Formatted: Left: 3,81 cm, Perbedaan titer imunoglobulin-g...

118
Perbedaan titer imunoglobulin-g campak anak usia sekolah dasar yang obesitas dan tidak obesitas di SD Bromantakan kota Surakarta TESIS Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Magister Program Studi Kedokteran Keluarga Minat Utama: Ilmu Biomedik Oleh: Oleh: Annang Giri Moelyo S5906004 PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2008 Formatted: Left: 3,81 cm, Right: 2,54 cm, Top: 3,81 cm

Transcript of Formatted: Left: 3,81 cm, Perbedaan titer imunoglobulin-g...

Perbedaan titer imunoglobulin-g campak anak usia sekolah dasar yang obesitas

dan tidak obesitas di SD Bromantakan kota Surakarta

TESIS Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Magister

Program Studi Kedokteran Keluarga Minat Utama: Ilmu Biomedik

Oleh:

Oleh: Annang Giri Moelyo

S5906004

PROGRAM PASCASARJANA

UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA

2008

Formatted: Left: 3,81 cm,Right: 2,54 cm, Top: 3,81 cm

2

PERBEDAAN TITER IMUNOGLOBULIN-G CAMPAK ANAK USIA SEKOLAH DASAR YANG OBESITAS DAN TIDAK OBESITAS DI SD BROMANTAKAN

KOTA SURAKARTA

Disusun oleh:

Annang Giri Moelyo

S5906004

Telah disetujui oleh Tim Pembimbing

Dewan Pembimbing Jabatan Nama Tanda Tangan Tanggal Pembimbing I Prof. DR. Harsono Salimo, dr, SpA(K) 8 April 2008 NIP 140 059 324 Pembimbing II Endang D. Lestari, dr, SpA(K), MPH 8 April 2008 NIP 140 184 431

Ketua Program Studi Kedokteran Keluarga Minat Utama Ilmu Biomedik

Prof. DR. Harsono Salimo, dr, SpA(K) NIP 140 059 324

3

PERBEDAAN TITER IMUNOGLOBULIN-G CAMPAK ANAK USIA SEKOLAH DASAR YANG OBESITAS DAN TIDAK OBESITAS DI SD BROMANTAKAN

KOTA SURAKARTA

Disusun oleh:

Annang Giri Moelyo

S5906004

Telah disetujui oleh Tim Penguji Jabatan Nama Tanda Tangan Tanggal Ketua : Prof.DR.Ahmad Djojosugito, dr, SpB,SpBO,MHA,FICS ......................... Sekretaris : DR. B. Soebagyo, dr, SpA(K) ......................... Anggota : 1. Prof. DR. Harsono Salimo,dr, SpA(K) .........................

2. Endang Dewi Lestari, dr, SpA(K), MPH .........................

Mengetahui Direktur Program Pascasarjana Ketua Program Studi Kedokteran Keluarga Prof. Drs. Suranto, MSc, PhD Prof. DR. Dr. Didik Tamtomo, MM, MKes, PAK

4

NIP 131 472 192 NIP 130 543 994

5

PERNYATAAN

Nama : Annang Giri Moelyo

NIM : S5906004

Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa tesis berjudul Perbedaan Titer Imunoglobulin-

G Campak Anak Usia Sekolah Dasar Yang Obesitas dan Tidak Obesitas di SD

Bromantakan Kota Surakarta adalah betul-betul karya sendiri. Hal-hal yang bukan karya

saya, dalam tesis tersebut diberi tanda sitasi dan ditunjukkan dalam daftar pustaka.

Apabila di kemudian hari terbukti pernyataan saya tidak benar, maka saya bersedia

menerima sanksi akademik berupa pencabutan tesis dan gelar yang saya peroleh dari tesis

tersebut.

Surakarta, 1 April 2008

Yang membuat pernyataan,

Annang Giri Moelyo

6

KATA PENGANTAR

Segala puji syukur ke hadirat Allah SWT, berkat karunia-Nya penulis dapat

menyelesaikan penulisan tesis dengan judul: ”Perbedaan titer Imunoglobulin-G campak

Anak Usia Sekolah Dasar yang Obesitas dan Tidak Obesitas di SD Bromantakan Kota

Surakarta”. Tesis ini dapat terselesaikan atas kehendak dari Allah SWT dan juga atas

bantuan dari semua pihak.

Rasa hormat dan terima kasih yang tulus saya sampaikan kepada:

1. Prof. DR. Much. Syamsulhadi, dr, SpKJ(K) selaku Rektor Universitas Sebelas Maret,

yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk mengikuti program

Magister di Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret.

2. Prof. Drs. Suranto, MSc, PhD selaku Direktur Program Pascasarjana Universitas

Sebelas Maret, yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk mengikuti

program Magister di Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret.

3. Prof. DR. Dr. Didik Tamtomo, MM, MKes, PAK selaku Ketua Program Studi

Magister Kedokteran Keluarga, yang telah memberikan kesempatan kepada penulis

untuk mengikuti program Magister di Program Pascasarjana Universitas Sebelas

Maret.

4. DR. Ahmad Arman Subijanto, dr, MS selaku Dekan Fakultas Kedokteran Universitas

Sebelas Maret, yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk mengikuti

program Magister di Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret, dan

memberikan bantuan dana pendidikan dari Fakultas Kedokteran serta selalu

memotivasi untuk segera menyelesaikan program.

5. Iskandar Zulkarnaen, dr, SpA(K) selaku Kepala Bagian Ilmu Kesehatan Anak

FKUNS/RSDM. Terima kasih telah memberikan kesempatan dan dukungan untuk

mengikuti program Magister di Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret.

6. Prof. DR. Harsono Salimo, dr, SpA(K) selaku Ketua Program Studi Pendidikan

Dokter Spesialis FKUNS/RSDM, Ketua Program Ketua Program Studi Kedokteran

Keluarga Minat Utama Ilmu Biomedik, serta Pembimbing; yang telah memberikan

7

kesempatan dan dukungan untuk mengikuti program Magister di Program

Pascasarjana Universitas Sebelas Maret. Bimbingan yang telah diberikan selama

proses pendidikan telah memberikan lecutan motivasi dan kesempatan berharga

menimba ilmu pengetahuan dan pengalaman beliau di sela-sela kesibukan beliau

sebagai guru besar. Tesis ini tidak akan terselesaikan tanpa dorongan semangat,

kedisiplinan waktu serta bantuan dana dan fasilitas dari beliau.

7. Endang Dewi Lestari, dr, SpA(K), MPH selaku Pembimbing yang telah banyak

memberikan kesempatan untuk selalu berkonsultasi baik secara langsung maupun

melalui email-email. Segala hormat penulis sampaikan atas upaya menanamkan

pentingnya penelitian bagi seorang klinisi, evidence based medicine dan juga

kepercayaan-kepercayaan yang telah diberikan untuk membantu proses-proses

penelitian selama ini sehingga penulis memiliki kepercayaan diri untuk mendalami

ilmu epidemiologi dan statistik.

8. Semua guru-guru di Program Studi Magister Kedokteran Keluarga, PPs UNS yang

tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.

9. Semua staf pengajar Bagian Anak FK UNS/RSDM: DR. B. Soebagyo, dr, SpA(K);

Sunyataningkamto, dr, SpA; Mustarsid, dr, SpA; Syahrir Dullah, dr, SpA; Yulidar

Hafidz, dr, SpA(K); Ganung Harsono, dr, SpA(K); Rustam Siregar, dr, SpA; Dra.

Suci Murtikarini, MSi; Pudjiastuti, dr, SpA dan Sri Lilijanti W, dr, SpA, terima kasih

atas segala bimbingan dan dorongan semangat serta doa semoga Allah SWT

membalas semua kebaikan yang telah beliau-beliau berikan.

10. Keluarga penulis, Ori Nako, SP seorang istri yang sangat setia mendampingi dengan

doa ketulusan dalam suka duka selama pendidikan meski berpeluh keringat dan air

mata. Bapak Soeparno HS yang telah membesarkan penulis dengan nilai-nilai

kejujuran, kesederhanaan serta kedisiplinan. Ibu Sutarmi yang telah menuliskan

kecerdasan untuk penulis dari semenjak kecil, hingga saat penyelesaian penulisan

tesis ini waktu ibu terbaring lemah di rumah sakit. Mas Annang Bayuworo, Mbak

Cinthia, Dik Annta, Munawar serta permata-permata di rumah Hana dan Hanif yang

selalu memberikan inspirasi penulis untuk terus tegar menghadapi kehidupan.

8

Almarhum H. Chairul Ali dan Ibunda Siti Kismini serta adik-adik Sofyan, Sugeng,

Desmon; keluarga kedua penulis yang telah memberikan limpahan kasih sayang baru.

11. Semua teman-teman PPDS I Ilmu Kesehatan Anak, para pendahulu penulis: Pak

Tunjung, Bu Yayah, Mbak Tutik, Pak Riza, terima kasih telah merintis jalan ini.

Mbak Elief dan Mbak Lina, terima kasih atas kebersamaannya selama ini. Rekan-

rekan PPDS yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah mengajarkan

arti ilmu, persahabatan dan kebijaksanaan.

12. Laboratorium Prodia yang telah menyediakan pemeriksaan laboratorium.

13. Mbak Diah, Mas Muh, Bu Kus, Mbak Nungki, Mbak Hanit, terima kasih atas

kebaikannya.

14. Semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan tesis ini yang tidak mungkin

dapat disebutkan satu persatu.

Akhirnya dengan segala kerendahan hati penulis menyadari bahwa masih terdapat

banyak kekurangan dalam tesis ini. Untuk itu penulis mengharap kritik dan saran yang

membangun sehingga dapat bermanfaat bagi kesehatan anak secara umum. Amin.

Surakarta, April 2008

Penulis

Annang Giri Moelyo

9

DAFTAR ISI HALAMAN

HALAMAN JUDUL ...........................................................................................................i

HALAMAN PENGESAHAN PEMBIMBING ..................................................................ii

HALAMAN PENGESAHAN PENGUJI ......................................................................... iii

PERNYATAAN ................................................................................................................iv

KATA PENGANTAR ....................................................................................................... v

DAFTAR ISI ...................................................................................................................viii

DAFTAR TABEL ...............................................................................................................x

DAFTAR GAMBAR..........................................................................................................xi

DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................................xii

ABSTRAK ..................... ................................................................................................xiii

BAB I. PENDAHULUAN………………………………...........…………………....... 1

A. Latar Belakang……………………………………………...……………... 1

B. Rumusan Masalah………………………………………………..…….. .... 3

C. Hipotesis…………………………………………………………...........…. 3

D. Tujuan Penelitian………………………………………………...........…... 4

E. Manfaat Penelitian………………………………………………...........…. 4

BAB II . TINJAUAN PUSTAKA……………..............………………………………….6

A. Definisi Campak…………………….............……………………………. 6

B. Epidemiologi Campak.………………….............………………………... 7

C. Respon Imun pada Campak………………….............…………………… 8

D. Faktor yang Mempengaruhi Respon Imun pada Campak............………. 10

E. Definisi dan Kriteria Obesitas………………………..……........……….. 14

F. Epidemiologi Obesitas………………………………………………...….. 15

G. Patogenesis dan Etiologi Obesitas……………………………………….. 16

H. Respon Imun pada Obesitas ....................................................................... 17

Kerangka Konsep..………………….……………………………………….. 20

10

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN………...…………………….………………22

A. Desain Penelitian……………….………...……………………………...... 22

B. Tempat dan Waktu…………….……………..…………….…………........ 22

C. Populasi ……………………….………………..………….…………..….. 22

D. Sampel dan Cara Pemilihan Sampel…………...........…………………..… 22

E. Alur Penelitian............................................................................................... 24

F. Besar Sampel…………………….……………………...........…………… .25

G. Identifikasi Variabel…………….…………………………...........………. 25

H. Cara Kerja……………………….…………………………….......……… 26

I. Pengolahan Data………………..….……………………………..........….. ..27

J. Definisi Operasional………….……..……………………………….......... . 28

K. Jadwal Kegiatan ……………………..……………..................................... 30

BAB IV. HASIL PENELITIAN

A. Hasil Penelitian .......................................................................................... .31

B. Pembahasan ..................................................................................................41

BAB V. SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan ..................................................................................................... 47

B. Saran ........................................................................................................... 47

C. Implikasi Penelitian ……………………………………………………… 48

DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................... 50

LAMPIRAN-LAMPIRAN............................................................................................... 55

11

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Data subjek..........................................................................................................30

Tabel 2. Karakteristik demografi.......................................................................................31

Tabel 3. Karakteristik subjek terhadap paparan virus campak..........................................33

Tabel 4. Rerata titer IgG campak pada kelompok obesitas dan kelompok non-obesitas..35

Tabel 5. Rerata kadar hemoglobin pada kelompok obesitas dan kelompok non-obesitas.37

Tabel 6. Karakteristik subjek berdasarkan kejadian anemia.............................................38

Tabel 7. Hubungan antara umur dengan titer IgG campak................................................38

Tabel 8. Hubungan antara jenis kelamin dengan titer IgG campak...................................39

Tabel 9. Analisis univariat faktor-faktor yang berpengaruh terhadap titer IgG campak...39

Tabel 10. Analisis multivariat faktor-faktor yang berpengaruh terhadap titer IgG

campak...............................................................................................................40

12

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Karakteristik subjek menurut indeks massa tubuh..........................................31

Gambar 2. Total frekuensi paparan virus campak pada seluruh subjek,

kelompok obesitas dan non-obesitas...............................................................34

Gambar 3a. Titer IgG campak pada kelompok obesitas dan non-obesitas........................35

Gambar 3b. Interpretasi kualitatif titer IgG campak pada seluruh subjek,

kelompok obesitas dan kelompok non-obesitas.............................................36

Gambar 4. Kadar hemoglobin (g/dl) pada kelompok obesitas dan non-obesitas...……...37

13

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1: Kuesioner Penelitian ....................................................................................55

Lampiran 2: Data dasar hasil penelitian ............................................................................56

Lampiran 3: Hasil pengolahan data dengan SPSS 10.0.....................................................66

Lampiran 4: Persetujuan mengikuti penelitian................................................................100

Lampiran 5: Surat izin kelayakan penelitian...................................................................101

14

ABSTRAK

Annang Giri Moelyo, S5906004. 2007. Perbedaan Titer Imunoglobulin-G Campak Anak Usia Sekolah Dasar yang Obesitas dan Tidak Obesitas di SD Bromantakan Kota Surakarta. Tesis: Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Latar belakang: Terdapat peningkatan penderita campak pada anak usia sekolah. Status gizi mempengaruhi kadar antibodi terhadap campak. Anak dengan obesitas memiliki status imun yang berbeda dengan anak yang tidak obesitas.

Tujuan: Peneliti akan mencari perbedaan titer IgG campak anak usia sekolah dasar yang obesitas dan tidak obesitas di SD Bromantakan Kota Surakarta.

Metode: Penelitian potong lintang untuk melihat perbedaan titer IgG campak pada anak usia sekolah dasar yang obesitas dengan yang tidak obesitas di SD Bromantakan Kota Surakarta dilakukan dari bulan Maret - Agustus 2006. Sampel dipilih dari anak sekolah dasar kelas 1-6 di SD Bromantakan Kota Surakarta. Anak-anak SD yang obesitas secara antropometri dan memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi dimasukkan dalam penelitian, kemudian dilakukan pemilihan subjek anak yang tidak obesitas disesuaikan menurut umur dan jenis kelamin. Dilakukan pemeriksaan laboratorium (titer IgG campak dan hemoglobin), serta wawancara terhadap orang tua subjek. Data dianalisis dengan SPSS 10.00 for Windows. Mean dan proporsi kedua kelompok diperhitungkan terhadap karakteristik demografi dan karakterstik terhadap paparan virus campak. Uji t berpasangan dilakukan terhadap titer IgG campak pada kedua kelompok. Uji chi kuadrat dilakukan terhadap umur dan jenis kelamin. Analisis univariat dan multivariat dilakukan terhadap faktor-faktor obesitas, kadar hemoglobin dan total frekuensi paparan virus campak.

Hasil: Rerata titer IgG campak pada kelompok obesitas dan non-obesitas adalah 2502,12+1834,71 dan 2201,30+1467,72 mIU/ml, dengan beda rerata 300,82 mIU/ml (p = 0,708; 95% CI (-1410,77)-(2012,42)). Rerata kadar hemoglobin kelompok obesitas dan non-obesitas adalah 14,47+0,87 dan 13,79+0,91 g/dl, dengan beda rerata 0,68 g/dl (95%CI 0,01-1,35; p = 0,048). Hasil analisis univariat risiko relatif faktor-faktor yang berpengaruh terhadap titer IgG campak sebagai berikut: obesitas 1,36 (0,29-6,36); kadar hemoglobin (>=14,05 g/dl) 1,36 (0,29-6,36); dan total frekuensi paparan virus campak (>1 kali) 14 (1,39-141,49). Pada analisis multivariat diperoleh hasil sebagai berikut: obesitas 1,06 (0,17 – 6,42); kadar hemoglobin (>=14,05 g/dl) 1,51 (0,25 – 9,09); dan total frekuensi paparan virus campak (>1 kali) 14,46 (1,38 – 151,67).

Simpulan: anak usia sekolah dasar dengan obesitas memiliki rerata titer IgG campak cenderung lebih tinggi daripada anak tanpa obesitas. Frekuensi paparan virus campak lebih dari satu kali pada anak usia sekolah dasar meningkatkan titer IgG campak.

Kata kunci: titer IgG campak, obesitas, anak usia sekolah dasar

15

ABSTRACT

Annang Giri Moelyo, S5906004. 2007. The difference of measles immunoglobuline-G titer in obese and non-obese elementary school children in SD Bromantakan Kota Surakarta. Thesis: Master Program in Family Medicine, Post-Graduate Program, Sebelas Maret University. Background: There is an increasing trend of measles incidence in elementary school children. Nutritional status influence measles antibody level. An obese child have measles immune status differ from a normal child.

Objectives: To find out the differences of measles IgG in obese and non-obese elementary school children in SD Bromantakan Kota Surakarta.

Methods: A cross sectional study was conducted from March to August, 2006 to elementary school children in SD Bromantakan Kecamatan Banjarsari Kota Surakarta. Obese children were selected antropometrically and fulfill inclusion and exclusion criteria, then matched by age and gender to non-obese groups. Laboratory examination (Measles IgG and hemoglobine) and interview to the parents were performed. Data were analyzed by SPSS 10.00 for Windows. Mean and proportion between two groups were performed for demography and measles virus contact characteristic Paired t-test were used to measles IgG titer between two groups. Age and gender were examined by chi square test. Univariate and multivariate analysis were performed to factors contributed in measles IgG titer, ie obese, hemoglobine level and frequency of measles virus contact.

Results: The means of measles IgG titer in obese and non-obese groups were 2502,12+1834,71 and 2201,30+1467,72 mIU/ml, respectively, with mean difference 300,82 mIU/ml (p = 0,354; 95% CI (-1410,77)-(2012,42)). The means of hemoglobine level in obese and non-obese groups were 14,47+0,87 and 13,79+0,91 g/dl, respectively, with mean difference 0,68 g/dl (95%CI 0,01-1,35; p = 0,048). Univariate analysis for the measles titer were obesity 1,36 (0,29-6,36); hemoglobine level (>=14,05 g/dl) 1,36 (0,29-6,36); and frequency of measles virus contact (more than once) 14 (1,39-141,49). In multivariate analysis, the relative risk for obesity, hemoglobine level (>=14,05 g/dl), and frequency of measles virus contact were 1,06 (0,17 – 6,42),g/dl); 1,51 (0,25 – 9,09); and 14,46 (1,38 – 151,67), respectively.

Conclusion: Elementary children with obesity tend to have measles IgG titer mean higher than non-obese ones. The frequency of measles virus contact more than once increases the measles IgG titer.

Keywords: measles IgG titer, obesity, elementary school children.

16

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Campak masih menjadi masalah kesehatan masyarakat yang berat di seluruh

dunia. Imunisasi campak telah diprogramkan oleh pemerintah sejak lama, namun masih

terdapat 30-40 juta kasus dan 745 ribu kematian pada tahun 2001. Angka ini mewakili

50-60% jumlah kematian oleh karena penyakit yang dapat dicegah dengan vaksin pada

anak-anak. Campak menjadi penyebab kematian yang lebih banyak pada anak karena

komplikasinya berupa pneumonia, diare dan malnutrisi. Campak juga menjadi penyebab

utama kebutaan di dunia yang seharusnya dapat dicegah. (WHO IVR, 2005)

Di Indonesia insiden campak untuk semua kelompok umur selama tahun 1992-

1998 cenderung menurun. Pada balita insiden campak menurun dari 20,08/10.000

menjadi 3,4/10.000 (Ditjen PPM&PL, 2004). Kelompok risiko tinggi penyakit campak

adalah bayi dan anak-anak balita, tetapi beberapa tahun terakhir ini dilaporkan bahwa

campak juga banyak menyerang populasi usia sekolah dan remaja di perguruan tinggi

yang sebelumnya telah mendapatkan imunisasi campak satu kali (Roesmil, 2000). Dari

penelitian di salah satu SD di Jakarta didapatkan data bahwa 78% titer antibodi campak

masih positif pada usia 5-7 tahun dan 93% pada usia 10-12 tahun. Mereka mempunyai

faktor riwayat sakit campak pasca imunisasi yang mempengaruhi seropositif (Munasir

dkk, 1999). Penelitian oleh Balitbangkes tahun 1998 menyebutkan adanya kerentanan

terhadap infeksi campak sebanyak 26-32,6% pada anak umur 6-11 tahun (Soegeng,

Deleted: Walaupun i

Deleted: , khususnya di negara-negara berkembang,

17

2001). Di RSUD Dr. Moewardi, jumlah penderita campak pada tahun 2005 adalah 81

orang dengan prevalensi terbanyak pada usia 5-14 tahun (54%) (Data RSDM, 2005).

Sekarang American Academy of Pediatrics (AAP) dan Departemen Kesehatan RI

merekomendasikan pemberian imunisasi campak pada usia sekolah, disebabkan oleh

karena meningkatnya insiden penyakit campak ini pada kelompok usia tersebut (AAP,

1998; Soegeng, 2001).

Status gizi merupakan salah satu faktor yang dianggap mempengaruhi imunitas

seorang anak terhadap penyakit campak. Pada malnutrisi, misalnya, terjadi kegagalan

perkembangan respon kekebalan, sehingga kadar imunoglobulin campak akan lebih

rendah. Beberapa penelitian lain menyebutkan bahwa status gizi tidak mempengaruhi

kadar IgG campak, meskipun terdapat juga penelitian yang menyebutkan kecenderungan

peningkatan kadar IgG campak pasca imunisasi seiring dengan peningkatan status gizi

(Heriyanto, 2001; Joshi, 2003).

Obesitas belum menjadi masalah utama di negara kita. Namun prevalensi obesitas

meningkat hingga mencapai tingkat epidemi baik di negara-negara maju maupun

negara-negara berkembang (Reilly, 2002; Deckelbaum, 2001). Prevalensi obesitas pada

anak SD di Yogyakarta sebesar 7,9% perempuan dan 12,6% pada laki-laki (Himmah,

2005). Prevalensi obesitas di Semarang sebesar 12,1% (Mexitalia, 2004). Di SD

Bromantakan Kota Surakarta, prevalensi obesitas sebesar 9,7% (Hidayah, 2007).

Data klinis dan epidemiologis membuktikan bahwa insiden dan keparahan

penyakit infeksi akan lebih banyak terjadi pada individu yang obesitas (Marti, 2001).

Jaringan adiposa memiliki keterkaitan dengan modulator-modulator dan mediator-

Deleted: Karena meningkatnya insiden penyakit campak pada usia sekolah,

Deleted: s

18

mediator respon imun. Salah satunya adalah leptin yang dikatakan meningkatkan

proliferasi dan aktivasi sel T dan menstimulasi produksi sitokin (Nead, 2004; Dhurandar,

2001; Marti, 2001). Oleh sebab itu, pada anak dengan obesitas akan memiliki respon

imun yang lebih tinggi. Hal ini akan mempengaruhi respon imun anak dengan obesitas

terhadap paparan virus campak. Penelitian di Surabaya tahun 2002, walaupun tidak

secara khusus meneliti faktor status gizi, justru menunjukkan kecenderungan rerata titer

IgG campak yang lebih rendah pada anak dengan gizi lebih (Redjeki S, 2002). Saat ini

belum pernah dilakukan penelitian yang membandingkan titer IgG campak pada anak

usia sekolah dasar yang obesitas dengan anak yang tidak obesitas.

Penelitian ini dilakukan untuk mengukur titer IgG campak pada anak usia sekolah

dasar di SD Bromantakan Kota Surakarta. Penelitian ini akan menilai titer IgG campak

anak usia sekolah dasar yang obesitas dibandingkan dengan yang tidak obesitas.

B. RUMUSAN MASALAH

Apakah terdapat perbedaan titer IgG campak pada anak usia sekolah dasar yang

obesitas dengan anak yang tidak obesitas di SD Bromantakan Kota Surakarta?

C. HIPOTESIS

Anak usia sekolah dasar di SD Bromantakan Kota Surakarta yang obesitas

memiliki titer IgG campak yang lebih tinggi dibandingkan dengan anak yang tidak

obesitas.

19

D. TUJUAN PENELITIAN

1. Tujuan umum

Mengetahui perbedaan titer IgG campak pada anak usia sekolah dasar yang

obesitas dan yang tidak obesitas.

2. Tujuan khusus

2.1. Mengidentifikasi adanya perbedaan titer IgG campak anak usia sekolah dasar

yang obesitas dan yang tidak obesitas di SD Bromantakan Kota Surakarta.

2.2. Menilai besar perbedaan titer IgG campak anak usia sekolah dasar yang

obesitas dan yang tidak obesitas di SD Bromantakan Kota Surakarta.

2.3. Menganalisis pengaruh faktor obesitas, kadar hemoglobin dan frekuensi

paparan virus campak dalam pembentukan titer IgG campak pada anak usia

sekolah dasar di SD Bromantakan Kota Surakarta.

E. MANFAAT PENELITIAN

1. Manfaat bidang akademik

Hasil penelitian ini diharapkan dapat mengidentifikasi bahwa faktor obesitas

mempengaruhi respon imun terhadap penyakit campak pada anak usia sekolah

dasar di SD Bromantakan Kota Surakarta.

Formatted: Bullets andNumbering

Deleted: ¶¶¶

20

2. Manfaat pelayanan

Penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan untuk mengetahui besarnya

kekebalan terhadap penyakit campak pada anak usia sekolah dasar yang obesitas

dan perlu tidaknya imunisasi campak ulang pada anak usia sekolah dasar yang

obesitas.

21

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi Campak

Campak adalah salah satu penyakit virus akut yang sangat menular. Virus campak

adalah suatu virus rantai tunggal RNA dari genus Morbillivirus dari famili

Paramyxoviridae (CDC, 2003; Maldonado, 2000). Terdapat 2 membran kapsul protein

yang penting dalam patogenesis, yaitu protein F (fusion) dan protein H (hemagglutinin).

Protein F bertanggungjawab pada penyatuan virus dengan membran sel host, penetrasi

dan hemolisis. Protein H bertanggungjawab pada perlekatan virus ke sel-sel. Hanya

terdapat satu tipe antigenik virus ini (CDC, 2005).

Penyakit ini tersering menyerang pada anak-anak. Campak dimulai dengan gejala

prodromal berupa panas, konjungtivitis, coryza, batuk dan bercak Koplik di mukosa

bukal. Timbul ruam kemerahan yang karakteristik, yang tampak sekitar hari ketiga

penyakit, dimulai dari belakang telinga, muka dan menjadi meluas secara umum. Morbili

sering disertai komplikasi berupa infeksi telinga tengah atau diare. Penyakit ini dapat

menjadi sangat berat dengan disertai oleh bronkopneumonia atau ensefalitis yang menuju

pada kematian (Maldonado, 2000; Papania, 2005).

Formatted: English (U.S.)

Formatted: English (U.S.)

Formatted: English (U.S.)

Formatted: English (U.S.)

22

B. Epidemiologi Campak

Walaupun biasanya dinyatakan sebagai penyakit anak-anak, tetapi penyakit ini

bisa menyerang semua umur. Sebelum dilakukannya imunisasi yang luas, morbili biasa

terjadi pada masa anak-anak, dengan lebih dari 90% bayi dan anak-anak hingga usia 12

tahun telah terinfeksi (CDC, 2003; Papania, 2005).

Sekitar 30 juta kasus campak dilaporkan setiap tahunnya. Kasus terbanyak adalah

dari Afrika. Pada tahun 1998, WHO melaporkan jumlah kasus campak dalam 100.000

populasi total adalah 1,6 di Amerika; 8,2 di Eropa; 11,1 di wilayah Timur Tengah; 4,2 di

Asia Tenggara; 5,0 di wilayah Pasifik Barat dan 61,7 di Afrika (Fennely, 2005).

Komplikasi yang tersering adalah diare, otitis media, bronkopneumonia.

Komplikasi yang jarang adalah hepatitis, ensefalitis, dan SSPE (subacute sclerosing

panencephalitis). Sekitar 1 dari 1000 pasien menjadi ensefalitis akut, yang sering

mengakibatkan kerusakan otak yang permanen. SSPE (subacute sclerosing

panencephalitis), suatu penyakit degeneratif susunan saraf pusat, dapat timbul dari

infeksi campak yang persisten (CDC, 2003; Maldonado, 2000).

Kematian karena campak, tersering karena komplikasi pernafasan dan neurologik.

Di seluruh dunia, 880.000 kematian tiap tahun terjadi. Sekitar 85% kematian ini terjadi di

Afrika (48%) dan Asia Tenggara (34%). Case fatality rate lebih tinggi pada anak-anak

kurang dari 5 tahun. Angka kematian tertinggi pada bayi usia 4-12 bulan dan pada anak-

anak yang imunokompromis karena infeksi HIV atau infeksi lain (Fennely, 2005).

Di Indonesia insiden campak selama tahun 1992-1998 untuk semua kelompok

umur cenderung menurun. Insiden campak pada balita menurun dari 20,08/10.000 –

Formatted: Bullets andNumbering

Formatted: Swedish

Deleted: ¶¶¶¶

23

3,4/10.000 (Ditjen PPM&PL, 2004). Kelompok risiko tinggi penyakit campak adalah

bayi dan anak-anak balita, tetapi beberapa tahun terakhir ini dilaporkan juga banyak

menyerang usia sekolah dan remaja di perguruan tinggi yang sebelumnya telah

mendapatkan imunisasi campak satu kali (Roesmil, 2000). Penelitian di salah satu SD di

Jakarta didapatkan data 78% titer antibodi campak yang masih positif pada usia 5-7 tahun

dan 93% pada usia 10-12 tahun, dengan faktor riwayat sakit campak pasca imunisasi

yang mempengaruhi seropositif (Munasir Z dkk, 1999). Penelitian oleh Balitbangkes

tahun 1998 menyebutkan adanya kerentanan terhadap infeksi campak sebanyak 26-32,6%

pada anak umur 6-11 tahun. Atas dasar hasil penelitian tersebut imunisasi ulangan

campak diberikan pada usia masuk sekolah (Soegeng, 2001). Di RSUD Dr. Moewardi

Surakarta sendiri, jumlah penderita campak pada tahun 2005 adalah 81 orang dengan

insiden terbanyak pada usia 5-14 tahun, yaitu sebanyak 54%, dengan jumlah penderita

perempuan yang lebih banyak, yaitu sebanyak 58%. (Data RSDM, 2005). Dengan data-

data di atas dapat disimpulkan bahwa usia sekolah dasar merupakan usia yang juga rentan

untuk menderita penyakit campak. Karena meningkatnya insiden penyakit campak pada

usia sekolah, sekarang American Academy of Pediatrics (AAP) dan Departemen

Kesehatan RI merekomendasikan pemberian imunisasi campak pada usia sekolah (AAP,

1998; Soegeng, 2001).

C. Respon Imun pada Campak

Respon imun terhadap penyakit campak bersifat multifaktorial. Respon imun ini

meliputi produksi IgG spesifik untuk dua kapsul glikoprotein (F dan H), nukleokapsid

Formatted: Not Highlight

Formatted: Not Highlight

Formatted: Not Highlight

Formatted: Not Highlight

Formatted: Not Highlight

Formatted: Not Highlight

Formatted: Not Highlight

Formatted: Highlight

Formatted: Not Highlight

Formatted: Not Highlight

Deleted: ¶

Deleted: . J

Deleted: ¶

Deleted: juga

Deleted: Sumber dari mana?

Deleted: anak usia

Deleted: emiliki

Deleted: ke

Deleted: an

Deleted: , meskipun ada riwayat imunisasi pada masa balita sebelumnya. Ini satu linea kok hanya satu kalimat, lagi pula susunan kata dalam kalimatnya kurang pas.¶

Deleted: adalah

Deleted: ,

24

dan begitu juga IgM, IgA dan limfosit (Markowitz, 1994). Pada umumnya virus campak

merupakan antigen yang baik oleh karena itu tanggap kebal terhadap virus ini terjadi

secara nyata. Reaksi virus-antibodi meliputi reaksi netralisasi secara langsung dan reaksi

penghancuran sel sebagai akibat sistem komplemen, opsonisasi dan hambatan enzim

(Bellanti, 1985).

Infeksi campak berefek pada imunitas humoral. Nukleokapsid virus akan

mengikat FcγRII pada limfosit B. Ikatan ini akan menghambat sintesis antibodi. Namun

infeksi virus ini cenderung menghasilkan aktivasi sel B poliklonal dan peningkatan

konsentrasi imunoglobulin (Mills, 2003).

Pada suatu percobaan, antibodi IgG, IgM dan IgA secara langsung dapat

menetralisasi hampir semua virus. Hal ini sangat spesifik tetapi efektivitasnya terbatas

pada virus ekstraseluler. Interaksi ini tidak akan terjadi pada virus yang menyebar secara

intraseluler yang tidak menunjukkan antigen virus pada permukaan sel. Di permukaan

selaput lendir, antibodi IgA berperan mencegah masuknya virus, sedangkan IgM dan IgG

mencegah infeksi di tempat lain (Markowitz, 1994).

Pengontrolan terhadap replikasi virus campak utamanya dilakukan oleh kekebalan

seluler, khususnya sel limfosit T sitotoksik (CTL=cytotoxic T lymphocyte), meskipun

antibodi dapat berperan dalam penyembuhan dari infeksi. Pasien dengan kelainan pada

imunitas selulernya sering berkembang menjadi infeksi yang fatal, progresif, dan cepat,

sedangkan pada pasien dengan agamagobulinemia dapat sembuh dengan normal. Infeksi

campak juga terbukti menekan respon imun terutama imunitas seluler. Mekanismenya

kompleks dan melibatkan penurunan sintesis IL-12, yang merupakan sitokin utama pada

Deleted: Ini juga kok satu kalimat?¶

25

perangsangan respon imun seluler (tipe Th1), gangguan fungsi dan apoptosis sel dendrit

yang diaktivasi CD40 dan limfosit T yang terkait serta menghambat proliferasi limfosit

(Mills, 2003).

Imunisasi campak akan merangsang respon imun humoral maupun seluler. Oleh

karena kekebalan seluler sukar diukur dan dinilai maka respon imun pasca imunisasi

biasanya ditentukan dengan mengukur respon imun humoral. Antibodi yang terbentuk

pasca imunisasi campak adalah sama seperti infeksi alami, mula-mula IgM dalam serum

yang meningkat antara 3-4 minggu, setelah minggu ke-6, IgM ini sulit dideteksi lagi.

Selanjutnya IgG yang meningkat, setelah 2-4 bulan menurun sampai 6 bulan kemudian

menetap untuk waktu yang lama (Markowitz, 1994; Redd, 1999). IgG campak ini akan

meningkat lagi bila mengalami kontak campak berulang atau mengalami natural booster

atau dengan kata lain akan terbentuk respon imun sekunder (Markowitz, 1994; Redd,

1999).

D. Faktor yang Mempengaruhi Respon Imun pada Campak

Faktor-faktor yang mempengaruhi efek proteksi terhadap campak secara garis

besar dibagi dalam 2 kelompok besar, yaitu faktor endogen dan faktor eksogen.

Beberapa faktor endogen adalah usia, jenis kelamin, status nutrisi, genetik dan status

reproduksi. Beberapa faktor eksogen adalah penyakit penyerta, radiasi, sinar ultraviolet,

dan obat-obatan. Markowitz dan Redd mengelompokkan faktor yang mempengaruhi efek

proteksi ini dalam 2 kelompok yaitu faktor vaksin dan faktor pejamu (hospes)

(Markowitz, 1994; Redd, 1999). Faktor pejamu (hospes) tersebut adalah:

Formatted: Norwegian(Bokmål), Highlight

Formatted: Norwegian(Bokmål)

Formatted: Norwegian(Bokmål)

Formatted: Norwegian(Bokmål)

Formatted: Norwegian(Bokmål)

Formatted: Norwegian(Bokmål)

Deleted: Hanya sedikit IgA di dalam darah tetapi jumlahnya tinggi di dalam cairan hidung. Kalimat ini nggak bunyi.

Deleted: kemudian

Deleted: ¶

Deleted: Jangan ada alinea yang terdri dari satu kalimat saja.

26

1. Genetik

Respon imun setiap individu berbeda, dan umumnya respon imun seseorang

dikontrol oleh faktor genetik. Pada penelitian di New York tahun 1998 didapatkan

respon imun yang tinggi setelah vaksinasi ulang dengan MMR II pada anak usia

sekolah yang menderita HLA-DQA1*01 dibandingkan dengan HLA-DQ*05

(Hayney, 1997).

2. Ras

Antibodi spesifik campak pada individu berkulit putih lebih tinggi dibandingkan

individu yang berkulit berwarna. Pada penelitian anak-anak di Kanada, IgG campak

kulit berwarna lebih rendah dibandingkan kulit putih. (Poland, 1997;Hatter, 2000). Di

Jerman, IgG spesifik campak pada ibu dan bayi Jerman lebih tinggi dibandingkan ibu

dan bayi Nigeria (Hatter, 2000).

3. Jenis kelamin

Total IgG pada bayi wanita lebih tinggi daripada bayi laki-laki, tetapi rata-rata

bayi wanita memiliki titer IgG spesifik campak lebih rendah daripada bayi laki-laki

(Hatter, 2000). Lyamuya menyebutkan bahwa anak wanita memiliki titer IgG anti

campak yang lebih rendah daripada anak laki-laki sehingga setelah imunisasi

memberikan respon imun yang lebih baik (Lyamuya, 1999; Hatter, 2000).

4. Usia kehamilan

Imunoglobulin G bayi sebagian besar berasal dari ibunya berupa transport aktif

melalui plasenta pada janin usia 8-12 minggu. Porsi terbesar transfer IgG terjadi pada

4 minggu sebelum bayi dilahirkan. Pada usia janin 28 minggu tingkat IgG

Deleted: I

Deleted: memiliki antibodi spesifik campak yang

27

diperkirakan hanya 50%, sehingga bila bayi lahir prematur sistem imunologinya juga

masih belum matur dan antibodi maternalnya cepat habis (Miller, 1996).

5. ASI

ASI mengandung zat kekebalan baik terhadap bakteri maupun virus. Pada anak-

anak yang mendapatkan imunisasi campak satu kali, serta mendapatkan ASI saat

masih bayi memiliki tingkat antibodi campak yang lebih tinggi daripada yang tidak

mendapatkan ASI (Lyamuya, 1999).

6. Umur imunisasi

Faktor umur ini relatif berbeda pada tiap individu di berbagai negara. Di Kenya

tahun 1977, dilakukan penelitian didapatkan 88% bayi berusia 7,5 bulan sudah tidak

memiliki antibodi maternal. Hatter dkk di Nigeria pada tahun 2000, menyatakan

sebaiknya imunisasi campak dilakukan pada usia 6 bulan ke atas oleh karena pada

umur tersebut bayi-bayi sudah tidak memiliki antibodi maternal (Hatter, 2000).

Penelitian di Surabaya tahun 2002 menyebutkan usia 9 bulan kurang tepat untuk

imunisasi tetapi sebaiknya usia 6 bulan, karena 50% kelompok usia 6 bulan antibodi

maternalnya sudah habis (Redjeki, 2002)

7. Lamanya waktu sejak awal imunisasi

Terdapat penurunan tingkat antibodi seiring bertambahnya umur, terutama pada

daerah yang sirkulasi virus campak liarnya rendah (Halsey, 1990). Namun penelitian

lain menyebutkan bahwa pada daerah endemis campak, penurunan titer sampai tidak

terdeteksi jarang terjadi, bahkan penelitian lain menyatakan bahwa antibodi campak

Formatted: Swedish

Formatted: Swedish(Sweden), Highlight

Formatted: Swedish(Sweden)Formatted: Swedish

Deleted: ¶

Deleted: . Aa benar ini adalah peniltiannya Redjeki?

28

tidak menurun secara signifikan dengan bertambahnya umur sejak vaksinasi

(Krugman, 1992; Whittle, 1999; Lyamuya, 1991).

8. Gizi

Pada anak dengan malnutrisi terutama kwashiorkor, terjadi gangguan kekebalan

oleh karena terdapatnya atropi kronik pada kelenjar timus (Curran, 2000). Malnutrisi

dapat menyebabkan kegagalan dari perkembangan respon kekebalan terutama sistem

kekebalan seluler, dalam hal ini cell mediated immune response. Akibatnya mudah

terjadi infeksi berulang terutama infeksi saluran pernafasan dan pencernaan (Bellanti,

1985). Pada anak dengan gizi lebih atau obesitas, berdasarkan penelitian di Surabaya

tahun 2002, menunjukkan rerata titer IgG campak yang lebih rendah pada anak

dengan gizi lebih. Tidak didapatkan penjelasan terhadap hal tersebut, namun jumlah

anak dengan gizi lebih yang diperiksa pada penelitian itu hanya 2 subjek, sehingga

dimungkinkan hasil yang tidak memadai. (Redjeki, 2002).

Anemia merupakan salah satu permasalahan gizi. Pada anemia, respon

antibodinya lebih buruk. Namun pada penelitian Susi Suwarti diperoleh hasil bahwa

pada pada anak dengan anemia, peningkatan kadar IgG campak pasca imunisasi

sebaik pada anak yang tidak menderita anemia (Suwarti, 2000)..

9. Penyakit penyerta

Penderita imunokompromis tidak memiliki tingkat antibodi campak yang

protektif. Oleh sebab itu tidak diperkenankan memberikan vaksinasi campak hidup,

oleh karena viremia dan masa inkubasinya lebih lama dan akan berakibat fatal

(Miller, 1996).

Formatted: Not Highlight

Deleted: .

Deleted:

Deleted: ¶

Deleted: Sedangkan

Deleted: P

Deleted:

29

10. Pengobatan

Pengobatan imunosupresif akan membuat respon imun yang buruk bahkan tidak

terdeteksi (Markowitz, 1994). Pengobatan imunosupresif di antaranya adalah

pemberian steroid dosis tinggi, sitostatika, dan radiasi. Pada subjek yang

mendapatkan pengobatan imunosupresif, pemberian vaksin hidup akan berakibat fatal

karena replikasi virus akan meningkat. Sehingga pada subjek dengan pengobatan ini

tidak dianjurkan pemberian vaksin hidup (Markowitz, 1994).

Obat-obatan lain yang dapat mempengaruhi sistem imun adalah golongan

barbiturat (mengakibatkan granulositopenia dan menurunkan sintesis antibodi),,

golongan narkotik (morfin sulfat menyebabkan penurunan fagositosis), nitrit oksida

(N2O) yang menyebabkan depresi sumsum tulang. (Miller, 1996)..

11. Terpajan campak

Terpajan campak adalah kontak ulang dengan penderita campak tetapi individu

tersebut tidak menjadi sakit campak. Kontak ulang membuat tingkat antibodi yang

bertahan lebih tinggi (Krugman, 1992).

E. Definisi dan Kriteria Obesitas

Definisi secara sederhana obesitas adalah kondisi abnormal karena penimbunan

lemak berlebih pada jaringan adiposa, sampai tingkat kesehatan mungkin terganggu.

Penyakit yang mendasari adalah proses keseimbangan energi positif dan kenaikan berat

badan yang tidak diinginkan (Clement, 2003; Sjarif, 2002).

Formatted: Not Highlight

Deleted: seperti steroid dosis tinggi, sitostatik, radiasi a

Deleted: Sebaiknya diberi penjelasan yang lebih dalam lagi.

Deleted: ¶¶¶

Deleted: O

Deleted: sering didefinisikan secara sederhana sebagai

30

Gejala klinis obesitas di antaranya adalah dagu rangkap, leher pendek, dada yang

menggembung, payudara membesar, perut berlipat-lipat, tungkai berbentuk X, ulserasi

paha karena kedua paha menempel, terdapat burried penis pada anak laki-laki. (Nasar,

1995; Sjarif, 2002).

Penentuan obesitas berdasarkan antropometri dapat dilakukan dengan (Sjarif,

2002, Piatek dan Weaver, 1999):

1. Membandingkan berat badan terukur dengan berat badan ideal menurut tinggi

badan (BB/TB). Disebut obes bila BB/TB di atas persentil 90 atau 120%

dibandingkan berat badan ideal.

2. Mengukur tebal lipatan kulit (TLK) bisep, trisep, subskapular dan suprailiaka.

Disebut obes bila TLK trisep di atas persentil 85.

3. Menghitung indeks massa tubuh (IMT)

The Internatioanal Obesity Task Foerce (IOTF) tahun 1994, WHO tahun 1997,

dan The Expert Committee on Guidelines for overweight in Adolescent Preventive

Services merekomendasikan indeks masa tubuh (IMT) sebagai baku pengukuran obesitas

pada anak dan remaja. (Barlow dan Dietz, 1998; Sjarif, 2002) Indeks Masa Tubuh

menjadi petunjuk untuk menentukan kelebihan berat badan berdasarkan Indeks Quatelet

(berat badan dalam kilogram dibagi kuadrat tinggi badan dalam meter (kg/m2)) (Sjarif,

2002; Nammi, 2004; Piatek dan Weaver, 1999). Interpretasi IMT tergantung pada umur

dan jenis kelamin anak, karena terdapat perbedaan lemak tubuh pada anak laki-laki dan

perempuan. Disebut obes apabila IMT lebih atau sama dengan persentil 95. (Reilly dkk,

2002; Sjarif, 2002).

Formatted: Font: Italic

Formatted: Not Highlight

Formatted

Formatted: English (U.S.)

Formatted: Bullets andNumbering

Formatted: English (U.S.)

Formatted: Font: Not Italic

Formatted

Formatted: Font: Not Italic

Formatted: English (U.S.),Highlight

Formatted: English (U.S.)

Deleted: Obesitas dapat dikenali dengan mudah dari klinis dengan tanda dan gejala antara lain dagu rangkap, leher relatif pendek, dada yang menggembung dengan payudara yang membesar mengandung lemak, perut membuncit dan dinding perut berlipat-lipat serta kedua tungkai umumnya berbentuk X dengan kedua pangkal paha bagian dalam saling menempel menyebabkan laserasi dan ulserasi yang dapat menimbulkan bau tak sedap. Pada anak laki-laki penis tampak kecil karena terbenam dalam jaringan lemak suprapubik

Deleted: Kalimat ini adalah sitasi dari artikelnya aslinya. Hindari mensitasi kalimat spt itu, sebaiknya bikin dengan kalimat sendiri. Jika ingin mensitasi beri tanda ”bla bla bla”¶

Deleted: merupakan

Deleted: Berdasarkan antropometris obesitas ditentukan

Deleted: T

Deleted: M

Deleted: yang direkomendasikan oleh The

Deleted: rupakan

Deleted: Indeks Masa Tubuh merupakan cara yang termudah

Deleted: Berdasarkan konsensus terbaru IMT lebih dari atau sama

Deleted: Soegeng

Deleted: ,

Deleted: 1

... [2]

... [4]

... [6]

... [3]

... [1]

... [5]

31

F. Epidemiologi Obesitas

Prevalensi obesitas pada anak di Amerika berkisar antara 22-30%. Di antara anak

sekolah umur 10 tahun di Birmingham, Alabama prevalensi obesitas pada anak laki-laki

kulit putih 21%, perempuan kulit putih 26%, anak laki-laki Afro-amerika 38% dan anak

perempuan Afro-amerika 38% (Goran dan Gower, 1999).

Di DKI Jakarta prevalensi obesitas meningkat dengan bertambahnya umur. Pada

umur 6-12 tahun ditemukan obesitas sekitar 4 %, pada remaja 12-18 tahun 6,2% dan

umur 17-18 tahun 11,4%. Kasus obesitas pada remaja lebih banyak ditemukan pada

wanita dibanding laki-laki yaitu 10,2% dibanding 3,1% (Nasar, 1995).

Prevalensi obesitas di Daerah Istimewa Yogyakarta berdasarkan penelitian yang

dilakukan oleh Himmah R, dkk. pada anak-anak sekolah dasar didapatkan 7,9% pada

anak perempuan dan 12,6 % pada anak laki-laki (Himmah, 2005). Penelitian pada anak

usia 6-7 tahun di Semarang oleh Mexitalia dkk mendapatkan prevalensi obesitas 12,1%

(Mexitalia, 2004). Profil Kesehatan Jawa Tengah tahun 2003 menyebutkan bahwa gizi

lebih pada balita sebesar 2,12%.

G. Patogenesis dan Etiologi Obesitas

Obesitas terjadi karena tidak seimbangnya asupan energi dengan keluaran energi.

Sebagian besar gangguan keseimbangan ini disebabkan faktor idiopatik (obesitas primer

atau nutrisional). Sebanyak 10% disebabkan oleh faktor endogen (obesitas sekunder atau

non-nutrisional).

Formatted: Swedish

Formatted: Swedish

Formatted: Bullets andNumbering

Formatted: Swedish(Sweden)Formatted: Swedish(Sweden)

Formatted: Swedish

Formatted: Swedish(Sweden)

Formatted: Swedish(Sweden)Formatted: Swedish

Formatted: Swedish

Formatted: Swedish

Formatted: Swedish(Sweden)Formatted: Swedish(Sweden)Formatted: Swedish(Sweden)Formatted: Swedish

Formatted: Swedish(Sweden)

Deleted: ¶

Deleted: pada umur 10 tahun berturut-turut

Deleted: dan

Deleted: ika A

Deleted: ika A

Deleted: adalah 21%, 26% dan

32

Etiologi obesitas adalah multifaktor yang saling mempengaruhi antara faktor

genetik, lingkungan dan neuropsikologik. Faktor genetik seperti gen yang mengkode

hormon leptin mempunyai efek pada masukan energi dan keluaran energi. Faktor

lingkungan berperan penting pada terjadinya obesitas dengan mempengaruhi masukan

energi dan menurunkan energi ekspenditur akibat berkurangnya aktivitas fisik (Nammi,

2004; Ramman, 2002). Sclafani mengelompokkan etiologi obesitas pada binatang

menjadi 9 kelompok, yaitu penyebab neural, endokrin, farmakologi, nutrisi, lingkungan,

musim, genetik, idiopatik, dan infeksi virus (Dhurandhar, 2001).

H. Respon Imun pada Obesitas

Penelitian-penelitian mutakhir banyak menjelaskan respon imun pada obesitas.

Pada individu dengan obesitas didapatkan inflamasi derajat yang rendah dari jaringan

adiposa putih (white adipose tissue=WAT). Jaringan ini merupakan tempat penyimpanan

energi dalam bentuk lemak (Bastard dkk, 2006). Jaringan ini memproduksi bermacam

protein dan peptida bioaktif yang disebut sebagai adipokin yang bersifat sebagai mediator

proinflamasi. Adipokin tersebut antara lain adalah angiotensinogen, plasminogen

activator inhibitor 1 (PAI 1), acylation stimulating protein (ASP), tumor necrosis factor-

α (TNFα), interleukin-5 (IL-5), interleukin-6 (IL-6), resistin, leptin dan adiponektin

(Guerro-Millo M, 2004; Dhurandhar, 2001). Faktor adipokin inilah yang menimbulkan

teori bahwa pada obesitas, proses infeksi dan inflamasi berkaitan dengan resistensi

insulin, meskipun mekanismenya belum jelas (Wisse BE, 2004). Pada obesitas, kadar

33

TNF α, IL-5, IL-6 dan kadar leptin meningkat. (Guerro-Millo M, 2004; Dhurandhar,

2001).

Penelitian lain dari Cousin dkk. membuktikan bahwa preadiposit berfungsi seperti

makrofag dan memiliki aktivitas fagositik dan mikrobisid. Leptin, hormon yang

dikeluarkan adiposa, meningkatkan proliferasi dan aktivasi sel T dan menstimulasi

produksi sitokin. Karena pada obesitas terjadi resistensi reseptor leptin, kadar leptin akan

meningkat. Peningkatan kadar leptin ini menyebabkan aktivitas proinflamasi juga

meningkat. Sel adiposit juga mensekresi macrophage colony stimulating factor yang

mempromosikan makrofag, dan bila ekspresinya berlebihan akan menginduksi

hiperplasia jaringan adiposa secara signifikan. (Nead, 2004; Dhurandhar, 2001; Marti,

2001; Guerro-Millo M, 2004).

Sementara itu data klinis dan epidemiologis membuktikan bahwa insiden dan

keparahan penyakit infeksi akan lebih banyak terjadi pada individu yang obesitas (Marti,

2001). Hal ini dikaitkan dengan respon antibodi yang buruk pada subjek dengan gizi

lebih (Nead, 2004; Dhrandhar, 2001; Marti, 2001). Hollinger FB juga menyebutkan

bahwa obesitas menjadi salah satu faktor yang mengurangi respon imun terhadap vaksin

hepatitis B (Hollinger, 1989). Dikatakan bahwa penderita obesitas yang dirawat di rumah

sakit memiliki risiko kegagalan organ, morbiditas dan mortalitas karena infeksi. Hal ini

disebabkan karena kondisi inflamasi derajat rendah (mirip dengan sepsis karena gram

negatif), resistensi insulin dan sindrom metabolik (Cave MC dkk, 2008). Belum

didapatkan kepustakaan yang menilai respon imun humoral pada obesitas.

34

Karen G, dkk melakukan penelitian yang menyebutkan bahwa berat badan lebih

merupakan faktor risiko terjadinya defisiensi besi dua kali lipat. Hal ini dapat disebabkan

oleh pengaruh genetik, inaktivitas fisik yang menyebabkan berkurangnya pemecahan

mioglobin sehingga mengakibatkan rendahnya kadar besi di dalam darah; atau dapat juga

karena diet yang inadekuat terutama pada makanan yang kaya zat besi. Di samping itu

anak-anak dengan berat lebih cenderung tumbuh lebih cepat dan matur lebih awal,

sehingga sulit mengejar kebutuhan besinya (Nead, 2004). Susi Suwarti, dkk. pada

penelitian di Bogor mendapatkan data adanya hubungan antara status imun dengan

keadaan anemia, namun tidak terdapat hubungan yang bermakna bila dibandingkan

dengan status besi anak-anak tersebut. Diperkirakan bahwa kondisi anemia akan

mempengaruhi tidak hanya imunitas selulernya tapi juga imunitas humoralnya (Suwarti,

2000).

Penelitian di Surabaya tahun 2002, walaupun tidak secara spesifik meneliti faktor

status gizi, mendapatkan rerata titer IgG campak yang lebih rendah pada anak dengan gizi

lebih. Namun jumlah anak dengan gizi lebih yang diperiksa pada penelitian tersebut

hanya 2 subjek (Redjeki, 2002).

Formatted: Justified

Deleted: Cari sumber aslinya¶Page Break

35

KERANGKA KONSEP

Obesitas Peningkatan jumlah

jaringan adipose putih (white adipose tissue)

Peningkatan produksi Adipokin: plasminogen activator inhibitor 1 (PAI 1), acylation

stimulating protein (ASP), tumor necrosis factor-α (TNFα), interleukin-5 (IL-5), interleukin-6 (IL-6), leptin

Fagositik Mikrobisid Proliferasi dan aktivasi sel T

Preadiposit & Adiposit

Macrophage colony stimulating factor

Stimulasi sitokin

Peningkatan respon imun virus campak (IgG)

Peningkatan respon imun

Kadar Hemoglobin Frekuensi paparan

virus campak: sakit, pajanan,

imunisasi

= ruang lingkup penelitian

36

Keterangan Kerangka Konsep:

Pada obesitas terdapat peningkatan jumlah jaringan adiposa putih (white adipose

tissue=WAT). Peningkatan WAT ini menyebabkan peningkatan produksi adipokin, yaitu

plasminogen activator inhibitor 1 (PAI 1), acylation stimulating protein (ASP), tumor

necrosis factor-α (TNFα), interleukin-5 (IL-5), interleukin-6 (IL-6), dan leptin. Adipokin

ini akan meningkatkan proliferasi dan aktivasi sel T serta stimulasi sitokin. Peningkatan

WAT ini juga menyebabkan sel adiposit dan preadiposit, yang berperan juga sebagai

macrophage colony stimulating factor, meningkat kemampuannya dalam hal fagositik

dan mikrobisid. Proliferasi sel T, stimulasi sitokin, peningkatan kemampuan fagositik dan

mikrobisid ini mengakibatkan peningkatan respon imun pada individu dengan obesitas.

Obesitas akan menyebabkan kadar hemoglobin lebih rendah. Kadar hemoglobin

yang rendah akan menyebabkan respon imun juga lebih buruk, sehingga pada kadar

hemoglobin yang rendah akan memberikan titer IgG campak yang rendah pula.

Frekuensi paparan virus campak menggambarkan jumlah pajanan terhadap virus

campak. Hal ini didapatkan dari keadaan sakit campak, pajanan dari penderita campak

yang lain maupun imunisasi campak/MMR. Jumlah frekuensi paparan virus ini akan

mempengaruhi titer IgG campak.

Formatted: Not Highlight

Formatted: Not Highlight

Formatted: Not Highlight

Formatted: Not Highlight

Formatted: Not Highlight

Formatted: Not Highlight

Deleted: Page Break

Deleted: .

Deleted: akan baik sakit, pajanan maupun

Deleted:

Deleted: respon imun terhadap virus

Deleted: Kalimatnya nggak bunyi. Juga, jangan hanya satu kalimat saja.

37

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Desain penelitian

Merupakan penelitian potong lintang untuk melihat perbedaan titer IgG campak pada

anak usia sekolah dasar yang obesitas dengan yang tidak obesitas di SD Bromantakan

Kota Surakarta.

B. Tempat dan waktu

Penelitian dilakukan di SD Bromantakan Kecamatan Banjarsari Kota Surakarta antara

Maret - Agustus 2006.

C. Populasi

Populasi terjangkau penelitian ini adalah anak sekolah dasar kelas 1-6 di SD

Bromantakan Kecamatan Banjarsari Kota Surakarta pada tahun 2006.

D. Sampel dan cara pemilihan sampel

Sampel diambil dari anak sekolah dasar kelas 1-6 di SD Bromantakan Kecamatan

Banjarsari Kota Surakarta. Dilakukan pemeriksaan antropometri untuk mendapatkan data

anak-anak dengan IMT > persentil 95 menurut umur dan jenis kelamin. Anak-anak SD

yang obesitas secara antropometri dan memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi

dimasukkan ke dalam kelompok obesitas. Kemudian dilakukan pemilihan subjek yang

Formatted: Indonesian

Formatted: Indonesian

Formatted: Indonesian

Formatted: Not Highlight

Deleted: Desainnya potong lintang? Tapi kok ada matchingnya? Nanti kita diskusikan

Deleted: termasuk obesitas

Deleted: secara acak (simple random sampling) dipilih sesuai besar sampel untuk

38

memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi untuk mendapatkan kelompok tidak obesitas yang

disesuaikan menurut umur dan jenis kelamin.

Kriteria inklusi :

1. Anak SD kelas 1-6, kondisi sehat secara klinis

2. Orang tua menandatangani persetujuan mengikuti penelitian

Kriteria eksklusi:

1. Pernah transfusi

2. Penyakit tuberkulosis, malaria

3. Obat-obatan imunosupresan (kortikosteroid, sitostatik)

4. Gizi kurang atau gizi buruk

5. Penyakit immunokompromis

Formatted: Bullets andNumbering

Formatted: Bullets andNumbering

Deleted: matching berdasarkan

Deleted: untuk mendapatkan kelompok anak yang tidak obesitas

Deleted: Yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi diikutkan dalam penelitian.

39

E. Alur penelitian studi potong lintang

Anak-anak obesitas secara antropometri

Kelompok anak-anak yang obesitas yang memenuhi kriteria

inklusi dan eksklusi

Seleksi obesitas oleh dokter berdasarkan IMT

Kriteria inklusi : Anak SD kelas 1-6 Setuju mengikuti penelitian

Pemeriksaan titer IgG campak

Kriteria eksklusi : pernah transfusi, penyakit tuberkulosis, malaria, obat-obatan imunosupresan, gizi kurang/buruk, penyakit immunokompromise

Pemilihan kelompok anak-anak yang tidak obesitas disesuaikan

menurut umur dan jenis kelamin yang memenuhi

kriteria inklusi dan eksklusi

Anak SD kelas 1-6 SD Bromantakan Kota Surakarta

Titer IgG campak kelompok obesitas

Titer IgG campak kelompok tidak obesitas

Negatif Negatif Borderline positive

Positif Borderline positive

Positif

Formatted: Norwegian(Bokmål)

Formatted: Norwegian(Bokmål)

Formatted

Formatted

Formatted

Formatted

Formatted

Formatted

Formatted

Formatted

Formatted

Formatted

Formatted: Finnish

Formatted: Finnish

Formatted: Finnish

Formatted: Finnish

Formatted

Formatted: Font: Not Italic

Formatted

Formatted

Formatted

Formatted

Formatted

Formatted

Formatted

Formatted

Formatted

Formatted

Formatted

Formatted

Formatted

Formatted

Formatted

Formatted: Font: Not Italic

Formatted

Formatted

Formatted

Formatted

Deleted: Matching berdasar

... [8]

... [7]

... [13]

... [11]

... [17]

... [9]

... [16]

... [10]

... [27]

... [12]

... [14]

... [28]

... [15]

... [29]

... [23]

... [30]

... [24]

... [31]

... [25]

... [32]

... [26]

... [18]

... [33]

... [19]

... [34]

... [20]

... [35]

... [21]

... [36]

... [22]

... [37]

40

F. Besar sampel

Besar sampel untuk menguji beda rerata dua populasi berpasangan dihitung dengan

rumus: (Madiyono dkk, 2002)

(zα + zβ)s 2 n1=n2= __________ (x1-x2) n = besar sampel

s = simpang baku = 0,11

α = tingkat kemaknaan = 0,05 (zα=1,65)

(1-β) = kekuatan = 0,90 (zβ= 1,282)

x1-x2 = beda yang dianggap berarti= 0,1

n1 = n2 = 10 subjek à ditambah 10% = 11 subjek

Sehingga total subjek adalah 22 subjek.

G. Identifikasi variabel

Variabel bebas : anak SD yang obesitas dan yang tidak obesitas,

(skala pengukuran nominal)

Variabel tergantung : titer IgG campak (skala pengukuran rasio)

Variabel perancu : kadar hemoglobin (skala pengukuran nominal)

frekuensi paparan virus campak

(skala pengukuran nominal)

Formatted: Norwegian(Bokmål)

Formatted: Norwegian(Bokmål)

Formatted: Norwegian(Bokmål)

Formatted: Norwegian(Bokmål)

Formatted: Swedish

Formatted: Swedish

Formatted: Swedish(Sweden)Formatted: Swedish(Sweden)Formatted: Swedish(Sweden)Formatted: Swedish

Formatted: Spanish(Spain-Traditional Sort)

Formatted: Spanish(Spain-Traditional Sort)

Formatted: Spanish(Spain-Traditional Sort)

Formatted: Spanish(Spain-Traditional Sort)

Formatted: Spanish(Spain-Traditional Sort)

Formatted: Spanish(Spain-Traditional Sort)

Formatted: Spanish(Spain-Traditional Sort)

Deleted: ¶¶

Deleted: ¶

41

H. Cara kerja

1. Semua anak yang memenuhi kriteria inklusi dan kriteria eksklusi diberikan pertanyaan

sesuai kuesioner dan dilakukan pemeriksaan antropometri dan laboratorium darah.

2. Antropometri :

2.1. Berat badan diukur dengan menggunakan alat timbangan geser International Health

Meter buatan Indonesia yang telah ditera dengan kapasitas maksimal 160 kg dan

ketelitian 0,1 kg. Anak ditimbang dengan berpakaian seragam tanpa sepatu, kaos

kaki dan ikat pinggang. Angka dibaca dalam kilogram. Pengukuran dilakukan 2

kali, apabila selisih keduanya >0,5kg maka dilakukan pengukuran ke-3. Hasilnya

adalah rata-rata ketiganya.

2.2. Pengukuran tinggi badan dengan menggunakan alat Mikrotoise yang sudah ditera

untuk mengukur tinggi badan dengan kapasitas maksimal 200 cm, dengan ketelitian

0,1 cm. Anak diukur tanpa sepatu, saat pengukuran kedua tumit merapat, tumit

anak, pantat, bahu dan kepala menempel pada tembok. Angka dibaca sampai

dengan millimeter. Pengukuran dilakukan 2 kali, apabila selisih keduanya >0,5cm

maka dilakukan pengukuran ke-3. Analisa diambil dari hasil rata-rata ketiganya

3. Laboratorium

Pemeriksaan kadar hemoglobin dan titer IgG campak ditentukan dengan pemeriksaan

sampel darah vena sebanyak 4-5 cc.

3.1. Hemoglobin:

Sampel darah sebanyak 1 cc untuk pemeriksaan hemoglobin menggunakan semprit

Terumo kemudian dimasukkan tabung yang berisi 2 mg antikoagulan EDTA

42

kemudian disimpan dalam lemari es (40C). Sampel darah tersebut kemudian dikirim

ke laboratorium Prodia untuk pemeriksaan hemoglobin.

3.2. Titer IgG campak:

Sampel darah sebanyak 3-4 cc untuk pemeriksaan titer IgG campak diambil dengan

semprit Terumo 5 cc. Darah yang diambil akan dipisahkan serumnya dengan

diputar 3000 rpm selama 10 menit. Serum dapat disimpan dalam refrigerator pada

suhu 2-80C hingga 7 hari sampai dengan 6 bulan hingga dilakukan analisis

serologik. Pemeriksaan titer IgG campak dengan menggunakan kit Euroimmun

Inch. Measles (Rubeola) IgG ELISA. Pemeriksaan dilakukan pada suhu kamar (20-

250C). Hasil pemeriksaan berupa data numerik dengan interpretasi indeks antibodi:

<0,9 OD tidak terdeteksi adanya antibodi; 0,9-1,1 OD borderline positive; >1,2 OD

terdapat indikasi pernah divaksin atau pajanan sebelumnya dengan infeksi campak.

Kit tersebut mempunyai sensitivitas sebesar 98% dan spesifisitas sebesar 89%

(Euroimmun, 2006). Pemeriksaan laboratorium dilakukan oleh laboratorium Prodia

Jakarta.

I. Pengolahan data

Data yang didapatkan dilakukan analisis dengan program SPSS 11.0. Variabel

bebas didiskripsikan dalam proporsi (persentase) dan mean tiap kelompok beserta

standar deviasinya, berdasar umur, jenis kelamin, berat badan, tinggi badan, dan

indeks massa tubuh. Variabel tergantung (titer IgG campak) dilakukan penilaian

mean, dan standar deviasinya, apabila distribusinya tidak normal maka dilakukan

43

transformasi data atau variabel kontinu diubah menjadi ordinal atau nominal.

Perbandingan nilai rerata antara kelompok anak yang obesitas dan kelompok yang

tidak obesitas dilakukan dengan uji-t untuk kelompok berpasangan. Apabila variabel

tergantung diubah menjadi skala ordinal atau nominal, maka uji non-parametrik (uji

kai-kuadrat atau uji Fischer) yang akan dilakukan. Untuk melihat besarnya pengaruh

variabel perancu (kadar hemoglobin, frekuensi paparan virus campak) terhadap

variabel tergantung dilakukan analisis multivariat dengan regresi logistik.

Disebut bermakna bila nilai p<0,05.

J. Definisi operasional

1. Usia adalah usia anak saat pengambilan sampel dihitung dalam tahun. Kelebihan

bulan dihitung dengan membagi dengan 12 sehingga diperoleh angka desimal di

belakang koma.

2. Terpajan campak adalah pernah kontak dengan teman atau salah satu anggota keluarga

yang menderita campak berdasarkan diagnosis dokter, tetapi anak tidak menderita

campak.

3. Sakit campak adalah apabila pernah menderita campak berdasarkan gejala utama

demam disertai ruam kemerahan yang menyebar dari belakang telinga ke seluruh

tubuh serta meninggalkan bekas bersisik atau didiagnosis campak oleh dokter.

4. Imunisasi campak adalah apabila pernah diberikan imunisasi campak berdasarkan

laporan dari orang tua atau data dari KMS.

Formatted: Swedish

Formatted: Indent: Left: 0cm, Hanging: 0,63 cm

Formatted: Swedish

Deleted: ¶

Deleted:

Deleted: ¶1.1. U

Deleted: ¶1.2.

Deleted: Usia imunisasi campak atau MMR dihitung dalam bulan sesuai kalender kelahiran apabila diberikan sebelum usia 12 bulan (bila kelebihan >15 hari dimasukkan bulan berikutnya dan bila kelebihan <15 hari dimasukkan bulan sebelumnya). Usia imunisasi campak atau MMR dihitung dalam tahun sesuai kalender kelahiran apabila diberikan lebih dari 12 bulan.

44

5. Imunisasi MMR adalah apabila pernah diberikan imunisasi MMR berdasarkan laporan

dari orang tua.

6. Frekuensi paparan virus campak adalah jumlah paparan terhadap virus campak, yaitu

sakit campak, terpajan campak, imunisasi campak dan imunisasi MMR.

7. Obesitas adalah suatu kelainan atau penyakit yang ditandai dengan penimbunan

jaringan lemak tubuh secara berlebihan. Kriteria obesitas ditentukan berdasarkan

Indeks Masa Tubuh (IMT) yaitu berat badan dalam kilogram dibagi dengan kuadrat

tinggi badan dalam meter (kg/m2). Dikatakan obesitas bila IMT lebih dari atau sama

dengan persentil ke-95. Dikatakan tidak obesitas bila IMT kurang dari persentil ke-

95, dan di atas persentil ke-5.

8. Tidak obesitas adalah anak dengan gizi baik dan atau gizi lebih. Untuk gizi kurang dan

gizi buruk tidak dimasukkan dalam kelompok tidak obesitas.

Formatted: Swedish

45

JADWAL PENELITIAN Kegiatan Maret

2006

Mei

2006

Juni

2006

Juli

2006

Maret

2008

April

2008

Persiapan

1. Penelusuran kepustakaan Xxxxx Xxxxx

2. Penyusunan naskah proposal Xxxxx Xxxxx

3. Perijinan Xxxxx Xxxxx

Pelaksanaan

1. Pengajuan usulan penelitian Xxxxx

2. Pengambilan data Xxxxx Xxxxx

3. Pengolahan data Xxxxx

Seminar hasil Xxxxx

Ujian tesis Xxxxx

46

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. HASIL PENELITIAN

Tabel 1. Data subjek

Psg Inisial

nama

Umur Jenis

Kelamin

BB TB IMT Inisial

nama

Umur Jenis

Kelamin

BB TB IMT

1 MAS 9.8 Laki-laki 26.5 1.24 17.20 NA 9.6 Laki-laki 50.5 1.45 24.19

2 GL 9.6 Perempuan 34.0 1.38 17.89 DN 10.1 Perempuan 47.0 1.37 25.00

3 Etr 10.3 Perempuan 31.0 1.29 18.67 SO 9.7 Perempuan 39.0 1.29 23.49

4 DR 11.5 Laki-laki 32.5 1.32 18.68 GF 11.3 Laki-laki 56.5 1.45 26.90

5 TNI 10.7 Laki-laki 37.0 1.43 18.13 WS 11.3 Laki-laki 56.0 1.48 25.57

6 PP 11.2 Perempuan 29.5 1.40 15.05 PDP 11.2 Perempuan 64.5 1.53 27.56

7 AL 10.7 Perempuan 26.5 1.41 13.31 PRH 10.5 Perempuan 44.5 1.42 25.28

8 ML 11.2 Laki-laki 28.0 1.31 16.27 RRW 11.1 Laki-laki 45.5 1.39 23.57

9 FPA 12.0 Perempuan 46.5 1.55 19.37 RN 11.7 Perempuan 56.5 1.50 25.11

10 AFR 11.5 Laki-laki 40.0 1.46 18.78 NF 12.3 Laki-laki 37.0 1.25 23.72

11 AM 11.7 Laki-laki 36.0 1.43 17.64 DK 11.5 Laki-laki 53.5 1.48 24.42

12 EPP 11.3 Perempuan 39.5 1.40 20.15 MRK 11.1 Perempuan 55.5 1.53 23.71

13 GAS 8.9 Laki-laki 35.0 1.37 18.70 TN 9.5 Laki-laki 51.5 1.38 27.25

Keterangan: Psg = pasangan ke-; BB = berat badan dalam kg; TB = tinggi badan dalam m; IMT = indeks

massa tubuh dalam kg/m2

47

indeks massa tubuh

0

5

10

15

20

25

30

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13

pasangan ke-

non-obes

obes

Gambar 1. Karakteristik subjek menurut indeks massa tubuh

Dari 298 anak kelas 1-6 SD Bromantakan didapatkan anak dengan obesitas

sebanyak 28 anak, yang secara random dipilih 13 anak dengan obesitas sesuai kriteria

inklusi dan eksklusi. Kemudian dipilih anak yang tidak obesitas yang disesuaikan

menurut umur dan jenis kelamin masing-masing subjek, sehingga didapatkan 13 pasang

subjek yang memenuhi kriteria penelitian. (tabel 1). Indeks massa tubuh setiap pasangan

subjek penelitian antara kedua kelompok terlihat pada gambar 1.

Tabel 2. Karakteristik demografi (n=26)

Total Obesitas Non-obesitas p

Umur (tahun, SD) 10,8±0,9 10,8 ± 0,9 10,8 ± 0,9 0,75

Jenis kelamin (%)

o Laki-laki 14 (54) 7 (54) 7 (54) 1,00

o Perempuan 12 (46) 6 (46) 6 (46)

Berat badan (kg, SD) 42,3 + 10,8 50,6 + 7,8 34,0 + 5,9 0,00**

Tinggi badan (m, SD) 1,40 + 0,08 1,42 + 0,00 1,38 + 0,00 0,19

Indeks massa tubuh (kg/m2, SD) 21,4 ± 4,1 25,1 + 1,4 17,7 + 1,9 0,00**

** p < 0,05

48

Rerata umur semua subjek dan pada masing-masing kelompok adalah sama, yaitu

10,8+0,9 tahun dengan jumlah subjek laki-laki lebih banyak daripada perempuan, namun

proporsi jenis kelamin laki-laki/perempuan pada kedua kelompok sama., yaitu 7/6

(54%/46%). Rerata tinggi badan pada kelompok obesitas dan kelompok non-obesitas

tidak berbeda bermakna (p=0,19; p>0,05), sedangkan rerata berat badan serta indeks

massa tubuh kedua kelompok berbeda bermakna. (p<0,05). (Tabel 2)

8

10

7

1

5

3

4

1

3

7

3

0

0%

10%

20%

30%

40%

50%

60%

70%

80%

90%

100%

total obesitas tidak obesitas

>= 3 kali

2 kali

1 kali

tidak pernah

Gambar 2. Total frekuensi paparan virus campak pada seluruh subjek, kelompok

obesitas dan non-obesitas.

Formatted: Indent: First line: 1,27 cm

49

Tabel 3. Karakteristik subjek terhadap paparan virus campak

Total Obesitas Non-obesitas

Sakit campak (%) - ya 3 (12) 1 (8) 2 (15) - tidak 12 (46) 5 (38) 7 (54) - lupa/tidak tahu 11 (42) 7 (54) 4 (31)

Terpajan campak (%) - ya 2 (8) 2 (15) 0 (0) - tidak 10 (38) 4 (31) 6 (46) - lupa/tidak tahu 14 (54) 7 (54) 7 (54)

Imunisasi campak (%) - ya 18 (69) 8 (62) 10 (77) - tidak 0 (0) 0 (0) 0 (0) - lupa/tidak tahu 8 (31) 5 (38) 3 (23)

Jumlah imunisasi campak (%) 1 kali 15 (83) 6 (75) 9 (90) 2 kali 3 (17) 2 (25) 1 (10)

Imunisasi MMR (%) - ya 1 (4) 1 (8) 0 (0) - tidak 13 (50) 5 (38) 8 (62) - lupa/tidak tahu 12 (46) 7 (54) 5 (38)

Jumlah imunisasi MMR (%) 1 kali 1 1 0 2 kali atau lebih 0 0 0

Total frekuensi paparan (%) 0 8 (31) 5 (38) 3 (23) 1 kali 10 (38) 3 (23) 7 (54) 2 kali 7 (27) 4 (31) 3 (23) > 3 kali 1 (4) 1 (8) 0 (0)

Subjek yang pernah menderita campak pada kedua kelompok sedikit. Proporsi

subjek yang tidak pernah menderita campak sebanding dengan yang tidak tahu riwayat

sakit sebelumnya. Keadaan yang sama terdapat pada riwayat pernah terpajan penderita

Deleted: ¶¶¶

50

campak. Hanya ada sedikit subjek pernah terpajan, sedangkan sisanya tidak terpajan atau

tidak tahu. (Tabel 3)

Sebagian besar responden telah mendapatkan imunisasi campak. Tidak ada

satupun subjek yang belum pernah mendapatkan imunisasi campak, sedangkan sisanya

tidak tahu atau lupa. Sebagian besar mendapatkan imunisasi campak satu kali (69%).

Subjek yang sudah mendapatkan imunisasi MMR hanya 1 anak (4%) yaitu sebanyak 1

(satu) kali, subjek yang lainnya tidak pernah atau lupa. (Tabel 3)

Secara umum total frekuensi paparan campak yang terbanyak adalah satu kali

(38%). Pada kelompok obesitas proporsi subjek yang telah mendapatkan paparan virus

campak sebanyak dua kali hampir sebanding dengan yang satu kali. Sedangkan pada

kelompok non-obesitas sebagian besar mendapatkan paparan virus campak sebanyak satu

kali. Karakteristik subjek terhadap frekuensi paparan virus campak tampak pada tabel 3

dan gambar 2.

Tabel 4. Rerata titer IgG campak pada kelompok obesitas dan kelompok non-obesitas.

Obesitas Non-obesitas P Beda

rerata

95% CI

Titer (mIU/ml) 2502,12 + 1834,71 2201,30 + 1467,72 0,354 300,82 (-1410,77)-(2012,42)

Rasio 10,01 + 7,34 8,81 + 5,87 0,354 1,20 (-5,64) - (8,05)

Interpretasi

o Positif 12 12

o Borderline 0 1

Formatted: English (U.S.)

Formatted: English (U.S.)

Formatted: English (U.S.)

51

o Negatif 1 0 1,00

Titer IgG Campak anak obes dan non-obes

0

1000

2000

3000

4000

5000

6000

7000

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13

pasangan ke-

tite

r Ig

G c

amp

ak

non-obes

obes

Gambar 3a. Titer IgG campak pada kelompok obesitas dan non-obesitas

24

1 1

12

01

12

10

0

5

10

15

20

25

total obesitas non-obesitas

positif

borderline

negatif

Gambar 3b. Interpretasi kualitatif titer IgG campak pada seluruh subjek, kelompok

obesitas dan kelompok non-obesitas.

Formatted: English (U.S.)

Formatted: English (U.S.)

52

Hasil analisis titer IgG campak tampak pada tabel 4, gambar 3a dan gambar 3b.

Hasil uji t berpasangan antara kedua kelompok adalah terdapat perbedaan rerata titer IgG

campak sebesar 300,82 mIU/ml, di mana rerata titer IgG campak pada kelompok obesitas

lebih tinggi, meskipun secara statistik tidak terdapat perbedaan bermakna, (p = 0,354;

p>0,05) Interpretasi hasil secara rasio dapat dilihat pada tabel 4, dengan beda rerata rasio

sebesar 1,2 (p=0,354; p>0,05). Interpretasi hasil secara kualitatif didapatkan hasil bahwa

hampir sebagian besar subjek seropositif, hanya ada satu subjek seronegatif, dan satu

subjek borderline.

Tabel 5. Rerata kadar hemoglobin pada kelompok obesitas dan kelompok non-obesitas.

Obesitas Non-obesitas P Beda

rerata

95% CI

Kadar Hb (g/dl) 14,47 + 0,87 13,79 + 0,91 0,048* 0,68 0,01-1,35

* p < 0,05

0

2

4

6

8

10

12

14

16

18

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13

pasangan ke-

kad

ar H

b

obesitas

tidak obesitas

Gambar 4. Kadar hemoglobin (g/dl) pada kelompok obesitas dan non-obesitas

Formatted: Indent: First line: 1,27 cm

Formatted: English (U.S.)

Formatted: Font: Italic

Deleted: Rerata titer IgG campak pada kelompok obesitas dan non-obesitas adalah 2502,12+1834,71 dan 2201,30+1467,72 mIU/ml.

Deleted: antara kedua kelompok

Deleted: dengan beda rerata 300,82 mIU/ml

Deleted: ; 95% CI (-1410,77)-(2012,42)

Deleted: , dan rerata titer IgG campak pada kelompok obesitas lebih tinggi daripada kelompok non-obesitas.

Deleted: adalah 10,01+7,34 pada kelompok obesitas dan 8,81+5,87 pada kelompok non-obesitas (p=0,708; p>0,05; beda rerata rasio adalah 1,20; 95%CI (-5,64)-(8,05)).

Deleted: bahwa

Deleted: pada

Deleted: seluruh subjek: 24 anak positif, satu anak borderline dan satu anak negatif. Pada kelompok obesitas tidak didapatkan hasil borderline, dan hanya satu subjek dengan hasil negatif. Pada kelompok non-obesitas tidak didapatkan hasil negatif dan hanya satu subjek dengan hasil borderline.

Deleted: ¶

53

Rerata kadar hemoglobin pada kedua kelompok terlihat pada tabel 5. Dengan uji t

berpasangan, rerata kadar hemoglobin pada kelompok obesitas lebih tinggi daripada

kelompok non-obesitas yang bermakna secara signifikan (p = 0,048; p<0,05) dengan

beda rerata 0,68 g/dl (95%CI 0,01-1,35). Pada gambar 4 terlihat bahwa kadar hemoglobin

pada kelompok obesitas terlihat lebih tinggi daripada kelompok non-obesitas.

Tabel 6. Karakteristik subjek berdasarkan kejadian anemia

Total Obesitas Non-obesitas

Anemia (%) 1 (4) 0 (0) 1(8)

Normal (%) 25 (96) 13 12 (92)

Persentase kejadian anemia (kadar hemoglobin < 12 g/dl) pada total subjek adalah

4%. Pada kelompok obesitas tidak ada subjek yang mengalami anemia, sedangkan pada

kelompok non-obesitas terdapat 1 (satu) subjek (4%) dengan anemia, seperti tampak pada

tabel 6.

Tabel 7. Hubungan antara umur dengan titer IgG campak

Titer IgG (mIU/ml)

<2262 >=2262

P RR 95% CI

<11,15 th 6 7

>=11,15 th 7 6

0,695* 0,74 0,16-3,43

* p > 0,05

Formatted: English (U.S.)

Formatted: Indent: First line: 1,27 cm

Formatted: English (U.S.)

Formatted: English (U.S.)

Formatted: Swedish(Sweden)Formatted: Indent: First line: 1,27 cm

Formatted: Swedish(Sweden)

Formatted: Swedish(Sweden)

Deleted: Rerata kadar hemoglobin kelompok obesitas dan non-obesitas adalah 14,47+0,87 dan 13,79+0,91 g/dl.

Deleted: ¶¶¶

54

Hasil analisis untuk melihat hubungan antara umur dengan titer IgG campak

tampak pada tabel 7. Titer IgG campak dikategorikan menjadi 2 (dua) kelompok

berdasarkan nilai pada persentil 50, yaitu 2262 mIU/ml. Umur subjek juga dikategorikan

menjadi 2 (dua) kelompok berdasarkan nilai pada persentil 50, yaitu umur 11,15 tahun.

Tidak terdapat perbedaan bermakna faktor kelompok umur dengan titer IgG campak

(p>0,05).

Tabel 8. Hubungan antara jenis kelamin dengan titer IgG campak

Titer IgG

<2262 >=2262

P RR 95% CI

Laki-laki 6 8

Perempuan 7 5

0,431 0,54 0,11-2,55

Hubungan antara jenis kelamin dengan titer IgG campak terlihat pada tabel 8.

Tidak terdapat perbedaan bermakna faktor jenis kelamin dengan titer IgG campak

(p>0,05).

Tabel 9. Analisis univariat faktor-faktor yang berpengaruh terhadap titer IgG campak

RR* Titer IgG campak

(>=2262 mIU/ml)

Obesitas

Kadar hemoglobin (>=14,05 g/dl)

Total frekuensi paparan virus campak (>1 kali)

1,36 (0,29 – 6,36)

1,36 (0,29 – 6,36)

14 (1,39 – 141,49) **

*RR=risiko relatif; ** p < 0,05

Formatted: Indent: First line: 1,27 cm

Formatted: Indent: First line: 1,27 cm

Deleted: = 0,695; RR = 0,74; 95% CI 0,16-3,43).

Deleted: ¶

Deleted: ¶¶

Deleted: dan 9

Deleted: = 0,431; RR = 0,54; 95%CI 0,11-2,55

55

Hasil analisis univariat faktor-faktor risiko terhadap titer IgG campak tampak

pada tabel 9. Nilai cut off 14,05 g/dl diambil dari persentil 50 kadar hemoglobin pada

subjek. Dari faktor-faktor risiko terhadap titer IgG campak, faktor total frekuensi paparan

virus campak (>1 kali) memiliki nilai risiko relatif terbesar dan secara statistik bermakna.

Faktor obesitas dan kadar hemoglobin (>=14,05 g/dl) juga menjadi risiko peningkatan

titer IgG campak walaupun secara statistik tidak bermakna.

Tabel 10. Analisis multivariat faktor-faktor yang berpengaruh terhadap titer IgG

campak

RR* Titer IgG campak

(>=2262 mIU/ml)

Obesitas

Kadar hemoglobin (>=14,05 g/dl)

Total frekuensi paparan virus campak (>1 kali)

1,06 (0,17 – 6,42)

1,51 (0,25 – 9,09)

14,46 (1,38 – 151,67) **

*RR=risiko relatif; ** p < 0,05

Hasil analisis multivariat faktor-faktor risiko terhadap titer IgG campak tampak pada

tabel 10. Total frekuensi paparan virus campak (>1 kali) meningkatkan risiko titer IgG

campak sebesar 14 kali. Sedangkan faktor obesitas dan kadar hemoglobin (>14,05 g/dl)

juga meningkatkan risiko titer IgG campak meskipun tidak bermakna secara statistik.

Formatted: Finnish

Formatted: Indent: First line: 1,27 cm

Formatted: Finnish

Formatted: Finnish

Deleted: Nilai risiko relatif faktor-faktor risiko terhadap titer IgG campak sebagai berikut: obesitas 1,36 (0,29-6,36); kadar hemoglobin (>=14,05 g/dl) 1,36 (0,29-6,36); dan frekuensi paparan virus campak (>1 kali) 14 (1,39-141,49).¶

Deleted: Nilai risiko relatif faktor-faktor risiko terhadap titer IgG campak sebagai berikut: obesitas 1,06 (0,17 – 6,42); kadar hemoglobin (>=14,05 g/dl) 1,51 (0,25 – 9,09); dan frekuensi paparan virus campak (>1 kali) 14,46 (1,38 – 151,67).

56

B. PEMBAHASAN

Penelitian ini ingin menganalisis titer IgG campak pada anak dengan obesitas

dibandingkan anak dengan non-obesitas usia sekolah dasar di SD Bromantakan.

Pengambilan sampel di SD Bromantakan disebabkan prevalensi obesitas di SD

Bromantakan cukup tinggi sekitar 9,7%. Faktor-faktor yang mempengaruhi titer IgG

campak pada anak usia sekolah dasar selain faktor obesitas juga diperhitungkan yaitu

kadar hemoglobin dan frekuensi paparan virus campak.

Hasil penelitian ini adalah anak usia sekolah dasar dengan obesitas memiliki titer

IgG campak yang lebih tinggi. Beda rerata titer IgG campak anak usia sekolah dasar

dengan obesitas dibandingkan non-obesitas adalah 300,82+1109,94 mIU/ml. Perbedaan

ini bermakna secara klinis walaupun secara statistik tidak bermakna. Hasil ini berbeda

dengan penelitian di Lab/SMF Ilmu Kesehatan Anak RSUD Dr. Soetomo dan posyandu

Pasar Kembang Surabaya tahun 2002, di mana terdapat rerata titer IgG campak yang

lebih rendah pada anak dengan gizi lebih (Redjeki S, 2002). Perbedaan tersebut dapat

disebabkan oleh jumlah anak dengan gizi lebih pada penelitian di Surabaya sebanyak 2

subjek, sehingga tidak menggambarkan secara spesifik rerata titer IgG campak pada anak

dengan gizi lebih. Hasil penelitian di SD Bromantakan ini juga tidak mendukung

pernyataan bahwa anak dengan gizi lebih memiliki respon antibodi yang buruk (Nead,

2004; Dhurandar, 2001; Marti, 2001; Hollinger, 1989). Penelitian ini mendukung

pendapat Cousin dkk yang mengatakan bahwa sel-sel adiposit berperan pada respon

imun, meskipun mekanismenya yang jelas belum diketahui (Nead, 2004; Dhurandhar,

2001; Marti, 2001). Penelitian oleh Joshi RR dan Gambhir PS melihat pengaruh indeks

57

massa tubuh maternal dengan titer antibodi campak pada bayi. Hasil penelitian tersebut

agak berbeda, yaitu terdapat korelasi negatif yang lemah antara indeks massa tubuh ibu

dengan titer antibodi campak pada bayi dan secara statistik tidak bermakna (r = -0,36;

p>0,05) (Joshi RR dan Gambhir PS, 2003).

Interpretasi hasil pemeriksaan secara kualitatif didapatkan bahwa hasil positif

pada anak usia sekolah dasar sebanyak 24 dari 26 subjek (92,3%). Hasil ini tidak berbeda

dengan penelitian di salah satu SD di Jakarta yang menunjukkan angka 93% anak usia

10-12 tahun masih memiliki titer antibodi campak positif (Munasir Z dkk, 1999).

Sedangkan pada penelitian anak usia SD di Kuningan dan Jakarta didapatkan angka 95-

97% titer IgG campak yang positif (Heriyanto B, 2000). Penelitian yang dilakukan oleh

Salimo H mendapatkan data yang lebih rendah. Dari 14 penderita campak dengan usia 6-

13 tahun, sebanyak 9 subjek (64%) yang memiliki titer IgG campak positif sedangkan 5

subjek titer IgG campaknya negatif (Salimo H, 2006).

Pada kelompok obesitas penelitian ini, jumlah anak yang memiliki IgG campak

positif juga sebanyak 92,3%. Satu subjek dengan hasil IgG campak negatif merupakan

anak dengan status gizi obes dan tidak memiliki riwayat sakit atau terpajan atau imunisasi

campak yang jelas (lupa atau tidak tahu), sedangkan satu subjek dengan hasil IgG

campak borderline merupakan anak dengan status gizi baik dan memiliki riwayat

imunisasi campak satu kali sedangkan riwayat sakit atau terpajan campak tidak jelas

(lupa atau tidak tahu). Antibodi campak pada kedua anak ini kemungkinan sudah

menurun karena jarak waktu pemberian imunisasi yang sudah lama atau karena

58

kegagalan serokonversi pada pemberian vaksin campak yang pertama kali (Paunio M

dkk, 2000).

Kejadian anemia pada subjek penelitian ini cukup rendah, yaitu hanya satu subjek

(4%). Hasil ini berbeda dengan penelitian Soemantri yang menyebutkan bahwa

prevalensi anemia pada anak usia 5-14 tahun dengan sosial ekonomi menengah ke atas di

Indonesia sebesar 20% (Soemantri, 1997). Hal ini disebabkan oleh karena desain

penelitian ini tidak digunakan untuk menggambarkan prevalensi dari anemia di SD

Bromantakan. Satu subjek dengan anemia pada kelompok non-obesitas memiliki kadar

hemoglobin 11,9 g/dl sehingga tidak terlalu rendah dari nilai normal yaitu 12 g/dl. Rerata

kadar hemoglobin kelompok obesitas pada penelitian ini lebih tinggi daripada kelompok

non-obesitas, secara statistik berbeda bermakna (p=0,048; p<0,05). Hasil ini berbeda

dengan penelitian Karen G, dkk yang menyatakan bahwa obesitas menjadi faktor risiko

defisiensi besi dua kali lipat, sehingga risiko anemia juga lebih besar (Nead, 2004).

Faktor genetik yang berbeda, aktivitas fisik yang masih memadai atau diet besi yang

adekuat yang mungkin menyebabkan perbedaan ini. Penelitian oleh Joshi RR dan

Gambhir PS tentang pengaruh kadar hemoglobin ibu terhadap antibodi maternal pada

bayi juga mendapatkan hasil berlainan, yaitu terdapat korelasi negatif yang lemah dan

secara statistik tidak bermakna (r = -0,33; p>0,05) (Joshi RR dan Gambhir PS,

2003).

Faktor umur tidak mempengaruhi titer IgG campak, tetapi terdapat kecenderungan

semakin besar umur semakin rendah titer IgG campak (RR = 0,74; 95% CI 0,16-3,43).

Halsey juga menyatakan bahwa terdapat penurunan tingkat antibodi dengan

59

bertambahnya umur (Halsey, 1990). Hal ini dikaitkan dengan lamanya umur waktu

imunisasi, meskipun pada daerah yang endemis virus campak liar penurunannya tidak

signifikan.

Hatter menyebutkan bahwa IgG spesifik campak pada bayi wanita lebih rendah

daripada bayi laki-laki (Hatter, 2000). Pada penelitian ini secara statistik tidak berbeda

bermakna antara laki-laki dan perempuan, namun jenis kelamin perempuan cenderung

lebih rendah titer IgG campaknya. Pada penelitian yang dilakukan oleh Salimo H, dari 14

subjek berusia 6-13 tahun yang menderita campak, jumlah penderita perempuan lebih

banyak, yaitu 9 subjek (64%) (Salimo H, 2006). Hal ini mendukung hasil penelitian di

atas yang menunjukkan bahwa perempuan lebih rentan untuk terinfeksi virus campak

karena titer IgG campak-nya lebih rendah.

Analisis univariat dilakukan terhadap faktor-faktor yang kemungkinan

mempengaruhi titer IgG campak yaitu obesitas, kadar hemoglobin lebih dari 14,05 g/dl

dan total frekuensi paparan virus campak lebih dari satu kali. Digunakan persentil 50

untuk cut off point titer IgG campak maupun kadar hemoglobin. Didapatkan hasil bahwa

faktor total frekuensi paparan lebih dari satu kali memiliki risiko relatif 14 kali (95%CI=

1,39-141,49) untuk meningkatkan titer IgG campak dan secara statistik bermakna secara

signifikan (p<0,05). Semakin sering terpapar dengan virus campak, titer antibodi campak

akan semakin tinggi. Faktor obesitas dan kadar hemoglobin lebih dari 14,05 g/dl

meningkatkan titer IgG campak sebesar 1,36 kali, namun secara statistik tidak bermakna

(p>0,05).

60

Pada analisis multivariat terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi titer IgG

campak (>2262 mIU/ml), didapatkan hasil yang hampir sama untuk total frekuensi

paparan virus campak lebih dari satu kali yaitu memiliki risiko relatif sebesar 14,46 kali

(95% CI 1,38-151,67). Sedangkan faktor obesitas dan kadar hemoglobin memiliki risiko

relatif yang tidak bermakna secara statistik.

Penelitian ini menggunakan desain potong lintang (cross sectional) sehingga tidak

dapat menggambarkan hubungan sebab akibat antara faktor obesitas dan titer IgG

campak. Diperlukan desain penelitian dengan menggunakan data longitudinal untuk

mendapatkan bukti yang lebih kuat bahwa faktor obesitas memberikan titer IgG campak

yang lebih tinggi. Titer IgG campak akan lebih akurat apabila pada anak dengan obesitas

diperiksa sebelum dan sesudah imunisasi campak untuk melihat peningkatan titernya.

Besar sampel pada penelitian ini didapatkan untuk uji t berpasangan sehingga

tidak memungkinkan melihat prevalensi anemia lebih tepat. Studi prevalensi dengan

besar sampel yang lebih besar dan memadai akan mendapatkan prevalensi anemia pada

anak dengan obesitas lebih tepat.

Total frekuensi paparan virus campak pada penelitian ini didasarkan pada riwayat

sakit, terpajan dan imunisasi campak. Kemungkinan bias recall sangat besar karena

hanya berdasarkan wawancara dengan orang tua serta tidak ada yang mempunyai kartu

KMS atau catatan medik yang akurat untuk riwayat paparan di atas.

61

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

A. SIMPULAN

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa anak usia sekolah dasar dengan obesitas

memiliki rerata titer IgG campak yang lebih tinggi daripada anak tanpa obesitas. Faktor

frekuensi paparan virus campak lebih dari satu kali meningkatkan titer IgG campak pada

anak usia sekolah dasar. Kadar hemoglobin dan obesitas juga meningkatkan titer IgG

campak pada anak usia sekolah dasar walaupun secara statistik tidak bermakna.

B. SARAN

Dari simpulan penelitian tersebut maka diusulkan saran-saran:

a. Penelitian-penelitian mendatang dengan menggunakan desain longitudinal

diperlukan untuk memastikan hubungan temporal antara obesitas dengan titer IgG

campak pada anak usia sekolah dasar.

b. Penelitian dengan besar sampel yang memadai untuk menilai prevalensi anemia

pada anak usia sekolah dasar dengan obesitas.

c. Catatan riwayat imunisasi, khususnya campak, bagi orang tua harus disimpan

untuk mengetahui frekuensi paparan dengan lebih akurat.

62

C. IMPLIKASI PENELITIAN

1. BAGI ILMU KEDOKTERAN KELUARGA

Ilmu kedokteran keluarga adalah ilmu yang mencakup seluruh spektrum ilmu

kedokteran yang berorientasi memberikan pelayanan kesehatan tingkat pertama yang

berkesinambungan dan menyeluruh kepada satu kesatuan individu, keluarga dan

masyarakat dengan memperhatikan factor-faktor lingkungan, ekonomi dan sosial budaya

(Lestari, 2006).

Dari hasil penelitian ini didapatkan bahwa anak dengan obesitas memiliki titer

IgG campak lebih tinggi. Dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa obesitas pada anak

usia sekolah dasar menjadi faktor protektif timbulnya penyakit campak. Demikian juga

faktor frekuensi paparan virus, dalam hal ini imunisasi campak pada usia sekolah,

berperan dalam kesehatan keluarga.

2. BAGI PELAYANAN DOKTER KELUARGA

Pelayanan Dokter Keluarga adalah pelayanan kedokteran yang menyeluruh,

terpadu, berkesinambungan, proaktif serta lebih memusatkan perhatian dan tanggung

jawabnya pada pemeliharaan dan peningkatan kesehatan seluruh anggota keluarga

sebagai satu unit, bukan pada golongan umur, jenis kelamin, organ tubuh, jenis penyakit

dan atau kesehatan tertentu saja (Lestari, 2006). Dokter keluarga mempunyai fungsi

sebagai Five Star Doctor, yaitu sebagai provider, communicator, community leader,

manager dan decision maker (Lestari, 2006).

63

Dari simpulan penelitian ini diharapkan dokter keluarga dapat berperan sebagai

provider pelayanan kesehatan pada pelayanan tingkat pertama baik pemantauan status

gizi dan kesehatan secara umum, juga pelayanan imunisasi campak dan tatalaksana

penyakit campak apabila diperlukan. Dokter keluarga sebagai komunikator bertugas

memberikan pendidikan kesehatan kepada pasien dan keluarganya tentang penyakit

campak dan urgensi pencegahannya berupa imunisasi campak, serta upaya menjaga

tingkat kesehatan yang optimal. Sebagai community leader, dokter keluarga harus

memantau apabila timbul penyakit campak pada seorang anggota keluarga harus dilihat

tingkat kerentanan tertular penyakit ini pada anggota keluarga yang lain. Sebagai decision

maker, dokter keluarga harus memutuskan kapan waktu yang tepat untuk imunisasi

campak dengan memperhatikan factor-faktor yang berpengaruh termasuk masalah

keterjangkauan pembiayaan.

3. BAGI DOKTER KELUARGA

Dengan hasil penelitian ini, seorang dokter keluarga dalam praktek sehari-hari tidak

hanya akan berorientasi pada upaya kuratif saja, namun upaya promotif dan preventif

akan lebih diutamakan.

64

DAFTAR PUSTAKA

AAP (American Academy of Pediatrics) committee on inffectious disease, 1998. Age for routine administration of the second dose of measles-mump-rubella vaccine. Pediatrics;101:129-33.

Barlow SE dan Dietz WH, 1999. Obesity evaluation and treatment: expert committee recommendations. Pediatrics 102(3):1-11.

Bastard JP, Maachi M, Lagathu C, Kim MJ, Caron M, Vidal H, Capeau J, Feve B, 2006. Recent advances in the relationship between obesity, inflammation, and insulin resistance. Eur Cytokine Netw; 17(1):4-12.

Bellanti JA, 1985. Mechanisms of immunity to viral diseases. Dalam: Bellanti JA. Immunology II. Edisi Asian. Philadelphia: Saunders. h. 508-32.

Cave MC, Hurt RT, Frazier TH, Matheson TJ, Garrison RN, McClain CJ, Mcclave SA. Obesity, inflammation and the potential application of pharmaconutrition. Nutr Clin Pract;23(1):16-34.

CDC (Centers for Disease Control and Prevention), 2003. Measles. Diunduh dari http://www.cdc.gov pada tanggal 2 April 2006.

CDC (Centers for Disease Control and Prevention), 2005. Measles. MMWR. h. 125-44.

Clement K,Ferre P,2003. Genetics and pathophysiology of obesity. Pediatr Res;53:721-5.

Curran JS, Barnes LA, 2000. Nutrition. Dalam: Behrman RE, Kliegman RM, Jenson HB. Textbook of Pediatrics. Philadelphia: Saunders. h. 138-88.

Data RSDM, 2005. Data pasien rawat jalan dan rawat inap RSUD Dr. Moewardi tahun 2005.

Deckelbaum RJ, Williams CL, 2001. Childhood obesity : the health issue. Obes Res; 9:239S-43S.

Dhurandhar NV, 2001. Infectobesity: Obesity of infectious origin. J. Nutr; 131: 794S–7S.

Ditjen PPM&PL Departemen Kesehatan RI, 2004. Campak di Indonesia. Diunduh dari http://www.penyakitmenular.info/pm pada 15 November 2005.

Euroimmun, 2006. Anti-Measles Viruses ELISA (IgG). Didapat dari http://www.euroimmun.de pada tanggal 13 Februari 2006.

65

Fennelly G, 2005. Measles. Diunduh dari http://www.emedicine.com/PED/ pada 2 April 2006.

Goran MI dan Gower BA, 1999. Relation between visceral fat and disease risk in children and adolescent. Am J Clin Nutr; 70(supll):149s-56s.

Guerro-Millo M, 2004. Adipose tissue and adipokines: for better or worse. Diabetes Metab;30:13-9.

Halsey, 1990. Measles. Dalam: Warren KS, Mahmoud AF, editor. Tropical and Geographical Medicine. Edisi ke-2. New York: McGraw Hill Book Company, h. 607-9.

Hatter HK, Oyedele OI, Dietz K, Kreis S, Hoffman JP, Muller CP, 2000. Placental transfer and decay of maternal acquired anti measles antibodies in Nigerian children. Pediatr Infect Dis J; 19:635-41.

Hayney MS, Poland GA, Jacobson RM, Robe D, Schaid DJ, Jacobsen SJ, Lipsky JJ, 1997. Relationship of HLA-DQ1 alleles and humoral antibody following measles vaccination. J Infect Dis 2:143-6.

Heriyanto B, 2000. Evaluasi program bulan imunisasi campak anak sekolah di DKI Jakarta dan Jawa Barat. Dalam: Abstrak Penelitian Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Tahun 2000. Jakarta: Departemen Kesehatan dan Kesejahteraan Sosial RI.

Heriyanto B, 2001. Evaluasi Immunisasi Morbilli di Jawa Tengah dan Nusa Tenggara Barat. Dalam: Abstrak Penelitian Balitbangkes 2000. Jakarta: Departemen Kesehatan dan Kesejahteraan Sosial RI.

Hidayah D, 2007. Kematangan sosial pada anak dengan obesitas di SD Bromantakan Kecamatan Banjarsari Kota Surakarta (Tesis). Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret.

Himmah R, Paryanto E, Madarina, Yulian E, Ernawati, 2005. Perbandingan gambaran profil lemak antara anak sekolah dasar yang obesitas dengan non obesitas di Kotamadya Yogyakarta, pada suatu penelitian multisenter. Disampaikan pada Kongres Nasional Ilmu Kesehatan Anak XIII, Bandung, 4-7 Juli 2005.

Hollinger FB, 1989. Factors influencing the immune response to hepatitis B vaccine, booster dose guidelines, and vaccine protocol recommendations. (Abstract). Am J Med; 87(3A):36S-40S.

Joshi RR dan Gambhir PS, 2003. A study of measles antibody levels from birth till 9 months of age: correlation with maternal titres and maternal nutrition. Bombay Hosp J. Diunduh dari http://bhj.org/journal/2003_4503_july/study_405.htm pada 7 April 2006.

66

Krugman S, Katz SL, Gershon AA, Wilfert CM, 1992. Measles (Rubeola). Dalam: Krugman S, Katz SL, Gershon AA, Wilfert CM, editor. Infectious diseases of children. Edisi ke-9. Baltimore: Mosby Year Book, h. 223-45.

Lyamuya EF, Matee MIN, Aaby P, Scheutz F, 1999. Serum level of measles IgG antibody activity in children 5 years in Dar-es-Salaam, Tanzania. Annals of Tropical Paediatrics; 19:175-83.

Madiyono B. Perkiraan besar sampel. Dalam: Moeslichan S, Sasroasmoro S, Budiman I, Purwanto SH, editor. Dasar-dasar metodologi penelitian klinis. Jakarta: Sagung Seto. h.

Maldonado Y, 2000. Measles. Dalam: Behrman, Kliegman, Jenson,editors. Nelson textbook of pediatrics. Edisi ke-16. Philadelphia: Saunders. h. 946-51.

Markowitz LE, Katz SL, 1994. Measles vaccine. Dalam: Plotkin SA, Mortimer EA. Vaccines. Edisi ke-2. Philadephia: Saunders. h. 229-76.

Marti A, Marcos A, Martinez JA, 2001. Obesity and immune function relationships (Abstract). Obesity Reviews; 2:131-40.

Mexitalia M, Faizah Z, Susanto JC, 2004. The relationship between physical activity and dietary pattern in obesity children aged 6-7 years. Dalam: Tjokroprawiro A,editor. 3rd National obesity symposium 2004. Jakarta: BP UI. h. 89-90.

Miller KJ, Ackerman AD, 1996. Primary and secondary immunodeficiencies. Dalam: Rogers MC, editor. Pediatric Intensive Care. Edisi ke-3. Baltimore:Williams & Wilkins. h. 915-43.

Mills J, 2003. Viral infections. Dalam: Parslow TG, Stites DP, Terr AI, et al. Medical immunology. Edisi ke-10. Singapore: McGraw Hill. h. 625-6.

Munasir Z, Matondang CS, Siregar SP, Sujoko D, Akib AAP, Djer MM, Rompas SD, 1999. Pemeriksaan titer antibodi campak pada anak usia sekolah di Jakarta. Dalam: Firmansyah A, Trihono PP, Oswari H, Nurhamzah W, Darmawan BS, editor. Buku Abstrak Konika XI Jakarta. Jakarta: Ikatan DokterAnak Indonesia Pusat h. 33.

Nammi S, Koka S, Chinnala KM and Boini KM, 2004. Obesity : an overview on its current perspective and treatment options. Diunduh dari http://www.nutritionj.com/content/3/1/3 pada tanggal 4 Desember 2006.

Nasar SS, 1995. Obesitas pada anak. Aspek klinis dan pencegahan. Dalam: Samsudin, Nasar SS, Sjarif DR, editor. Naskah lengkap PKB-IKA XXXV. Masalah gizi ganda dan tumbuh kembang anak. Jakarta: Bina Rupa Aksara. h. 68-81.

67

Nead KG, Halterman JS, Kaczorowski JM, dkk, 2004. Overweight children and adolescent: a risk group for iron deficiency. Pediatrics; 114:104-108.

Papania M, 2005. Measles (Rubeola). Dalam: CDC. Prevention of Specific Infectious Diseases. Diunduh dari http://www.cdc.gov pada tanggal 2 April 2006.

Paunio M, Hedman K, Davidkin I, Valle M, Heinonen OP, Leinikki P, Salmi A, Peltola H, 2000. Secondary measles vaccine failures identified by measurement of IgG avidity: high occurence among teenagers vaccinated at young age. Epidemiol Infect;124(2):263-71.

Piatek A dan Weaver KA, 1999. Childhood obesity. Dalam: Samour, ed. Handbook of pediatric nutrition. Gaithersburg: An Aspen Publication. H 173-89.

Poland GA, Jacobson RM, Thampy AM, Coulborne A, 1997. Measles reimmunization in children seronegative after initial immunization. JAMA;277:1156-8.

Ramman RP, 2002. Obesity and health risk. Journal of the American College of Nutrition; 21(2):134s-9s.

Redd SC, Markowitz LE, Katz SL, 1999. Measles vaccine. Dalam: Plotkin SA, Orenstein WA. Vaccines. Edisi ke-3. Philadelphia: Saunders. h. 222-67.

Redjeki S, 2002. Faktor yang mempengaruhi titer IgG campak pasca imunisasi. Surabaya: Lab/SMF Ilmu Kesehatan Anak FK UNAIR/RSUD Dr. Soetomo. h.49-86.

Reilly JJ, Wilson ML, Summerbell CD, Wilson DC, 2002. Obesity: diagnosis, and treatment; evidence based answer to common questions. Arch Dis Child; 86:392-5.

Roesmil K,Tanuwijaya S, Fadlyana E, 2000. Titer antibodi campak 7 tahun pasca imunisasi dengan vaksin CAM 70. Palembang: MKB; 32:116-22.

Salimo H, 2006. Manifestasi klinis, profil serologis dan genotip virus campak di Jawa (suatu pendekatan serologis dan epidemiologi molekuler) (Disertasi doktoral). Program Pascasarjana Universitas Airlangga Surabaya.

Sjarif DR, 2002. Obesitas pada anak dan permasalahannya. Dalam: Trihono PP, S. Purnamawati, Sjarif DR, penyunting. PKB-IKA XLV. Hot Topics in Pediatrics II. Jakarta: Bina Rupa Aksara. h. 219-34.

Soegeng S, 2001. Campak. Dalam: IGN Ranuh, Soeyitno H, Hadinegoro SRS, Kartasasmita C, editor. Buku Imunisasi di Indonesia. Edisi ke-1. Jakarta: Satgas Imunisasi IDAI. h. 105-9.

68

Suwarti S, Ance MD, Sri Martuti, dkk, 2000. Hubungan antara anemi dan status besi dengan status imunitas pada anak yang mendapat vaksinasi campak. Penel Gizi Makan; 23:80-85.

Whittle HC, Aaby P, Samb B, Jensen H, bennet J, Simondon F, 1999. Effect of subclinical infection on maintaining immunity againts measles in vaccinated children in west africa. Lancet;253:98-102.

WHO Initiative for Vaccine Research (IVR), 2005. Measles. Diunduh dari http:// www.cdc.gov pada 5 Mei 2005.

Wisse BE, 2004. The inflammatory syndrome: the role of adipose tissue cytokines in metabolic disorders linked to obesity. J Am Soc Nephrol;15(11):2792-800.

69

Lampiran 1

KUESIONER PENELITIAN

IgG CAMPAK PADA ANAK SD Kode Sampel : ......................

I. Identitas

1. Nama : ........................................................................

2. Tanggal lahir : (dd/mm/yy)

3. Jenis kelamin : 0. laki-laki/ 1. perempuan

4. Alamat : ........................................................................

........................................................................

II. iwayat anak

1. BB sekarang : ...........kg ,

2. TB sekarang : ...........m ,

3. IMT : ...........kg/m2 ,

4. Sakit campak : 0. ya 1.tidak 2. tidak tahu

5. Terpajan campak : 0. ya 1.tidak 2.tidak tahu

6. Imunisasi campak : 0. ya 1. tidak 2.tidak tahu

- jika ya, berapa kali : ........kali

7. Imunisasi MMR : 0. ya 1. tidak 2. tidak tahu

- jika ya, berapa kali : ........kali

III. Pemeriksaan laboratorium

Titer IgG campak : ..............mIU/ml ,

Rasio IgG campak : .............. ,

Interpretasi IgG campak : 0. negatif 1. borderline 2. positif

Kadar Hemoglobin : ..............g/dl ,

Pemeriksa

..................................................

70

71

72

73

74

75

76

Lampiran 3. Hasil pengolahan data dengan SPSS 10.00 Graph BMI antara kedua kelompok

Case Number

13121110987654321

Val

ue

30

20

10

BMI1

BMI2

Frequencies karakteristik

Statistics

26 26 26 26

0 0 0 0

10.819 42.2885 1.4042 21.3696

11.150 39.7500 1.4050 21.8200

11.2a 26.50a 1.29a 13.31a

.881 10.8140 8.462E-02 4.0979

.777 116.9435 7.161E-03 16.7931

-.522 .265 -.243 -.160

.456 .456 .456 .456

-.627 -.985 -.532 -1.191

.887 .887 .887 .887

8.9 26.50 1.24 13.31

12.3 64.50 1.55 27.56

Valid

Missing

N

Mean

Median

Mode

Std. Deviation

Variance

Skewness

Std. Error of Skewness

Kurtosis

Std. Error of Kurtosis

Minimum

Maximum

UMURHIT BB TB BMI

Multiple modes exist. The smallest value is showna.

Frequency Table

77

UMURHIT

1 3.8 3.8 3.8

1 3.8 3.8 7.7

2 7.7 7.7 15.4

1 3.8 3.8 19.2

1 3.8 3.8 23.1

1 3.8 3.8 26.9

1 3.8 3.8 30.8

1 3.8 3.8 34.6

2 7.7 7.7 42.3

2 7.7 7.7 50.0

3 11.5 11.5 61.5

3 11.5 11.5 73.1

3 11.5 11.5 84.6

2 7.7 7.7 92.3

1 3.8 3.8 96.2

1 3.8 3.8 100.0

26 100.0 100.0

8.9

9.5

9.6

9.7

9.8

10.1

10.3

10.5

10.7

11.1

11.2

11.3

11.5

11.7

12.0

12.3

Total

ValidFrequency Percent Valid Percent

CumulativePercent

78

BB

2 7.7 7.7 7.7

1 3.8 3.8 11.5

1 3.8 3.8 15.4

1 3.8 3.8 19.2

1 3.8 3.8 23.1

1 3.8 3.8 26.9

1 3.8 3.8 30.8

1 3.8 3.8 34.6

2 7.7 7.7 42.3

1 3.8 3.8 46.2

1 3.8 3.8 50.0

1 3.8 3.8 53.8

1 3.8 3.8 57.7

1 3.8 3.8 61.5

1 3.8 3.8 65.4

1 3.8 3.8 69.2

1 3.8 3.8 73.1

1 3.8 3.8 76.9

1 3.8 3.8 80.8

1 3.8 3.8 84.6

1 3.8 3.8 88.5

2 7.7 7.7 96.2

1 3.8 3.8 100.0

26 100.0 100.0

26.50

28.00

29.50

31.00

32.50

34.00

35.00

36.00

37.00

39.00

39.50

40.00

44.50

45.50

46.50

47.00

50.50

51.50

53.50

55.50

56.00

56.50

64.50

Total

ValidFrequency Percent Valid Percent

CumulativePercent

79

TB

1 3.8 3.8 3.8

1 3.8 3.8 7.7

2 7.7 7.7 15.4

1 3.8 3.8 19.2

1 3.8 3.8 23.1

2 7.7 7.7 30.8

2 7.7 7.7 38.5

1 3.8 3.8 42.3

2 7.7 7.7 50.0

1 3.8 3.8 53.8

1 3.8 3.8 57.7

2 7.7 7.7 65.4

2 7.7 7.7 73.1

1 3.8 3.8 76.9

2 7.7 7.7 84.6

1 3.8 3.8 88.5

2 7.7 7.7 96.2

1 3.8 3.8 100.0

26 100.0 100.0

1.24

1.25

1.29

1.31

1.32

1.37

1.38

1.39

1.40

1.41

1.42

1.43

1.45

1.46

1.48

1.50

1.53

1.55

Total

ValidFrequency Percent Valid Percent

CumulativePercent

BMI

1 3.8 3.8 3.8

1 3.8 3.8 7.7

1 3.8 3.8 11.5

1 3.8 3.8 15.4

1 3.8 3.8 19.2

1 3.8 3.8 23.1

1 3.8 3.8 26.9

1 3.8 3.8 30.8

1 3.8 3.8 34.6

1 3.8 3.8 38.5

1 3.8 3.8 42.3

1 3.8 3.8 46.2

1 3.8 3.8 50.0

1 3.8 3.8 53.8

1 3.8 3.8 57.7

1 3.8 3.8 61.5

1 3.8 3.8 65.4

1 3.8 3.8 69.2

1 3.8 3.8 73.1

1 3.8 3.8 76.9

1 3.8 3.8 80.8

1 3.8 3.8 84.6

1 3.8 3.8 88.5

1 3.8 3.8 92.3

1 3.8 3.8 96.2

1 3.8 3.8 100.0

26 100.0 100.0

13.31

15.05

16.27

17.20

17.64

17.89

18.13

18.67

18.68

18.70

18.78

19.37

20.15

23.49

23.57

23.71

23.72

24.19

24.42

25.00

25.11

25.28

25.57

26.90

27.25

27.56

Total

ValidFrequency Percent Valid Percent

CumulativePercent

80

Histogram

UMURHIT

12.5012.0011.5011.0010.5010.009.509.00

UMURHIT

Fre

que

ncy

10

8

6

4

2

0

Std. Dev = .88

Mean = 10.82

N = 26.00

BB

65.060.055.050.045.040.035.030.025.0

BB

Fre

que

ncy

7

6

5

4

3

2

1

0

Std. Dev = 10.81

Mean = 42.3

N = 26.00

81

TB

1.551.501.451.401.351.301.25

TB

Fre

quen

cy

8

6

4

2

0

Std. Dev = .08

Mean = 1.40

N = 26.00

BMI

28.026.024.022.020.018.016.014.0

BMI

Fre

quen

cy

10

8

6

4

2

0

Std. Dev = 4.10

Mean = 21.4

N = 26.00

82

Frequencies

Statistics

JKELAMIN26

0

Valid

Missing

N

JKELAMIN

14 53.8 53.8 53.8

12 46.2 46.2 100.0

26 100.0 100.0

laki-laki

perempuan

Total

ValidFrequency Percent Valid Percent

CumulativePercent

Frequencies kelompok obesitas

Statistics

13 13 13 13

0 0 0 0

10.838 50.5769 1.4246 25.0592

11.100 51.5000 1.4500 25.0000

11.1a 56.50 1.45a 23.49a

.880 7.7509 8.666E-02 1.4206

.774 60.0769 7.510E-03 2.0180

-.272 -.219 -.744 .673

.616 .616 .616 .616

-.943 -.271 -.087 -.814

1.191 1.191 1.191 1.191

9.5 37.00 1.25 23.49

12.3 64.50 1.53 27.56

Valid

Missing

N

Mean

Median

Mode

Std. Deviation

Variance

Skewness

Std. Error of Skewness

Kurtosis

Std. Error of Kurtosis

Minimum

Maximum

UMURHIT BB TB BMI

Multiple modes exist. The smallest value is showna.

83

UMURHIT

1 7.7 7.7 7.7

1 7.7 7.7 15.4

1 7.7 7.7 23.1

1 7.7 7.7 30.8

1 7.7 7.7 38.5

2 15.4 15.4 53.8

1 7.7 7.7 61.5

2 15.4 15.4 76.9

1 7.7 7.7 84.6

1 7.7 7.7 92.3

1 7.7 7.7 100.0

13 100.0 100.0

9.5

9.6

9.7

10.1

10.5

11.1

11.2

11.3

11.5

11.7

12.3

Total

ValidFrequency Percent Valid Percent

CumulativePercent

BB

1 7.7 7.7 7.7

1 7.7 7.7 15.4

1 7.7 7.7 23.1

1 7.7 7.7 30.8

1 7.7 7.7 38.5

1 7.7 7.7 46.2

1 7.7 7.7 53.8

1 7.7 7.7 61.5

1 7.7 7.7 69.2

1 7.7 7.7 76.9

2 15.4 15.4 92.3

1 7.7 7.7 100.0

13 100.0 100.0

37.00

39.00

44.50

45.50

47.00

50.50

51.50

53.50

55.50

56.00

56.50

64.50

Total

ValidFrequency Percent Valid Percent

CumulativePercent

84

TB

1 7.7 7.7 7.7

1 7.7 7.7 15.4

1 7.7 7.7 23.1

1 7.7 7.7 30.8

1 7.7 7.7 38.5

1 7.7 7.7 46.2

2 15.4 15.4 61.5

2 15.4 15.4 76.9

1 7.7 7.7 84.6

2 15.4 15.4 100.0

13 100.0 100.0

1.25

1.29

1.37

1.38

1.39

1.42

1.45

1.48

1.50

1.53

Total

ValidFrequency Percent Valid Percent

CumulativePercent

BMI

1 7.7 7.7 7.7

1 7.7 7.7 15.4

1 7.7 7.7 23.1

1 7.7 7.7 30.8

1 7.7 7.7 38.5

1 7.7 7.7 46.2

1 7.7 7.7 53.8

1 7.7 7.7 61.5

1 7.7 7.7 69.2

1 7.7 7.7 76.9

1 7.7 7.7 84.6

1 7.7 7.7 92.3

1 7.7 7.7 100.0

13 100.0 100.0

23.49

23.57

23.71

23.72

24.19

24.42

25.00

25.11

25.28

25.57

26.90

27.25

27.56

Total

ValidFrequency Percent Valid Percent

CumulativePercent

85

Frequencies kelompok non-obesitas

Statistics

13 13 13 13

0 0 0 0

10.800 34.0000 1.3838 17.6800

11.200 34.0000 1.4000 18.1300

10.7a 26.50 1.40a 13.31a

.918 5.8914 8.068E-02 1.8634

.843 34.7083 6.509E-03 3.4723

-.803 .573 .147 -1.221

.616 .616 .616 .616

-.148 .061 .491 1.407

1.191 1.191 1.191 1.191

8.9 26.50 1.24 13.31

12.0 46.50 1.55 20.15

Valid

Missing

N

Mean

Median

Mode

Std. Deviation

Variance

Skewness

Std. Error of Skewness

Kurtosis

Std. Error of Kurtosis

Minimum

Maximum

UMURHIT BB TB BMI

Multiple modes exist. The smallest value is showna.

Frequency Table kelompok non-obesitas

UMURHIT

1 7.7 7.7 7.7

1 7.7 7.7 15.4

1 7.7 7.7 23.1

1 7.7 7.7 30.8

2 15.4 15.4 46.2

2 15.4 15.4 61.5

1 7.7 7.7 69.2

2 15.4 15.4 84.6

1 7.7 7.7 92.3

1 7.7 7.7 100.0

13 100.0 100.0

8.9

9.6

9.8

10.3

10.7

11.2

11.3

11.5

11.7

12.0

Total

ValidFrequency Percent Valid Percent

CumulativePercent

86

BB

2 15.4 15.4 15.4

1 7.7 7.7 23.1

1 7.7 7.7 30.8

1 7.7 7.7 38.5

1 7.7 7.7 46.2

1 7.7 7.7 53.8

1 7.7 7.7 61.5

1 7.7 7.7 69.2

1 7.7 7.7 76.9

1 7.7 7.7 84.6

1 7.7 7.7 92.3

1 7.7 7.7 100.0

13 100.0 100.0

26.50

28.00

29.50

31.00

32.50

34.00

35.00

36.00

37.00

39.50

40.00

46.50

Total

ValidFrequency Percent Valid Percent

CumulativePercent

TB

1 7.7 7.7 7.7

1 7.7 7.7 15.4

1 7.7 7.7 23.1

1 7.7 7.7 30.8

1 7.7 7.7 38.5

1 7.7 7.7 46.2

2 15.4 15.4 61.5

1 7.7 7.7 69.2

2 15.4 15.4 84.6

1 7.7 7.7 92.3

1 7.7 7.7 100.0

13 100.0 100.0

1.24

1.29

1.31

1.32

1.37

1.38

1.40

1.41

1.43

1.46

1.55

Total

ValidFrequency Percent Valid Percent

CumulativePercent

87

BMI

1 7.7 7.7 7.7

1 7.7 7.7 15.4

1 7.7 7.7 23.1

1 7.7 7.7 30.8

1 7.7 7.7 38.5

1 7.7 7.7 46.2

1 7.7 7.7 53.8

1 7.7 7.7 61.5

1 7.7 7.7 69.2

1 7.7 7.7 76.9

1 7.7 7.7 84.6

1 7.7 7.7 92.3

1 7.7 7.7 100.0

13 100.0 100.0

13.31

15.05

16.27

17.20

17.64

17.89

18.13

18.67

18.68

18.70

18.78

19.37

20.15

Total

ValidFrequency Percent Valid Percent

CumulativePercent

Crosstabs kedua kelompok menurut jenis kelamin

Case Processing Summary

26 100.0% 0 .0% 26 100.0%JKELAMIN * OBESN Percent N Percent N Percent

Valid Missing Total

Cases

88

JKELAMIN * OBES Crosstabulation

7 7 14

53.8% 53.8% 53.8%

6 6 12

46.2% 46.2% 46.2%

13 13 26

100.0% 100.0% 100.0%

Count

% within OBES

Count

% within OBES

Count

% within OBES

laki-laki

perempuan

JKELAMIN

Total

obes tidak obes

OBES

Total

Chi-Square Tests

.000b 1 1.000

.000 1 1.000

.000 1 1.000

1.000 .652

.000 1 1.000

26

Pearson Chi-Square

Continuity Correctiona

Likelihood Ratio

Fisher's Exact Test

Linear-by-LinearAssociation

N of Valid Cases

Value dfAsymp. Sig.

(2-sided)Exact Sig.(2-sided)

Exact Sig.(1-sided)

Computed only for a 2x2 tablea.

0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is6.00.

b.

T-Test karakteristik demografi kedua kelompok

89

Paired Samples Statistics

10.800 13 .918 .255

10.8385 13 .8799 .2440

34.0000 13 5.8914 1.6340

50.5769 13 7.7509 2.1497

1.3838 13 8.068E-02 2.238E-02

1.4246 13 8.666E-02 2.404E-02

17.6800 13 1.8634 .5168

25.0592 13 1.4206 .3940

UMURHIT1

UMURHIT2

Pair1

BB1

BB2

Pair2

TB1

TB2

Pair3

BMI1

BMI2

Pair4

Mean N Std. DeviationStd. Error

Mean

Paired Samples Correlations

13 .885 .000

13 .151 .623

13 .219 .472

13 -.220 .471

UMURHIT1 & UMURHIT2Pair 1

BB1 & BB2Pair 2

TB1 & TB2Pair 3

BMI1 & BMI2Pair 4

N Correlation Sig.

Paired Samples Test

-3.85E-02 .4331 .1201 -.3002 .2233 -.320 12 .754

-16.5769 9.0020 2.4967 -22.0168 -11.1371 -6.640 12 .000

-4.08E-02 .1047 2.903E-02 -.1040 2.249E-02 -1.404 12 .186

-7.3792 2.5795 .7154 -8.9380 -5.8205 -10.315 12 .000

UMURHIT1 - UMURHIT2Pair 1

BB1 - BB2Pair 2

TB1 - TB2Pair 3

BMI1 - BMI2Pair 4

Mean Std. DeviationStd. Error

Mean Lower Upper

95% ConfidenceInterval of the

Difference

Paired Differences

t df Sig. (2-tailed)

Frequencies karakteristik subjek terhadap paparan virus campak

Statistics

26 26 26 26 26

0 0 0 0 0

Valid

Missing

NSAKIT TPAJAN IMUNCMP IMUNMMR FPAPARAN

90

Frequency Table total kedua kelompok

SAKIT

3 11.5 11.5 11.5

12 46.2 46.2 57.7

11 42.3 42.3 100.0

26 100.0 100.0

ya

tidak

lupa/tidak tahu

Total

ValidFrequency Percent Valid Percent

CumulativePercent

TPAJAN

2 7.7 7.7 7.7

10 38.5 38.5 46.2

14 53.8 53.8 100.0

26 100.0 100.0

ya

tidak

lupa/tidak tahu

Total

ValidFrequency Percent Valid Percent

CumulativePercent

IMUNCMP

18 69.2 69.2 69.2

8 30.8 30.8 100.0

26 100.0 100.0

ya

lupa/tidak tahu

Total

ValidFrequency Percent Valid Percent

CumulativePercent

IMUNMMR

1 3.8 3.8 3.8

13 50.0 50.0 53.8

12 46.2 46.2 100.0

26 100.0 100.0

ya

tidak

lupa/tidak tahu

Total

ValidFrequency Percent Valid Percent

CumulativePercent

FPAPARAN

8 30.8 30.8 30.8

10 38.5 38.5 69.2

7 26.9 26.9 96.2

1 3.8 3.8 100.0

26 100.0 100.0

0

1

2

3

Total

ValidFrequency Percent Valid Percent

CumulativePercent

91

Frequencies kedua kelompok terhadap frekuensi imunisasi campak

Statistics

FIMCMP18

0

Valid

Missing

N

FIMCMP

15 83.3 83.3 83.3

3 16.7 16.7 100.0

18 100.0 100.0

1

2

Total

ValidFrequency Percent Valid Percent

CumulativePercent

Frequencies kedua kelompok terhadap frekuensi imunisasi MMR

Statistics

FIMMMR1

0

Valid

Missing

N

FIMMMR

1 100.0 100.0 100.01ValidFrequency Percent Valid Percent

CumulativePercent

Crosstabs terhadap paparan virus campak

92

Case Processing Summary

26 100.0% 0 .0% 26 100.0%

26 100.0% 0 .0% 26 100.0%

26 100.0% 0 .0% 26 100.0%

26 100.0% 0 .0% 26 100.0%

26 100.0% 0 .0% 26 100.0%

SAKIT * OBES

TPAJAN * OBES

IMUNCMP * OBES

IMUNMMR * OBES

FPAPARAN * OBES

N Percent N Percent N Percent

Valid Missing Total

Cases

SAKIT * OBES Crosstabulation

1 2 3

7.7% 15.4% 11.5%

5 7 12

38.5% 53.8% 46.2%

7 4 11

53.8% 30.8% 42.3%

13 13 26

100.0% 100.0% 100.0%

Count

% within OBES

Count

% within OBES

Count

% within OBES

Count

% within OBES

ya

tidak

lupa/tidak tahu

SAKIT

Total

obes tidak obes

OBES

Total

TPAJAN * OBES Crosstabulation

2 2

15.4% 7.7%

4 6 10

30.8% 46.2% 38.5%

7 7 14

53.8% 53.8% 53.8%

13 13 26

100.0% 100.0% 100.0%

Count

% within OBES

Count

% within OBES

Count

% within OBES

Count

% within OBES

ya

tidak

lupa/tidak tahu

TPAJAN

Total

obes tidak obes

OBES

Total

IMUNCMP * OBES Crosstabulation

8 10 18

61.5% 76.9% 69.2%

5 3 8

38.5% 23.1% 30.8%

13 13 26

100.0% 100.0% 100.0%

Count

% within OBES

Count

% within OBES

Count

% within OBES

ya

lupa/tidak tahu

IMUNCMP

Total

obes tidak obes

OBES

Total

93

IMUNMMR * OBES Crosstabulation

1 1

7.7% 3.8%

5 8 13

38.5% 61.5% 50.0%

7 5 12

53.8% 38.5% 46.2%

13 13 26

100.0% 100.0% 100.0%

Count

% within OBES

Count

% within OBES

Count

% within OBES

Count

% within OBES

ya

tidak

lupa/tidak tahu

IMUNMMR

Total

obes tidak obes

OBES

Total

FPAPARAN * OBES Crosstabulation

5 3 8

38.5% 23.1% 30.8%

3 7 10

23.1% 53.8% 38.5%

4 3 7

30.8% 23.1% 26.9%

1 1

7.7% 3.8%

13 13 26

100.0% 100.0% 100.0%

Count

% within OBES

Count

% within OBES

Count

% within OBES

Count

% within OBES

Count

% within OBES

0

1

2

3

FPAPARAN

Total

obes tidak obes

OBES

Total

T-Test

94

Paired Samples Statistics

2201.300 13 1467.717 407.071

2502.1231 13 1834.7077 508.8564

8.8052 13 5.8709 1.6283

10.0085 13 7.3388 2.0354

TITERIG1

TITERIG2

Pair1

RATIO1

RATIO2

Pair2

Mean N Std. DeviationStd. Error

Mean

Paired Samples Correlations

13 -.465 .110

13 -.465 .110

TITERIG1 & TITERIG2Pair 1

RATIO1 & RATIO2Pair 2

N Correlation Sig.

Paired Samples Test

-300.8231 2832.3907 785.5638 -2012.42 1410.7735 -.383 12 .708

-1.2033 11.3296 3.1423 -8.0497 5.6431 -.383 12 .708

TITERIG1 - TITERIG2Pair 1

RATIO1 - RATIO2Pair 2

Mean Std. DeviationStd. Error

Mean Lower Upper

95% ConfidenceInterval of the

Difference

Paired Differences

t df Sig. (2-tailed)

Frequencies titer IgG sbg syarat uji t berpasangan

Statistics

26 26

0 0

2351.712 9.4068

2262.000 9.0480

1635.021 6.5401

2673294 42.7727

.655 .655

.456 .456

-.125 -.125

.887 .887

71.6 .29

5873.0 23.49

Valid

Missing

N

Mean

Median

Std. Deviation

Variance

Skewness

Std. Error of Skewness

Kurtosis

Std. Error of Kurtosis

Minimum

Maximum

TITERIGG RATIO

Frequency Table

95

TITERIGG

1 3.8 3.8 3.8

1 3.8 3.8 7.7

1 3.8 3.8 11.5

1 3.8 3.8 15.4

1 3.8 3.8 19.2

1 3.8 3.8 23.1

1 3.8 3.8 26.9

1 3.8 3.8 30.8

1 3.8 3.8 34.6

1 3.8 3.8 38.5

1 3.8 3.8 42.3

1 3.8 3.8 46.2

1 3.8 3.8 50.0

2 7.7 7.7 57.7

1 3.8 3.8 61.5

1 3.8 3.8 65.4

1 3.8 3.8 69.2

1 3.8 3.8 73.1

1 3.8 3.8 76.9

1 3.8 3.8 80.8

1 3.8 3.8 84.6

1 3.8 3.8 88.5

1 3.8 3.8 92.3

1 3.8 3.8 96.2

1 3.8 3.8 100.0

26 100.0 100.0

71.6

212.9

379.3

388.4

728.6

923.7

1046.0

1205.0

1445.0

1550.0

1840.0

1926.0

2099.0

2425.0

2611.0

2779.0

2906.0

3042.0

3101.0

3169.0

3991.0

4313.0

4848.0

5846.0

5873.0

Total

ValidFrequency Percent Valid Percent

CumulativePercent

96

RATIO

1 3.8 3.8 3.8

1 3.8 3.8 7.7

1 3.8 3.8 11.5

1 3.8 3.8 15.4

1 3.8 3.8 19.2

1 3.8 3.8 23.1

1 3.8 3.8 26.9

1 3.8 3.8 30.8

1 3.8 3.8 34.6

1 3.8 3.8 38.5

1 3.8 3.8 42.3

1 3.8 3.8 46.2

1 3.8 3.8 50.0

2 7.7 7.7 57.7

1 3.8 3.8 61.5

1 3.8 3.8 65.4

1 3.8 3.8 69.2

1 3.8 3.8 73.1

1 3.8 3.8 76.9

1 3.8 3.8 80.8

1 3.8 3.8 84.6

1 3.8 3.8 88.5

1 3.8 3.8 92.3

1 3.8 3.8 96.2

1 3.8 3.8 100.0

26 100.0 100.0

.29

.85

1.52

1.55

2.91

3.69

4.18

4.82

5.78

6.20

7.36

7.70

8.40

9.70

10.44

11.12

11.62

12.17

12.40

12.68

15.96

17.25

19.39

23.38

23.49

Total

ValidFrequency Percent Valid Percent

CumulativePercent

97

Histogram

TITERIGG

6000.0

5500.0

5000.0

4500.0

4000.0

3500.0

3000.0

2500.0

2000.0

1500.0

1000.0

500.0

0.0

TITERIGG

Fre

quen

cy

6

5

4

3

2

1

0

Std. Dev = 1635.02

Mean = 2351.7

N = 26.00

RATIO

22.520.017.515.012.510.07.55.02.50.0

RATIO

Fre

quen

cy

5

4

3

2

1

0

Std. Dev = 6.54

Mean = 9.4

N = 26.00

Crosstabs interpretasi IgG campak

98

Case Processing Summary

26 100.0% 0 .0% 26 100.0%INTRPRT * OBESN Percent N Percent N Percent

Valid Missing Total

Cases

INTRPRT * OBES Crosstabulation

1 1

7.7% 3.8%

1 1

7.7% 3.8%

12 12 24

92.3% 92.3% 92.3%

13 13 26

100.0% 100.0% 100.0%

Count

% within OBES

Count

% within OBES

Count

% within OBES

Count

% within OBES

negatif

borderline

positif

INTRPRT

Total

obes tidak obes

OBES

Total

Chi-Square Tests

2.000a 2 .368

2.773 2 .250

.207 1 .649

26

Pearson Chi-Square

Likelihood Ratio

Linear-by-LinearAssociation

N of Valid Cases

Value dfAsymp. Sig.

(2-sided)

4 cells (66.7%) have expected count less than 5. Theminimum expected count is .50.

a.

99

Graph titer IgG campak kedua kelompok (merah=non-obes, hijau=obes)

Case Number

13121110987654321

Val

ue

7000

6000

5000

4000

3000

2000

1000

0

TITERIG1

TITERIG2

T-Test

Paired Samples Statistics

13.7923 13 .9106 .2525

14.4692 13 .8664 .2403

HB1

HB2

Pair1

Mean N Std. DeviationStd. Error

Mean

Paired Samples Correlations

13 .222 .467HB1 & HB2Pair 1N Correlation Sig.

Paired Samples Test

-.6769 1.1092 .3076 -1.3472 -6.66E-03 -2.200 12 .048HB1 - HB2Pair 1Mean Std. Deviation

Std. ErrorMean Lower Upper

95% ConfidenceInterval of the

Difference

Paired Differences

t df Sig. (2-tailed)

Frequencies kadar Hb untuk uji t berpasangan

100

Statistics

HB26

0

14.1308

14.0500

14.80

.9367

-.311

.456

-.072

.887

11.90

15.70

Valid

Missing

N

Mean

Median

Mode

Std. Deviation

Skewness

Std. Error of Skewness

Kurtosis

Std. Error of Kurtosis

Minimum

Maximum

HB

1 3.8 3.8 3.8

1 3.8 3.8 7.7

1 3.8 3.8 11.5

1 3.8 3.8 15.4

1 3.8 3.8 19.2

2 7.7 7.7 26.9

1 3.8 3.8 30.8

1 3.8 3.8 34.6

2 7.7 7.7 42.3

1 3.8 3.8 46.2

1 3.8 3.8 50.0

1 3.8 3.8 53.8

2 7.7 7.7 61.5

1 3.8 3.8 65.4

1 3.8 3.8 69.2

3 11.5 11.5 80.8

1 3.8 3.8 84.6

1 3.8 3.8 88.5

1 3.8 3.8 92.3

2 7.7 7.7 100.0

26 100.0 100.0

11.90

12.60

13.00

13.20

13.30

13.50

13.60

13.70

13.80

13.90

14.00

14.10

14.50

14.60

14.70

14.80

14.90

15.10

15.40

15.70

Total

ValidFrequency Percent Valid Percent

CumulativePercent

101

HB

15.5015.0014.5014.0013.5013.0012.5012.00

HB

Fre

quen

cy

6

5

4

3

2

1

0

Std. Dev = .94

Mean = 14.13

N = 26.00

Graph kadar Hb kedua kelompok (merah=non-obes, hijau=obes)

Case Number

13121110987654321

Val

ue

16

15

14

13

12

11

HB1

HB2

102

Frequencies anemia total

Statistics

ANEMIA26

0

Valid

Missing

N

ANEMIA

1 3.8 3.8 3.8

25 96.2 96.2 100.0

26 100.0 100.0

anemia

normal

Total

ValidFrequency Percent Valid Percent

CumulativePercent

Crosstabs anemia pada kedua kelompok

Case Processing Summary

26 100.0% 0 .0% 26 100.0%ANEMIA * OBESN Percent N Percent N Percent

Valid Missing Total

Cases

ANEMIA * OBES Crosstabulation

1 1

7.7% 3.8%

13 12 25

100.0% 92.3% 96.2%

13 13 26

100.0% 100.0% 100.0%

Count

% within OBES

Count

% within OBES

Count

% within OBES

anemia

normal

ANEMIA

Total

obes tidak obes

OBES

Total

Crosstabs umurkat dengan titerkat

103

Case Processing Summary

26 100.0% 0 .0% 26 100.0%UMURKAT * TITERKATN Percent N Percent N Percent

Valid Missing Total

Cases

UMURKAT * TITERKAT Crosstabulation

Count

6 7 13

7 6 13

13 13 26

<11.15

>=11.15

UMURKAT

Total

<2262 >=2262

TITERKAT

Total

Chi-Square Tests

.154b 1 .695

.000 1 1.000

.154 1 .695

1.000 .500

.148 1 .701

26

Pearson Chi-Square

Continuity Correctiona

Likelihood Ratio

Fisher's Exact Test

Linear-by-LinearAssociation

N of Valid Cases

Value dfAsymp. Sig.

(2-sided)Exact Sig.(2-sided)

Exact Sig.(1-sided)

Computed only for a 2x2 tablea.

0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is6.50.

b.

Risk Estimate

.735 .157 3.434

.857 .396 1.857

1.167 .538 2.528

26

Odds Ratio for UMURKAT(<11.15 / >=11.15)

For cohort TITERKAT =<2262

For cohort TITERKAT =>=2262

N of Valid Cases

Value Lower Upper

95% ConfidenceInterval

Crosstabs jkelamin dengan titerkat

104

Case Processing Summary

26 100.0% 0 .0% 26 100.0%JKELAMIN * TITERKATN Percent N Percent N Percent

Valid Missing Total

Cases

JKELAMIN * TITERKAT Crosstabulation

Count

6 8 14

7 5 12

13 13 26

laki-laki

perempuan

JKELAMIN

Total

<2262 >=2262

TITERKAT

Total

Chi-Square Tests

.619b 1 .431

.155 1 .694

.622 1 .430

.695 .348

.595 1 .440

26

Pearson Chi-Square

Continuity Correctiona

Likelihood Ratio

Fisher's Exact Test

Linear-by-LinearAssociation

N of Valid Cases

Value dfAsymp. Sig.

(2-sided)Exact Sig.(2-sided)

Exact Sig.(1-sided)

Computed only for a 2x2 tablea.

0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is6.00.

b.

Risk Estimate

.536 .112 2.553

.735 .340 1.588

1.371 .611 3.079

26

Odds Ratio for JKELAMIN(laki-laki / perempuan)

For cohort TITERKAT =<2262

For cohort TITERKAT =>=2262

N of Valid Cases

Value Lower Upper

95% ConfidenceInterval

Logistic Regression faktor obesitas

105

Case Processing Summary

26 100.0

0 .0

26 100.0

0 .0

26 100.0

Unweighted Casesa

Included in Analysis

Missing Cases

Total

Selected Cases

Unselected Cases

Total

N Percent

If weight is in effect, see classification table for the totalnumber of cases.

a.

Dependent Variable Encoding

0

1

Original Value<2262

>=2262

Internal Value

Categorical Variables Codings

13 1.000

13 .000

obes

tidak obes

OBESFrequency (1)

Parameter coding

Block 0: Beginning Block

Classification Tablea,b

0 13 .0

0 13 100.0

50.0

Observed<2262

>=2262

TITERKAT

Overall Percentage

Step 0<2262 >=2262

TITERKAT PercentageCorrect

Predicted

Constant is included in the model.a.

The cut value is .500b.

Variables in the Equation

.000 .392 .000 1 1.000 1.000ConstantStep 0B S.E. Wald df Sig. Exp(B)

Variables not in the Equation

.154 1 .695

.154 1 .695

OBES(1)Variables

Overall Statistics

Step 0Score df Sig.

Block 1: Method = Enter

106

Omnibus Tests of Model Coefficients

.154 1 .695

.154 1 .695

.154 1 .695

Step

Block

Model

Step 1Chi-square df Sig.

Model Summary

35.890 .006 .008Step1

-2 Loglikelihood

Cox & SnellR Square

NagelkerkeR Square

Classification Tablea

7 6 53.8

6 7 53.8

53.8

Observed<2262

>=2262

TITERKAT

Overall Percentage

Step 1<2262 >=2262

TITERKAT PercentageCorrect

Predicted

The cut value is .500a.

Variables in the Equation

.308 .787 .154 1 .695 1.361 .291 6.362

-.154 .556 .077 1 .782 .857

OBES(1)

Constant

Step1

a

B S.E. Wald df Sig. Exp(B) Lower Upper

95.0% C.I.for EXP(B)

Variable(s) entered on step 1: OBES.a.

Logistic Regression kadar hb>14,05

Case Processing Summary

26 100.0

0 .0

26 100.0

0 .0

26 100.0

Unweighted Casesa

Included in Analysis

Missing Cases

Total

Selected Cases

Unselected Cases

Total

N Percent

If weight is in effect, see classification table for the totalnumber of cases.

a.

107

Dependent Variable Encoding

0

1

Original Value<2262

>=2262

Internal Value

Categorical Variables Codings

13 .000

13 1.000

<14.05

>=14.05

HBKATFrequency (1)

Parameter coding

Block 0: Beginning Block

Classification Tablea,b

0 13 .0

0 13 100.0

50.0

Observed<2262

>=2262

TITERKAT

Overall Percentage

Step 0<2262 >=2262

TITERKAT PercentageCorrect

Predicted

Constant is included in the model.a.

The cut value is .500b.

Classification Tablea,b

0 13 .0

0 13 100.0

50.0

Observed<2262

>=2262

TITERKAT

Overall Percentage

Step 0<2262 >=2262

TITERKAT PercentageCorrect

Predicted

Constant is included in the model.a.

The cut value is .500b.

Variables in the Equation

.000 .392 .000 1 1.000 1.000ConstantStep 0B S.E. Wald df Sig. Exp(B)

Variables not in the Equation

.154 1 .695

.154 1 .695

HBKAT(1)Variables

Overall Statistics

Step 0Score df Sig.

Block 1: Method = Enter

108

Omnibus Tests of Model Coefficients

.154 1 .695

.154 1 .695

.154 1 .695

Step

Block

Model

Step 1Chi-square df Sig.

Model Summary

35.890 .006 .008Step1

-2 Loglikelihood

Cox & SnellR Square

NagelkerkeR Square

Classification Tablea

7 6 53.8

6 7 53.8

53.8

Observed<2262

>=2262

TITERKAT

Overall Percentage

Step 1<2262 >=2262

TITERKAT PercentageCorrect

Predicted

The cut value is .500a.

Variables in the Equation

.308 .787 .154 1 .695 1.361 .291 6.362

-.154 .556 .077 1 .782 .857

HBKAT(1)

Constant

Step1

a

B S.E. Wald df Sig. Exp(B) Lower Upper

95.0% C.I.for EXP(B)

Variable(s) entered on step 1: HBKAT.a.

Logistic Regression

109

Case Processing Summary

26 100.0

0 .0

26 100.0

0 .0

26 100.0

Unweighted Casesa

Included in Analysis

Missing Cases

Total

Selected Cases

Unselected Cases

Total

N Percent

If weight is in effect, see classification table for the totalnumber of cases.

a.

Dependent Variable Encoding

0

1

Original Value<2262

>=2262

Internal Value

Categorical Variables Codings

18 .000

8 1.000

<=1

>1

FPAPKATFrequency (1)

Parameter coding

Block 0: Beginning Block

Classification Tablea,b

0 13 .0

0 13 100.0

50.0

Observed<2262

>=2262

TITERKAT

Overall Percentage

Step 0<2262 >=2262

TITERKAT PercentageCorrect

Predicted

Constant is included in the model.a.

The cut value is .500b.

Variables in the Equation

.000 .392 .000 1 1.000 1.000ConstantStep 0B S.E. Wald df Sig. Exp(B)

Variables not in the Equation

6.500 1 .011

6.500 1 .011

FPAPKAT(1)Variables

Overall Statistics

Step 0Score df Sig.

Block 1: Method = Enter

110

Omnibus Tests of Model Coefficients

7.101 1 .008

7.101 1 .008

7.101 1 .008

Step

Block

Model

Step 1Chi-square df Sig.

Model Summary

28.943 .239 .319Step1

-2 Loglikelihood

Cox & SnellR Square

NagelkerkeR Square

Classification Tablea

12 1 92.3

6 7 53.8

73.1

Observed<2262

>=2262

TITERKAT

Overall Percentage

Step 1<2262 >=2262

TITERKAT PercentageCorrect

Predicted

The cut value is .500a.

Variables in the Equation

2.639 1.180 5.000 1 .025 14.000 1.385 141.485

-.693 .500 1.922 1 .166 .500

FPAPKAT(1)

Constant

Step1

a

B S.E. Wald df Sig. Exp(B) Lower Upper

95.0% C.I.for EXP(B)

Variable(s) entered on step 1: FPAPKAT.a.

Logistic Regression

111

Case Processing Summary

26 100.0

0 .0

26 100.0

0 .0

26 100.0

Unweighted Casesa

Included in Analysis

Missing Cases

Total

Selected Cases

Unselected Cases

Total

N Percent

If weight is in effect, see classification table for the totalnumber of cases.

a.

Dependent Variable Encoding

0

1

Original Value<2262

>=2262

Internal Value

Categorical Variables Codings

13 .000

13 1.000

13 .000

13 1.000

18 .000

8 1.000

obes

tidak obes

OBES

<14.05

>=14.05

HBKAT

<=1

>1

FPAPKAT

Frequency (1)

Parameter coding

Block 0: Beginning Block

112

Classification Tablea,b

0 13 .0

0 13 100.0

50.0

Observed<2262

>=2262

TITERKAT

Overall Percentage

Step 0<2262 >=2262

TITERKAT PercentageCorrect

Predicted

Constant is included in the model.a.

The cut value is .500b.

Variables in the Equation

.000 .392 .000 1 1.000 1.000ConstantStep 0B S.E. Wald df Sig. Exp(B)

Variables not in the Equation

6.500 1 .011

.154 1 .695

.154 1 .695

6.658 3 .084

FPAPKAT(1)

HBKAT(1)

OBES(1)

Variables

Overall Statistics

Step0

Score df Sig.

Block 1: Method = Enter

Omnibus Tests of Model Coefficients

7.310 3 .063

7.310 3 .063

7.310 3 .063

Step

Block

Model

Step 1Chi-square df Sig.

Model Summary

28.734 .245 .327Step1

-2 Loglikelihood

Cox & SnellR Square

NagelkerkeR Square

113

Classification Tablea

12 1 92.3

6 7 53.8

73.1

Observed<2262

>=2262

TITERKAT

Overall Percentage

Step 1<2262 >=2262

TITERKAT PercentageCorrect

Predicted

The cut value is .500a.

Variables in the Equation

2.671 1.199 4.963 1 .026 14.461 1.379 151.668

.415 .914 .206 1 .650 1.514 .252 9.091

.054 .921 .003 1 .953 1.056 .174 6.415

-.938 .884 1.127 1 .288 .391

FPAPKAT(1)

HBKAT(1)

OBES(1)

Constant

Step1

a

B S.E. Wald df Sig. Exp(B) Lower Upper

95.0% C.I.for EXP(B)

Variable(s) entered on step 1: FPAPKAT, HBKAT, OBES.a.

114

Lampiran 4

LEMBAR PERSETUJUAN

MENGIKUTI PENELITIAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini, ayah/ibu dari:

Nama : …………………………………………………..

Umur/BB : ……. tahun/ ….. kg

Jenis kelamin : laki-laki/perempuan

Alamat : …………………………………………………..

…………………………………………………..

…………………………………………………..

Menerangkan bahwa setelah mendapatkan keterangan yang jelas dan lengkap tentang

tujuan penelitian, menyatakan bersedia mengikuti penelitian dan tidak keberatan untuk

dilakukan pemeriksaan fisik dan laboratorium.

Surakarta, ……………… 2006 Yang memberi penjelasan Yang memberi pernyataan dr. Annang Giri Moelyo …………………………… Saksi …………………………

115

Page 30: [1] Formatted USER 4/15/2008 10:58:00 PM

Indent: Left: 1,27 cm, Tabs: 1,9 cm, List tab + Not at 8,25 cm

Page 30: [2] Deleted USER 4/15/2008 11:02:00 PM

Berdasarkan antropometris obesitas ditentukan berdasar tiga metode pengukuran

yaitu: perbandingan berat badan terukur dengan berat badan ideal berdasarkan tinggi

badan (BB/TB), pengukuran langsung lemak subkutan dengan mengukur tebal lipatan

kulit (TLK), dan Body Mass Index (BMI) atau Indeks Masa Tubuh (IMT) (Sjarif, 2002).

Pada BB/TB didefinisikan sebagai obesitas bila didapatkan BB/TB di atas persentil 90,

atau 120% dibandingkan berat badan ideal. Cara ini lebih mencerminkan proporsi atau

penampilan tetapi tidak mencerminkan massa lemak tubuh. Terdapat empat macam cara

pengukuran TLK yang ideal untuk mendapatkan proporsi lemak tubuh yaitu TLK bisep,

trisep, subsskapular, dan suprailiaka. Indikator obesitas bila TLK trisep di atas persentil

ke-85 (Sjarif, 2002; Piatek dan Weaver, 1999).

I

Page 30: [3] Formatted USER 4/15/2008 11:00:00 PM

English (U.S.), Not Superscript/ Subscript, Highlight

Page 30: [4] Deleted USER 4/15/2008 11:08:00 PM

yang direkomendasikan oleh The Internatioanal Obesity Task Foerce (IOTF)

yang dibentuk tahun 1994, The World Health Organization (WHO) tahun 1997, dan The

Expert Committee on Guidelines for overweight in Adolescent Preventive Services

Page 30: [5] Deleted USER 4/15/2008 11:14:00 PM

Indeks Masa Tubuh merupakan cara yang termudah untuk memperkirakan

obesitas serta berkorelasi tinggi dengan massa lemak tubuh, juga penting untuk

mengidentifikasi pasien obesitas yang berisiko tinggi mendapat komplikasi medis.

Page 30: [6] Deleted USER 4/15/2008 11:15:00 PM

Berdasarkan konsensus terbaru IMT lebih dari atau sama dengan persentil ke-95

merupakan patokan nilai obesitas pada anak-anak dan remaja

Page 39: [7] Formatted Unknown

Norwegian (Bokmål)

Page 39: [8] Formatted Unknown

Norwegian (Bokmål)

Page 39: [9] Formatted Unknown

Norwegian (Bokmål)

Page 39: [10] Formatted Unknown

Norwegian (Bokmål)

Page 39: [11] Formatted Unknown

Norwegian (Bokmål)

Page 39: [12] Formatted endang tatar 4/13/2008 7:39:00 AM

Norwegian (Bokmål)

Page 39: [13] Formatted Unknown

Norwegian (Bokmål)

Page 39: [14] Formatted Unknown

Norwegian (Bokmål)

Page 39: [15] Formatted endang tatar 4/13/2008 7:39:00 AM

Norwegian (Bokmål)

Page 39: [16] Formatted Unknown

Norwegian (Bokmål)

Page 39: [17] Formatted endang tatar 4/13/2008 7:39:00 AM

Norwegian (Bokmål)

Page 39: [18] Formatted endang tatar 4/13/2008 7:39:00 AM

Norwegian (Bokmål)

Page 39: [19] Formatted Unknown

Norwegian (Bokmål)

Page 39: [20] Formatted Unknown

Norwegian (Bokmål)

Page 39: [21] Formatted endang tatar 4/13/2008 7:39:00 AM

Norwegian (Bokmål)

Page 39: [22] Formatted Unknown

Norwegian (Bokmål)

Page 39: [23] Formatted Unknown

Norwegian (Bokmål)

Page 39: [24] Formatted Unknown

Norwegian (Bokmål)

Page 39: [25] Formatted endang tatar 4/13/2008 7:39:00 AM

Norwegian (Bokmål)

Page 39: [26] Formatted endang tatar 4/13/2008 7:39:00 AM

Norwegian (Bokmål)

Page 39: [27] Formatted Unknown

Norwegian (Bokmål)

Page 39: [28] Formatted Unknown

Norwegian (Bokmål)

Page 39: [29] Formatted Unknown

Norwegian (Bokmål)

Page 39: [30] Formatted endang tatar 4/13/2008 7:39:00 AM

Norwegian (Bokmål)

Page 39: [31] Formatted Unknown

Norwegian (Bokmål)

Page 39: [32] Deleted USER 4/16/2008 9:30:00 AM

Matching berdasar umur dan jenis kelamin untuk kelompok anak-anak yang tidak obesitas

Page 39: [33] Formatted Unknown

Norwegian (Bokmål)

Page 39: [34] Formatted Unknown

Norwegian (Bokmål)

Page 39: [35] Formatted Unknown

Norwegian (Bokmål)

Page 39: [36] Formatted Unknown

Norwegian (Bokmål)

Page 39: [37] Formatted Unknown

Norwegian (Bokmål)