FORMULASI BATH GEL BENGKUANG - MADU

72
1 FORMULASI BATH GEL BENGKUANG - MADU Oleh Fadilah Deiner F34104055 2008 FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

description

s

Transcript of FORMULASI BATH GEL BENGKUANG - MADU

Page 1: FORMULASI BATH GEL BENGKUANG - MADU

1

FORMULASI BATH GEL BENGKUANG - MADU

Oleh

Fadilah Deiner

F34104055

2008

FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

Page 2: FORMULASI BATH GEL BENGKUANG - MADU

2

FORMULASI BATH GEL BENGKUANG - MADU

SKRIPSI

Sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar

SARJANA TEKNOLOGI PERTANIAN

pada Departemen Teknologi Industri Pertanian

Fakultas Teknologi Pertanian

Institut Pertanian Bogor

Oleh

Fadilah Deiner

F34104055

2008

FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

Page 3: FORMULASI BATH GEL BENGKUANG - MADU

3

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN

FORMULASI BATH GEL BENGKUANG - MADU

SKRIPSI

Sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar

SARJANA TEKNOLOGI PERTANIAN

pada Departemen Teknologi Industri Pertanian

Fakultas Teknologi Pertanian

Institut Pertanian Bogor

Oleh

Fadilah Deiner

F34104055

Dilahirkan di Pekanbaru, 10 April 1986

Tanggal lulus: September 2008

Menyetujui,

Bogor, September 2008

Farah Fahma, STP, MT Pembimbing

Page 4: FORMULASI BATH GEL BENGKUANG - MADU

4

Fadillah Deiner. F34104055. The Bengkuang – Honey Bath gel Formulation.

Supervised by Farah Fahma. 2008

SUMMARY

Bengkuang (Pachyrrizus erosus) is one of plants that have a potency to be

developed, besides it can be use as food Bengkuang can be use as cosmetic essence

because it is good for skin moisture. Honey is one of product that has a lot of benefit

for health and beauty. In beautician, honey shower could moisturize, soften, and

brighten the skin. One of the ways to use bengkuang and honey as a cosmetics is by

make them as a bath gel. Bath gel is a beautician product that has the ability to clean

dirt on the skin, give fragrance and fresh feeling, also it could soften and moisturized

skin.

The purpose of this research is to formulate a bengkuang – honey bath gel.

The physical and chemical analysis for the bath gel includes pH, viscosity, weight,

foam stability, surface tension degradation, and the clean rate. The sensory analysis

includes color, aroma, viscosity, foam amount, and clean sense.

This research uses a single factor mixture experiment. The factor that was

studied is the bengkuang powder concentration based on the three level, that are

concentration 1%, 3% and 5% of bengkuang powder. Analysis of variance was done

to find out the effect of bengkuang powder concentration to the nature of physical and

chemical of the bath gel, than continued with Duncan test. Meanwhile, to find out

what the panelist like from the product a hedonic test and Friedman with 7th

level of

panelist preferences was done.

The research resulted bengkuang – honey bath gel formula that consist of

sodium laurel eter sulfate (28%), coco amide propel betain (2,5%), gelatin (3%),

glycerin (3%), EDTA(0,15%) nitric acid (0,06%), and NaCl (0,75%) with a treatment

from the concentration of bengkuang – honey powder (1%).

From the result of this research, it is found that the addition of bengkuang

powder in several concentrations (1, 3, and 5 %) gave insignificant value to the test

parameters (pH, density, clean rate, and viscosity). The respond test show different

result on fragrance and color variable in different bengkuang concentrations.

Page 5: FORMULASI BATH GEL BENGKUANG - MADU

5

Fadilah Deiner. F 34104055. Formulasi Bath gel Bengkuang – Madu. Di bawah

bimbingan Farah Fahma, STP, MT. 2008

RINGKASAN

Bengkuang ( Pachyrrizus erosus ) merupakan salah satu tanaman yang

memiliki potensi untuk dikembangkan karena selain dapat dimanfaatkan sebagai

bahan makanan, bengkuang juga dapat dimanfaatkan sebagai bahan kosmetik karena

bermanfaat untuk kelembaban kulit. Madu juga bermanfaat untuk kesehatan dan

kecantikan. Dalam dunia kecantikan, mandi madu dapat melembabkan,

melembutkan, dan membuat kulit lebih berkilau. Salah satu cara memanfaatkan

bengkuang dan madu adalah dengan membuat produk kosmetik berupa bath gel. Bath

gel merupakan produk perawatan diri yang memiliki kemampuan membersihkan

kotoran pada permukaan kulit, memberikan keharuman dan rasa segar serta

menghaluskan dan melembutkan kulit.

Tujuan dari penelitian ini adalah formulasi bath gel bengkuang - madu.

Analisis fisikokimia yang dilakukan terhadap bath gel yang dihasilkan meliputi pH,

viskositas, bobot jenis, stabilitas busa, penurunan tegangan permukaan, dan daya

bersih. Sedangkan uji organoleptik yang dilakukan meliputi warna, aroma,

kekentalan, banyaknya busa, dan kesan bersih.

Penelitian ini menggunakan rancangan percobaan dengan faktor tunggal.

Faktor yang dikaji adalah konsentrasi tepung bengkuang dengan tiga taraf, yaitu

konsentrasi bengkuang sebesar 1 %, 3 %, dan 5 %. Untuk mengetahui pengaruh

konsentrasi bengkuang terhadap sifat fisikokimia bath gel dilakukan analisis ragam

dan dilanjutkan dengan uji Duncan. Sedangkan untuk mengetahui kesukaan panelis

terhadap bath gel yang dihasilkan, dilakukan uji hedonik dan uji Friedman dengan 7

tingkat kesukaan panelis. Formula bath gel bengkuang madu yang dihasilkan terdiri dari sodium lauril

eter sulfat (28 %), coco amide propil betain (2.5 %), gelatin (3 %), glycerine (3 %),

EDTA (0.15 %), asam sitrat (0.06 %), dan NaCl (0.75 %) dengan perlakukan dari

konsentrasi tepung bengkuang dan madu (1 %). Karakterisik bath gel yang dihasilkan

memiliki qualitas yang cukup baik karena masih memenuhi standar.

Dari hasil penelitian diperoleh bahwa penambahan tepung bengkuang pada

berbagai konsentrasi (1, 3, dan 5 %) memberikan nilai yang tidak berbeda pada

parameter uji (pH, bobot jenis, daya bersih, dan viskositas) yang dilakukan. Uji

kesukaan menunjukkan hasil yang berbeda pada variabel keharuman dan warna pada

konsentrasi bengkuang yang digunakan.

Page 6: FORMULASI BATH GEL BENGKUANG - MADU

6

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Pekanbaru pada tanggal 10 April 1986,

merupakan anak pertama dari pasangan bapak Alifian dan ibu

Desrita. Pada tahun 1998 penulis menyelesaikan pendidikan

dasar di SD Negeri I Tebing Tinggi, kemudian melanjutkan

pendidikan menengah di SLTP Negeri I Tebing Tinggi (tahun

pertama) dan SLTP Negeri I Bangko (tahun ke - dua dan ke -

tiga), dan lulus pada tahun 2001. Pada tahun yang sama

penulis melanjutkan pendidikannya di SMA Negeri I Bangko dan lulus tahun 2004.

Melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI – IPB), penulis diterima masuk di

Departemen Teknologi Industri Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian, Institut

Pertanian Bogor pada tahun 2004.

Selama menjadi mahasiswa, penulis aktif dalam kegiatan pengembangan

potensi diri seperti pelatihan, seminar dan organisasi baik yang ada di dalam dan luar

kampus. Organisasi yang pernah diikuti adalah Ikatan Keluarga Pelajar dan

Mahasiswa Riau - Bogor (IKPMR - Bogor) sebagai sekretaris Badan Legislatif

Otonum periode 2007-2008, Himpunan Mahasiswa Teknologi Industri (Himalogin)

sebagai Kepala Biro Minat dan Bakat Departemen HRD periode 2006/2007, IPB

Crisis Center (ICC) BEM KM sebagai sekretaris periode 2005/2006, dan Ladang

Seni Fakultas Pertanian sebagai anggota.

Pada bulan Juli sampai Agustus tahun 2007, penulis melaksanakan praktek

lapang di PTPN VIII Perkebunan Malabar Pengalengan, Bandung dengan judul

laporan praktek lapang “Mempelajari Teknologi Proses Produksi dan Pengawasan

Mutu Produk Teh di PTPN VIII Perkebunan Malabar Pengalengan, Bandung”. Tahun

2008 penulis melaksanakan penelitian di Laboratorium Teknik Kimia, dan LDIT

Departemen Teknologi Industri Pertanian dengan judul “ Formulasi Bath Gel

Bengkuang Madu ”.

Page 7: FORMULASI BATH GEL BENGKUANG - MADU

7

DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR .............................................................................. iv

DAFTAR TABEL ..................................................................................... vii

DAFTAR GAMBAR ............................................................................... viii

DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................. ix

I. PENDAHULUAN ............................................................................ 1

A. LATAR BELAKANG .................................................................. 1

B. TUJUAN ....................................................................................... 2

II. TINJAUAN PUSTAKA .................................................................... 3

A. BENGKUANG ............................................................................ 3

1. Klasfikasi Bengkuan ............................................................... 3

2. Geografi dan Penyebaran ........................................................ 4

3. Morfologi Tumbuhan .............................................................. 4

4. Manfaat Bengkuang untuk Kecantika .................................... 5

B. MADU .......................................................................................... 6

C. BATH GEL .................................................................................... 7

III. METODOLOGI ................................................................................. 12

A. BAHAN DAN ALAT ................................................................... 12

B. METODE PENELITIAN .............................................................. 12

1. Pembuatan Bath gel Cair Bengkuang – Madu ........................ 12

2. Analisis Bath gel ..................................................................... 15

C. RANCANGAN PERCOBAAN .................................................... 16

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ........................................................ 17

A. KARAKTERISTIK TEPUNG BENGKUANG ............................ 17

B. KARAKTERISTIK BATH GEL

YANG DIHASILKAN. ................................................................ 17

1. pH ........................................................................................... 17

2. Bobot Jenis Relatif .................................................................. 19

Page 8: FORMULASI BATH GEL BENGKUANG - MADU

8

3. Viskositas ............................................................................... 21

4. Kestabilan Busa ....................................................................... 22

5. Tegangan Permukaan dan Penurunan Tegangan Permukaan . 24

6. Daya Bersih ............................................................................. 26

7. Uji Kesukaan (Hedonik) ......................................................... 27

V. KESIMPULAN DAN SARAN.......................................................... 35

A. KESIMPULAN ............................................................................. 35

B. SARAN ......................................................................................... 35

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................... 36

LAMPIRAN ............................................................................................. 39

Page 9: FORMULASI BATH GEL BENGKUANG - MADU

9

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1. Komposisi Kimia Bengkuang/100 g Umbi ................................ 5

Tabel 2. Standar Sabun Mandi Cair Menurut Standar Nasional

Indonesia (SNI) .......................................................................... 8

Tabel 3. Formula Pembuatan Bath gel Bengkuang Madu ....................... 15

Table 4. Hasil Analisis Fisio Kimia Tepung Bengkuang ......................... 17

Page 10: FORMULASI BATH GEL BENGKUANG - MADU

10

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 1. Diagram Alir Pembuatan Bath gel ......................................... 13

Gambar 2. Diagram Alir Pembuatan Tepung Bengkuang ....................... 14

Gambar 3. Grafik Pengaruh Konsentrasi Bengkuang Terhadap Ph

Bath gel Bengkuang Madu..................................................... 18

Gambar 4. Grafik Pengaruh Konsentrasi Bengkuang Terhadap Bobot

Jenis Bath gel Bengkuang Madu ........................................... 19

Gambar 5. Grafik Pengaruh Konsentrasi Bengkuang Terhadap

Viskositas Bath gel Bengkuang Madu ................................... 21

Gambar 6. Grafik Pengaruh Konsentrasi Bengkuang Terhadap

Kestabilan Busa Bath gel Bengkuang Madu ......................... 22

Gambar 7. Grafik Pengaruh Konsentrasi Bengkuang Terhadap

Tegangan Permukaan Air ...................................................... 24

Gambar 8. Grafik Pengaruh Konsentrasi Bengkuang Terhadap

Persentase Penurunan Tegangan Permukaan Air ................. 24

Gambar 9. Persentase Jumlah Panelis Untuk Tingkat Kesukaan

Terhadap Aroma Bath gel Bengkuang Madu ........................ 27

Gambar 10. Persentase Jumlah Panelis Untuk Tingkat Kesukaan

Terhadap Warna Bath gel Bengkuang Madu ........................ 29

Gambar 11. Persentase Jumlah Panelis Untuk Tingkat Kesukaan

Terhadap Kekentalan Bath gel Bengkuang Madu ................. 30

Gambar 12. Grafik Persentase Jumlah Panelis Untuk Tingkat Kesukaan

Terhadap Banyaknya Busa Bath gel Bengkuang

Madu ...................................................................................... 32

Gambar 13. Grafik Persentase Jumlah Panelis Untuk Tingkat Kesukaan

Terhadap Rasa Licin Bath gel Bengkuang Madu ................. 33

Page 11: FORMULASI BATH GEL BENGKUANG - MADU

11

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1. Prosedur Analisis .............................................................. 40

Lampiran 2. Contoh Lembar Uji Kesukaan ........................................... 44

Lampiran 3. Analisis Nilai pH Bath gel Bengkuang Madu ................... 45

Lampiran 4. Analisis Nilai Bobot Jenis Bath gel

Bengkuang Madu .............................................................. 46

Lampiran 5. Analisis Nilai Viskositas Bath gel

Bengkuang Madu .............................................................. 47

Lampiran 6. Analisis Nilai Kestabilan Busa Bath gel

Bengkuang Madu .............................................................. 48

Lampiran 7. Analisis Nilai Penurunan Tegangan Permukaan Air

Bath gel Bengkuang Madu ................................................ 49

Lampiran 8. Analisis Nilai Daya Bersih Bath gel

Bengkuang Madu .............................................................. 51

Lampiran 9. Analsis Data Nilai Kesukaan Panelis Terhadap Aroma

Bath gel Bengkuang Madu ................................................ 52

Lampiran 10. Analsis Data Nilai Kesukaan Panelis Terhadap Warna

Bath gel Bengkuang Madu ................................................ 54

Lampiran 11. Analsis Data Nilai Kesukaan Panelis Terhadap Kekentalan

Bath gel Bengkuang Madu ................................................ 56

Lampiran 12. Analsis Data Nilai Kesukaan Panelis Terhadap Banyaknya

Busa Bath gel Bengkuang Madu ....................................... 58

Lampiran 13. Analsis Data Nilai Kesukaan Panelis Terhadap Rasa Licin

Bath gel Bengkuang Madu ................................................ 60

Page 12: FORMULASI BATH GEL BENGKUANG - MADU

12

I. PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Bengkuang (Pachyrrizus erosus) merupakan salah satu tanaman yang

memiliki potensi untuk dikembangkan, karena selain dapat dimanfaatkan sebagai

bahan makanan, bengkuang juga baik untuk kesehatan kulit. Umbi serta kulit

tanaman bengkuang dapat digunakan sebagai obat berbagai penyakit kulit. Umbi

tanaman bengkuang yang berwarna putih bersifat dingin dan menyejukkan

sehingga dapat digunakan untuk mendinginkan lapisan kulit yang telah terkena

sinar matahari. Sifat dingin dan menyejukkan ini membuat bengkuang banyak

dicari perusahaan kosmetika untuk diolah menjadi produk-produk perawatan

kulit. Pati dari umbi tanaman bengkuang dapat dimanfaatkan sebagai bahan

kosmetik (Plantus, 2008).

Madu merupakan salah satu produk yang memiliki banyak manfaat untuk

kesehatan dan kecantikan. Menurut hasil penelitian Peter Nolan, ahli riset

biokimia dari The University of Waikato – New Zealand, madu dapat membunuh

bakteri karena bersifat asam, dan madu juga dapat digunakan sebagai antibiotik.

Selain itu, madu juga dapat digunakan sebagai bahan kosmetik (Iqbal, 2008).

Penggunaan madu sebagai kosmetik sangat baik untuk perawatan kulit (Afsyah,

2005). Salah satu cara untuk mengoptimalkan manfaat bengkuang dan madu

tersebut adalah dengan membuat produk kosmetik bath gel bengkuang madu.

Bath gel bengkuang yang diformulasikan dengan madu belum pernah

diproduksi di pasaran. Kondisi tersebut mendukung dikembangkannya produk

baru berupa bath gel bengkuang madu. Menurut SNI (1996), sabun mandi cair

merupakan sediaan pembersih kulit berbentuk cair yang terbuat dari bahan sabun

dengan penambahan bahan-bahan yang diinginkan. Bath gel memiliki beberapa

keuntungan dari pada sabun mandi padat. Hal ini disebabkan oleh persepsi

konsumen bahwa bath gel lebih higienis, praktis dalam penggunaan dan

menghasilkan lebih banyak busa.

Page 13: FORMULASI BATH GEL BENGKUANG - MADU

13

B. TUJUAN PENELITIAN

Tujuan dari penelitian ini adalah formulasi bath gel bengkuang – madu.

Page 14: FORMULASI BATH GEL BENGKUANG - MADU

14

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. BENGKUANG

5. Klasifikasi Bengkuang

Menurut Westphal and Jansen (1993), bengkuang dapat diklasifikasikan

sebagai berikut :

Filum : Spermatophyta

Subfilum : Angiospermae

Kelas : Dicotyledonae

Ordo : Rosales

Family : Leguminosae

Genus : Pachyrrhizus

Species : Pachyrrhizus erosus (L.) Urban

Sinonim atau nama lain dari Pachyrrhizus erosus (L.) Urban adalah

Dolicus erosus L. (1753), Pachyrrhizus angulatus Rich (1825), Pachyrrhizus

(L.) Kurz (1876) (Flach and Rumawas, 1996).

Westphal and Jansen (1993), mencatat berbagai nama Pachyrrhizus

erosus (L.) Urban di Negara lain, seperti : Yam bean (Inggris), Dolique

Bulbeux atau Pois botate (Perancis), Sengkuwang atau bengkuang (Malaysia),

Sinkamas (Filipina), Peek Kuek atau pe kuek (Kamboja), Man phau (Laos),

Man-kaeo (Thailand) dan Cusan atau cudau (Vietnam).

Di berbagai daerah di Indonesia bengkuang mempunyai nama lain sesuai

dengan bahasa daerah yang digunakan, seperti : Singkuawang (Aceh),

Bangkuwang atau hasang bangkuwang (Batak), Bangkowan (Manado),

Sangkowang (Kalimantan Tengah), Hwi hiris (Sunda), Besusu (Jawa),

Jempirangan atau Jempiringan (Bali),Bangkowang (Madura dan Makasar),

Buri (Bima), Uas (Timor), Bengkuwa (Ternate), Id (Tidore) dan Uwi plisak

(Lombok) (Heyne, 1987).

Page 15: FORMULASI BATH GEL BENGKUANG - MADU

15

6. Geografi dan Penyebaran

Bengkuang berasal dari Amerika Tengah dan Mexico. Tanaman ini

diperkenalkan ke Philipina oleh Spanyol melalui jalur Acapulco-Manila dan

sampai ke Ambon pada akhir abad ke-17. Kini bengkuang dapat ditemukan

hampir diseluruh daerah tropis dan subtropis. Daerah penghasil utama

bengkuang adalah Asia Tenggara, Mexico, Amerika Tengah dan Hawai

(Westphal and Jansen, 1993).

Tanaman bengkuang biasanya tumbuh di dataran rendah dan di beberapa

daerah di Indonesia bengkuang dibudidayakan di tanah-tanah sawah dataran

rendah, misalnya di sekitar Bogor (Jawa Barat) dan Tegal (Jawa Tengah)

(Heyne, 1987).

7. Morfologi Tanaman Bengkuang

Bengkuang adalah suatu tanaman merambat dan merupakan salah satu

anggota suku leguminoseae (LIPI, 1977). Batangnya berbentuk bulat dan

berbulu. Memiliki daun majemuk dengan tiga anak daun, bulat telur, tepi rata,

ujung runcing, pangkal tumpul, pertulangan menyirip, permukaan berbulu,

panjang 7-10 cm, lebar 5-9 cm, dan berwarna hijau (Westphal and Jansen,

1993). Bunga tanaman bengkuang berjumlah majemuk dan berbentuk tandan

dengan panjang 15-25 cm, berwarna putih sampai violet dengan kelopak

bunga berbentuk lonceng, berbulu dan berwarna hijau. Buah bengkuang

berbentuk polong, pipih, berbulu halus dan berisi 4-9 biji. Buah bengkuang

berbiji tumpul, berbentuk ginjal dan berwarna hijau sampai coklat atau merah

kecoklatan (Flach and Rumawas, 1996). Umbi bengkuang berbentuk seperti

lobak dengan daging buah putih dan kulitnya berwarna kecoklatan

(Sudjatmoko, 1987).

Bagian bengkuang yang dapat dimakan adalah umbinya, sedangkan daun,

tangkai, akar buah polong yang matang dan bibit memiliki sifat insektisida

dan bersifat toksik bagi manusia.

Page 16: FORMULASI BATH GEL BENGKUANG - MADU

16

8. Manfaat Bengkuang untuk Kecantikan

Menurut ahli gizi dan kuliner bagian dari tanaman bengkuang yang dapat

dimanfaatkan yaitu akar atau umbinya, biji dan juga tangkainya. Bagian

tanaman yang dapat digunakan tersebut juga berkhasiat obat dan dapat pula

digunakan untuk kecantikan, misalnya saja dibuat menjadi bedak dingin untuk

perawatan kulit wajah agar terlihat lebih segar dan putih (Wirakusumah,

2007).

Bengkuang kaya akan serat, vitamin C dan vitamin E. Bengkuang

mengandung fosfor dan kalsium yang berfungsi memutihkan kulit dan

menghilangkan noda pada wajah. Bahkan beberapa penelitian menyebutkan

bahwa bengkuang juga dapat membersihkan darah, menyembuhkan penyakit

beri-beri dan demam (www.agric.nsw.goviaum). Menurut Kay (1973),

komposisi kimia bengkuang disajikan pada Tabel 1.

Tabel 1. Komposisi kimia bengkuang/100 g umbi

Kandungan Satuan Komposisi

Kadar air % 82.38

Protein G 1.47

Lemak G 0.09

Total karbohidrat G 9.7

Gula G 2.1

Gula non pereduksi G 3.03

Serat G 0.64

Kadar abu G 0.50

Kalsium Mg 16.0

Fosfor Mg 18.0

Besi Mg 1.13

Thiamin Mg 0.5

Riboflavin Mg 0.02

Niasin Mg 0.2

Asam askorbat Mg 14.0

Sumber : Kay, 1973

Bengkuang banyak digunakan oleh ahli kecantikan untuk perawatan kulit

wajah dan tubuh. Sudah banyak produk yang berasal dari ekstrak bengkuang

yang dipergunakan untuk kecantikan, diantaranya bedak dingin, masker dan

bath gelbengkuang, hand and body lotion, pelembab dan lain sebagainya.

Page 17: FORMULASI BATH GEL BENGKUANG - MADU

17

Selain dengan produk yang sudah tersedia praktis tersebut, bengkuang pun

dapat digunakan dengan cara konvensional seperti memarut bengkuang

kemudian dijadikan luluran atau maskar untuk wajah sehingga dapat

mengencangkan dan memutihkan kulit wajah (Wirakusumah, 2007).

B. MADU

Madu merupakan pemanis alami yang memiliki berbagai macam khasiat.

Madu adalah zat manis yang dihasilkan oleh lebah madu, berasal dari nektar

bunga yang berkembang atau dari sekresi tanaman yang dikumpulkan oleh lebah,

kemudian diubah bentuk dan dikombinasikan dengan zat khusus yang ada pada

tubuh lebah, selanjutnya di simpan hingga masak dalam sel-sel madu (Crane,

1990).

Indonesia memiliki potensi yang besar dalam budidaya lebah madu. Lebah

madu bersarang di pohon-pohon yang rindang. Flora Indonesia memiliki paling

sedikit 115 jenis tanaman yang berfungsi sumber nektar dengan luas hutan yang

lebih dari 200 juta hektar. Jenis-jenis pohon lokal sebagai sumber nektar

diantaranya Apis dorsata dan Apis cerana yang tersebar di seluruh propinsi (Pusat

Perlebahan Nasional, 1999).

Penyusun utama madu adalah fruktosa (38.2%) dan glukosa (31%),

sedangkan air adalah penyusun ketiga terbesar. Madu mengandung disakarida

(7.2%) yang tersusun atas dua monosakarida yang terikat bersama, oligosakarida

(4.2%) yang mengandung tiga gula sederhana namun umumnya tersusun atas

monosakarida, disakarida, dan polisakarida (National Honey Board, 2001).

Menurut Sihombing (1997), madu memiliki kandungan air (17.2%), energi 304

kal/100 g, protein (0.3%), karbohidrat (82.3%), lemak (0.0%) dan abu (0.2%).

Beragam manfaat madu dapat membuka peluang penggunaan madu dalam

makanan, kosmetik, dan penggunaan lainnya. Madu bersifat sangat higroskopis,

yaitu mudah menyerap air dari udara sekitarnya, karena itu dapat digunakan

sebagai humektan (pelembab). Sifat higroskopis ini disebabkan karena madu

merupakan larutan gula yang sangat jenuh (Gojmerac, 1983). Menurut Krell

Page 18: FORMULASI BATH GEL BENGKUANG - MADU

18

(1996), sifat madu yang higroskopis menyebabkan madu banyak digunakan

sebagai komponen atau bahan tambahan baik pada produk makanan ataupun

produk lainnya.

C. BATH GEL

Bath gel merupakan salah satu sediaan kosmetika yang berfungsi untuk

membersihkan tubuh, memberikan keharuman dan rasa segar serta menghaluskan

dan melembutkan kulit (Imron, 1985). Sabun mandi pertama kali digunakan di

Sumeria 4500 tahun yang lalu. Pada awalnya lemak tumbuhan dan bubuk kayu

digunakan sebagai pembersih kulit dan baju. Kemudian penggunaan sabun mandi

meluas ke seluruh pelosok dunia melalui perdagangan dan penyebaran agama

sejak ditemukannya bahan pembersih yang disebut sapo. Bahan tersebut

digunakan sebagai pembersih dan penyembuh luka oleh seorang tabib Yunani

(Wasiatmadji, 1997). Pada abad ke-8 produksi sabun mandi mulai berkembang di

kota pelabuhan Italia dan Sanova (Mitsui, 1997).

Kotoran pada kulit umumnya berasal dari minyak, lemak dan keringat. Zat-

zat tersebut sukar larut dalam air karena bersifat non polar. Sabun dibutuhkan

untuk melunturkan kotoran-kotoran pada kulit. Kotoran akan terikat pada bagian

molekul sabun yang non polar yaitu gugus R, sedangkan bagian gugus lainnya

yang bersifat polar yaitu gugus COONa akan mengikat air sehingga kotoran dapat

lepas karena akan kotoran terikat pada sabun dan sabun terikat pada air

(Bird,1997).

Menurut Jellinek (1970), sabun adalah campuran garam-garam sodium dari

asam stearat, asam palmitat, dan asam oleat yang mengandung sedikit komponen

asam miristat dan asam laurat. Dari berbagai jenis agen pembersih saat ini sabun

merupakan sediaan pembersih yang telah digunakan sejak lama.

Bentuk sabun secara umum dibagi menjadi dua yaitu sabun padat dan sabun

cair. Bahan-bahan yang digunakan dalam sabun mandi cair terdiri dari bahan

dasar dan bahan tambahan. Sabun mandi cair adalah sediaan pembersih kulit

berbentuk cair yang dibuat dari bahan dasar sabun atau detergen dengan

Page 19: FORMULASI BATH GEL BENGKUANG - MADU

19

penambahan bahan lain yang digunakan untuk mandi tanpa menimbulkan iritasi

kulit (SNI, 1996).

Sediaan kosmetika mandi terdiri dari beberapa jenis, antara lain bath salts,

bubble bath powders, bath tablets, bath oil, dan bubble bath. Bath salts terdiri

dari garam organik atau campuran dari bermacam-macam garam organik yang

berwarna dan beraroma. Bath tablets atau tablet mandi mengandung asam organik

kristalin (asam sitrat) yang ditambahkan sodium karbonat atau bikarbonat. Setelah

diletakkan dalam air, tablet akan mengeluarkan karbondioksida yang disertai efek

effervescent. Bath tablets juga mengandung garam yang mampu melepaskan

oksigen di dalam air. Oksigen tersebut berfungsi menyegarkan kulit. Bubble bath

powders mengandung surfaktan dalam bentuk bubuk yang menghasilkan busa

dalam jumlah besar. Bath oils tidak larut dalam air sehingga akan menyebar dan

membentuk lapisan tipis. Bubble bath mengandung surfaktan yang mampu

menghasilkan busa yang sangat banyak dan pembusaan yang stabil (Jellinek,

1970). Menurut Imron (1985), bubble bath dapat dijumpai dalam berbagai macam

bentuk seperti serbuk, granula atau manik-manik, larutan, gel, tablet, kapsul

kristal dan batang. Bath gel merupakan salah satu bentuk dari bubble bath karena

bahan dasarnya menggunakan surfaktan yang mampu menghasilkan busa yang

sangat banyak dan pembusaan yang stabil.

Sabun mandi yang baik harus memenuhi standar mutu yang ditetapkan.

Syarat mutu produk sabun mandi menurut SNI (1996), dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Standar sabun mandi cair menurut Standar Nasional Indonesia (SNI) :

No. Jenis Uji Satuan Persyaratan Mutu

1

Organoleptik:

Bentuk

Bau

Warna

Cairan homogen

Khas

Khas

2 pH 6 – 8

3 Bobot jenis relatif, 25oC 1.01 – 1.10

4 Cemaran mikroba

(Angka Lempeng Total) Koloni/g Maks 1 x 10

5

Sumber : SNI, 1996

Page 20: FORMULASI BATH GEL BENGKUANG - MADU

20

Surfaktan merupakan bahan utama dalam memformulasikan bath gel.

Surfaktan memiliki gugus hidrofobik dan hidrofilik dalan satu molekul.

Keberadaan surfaktan (surface active agent) yang dominan dalam formula bath

gel menyebabkan bath gel termasuk dalam produk yang dapat menurunkan

tegangan permukaan. Surfaktan merupakan senyawa aktif penurun tegangan

permukaan (surface active agent) yang digunakan sebagai bahan penggumpal,

pembasah, pembusaan, emulsifier dan komponen bahan adhesif yang telah

diaplikasikan secara luas pada berbagai bidang industri (Georgou et al., 1992).

Dalam formulasi bath gel, kekentalan dapat mempengaruhi tampilan akhir

produk yang akan mempengaruhi keinginan konsumen untuk menggunakannya.

Kekentalan dari produk bath gel dapat diperoleh dengan cara menambahkan

bahan pengental. Bahan pengental berguna sebagai peningkat kekentalan dan

mencegah pengendapan bahan-bahan aktif yang terdapat dalam produk (Suryani

et. al., 2000).

Viskositas yang tinggi sering menjadi hal yang penting untuk stabilitas

produk maupun penanganan suatu produk kosmetika (Williams and Schmitt,

2002). Stabilitas yang baik akan diperoleh dengan adanya penambahan stabilizer.

Tujuan penambahan stabilizer adalah untuk meningkatkan viskositas dari medium

pendispersi. Dengan peningkatan kekentalan, gerakan droplet fasa terdispersi

menjadi lambat sehingga mencegahnya bergabung satu sama lain (Suryani et.al.,

2000). Jellinek (1970) juga mengatakan bahwa penambahan stabilizer bertujuan

untuk mengurangi efek degradasi dari sabun. Stabilizer bekerja dengan cara

menggantikan lemak yang hilang dalam pencucian atau mengurangi efek

degradasi dari sabun yaitu menghilangnya lemak yang melekat pada kulit.

Menurut Ketaren (1984), bahan pewangi adalah bahan berbau wangi atau

campurannya yang bersumber dari alam ataupun sintetis sehingga menghasilkan

bau wangi yang harmonis dan disenangi. Pewangi yang dipilih harus mampu

menyembunyikan bau bahan baku dan memberikan pengaruh awal yang

mengesankan pada bagian kepala dari kemasan dimana menjadi aspek penting

yang mungkin mendorong pembelian oleh konsumen. Penambahan bahan

Page 21: FORMULASI BATH GEL BENGKUANG - MADU

21

pewangi dapat dilakukan hingga 5 % (Williams and Schmitt, 2002). Preservatif

adalah bahan yang ditambahkan ke dalam produk kosmetika untuk menahan

perkembangbiakan serta membunuh mikroorganisme yang dapat

mengkontaminasi sekaligus menjaga menurunnya kualitas produk (Mitsui, 1997).

Menurut Willcox (1998), beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam

memformulasikan bath gel yaitu :

1. Karakteristik pembusaan yang baik

2. Tidak menyebabkan iritasi pada mata, membrane mukosa dan kulit

3. Mempunyai daya bersih yang optimal dan tidak memberikan efek yang dapat

merusak kulit

4. Meliliki bau parfum yang bersih, segar dan menarik.

Bahan-bahan penyusun yang digunakan dalam formulasi bath gel terdiri atas

sodium lauril eter sulfat (SLES), cocoamide Prophyl betain, gliserol, etilen

diamin tetra asetat (EDTA), sodium klorida, asam sitrat, pewangi dan air (Suryani

et.al., 2000). Berikut ini adalah uraian dari komponen penyusun formula dasar

bath gel :

1. Sodium Lauril Eter Sulfat (SLES)

Sodium Lauril Eter Sulfat (SLES) merupakan surfaktan anionik yang paling

banyak digunakan untuk kosmetika atau produk-produk perawatan diri. SLES

memiliki pH 7-9, mudah mengental dengan garam dan menunjukan kelarutan

yang baik dalam garam. Kompatibilasi SLES terhadap kulit dan mata dapat

diterima pada kebanyakan aplikasi dan bisa ditingkatan melalui kombinasi

dengan surfaktan sekunder yang tidak terlalu kuat (Williams and Schmitt,

2002). Pembentukan busa (foaming) diperoleh dari kombinasi dua surfaktan

yang saling mendunkung (Jellinek, 1970).

2. Cocoamide Prophyl Betain

Cocoamide Prophyl Betain merupakan surfaktan amfoterik ringan dan dapat

meningkatkan daya pembentukan busa suatu formulasi. Berbentuk cair dan

berwarna kekuningan. Bersama surfaktan anionik surfaktan ini dapat

membentuk senyawa kompleks yang lebih bersifat ringan, meningkatkan

Page 22: FORMULASI BATH GEL BENGKUANG - MADU

22

kompatibilitas terhadap kulit, dan meningkatkan viskositas suatu formula

(Williams and Schmitt, 2002).

3. Gliserin

Gliserin merupakan humektan atau pelembab yang mampu mengikat air dari

udara dan dapat melembabkan kulit pada kondisi atmosfer sedang atau

kondisi kelembaban tinggi. Penambahan bahan seperti gliserin menunjukkan

tidak ada ikatan dengan kulit dan mudah dibilas (Murphy, 1978).

4. Gelatin

Gelatin merupakan salah satu hidrokoloid yang dapat digunakan sebagai

bahan pembuat jel (gelifying agent), bahan pengental (thickening agent) dan

bahan penstabil (stabilizer) (Imeson, 1992). Boeck et al. (1991)

menambahkan bahwa selain sebagai bahan pengental, gelatin juga dapat

menjadi agen pembuih dalam produk sabun (effervescing agents).

5. Etilen Diamin Tetra Asetat (EDTA)

Pemberian EDTA dapat meningkatkan kinerja bahan pengawet. Fungsi utama

EDTA adalah sebagai bahan pengkelat yang bekerja dengan mempengaruhi

fungsi penghalang dan membran permukaan bakteri (Suryani et. al., 2000).

6. Sodium Klorida

Sodium klorida merupakan bahan yang dapat meningkatkan kekentalan/atau

viskositas (Suryani et.al., 2000). Menurut Williams and Schmitt (2002),

proses pengentalan akan mudah di capai jika sodium klorida digabungkan

dengan eter sulfat (surfaktan utama).

7. Asam Sitrat

Asam sitrat berfungsi untuk mengatur tingkat keasaman (pengatur pH) pada

proses pembuatan bath gel. Asam sitrat merupakan senyawa intermedier dari

asam organik yang berbentuk kristal atau serbuk putih. Asam sitrat maudah

larut dalam air, spriritus, dan ethanol, tidak berbau, rasanya sangat asam, serta

jika dipanaskan akan meleleh kemudian terurai yang selanjutnya terbakar

sampai menjadi arang. Asam sitrat juga terdapat dalam sari buah-buahan

seperti nenas, jeruk, lemon, markisa. (Esti, 2000).

Page 23: FORMULASI BATH GEL BENGKUANG - MADU

23

III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN

A. BAHAN DAN ALAT

1. Bahan Baku

Bahan baku yang digunakan untuk pembuatan bath gel dalam penelitian

ini adalah sodium lauril eter sulfat (SLES), cocoamide prophyl betain,

gliserol, etilen diamin tetra asetat (EDTA), sodium klorida teknis, asam sitrat,

pewangi (aroma strawberi), aquades, bengkuang yang diperoleh dari Pasar

Gunung Batu, Bogor dan madu (langenese forest honey). Bahan tambahan

lainnya adalah mentega.

2. Alat-alat

Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah pisau, parutan dan

loyang dan saringan 150 mesh yang terbuat dari bahan stainless steel, wadah

plastik, timbangan analitik, gelas piala, stirrer magnetic, kain perca, hot plate

stirrer, thermometer, mixer vortexer, piknometer, pH-meter, viscometer

Brookfield¸ Tensiometer du-nouy, dan color-meter.

B. METODE PENELITIAN

1. Pembuatan Bath gel Bengkuang - Madu

Metode pembuatan bath gel pada penelitian ini dapat dilihat pada

Gambar 1. Pada formulasi tersebut ditambahkan ekstrak tepung bengkuang

dengan konsentrasi 1 %, 3 %, dan 5 % serta madu sebanyak 1%. Hal ini

dilakukan karena penambahan konsentrasi bengkuang diatas 5%

menghasilkan bath gel yang padat dan penambahan konsentrasi bengkuang

dibawah 1% menghasilkan produk yang sangat cair. Diagram alir pembuatan

tepung bengkuang dapat dilihat pada Gambar 2. Formulasi lengkap

pembuatan bath gel pada penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 3.

Page 24: FORMULASI BATH GEL BENGKUANG - MADU

24

Gambar 1. Diagram alir pembuatan bath gel cair (Suryani et.al., 2002)

Sodium Lauryl Eter

Sulphate + aquades

Pengadukan dan Pendinginan

hingga suhu ruang

Gelatin, aquades

Bengkuang (1%, 3%,

5%) + aquades, Madu

Glysrerin,

Cocoamide propel

betain

Pengadukan

(T < 70oC)

Pengadukan dan pemanasan

(T < 70oC)

Pengadukan

Adonan 1

Adonan 2

Adonan 3

Preservatif,

NaCl + aquades

Pewangi

Adonan 4

Pengadukan

Bath gel bengkuang

- madu

Page 25: FORMULASI BATH GEL BENGKUANG - MADU

25

Gambar 2. Diagram alir pembuatan tepung bengkuang

Umbi bengkuang

Tepung bengkuang

Pengupasan

Pengayakan (150 mesh)

Penggilingan

Pemarutan

Pengeringan (T = 50oC) selama 24 jam

Page 26: FORMULASI BATH GEL BENGKUANG - MADU

26

Tabel 3. Formula pembuatan bath gel bengkuang madu *)

Nama bahan baku Konsentrasi bengkuang

0 % 1 % 3 % 5 %

1.Sodium Lauril Eter Sulfat

(SLES)

28 28 28 28

2. Cocoamide Prophyl 2.5 2.5 2.5 2.5

3. Gelatin 3 3 3 3

4. Gliserin 3 3 3 3

5. Sodium klorida 0.75 0.75 0.75 0.75

6.EDTA (Etilen Diamin Tetra

Asetat)

0.15 0.15 0.15 0.15

7. Asam sitrat 0.06 0.06 0.06 0.06

8. Madu - 1 1 1

9. Aquades 62.54 60.54 58.54 56.54

Total 100 100 100 100

Suryani et.al. (2000) dengan modifikasi.

*) dalam satuan persen (b/b)

2. Analisis Bath gel

Analisis yang dilakukan terhadap bath gel yang dihasilkan diantaranya

adalah uji pH, viskositas, bobot jenis, penurunan tegangan permukaan air,

stabilitas busa, daya bersih, dan uji kesukaan (hedonik) yang meliputi aspek

kekentalan, banyaknya busa, keharuman, warna, dan kesan bersih pada kulit.

Analisis tersebut dilakukan untuk mengetahui pengaruh penambahan

konsentrasi ekstrak bengkuang dan madu terhadap bath gel yang dihasilkan.

Analisis bath gel ini didasarkan pada Standar Nasional Indonesia (SNI : L 06-

0485-1996) dan beberapa analisis lain yang dapat mewakili (Lampiran 1).

Page 27: FORMULASI BATH GEL BENGKUANG - MADU

27

C. RANCANGAN PERCOBAAN

Rancangan percobaan yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap

dengan satu faktor. Rancangan acak lengkap satu fakor ini ditujukan untuk

mengetahui pengaruh dari konsentrasi tepung bengkuang yang ditambahkan

terhadap karakteristik bath gel yang dihasilkan. Konsentrasi tepung bengkuang

yang digunakan adalah konsentrasi dengan taraf faktor 1 %, 3%, 5%, dengan

model matematis :

Keterangan :

Yij = Respon dari faktor persentase konsentrasi tepung bengkuang taraf ke-i, dan

ulangan ke-j

= Rata-rata yang sebenarnya

Ai = Pengaruh perlakuan ke-i (1%, 3%, 5%)

= Pengaruh galat percobaan ulangan ke-j oleh perlakuan konsentrasi tepung

bengkuang taraf ke-i

Page 28: FORMULASI BATH GEL BENGKUANG - MADU

28

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. KARAKTERISTIK TEPUNG BENGKUANG YANG DIGUNAKAN

Karakteristik tepung bengkuang diperoleh dari hasil analisis proksimat dan

pH. Analisis yang dilakukan meliputi analisis kadar air, kadar abu, lemak, protein

dan pH. Hasil analisis dapat dilihat pada Tabel 4.

Tabel 4. Hasil analisis fisiko kimia tepung bengkuang

Parameter Hasil

Kadar air (%) 8.27

Kadar abu (%) 1.50

pH (suspensi 5 g dalam 10 ml air) 5.83

Protein (%) 1.54

Lemak (%) 7.58

Total karbohidrat (by difference) (%) 81.11

Berdasarkan hasil analisis, karakteristik tepung bengkuang yang dihasilkan

berbeda dengan karakteristik bengkuang menurut Key (1973). Perbedaan yang

sangat signifikan terdapat pada jumlah kadar air dari tepung bengkuang yang

dihasilkan. Menurut Key (1973), kadar air bengkuang adalah 82.78 % sedangkan

kadar air tepung bengkuang yang dihasilkan adalah 8.27%. Hal ini disebabkan

karena adanya proses pengeringan sehingga kandungan air dari bengkuang

berkurang.

B. KARAKTERISTIK BATH GEL YANG DIHASILKAN

1. pH

pH merupakan salah satu syarat mutu dari bath gel. Hal ini karena jika

pH bath gel terlalu tinggi atau terlalu rendah maka dapat merusak kulit.

Produk kosmetik yang memiliki pH sangat tinggi atau sangat rendah dapat

membahayakan daya absorbsi kulit sehingga menyebabkan kulit teriritasi,

oleh sebab itu pH dari produk-produk kosmetik sebaiknya dibuat sesuai

dengan pH kulit, yaitu antara 4.5 - 7.0 (Wasiatmadja, 1997).

Page 29: FORMULASI BATH GEL BENGKUANG - MADU

29

Nilai pH rata-rata dari bath gel yang dihasilkan berdasarkan jumlah

konsentrasi bengkuang yang ditambahkan ke dalam formula dapat dilihat pada

Gambar 3.

Gambar 3. Grafik pengaruh konsentrasi bengkuang terhadap pH bath gel

bengkuang madu.

Berdasarkan Gambar 3 di atas dapat diketahui bahwa penambahan

bengkuang dalam bath gel mengakibatkan pH bath gel semakin menurun.

Dari data diperoleh bahwa bath gel dengan konsentrasi bengkuang 5 %

memiliki pH yang lebih rendah dibandingkan dengan bath gel dengan

konsentrasi bengkuang 3 %, dan bath gel dengan konsentrasi bengkuang 3 %

memiliki pH yang lebih rendah dari bath gel dengan konsentrasi bengkuang 1

%. Perubahan nilai pH dari bath gel yang dihasilkan dapat disebabkan oleh

nilai pH dari bahan-bahan penyusun bath gel yang berada dibawah nilai pH

larutan bath gel.

Namun, penurunan nilai pH ini tidak signifikan. Berdasarkan hasil

analisis ragam (Lampiran 3), diperoleh bahwa nilai pH bath gel menunjukkan

perbedaan yang tidak berpengaruh nyata terhadap perubahan konsentrasi

tepung bengkuang pada bath gel, pada taraf nyata α = 0.05. Walaupun pH

bengkuang bersifat asam, namun tidak memberikan pengaruh yang signifikan.

Hal ini diduga karena kandungan asam yang terdapat dalam 100 g bengkuang

hanya berkisar sebesar 14.0 mg seperti yang telah dikatakan oleh Key (1973).

Page 30: FORMULASI BATH GEL BENGKUANG - MADU

30

Standar mutu pH bath gel berdasarkan persyaratan mutu SNI adalah 6 -

8. Pada penelitian sebelumnya, Rialen (2005) memperoleh nilai pH dari bath

gel komersial berkisar antara 7 - 11. Bath gel dalam kondisi basa seperti ini

sangat berguna untuk melarutkan lemak pada kulit, namun jika kondisinya

terlalu basa atau lebih dari 11 dapat merusak kulit.

Bath gel yang dihasilkan memiliki nilai pH yang berkisar antara 6 - 7

sehingga diharapkan tidak akan merusak kulit karena berada pada kisaran pH

kulit, yaitu 4.5 – 7.0. Berdasarkan SNI (1996), nilai pH yang dihasilkan telah

memenuhi kriteria mutu bath gel karena berada dalam kisaran pH untuk

produk sabun mandi, yaitu 6 - 8.

2. Bobot Jenis Relatif

Bobot jenis relatif (25°C/25°C) juga merupakan salah satu syarat mutu

dari pembuatan bath gel. Bobot jenis relatif (25°C/25°C) adalah perbandingan

bobot suatu bahan dengan bobot air pada volume dan suhu yang sama

(Anonymous, 1996). Analisis ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh

penambahan bengkuang terhadap bobot jenis bath gel yang dihasilkan.

Bobot jenis relatif (25°C/25°C) rata-rata dari bath gel yang dihasilkan

berdasarkan jumlah konsentrasi bengkuang yang ditambahkan ke dalam

formula dapat dilihat pada Gambar 4.

Gambar 4. Grafik pengaruh konsentrasi bengkuang terhadap bobot jenis

relatif (25°C/25°C) bath gel bengkuang madu.

Page 31: FORMULASI BATH GEL BENGKUANG - MADU

31

Dari Gambar 4 di atas diketahui bahwa bobot jenis relatif (25 )

rata-rata bath gel yang dihasilkan berkisar antara 1.072 - 1.097. Hal ini

menunjukan bahwa bobot jenis relatif (25°C/25°C) bath gel yang dihasilkan

memenuhi standar mutu yang telah ditentukan, dimana bobot jenis relatif

(25°C/25°C) berdasarkan SNI adalah 1.01 - 1.10.

Bobot jenis relatif (25 ) berubah sesuai dengan penambahan

konsentrasi bengkuang dalam bath gel. Penambahan bengkuang 5 % memiliki

bobot jenis yang paling tinggi, sedangkan bobot jenis paling rendah diperoleh

dari penambahan bengkuang 1 %. Perubahan nilai bobot jenis dapat

disebabkan oleh jenis konsentrasi dari bahan yang terlarut dalam sebuah

larutan. Jika suatu bahan dilarutkan dalam air dan membentuk larutan maka

densitasnya akan mengalami perubahan (Gaman dan Sherrington, 1990). Pada

bath gel tanpa bengkuang (bengkuang 0 %) yang merupakan pembanding,

tidak diberi tambahan madu 1 %. Oleh sebab itu, perubahan bobot jenis yang

cukup signifikan dari bath gel dengan penambahan bengkuang 1 % terhadap

bath gel tanpa penambahan bengkuang diduga karena adanya penambahan

madu pada bath gel bengkuang sebesar 1 %.

3. Viskositas

Analisis viskositas dapat memberikan informasi sifat fisik bath gel dan

menentukan kestabilan suatu produk selama penyimpanan. Menurut Williams

dan Schmitt (2002), viskositas untuk produk-produk cair dan busa mandi

berada pada kisaran 400 cP – 4000 cP.

Viskositas rata-rata dari bath gel yang dihasilkan berdasarkan jumlah

konsentrasi bengkuang yang ditambahkan ke dalam formula dapat dilihat pada

grafik dibawah ini. Data hasil uji viskositas disajikan pada Gambar 5.

Page 32: FORMULASI BATH GEL BENGKUANG - MADU

32

Gambar 5. Grafik pengaruh konsentrasi bengkuang terhadap viskositas

bath gel bengkuang madu.

Viskositas rata-rata dari bath gel yang dihasilkan berkisar antara 700 cP

– 3500 cP. Berdasarkan penelitian sebelumnya, viskositas dari bath gel

komersial berada pada kisaran 2800 cP – 3100 cP, dimana viskositas bath gel

Biore 2800 cP, Lux 2900 cP, dan Lifeboy 3100 cP (Claudia, 2001). Viskositas

dari bath gel bengkuang madu dengan penambahan konsentrasi bengkuang

sebesar 5% pada penelitian ini berada di atas rata-rata produk bath gel yang

dijual dipasaran, namun masih berada dalam standar SNI yang berlaku.

Viskositas bath gel meningkat seiring dengan tingginya konsentrasi

bengkuang yang ditambahkan. Bath gel cair dengan konsentrasi bengkuang 5

% memiliki viskositas yang paling tinggi, sedangkan viskositas terendah

diperoleh dari bath gel cair dengan penambahan bengkuang 1 %.

Komponen yang membentuk kekentalan dalam formula bath gel ini

adalah NaCl, gelatin, dan bengkuang. Semakin tinggi penambahan

konsentrasi komponen tersebut dalam formula bath gel maka viskositas bath

gel akan semakin meningkat. Hal ini dapat disebabkan oleh sifat dari NaCl

dan gelatin yang dapat mengental. NaCl akan mengental apabila direaksikan

dengan eter sulfat. Selain sebagai pengental, gelatin juga berfungsi sebagai

bahan penstabil (stabilizer).

Page 33: FORMULASI BATH GEL BENGKUANG - MADU

33

Namun, perbedaan viskositas ini tidak signifikan. Hasil analisis ragam

(Lampiran 5), menunjukkan bahwa viskositas bath gel yang dihasilkan

menunjukkan perbedaan yang tidak berpengaruh nyata terhadap perubahan

perlakuan tepung bengkuang pada bath gel pada taraf nyata α = 0.05. Hasil

yang tidak berbeda nyata ini diduga karena jumlah konsentrasi yang

ditambahkan tidak berbeda jauh sehingga tidak memberikan pengaruh yang

signifikan terhadap viskositas bath gel yang dihasilkan.

Bengkuang merupakan bahan yang mudah mengendap, sehingga

dibutuhkan viskositas yang tinggi untuk mencapai kestabilan yang lebih baik.

Hal ini sesuai dengan hukum Stokes yang mengatakan bahwa semakin tinggi

viskositas suatu sistem emulsi semakin rendah laju rata-rata pengendapan

yang terjadi, akibatnya kestabilan emulsi semakin tinggi (Suryani, et. al.,

2000).

4. Kestabilan Busa

Analisis kestabilan busa bertujuan untuk mengetahui persentase busa

yang masih tersisa dalam jangka waktu tertentu. Kestabilan busa rata-rata

dari bath gel yang dihasilkan berdasarkan jumlah konsentrasi bengkuang yang

ditambahkan ke dalam formula dapat dilihat pada Gambar 6.

Gambar 6. Grafik pengaruh konsentrasi bengkuang terhadap kestabilan

busa bath gel bengkuang madu.

Page 34: FORMULASI BATH GEL BENGKUANG - MADU

34

Hasil analisis kestabilan busa rata-rata bath gel bengkuang madu

menunjukan persentase kestabilan busa dengan kisaran 76 - 80 %. Data

tersebut menunjukan bahwa kestabilan busa dari bath gel yang dihasilkan

cukup baik.

Kestabilan busa yang cukup baik ini diduga karena adanya kombiasi dua

surfaktan yang digunakan dalam formulasi bath gel, yaitu surfaktan anionik

dan surfaktan amfoterik. Kombinasi kedua surfaktan ini dapat membentuk

senyawa kompleks yang bersifat lebih ringan, sehingga meninggkatkan daya

pembentukan busa suatu formulasi (Rieger, 1985). Namun, kestabilan busa

bath gel tanpa penambahan bengkuang lebih baik dibandingkan bath gel

dengan penambahan bengkuang. Dari hasil analisis juga dapat dilihat bahwa

penambahan bengkuang ke dalam formula tidak terlalu mempengaruhi

kestabilan bath gel yang dihasilkan.

Hasil analisis ragam (Lampiran 6) juga menunjukkan bahwa perlakuan

penambahan tepung bengkuang tidak berpengaruh nyata terhadap kestabilan

busa bath gel yang dihasilkan pada taraf nyata α = 0.05.

Busa yang tidak stabil dikarenakan busa tersebut lebih mudah pecah.

Busa akan lebih stabil bila dilapisi oleh lapisan yang tidak mudah menguap

seperti lapisan lemak. Kadar lemak yang terkandung di dalam tepung

bengkuang yang digunakan lebih sedikit dibandingkan jumlah kadar air yang

terkandung di dalamnya. Oleh sebab itu kestabilan busa bath gel dengan

penambahan tepung bengkuang lebih rendah dibandingkan bath gel tanpa

penambahan bengkuang.

5. Tegangan Permukaan dan Penurunan Tegangan Permukaan

Bath gel merupakan produk yang dapat menurunkan tegangan

permukaan air (Suryani, et. al., 2000). Analisis ini dilakukan untuk

mengetahui seberapa besar persentase kemampuan bath gel bengkuang madu

yang dihasilkan untuk menurunkan tegangan permukaan air. Tegangan

permukaan disebabkan oleh adanya gaya tarik menarik dari molekul cairan.

Page 35: FORMULASI BATH GEL BENGKUANG - MADU

35

Pengaruh konsentrasi bengkuang terhadap penurunan tegangan

permukaan air dapat dilihat pada Gambar 7 dan persentase penurunannya

dapat dilihat pada Gambar 8.

Gambar 7. Grafik pengaruh konsentrasi bengkuang terhadap tegangan

permukaan air.

Gambar 8. Grafik pengaruh konsentrasi bengkuang terhadap persentase

penurunan tegangan permukaan air.

Page 36: FORMULASI BATH GEL BENGKUANG - MADU

36

Tegangan permukaan air dengan penambahan bath gel bengkuang madu

berkisar anatara 30 dyne/cm – 38 dyne/cm, sedangkan tegangan permukaan

air sebelum penambahan sampel adalah 72 dyne/cm Penurunan tegangan

permukaan air oleh bath gel yang dihasilkan berada dalam kisaran 48 % - 56

%. Kondisi ini menunjukan bahwa surfaktan yang terdapat pada bath gel yang

dihasilkan bekerja dengan baik. Data hasil uji tegangan permukaan air dan

penurunan tegangan permukaan air dengan penambahan bath gel disajikan

pada Lampiran 7.

Hasil analisis ragam (Lampiran 7), menunjukkan bahwa perlakuan

penambahan tepung bengkuang tidak berpengaruh nyata terhadap penurunan

tegangan permukaan air pada taraf nyata α = 0.05.

Persentase penurunan tegangan permukaan air oleh bath gel bengkuang

madu yang dihasilkan semakin besar dengan semakin besarnya jumlah

penambahan tepung bengkuang ke dalam formula bath gel, namun masih

memberikan hasil yang tidak berbeda nyata. Hal ini diduga karena umbi

bengkuang tidak memiliki surfaktan alami yaitu saponin. Menurut Reilen

(2005), saponin adalah surfaktan alami atau detergen natural yang terdapat

dalam banyak tanaman. Surfaktan memiliki sisi hidrofilik yang dapat

berikatan dengan molekul air dan larut di dalamnya, dan sisi hidrofobik yang

bersifat tolak menolak dengan molekul air sehingga membentuk lapisan tipis

di atas permukaan air dan secara drastis mampu menurunkan tegangan

permukaan air (Rialen, 2005).

Pada tanaman bengkuang, saponin hanya terdapat pada biji dan daun

bengkuang. Berdasarkan penelitian sebelumnya ekstraksi biji bengkuang

dengan menggunakan air menunjunkan bahwa ekstrak biji bengkuang tersebut

mengandung saponin (Juriah, 2003).

6. Daya Bersih

Salah satu fungsi bath gel adalah untuk mengangkat kotoran, minyak,

dan debu dari kulit. Uji daya bersih ini dilakukan untuk mengetahui

Page 37: FORMULASI BATH GEL BENGKUANG - MADU

37

kemampuan bath gel dalam mengangkat kotoran tersebut. Kecerahan yang

didapat dijadikan sebagai tolok ukur kemampuan bath gel dalam mengangkat

kotoran dari kain tersebut.

Pada penelitian ini, tingkat daya bersih bath gel ditentukan berdasarkan

warna kromatik (kuning) dari kain yang ditunjukan oleh nilai b (b = 0 – 70)

dari alat colouring-meter. Hal ini dilakukan untuk melihat seberapa besar bath

gel mampu mereduksi kotoran (mentega) pada kain. Dari data yang dihasilkan

(Lampiran 8), diperoleh bahwa bath gel bengkuang madu dengan konsentrasi

1 %, 3 %, 5 % dan bath gel tanpa penambahan bengkuang mampu mereduksi

kotoran secara berturut-turut adalah 14.17 %; 14.39 %; 14.98 %; 13.22 %.

Namun, perbedaan nilai persentase daya bersih bath gel yang dihasilkan

tidak signifikan. Berdasarkan hasil analisis ragam (Lampiran 8) diperoleh

bahwa daya bersih bath gel yang dihasilkan menunjukkan perbedaan yang

tidak berpengaruh nyata terhadap perubahan perlakuan tepung bengkuang

pada bath gel pada taraf nyata α = 0.05.

7. Uji Kesukaan (Hedonik)

Uji hedonik atau uji kesukaan ini dilakukan untuk mengetahui

penerimaan panelis terhadap bath gel bengkuang madu yang dihasilkan. Uji

hedonik merupakan salah satu uji penerimaan, dimana dalam uji ini panelis

diminta untuk mengungkapkan tanggapan pribadinya tentang kesukaan atau

ketidaksukaannya terhadap produk yang dihasilkan (Rahayu, 2001).

Pada uji organoleptik terdapat tiga macam jenis panelis, yaitu panelis

terlatih, panelis agak terlatih dan panelis tidak terlatih. Pengujian pada

penelitian ini melibatkan panelis yang agak terlatih yang terdiri dari staf dan

mahasiswa. Panelis memberikan penilaian terhadap warna, keharuman,

kekentalan, banyaknya busa, dan kesan bersih terhadap bath gel yang

dihasilkan.

Page 38: FORMULASI BATH GEL BENGKUANG - MADU

38

1. Keharuman

Penilaian panelis terhadap keharuman dilakukan dengan cara

menghirup bau harum bath gel yang dihasilkan. Tingkat kesukaan yang

tinggi mewakili keharuman yang paling disukai panelis. Hasil penilaian

kesukaan panelis terhadap keharuman bath gel yang dihasilkan dapat

dilihat pada Gambar 9.

Gambar 9. Persentase jumlah panelis untuk tingkat kesukaan terhadap

keharuman bath gel bengkuang madu.

Rata- rata tingkat respon panelis terhadap keharuman bath gel yang

dihasilkan berkisar antara 4 – 5.43 (antara netral dan agak suka). Total

persentase respon kesukaan panelis terhadap bath gel bengkuang madu

dengan penambahan konsentrasi bengkuang 1%; 3%; 5% dan bath gel

tanpa penambahan bengkuang secara berturut-turut adalah : 28.2 %;

21.0% ; 18.2% dan 32.7%.

Keharuman yang dihasilkan dari bath gel bengkuang madu ini

diperoleh dari parfum yang ditambahkan ke dalam formula. Panelis

memiliki tingkat kesukaan yang tinggi terhadap bath gel dengan

penambahan bengkuang 1 % dan bath gel tanpa penambahan bengkuang.

Page 39: FORMULASI BATH GEL BENGKUANG - MADU

39

Hal ini disebabkan karena bengkuang tidak memiliki bau yang menyengat,

sehingga penambahan bengkuang dalam jumlah yang sedikit tidak

mempengaruhi keharuman parfum yang ditambahkan ke dalam formula.

Hasil uji Friedman pada taraf α = 0.05 menunjukkan bahwa faktor

penambahan bengkuang berpengaruh nyata pada kesukaan panelis

terhadap keharuman bath gel yang dihasilkan, dengan kata lain panelis

memberikan respon yang berbeda untuk setiap perlakuan. Keharuman

bath gel yang paling disukai panelis secara berturut-turut adalah bath gel

dengan konsentrasi bengkuang 0 %, 1 %, 3 % dan 5 %. Hasil uji

Friedman terhadap kesukaan panelis pada Keharuman disajikan pada

Lampiran 9.

2. Warna

Penilaian hedonik terhadap warna dilakukan dengan menilai warna

bath gel yang dihasilkan secara visual oleh panelis. Tingkat kesukaan

yang tinggi mewakili warna yang paling disukai panelis. Hasil penilaian

kesukaan panelis terhadap warna bath gel yang dihasilkan dapat dilihat

pada Gambar 10.

Page 40: FORMULASI BATH GEL BENGKUANG - MADU

40

Gambar 10. Persentase jumlah panelis untuk tingkat kesukaan terhadap

warna bath gel bengkuang madu.

Rata- rata tingkat respon panelis terhadap warna bath gel yang

dihasilkan berkisar antara 3.7 – 5.6 (antara agak tidak suka dan agak

suka). Total persentase respon kesukaan panelis terhadap bath gel

bengkuang madu dengan penambahan konsentrasi bengkuang 1%; 3%;

5% dan bath gel tanpa penambahan bengkuang secara berturut-turut

adalah : 20.2 %; 18.3% ; 25.0% dan 36.5%.

Panelis memiliki tingkat kesukaan yang tinggi terhadap bath gel

dengan penambahan bengkuang 5 % dan bath gel tanpa penambahan

bengkuang. Penambahan bengkuang 5 % dalam formula dapat

mempengaruhi warna dari bath gel yang dihasilkan. Semakin banyak

konsentrasi bengkuang yang ditambahkan ke dalam formula, maka warna

bath gel yang dihasilkan akan semakin menyerupai warna bengkuang pada

umumnya. Panelis lebih menyukai bath gel yang menyerupai warna

bengkuang dan bath gel yang bening, tidak diantara keduanya. Warna

Page 41: FORMULASI BATH GEL BENGKUANG - MADU

41

bath gel yang paling disukai panelis secara berturut-turut adalah bath gel

dengan konsentrasi bengkuang 0 %, 5 %, 1 % dan 3 %.

Hasil uji Friedman pada taraf α = 0.05 (Lampiran 10) menunjukkan

bahwa faktor penambahan bengkuang berpengaruh nyata pada kesukaan

panelis terhadap warna bath gel yang dihasilkan, dengan kata lain panelis

memberikan respon yang berbeda untuk setiap perlakuan.

3. Kekentalan

Penilaian hedonik terhadap kekentalan bath gel yang dihasilkan

dilakukan dengan cara menuangkan bath gel ke dalam wadahnya. Tingkat

kesukaan yang tinggi mewakili kekentalan yang paling disukai panelis.

Hasil penilaian kesukaan panelis terhadap kekentalan bath gel yang

dihasilkan dapat dilihat pada Gambar 11.

Gambar 11. Persentase jumlah panelis untuk tingkat kesukaan terhadap

kekentalan bath gel bengkuang madu.

Rata- rata tingkat respon panelis terhadap kekentalan bath gel yang

dihasilkan berkisar antara 4.5 – 5.0 (antara netral dan agak suka). Total

persentase respon kesukaan panelis terhadap bath gel bengkuang madu

Page 42: FORMULASI BATH GEL BENGKUANG - MADU

42

dengan penambahan konsentrasi bengkuang 1%; 3%; 5% dan bath gel

tanpa penambahan bengkuang secara berturut-turut adalah : 24.7%;

23.3%; 27.3% dan 25.7%.

Panelis memiliki tingkat kesukaan kekentalan yang tinggi terhadap

bath gel dengan penambahan bengkuang 5 %. Bath gel bengkuang madu

dengan penambahan bengkuang 5 % memiliki viskositas atau kekentalan

3200 cP. Viskositas bath gel yang paling disukai panelis secara berturut-

turut adalah bath gel dengan konsentrasi bengkuang 5 %, 0 %, 1 % dan 3

%.

Dari hasil pengamatan diketahui bahwa panelis tidak menyukai bath

gel yang terlalu cair. Namun dari hasil uji Friedman pada taraf α = 0.05

(Lampiran 11) menunjukkan bahwa faktor penambahan bengkuang tidak

berpengaruh nyata pada kesukaan panelis terhadap kekentalan bath gel

yang dihasilkan.

4. Banyaknya Busa

Penilaian kesukaan terhadap banyaknya busa dari bath gel cair yang

dihasilkan dilakukan dengan cara menilai banyaknya busa yang dihasilkan

bila bath gel digosok-gosokkan pada tangan yang basah. Tingkat kesukaan

yang tinggi mewakili banyaknya busa dan kelembutan busa yang

dihasilkan. Hasil penilaian kesukaan panelis terhadap warna bath gel yang

dihasilkan dapat dilihat pada Gambar 12.

Page 43: FORMULASI BATH GEL BENGKUANG - MADU

43

Gambar 12. Grafik persentase jumlah panelis untuk tingkat kesukaan

terhadap banyaknya busa bath gel bengkuang madu.

Rata- rata tingkat respon panelis terhadap banyaknya busa bath gel

yang dihasilkan berkisar antara 4.8 – 5.1 (antara netral dan agak suka).

Total persentase respon kesukaan panelis terhadap bath gel bengkuang

madu dengan penambahan konsentrasi bengkuang 1%; 3%; 5% dan bath

gel tanpa penambahan bengkuang secara berturut-turut adalah : 26.7%;

25.7%; 24.0% dan 23.7%.

Panelis memiliki tingkat kesukaan yang tinggi terhadap banyaknya

busa bath gel bengkuang madu dengan penambahan konsentrasi

bengkuang 1 %. Namun dari hasil uji Friedman pada taraf α = 0.05

(Lampiran 12) menunjukkan bahwa faktor penambahan bengkuang tidak

berpengaruh nyata pada kesukaan panelis terhadap banyaknya busa bath

gel yang dihasilkan, dengan kata lain panelis memberikan respon yang

hampir sama untuk setiap perlakuan. Banyaknya busa bath gel yang

paling disukai panelis secara berturut-turut adalah bath gel dengan

konsentrasi bengkuang 0 %, 1 %, 3 % dan 5 %.

Page 44: FORMULASI BATH GEL BENGKUANG - MADU

44

5. Kesan Bersih

Pengujian kesukaan terhadap kesan bersih bath gel yang dihasilkan

dilakukan dengan menilai kesan bersih pada kulit setelah pembilasan

dengan air. Hasil penilaian kesukaan panelis terhadap kesan bersih bath

gel yang dihasilkan dapat dilihat pada grafik di bawah ini.

Gambar 13. Grafik persentase jumlah panelis untuk tingkat kesukaan

terhadap kesan bersih bath gel bengkuang madu.

Rata- rata tingkat respon panelis terhadap kesan bersih bath gel yang

dihasilkan berkisar antara 4.7 – 5.2 (antara netral dan agak suka). Total

persentase respon kesukaan panelis terhadap bath gel bengkuang madu

dengan penambahan konsentrasi bengkuang 1%; 3%; 5% dan bath gel

tanpa penambahan bengkuang secara berturut-turut adalah : 23.5%;

25.0%; 23.0% dan 28.5%.

Dari hasil uji Friedman pada taraf α = 0.05 (Lampiran 13)

menunjukkan bahwa faktor penambahan bengkuang tidak berpengaruh

nyata pada kesukaan panelis terhadap kesan bersih bath gel yang

dihasilkan. Pengujian ini dilakukan dalam waktu yang berdekatan

Page 45: FORMULASI BATH GEL BENGKUANG - MADU

45

sehingga panelis banyak memberikan tingkat kesukaan yang sama untuk

tiap-tiap perlakuan.

Tingkat kesukaan yang tinggi mewakili sedikitnya rasa licin pada

kulit yang ditinggalkan setelah pembilasan dengan air. Rasa licin yang

ditinggalkan dikarenakan adanya komponen surfaktan anionik (SLES)

pada formulasi bath gel bengkuang madu. SLES pada formulasi bath gel

ini dikenal sebagai surfaktan yang dapat memberikan kesan licin pada

kulit. Kesan bersih bath gel yang paling disukai panelis secara berturut-

turut adalah bath gel dengan konsentrasi bengkuang 0 %, 1 %, 3 % dan 5

%.

Page 46: FORMULASI BATH GEL BENGKUANG - MADU

46

V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN

Bath gel yang dihasilkan pada penelitian ini memiliki nilai pH 6 – 7; bobot

jenis relatif (25 /25 ) 1,07 – 1,00; viskositas 700 – 3500 cP; kestabilan busa

76 – 80%; dan penurunan tegangan permukaan air sebesar 48 % - 56 %. Seluruh

bath gel yang dihasilkan memenuhi standar SNI yang telah ditetapkan.

Penambahan tepung bengkuang pada berbagai konsentrasi (1, 3, dan 5 %)

memberikan nilai yang tidak berbeda nyata pada parameter uji (pH, bobot jenis,

daya bersih, dan viskositas) yang dilakukan. Dengan demikian, bath gel dengan

konsentrasi bengkuang 1 %, 3 %, dan 5 % dapat dikatakan sama.

Pemiihan konsentrasi tepung bengkuang terbaik tergantung pada sifat

produk yang ingin diunggulkan. Keuggulan produk itu dapat dilihat dari

viskositas bath gel. Bath gel yang memiliki viskositas yang cukup tinggi memiliki

kestabilan emulsi yang lebih baik.

Panelis memiliki tingkat kesukaan yang hampir sama terhadap kekentalan,

banyaknya busa, dan kesan bersih produk bath gel. Namun, panelis memiliki

tingkat kesukaan yang berbeda terhadap keharuman dan warna bath gel. Panelis

memiliki tingkat kesukaan yang tinggi terhadap keharuman produk bath gel tanpa

penambahan bengkuang, dan panelis memiliki tingkat kesukaan yang tinggi

terhadap warna bath gel dengan penambahan bengkuang 5 % dan bath gel tanpa

penambahan bengkuang.

B. SARAN

Bengkuang merupakan bahan yang mudah mengendap, untuk itu perlu

dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai stabilizer yang lebih tepat dalam

formula bath gel bengkuang madu. Selain itu, perlu dilakukan penelitian dengan

perlakuan penambahan madu.

Page 47: FORMULASI BATH GEL BENGKUANG - MADU

47

DAFTAR PUSTAKA

Afsyah, H. 2008. Madu Alam Asli Kualitas Dunia. http://madu-

perhutani.blogspot.com/24-12-08.

Bird, T. 1987. Kimia Fisik untuk Universitas. PT. Gramedia, Jakarta.

Boeck, A dan B. Stnechnak. 1991. Cosmetics and Toileries Development, Production

and Use. 1th

edition. Prentice Hall, New York.

Claudia, E. H. 2001. Aplikasi Minyak Biji Adas (Foeniculum vulgape mill) dan

gelatin tipe B dari Kulit Sapi pada Sabun Mandi Cair. Skripsi. Fakultas

Teknologi Pertanian. IPB, Bogor.

Crene, E. 1990. A Book of Honey. Oxford University Pr, London.

Dewan Standarisasi Nasional. 1996. Standar Mutu Sabun Mandi. Dewan Standarisai

Nasional, Jakarta.

Flach, M dan Rumawas. 1996. Plant Resources of South East Asia no.IX Plant

Yielding Non-Seed Carbohydrates. Prosea, Bogor.

Geourgeu, G. C. L. Sung, dan M. M. Shara. 1992. “Surface Active Compund from

Microorganisms”. Departement of Chemical Engineering and Petrolium

Engineering. University of Texas, Austin.

Gojmerac, W.L. 1983. Bees, Beekeeping, Honey and Pollination. The AVI

Publishing Co. Inc. Westport, Connecticut.

Heyne K. 1987. Tumbuhan Berguna Indonesia Jilid Ke-3. Yayasan Sarana Wana

Jaya, Jakarta.

Imeson. 1997. Thickening and Gelling Agent For Food. Academic press, New York.

Imron, H.S.S. 1985. Sediaan Kosmetik. Direktorat Pembinaan Penelitian dan

Pengabdian Masyarakat. Ditjen Pendidikan Tinggi Depdikbut, Jakarta.

Iqbal, M. 2008. Madu Sebagai Antibiotik Yang Tersedia Bebas di Alam.

http://www.rumahmadu.com/20-09-08.

Jellinek, DR.J. 1970. Formulation and Function of Cosmetics. Wiley – Intersience,

New York.

Page 48: FORMULASI BATH GEL BENGKUANG - MADU

48

Juriah. 2003. Fraksinasi Ekstrak Biji Bengkuang (Pachyrrhizus erozus) yang

Berpoteensi Sebagai Antibakteri. Skripsi. Fakultas Matematika dan Ilmu

Pengetahuan Alam. IPB.

Kay, D.E. 1973. TPI Crop and Product Digest No.2 Root Crops. The Tropical

Product Institute, New York.

Ketaren, S. 1985. Teknologi Minyak Atsiri. PN. Balai Pustaka, Jakarta.

Krell, 1996. Value-added Products from Beekeeping. Food and Agricultur

Organization of the United Nations

LIPI – Lembaga Biologi Nasional. 1977. Umbi-umbian. Balai Pustaka, Jakarta.

Mitsui, T. 1997. New Cosmetic Sience. Elsevier, Tokyo.

Murphy, L.J. 1978. Moisturization a Systematic Approach in Moisturizing and

Emmolliency Documentary Part I. C. J. Patterson Company, Kansas City.

National Academy of Science. 1929. Tropical Legumes : Resources for The Future.

Washington DC.

[NHP] National Honey Board, 2001. Carbohydrates and the Sweetness in Honey.

www.Honey.com/20-09-08.

Nursyawal, Lukman. 2007. Kajian Pembuatan Madu Herbal dan Pengujian Stabilitas

Penyimpanan. Skripsi. Fakultas Teknologi Pertanian. IPB, Bogor.

Platus. 2008. Pachyrrhizus erosus (L.) Urban – Bengkuang.

http://anekaplanta.wordpress.com/24-12-08.

[Pusbahnas] Pusat Pelebahan Nasional (Pusbahnas). 1999. Madu dan Kegunaanya.

Pusbahnas, Bogor.

Rahayu, WP. 2001. Penuntun Praktikum Penilaian Organoleptik. Jurusan Teknologi

Pangan dan Gizi. IPB, Bogor.

Rielan, N. 2005. Kajian Pengaruh Konsentrasi Gel Lidah Buaya Aloevera Terhadap

Kontraksi Sabun Mandi Cair. Skripsi. Fakultas Teknologi Pertanian. IPB,

Bogor.

Sihombing, D.T.H. 1997. Ilmu Ternak Madu; Kiat Mengatasi Permasalahan Praktis.

PT Agromedia Pustaka, Jakarta.

Sudjatmoko, R.A.1987. Bengkuang. Keluarga Tani.12 : 51 – 52.

Page 49: FORMULASI BATH GEL BENGKUANG - MADU

49

Suryani, A., I. Sailah, dan E. Hambali. 2000. “Teknologi Emulsi”. Jurusan Teknologi

Industri Pertanian, Institut Pertanian Bogor, Bogor.

The National Honey Board. 2001. A Reference Guide From The National Honey

Board. Longmont,USA.

Wasiaatmadja, S. M. 1997. Penuntun Ilmu Kosmetik Medik. Penerbit Universitas

Indonesia (UI-Press), Jakarta.

Westphal dan Jansen, 1993. Plant Rsources of South-East : Basic List of Species and

Commodity Grouping. Porsea, Bogor.

Willcox, M.J. 1998. Personal Hygiene Products. Di dalam: Chemistry and

Technology of The Cosmetics and Toiltries Indusry 2nd

. Blackie Academic

and Profesional, New York.

Williams, D.F, dan Schmitt W.H, editor. 2002. Kimia dan Teknologi Industri

Kosmetika dan Produk-produk Perawatan Diri. IPB, Bogor.

Winarno, F.G. 1992. Kimia Pangan dan Gizi. PT. Gramedia, Jakarta.

Wirakusumah, Msc. 2007. Bengkuang umbi penyejuk.

http://blogspot.com/2008/05/manfaat-benkuang.html

Page 50: FORMULASI BATH GEL BENGKUANG - MADU

50

LAMPIRAN

Page 51: FORMULASI BATH GEL BENGKUANG - MADU

51

Lampiran 1. Prosedur analisis

Metode proksimat bengkuang (AOAC. 1980)

1. Kadar Air

Sebanyak 1 gr sampel segar dalam botol timbangan dimasukkan ke dalam

oven pada suhu 105°C selama 8 jam, lalu ditimbang. Kadar air dihitung dengan

rumus :

Kadar air = bobot sampel (segar-kering) x 100 %

bobot sampel segar

2. Kadar Abu

Sebanyak 1 gr sampel kering ditempatkan dalam wadah porselin dan dibakar

sampai tidak berasap. Kemudian diabukan dalam tanur bersuhu 600°C selama 1

jam, lalu ditimbang.

Kadar abu = bobot abu x 100 %

bobot sampel kering

3. Kadar Lemak Kasar

Sebanyak 2 gr sampel kering disebar di atas kapas yang beralas kertas saring

dan digulung membentuk thimble, lalu dimasukkan ke dalam soxhlet. Kemudian

dilakukan ekstraksi selama 6 jam dengan menggunakan pelarut lemak berupa

heksana sebanyak 150 ml. Lemak yang terekstrak kemudian dikeringan dalam

oven pada suhu 100°C selama 1 jam.

Kadar Lemak = bobot lemak terekstrak x 100%

bobot sampel kering

4. Kadar Protein Kasar

Sebanyak 0.25 gr sampel kering, ditempatkan dalam labu kjeldahl 100 ml dan

ditambahkan 0.25 gr Selenium dan 3 ml H2SO4 pekat. Kemudian dilakukan

destruksi (pemanasan dalam keadaan mendidih) selama 1 jam sampai larutan

jernih. Setelah dingin ditambahan 50 ml aquades dan 20 ml NaOH 40%, lalu

Page 52: FORMULASI BATH GEL BENGKUANG - MADU

52

didestilasi. Hasil destilasi ditampung dalam labu Erlenmeyer yang berisi

campuran 10 ml H3BO3 2% dan 2 tetes indicator Brom Cresol Green-Methyl Red

berwarna merah muda. Setelah volume hasil tampungan (destilat) menjadi 10 ml

dan berwarna hijau kebiruan, destilasi dihentikan dan didestilasi dititrasi dengan

HCl 0.1 N sampai berwara merah muda. Perlakuan yang sama dilakukan juga

terhadap blanko. Dengan metode ini diperoleh kadar nitrogen total yang dihitung

dengan rumus :

(S-B)x NHClx14

% N = x 100%

w x 1000

Kadar protein = total nitrogen x f (faktor pengali)

Keterangan :

S = volume titran sampel (ml)

B = volume titran blanko (ml)

W = bobot sampel kering (mg)

5. Kadar Karbohidrat

Kadar karbohidrat total ditentukan dengan metode carbohydrate by

difference, yaitu : 100% - ( kadar air + kadar abu + protei + lemak).

Metode analisis sabun mandi cair

1. pH (SNI 06-4085-1996)

pH meter dikalibrasi dengan larutan buffer pH setiap pengukuran. Elektroda

yang telah dibersihkan dengan air suling dicelupkan dalam sampel yang akan

diperiksa pada suhu 25oC. Nilai pH yang muncul kemudian dicatat.

2. Bobot Jenis (SNI 06-4085-1996)

Piknometer dibilas dengan alkohol kemudian ditimbang. Sampel didinginkan

lebih rendah dari suhu penetepan. Sampel kemudian dimasukkan dalam

piknometer yang terendam air es, dibiarkan sampai suhu 25oC dan tetapkan

sampai garis tera. Piknometer diangkat dan didiamkan pada suhu kamar dan

Page 53: FORMULASI BATH GEL BENGKUANG - MADU

53

ditimbang. Pengerjaan diulangi untuk pengerjaan air suling sebagai pengganti

contoh.

Bobot jenis, 25oC = W

W1

Keterangan :

W : bobot sampel

W1 : bobot air suling

3. Viskositas (British Standard 757)

Pengukuran dilakukan dengan alat viskosimeter Brookfield LV dengan

spindel nomor 4. Kekentalan larutan diukur pada kecepatan pengadukan 30 rpm

dengan faktor koreksi adalah 200. Hasil yang terbaca pada alat dikalikan dengan

faktor koreksi.

Kekentalan (cP) = angka yang terbaca pada viskosimeter x faktor koreksi

4. Kestabilan Busa

Air aquades dan sabun mandi cair dengan perbandingan 9:1 dimasukkan

kedalam tabung reaksi. Tabung reaksi yang telah berisi larutan tersebut

diletakkan diatas vortex untuk dilakukan pemutaran. Lama pemutaran dilakukan

selama 5 menit. Setelah pemutaran, tinggi busa pada tabung reaksi (A cm)

dicatat. Tabung reaksi didiamkan selama 1 jam, kemudian dihitung kembali

tinggi busa dalam tabung reaksi (B cm).

Kestabilan busa = A x 100 %

B

5. Penurunan Tegangan Permukaan Metode du Nuoy (ASTM D-1331, 2000)

Wadah yang digunakan terbuat dari gelas dengan diameter lebih besar dari 6

cm. Sebelum digunakan cincin dibilas terlebih dahulu dengan pelarut yang sesuai

lalu dikeringkan. Cincin platinum dicelupkan kedalam air destilata, kemudian

baca skala pada alat Tensiometer de Nuoy. Kemampuan sabun mandi cair

menurunkan tegangan permukaan dapat dilakukan dengan menambah 10 %

Page 54: FORMULASI BATH GEL BENGKUANG - MADU

54

sampel kedalam air, lalu dibaca kembali skala pada alat Tensiometer du Nuoy.

Perhitungan persentase penurunan tegangan permukaan (PTP) dapat dihitung

menggunakan rumus berikut:

% PTP = A – B x 100 %

A

Keterangan :

A = tegangan permukaan air

B = tegangan permukaan 10 % sampel dalam aquades

6. Uji Daya Bersih

Kain putih bersih dipotong menjadi ukuran 10 x 10 cm. Timbang mentega

sebanyak 1 gram kemdian oleskan secara merata pada kain . Tempatkan air

aquades sebanyak 200 ml dalam gelas piala kemudian tambakan sabun mandi cair

20 ml kemudian aduk. Ukur warna kain yang telah diolesi mentega (a) dengan

Colouring-meter. Masukkan kain yang telah di olesi mentega ke dalam gelas piala

yang telah berisi air sabun tersebut dan diamkan selama 10 menit, kemudian

dikucek dan dibilas. Ukur kembali warna kain yang telah dibilas (b) . Baca nilai B

pada alat coloring-meter. Nilai B ( B = 0 - 70) akan menunjukkan tinggkat warna

kuning (warna mentega)/ tingkat warna kotoran yang tersisa.

Daya bersih = b - a

Page 55: FORMULASI BATH GEL BENGKUANG - MADU

55

Lampiran 2. Contoh Lembar Uji Kesukaan

UJI KESUKAAN SABUN MANDI CAIR

Nama :

NRP :

Intruksi:1. Berikan penilaian anda atas tingkat kesukaan terhadap tiap atribut sabun

mandi cair berikut dengan menuliskan nilai tingkat kepercayaan.

2. Dalam melakukan penilaian pergunakan sabun mandi cair dalam jumlah

yang sama untuk setiap kode.

3. Jangan mengulang atau membandingkan contoh yang disediakan.

Nilai tingkat kesukaan: Sangat suka : 7

Suka : 6

Agak suka : 5

Netral : 4

Agak tidak suka : 3

Tidak suka : 2

Sangat tidak suka : 1

Parameter Kode contoh

A B C D

Warna

Aroma

Kekentalan

Banyaknya busa

Rasa licin

Keterangan:

A = konsentrasi bengkuang:madu (0,0 %)

B = konsentrasi bengkuang:madu (1,1 %)

C = konsentrasi bengkuang:madu (3,1 %)

D = konsentrasi bengkuang:madu (5,1 %)

Page 56: FORMULASI BATH GEL BENGKUANG - MADU

56

Lampiran 3. Analisis nilai pH sabun mandi cair bengkuang madu

a. Rekapitulasi data hasil uji pH sabun mandi cair bengkuang madu

Konsentrasi tepung

bengkuang : madu

(%)

Nilai Ph

Ulangan 1 Ulangan 2 Rata-rata

0 : 0 6.86 6.79 6.825

1 : 1 6.63 6.69 6.66

3 : 1 6.62 6.53 6.575

5 : 1 6.6 6.52 6.56

b. Hasil analisa keragaman pH sabun mandi cair bengkuang madu

Jumlah

Kuadrat df

Kuadrat

tengah Fhitung Sig.

Nilai tengah

kolom 0.012 2 0.006 1.928 0.289*

Galat 0.009 3 0.003

Total 0.021 5

Keterangan : *Sig (Signifikansi/Probabilitas) lebih besar dari α = 0.05 tidak berpengaruh nyata

c. Hasil uji lanjut Duncan

Perlakuan

N

α = 0.05

1

Konsentrasi

bengkuang:madu=5:1 2 6.5600

Konsentrasi

bengkuang:madu=3:1 2 6.5750

Konsentrasi

bengkung:madu=1:1 2 6.6600

Sig. 0.166

Page 57: FORMULASI BATH GEL BENGKUANG - MADU

57

Lampiran 4. Analisis nilai bobot jenis sabun mandi cair bengkuang madu

a. Rekapitulasi data hasil uji bobot jenis relatif sabun mandi cair bengkuang

madu

Konsentrasi tepung

bengkuang : madu

(%)

Nilai bobot jenis

Ulangan

1

Ulangan

2 Rata-rata

0 : 0 1.072 1.072 1.072

1 : 1 1.084 1.074 1.079

3 : 1 1.093 1.083 1.088

5 : 1 1.1 1.094 1.097

b. Hasil analisa keragaman bobot jenis relatif sabun mandi cair bengkuang madu

Jumlah

Kuadrat df

Kuadrat

tengah Fhitung Sig.

Nilai tengah

kolom 0.000 2 .000 4.119 0.138*

Galat 0.000 3 0.000

Total 0.000 5

Keterangan : *Sig (Signifikansi/Probabilitas) lebih besar dari α = 0.05 tidak berpengaruh nyata

c. Hasil uji lanjut Duncan

Perlakuan

N

α = 0.05

1

Konsentrasi

bengkung:madu=1:1 2 1.079000

Konsentrasi

bengkuang:madu=3:1 2 1.088000

Konsentrasi

bengkuang:madu=5:1 2 1.097000

Sig. 0.064

Page 58: FORMULASI BATH GEL BENGKUANG - MADU

58

Lampiran 5. Analisis nilai viskositas sabun mandi cair bengkuang madu

a. Rekapitulasi data hasil uji viskositas sabun mandi cair bengkuang madu

Konsentrasi tepung

bengkuang : madu

(%)

Nilai viskositas

Ulangan 1 Ulangan 2 Rata-rata

0 : 0 700 700 700

1 : 1 2000 1200 1600

3 : 1 3200 2400 2800

5 : 1 4000 3000 3500

b. Hasil analisa keragaman viskositas sabun mandi cair bengkuang madu

Jumlah

Kuadrat df

Kuadrat

tengah Fhitung Sig.

Nilai tengah

kolom

3693333.333 2 1846666.667 4.860 0.115*

Galat 1140000.000 3 380000.000

Total 4833333.333 5

Keterangan : *Sig (Signifikansi/Probabilitas) lebih besar dari α = 0.05 tidak berpengaruh

nyata

c. Hasil uji lanjut Duncan

Perlakuan

N

α = 0.05

1

Konsentrasi

bengkung:madu=1:1 2 1600.00

Konsentrasi

bengkuang:madu=3:1 2 2800.00

Konsentrasi

bengkuang:madu=5:1 2 3500.00

Sig. 0.054

Page 59: FORMULASI BATH GEL BENGKUANG - MADU

59

Lampiran 6. Analisis nilai kestabilan busa sabun mandi cair bengkuang madu

a. Rekapitulasi data hasil uji kestabilan busa sabun mandi cair bengkuang madu

Konsentrasi tepung

bengkuang : madu

(%)

Nilai kestabilan busa

Ulangan 1 Ulangan 2 Rata-rata

0 : 0 80 80 80

1 : 1 79 73 76

3 : 1 79 73 76

5 : 1 79 73 76

b. Hasil analisa keragaman kestabilan busa sabun mandi cair bengkuang madu

Jumlah

Kuadrat df

Kuadrat

tengah Fhitung Sig.

Nilai tengah

kolom 0.000 2 0.000 0.000 1.000

Galat 54.000 3 18.000

Total 54.000 5

Keterangan : *Sig (Signifikansi/Probabilitas) lebih besar dari α = 0.05 tidak berpengaruh nyata.

c. Hasil uji lanjut Duncan

Perlakuan

N

α = 0.05

1

Konsentrasi

bengkung:madu=1:1 2 76.00

Konsentrasi

bengkuang:madu=3:1 2 76.00

Konsentrasi

bengkuang:madu=5:1 2 76.00

Sig. 1.000

Page 60: FORMULASI BATH GEL BENGKUANG - MADU

60

Lampiran 7. Analisis nilai penurunan tegangan permukaan air sabun mandi cair

bengkuang madu

a. Rekapitulasi data hasil uji tegangan permukaan air setelah diambahkan sampel

Konsentrasi tepung

bengkuang : madu

(%)

Nilai tegangan permukaan air

Ulangan 1 Ulangan 2 Rata-rata

0 : 0 38 38 38

1 : 1 37 35 36

3 : 1 34 32 33

5 : 1 32 30 31

b. Rekapitulasi data hasil uji penurunan tegangan permukaan air setelah

diambahkan sampel

Konsentrasi tepung

bengkuang : madu

(%)

% penurunan tegangan permukaan air

Ulangan 1 Ulangan 2 Rata-rata

0 : 0 47 49 48

1 : 1 48 52 50

3 : 1 51 57 54

5 : 1 54 58 56

c. Hasil analisa keragaman penurunan tegangan permukaan air sabun mandi cair

bengkuang madu

Jumlah

Kuadrat df

Kuadrat

tengah Fhitung Sig.

Nilai tengah

kolom 37.333 2 18.667 1.647 0.329

Galat 34.000 3 11.333

Total 71.333 5

Keterangan : *Sig (Signifikansi/Probabilitas) lebih besar dari α = 0.05 tidak berpengaruh

nyata.

Page 61: FORMULASI BATH GEL BENGKUANG - MADU

61

d. Hasil uji lanjut Duncan

Perlakuan

N

α = 0.05

1

Konsentrasi

bengkung:madu=1:1 2 50.00

Konsentrasi

bengkuang:madu=3:1 2 54.00

Konsentrasi

bengkuang:madu=5:1 2 56.00

Sig. 0.172

Page 62: FORMULASI BATH GEL BENGKUANG - MADU

62

Lampiran 8. Analisis nilai daya bersih sabun mandi cair bengkuang madu

a. Rekapitulasi data hasil uji daya bersih sabun mandi cair bengkuang madu

Konsentrasi tepung

bengkuang : madu

(%)

Nilai daya bersih

Ulangan 1 Ulangan 2 Rata-rata

0 : 0 13.12 13.33 13.22

1 : 1 14.01 14.33 14.17

3 : 1 14.20 14.59 14.39

5 : 1 14.95 15.01 14.98

b. Hasil analisis keragaman daya bersih sabun mandi cair bengkuang madu

Jumlah

Kuadrat df

Kuadrat

tengah Fhitung Sig.

Nilai tengah

kolom 0.699 2 0.350 8.128 0.061*

Galat 0.129 3 0.043

Total 0.828 5

Keterangan : *Sig (Signifikansi/Probabilitas) lebih besar dari α = 0.05 tidak berpengaruh

nyata.

c. Hasil uji Duncan

Perlakuan

N

α = .05

1 2

Konsentrasi

bengkung:madu=1:1 2 14.1700

Konsentrasi

bengkuang:madu=3:1 2 14.3950 14.3950

Konsentrasi

bengkuang:madu=5:1 2 14.9800

Sig. 0.357 0.067

Page 63: FORMULASI BATH GEL BENGKUANG - MADU

63

Lampiran 9. Analsis data nilai kesukaan panelis terhadap aroma sabun mandi cair

bengkuang madu

a. Data hasil analisis kesukaan panelis terhadap aroma sabun mandi cair

bengkuang madu

Panelis Konsentrasi bengkung : madu (%)

0 : 0 1 : 1 3 : 1 5 : 1

1 6 6 6 5

2 6 5 5 5

3 6 6 4 4

4 5 4 2 2

5 6 5 5 3

6 6 3 4 5

7 6 4 1 1

8 6 6 6 6

9 7 4 6 5

10 2 2 6 2

11 4 5 2 4

12 6 6 3 5

13 5 6 2 3

14 2 6 3 3

15 6 5 5 5

16 5 3 5 5

17 6 6 4 3

18 6 6 5 5

19 6 5 2 2

20 6 6 6 6

21 6 6 3 3

22 7 7 5 5

23 6 6 6 4

24 5 6 5 5

25 7 4 4 6

26 5 5 2 4

27 4 6 5 3

28 3 3 3 2

29 6 4 5 3

30 6 5 5 5

Rata - rata 5.433333 5.033333 4.166667 3.966667

Page 64: FORMULASI BATH GEL BENGKUANG - MADU

64

b. Hasil uji Friedman terhadap aroma sabun mandi cair bengkuang madu

Keterangan : *Sig (Signifikansi/Probabilitas) lebih kecil dari α = 0.05 berpengaruh nyata

[bengkuang :

madu] N df Minimum Maksimum

Rata-

rata

Std.

Deviation

Sig.

0 : 0 30 3 2.00 7.00 5.4333 1.27802

1 : 1 30 2.00 7.00 5.0333 1.21721

3 : 1 30 1.00 6.00 4.1667 1.51050 0.00*

5 : 1 30 1.00 6.00 3.9667 1.37674

Valid N

(listwise) 30

Page 65: FORMULASI BATH GEL BENGKUANG - MADU

65

Lampiran 10. Analsis data nilai kesukaan panelis terhadap warna sabun mandi cair

bengkuang madu

a. Data hasil analisis kesukaan panelis terhadap warna sabun mandi cair

bengkuang madu

Panelis Konsentrasi bengkung : madu (%)

0 : 0 1 : 1 3 : 1 5 : 1

1 7 4 6 6

2 6 5 4 4

3 6 4 4 5

4 6 3 4 4

5 6 3 2 3

6 6 4 3 5

7 7 2 2 2

8 2 5 2 7

9 7 5 5 6

10 2 2 6 2

11 4 5 3 3

12 2 1 1 3

13 6 4 2 2

14 6 2 2 3

15 6 5 4 4

16 6 2 4 4

17 6 5 4 5

18 7 5 4 4

19 5 4 4 4

20 6 4 5 7

21 7 3 4 6

22 7 6 5 5

23 6 3 4 6

24 5 4 3 5

25 7 4 3 4

26 6 5 5 2

27 4 4 4 4

28 7 2 3 7

29 6 3 5 5

30 5 2 4 3

Rata - rata 5.633333 3.666667 3.7 4.333333

Page 66: FORMULASI BATH GEL BENGKUANG - MADU

66

b. Hasil uji Friedman terhadap warna sabun mandi cair bengkuang madu

Keterangan : *Sig (Signifikansi/Probabilitas) lebih kecil dari α = 0.05 berpengaruh nyata

[bengkuang :

madu] N df Minimum Maksimum

Rata-

rata

Standar

Deviasi

Sig.

0 : 0 30 3 2.00 7.00 5.6333 1.47352

1 : 1 30 1.00 6.00 3.7333 1.33735

3 : 1 30 1.00 6.00 3.7000 1.23596 0.00*

5 : 1 30 2.00 7.00 4.3333 1.51620

Valid N

(listwise) 30

Page 67: FORMULASI BATH GEL BENGKUANG - MADU

67

Lampiran 11. Analsis data nilai kesukaan panelis terhadap kekentalan sabun mandi

cair bengkuang madu

a. Data hasil analisis kesukaan panelis terhadap kekentalan sabun mandi cair

bengkuang madu

Panelis Konsentrasi bengkung : madu (%)

0 : 0 1 : 1 3 : 1 5 : 1

1 6 6 6 6

2 4 5 6 6

3 5 5 5 5

4 5 4 4 4

5 6 6 6 6

6 6 5 4 5

7 6 5 3 3

8 6 6 6 6

9 7 6 3 4

10 2 2 2 6

11 6 5 4 5

12 5 5 5 4

13 3 7 5 5

14 6 6 6 6

15 7 5 6 6

16 4 4 4 6

17 5 5 4 3

18 6 4 6 6

19 6 5 3 4

20 5 5 5 5

21 3 5 4 7

22 5 4 5 4

23 5 6 4 5

24 6 4 3 5

25 4 3 5 4

26 3 2 6 6

27 4 5 4 4

28 5 4 6 5

29 3 6 4 6

30 6 6 3 5

Rata - rata 5 4.866667 4.566667 5.034483

Page 68: FORMULASI BATH GEL BENGKUANG - MADU

68

b. Hasil uji Friedman terhadap kekentalan sabun mandi cair bengkuang madu

Keterangan : *Sig (Signifikansi/Probabilitas) lebih besar dari α = 0.05 tidak berpengaruh nyata.

[bengkuang :

madu] N df Minimum Maksimum

Rata-

rata

Standar

Deviasi

Sig.

0 : 0 30 3 2.00 7.00 5.0000 1.28654

1 : 1 30 2.00 7.00 4.8667 1.16658

3 : 1 30 2.00 6.00 4.5667 1.19434 0.27*

5 : 1 30 3.00 7.00 5.0667 1.01483

Valid N

(listwise) 30

Page 69: FORMULASI BATH GEL BENGKUANG - MADU

69

Lampiran 12. Analsis data nilai kesukaan panelis terhadap banyaknya busa sabun

mandi cair bengkuang madu

a. Data hasil analisis kesukaan panelis terhadap banyaknya busa sabun mandi

cair bengkuang madu

Panelis Konsentrasi bengkung : madu (%)

0 : 0 1 : 1 3 : 1 5 : 1

1 5 5 5 6

2 6 6 6 6

3 6 6 6 6

4 4 5 6 6

5 6 3 2 2

6 6 3 4 3

7 4 5 7 6

8 2 6 5 7

9 6 6 6 5

10 4 3 6 3

11 4 5 5 5

12 6 6 6 7

13 4 7 4 4

14 6 6 5 5

15 5 6 6 6

16 5 6 6 6

17 5 5 4 3

18 6 6 5 5

19 6 6 6 6

20 5 4 3 3

21 2 4 6 6

22 4 5 4 3

23 6 5 5 4

24 4 6 5 6

25 4 6 4 3

26 3 4 6 6

27 5 3 6 6

28 6 5 4 5

29 6 4 5 4

30 4 6 6 6

Rata - rata 4.833333 5.1 5.133333 4.966667

Page 70: FORMULASI BATH GEL BENGKUANG - MADU

70

b. Hasil uji Friedman terhadap banyaknya busa sabun mandi cair bengkuang

madu

Keterangan : *Sig (Signifikansi/Probabilitas) lebih besar dari α = 0.05 tidak berpengaruh nyata.

[bengkuang :

madu] N df Minimum Maksimum

Rata-

rata

Standar

Deviasi

Sig.

0 : 0 30 3 2.00 6.00 4.8333 1.20583

1 : 1 30 3.00 7.00 5.1000 1.12495

3 : 1 30 2.00 7.00 5.1333 1.10589 0.68*

5 : 1 30 2.00 7.00 4.9667 1.40156

Valid N

(listwise) 30

Page 71: FORMULASI BATH GEL BENGKUANG - MADU

71

Lampiran 13. Analsis data nilai kesukaan panelis terhadap rasa licin sabun mandi

cair bengkuang madu

a. Data hasil analisis kesukaan panelis terhadap rasa licin sabun mandi cair

bengkuang madu

Panelis Konsentrasi bengkung : madu (%)

0 : 0 1 : 1 3 : 1 5 : 1

1 5 5 5 5

2 6 6 5 5

3 6 6 6 6

4 4 4 5 4

5 6 5 5 5

6 6 3 4 4

7 3 5 5 5

8 5 5 6 6

9 5 5 4 4

10 4 3 5 3

11 6 5 5 3

12 6 6 6 6

13 4 2 2 3

14 6 5 5 5

15 5 5 5 5

16 6 6 6 6

17 6 6 5 6

18 6 6 6 6

19 6 7 6 6

20 6 5 5 6

21 4 3 4 4

22 4 5 4 4

23 6 5 6 3

24 6 3 5 4

25 5 4 5 5

26 4 6 6 6

27 4 6 4 6

28 5 5 5 5

29 6 4 5 3

30 6 6 6 4

Rata - rata 5.233333 4.9 5.033333 4.766667

Page 72: FORMULASI BATH GEL BENGKUANG - MADU

72

b. Hasil uji Friedman terhadap rasa licin sabun mandi cair bengkuang madu

Keterangan : *Sig (Signifikansi/Probabilitas) lebih besar dari α = 0.05 tidak berpengaruh nyata.

[bengkuang :

madu] N df Minimum Maksimum

Rata-

rata

Std.

Deviasi

Sig.

0 : 0 30 3 3.00 6.00 5.2333 0.93526

1 : 1 30 2.00 7.00 4.9000 1.18467

3 : 1 30 2.00 6.00 5.0333 0.88992 0.12*

5 : 1 30 3.00 6.00 4.7667 1.10433

Valid N

(listwise) 30

3.00 6.00 5.2333 0.93526