Formulasi Cajuputi Ointment

47
LAPORAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI SEDIAAN SEMISOLIDA OLEUM CAJUPUTI OINTMENT Dosen pembimbing : Kelas / Kelompok : D / 2 Anggota Kelompok : 1. Hilya 050911261 2. Raniea Hamid 050911278 3. Halib Masbubi C. M. 051011024 4. Galih Satrio Putra 051011027 5. Diajeng Putri Paramita 051011034 6. Narendra Kusuma Wardhana 051011036 7. Afifah Faza 051011042 8. Kharisma Aprilita Rosyidah 051011106 9. R. Kamilia Fitri 051011186 10. Linggar Sekar Utari 051011222 11. Lulus Megawati 051011256 12. Ayek Rezka Trialvianti 051011258 13. Rahma Nita Nirmala 051011262 14. Noor Azira A. R. 051011284 FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS AIRLANGGA SURABAYA 2011/2012

description

Laporan Formulasi Sediaan Salep Minyak Kayu Putih

Transcript of Formulasi Cajuputi Ointment

Page 1: Formulasi Cajuputi Ointment

LAPORAN PRAKTIKUM

TEKNOLOGI SEDIAAN SEMISOLIDA

OLEUM CAJUPUTI OINTMENT

Dosen pembimbing :

Kelas / Kelompok : D / 2

Anggota Kelompok :

1. Hilya 050911261

2. Raniea Hamid 050911278

3. Halib Masbubi C. M. 051011024

4. Galih Satrio Putra 051011027

5. Diajeng Putri Paramita 051011034

6. Narendra Kusuma Wardhana 051011036

7. Afifah Faza 051011042

8. Kharisma Aprilita Rosyidah 051011106

9. R. Kamilia Fitri 051011186

10. Linggar Sekar Utari 051011222

11. Lulus Megawati 051011256

12. Ayek Rezka Trialvianti 051011258

13. Rahma Nita Nirmala 051011262

14. Noor Azira A. R. 051011284

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS AIRLANGGA SURABAYA

2011/2012

Page 2: Formulasi Cajuputi Ointment

BAB I

PENDAHULUAN

Oleum cajuputi atau yang lebih dikenal dengan minyak kayu putih adalah minyak

atsiri yang diperoleh dari destilasi daun segar Melaleuca leucadendra L dan spesies lain dari

Myrtaceae dan dimurnikan melalui destilasi uap. Tanaman ini dapat berupa belukar atau

pohon yang dapat ditemui di Indonesia Timur dan Australia. Mayoritas produksi mimyak

atsiri atay minyak kayu putih di pulau Buru dan pulau Banda. Minyak ini mengandung 50 –

60% sineol (C10H18O), meol , aseton, terpen, dan sesquiterpen. Pemerian oleum cajuputi yaitu

cairan tidak berwana atau kuning, bau aromatis, rasa menusuk seperti kamfer diikuti rasa

dingin.

Oleum cajuputi mempunyai khasiat untuk penggunan internal maupun eksternal.

Penggunaan eksternal minyak kayu putih sebagai karminatif, obat sakit perut dan saluran

cerna serta ekspektoran pada kasus laringitis dan bronkhitis. Selain itu, pada penggunaan

eksternal oleum cajuputi dapat memberikan efek antibakteri. Bakteri yang dapat dihambat

oleh oleum cajuputi meliputi bakteri gram positif dan gram negatif. Oleum cajuputi juga

dapat berfungsi sebagai antifungal terhadap C. albicans (Oyedeji et. all, 1999). Meskipun

banyak pengobatan tradisional yang menggunakan oleum cajuputi sebagai analgesik dan anti

inflamasi, namun pengujian klinisnya tidak memberikan hasil yang konsisten dan masih

harus diuji lebih jauh lagi kebenarannya (Silva, Jeane. et all. 2003).

Minyak kayu putih mempunyai sifat yang tidak dapat larut dalam air, sehinggauntuk

penggunaan topikal lebih tepat jika dibuat dalam bentuk ointment. Sediaan salep sendiri,

menurut FI IV masih dibagi menjadi 4 kelompok yakni salep basis hidrokarbon, salep serap,

salep yang dapat tercucikan oleh air, dan salep yang larut dalam air. Sedangkan sediaan kami

disini merupakan salep yang ditujukan untuk minyak kerik (massage), dan counter irritant.

Dimana kedua efek tersebut memiliki tujuan terapi yang berbeda, minyak kerik hanya

diinginkan bahan obat lepas dari sediaan dan tetap berada di permukaan kulit. Sedangkan

untuk efek counter irritant, bahan obat diinginkan masuk menembus kulit hingga ke lapisan

viable epidermis. Maka perlu pertimbangan untuk memutuskan jenis salep yang digunakan

agar tujuan terapi dapat tercapai.

Page 3: Formulasi Cajuputi Ointment

BAB II

TINJAUAN BAHAN AKTIF

Senyawa aktif Karakteristik Fisika Karakteristik

Kimia

Keterangan

Oleum cajuputi

Sinonim :

Oleum

Eucalypti

Essencia de

Eucalipto

Essence of

Eucalyptus

Rectifiee

Eucalypti

Aetheroleum

Cineole

Minyak atsiri yang

diperoleh dengan

penyulingan uap daun

dan ranting segar M.

leucadendra L dan M.

minor Sm, mengandung

sineol C10H18O (50% -

65%)

Pemerian :

Tidak berwarna, kuning

atau hijau, bau khas

aromatik, rasa pahit

Kelarutan :

Larut dalam 2 bagian

etanol 80% p, jika

disimpan lama kelarutan

akan berkurang; mudah

larut dalam etanol 90%

p (1 : 1-10)

Bobot per ml 0,910 g

sampai 9,23 g

Indeks bias : 1,464 –

1,472

BJ : 0,912 – 0,925

Produk yang mengandung

minyak kayu putih harus

disimpan pada suhu tidak

melebihi 25 ° C di sumur

diisi kontainer. Lindungi

dari cahaya (Reynolds,

1982).

Page 4: Formulasi Cajuputi Ointment

BAB III

TINJAUAN BENTUK SEDIAAN

SALEP

Definisi

1. Farmakope Indonesia edisi III (1979)

Salep adalah sediaan setengah padat yang mudah dioleskan dan digunakan

sebagai obat luar. Bahan obat harus larut atau terdispersi homogen dalam dasar

salep yang cocok

2. Farmakope Indonesia edisi IV (1995)

Salep adalah sediaan setengah padat yang ditujukan untuk pemakaian topical

pada kulit atau selaput lendir.

3. British Pharmacopeia (2002)

Salep adalah sediaan yang mengandung satu fase basis yang mana fase padat

atau cair bisa terdispersi.

4. The Art Science and Technology of Pharmaceutical Compounding (1998)

Salep adalah sediaan semisolid yang diaplikasikan secara eksternal pada kulit

atau selaput lendir. Salep akan lunak atau mencair pada suhu tubuh..Salep harus

menyebar dengan mudah dan tidak boleh terasa gritty

5. The Pharmaceutical Codex 12th

Ed

Salep adalah sediaan semisolid yang pemakaiannya ditujukan untuk kulit atau

membran mukosa tertentu. Biasanya berbentuk dispersi satau atau lebih bahan

obat dalam basis non aqua.

Basis salep biasanya anhidrat dan terdiri dari lemak, minyak dan lilin hewan,

tanaman dan mineral, non oleaginous (bahan yang berminyak) dan bahan

sintesis (yang biasanya tidak disarankan menjadi basis ideal salep). Salep tidak

boleh mengiritasi kulit, tidak boleh memperlambat penyembuhan luka, harus

bertekstur lembut, inert, tidak berbau, memiliki sifat fisika kimia yang stabil dan

kompatibel dengan kulit dengan perawatan dermatologikal.

Klasifikasi

Berdasarkan basisnya (Farmakope Indonesia edisi IV, 1995)

1. Dasar Salep Hidrokarbon

- Dasar salep berlemak (contoh: vaselin putih)

Page 5: Formulasi Cajuputi Ointment

- Salep dimaksudkan untuk emperpanjang kontak bahan obat dengan kulit

dan bertindak sebagai pembalut penutup

2. Dasar Salep Serap

a. Dasar salep yang dapat campur dengan air membentuk emulsi air dalam

minyak (contoh: lanolin anhidrat)

b. Emulsi air dalam minyak yang dapat bercampur dengan sejumlah larutan

air tambahan (Lanolin)

3. Dasar Salep yang Dapat Dicuci dengan Air

4. Dasar Salep Larut dalam Air

Karakter Sediaan Salep (Husa’s Pharmaceutical Dispensing)

1. Stabil

2. Halus

3. Mudah digunakan

4. Bahan dasarnya sesuai

5. Homogen

Alasan penggunaan sediaan salep menurut Farmakope Indonesia IV halaman 18 :

- Khasiat yang diinginkan

- Sifat bahan yang dicampurkan

- Ketersediaan hayati

- Stabilitas dan ketahanan sediaan jadi

Alasan pemilihan sediaan salep untuk bahan aktif oleum cajuputi :

- Oleum cajuputi tidak larut dalam air sehingga dibuat sediaan ointment

- Diinginkan sediaan yang melekat lama pada permukaan kulit karena oleum

cajuputi berkhasiat sebagai anti iritant, dan rubifacient

- Karena bahan aktif bersifat volatile, maka diinginkan bahan aktif dapat

bertahan agar tidak menguap pada suhu tubuh dengan menggunakan basis

hidrokarbon, basis absorbsi, dan basis lainnya pada salep.

- Salep bersifat anhydrous sehingga dapat meminimalisir kontaminasi mikroba

yang biasa tumbuh pada tempat dengan kadar air yang tinggi

Page 6: Formulasi Cajuputi Ointment

BAB IV

SPESIFIKASI SEDIAAN

Kategori Spesifikasi

Kadar bahan aktif 3 %

Kemasan terkecil 20 g

Bau Bau khas aroma kayu putih

Warna Kuning muda

Tekstur Lembut, halus

Kemudahan pengolesan Mudah dioleskan

Viskositas 450 – 600 dPa S (seperti

vaselin album)

Daya sebar Mudah menyebar

Tipe aliran Plastis

Tujuan sediaan 1. Untuk pemijatan.

2. Counter irritant.

Page 7: Formulasi Cajuputi Ointment

BAB V

BAGAN ALIR

Sediaan Ointment Ol. Cajuputi

Sediaan oinment

mengandung fase yang

mudah teroksidasi dan

menjadi tengik

Diperlukan antioksidan

BHT

α-tocopherol

ascorbyl palmitate

butilated hydroxyonilose

Antioksidan terpilih :

BHT

Alasan :

BHT larut dalam minyak

kompatibel

Diinginkan sediaan ointment

Diperlukan corrigen odoris Cera alba

Vaselin album

Parafin liquidum

Adeps lanae

PEG 4000

Macrogol )PEG400)

Olive oil

Hard parafin

Cetostearyl alcohol

petrolatum

Basis salep terpilih :

Vaselin album

PEG 400

PEG 4000

Cera alba

Alasan :

Membentuk konsistensi yang

baik

Unruk meningkatkan

aseptabilitas

Oleum mentha piperitae

Oleum jasmin

Oleum rosarum

Odoris terpilih :

Oleum mentha piperitae

Alasan :

Karena memiliki aroma yang

dapat menguatkan aroma

dari bahan aktif

Diperlukan basis

Ditakutkan pada proses

penyulingan Ol. Cajuputi

hasilnya tidak murni,

sehingga kemungkinan

adanya spora logam yang

bisa mengkatalis reaksi

oksidasi

Diperlukan anti chelating

agent

EDTA

Na-EDTA

Maliol

Cumaric Acid

Chelating agent tepilih :

EDTA

Alasan :

Non toxic, non iritan,

kompatibel

Page 8: Formulasi Cajuputi Ointment

BAB VI

FORMULA BAKU

Eucalyptus Ointment (Unguentum Eucalyp.)

Sumber : Extra Pharmacopeia Martindale 25th

ed. Page 855

R/ Eucalyptus oil 10 gram

Hard Parafin 40 gram

White soft parafin 50 gram

Unguentum Analgesique (Vick’s Vaporub)

Sumber : Formularium Medicamentorum Selectum halaman 91

R/ Menthol 2,750

Camphor 5

Ol. Eucalypti 1,500

Ol. Nucistae 0,750

Ol. Cedri Fol. 0,750

Terebinth 5

Thymol 0,250

Vas. Album ad 100

m.f.ung.

s.u.e

Balsem Merah (Salep Merah Tjap Matjan / Tiger Balsam Merah)

Sumber : Formularium Medicamentorum Selectum halaman 91

R/ Ol. Caryophyl 4

Ol. Cinnamom. 5

Camphor 10

Ol. Eucalypti 11

Menthol 20

Paraf. Sol. 20

Vas. Flav. Ad 100

m.f.ung.

s.u.e

Page 9: Formulasi Cajuputi Ointment

Balsem balpirik kayu putih (hijau) khusus untuk pijat

Sumber : (www.farmasiku.com)

Oleum cajuputi 10%

Oleum eucalypti 4%

Oleum myristicae 1%

Terpentinae 2%

Menthol 0,5%

Vaselin album ad 100%

Eucalyptus Ointment

Sumber : Ben’s Botanic Doctor Adviser

Elder oil 12 oz

White wax 2 oz

Spermaceti 1½ oz

Eucalyptus oil 2 drachms

Winter green oil 20 drops

Page 10: Formulasi Cajuputi Ointment

BAB VII

BAHAN TAMBAHAN

BASIS

No. Nama bahan Sifat fisiko kimia Rentang pemakaian

1. Mineral oil /

Paraffin

liquidum

(HPE 6th

ed.

page 445)

Pemerian : tidak berwarna, tidak berbau, jernih,

cairan berminyak yang viscous, tidak

berfluoresensi, praktis tidak berasa dan tidak

berwarna ketika dingin dan memiliki bau khas

ketika dipanaskan

Kelarutan : praktis tidak larut etanol 95%,

gliserin dan air. Larut dalam aseton, benzene,

chloroform, eter dan petroleum eter, karbon

disulfida. Larut dengan volatile oils kecuali

castor oil

Inkompatibilitas : dengan oksidator kuat.

HLB = 12

Viskositas : 110-230mPas (T=20oC)

TD>360oC

Topical ointment :

0,1-0,5%

Topical lotions :

1,0-20,0%

Topical emulsion :

1,0-32,0%

2. White

Petrolatum /

Vaselin album

/ Soft Parafin

(HPE 6th

ed.

page 482)

Pemerian : putih hingga kuning pucat, massa

lembut berminyak, tidak berasa, dapat

ditembus cahaya, tidak berbau, sedikit

berfluorescent ketika terkena cahaya matahari

Kelarutan : praktis tidak larut aseton,etanol

95%, gliserin dan air, larut dalam benzene,

karbon disulfida, kloroform, eter, heksana,

fixed ols atau volatile oils

Tidak boleh dipanaskan dalam waktu lama di

atas 70oC

Inkompatibilitas: petrolatum merupakan

material inert dengan sedikit inkompatibilitas

TL = 38-60oC

HLB = 9

Topical ointment up to

100%

Topical emulsions =

4-25%

Emollient topical

creams = 10-30%

Page 11: Formulasi Cajuputi Ointment

3. Cetil alkohol Pemerian : kepingan putih dari wax, berbau dan

rasa tawar

Kelarutan: larut bebas dalam etanol 95%,

kelarutan meningkat dengan peningkatan

temperature. Praktis tidak larut air

TL = 45-42oC

Zat murni = 49oC

4.

Petrolatum /

Vaselin flavum

(HPE 6th

ed.

page 481)

Pemerian : warna kuning pucat, massa lembut,

tidak berasa, tidak berbau, dapat atau mudah

ditembus cahaya, tidak berfluorosensi ketika

dilebur.

Kelarutan : praktis tidak larut aseton, etanol

95% panas/dingin, gliserin dan air. Larut dalam

benzene, karbon disulfid, kloroform, eter,

heksane, minyak menguap dan sebagian

minyak lemak

TL = 38-60oC

Topical ointment up to

100%

Topical emulsions =

4-25%

Emollient topical

creams = 10-30%

5. Cetostearyl

alcohol

(HPE 6th

ed.

page 150)

Pemerian : merupakan campuran alcohol

alifatis padat, terutama stearyl (50-70%) dan

setil alcohol (20-30%) bentuk pellet atau

granul. Dengan pemanasan meleleh berubah

jernih.

TL = 49-56oC

Kalarutan : larut dalam etanol (95%), eter dan

minyak, praktis tidak larut dalam air

Inkompatibilitas : dengan oksidator kuat dan

garam logam

Stabilitas: stabil pada kondisi penyimpanan

normal yaitu ditempatkan pada wadah tertutup

dan tempat kering.

6. White wax,

Cera alba

(HPE 6th

ed.

Pemerian: lembaran berwarna putih atau agak

kuning, tidak berasa, agak transparan. Baunya

sama dengan cera flavum namun lebih lemah.

Emollient = 2 -5%

Emulsifying agent = 2

-5%

Page 12: Formulasi Cajuputi Ointment

page 779) Kelarutan : larut dalam kloroform, eter,

minyak, karbon disulfide, larut sebagian dalam

etanol (95%), praktis tidak larut air

Inkompatibilitas : dengan oksidator kuat. Dapat

menurunkan titik leleh inuprofen sehingga

cenderung sticking selama proses film coating

pada kristal ibuprofen.

Stabilitas: stabl pada suasana asam, basa,

cahaya, dan udara.

TL = 61-65oC

HLB = 12

Stiffening agent = 2 –

10%

Water absorption =

5%

7. Lanolin, Wool

fat, Adeps

lanae

(HPE 6th

ed.

page 377)

Pemerian: warna kuning pucat, substansi lilin

yang berwarna kusam, bau khas, leburan

lanolin jernih atau hampir jernih, cairan

berwarna kuning

Kelarutan: mudah larut dalam benzene,

kloroform, eter dan petroleum spiritus. Agak

sukar larut dalam etanol 95% mendidih. Praktis

tidak larut air

TL = 38-44oC

Inkompatibilitas: lanolin mengandung pro

oksidan yang dapat mempengaruhi kestabilan

bahan aktif tertentu

Stabilitas: dalam penyimpanan dapat

teroksidasi. Tidak toksik dan tidak mengiritasi,

dapat menyebabkan alergi pada kulit sensitif

8. PEG 4000 Pemerian: putih, konsistensi padat, bau manis

Kelarutan: larut dalam aseton,

etanol,diklorometan

Inkompatibilitas: dengan paraben

Stabilitas: oksidasi dapat terjadi pada suhu

50˚C (terpapar lama)

Viskositas: 110 – 170 mPas (cP)

Page 13: Formulasi Cajuputi Ointment

TL: 50 -58˚C

9. Paraffin

solidum

(HPE 6th

ed.

page 474)

Pemerian : tidak berbau, tidak berasa, tembus

cahaya, tidak berwarna atau padatan putih, saat

disentuh terasa sedikit berpasir dan beberapa

rapuh, ketiika dicairkan berpendar

Kelarutan : larut dalam kloroform, eter, minyak

menguap dan beberapa minyak yang panas,

sedikit larut dalam etanol, praktis tidak larut

dalam aseton, etanol (95%) dan air. Dapat

bercampur dengan sebagian wax jika

dipanaskan kemudian didinginkan

Stabilitas: disimpan pada suhu < 40˚C

TL =50-61oC

HLB = 11

10 Macrogol,

Carbowax,

PEG 400 (HPE

5th

ed p. 545)

Pemerian: tidak berwarna atau sedikit kuning,

cairan kental atau bau khas, rasa pahit

Kelarutan: semuanya larut dalam air, larut

dalam aseton, etanol, diklorometan

Viskositas: 105 – 130 mPas (cP)

Basis terpilih :

Cera alba

Vaselin album

PEG 400

PEG 4000

Alasan :

Dapat membentuk konsistensi basis sesuai yang diinginkan

Kompatibel dengan bahan lain yang digunakan

Page 14: Formulasi Cajuputi Ointment

ANTI OKSIDAN

No. Nama bahan Sifat fisiko kimia Rentang pemakaian

1. Butylated

Hydroxy Anisole

(HPE 5th

ed. page

101)

Pemerian : kristal/serbuk putih atau kuning

pucat dengan bau yang khas

Kelarutan : praktis tidak larut air, larut dalam

methanol, sangat larut dalam ≥50% larutan

etanol, propilen glikol, kloroform, eter,

hexane, cotton seed oil, peanut oil, soybean

oil, glyceryl monohidrat dan dalam larutan

alkali hidroksida

Inkompatibilitas : dengan oxidizing agent

dan garam feri

Kombinasi dengan antioksidan lain seperti

Butylated Hidroxy toluene dan alkil gallat

Stabilitas : paparan dari cahaya menyebabkan

perubahan warna dan kehilangan aktivitas

Keamanan : tidak mengiritasi dan tidak

menimbulkan sensitisasi

BM = 180,25

Topical formulation :

0,005-0.02%

2. Butylated

Hydroxy Toluene

(HPE 6th

ed. page

75)

Pemerian : Kristal/serbuk putih atau kuning

pucat dengan bau yang khas

Kelarutan : praktis tidak larut air, gliserin,

propilen glikol,larutan alkali hidroksida dan

campuran asam mineral dalam air, sangat

larut dalam aseton, benzene, etanol 95%,

methanol, eter, toluene, fixed oil dan minyak

mineral. Lebih larut daripada BHA dalam

minyak makanan dan lemak.

Stabilitas ; paparan cahaya, kelembababan

dan panas menyebabkan perubahan warna

dan kehilangan aktivitasnya

Inkompatibilitas : dengan oxidizing agent

kiuat seperti peroksida dan permanganate.

Topical formulation :

0,0075-0,1%

Page 15: Formulasi Cajuputi Ointment

Garam besi menyebabkan perubahan warna

dan kehilangan aktivitas

Keamanan : tidak mengiritasi dan tidak

menimbulkan sensitisasi.

3. Propyl gallate

(HPE 6th

ed.

page 587)

Pemerian : serbuk atau Kristal putih tidak

berbau atau hampir tidak berbau dengan rasa

pahit ayng pada umumnya tidak terasa pada

konsentrasi sebagai antioksidan.

Kelarutan : Almond oil 1 : 44Castor oil 1 :

4.5 ; Cottonseed oil 1 : 81 pada 30oC ;

Ethanol (95%) 1 : 3;1 : 0.98 at 25oC ; Ether 1

: 3;1 : 1.2 at 25oC ; Lanolin 1 : 16.7 at 25

oC ;

Lard 1 : 88 at 45oC ; Mineral oil 1 : 200 ;

Peanut oil 1 : 2000 ; Propylene glycol 1 : 2.5

at 25oC ; Soybean oil 1 : 100 at 25

oC ; Water

1 : 1000 ; 1 : 286 at 25oC

pH : 5,9 (0,1%b/v larutan dalam air)

stabilitas : tidak stabil pada suhu tinggi dan

cepat rusak dalam minyak goring

inkompatibilitas : dengan logam, antara lain :

natrium, kalium dan besi, membentuk

kompleks berwarna, bereaksi dengan

oxidizing agent

keamanan : menimbulkan sensitisasi yang

poten

Sampai 0,1%b/v

4. Ascorbyl

palmitat

(HPE 5th

ed. page

74)

Pemerian : praktis tidak berbau, serbuk putih

atau kekuningan

Kelarutan : Acetone 1 : 15 ; Chloroform 1 :

3300 ; 1 : 11 at 60oC ; Cottonseed oil 1 :

1670 ; Ethanol 1 : 8 ; 1 : 1.7 at 70oC ; Ethanol

(95%) 1 : 9.3 ; Ethanol (50%) 1 : 2500 ;

Ether 1 : 132 ; Methanol 1 : 5.5 ; 1 : 1.7 at

60oC ; Olive oil 1 : 3300 ; Peanut oil 1 : 3300

Page 16: Formulasi Cajuputi Ointment

; Propan-2-ol 1 : 20 ; 1 : 5 at 70oC ;

Sunflower oil 1 : 3300 ; Water Practically

insoluble ; 1 : 500 at 70oC ; 1 : 100 at 100

oC

Stabilitas : teroksidasi dan mengalami

perubahan warna bila terpapar cahaya dan

kelembaban tinggi, tidak tahan pemanasan

>65oC

Inkompatibilitas : dengan oxidizing agent

Keamanan : non toxicdan non iritan

BM : 414,54

5 α-tocopherol

(HPE 5th

ed. page

55)

Pemerian : merupakan bahan alam, jernih,

tidak berwarna atau cokelat kekuningan,

viskous, cairan berminyak yang sangat lipofil

Kelarutan : praktis tidak larut air, sangat larut

dalam aseton, etanol, eter dan minyak sayur

Stabilitas : teroksidasi lambat oleh oksigen di

atmosfer dan teroksidasi cepat oleh garam

besi dan garam perak. Di simpan di botol

tertutup, tempat yang kering dan jauh dari

cahaya

Inkompatibilitas : dengan peroksida dan ion

logam khususnya besi, tembaga dan perrak,

diabsorbsi oleh plastic

Keamanan : jarang menimbulkan masalah

dalam keamanan ketika digunakan

BM : 430,72

BJ : 0,95g/cm3

TL : 235˚C

0,001 – 0,005%

Page 17: Formulasi Cajuputi Ointment

Anti oksidan terpilih :

BHT

Alasan :

Karena BHT larut dalam minyak sehingga dapat mencegah timbulnya bau tengik akibat

oksidasi fase minyak. Sebenarnya setelah melakukan studi pustaka, kami ingin

menggunakan α-tokoferol sebagai antioksidan, karena selain dapat bersifat sebagai

antioksidan α-tokoferol atau yang lebih dikenal dengan vitamin E juga bagus untuk kulit.

Namun karena harganya yang mahal dan penggunaannya di laboratorium dibatasi, maka

kami akhirnya memutuskan untuk menggunakan BHA dan BHT sebagai antioksidan

CHELLATING AGENT

No. Nama Bahan Sifat Fisiko-Kimia Retang

Pemakaian

1. Maliol C6H5O2 Pemerian: kristal, rasa dan aroma karamel

Kelarutan: pada suhu 25˚C larut dalam

etanol 95% (1:21), gliserin (1:80), propen-

2-ol (1:53), propilen glikol (1:28), air

(1:83)

Inkompatibilitas: penyimpanan larutan

pekat dalam wadah logam dapat merubah

warna.

BM: 176,11 TL: 162 – 164˚C

pH: 5,3 (0,5% w/v)

2. EDTA, Edetic

Acid,

Tetraacidacid,

Tetracemic acid,

C6H16N2O8

Pemerian: serbuk kristal

Kelarutan: larut dalam larutan alkali,

hidroksida dalam air (1:500)

Inkompatibilitas: dengan oksidator kuat,

basa kuat, polivalent menthol

ampotherllin, hidrolozine, hidroclorodium

Keamanan: tidak toksik, tidak irritan,

namun dilaporkan pada sediaan nebulizer

dapat menyebabkan bronkokontriksi

0,01 – 0,1 %

Page 18: Formulasi Cajuputi Ointment

BM: 292,24 TL: 220˚C (dekomposisi)

3 Fumaric acid,

Boletic acid,

C4H4O4

Pemerian: serbuk atau granul atau kristal

putih, hampir tidak berbau, dalam bentuk

serbuk kristal higroskopis

Kelarutan: sangat sedikit larut dalam

benzena, kloroform dan carbon

tetrachloride, etanol 95% (1:27) pada suhu

30˚C, aseton (1:58), air (1:200), pada suhu

25˚C (1:159), 40˚C (1:94), 60˚C (1:42)

BM: 116,07

4 Molic Acid,

C4H8O5

Pemerian: serbuk kristal putih, granule,

rasa asam kuat dan bau lemah, higroskopis

Kelarutan: larut dalam etanol 95% dan air,

praktis tidak larut dalam benzene.

Fungsi lain: antioksidan, flavoring dan

buffer

Inkompatibilitas: bereaksi dengan

pengoksidasi, terdegradasi oleh kuman

aerobik dan anaerobik, kelembaban dan

suhu tinggi tidak menyebabkan caking

Viskositas: 6,5 Cp (50% w/v larut air

25˚C)

BM: 134,09 TL: 131 – 132 ˚C

Bahan terpilih :

EDTA

Alasan :

Sebenarnya dipilih EDTA sebagai chellating agent karena bahan tersebut tidak memiliki

inkompatibilitas dengan bahan lain yang digunakan dalam pembuatan sediaan ini. Selain itu,

EDTA juga memiliki kelarutan yang cukup besar dalam minyak. Namun, karena EDTA tidak

tersedia di laboraturium, maka dalam pembuatan formula ini tidak digunakan chellating agent.

Page 19: Formulasi Cajuputi Ointment

CORRIGEN ODORIS

No. Nama bahan Sifat fisiko kimia Rentang pemakaian

1. Oleum Menthae

Piperitae

(Sumber :

Practical Herbs)

Pemerian : tidak berwarna atau berwarna

kuning pucat atau kuning kehijauan ketika

baru disuling, namun menjadi lebih gelap dan

lebih viscous pada penyimpanan. Memiliki

bau yang khas dan aromatik kuat diikuti

dengan sensasi dingin disebabkan oleh

mentol yang dikandungnya. Spesific gravity :

0,900-0,920 (0,894-0,94 pada 25 °). Sudut

rotasi : -18 ° sampai -35 °.

Kelarutan : alkali hidroksida

Inkompatibilitas : dengan oxidizing agent

dan garam feri

Kombinasi dengan antioksidan lain seperti

Butylated Hidroxy toluene dan alkil gallat

Stabilitas : paparan dari cahaya menyebabkan

perubahan warna dan kehilangan aktivitas

Keamanan : tidak mengiritasi dan tidak

menimbulkan sensitisasi

BM = 180,25

Topical formulation :

0,005-0.02%

2. Oleum jasmine

(Sumber :

Practical Herbs)

Pemerian : memiliki aroma manis, flowery,

eksotis dan sedikit memabukkan.

Untuk menghasilkan aroma yang diinginkan

hanya perlu jumlah yang sedikit.

Density : 0.947 g/mL at 25 °C(lit.)

Titik leleh : 47 – 52o C

Keterangan : Bagus untuk stress dan

mengurangi rasa cemas. Sangat bagus untuk

perawatan kulit berminyak, dan kulit kering.

Terdapat lebih dari 100 konstituen yang ada

dalam minyak melati, tapi komponen kimia

Page 20: Formulasi Cajuputi Ointment

utama adalah benzil asetat, linalool, benzil

alkohol, indol, benzil benzoat, cis-jasmone,

geraniol, dan metil anthranilate.

3. Oleum rosae

(Sumber :

Practical Herbs)

Pemerian : berwarna kuning pucat, cairan

bening, mempunyai bau yang khas mawar

dan kuat, agak berasa manis.

Spesifik gravitasi : 0,865-0,880 pada suhu 20

˚ C.

Agak larut dalam alkohol dan memiliki pH

netral ketika dicek menggunakan kertas

lakmus. Titik leburnya bervariasi tergantung

pada jumlah stearopten.

Mudah terbakar, dan uapnya eksplosif jika

bercampur dengan oksigen.

Corrigen odoris terpilih :

Oleum menthae piperitae

Alasan :

Karena Oleum menthae piperitae memiliki aroma yang tidak jauh berbeda

dengan aroma bahan aktif sehingga dapat menguatkan aroma bahan aktif. Selain

itu oleum menthae piperitae juga mempunyai efek hangat yang dapat menambah

efektifitas sediaan sebagai salep untuk massage dan counter irritant.

Page 21: Formulasi Cajuputi Ointment

BAB VIII

RANCANGAN FORMULA

BAHAN FUNGSI RENTANG

PEMAKAIAN PENGGUNAAN

FORMULA I FORMULA II FORMULA III FORMULA IV

% Jumlah % jumlah % jumlah % jumlah

Oleum

Cajuputi Bahan obat 0,3 – 3 % 3 600 mg 3 600 mg 3 600 mg 3 600 mg

Vaselin

album Basis 84,85 16,97 g 80 16 g

Cera Alba Basis 2 – 10 % 10 2 g 40 8 g

PEG 4000 Basis 60 12 g

PEG 400 Basis 34,85 6,97 g

Cetostearyl

alkohol Basis 16,85 3,37 g

Olive oil Basis 56,85 11,37 g

Oleum

Mentha

Piperitae

Corrigen

odoris 3 tetes

BHT Antioksidan 0,0075 - 0,1 % 0,1 20 mg 0,1 20 mg 0,1 20 mg 0,1 20 mg

Page 22: Formulasi Cajuputi Ointment

FORMULA TERPILIH

FORMULA I

BAHAN FUNGSI PENGGUNAAN

Rentang

Pemakaian % Jumlah

Oleum Cajuputi Bahan obat 0,3 – 3 % 3 600 mg

Vaselin album Basis 84,85 16,97 g

Cera Alba Basis 2 – 10 % 10 2 g

PEG 4000 Basis

PEG 400 Basis

Cetostearyl alkohol Basis

Olive oil Basis

Oleum Mentha

Piperitae

Corrigen

odoris 3 tetes

BHT Antioksidan 0,0075 - 0,1 % 0,1 20 mg

Page 23: Formulasi Cajuputi Ointment

BAB IX

CARA PEMBUATAN

FORMULA I

Timbang berat akhir

Oleum Menthol

Piperitae 3 tetes aduk ad homogen

dan dingin

Vaselin album 16,97

gram

+

Cera alba 2 gram

lebur ad suhu 75oC.

aduk ad homogen dan

dingin

EDTA 10 mg

+

BHT 20 mg

+

Oleum Cajuputi

0,6 g

Aduk ad homogen

Page 24: Formulasi Cajuputi Ointment

FORMULA II

Timbang berat akhir

aduk ad homogen

PEG 400 6,97 gram

+

PEG 4000 12 gram

lebur ad suhu 75oC.

aduk ad homogen dan

dingin

EDTA 10 mg

+

BHT 20 mg

+

Oleum Cajuputi

0,6 g

Aduk ad homogen

Page 25: Formulasi Cajuputi Ointment

FORMULA III

Timbang berat akhir

aduk ad homogen

PEG 4000

1 gram

+

Vaselin album 17,97

gram

lebur ad suhu 75oC.

aduk ad homogen dan

dingin

EDTA 10 mg

+

BHT 20 mg

+

Oleum Cajuputi

0,6 g

Aduk ad homogen

Page 26: Formulasi Cajuputi Ointment

FORMULA IV

Timbang berat akhir

aduk ad homogen

dan dingin

Cera alba 8 gram

+

Olive oil 11,37 gram

lebur ad suhu 75oC.

aduk ad homogen dan

dingin

EDTA 10 mg

+

BHT 20 mg

+

Oleum Cajuputi

0,6 g

Aduk ad homogen

Page 27: Formulasi Cajuputi Ointment

BAB X

HASIL EVALUASI

A. Organoleptis

Sediaan Spesifikasi

Warna Putih tulang transparan

Bau Khas cajuputi

B. Viskositas

Alat : Viskosimeter stormer

Cara kerja :

1. Viskosimeter stormer letakkan di pinggir meja, untuk memudahkan pekerjaannya.

2. Mantel di bagian cawan luar diisi dengan air dan periksa suhunya

3. Masukkan larutan uji ke dalam cawan kemudian masukkan rotor (bob) secara

perlahan larutan percobaan usahakan dapat berada sampai pada leher rotor. Biarkan

sebentar supaya terjadi keseimbangan suhu.

4. Skala diatur sampai menunjukkan angka nol

5. Letakkan beban pada penggantung sampai rotor berputar

6. Catat waktu yang dibutuhkan rotor untuk berputar 100x putaran

7. Replikasi 3x

Perhitungan viskositas digunakan persamaan berikut :

η = kv

Keterangan :

kv : Konstanta alat

wt : Beban pada yield value

rpm : Jumlah putaran per menit

wv : Beban yang diberikan

Page 28: Formulasi Cajuputi Ointment

Hasil evaluasi :

Diperoleh viskositas, dengan rotor 2, viskositas = 500 dPas

Pembahasan :

Untuk evaluasi viskositas dari sediaan ointment, kelompok kami menggunakan alat

viskometer stormer karena alat tersebut dapat menentukan sifat-sifat reologi dan

viskositas dari sediaan kami. Setelah dilakukan penyimpanan sediaan selama 7 hari,

tidak terjadi perubahan viskositas yang cukup signifikan dari sediaan oleum cajuputi

ointment milik kelompok kami. Sediaan kami memiliki viskositas 500 dPa s, yang

sudah masuk spesifikasi

C. Daya sebar

Alat : 2 lempeng gelas berskala

Cara kerja :

1. Meletakkan ± 1 g sediaan di pusat antara dua lempeng gelas

2. Lempeng sebelah atas diberi beban dalam interval waktu tertentu secara teratur

ditingkatkan bebannya

3. Mengukur diameter penyebaran pada sehap penambahan beban

4. Penambahan beban dihentikan saat sediaan berhenti menyebar

5. Replikasi 3x

6. Membuat grafik profil penyebaran (grafik antara berat beban vs diameter lingkaran

penyebaran)

7. Hitung harga slope

Hasil Evaluasi :

Beban(gram) Replikasi 1 Replikasi 2 Replikasi 3

(cm/menit)

0 4 4 4,2

1 4,2 4,3 4,4

2 4,4 4,5 4,6

3 4,5 4,7 4,7

4 4,5 4,7 4,7

5 4,5 4,7 4,7

6 4,5 4,7 4,7

Page 29: Formulasi Cajuputi Ointment

GRAFIK DAYA SEBAR OLEUM CAJUPUTI OINTMENT

HUBUNGAN ANTARA BEBAN (X) vs PERUBAHAN DIAMETER PER SATUAN

WAKTU (Y)

Daya sebar dari suatu sediaan semisolid dihitung dari hubungan antara beban (X) VS

perubahan diameter persatuan waktu (Y) dimana nilai dari daya sebar adalah nilai slope

(tangen α= Y/X) dari persamaan regresi (y =bx+a) antara beban nol gram sampai dengan titik

dimana sediaan sudah tidak dapat menyebar lagi ketika beban ditingkatkan. Dari analisis

perhitungan diperoleh daya sebar ointment oleum cajuputi :

Replikasi I 0,21 cm/gram.menit

Replikasi II 0.16 cm/gram.menit

Replikasi III 0,20cm/gram.menit

Hasil rata-rata daya sebar ointment oleum cajuputi dari 3 replikasi diperoleh 0,19

cm/gram.menit dengan nilai standard deviasi (SD) sebesar 2,64%. Secara statistik, nilai

Page 30: Formulasi Cajuputi Ointment

standart deviasi 2,64% dapat diterima karena nilai SD yang diperbolehkan oleh persyaratan

adalah kurang dari 5 %.

Menurut literatur yang kami baca, kapasitas penyebaran merupakan diameter maksimal yang

bisa dicapai sediaan saat menyebar akibat pemberian suatu beban pada sediaan tersebut

(Liebermann, 1996). Setelah kami melakukan evaluasi daya sebar dengan replikasi tiga kali,

nilai kapasitas penyebaran dari sediaan oleum cajuputi ointment kelompok kami tercantum

dalam tabel berikut :

D. Uji pelepasan

Alat : Sel difusi membran selofan dan patel disolusi Erweka

Cara kerja :

a. Pembuatan kurva baku bahan aktif

1. Larutan baku induk di pipet dengan volume tertentu dan diencerkan

dengan dapar phospat pH 6,0.

2. Konsentrasi dibuat sesuai dengan ekstingsi spesifik bahan aktif.

3. Panjang gelombang maksimum ditentukan dengan scaning pada panjang

gelombang 200-400nm.

b. Tahap pelaksanaan

1. Membran yang digunakan adalah membran selofan.

2. Siapkan buffer phospat pH 6,0 sebanyak 500,0ml sebagai media reseptor.

3. Suhu percobaan diatur 370C dengan kecepatan pengadukan 100 rpm.

4. Masukkan sejumlah tertentu sampel kedalam sel difusi lalu masukkan

kedalam media difusi.

5. Alat uji dinyalakan.

6. Dilakukan sampling pada 0,5,10,15,30,45,60,90 dan 120 menit dengan

volume sampling 5,0ml (sampling dilakukan pada tempat yang sama).

7. Tiap kali sampling dilakukan, digantikan dengan penambahan 5,0 ml

media kedalam wadah.

Replikasi I 4,5 cm

Replikasi II 4,7 cm

Replikasi III 4,7 cm

Page 31: Formulasi Cajuputi Ointment

8. Sampel diamati dengan Spektrofotometer pada panjang gelombang

maksimum bahan obat, lalu didapatkan absorbansi sampel.

9. Absorbansi sampel dimasukkan ke dalam kurva baku sebagai “y” lalu

didapatkan kadar sampel (μg/ml)

10. Dihitung jumlah bahan obat yang terpenetrasi dalam media

11. Dihitung jumlah bahan obat yang terpenetrasi per satuan luas (μg/cm2)

12. Dibuat kurva jumlah kumulatif obat yang terpenetrasi per satuan luas vs

waktu.

13. Tarik garis regresi linear pada saat sudah tercapau steady state.

14. Slope yang didapat adalah harga fluks (jumlah yang lepas atau terpenetrasi

per satuan luas tiap satuan waktu)

15. Permeabilitas membran didapat dengan cara membagi fluks dengan

kadar/konsentrasi awal obat.

16. sLag time didapat dengan cara ekstrapolasi garis regresi linear.

E. Uji penetrasi

Alat : Membran milipore yang diimpregnasi dengan IPMS

Cara kerja :

a. Pembuatan media difusi dan kurva baku dimana kadar obat dalam rentang

kurva

b. Menyiapkan membrane difusi milipore

c. Preparasi sel difusi

1) Membersihkan sel difusi, kemudian ditimbang

2) Sel difusi diisi dengan sediaan bahan obat (2 gram)

3) Ditutup dengan membrane milipore yang telah diimpregnasi

dengan isopropyl ministat

4) Bersihkan sediaan yang tercecer disekitar lalu sel difusi ditimbang

lagi

5) Kasa dipasang dan diberi ring penyekal agar tidak bocor, lalu klem

dengan lempengan sel yang lain sampai rapat

d. Pengukuran bahan obat yang terpenetrasi

Page 32: Formulasi Cajuputi Ointment

1) Sel difusi yang telah disimpan dimasukkan kedalam bejana

disolusi fester yang berisi dapar dengan pH dan volume tertentu.

Suhu serta kecepatan paddle diatur tertentu (dicatat sebagai t =0)

2) Pada interval waktu tertentu diambil cuplikan 5,0 ml dan untuk

tiap cuplikan ditambah dapar pH tertentu (cek absorban dengan

Spektrofotometer)

3) Konsentrasi bahan obat dengan cuplikan dihitung dengan

menggunakan persamaan regresi kurva baku

4) Dibuat grafik kumulatif jumlah obat yang terpenetrasi tiap waktu,

lalu dibuat regresi linier

F. Uji Aseptabilitas

Cara :

a. Dibuat kriteria akseptabilitas yang akan diuji, seperti kemudahan dioleskan,

kelembutan, kemudahan pencucian.

b. Dibuat skoring untuk masing-masing kriteria, misal untuk kelembutan : 5 =

untuk sangat lembut, 4 = lembut, 3 = cukup lembut,2 = kurang lembut, 1 =

tidak lembut.

c. Gunakan subyek dengan kriteria tertentu. Semakin banyak jumlah responden

maka akan semakin baik. Syarat responden adalah harus random dan

representatif.

d. Responden (subjek) harus mengisi atau menandatangani persyaratan kesediaan

menjadi subjek (Form Informed Consent).

e. Jelaskan hal-hal yang harus dilakukan subjek agar hasilnya tidak bias.

f. Lakukan perhitungan data hasil uji untuk setiap kriteria, kaitkan dengan skor

masing-masing.

g. Tampilkan data dalam bentuk grafik atau gambar

Page 33: Formulasi Cajuputi Ointment

Hasil pengamatan :

Jumlah responden = 20 orang

Kriteria Keterangan Skor Jumlah Skor x jumlah

Kemudahan

pengolesan

Sulit 1 0 0

Mudah 2 16 32

Sangat mudah 3 4 12

Kelembutan

Kasar 1 2 2

Agak lembut 2 2 4

Lembut 3 16 48

Rasa greasy pada

kulit

Sangat

berminyak 1 11 22

Agak berminyak 2 9 18

Tidak terasa

berminyak 3 0 0

Form Informed Consent Uji Akseptabilitas

Saya yang bertandatangan dibawah ini :

Nama :

Alamat :

Umur :

Menyatakan bersedia menjadi subjek penelitian dengan judul .... serta akan mematuhi semua

yang telah ditentukan dalam protokol penelitian. Demikian persyaratan ini saya buat dengan

sebenar-benarnya tanpa tekanan dari pihak manapun.

Surabaya,

Responden

Page 34: Formulasi Cajuputi Ointment

Kemudahan dicuci

dengan air

Tidak mudah

dicuci 1 3 3

Mudah dicuci 2 4 8

Sangat mudah

dicuci 3 13 39

Aroma/bau yang

ditimbulkan

Bau tidak enak

dan menyengat 1 1 1

Tidak

menimbulkan

bau apapun

2 1 2

Bau yang enak 3 18 54

Tampilan fisik

setelah pengolesan

Meninggalkan

bekas yang

sangat kentara

pada kulit

1 3 3

Bekas yang tipis 2 14 28

Tidak ada bekas 3 3 9

Page 35: Formulasi Cajuputi Ointment

Grafik dan pembahasan :

Sediaan kami termasuk mudah untuk dioleskan sehingga menjadi aseptabel bagi

pengguna. Tidak perlu penekanan yang kuat karena konsistensi yang terbentuk sudah

cukup bagus, hal ini merupakan pengaruh dari komposisi basis dan konsentrasi

penggunaan yang sudah sesuai.

Berdasarkan survey, produk kami tergolong lembut yang artinya tidak ada komponen

padat dalam formula kami (EDTA dan BHT) yang tidak terlarut sehingga pengguna tidak

merasakan adanya partikel kasar saat sediaan dioleskan.

Page 36: Formulasi Cajuputi Ointment

Sebanyak 55% responden kami mengatakan bahwa sediaan kami terasa berminyak, hal

ini sesuai dengan spesifikasi kami karena sediaan salep merupakan sediaan semisolid

dengan banyak komponen minyak, tanpa air.

Karena salep memiliki minyak jumlah besar dan diinginkan sediaan lama berada di kulit

maka sediaan menjadi sukar untuk dicuci.

Page 37: Formulasi Cajuputi Ointment

Sebanyak 90% responden mengatakan bahwa sediaan kami memiliki bau yang enak,

karena sediaan ini mengandung bahan aktif oleum cajuputi yang memiliki bau aromatik

khas.

G. Penetapan kadar

Alat : Kromatografi Cair Kinerja Tinggi

Fase gerak : Buat campuran air-metanol p-asam asetat glasial p (55:45;0,1)

Cara kerja :

Dilakukan menurut cara penetapan kadar sineol yang tertera pada penetapan minyak

atsiri kedalam tabung reaksi dimasukkan lebih kurang 2.1 gram orteksesol yang

telah dilebur bersama 3 gram minyak, yang telah dikeringkan dengan menggosok

dengan natrium sulfat anhidrat. Masukkan thermometer, aduk campuran, catat suhu

Page 38: Formulasi Cajuputi Ointment

penghabluran tertinggi. Hangatkan hingga melebur kembali, biarkan dingin perlahan

dan terjadi penghabluran hingga penurunan suhu mencapai suhu tertinggi semula.

Suhu tertinggi adalah titik beku, lebur kembali. Ulangi penetapan titik beku hingga 2

penetapan berturut-turut diperoleh hasil yang hampir sama. Hitung kadar sineol

dalam % dengan daftar pada FI III hal 812

Page 39: Formulasi Cajuputi Ointment

BAB XI

PEMBAHASAN

Minyak kayu putih atau Oleum Cajuputi (USP 1820-1936) adalah minyak atsiri yang

diperoleh dari daun segar dan ranting dari beberapa jenis Melaleuca leucadendra (Familia

Myrtaceae), dan dimurnikan dengan destilasi uap. Tanaman ini dapat berupa belukar atau

pohon yang dapat ditemui di Indonesia Timur dan Australia.Mayoritas produksi minyak atsiri

atau minyak kayu putih ialah di Pulau Buru dan Banda.Minyak kayu putih mengandung 50-

65% eukaliptol (cajuputol), terpineol dan bermacam-macam terpen. Minyak kayu putih

mempunyai khasiat untuk penggunaan eksternal dan internal. Minyak kayu putih juga

digunakan secara eksternal sebagai counterirritant cara kerjanya berdasarkan kenyataan

adanya persarafan segmental yang sama antara organ visceral dengan kulit. Counter irritant

yang digosokkan di kulit diduga akan merangsang reflex akson akibat relaksasi/vasodilatasi

di organ visceral dengan persarafan segmental yang sama. secara internal, minyak kayu putih

digunakan sebagai : stimulan, karminatif, mengeluarkan keringat.

Oleum Cajuputi dibuat sediaan topikal dengan bentuk sediaan oinment. Alasan dibuat

ointment adalah karena sifat oleum cajuputi sendiri yang tidak larut dalam air, dan juga kami

lebih kami fungsikan produk ini sebagai muscle relaxant sehingga sediaan diinginkan lekat

lebih lama di permukaan kulit atau diinginkan oklusifitas yang tinggi sehingga dibuat sediaan

oinment.

Oinment memiliki beberapa macam basis, diantaranya hidrokarbon base, oil and fatty

acid base, silicon base, absorbstion base, emulsifying base, dan water soluble base. Kesemua

basis oinment bersifat anhydrous dan greasy, namun tingkat oklusifitasnya berbeda beda.

Untuk optimasi kami mencoba membuat oinment cajuputi dengan semua basis yang berbeda

kecuali silicon base, dikarenakan silicon berfungsi untuk melindungi kulit kita dari zat-zat

asam atau basa yang larut di air, sedangkan tujuan produk oinment cajuputi yang kami buat

bukan untuk itu.

Dibuat beberapa formula yang mewakili basis oinment. Formula 1 mewakili

hidrocarbon base dengan menggunakan cera alba dan vaselin album memberikan konsistensi

yang bagus dan lembut. Formula 2 mewakili water soluble base dengan basis PEG 400 dan

PEG 4000 memberikan bentuk konsistensi yang jelek dan mengeras ketika dingin, serta

sangat lengket saat disentuh tangan (seperti lem). Formula 3 mewakili absorbtion base dan

juga mewakili emulsifyng base dengan menggunakan basis vaselin album dan cetostearyl

alkohol memberikan konsistensi yang terlalu lembek. Formula 4 mewakili oil and fatty acid

Page 40: Formulasi Cajuputi Ointment

base yang menggunakan basis olive oil dan cera alba pada awalnya memberikan konsistensi

yang bagus namun saat dingin konsistensinya lebih keras dibandingkan dengan formula

dengan basis cera alba dan vaselin. Bagus tidaknya konsistensi oinment tergantung pada jenis

dan jumlah basis yang digunakan. Basis yang terpilih adalah formula dengan basis

hidrokarbon yaitu cera alba dan vaselin karena memberikan konsistensi yang bagus sesuai

yang diinginkan. Pemilihan basis tentunya juga memperhatikan khasiat yang diinginkan, sifat

bahan obat yang dicampurkan, ketersediaan hayati, dan stabilitas dan ketahanan sediaan jadi.

Basis hidrokarbon ini juga memiliki kelebihan yaitu paling bersifat oklusif dibanding

basis yang lain dalam sediaan ointment sehingga memaksimalkan fungsi oleum cajuputi

sebagai muscle relaxant. Pada formula ditambahkan oleum mentha pip yang difungsikan

sebagai odoris untuk meningkatkan aseptabilitas. Pada sediaan oleum seharusnya

ditambahkan chelating agent yang larut minyak seperti EDTA, TETA, dan cyclam. Namun

karena keterbatasan bahan, maka chelating agent tidak ditambahkan dalam formula kami.

Chelating agent tersebut bekerja mengikat spora logam pada fase minyak yang dapat

mengkatalisis proses oksidasi.

Dari formula terpilih dilakukan proses scale up menjadi 10 kalinya. Dari scale up

yang dilakukan didapatkan hasil sediaan yang tidak jauh beda dengan hasil sediaan saat

optimasi. Hal itu meliputi organoleptis dan aseptabilitas. Dalam proses optimasi terutama

scale up, yang menjadi titik kritis adalah proses pemanasan, proses pencampuran, dan proses

pengadukan. Titik kritis tersebut sangat mempengaruhi keberhasilan sediaan.

Evaluasi oinment cajuputi diantaranya evaluasi organoleptis, evaluasi daya sebar,

evaluasi viskositas, evaluasi aseptabilitas, uji pelepasan, uji penetrasi , uji penetapan kadar,

dan uji aseptabilitas. Uji pH tidak dilakukan karena sediaan onment tidak mengandung

komponen air sehingga tidak ada H+ yang menyebabkan perubahan pH. Namun pada

pembuatannya, pemilihan bahan tambahan tetap harus disesuaikan dengan pH kulit untuk

menghindari kemungkinan terjadinya iritasi saat penggunaan.

Dari hasil evaluasi yang dilakukan, untuk uji organoleptis didapatkan hasil yang

sesuai dengan spesifikasi yaitu berwarna putih tulang dan berbau khas cajuputi. Untuk uji

viskositas didapatkan viskositas sediaan sebesar 500 dPas yang secara visual dan saat

dirasakan sesuai dengan spesifikasi yang dikehendaki yaitu diinginkan viskositas seperti

produk balsam yang beredar di pasaran. Uji viskositas ini perlu dilakukan karena untuk bisa

memprediksi bagaimana sifat alir sediaan dan bagaimana daya sebar sediaan karena makin

tinggi viskositas makin kecil daya sebarnya (hubungan terbalik). Untuk uji daya sebar

Page 41: Formulasi Cajuputi Ointment

didapatkan daya sebar rata-rata sediaan sebesar 0,19 cm/gram menit dengan nilai standart

devias sebesar 2,64%. Nilai tersebut dapat diterima secara statistic. Didapatkan pula

kapasitas penyebaran yaitu diameter maksimal yang dapat dicapai sediaan saat menyebar

akibat pemberian suatu beban, yaitu sebesar 4,6 cm. Daya sebar menunjukkan pula

bagaimana viskositas sediaan. Makin mudah menyebar, sediaan makin tidak viskos. Uji

pelepasan seharusnya dilakukan tetapi saat praktikum tidak dilaukan karena keterbatasan alat

dan bahan. Namun perlu diketahui bahwa uji pelepasan dilakukan untuk mengetahui lepas

tidaknya bahan obat dari basis sehingga efek terapi dapat tercapai. Uji penetrasi tidak

dilakukan karena target bahan aktif (oleum cajuputi) dalam sediaan ini hanya di permukaan

kult, dan tidak dperlukan untuk sampai menembus membrane. Uji aseptabilitas yang kami

lakukan meliputi kemudahan dioleskan, sifat greasy pada kulit, bau, bekas setelah

pengolesan, dan kemudahan pencucian. Kami melakukan angket dan telah dilakukan scoring

dan didapatkan hasil 80% resonden mengatakan sediaan mudah dioleskan, 55% responden

mengatakan sangat greasy, 90% responden mengatakan sediaan memiliki bau yang khas,

70% responden mengatakan sediaan meninggalkan bekas yang tipis di kulit, dan 65%

responden mengatakan sediaan sulit dicuci. Untuk uji penetapan kadar tidak dilakukan,

namun seharusnya dilakukan supaya kita bisa menjamin kadar bahan obat dalam sediaan

sehingga efek terapi yang diharakan juga maksimal. Untuk sediaan ointment tidak dilakukan

uji efektifitas pengawet ataupun uji mikrobiologI dikarenakan sediaan ointment tidak

mengandung komponen air ataupun nutrisi yang merupakan media pertumbuhan mikroba.

Page 42: Formulasi Cajuputi Ointment

BAB XII

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

1. Dibuat sediaan topical ointment dengan bahan aktif Oleum Cajuputi 3% dengan basis

hidrokarbon karena memilki sifat oklusifitas yang tinggi.

2. Untuk evaluasi diperoleh hasil :

Viskositas : 500 dPa S

Daya sebar : 0,19 cm/gram.menit

Kapasitas penyebaran : 4,63 cm

Organoleptis :

Warna : putih tulang

Bau : aromatik khas cajuput

B. Saran

1. Lebih baik sediaan ditambah dengan menthol atau bahan aktif lain yang mendukung efek

terapeutik yaitu sebagai salep massage dan counter irritant.

2. Sebaiknya evaluasi dilakukan setelah sediaan disimpan dalam waktu yang lebih lama,

minimal 1 bulan agar evaluasi yang dilakukan lebih merepresentasikan sediaan dalam

kondisi penyimpanan.

3. Sebaiknya evaluasi dilakukan sebelum memilih formula, agar diperoleh formula terbaik

yang benar-benar memenuhi spesifikasi.

Page 43: Formulasi Cajuputi Ointment

BAB XIII

DAFTAR PUSTAKA

Allen Jr, Loyd. 2012. The Art, Science and Technology of Pharmaceutical Compounding :

Fourth Edition. Washington DC : American Pharmacist Association

British Pharmacopoeia Comission. 2009. British Pharmacopoeia. London : The Stationary

Office : London

Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 1979, Farmakope Indonesia edisi III, Dirjen

POM. Jakarta

Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 1995, Farmakope Indonesia edisi IV, Dirjen

POM. Jakarta

Ikatan Sarjana Farmasi Indonesia. 1989. Formularium Medicamentorum Selectum Edisi IV.

Surabaya

jdih.pom.go.id/Permenkes_007-2012_Registrasi_Obat_Tradisiona1 , diakses tanggal 15 Mei

2013

Katzung, Berthram G. 2010.Basic and Clinical Pharmacology 10th

edition.penerbit buku

kedokteran EGC : Jakarta

Kress, Henriette. 2011. Practical Herbs. Helsinski : Ytrit ja Ytritterapia

Liebermann. 1996. Pharmaceutical Dosage Form: Disperse System. New York : Marcel

Dekker Inc.

Lund,Walter.1994.The Pharmaceutical Codex.12th

edition.The Pharmaceutical Press :

London.

Martin, Alfred. 2009. Farmasi Fisik : Dasar-dasar Ilmu Farmasi Fisik dalam Ilmu

Farmasetik. Jakarta : UI Press

Oyedeji, Adebola et al. 1999. Antimicrobial activity of the essential oils of five Eucalyptus

species growing in Nigeria.

Page 44: Formulasi Cajuputi Ointment

Rowe, Raymond C.2009.Handbook of Pharmaceutical Excipient 6th

edition.Pharmaceutical

Press : Chicago.

Silva, Jeane et al. 2003. Analgesic and anti-inflammatory effects of essential oils of

Eucalyptus.

Walters, Kenneth A. 2002. Dermatological and Transdermal Formulations. Marcel Dekker

Inc : New York

www.farmasiku.com , diakses tanggal 14 Mei 2013

www.inchem.org , diakses tanggal 14 Mei 2013

www.oilsandplants.com/jasmine.htm , diakses tanggal 6 Juni 2013

Page 45: Formulasi Cajuputi Ointment

BAB XIV

LAMPIRAN

1. KEMASAN PRIMER

Page 46: Formulasi Cajuputi Ointment

2. KEMASAN SEKUNDER

Page 47: Formulasi Cajuputi Ointment

3. BROSUR

PT. NYONYA ENDHELZ

Surabaya-Indonesia

OLEUM CAJUPUTI CAP ENDHEL® Oleum Cajuputi Ointments

Komposisi: Oleum Cajuputi 3% Farmakologi: Merupakan minyak yang di-destilasi dari tanaman Melaleuca leucadendra yang memiliki khasiat karminativum, stimulant, dan counter-irritant. Oleum Cajuputi juga berkhasiat sebagai antiseptik kuat. Indikasi: Pengobatan simptomatis pada nyeri di beberapa kondisi seperti cedera karena

olahraga, keseleo, musculo-tendonitis, pembengkakan, nyeri dan reumatik

pada tulang.

Kontra indikasi: -

Efek samping: -

Cara penggunaan:

Oleskan secukupnya pada permukaan bagian tubuh. Jangan dipakai pada kulit yang peka, mata, rongga hidung dan mulut. Cara penyimpanan: Simpan di bawah 25 ° C. Jauhkan dari jangkauan anak-anak.

Kemasan / No. Registrasi : Oleum Cajuputi Cap Endhelz Ointment, pot (Netto : 20 g) / TR 131700041 No. Reg : TR 131700041

No. Batch : D 02302025 EXP DATE : MEI 2016

Diproduksi oleh: PT. NYONYA ENDHELZ

Surabaya - Indonesia