCASILAIS Sheh Sulhawi Rubba1

    Abstrak

    Masalah yang menjadi bahasan dalam makalah ini adalah mencari hubungan

    antara Islam dan Indonesia, serta apa yang mendasari munculnya Citra Muslim

    Pancasilias di Nusantara? Apakah masalah ini ada kaitannya dengan aktivitas dakwah

    Islam selama ini?

    Yang dimaksud dengan Islamisasi (aktivitas dakwah Islam) adalah upaya yang

    dilakukan umat sepanjang zaman di pelbagai tempat dengan menggunakan beragam

    cara yang dibenarkan aturan di tengah masyarakat untuk meningkatkan kuantitas dan

    kualitas kepribadian kaum muslimin

    Tugas tersebut diawali Nabi Adam yang dilanjutkan anak cucunya dan para nabi

    sebelum Nabi Muhammad. Kewajiban dan tanggungjawab yang diemban Nabi

    Muhammad SAW sebagai nabi global lebih besar dan lebih berat dibandingkan

    dengan tugas para nabi dan rasul sebelumnya yang bersatus sebagai nabi dan rasul

    regional dan nasional.

    Dalam mengemban tugas ini, Rasulullah Muhammad melakukan berbagai macam

    metoda dakwah dalam proses Islamisasi ke seluruh penjuru dunia, khususnya di

    wilayah Timur Tengah saat itu. Beragam metoda dakwah yang sudah dilaksanakan

    rasulullah tersebut, diteruskan para sahabat, para tabiin, para tabiit-tabiin dan para

    pengikutnya di seluruh penjuru dunia.

    Walhasil pada abad ke 21 sekarang ini (2010 M), setelah melalui perjalanan

    panjang selama 14 abad (1431 H), jumlah umat Islam sudah mencapai 25 persen dari

    7 milyard jiwa umat manusia yang hidup di permukaan bumi. Dari jumlah umat

    Islam tersebut, hampir 200 juta berdomisili di Indonesia.

    Keberadaan Indonesia dalam sejarah dunia Islam tidak lepas dari sejarah

    Kolonialis Belanda di Nusantara. Lahirnya Indonesia terhitung sejak proklamasi

    kemerdekaan NKRI, pada Jumat 17 Agustus 1945. Kemudian dalam perjalanan

    waktu, telah terjadi perkawinan antar suku di nusantara seperti suku Sunda dengan

    1 Dosen Fakultas Dakwah UIN Sunan Ampel Surabaya. Alamat: Sudirman Empat14 Taman Jenggala Sidoarjo Jatim. Mobile 081 330 171 495

    1

  • Lampung (SULAM). Dengan perkawinan semacam itu lahirlah WNI dengan nama

    suku baru, dengan istilah suku Nusan (Indo).

    Dalam sejarah kelahiran Pancasila sebagai filsafat bangsa Indonesia yang

    dirumuskan dalam Piagam Jakarta, terdapat 4 orang tokoh Islam Nasionalis, dan 4

    orang tokoh Nasionalis Muslim, ditambah seorang tokoh Nasionalis Kristen. Dari

    percikan sejarah tersebut, bahwa saat itu sudah lahir tokoh Islam yang bercitra

    Muslim Pancasilais.

    Ajaran Islam yang telah tersebar di seluruh penjuru dunia yang diyakini oleh

    berbagai suku bangsa. Ajaran Islam tersebut telah membentuk berbagai corak warna

    para penganutnya. Islam yang datang, tumbuh dan berkembang pesat di nusantara

    telah melahirkan muslim Indonesia dengan citra muslim Pancasilais.

    Kata Kunci: Dakwah, Islamisasi, Muslim, Nabi, Nusantara, Pancasila,

    Pendahuluan

    Ketika ajaran Islam difahami sebagai ajaran agama untuk manusia di muka bumi

    yang bersumber dari langit (wahyu Allah), maka ajaran tersebut sudah ada sejak Nabi

    Adam Alaihi Salam. Setelah Nabi Adam AS wafat ajaran Islam itu kemudian

    diwahyukan Allah SWT kepada anak cucunya di pelbagai tempat. Mereka yang

    menerima wahyu dan mengemban amanat untuk menyebarkan ajaran Islam itu

    disebut dengan istilah Rasulullah. Jumlah para rasul itu yang mencapai ratusan ribu

    orang dinamakan anbiya (para nabi), namun yang dikenal umat Islam hanya 25 orang.

    Nabi dengan rasul terakhir bernama Muhammad putra Abdullah yang lahir di Mekah

    pada 571 M (52 SH)

    Nabi Muhammad SAW mengemban tugas suci sebagai rasulullah tercatat dalam

    sejarah selama 23 tahun, 13 tahun di Mekah dan 10 tahun di Madinah. Beliau sukses

    menyampaikan ajaran Islam di wilayah Arab dan sekitarnya sekalipun dalam waktu

    yang relatif singkat. Pada abad ke 7 ajaran Islam tersebar sampai ke nusantara, bahkan

    sampai ke daratan Cina. Sejarah awal masuknya Islam ke nusantara dibawa langsung

    para saudagar Arab yang singgah di Aceh.2 Dengan itu, Islamisasi di nusantara sudah

    berlangsung selama 14 abad, sehingga lahirnya puluhan kerajaan Islam dari Sabang

    sampai ke Marauke.. 2 Al-Habib Alwi bin Thohir al-Hadad, Sejarah masuknya Islam di Timur Jauh, (Jakarta, Lentera, 2001), 83

    2

  • Sejak Bung Karno dan Bung Hatta memproklamasikan kemerdekaan NKRI

    (Negara Kesatuan Republik Indonesia) pada Jumat, 17 Agustus 1945. Maka sejak itu

    pula, Islam dan Indonesia menyatu yang kemudian tidak bisa dipisahkan, sama seperti

    ketika Islam lahir di Mekah (Arab) 14 abad yang silam, antara Arab dan Islam tidak

    bisa dipisahkan, namun keduanya bisa dan harus dibedakan, karena Islam itu bukan

    Arab.

    Dalam eksistensi Organisasi Konferensi Islam (OKI), Indonesia sebagai anggota

    OKI, adalah Negara Islam yang jumlah penduduknya berstatus muslim lebih banyak

    dibandingkan dengan jumlah muslim di Negara anggota OKI lainnya, seperti

    Malaysia. Kuota jamaah haji untuk Indonesia pada tahun yang lalu (1431) sudah

    mencapai angka 224.000 orang atas dasar kesepakatan OKI dengan rumus satu permil

    (1/1000). Dalam statistik nasional, dari 237 juta warga Negara Indonesia, 88 persen

    adalah muslim, sedangkan yang 12 persen adalah gabungan penganut agama Kristen,

    Katolik, Hindu, Budha, dan Konghucu.

    Berkaitan dengan itu, muncul pertanyaan berikut yaitu:

    1. Apa hubungan antara Islam dan Indonesia, sehingga umat Islam Indonesia disebut

    Muslim Pancasilais?

    2. Apakah metoda dakwah Rasulullah diterapkan dalam aktivitas islamisasi di

    nusantara?

    3. Bagaimana bentuk grafik mata rantai islamisasi dan perkawinan muslim antar

    suku di nusantara?

    A. Sejarah Islamisasi Islamisasi adalah upaya yang dilakukan umat Islam sepanjang zaman di

    pelbagai tempat, dengan menggunakan beragam cara yang dibenarkan aturan di

    tengah masyarakat untuk meningkatkan kuantitas dan kualitas kepribadian kaum

    muslimin. Bagi sebagian orang, melaksanakan islamisasi adalah sebuah bentuk

    jihad fisabilillah, yang diyakini mendapatkan imbalan pahala ukhrawi dan

    duniawi.3

    Yang dimaksud dengan peningkatan kuantitas adalah upaya yang terus

    menerus untuk menambah jumlah umat Islam dengan berbagai macam cara,

    seperti mewujudkan keluarga muslim yang sakinah, mawaddah, warahmah

    3 . Nurcholish Madjid, Khazanah Intelektual Islam, (Jakarta, Bulan Bintang, 1984), 27

    3

  • dengan melalui akad nikah. Cara semacam ini disebut dalam metodologi

    Islamisasi dengan istilah Dakwah Bil-Nikah (Islamisasi Via Perkawinan) atau

    berusaha mengajak orang yang belum beragama (penganut animisme dan

    dinamisme) menjadi muslim.

    Sedangkan yang dimaksud dengan peningkatan kualitas adalah upaya yang

    terus menerus untuk menambah nilai keimanan, keilmuan dan ketakwaan kaum

    muslimin dengan melalui berbagai cara, seperti upaya melahirkan para

    cendekiawan muslim melalui jalur lembaga pendidikan formal, informal dan

    nonformal. Dengan melalui lembaga pendidikan tersebut, bisa untuk

    meningkatkan kualitas kekhusyukan dalam salat dan kualitas amal ibadah lainnya.

    Sesungguhnya ajaran Islam itu sudah diwahyukan Allah Swt kepada para nabi

    dan rasul di muka bumi, sejak keberadaan Nabi Adam AS atas dasar firman Allah

    dalam QS. al-Baqarah, 2:31.4. Wahyu tentang keislaman tersebut dilanjutkan

    kepada anak cucunya di seluruh penjuru dunia sampai lahirnya Nabi Muhammad

    SAW 14 abad yang silam (baca QS. al-Dhuha, 93:7)5.

    Dalam sebuah hadis nabi diinformasikan bahwa jumlah nabi dan rasul itu

    mencapai 125.000 orang yang tersebar di lima benua dan ribuan kepulauan,

    berdasarkan pada informasi dalam QS. al-Zuhruf, 43:6 dan QS. al-Radu, 13:38.6

    Para nabi tersebut menyatakan dirinya sebagai muslim seperti ungkapan Nabi

    Ibrahim AS yang berbunyi wa ana awwalul muslimyn (QS. al-Anam, 6:163)7

    Adapun nabi dan rasul yang direkam dalam kitab suci al-Quran hanya para

    nabi dan rasul yang hidup di wilayah Timur Tengah yang berjumlah 25 orang

    (0,0002 %). Mereka itu pada umumnya adalah anak cucu Nabi Ibrahim AS dari

    jalur keturunan Nabi Ishak AS putra Siti Sarah, sedangkan Nabi Muhammad

    SAW hanya sendirian dari jalur keturunan Nabi Ismail putra Siti Hajar.

    Mereka yang dikenal saat ini sekitar 0,0002 % dari jumlah semua nabi dan

    rasul yang diutus Allah Swt ke muka bumi sepanjang zaman. Dalam silsilah para

    nabi dan rasul yang tertera pada grafik di bawah ini, nampak sebuah silsilah yang

    bersambung yang ditakdirkan menjadi nabi dan.rasul yaitu dari garis Nabi

    4 .Terjemahan ayat Dan Allah mengajarkan berbagai ilmu pengetahuan kepada Adam, kemudian Adam menyampaikannya kepada para malaikat 5 . Terjemahan ayat Dan menemukanmu (Muhammad) dalam kebingungan, lalu Allah memberi petunjuk 6. Terjemahan ayat Dan berapa banyak nabi-nabi yang telah Kami utus di kalangan orang-orang terdahulu dan dan Kami telah mengutus beberapa rasul sebelum kamu 7 . Terjemahan ayat dan Aku adalah orang yang pertama sebagai muslim

    4

  • Ibrahim, ke Ishak, ke Yakqub terus ke Yusuf. Anak cucu mereka ini, kemudian

    disebut dengan nama Bani Israel (Yahudi).

    GRAFIK SILSILAH PARA RASUL

    8. LUTH AS

    12. SYUAIB AS

    17. DAUD AS

    18. SULAIMAN AS

    22. ZAKARIA AS

    23. YAHYA AS

    2. IDRIS AS

    1. NABI ADAM ALAIHI SALAM

    3. NUH AS

    5. SALEH AS 4. HUD AS

    6. IBRAHIM AS

    9. ISHAK AS 7. ISMAIL AS

    13. AYYUB AS

    14. ZULKIFLI AS 10. YAKQUB AS

    11. YUSUF AS 21. YUNUS AS

    15. MUSA AS 16. HARUN AS

    24. ISA ALM AS 25. MUHAMMAD RASULULLAH SAW

    19. ILYAS AS 20. ILYASAK AS

    SITI HAWA

    Para nabi dan rasul tersebut dalam strata sosial bisa diklasifikasikan dalam tiga

    tingkatan yaitu nabi lokal, nabi nasional dan nabi global.8 Nabi Luth AS termasuk

    kategori nabi lokal (baca QS. al-Naml, 27:54)9, yang diutus untuk sebuah

    masyarakat desa yang melakukan liwath (homosek), yang diperkirakan desa itu

    tenggelam di laut mati Turki. Kemudian Nabi Musa AS dan Nabi Isa AS adalah

    nabi nasional diutus hanya untuk Bani Israel (direkam dalam QS.Bani Israel,

    8 . Zaid Husein al-Hamid, Kisah 25 Nabi dan Rasul, (Jakarta, Pustaka Amani, 1995), 61 9 . Terjemnahan ayat Dan ingatlah ketika Luth berkata kepada kaumnya, Mengapa kamu lakukan perbuatan yang menjijikkan itu?

    5

  • 17:2)10, sedangkan Nabi Muhammad SAW dinyatakan sebagai nabi global, yang

    diutus untuk seluruh umat manusia di permukaan bumi sepanjang zaman

    (ditetapkan Allah pada QS. al-Anbiya, 21:107)11 .

    Dengan pemahaman tersebut, maka kesempurnaan Islam (baca QS. al-Maidah,

    5:3)12 yang bersumber dari kandungan al-Quran yang diwahyukan kepada Nabi

    Muhammad SAW sebagai penutup pintu kenabian dan kerasulan (baca QS. al-

    Ahzab, 33:40).13. Kesempurnaan itu melalui proses yang panjang. Bahwa ajaran

    yang terkandung dalam kitab suci Zabur (Dawud AS), Taurat (Musa AS) dan Injil

    (Isa AS), hanya diperuntukkan buat pedoman kaumnya saja, masih belum cukup

    (lengkap) buat pedoman bagi seluruh umat manusia di muka bumi. Isi kitab-kitab

    suci tersebut disempurnakan Allah Swt, yang kemudian menjelma menjadi kitab

    al-Quranul Karym yang berisi114 surat dengan 6236 ayat.

    Dalam ungkapan lain, bahwa ajaran Agama Yahudi dan Nasrani adalah ajaran

    Islam yang dikhususkan buat Bani Israel saja, bukan untuk umat lain yang

    berdomisili di luar wilayah kekuasaan Bani Israel. Bagi umat yang berada di

    wilayah lainnya diutus nabi dan rasul sendiri, sebagaimana yang ditegaskan Allah

    dalam QS. Yunus, 10:47.14 Hal ini termasuk di pulau Jawa terdapat nabi dan rasul

    yang bersuku Jawa. Namun nama mereka itu tidak tercantum dalam daftar nama

    nabi dan rasul dalam al-Quran.

    Dalam hal ini, tentang sejumlah filosuf yang pernah memberikan fatwa

    tentang jalan kehidupan menuju terminal kebahagiaan (nirwana), sebagian ulama

    berpendapat bahwa seperti tokoh pendiri agama Budha yang bernama Sidharta

    Gautama adalah seorang nabi yang bernama Dzulkifli (Pemilik Kafila Wastu),

    termasuk Kong Fu Tse (Konghucu) adalah sosok Nabi Hud AS,15 indikasinya

    terdapat patung Dewa Hud di dalam kelenteng mereka. (Wallahu aklam).

    Berdasarkan pemikiran di atas, maka ajaran Islam yang telah disempurnakan

    Allah untuk seluruh umat manusia di muka bumi (rahmaattan lilalamin), banyak

    sekali persamaannya dengan ajaran agama lain yang hidup dan berkembang di

    10 . Terjemahan ayat Dan telah Kami berikan kepada Musa sebuah kitab dari Kami jadikan sebegai petunjuk bagi Bani Israel 11 . Terjemahan ayat Dan Kami tidak mengutus kamu kecuali sebagai rahmat alam semesta 12 . Terjemahan ayat Pada hari ini telah Aku sempurnakan agamamu buat kamu 13 . Terjemahan ayat Muhammad itu bukan ayah dari siappapun diantara seorang lelaki, tetapi dia sebagai utusan Allah dan penutup pinta kenabian 14 . Terjemahan ayat Dan bagi setiap umat ada rasulnya 15. Abdul Mudjahid, Sejarah Agama-Agama, (Jakarta, Raja Grafindo, ,1994) 19

    6

  • nusantara seperti agama Katolik, Kristen, Hindu, Budha, dan Konghucu.

    Persamaan ajaran itu terdapat dalam bidang kemanusiaan (hablun minal-naas),

    seperti kewajiban saling membantu, saling menghormati, saling mencintai, saling

    mengasihi dan saling yang positif lainnya. Sebaliknya terlarang saling membunuh,

    saling membenci, saling merugikan dan sejumlah larangan lainnya.

    Kesamaan ajaran beberapa agama tersebut, sebuah indikasi yang bisa

    dijadikan fakta bahwa benar adanya ajaran Islam yang bersifat regional (lokal)

    dan nasional yang telah diajarkan para nabi dan rasul yang dilahirkan di pelbagai

    wilayah di permukaan bumi sebelum kelahiran Nabi Muhammad SAW di Mekah

    pada 571 M. (53 SH).

    Adapun perbedaan yang tampak adalah dalam hal akidah dan tata cara

    ritualnya kepada Allah SWT (Tuhan YME). Ritual ibadah salat (hablun min allah)

    yang disyariatkan dalam Islam lebih sempurna dibandingkan dengan tata cara

    ritual agama lainnya. Hal ini menunjukkan bahwa Islam yang dibawa Nabi

    Muhammad SAW lebih tinggi nilainya dibandingkan dengan Islam yang dibawa

    para nabi sebelumnya. Hal ini telah disabdakan nabi sendiri bahwa al-Islaamu

    yaluw walaa yulaa alaih16.

    B. Metoda Dakwah Rasulullah Tugas, kewajiban dan tanggungjawab yang diemban Nabi Muhammad SAW

    sebagai nabi global lebih besar dan lebih berat dibandingkan dengan tugas para

    nabi dan rasul sebelumnya yang bersatus sebagai nabi dan rasul regional dan

    nasional. Dengan itu, Rasulullah melakukan berbagai macam metoda dalam

    proses Islamisasi ke seluruh penjuru dunia, khususnya di wilayah Timur Tengah

    saat itu.

    Adapun metoda dakwah yang dilakukan Nabi Muhammad Saw antara lain

    melakukan dakwah bil-hikmah (baca QS. al-Nahl, 16:125)17, yaitu memberikan

    teladan yang baik dalam sikap dan prilaku dengan selalu sopan santun kepada

    siapapun. Hal ini, kemudian diistilahkan dengan akhlaqul-karimah. Beliau

    mendapatkan predikat dari langit Uswatun Hasanah (baca QS. al-Ahzab,

    33:21)18 yang bermakna Teladan Terbaik dan Terpuji. Dengan metoda tersebut,

    16 . Terjemahan hadis Ajaran Islam itu lebih tinggi derajatnya dari ajaran agama lainnya 17 . Terjemahan ayat Serulah manusia kepada jalan Tuhanmu dengan bijak 18 . Terjemahan ayat Sesungguhnya telah ada pada diri rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu

    7

  • puluhan sampai ribuan orang Arab yang tertarik terhadap ajaran Islam yang

    kemudian mengucapkan syahadatain (pengakuan terhadap Allah dan Rasul-Nya

    Muhammad).19

    Kemudian beliau melakukan dakwah bil-lisan (baca QS. al-Ikhlas, 112 :1-4)20

    yaitu islamisasi via ucapan. Beliau berkewajiban menjelaskan pokok-pokok dan

    intisari ajaran Islam kepada umatnya (kaum muslimin) melalui dialog (tanya

    jawab) dan khutbah yang berisi nasehat dan fatwa. Selain itu beliau mengajarkan

    kepada para sahabatnya setiap kali turunnya wahyu yang dibawa Malaikat Jibril,

    yang kemudian dihafalkan dan ditulis di pelepah kurma.

    Rasulullah melakukan dakwah bil-hijrah (baca QS. al-Anfal, 8:72)21 yaitu

    islamisasi via transmigrasi dan imigrasi dari Mekah ke Yatsrib (Madinatul

    Munawarah). Hal ini kemudian dilakukan para sahabat dan para tabiin serta para

    tabiit-tabiin dalam proses pengembangan ajaran Islam ke wilayah lainnya.

    Sejak beliau berdomisili di kota Madinah, beliau melakukan dakwah bil-yad

    (baca QS. al_Syura, 42:38) yaitu islamisasi via politik. Dengan melalui proses

    musyawarah kepada semua golongan penduduk Yatsrib, dibuatlah sebuah

    kesepakatan bersama yang hasilnya dinamakan dengan Piagam Madinah

    Piagam tersebut adalah undang-undang dasar berdirinya sebuah Negara Islam

    yang tertulis pertama kali di dunia.22 Dalam negara Madinah tersebut yang

    berstatus sebagai kepala Negara adalah Muhammad bin Abdullah. Dengan itu

    beliau bukan hanya sebagai nabi dan rasul saja, tetapi punya jabatan kenegaraan

    sebagai presiden. Kemudian setelah beliau wafat, kepemimpinannya dilanjutkan

    khulafaur-rasyidin, yaitu Saidina Abubakar, Saidina Umar bin Khathab, Saidina

    Usman bin Afan dan Saidina Ali bin Abi Thalib.

    Dalam status beliau sebagai Presiden (Kepala Negara), beliau melakukan

    dakwah bil-qalam (baca QS. al-Qalam, 68:1) yaitu islamisasi via tulisan kepada

    para raja dan penguasa wilayah lain di sekitarnya, seperti mengirimkan surat ke

    Raja Persia, Abruwaiz bin Harmizan dan Hiraclius Penguasa Kerajaan Romawi.

    Surat-surat beliau yang berisi ajakan masuk Islam yang dikirimkannya ke

    19. Ira M Lapidus, Sejarah Sosial Umat Islam, (Jakarta, Raja Grapindo Persada, 1999), 31 20 . Terjemahan ayat Katakanlah hai Muhammad, Dia Tuhan Yang Mahaesa, dst 21 . Terjemahan ayat Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan berhijrah serta berjihad dengan harta dan jiwanya pada jalan Allah dan orang-orang yang memberi tempat kediaman dan pertolongan, mereka itu saling melindungi 22 .Thomas W. Arnold, Sejarah Dawah Islam, Terjemahan A. Nawawi Rambe, (Jakarta, Widjaja, 1979), 42

    8

  • beberapa tokoh penguasa wilayah disekitarnya, sebagian ada yang diterima

    dengan baik (masuk Islam) dan sebagian ada yang ditolak dengan kasar (dirobek),

    seperti yang diterima Raja Persia.23

    Beliau melakukan dakwah bil-nikah (baca QS. al-Nisa, 4:3)24 yaitu

    islamisasi via perkawinan, dalam hal ini nabi menikahi putri para sahabat dan para

    janda yang ditinggal wafat suaminya yang mati syahid di medan perang dalam

    jihad fisabilillah. Tercatat dalam sejarah hidupnya, beliau menikah sampai 14 kali.

    Istri beliau yang terkenal yaitu Siti Khadijah (janda) yang dinikahinya berusia 40

    tahun dan Siti Aisyah binti Abubakar (perawan) yang baru berusia 9 tahun.

    Ketika nabi wafat. masih 9 orang isteri yang ditinggalkannya, mereka itu

    berstatus sebagai janda-janda Rasulullah, yang terlarang bagi siapapun untuk

    menikahinya. Nama-nama isteri beliau, adalah sebagai berikut;, 1. Khadijah binti

    Khuwalid, 2. Aisyah binti Abu Bakar, 3. Saudah binti Zumah, 4. Zainab binti

    Jahsi al-Asadiyah, 5. Ummu Salamah binti Abu Umayah bin al-Mughirah, 6.

    Hafsah binti Umar bin Khathab, 7. Ramlah binti Abu Sufyan bin Harb, 8.

    Juwairiyah binti al-Harits, 9. Shafiyah binti Hayi bin Akhtab, 10. Maimunah binti

    al-Harits, 11. Zainab binti Khuzaimah bin al-Harits, 12. Khaulah binti Hakim,

    13. Asma binti an-Nukman al-Kindiyah, dan 14. Umrah binti Yazid al-Kilabiyah

    Metode dakwah yang lain, beliau melakukan dakwah bil-rihlah (baca QS. al-

    Baqarah, 2:196)25 yaitu islamisasi via wisata relijius. Rasulullah beberapa kali

    mengajak para sahabat di Madinah untuk melaksanakan umrah ke Mekah dan

    manasik haji ke Arafah. Ibadah haji dan umrah tersebut adalah rukun Islam yang

    kelima yang wajib dilaksanakan oleh setiap muslim yang mampu, minimal sekali

    seumur hidup.

    Selain itu beliau melakukan dakwah bil-mal (baca QS. al-Baqarah, 2:177)26

    yaitu islamisasi via sodakoh. Tercatat dalam sejarah, beberapa orang sahabat yang

    berstatus sebagai budak yang dimerdekakan nabi seperti Bilal yang dikenal tokoh

    muadzin panggilan salat. Beliau mengajak para sahabat yang termasuk agnia

    (hartawan) untuk menyantuni anak yatim dan memberi makan para duafa (para

    fakir, miskin, anak jalanan, mualaf dll).

    23. M. Natsir, Fiqhud-Dawah, (Jakarta,DDII, 1978), 89 24 . Terjemahan ayat ..maka kawinilah wanita-wanita yang kamu senang, dua, tiga atau empat. Kemudian jika kamu takut tidak bisa berbuat adil, maka cukup kawini seorang wanita sajai 25 . Terjemahan ayat Dan sempurnakan ibadah haji dan umrah 26 . Terjemahan ayat dan berikanlah harta yang dicintai kepada karib kerabat, anak- anak yatim,orang-orang miskin anak jalanan, para musafir dan merdekakan hamba sahaya,

    9

  • Rasulullah juga mengajak orang-orang kafir, penganut agama Yahudi dan

    Nasrani untuk tukar pikiran tentang masalah akidah yang benar. Tata cara ini

    disebut dengan metode dakwah bil-jidal yang digariskan dalam kitab suci QS.al-

    Nahl,16:12527 yaitu islamisasi via diskusi (tukar pikiran). Dalam aktivitas ini,

    beliau mengemukakan dalil naqli dan aqli (argumentasi yang rasional) dengan

    menggunakan etika bahasa yang santun. Beliau juga selalu berdoa kepada Allah

    memohonkan limpahan hidayah, supaya umat manusia masuk ke dalam Islam,

    agama yang diridai Allah Swt. Metoda dakwah dengan tata cara berdoa ini disebut

    metoda dakwah bil-qalbi (baca QS. al-Qashsash, 28:56).28

    Dalam perjalanan waktu selama 23 tahun mengemban amanat islamisasi di

    tengah masyarakat Arab, Rasulullah Muhammad SAW telah melakukan berbagai

    macam metoda dakwah, yaitu dakwah bil-hikmah, dakwah bil-lisan, dakwah bil-

    hijrah, dakwah bil-yad, dakwah bil-qalam, dakwah bil-nikah, dakwah bil-rihlah,

    dakwah bil-mal, dakwah bil-jidal, dakwah bil-qalb, dakwah bil-hal, dan dakwah

    bil-taubah.29

    C. Mata Rantai Islamisasi Beragam metoda dakwah yang sudah dilaksanakan rasulullah tersebut,

    diteruskan para sahabat, para tabiin, para tabiit-tabiin dan para pengikutnya di

    seluruh penjuru dunia. Walhasil pada abad ke 21 sekarang ini (2010 M), setelah

    melalui perjalanan panjang selama 14 abad (1431 H), jumlah umat Islam sudah

    mencapai 25 persen dari 7 miliar jiwa umat manusia yang hidup di permukaan

    bumi.

    Kalau setiap orang tua muslim yang melahirkan anak dijadikan muslim dan

    diteruskan oleh cucu dan keturunan berikutnya, seperti keturunan Saidina Ali dan

    Siti Fatimah, dengan setiap generasi berjarak rerata 30 tahun. Maka generasi yang

    hidup sekarang adalah sekitar generasi yang ke 48, anak cucu dan cicit Rasulullah

    dari garis keturunan Saidina Ali.

    27 . Terjemahan ayat ..dan bertukar-pikiranlah kepada mereka dengan bahasa yang santun 28 . Terjemahan ayat Sesungguhnya engkau tidak bisa memberi petunjuk kepada orang yang kau cintai, tetapi Allah memberi petnjuk kepada siapa saja yang dikehendakNya. Dan Allah mengetahui orang--orang yang mau menerima petunjuki

    29 . Seh Alwi al-Gamel, kiaji Asep al-Amin, Kisah Mujahadah Ulama NU Dalam Saham Dakwah Islam, (Sidoarjo, Garisi, 2007), 55

    10

  • Adapun bagaimana proses estafeta (mata rantai) dakwah Islam ke seluruh

    penjuru dunia dari Nabi Muhammad bin Abdullah di Mekkah dan Madinah

    sampai kepada Ihsan bin Muhammad di Surabaya Grafika mata rantainya

    digambarkan dengan lingkaran kecil yang diberi huruf abjad seperti gambar di

    bawah ini Dalam gambar tampak bahwa sumber awal Islamisasi berasal dari Nabi

    Muhammad yang diterima sahabat Said (S), kemudian diteruskan ke tabiin

    bernama Umar (U), dari U ke Latief (L) dilanjutkan ke Hamdun (H), lalu

    diterima Amran (A) untuk disampaikan ke Wahid (W), tibalah giliran Ihsan (I)

    yang menjadi mata rantai terakhir dalam urutan estafetnya.

    GRAFIK MATA RANTAI ISLAMISASI

    Adapun jumlah umat Islam yang telah mencapai hampir 2 miliar orang saat

    ini, jumlahnya akan terus bertambah dari hari ke hari, jumat ke jumat, bulan ke

    bulan dan tahun ke tahun. Pertambahan itu, baik dari lahirnya keturunan dari

    H A

    L W I

    U

    S

    11

  • internal umat Islam sendiri maupun dari eksternal penganut agama lain yang

    menyatakan diri sebagai muslim (pindah ke agama Islam).30

    Mereka yang pindah agama dan kemudian memilih Islam, mereka adalah

    hamba Allah yang mendapatkan hidayah dari langit. Dalam hal islamisasi ini,

    hidayah Allah merupakan kata kunci pertambahan jumlah muslim di penjuru

    dunia. Orang Islam yang luput dari hidayah Allah bisa menjadi umat yang murtad.

    Bahwa dalam kehidupan beragama, tidak boleh ada paksaan dari siapapun

    juga (QS. al-Baqarah, 2:256). Setiap orang mempunyai hak asasi (HAM) untuk

    menganut agama yang diyakininya. Allah berfirman dalam QS. al-Kahfi, 18:2931,

    bahwa setiap insan diperkenankan memilih antara dua pilihan yaitu boleh menjadi

    orang beriman (muslim) atau memilih menjadi orang kafir (non muslim). Dalam

    hal ini, resikonya harus dipertanggungjawabkan masing-masing orang di hari

    kemudian nanti.

    D. Lintasan Sejarah Indonesia Keberadaan Indonesia tidak lepas dari sejarah Kolonialis Belanda di

    Nusantara yang berlangsung sampai ratusan tahun (3,5 abad). Dalam ungkapan

    lain, tidak ada nama Indonesia kalau tidak ada kolonial Belanda, karena wilayah

    Indonesia itu adalah tanah yang dikuasasi kerajaan Belanda di wilayah nusantara.

    Kemudian nama Indonesia mulai dikenal dan disosialisasikan di wilayah

    nusantara, terhitung sejak lahirnya gerakan nasionalisme pada Rabu, 20 Mei 1908

    yang dikenal dengan istilah gerakan Boedi Oetomo.

    Nama Indonesia tersebut, kemudian dipakai partai politik Islam yang dirintis

    H. Samanhudi pada 1911 yang kemudian dipimpin HOS. Tjokroaminoto dan KH.

    Agus Salim yaitu PSII (Partai Syarikat Islam Indonesia).32 Setelah itu diabadikan

    dalam sebuah lagu kebangsaan Indonesia Raya yang digubah WR.Soepratman dan

    dikumandangkan dalam kongres Sumpah Pemuda, Ahad 28 Oktober 1928 di

    Batavia (Jakarta). Salah satu baitnya berbunyi Indonesia, tanah airku, tanah

    tumpah darahku. Kemudian pada Jumat, 17 Agustus 1945, Soekarno Hatta atas

    30 . Mereka yang pindah agama ke Islam disebut dengan para muallaf. Proses keislaman para muallaf tersebut, sering dilaksanakan dalam upacara formal di masjid dwengan mengucapkan syahadatain. 31 . Terjemahan ayat Dan katakanlah Kebenaran ityu datangnya dari Tuhanmu, maka barabg siapa yang mau beriman hendaklah ia beriman, dan barang siapa yang mau kafir biarlah ia kafir 32 Abdul Qadir Djaelani, Peta Sejarah Perjuangan Politik Umat Islam di Indonesia, (Surabaya, Tri Bakti, 1996), 66

    12

  • nama bangsa Indonesia memproklamirkan kemerdekaan Negara Kesatuan

    Republik Indonesia (NKRI) dari cengkeraman kekuasan kolonial Belanda.

    Adapun makna istilah Indonesiawi (Keindonesiaan) adalah manifestasi dari

    rasa kebangsaan, yang cinta terhadap tanah air Indonesia yang kaya raya dengan

    jutaan flora dan pauna, keragaman ras, suku, agama dan budaya yang tersebar di

    ribuan kepulauan dari Sabang sampai ke Marauke, yang kemudian dibingkai

    dalam filsafat Bangsa Bhineka Tunggal Ika.

    Dalam proses mewujudkan kemerdekaan NKRI, umat Islam memainkan

    peranan penting. Hal ini bisa dikaji dari tokoh-tokoh Islam yang tercatat dalam

    daftar pahlawan nasional, antara lain HOS. Tjokroaminoto dan KH. Agus Salim,

    KH. Ahmad Dahlan pendiri Persyarikatan Muhammadiyah pada 1912, KH.

    Hasyim Asyari pendiri Jamiyah Nahdlatul Ulama pada 1926 dan ratusan

    pahlawan Islam nasional lainnya.33

    Partai politik Islam dan organisasi sosial keislaman yang lahir, tumbuh dan

    berkembang pada awal abad ke 20, termasuk al-Irsyad (1914) dan Persatuan Islam

    (1923) serta Young Islamiten Bond yang turut andil dalam kongres Sumpah

    Pemuda pada 1928. Keanggotaan partai politik dan organisasi tersebut, tidak

    hanya di pulau Jawa melainkan tersebar di wilayah nusantara. Mereka telah turut

    serta menumbuhkan semangat nasionalisme, dan anti kolonial Belanda.

    Sikap politik anti kolonial Belanda tersebut, di kalangan umat Islam sudah

    bergejolak jauh sebelum itu, seperti gerakan Paderi yang dipimpin Imam Bonjol di

    Padang Sumatera Barat, Gerakan Aceh Merdeka yang dipimpin Teuku Umar, Tjut

    Nja Din di Aceh Sumatera Paling Utara, Pangeran Diponegoro di Jawa, Sultan

    Hasanudin di Makasar Sulawesi Selatan, Pangeran Antasari di Kalimantan Selatan

    dan gerakan tokoh Islam lainnya di daerah lainnya.

    Sebelum lahirnya semangat nasionalisme, gerakan umat Islam masih bersifat

    kedaerahan (regionalisme). Perjuangan mereka masih terbatas pada perjuangan

    mempertahankan wilayah kerajaannya masing-masing, yaitu wilayah kerajaan

    Islam yang tersebar di pelbagai daerah di nusantara. Di pulau Jawa saja terdapat

    beberapa kerajaan Islam, antara lain kerajaan Mataram, kerajaan Banten, kerajaan

    Cirebon, kerajaan Giri dan kerajaan lainnya. Di luar Jawa terdapat kerajaan Aceh,

    kerajaan Melayu, kerajaan Bone, kerajaan Ternate dan lain sebagainya.

    33. Deliar Noer, Gerakan Modern Islam di Indonesia 1900-1942, (Jakarta, LP3ES, , cet VII, 1995), 35

    13

  • Munculnya beraneka ragam kerajaan Islam di nusantara tersebut, sebuah bukti

    dalam sejarah bahwa Islam sudah lebih dulu hadir di nusantara, dibandingkan

    dengan keberadaan Kristen yang dibawa oleh kolonial barat (Portugis, Inggeris

    dan Belanda) pada abad ke 16. Keberadaan kerajaan Islam tersebut adalah bagian

    dari aktivitas islamisasi melalui politik (dakwah bil-yad). Hal ini tercatat dalam

    sejarah Islam di Jawa, bahwa munculnya kerajaan Demak (Jawa Tengah) yang

    dipimpin Raden Fatah telah memporakporandakan kerajaan Mojopahit yang

    berpusat di Mojokerto (Jawa Timur) pada abad ke 15 M. Demikian pula

    keberadaan kerajaan Cirebon telah menghancurkan kerajaan Siliwangi di Jawa

    Barat.

    Dalam catatan sejarah, Islam masuk ke nusantara pada abad ke 7 M, yaitu

    pada abad pertama hijriyah. Islam masuk dan berkembang di nusantara dengan

    cara damai, tanpa melalui kekerasan dan pertumpahan darah, yang dibawa

    langsung para pedagang Arab Yaman. Kerajaan Islam yang pertama kali berdiri di

    nusantara adalah kerajaan Islam Perlak dan Pasir (Pasei) di Aceh. Kemudian terus

    berkembang di sepanjang pantai barat Sumatera hingga ke Bengkulu dan pantai

    timur ke Melayu (kepulauan Riau) sampai ke Palembang dan Lampung.34

    Perkembangan Islam selanjutnya adalah memasuki pulau Borneo

    (Kalimantan) terus ke Sulawesi dan kepulauan Maluku di bagian utara nusantara,

    sedangkan di bagian selatan masuk ke Jawa terus ke nusatenggara. Pada ujungnya

    masuk ke Papua Barat dan terus berkembang sampai ke benua Australia.

    Perkembangan Islam tersebut dicatat, yaitu pada abad ke 13 M.

    Adapun mereka yang memainkan peranan penting dalam proses islamisasi di

    Jawa, antara lain adalah tokoh yang tercantum dalam daftar nama Wali Songo,

    yaitu Sunan Malik Ibrahim, Raden Rahmat (Sunan Ampel), Raden Paku (Sunan

    Giri), Jakfar Sodik (Sunan Kudus), Raden Syahid (Sunan Kalijaga), Syarif

    Hidayatullah (Sunan Gunung Jati), Raden Qasim (Sunan Drajad), Raden Said

    (Sunan Muria) dan Raden Ibrahim (Sunan Bonang).35

    Diantara tokoh wali songo tersebut, sebagian adalah pendatang (muhajirin)

    dari luar nusantara, seperti Sunan Malik Ibrahim langsung dari Arab dan Raden

    Rahmat dari Cina. Mereka kawin dengan penduduk asli (pribumi) yang kemudian

    34 . Azyumardi Azra, Jaringan Global dan lokal Islam Niusantara, (Bandung, Mizan, 2002), 51 35 . Sjamsudduha, Sejarah Sunan Ampel, Guru Para Wali di Jawa dan Perintis Pembangunan Kota

    Surabaya, (Surabaya, Jawa Pos Press, 2004) 77

    14

  • melahirkan wali songo lainnya, seperti Sunan Drajat dan Sunan Bonang adalah

    putra Sunan Ampel, termasuk istri Sunan Kalijaga. Dengan demikian, para wali

    songo tersebut telah melakukan metodologi islamisasi dakwah bil-hijrah, dakwah

    bil-nikah dan dakwah bil-yad, selain dakwah bil-lisan dan dakwah bil-hikmah

    serta metode dakwah lainnya. Pada saat itu, mereka belum disebut sebagai bangsa

    Indonesia.

    Bangsa Indonesia ini terdiri dari berbagai macam ras dan suku, seperti suku

    Batak, Melayu, Minang, Palembang, Lampung (Sumatera), Banten, Sunda, Jawa,

    Madura (Jawa), Dayak (Kalimantan), Bugis, Menado (Sulawesi), Ambon

    (Maluku), Bali, Sasak (Mataram) dan ribuan suku lainnya, termasuk ras Arab,

    Cina, Eropa dan Hindia disingkat ACEH.

    E. Perkawinan Antar Suku Ketika orang Jawa nikah sesama suku Jawa, misalnya antara orang Tuban

    dengan orang Mojokerto (TUMO), maka keturunannya tetap bersuku Jawa.

    Demikian pula orang Batak nikah sesama ras Batak, anak cucunya tetap disebut

    dengan Batak, yang berubah adalah nama marganya, bila marga Siregar (lelaki)

    nikah dengan marga Nasution (perempuan), anak-anaknya akan mengikuti marga

    bapaknya yaitu Siregar, dan hilanglah marga ibunya yang Nasution.

    Berbeda, kalau orang Batak menikahi orang Bugis, maka anaknya akan

    bersuku BABU (Batak-Bugis) atau bersuku SUSU (Sumatera-Sulawesi), seperti

    kasus keluarga besar Wakil Presiden Dr. H. Muhammad Yusuf Kalla (Bugis) dari

    Makasar yang menikahi Ibu Hj. Mufidah (Minang) yang berasal usul dari Padang.

    Dalam hal ini, muncul sebuah usul untuk menambah khazanah kebudayaan

    bangsa Indonesia yaitu nama suku bangsa untuk anak-anak mereka berdua, diberi

    nama suku Nusan, singkatan dari kata Nusantara, yang berarti hasil pernikahan

    antar suku dan antar pulau.

    Selama ini di tengah masyarakat dikenal istilah INDO buat panggilan anak-

    anak hasil pernikahan antara orang Indonesia dengan orang Eropa (Belanda/

    Londo). Istilah Indo tersebut adalah singkatan dari nama Indonesia dan Londo.

    Adapun yang belum dikenal dan tidak popular istilah buat anak-anak hasil

    pernikahan antara orang Indonesia dan orang Arab atau orang Indonesia dan orang

    Cina. Yang sering terdengar istilah warga keturunan, yang berarti anak-anak

    15

  • orang Cina yang berstatus WNI dan lahir di Indonesia, istilah ini tidak berlaku

    bagi orang Arab dan Pakistan.

    Dalam hal ini, apa tidak sebaiknya dicarikan sebuah istilah khusus, misalnya

    kata INAR atau RABIN (Arab-Indonesia) dan INCIN (Indonesia- Cina), sebagai

    tambahan dari istilah Indo. Istilah yang baru dimunculkan tersebut adalah bagian

    dari makna istilah Indonesiawi (ke-Indonesia-an).

    F. Islamisasi dan Indonesiawi Ditemukan di tengah masyarakat bahwa sudah banyak alumni pondok

    pesantren dari Jawa yang merantau ke luar Jawa untuk mengabdikan ilmu

    pengetahuannya di wilayah nusantara. Mereka berangkat sebatang kara atau

    bersama rombongan atas upaya individu atau utusan organisasi keagamaan

    meninggalkan Jawa menuju Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, Papua dan pulau

    lainnya di nusantara, dengan tekad berhijrah (transmigrasi) berbekalkan modal

    ilmu pengetahuan dan ketrampilan kerja. 36

    Setelah sampai di tempat tujuan, mereka datang dan lapor ke aparat desa /

    kelurahan atau tokoh masyarakat setempat dengan menyerahkan seperangkat surat

    jalan dan identitas diri serta ijazah yang dimilikinya, sambil menyampaikan

    maksud dan tujuan kedatangannya di tempat itu. Bagi para muhajirin yang

    beruntung, misalnya yang bernama Rijal, tidak terlalu lama sudah mendapatkan

    tempat untuk mengabdi disana, dia diangkat menjadi ustaz di madrasah, atau

    muazin di masjid atau ustaz di TPQ (Taman Pendidikan al-Quran).

    Kemudian berkah dari kebajikannya, dengan selalu menampilkan citra diri

    yang sopan dan santun, disertai dengan kepandaian bergaul dan bermasyarakat. Si

    ust. Rijal tadi mendapatkan simpati dari warga kampung, hingga dia dijodohkan

    dan dinikahkan dengan warga setempat yang bernama Nisa. Hasil dari pernikahan

    Rijal dan Nisa tersebut melahirkan anak yang bernama Ali Imron dan Maryam.

    Status kesukuan anak mereka berdua yang berbeda ras tersebut, dinamakanlah

    dengan suku Nusan, yaitu produk pernikahan antara dua suku yang berbeda

    pulau, misalnya suku Sunda dan Lampung (SULAM).

    36 . Muhammad Syamsu As, Ulama Pembawa Islam di Indonesia dan Sekitarnya, (Jakarta,

    Lentera, Cet 2,1999), 77

    16

  • Kisah dan kasus semacam ini sudah terjadi dan berjalan di tanah air Indonesia

    selama ini. Inilah salah bentuk yang dimaksudkan dalam istilah Islamisasi dan

    Indonesiawi. Si ust Rijal dalam melaksanakan amar makruf dan nahi munkar di

    tengah masyarakat, sudah melakukan beberapa macam metoda dakwah yang

    pernah dicontohkan rasulullah, antara lain metoda dakwah bil-hijrah, dakwah bil-

    hikmah, dakwah bil-lisan, dakwah bil-nikah dan metoda dakwah lainnya.

    Dalam pelaksananan dakwah bil-nikah tersebut, yang bermakna islamisasi

    dalam arti kuantitas atau menambah jumlah umat Islam, yang tadinya sendirian,

    kemudian berdua, lalu menjadi berempat dan bertambah lagi menjadi delapan

    hingga mewujudkan sebuah nama Bani Rijal, setelah memiliki anak, mantu,

    cucu dan cicit sampai berjumlah puluhan orang. Gambaran tenang metoda dakwah

    bil-nikah tersebut, ditampilkan dalam bentuk grafik di bawah ini.

    Grafik ini adalah sebuah gambaran tentang kisah singkat (kissing)

    keberhasilan dari pernikahan Bapak Abdul Karim dalam membentuk dan

    mewujudkan keluarga sakinah mawaddah warohmah, yang kemudian keluarga

    besar ini dinamakan dengan Bani Karim. Cerita singkatnya sebagai berikut

    bahwa:

    Karim (muslim keturunan) menikahi Endang (muslim mualaf), punya 4 anak

    (Umar, Alfi, Gani dan Aini), umar bin Karim menikahi Linda (mualaf), punya 2

    anak (Murni dan Usman). Gani bin Karim menikahi Rahmah, punya 2 anak (latif

    dan Idrus). Usman bin Umar menikahi Sari, punya 2 anak (Salamah dan

    mahmud). Idrus bin Gani menikahi Maria (mualaf) punya 2 anak (Ridwan dan

    Aisyah). Salamah binti Usman dinikahi Alex (mualaf) dan Ridwan bin Idrus

    menikahi Aminah.

    Demikianlah kising keluarga besar Bani Karim yang berasal dari seorang

    muslim (Karim), kemudian via pernikahan bertambah 19 orang (istri, anak,

    menantu, cucu, dan cicit). Jadilah mereka KELUARGA MUSLIM ASMARA .

    (As-Sakinah Mawadah wa Rahmah).

    17

  • Grafika Dakwah Bil-Nikah

    KELUARGA MUSLIM ASMARA

    E

    EK

    RA G A UL L

    M U S L

    A S M

    I

    A

    M

    R A A

    M

    Anak-anak bangsa yang dilahirkan dari kedua orang tua yang berbeda suku

    dan pulau, sebagian menjadi tokoh nasional, seperti Dr. Ir. H. Soekarno (Jawa-

    Bali), Prof. Dr. H. BJ. Habibie (Sulawesi-Jawa), Dr. Hj. Megawati Soekarnoputri

    (Nusan-Sumatera), ketiganya mantan Presiden RI dan sederet nama tokoh

    nasional lainnya. Mereka yang bisa dikategorikan kelompok suku bangsa Nusan

    (Indonesiawi) adalah mereka yang lahir sejak Indonesia merdeka pada 17

    Agustsus 1945.

    Dalam hal sebutan tentang status kesukuan seseorang, seperti kasus pada diri

    Sheh sendiri telah terjadi perbedaan sisi pandang. Keluarga besar Sheh di

    kampung halaman menyebut Sheh adalah orang Jawa (Sidoarjo), sementara teman

    dan tetangga di Sidoarjo dan Surabaya menyebutkan Sheh orang Sumatera (

    Lahat, Palembang). Pada hal yang benar, yang sesuai dengan perasaan dan

    pernyataan Seh sendiri, yaitu Seh adalah orang Sidoarjo (Jawa Timur) yang

    18

  • berasal dari Lahat (Sumatera Selatan). Maknanya berbeda, bila dinyatakan

    terbalik bahwa "Seh adalah orang Lahat yang tinggal di Sidoarjo.

    Demikian pula anak-anak Sheh dari hasil pernikahan dengan Umi (orang

    Surabaya), mereka termasuk WNI (Warga Negara Indonesia) yang bersuku

    Nusan atau termasuk dalam kategori kelompok Indonesiawi. WNI yang

    menyandang predikat suku Susan tersebut, diperkirakan jumlahnya akan melonjak

    dengan pesat pada dasawarsa mendatang. Wallahuaklam.

    G. Citra Muslim Pancasilais Sungguh banyak upaya yang bisa dilakukan umat dalam melaksanakan tugas

    Islamisasi dan Indonesiawi di wilayah nusantara. Secara biologis seperti melalui

    pernikahan antar suku dan antar pulau yang melahirkan suku baru yang bernama

    Nusan. Kemudian bagaimana secara idiologis membina mayoritas rakyat

    Indonesia bercitrakan Muslim Pancasilais?

    Dalam sejarah kelahiran Pancasila yang dirumuskan Soekarno pada 1 Juni

    1945, rumusan itu disempurnakan dalam alinea Piagam Jakarta yang ditanda

    tangani 9 orang tokoh nasionalis (wali songo) pada Jumat, 22 Juni 1945. Dari wali

    songo itu terdapat 4 orang tokoh Islam Nasionalis, yaitu H. Abdul Wahid Hasyim,

    H. Agus Salim, H. Abdul Kahar Muzakkir dan Abikusno Tjokrosujoso.

    Sedangkan 4 orang lagi adalah tokoh Nasionalis Muslim, yaitu H. Soekarno, H.

    Mohammad Hatta, H. Achmad Subardjo dan H. Muhammad Yamin, yang terakhir

    adalah tokoh Nasionalis Kristen AA. Maramis.

    Percikan kisah perjuangan bangsa Indonesia dalam menuju alam kemerdekaan

    tersebut adalah sebuah fakta sejarah yang menunjukkan bahwa saat itu sudah lahir

    tokoh Islam yang bercitra Muslim Pancasilais. Mereka telah melaksanakan

    metoda dakwah bil-yad (islamisasi via politik), yaitu mereka bekerja sama dengan

    tokoh nasional lainnya, demi kemerdekaan Negara Kesatuan Republik Indonesia.

    Kemudian setelah Indonesia merdeka, tokoh-tokoh Islam aktif dalam partai

    politik, antara lain di Partai Masyumi, Partai NU, Partai Syarikat Islam, dan partai

    lainnya. Setelah Pemilu 1955, tokoh Islam di Masyumi berjuang menjadikan

    Islam sebagai dasar Negara Kesatuan Republik Indonesia. Perjuangan tersebut

    gagal setelah keluarnya Dekrit Presiden Soekarno, yaitu kembali ke UUD 1945

    pada 5 Juli 1959. Tragis, dampak dari perjuangan tadi, Partai Masyumi

    19

  • membubarkan diri atas desakan penguasa pemerintah orde lama yang menerapkan

    kebijakan Nasakom (Nasional, Agama dan Komunis), yaitu PNI, NU dan PKI.

    Kebijakan pemerintah orde lama tersebut telah mengantarkan lahirnya

    pemerintah orde baru pada 1966, akibat tragedi Gestapu PKI pada 1965 dengan

    terbunuhnya 7 orang Jenderal TNI AD di Lubang Buaya Jakarta Timur.

    Berbekalkan Supersemar (Surat Perintah 11 Maret 1966), Mayor Jenderal

    Soeharto (Pak Harto) berani menyatakan bahwa PKI adalah partai terlarang di

    bumi Indonesia, yang kemudian pada 1968, beliau diangkat MPRS menjabat

    Presiden RI menggantikan Ir. H. Soekarno. Beliau berkuasa selama 32 tahun

    (1966-1998) dengan 7 kali mengemban amanat MPR/DPR RI sebagai Presiden

    RI.

    Pada pemilu 1971, peserta kontestan pemilu sebanyak 9 partai politik

    ditambah 1 Sekber Golkar. Pada pemilu tersebut terdapat 4 partai Islam, yaitu

    NU, Parmusi, PSII dan Perti. Keempat partai itu kemudian fusi menjadi PPP

    (Partai Persatuan Pembangunan) pada 1973 atas dasar kebijakan pemerintah

    tentang penyederhanaan partai politik dengan cukup hanya 3 kontestan pemilu

    saja pada pemilu 1977 hingga pemilu 1997.37

    Dalam upaya menampilkan citra muslim nasionalis, pemerintah orde baru

    mengatur dan menetapkan kebijakan Azas Tunggal Pancasila bagi semua partai

    politik dan organisasi kemasyarakatan. Dengan ketentuan tersebut, maka PPP

    yang berasaskan Islam diubah menjadi asas tunggal Pancasila pada pemilu 1982.

    Hal ini diikuti oleh ormas Islam lainnya yang dipelopori NU pada 1984, kecuali

    PII (Pelajar Islam Indonnesia).yang menyatakan lebih baik mati (fakum) dari pada

    mengubah asas Islam menjadi asas tunggal Pancasila.

    Semua itu yang telah menjadi bagian dari sejarah perjuangan umat Islam di

    Indonesia, adalah bagian dari upaya gerakan Islamisasi dan Indonesiawi di

    wilayah nusantara. Dalam kaitan dengan upaya tersebut, Presiden Soeharto pernah

    mendirikan Yayasan Amal Bakti Muslim Pancasila dengan obsesi membangun

    999 buah masjid di nusantara. Atas obsesi tersebut, Pak Harto dicatat dalam

    sejarah nasional sebagai Presiden 1001 masjid. Dalam hal ini, Pak Harto telah

    37 . Seh Sulhawi Rubba, Kebajikan dan Kebijakan Emha Sheh Harto, Presiden Seribu Satu Masjid,

    (Sidoarjo, Garisi, 2008), 201

    20

  • melaksanakan metoda dakwah bil-yad atas kewenangan beliau sebagai penguasa

    tunggal di zaman orde baru.

    Sejarah tidak pernah berhenti, setelah tumbangnya pemerintah orde baru

    (1998) yang kemudian muncul era reformasi di awal abad ke 21. Aktivitas

    dakwah bil-yad melahirkan sejumlah Partai Islam Nasionalis, seperti PAN (Partai

    Amanat Nasional), PKB (Partai Kebangkitan Bangsa), PKS (Partai Keadilan

    Sejahtera), PBB (Partai Bulan Bintang), PBR (Partai Bintang Reformasi), PMB

    (Partai Matahari Bangsa), PKNU (Partai Kebangkitan Nasional Umat) dan partai

    Islam lainnya.

    Selain itu terdapat Partai Nasionalis Relijius, seperti Partai Golkar, Partai

    Demokrat, Partai Gerakan Indonesia Raya dan sejumlah partai kecil lainnya.

    Tokoh partai-partai tersebut, sebagian adalah para santri yang menjunjung tinggi

    nilai-nilai ajaran Islam dan filsafat Pancasila. Mereka itu adalah citra Muslim

    Pancasilais yang bertekad meneruskan perjuangan para tokoh pendahulunya yang

    terlibat aktif dalam dunia politik.

    H. Penutup

    Ajaran Islam yang telah tersebar di seluruh penjuru dunia yang diyakini

    oleh berbagai suku bangsa. Ajaran Islam tersebut telah membentuk berbagai corak

    warna para penganutnya. Islam yang tumbuh dan berkembang di Arab melahirkan

    bentuk Muslim Arab. Demikian pula Islam yang hadir dan berkembang pesat di

    nusantara telah melahirkan muslim Indonesia yang memproduk filsafat negara

    Pancasila, sehingga disebut dengan istilah muslim Pancasilais. Selain itu, ajaran

    Islam telah melahirkan beraneka ragam format umat Islam di seluruh dunia, yaitu

    muslim Turki, muslim Eropa, muslim Amerika, muslim Cina, muslim Iran, dan

    format citra muslim lainnya. Masing-masing mempunyai ciri khas kebangsaannya.

    Inilah sebuah bukti bahwa Islam itu sebagai rahmatan lil-alamin.

    Demikianlah sebuah wacana tentang Formulasi Islamisasi dan Citra Muslim

    Pancasilais yang perlu dikaji lagi secara mendalam oleh para pakar Sosiologi

    Islam, Sosiologi Politik dan Sosiologi Antropologi. Selain para tokoh tersebut,

    gagasan ini perlu dikoreksi oleh para pakar Ilmu Dakwah tentang masalah

    Perumusan Metodologi Islamisasi. Akhirulqalam, afwan wa syukran ala kully hal.

    Walhamdulillahi Allahu Akbar.

    . (Delta Manggalarang, Senin, 15 Maret 2010 / 29 Rabiulawal 1431).

    21

  • Daftar Pustaka

    Azra, Azyumardi, Jaringan Global dan lokal Islam Niusantara, , Mizan,

    Bandung, 2002

    al-Quranul Karym, Asy-Syifa, Semarang, 2000

    al-Gamel, Seh Alwi, Kiaji Asep al-Amin, Kisah Mujahadah Ulama NU Dalam

    Saham Dakwah Islam, Garisi, Sidoarjo, 2007 al-Hadad, Al-Habib Alwi bin Thohir, Sejarah masuknya Islam di Timur Jauh, , Lentera, Jakarta,

    2001

    al-Hamid, Zaid Husein, Kisah 25 Nabi dan Rasul, Pustaka Amani, Jakarta, 1995

    Lapidus, Ira M, Sejarah Sosial Umat Islam, Raja Grapindo Persada, Jakarta, 1999

    Madjid, Nurcholish, Khazanah Intelektual Islam, Bulan Bintang, Jakarta, 1984

    M. Natsir, Fiqhud-Dawah, Dewan Dakwah Islam Indonesia, Jakarta, 1978

    Mudjahid, Abdul, Sejarah Agama-Agama, Raja Grafindo, Jakarta,1994

    Noer, Deliar, Gerakan Modern Islam di Indonesia 1900-1942, LP3ES, Jakarta, cet

    VII, 1995.

    Rubba, Seh Sulhawi, Kebajikan dan Kebijakan Emha Sheh Harto, Presiden

    Seribu Satu Masjid, Garisi, Sidoarjo, 2008

    Saifuddin Anshari, Endang Piagam Jakarta 22 Juni 1945, Sebuah Konsennsus

    Nasional Tentang Dasar Negara Republik Indonesia, Gema Insani Press, Jakarta,

    1997

    Syamsu As, Muhammad, Ulama Pembawa Islam di Indonesia dan Sekitarnya,

    Lentera, Jakarta, Cet 2,1999

    Sjamsudduha, Sejarah Sunan Ampel, Guru Para Wali di Jawa dan Perintis

    Pembangunan Kota Surabaya, Jawa Pos Press, Surabaya, 2004

    Qadir Djaelani, Abdul, Peta Sejarah Perjuangan Politik Umat Islam di

    Indonesia,Tri Bakti, Surabaya, 1996

    W. Arnold, Thomas Sejarah Dawah Islam, Terjemahan A. Nawawi Rambe,

    Widjaja, Jakarta, 1979

    Dan beberapa sumber informasi lainnya

    22