Format Penulisan

download Format Penulisan

of 55

description

as

Transcript of Format Penulisan

RAHASIA

51

MARKAS BESAR ANGKATAN UDARASEKOLAH STAF DAN KOMANDO

OPTIMALISASI KEPEMIMPINAN TNI YANG VISIONER GUNA PENCEGAHAN TINDAK PIDANA KORUPSIDALAM RANGKA TERWUJUDNYA PEMBANGUNAN NASIONAL BAB IPENDAHULUAN1.Umum.

a.Pembangunan Nasional merupakan upaya peningkatan kualitas hidup bagi masyarakat Indonesia yang dilakukan secara berkelanjutan berlandaskan pada kemampuan nasional dengan memanfaatkan sumber daya nasional, kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi serta memperhatikan tantangan perkembangan global. Pembangunan nasional mengacu pada kepribadian bangsa dan nilai-nilai luhur yang terkandung dalam Pancasila sebagai falsafah bangsa, dalam rangka mewujudkan kesejahteraan dan keamanan bagi masyarakat Indonesia yang majemuk, berdaulat, berkeadilan dan beriman. Pembangunan yang dijalankan tentunya membutuhkan peran seorang pemimpin yang dapat memberikan arah dalam memajukan bangsa untuk mencapai kemakmuran bangsa sesuai dengan tujuan nasional. Oleh karena itu diperlukan peran kepemimpinan yang kuat dalam menghadapi berbagai permasalahan bangsa baik organisasi maupun implikasinya. Salah satu agenda pembangunan nasional adalah menciptakan tata pemerintahan yang bersih, dan berwibawa. Akuntabilitas merupakan perwujudan kewajiban suatu instansi TNI untuk mempertanggungjawabkan keberhasilan atau kegagalan dalam melaksanakan kegiatan organisasi untuk mencapai sasaran dan tujuan yang telah ditetapkan dengan menggunakan suatu media, secara periodik.[footnoteRef:2] [2: Sekneg, Inpres No. 7 tahun 1999 tentang Akuntabilitas Instansi Pemerintah.]

b.Upaya pemberantasan korupsi akhir-akhir ini makin marak dipublikasikan di media massa maupun maupun media cetak, tindak pidana korupsi mayoritas dilakukan oleh para pejabat negara yang sesungguhnya dipercaya oleh masyarakat. Upaya-upaya hukum yang telah dilakukan pemerintah sebenarnya sudah cukup banyak dan sistematis, namun korupsi di Indonesia semakin banyak. Gerakan reformasi yang menumbangkan rezim Orde Baru yang salah satu agenda tuntutannya adalah pemberantasan Korupsi, Kolusi & Nepotisme (KKN). Tuntutan tersebut akhirnya dituangkan di dalam Ketetapan MPR Nomor IV/MPR/1999 & Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Negara yang Bersih & Bebas dari KKN Di dalam Perpres Nomor 55 Tahun 2012 menyatakan bahwa strategi Pencegahan dan Pemberantasan Korupsi (PPK) memiliki visi jangka panjang dan menengah. Visi periode jangka panjang (2012-2025) adalah: terwujudnya kehidupan bangsa yang bersih dari korupsi dengan didukung nilai budaya yang berintegritas. Adapun untuk jangka menengah (2012-2014) adalah terwujudnya tata kepemerintahan yang bersih dari korupsi dengan didukung kapasitas pencegahan dan penindakan serta nilai budaya yang berintegritas. Visi jangka panjang dan menengah itu akan diwujudkan di segenap ranah, baik di pemerintahan dalam arti luas, masyarakat sipil, hingga dunia usaha.[footnoteRef:3]. [3: Balitbang KPK Strategi Pemberantasan Korupsi, , Tahun 2012, Halaman 5-10]

c.Pemimpim merupakan tokoh yang sentral dalam sebuah organisasi yang akan menentukan arah dan kebijakan dalam mencapai suatu tujuan sehingga gaya kepemimpinan yang ideal sangat dibutuhkan. Seorang pemimpin adalah inspirator perubahan dan visioner, yaitu memiliki visi yang jelas ke arah mana organisasi akan di bawa. kepemimpinan visioner merupakan kesanggupan, kemampuan, kepiawaian untuk membawa kesuksesan dan kejayaan di masa depan. Seorang pemimpin yang visioner mampu mengantisipasi segala kejadian yang mungkin timbul, mengelola masa depan dan mendorong orang lain utuk berbuat dengan cara-cara yang tepat. Hal itu berarti, pemimpin yang visioner mampu melihat tantangan dan peluang sebelum keduanya terjadi sambil kemudian memposisikan organisasi mencapai tujuan-tujuan terbaiknya.[footnoteRef:4] Kepemimpinan merupakan lokomotif organisasi hal ini menunjukkan arti betapa penting keberadaan seorang pemimpin dalam setiap kegiatan kelompok dan dalam kenyataan bahwa kepemimpinan merupakan sentrum dalam pola interaksi antar komponen organisasi.[footnoteRef:5] [4: Awang Anwaruddin, Seri Change Leadership (untuk Perubahan Indonesia), Teori-Teori Kepemimpinan, Leadership Theory, Lembaga Administrasi Negara] [5: Suarjaya dan Akib, Usahawan Nopember 2003, Halaman 42]

d.Bertitik tolak dari uraian diatas dengan melihat kondisi saat ini dan tantangan tugas dimasa yang akan datang, kelompok G merumuskan pokok permasalahan dalam tulisan naskah ini yaitu Bagaimana mengoptimalkan Kepemimpinan TNI Yang Visioner Dan Transformasional Guna Pencegahan Tindak Pidana Korupsi Dalam Rangka Terwujudnya Pembangunan Nasional Pada Masa Yang Akan Datang.

2.Maksud dan Tujuan.

a. Maksud.Penulisan naskah ini dimaksudkan untuk memberikan penjelasan dan sumbang pemikiran tentang upaya mengoptimalkan Kepemimpinan TNI yang visioner dan Transformsional guna mencegah tindak pidana korupsi dalam rangka mendukung mewujudkan pembangunan nasional.

b. Tujuan. Adapun yang menjadi tujuan penulisan naskah ini adalah untuk mengetahui lebih mendalam tentang strategi melahirkan pimpinan TNI Angkatan Udara pada masa yang akan datang yang bersih, visioner dan Transformsional serta bebas dari korupsi, sehingga pelaksanaan pembangunan nasional dapat terwujud.

3.Ruang Lingkup dan Tata Urut.

a. Ruang Lingkup. Ruang Lingkup penulisan ini dibatasi pada optimalisasi kepemimpinan TNI yang visioner dan transformasional guna pencegahan tindak pidana korupsi dalam rangka terwujudnya pembangunan nasional pada masa yang akan datang.

b. Tata Urut. Naskah ini disusun dengan tata urut penulisan sebagai berikut:

1) Bab I Pendahuluan. 2) Bab II Landasan Pemikiran. 3) Bab III Kondisi Saat Ini dan Permasalahan yang Dihadapi. 4)Bab IV Pengaruh Perkembangan Lingkungan Strategis. 5)Bab V Kondisi Kepemimpinan TNI yang Diharapkan. 6)Bab VI Konsepsi Kepemimpinan TNI7)Bab VII Penutup. 4.Metoda dan Pendekatan.

a.Metode. Metode yang digunakan dalam penulisan naskah ini menggunakan metode deskriptif analisis yaitu penulisan naskah berdasarkan penjelasan-penjelasan yang diperoleh melalui pengamatan, pengumpulan data dan studi kepustakaan yang digunakan dalam membentuk suatu konsepsi kebijakan, strategi serta upaya.

b.Pendekatan. Pendekatan yang digunakan dalam penyusunan naskah ini menggunakan pendekatan kesisteman yaitu pendekatan materi pembahasan yang merupakan keterpaduan dari unsur-unsur yang saling berhubungan, saling mempengaruhi dan saling ketergantungan menuju tujuan yang diharapkan sehingga diperoleh penjelasan yang lebih lengkap guna mendapatkan pemecahan yang terbaik.

5.Pengertian.

a. Pimpinan visioner adalah pemimpin yang mempunyai suatu pandangan visi misi yang jelas dalam organisasi, pimpinan visioner sangat cerdas dalam mengamati suatu kejadian dimasa depan dan dapat menggambarkan visi misinya dengan jelas, dapat membangkitkan semangat para anggotanya dengan menggunakan motivasi serta immajinasi untuk membuat suatu organisasi lebih hidup, mampu menggerakkan semua komponen yang ada untuk mengembangan organisasi.[footnoteRef:6] [6: Kartono, Kartini, Pimpinan dan Kepemimpinan, Jakarta 1983, Halaman 5]

b. Kepemimpinan Transformasional adalah pemimpin yang mempunyai kekuatan untuk mempengaruhi bawahan dengan cara-cara tertentu. Dengan penerapan kepemimpinan transformasional bawahan akan merasa dipercaya, dihargai, loyal dan respek kepada pimpinannya. Pada akhirnya bawahan akan termotivasi untuk melakukan lebih dari yang diharapkan. Menurut OLeary (2001)kepemimpinan transformasionaladalah gaya kepemimpinan yang digunakan oleh seseorang manajer untuk memotivasi bawahan untuk berbuat lebih baik dari apa yang bisa dilakukan, dengan kata lain dapat meningkatkan kepercayaan atau keyakinan diri bawahan yang akan berpengaruh terhadap peningkatan kinerja.[footnoteRef:7] [7: Suarjaya dan Akib, Usahawan, Nopember 2003, Halaman 42]

c. Tindak pidana Korupsiadalah tindakan yang dilakukan oleh setiap orang yang secara melawan hukum melakukan perbuatan memperkaya diri sendiri atau orang lain atau suatu korporasi yang dapat merugikan negara atau perekonomian Negara.Atau dengan kata lain Korupsiadalahtindakan yang dilakukan oleh setiap orang yang kewenangan, kesempatan atau sarana yang ada padanya karena jabatan atau kedudukan yang dapat Anti korupsi secara mudahnya dapat diartikan tindakan yang tidak menyetujui terhadap berbagai upaya yang dilakukan oleh setiap orang yang dengan tujuan menguntungkan diri sendiri atau orang lain atau suatu korporasi, menyalahgunakan kewenangan, kesempatan atau sarana yang ada padanya karena jabatan atau kedudukan yang dapat merugikan keuangan negara atau perekonomian negara.[footnoteRef:8] [8: Undang-undang RINo.20 Tahun 2011 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi]

d. Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi adalahserangkaian tindakan untuk mencegah dan memberantas tindak pidana korupsi melalui upaya koordinasi, supervisi, monitor, penyelidikan, penyidikan, penuntutan dan pemeriksaan di sidang pengadilan, dengan peran serta masyarakat berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku.[footnoteRef:9] [9: UU Republik Indonesia Nomor 30 Tahun 2002tentang Komisi Pemberantasan Korupsi]

e. Visi adalah pernyataan tujuan kemana organisasi anda akan dibawa, sebuah masa depan yang lebih baik, lebih berhasil atau lebih diinginkan dibanding dengan kondisi sekarang.[footnoteRef:10] [10: Burt Nanus, Kepemimpinan Visioner (Edisi Bahasa Indonesia), PT. Frenhallindo, Jakarta, 2001, hal. 9.]

g. Pemimpin adalah orang yang memimpin (Leader), atau seseorang yang memiliki kemampuan untuk mempengaruhi orang lainguna melakukan sesuatu yang dikehendaki(influencing others to do what the wants them to do Monday, 1988:393 dalam buku kepemimpinan Soeharto dalam bingkai teologi oleh Elieser S Hadmodjo,2002)[footnoteRef:11] [11: Elieser S Hadmodjo, Kepemimpinan Soeharto Dalam Bingkai Teologi, 2002]

c. Kepemimpinan adalah perihal pemimpin. (Drs.Widiyanto dari Kamus Bahasa Indonesia Lengkap) Sedangkan Stogdill, kepemimpinan adalah suatu proses mempengaruhi aktivitas kelompok dalam rangka perumusan dan pencapaian tujuan, menurut (Leadership effective management, pemimpin dan kepemimpinan dalam manajemen, 2002) adalah aktivitas para pemegang kekuasaan dan membuat keputusan.[footnoteRef:12] [12: Drs.Widiyanto, Leadership Effective Management, Pemimpin dan Pepemimpinan dalam Manajemen, 2002, halaman 24]

e. Visioner adalah ahli bernegara, ahli mengatur negara (Kamus Bahasa Indonesia Lengkap Drs Yandianto,2001)secara lengkap seorang ahli yang menjalankan negara, pemimpin politik yang secara taat asas membentuk kebijaksanaan negara dengan suatu pandangan kedepan untuk mengelola masalah negara dengan kebijaksanaan dan kewibawaan.[footnoteRef:13] [13: Drs.Widiyanto, Kamus Bahasa Indonesia Lengkap]

f. Kepemimpinan visioner adalah seseorang yang mempunyai sifat kepemimpinan yang ahli dalam mengelola negara, serta menjalankan politiknya dengan pandangan jauh kedepan sertasudah tidak mementingkan lagi kelompoknya tetapi sudah mementingkan negara dan bangsanya.[footnoteRef:14] [14: Drs Djafar Assegaf, Di ambang Balkanisasi dan Disintegrasi, Tahun 2002, Halaman 13]

h. Ketahanan Nasional adalah kondisi dinamis suatu bangsa yang berisi keuletan dan ketangguhan yang mengandung kemampuan mengembangkan kekuatan nasional dalam menghadapi dan mengatasi segala tantangan, ancaman, hambatan serta gangguan baik yang datang dari luar maupun dari dalam, yang langsung maupun tidak langsung membahayakan integritas, identitas, kelangsungan hidup bangsa dan negara serta mengejar tujuan perjuangan nasionalnya.[footnoteRef:15] [15: Ermaya Suradinata, Analisis Kepemimpinan, Strategi Pengambilan Keputusan, Alqaprint Jatinangor Cakrawala Baru Dunia Buku, 2013, Halaman 84]

BAB IILANDASAN PEMIKIRAN

6.Umum. Transformasi di lingkungan TNI pada dasarnya merupakan sebuah proses yang telah, sedang dan akan terus dilakukan guna membawa organisasi TNI menjadi organisasi yang profesional, efektif, efisien dan modern sesuai dengan tuntutan dinamika perubahan lingkungan strategis. Sejarah lahirnya TNI sampai dengan saat ini, berbagai perubahan telah banyak dilakukan sebagai konsekwensi sebuah organisasi yang harus disesuaikan dengan dengan dinamika perubahan lingkungan strategis yang terjadi. Konsep perubahan atau pengembangan TNI telah terwadahi dalam Postur TNI dan kemudian dijabarkan menjadi Rencana Strategis 5 tahunan. Postur maupun renstra tersebut dan secara terus menerus serta berkesinambungan direvisi sesuai dengan arah kebijakan umum pertahanan negara yang ditetapkan oleh pemerintah. Konsep transfromasi yang sering diwacanakan cenderung lebih mengarah pada perubahan-perubahan institusional, doktrin maupun sistem persenjataan sementara transformasi yang berorientasi kesisteman belum membawa perubahan yang signifikan. Mengingat pentingnya proses transformasi TNI untuk mengimbangi dinamika perubahan lingkungan strategis yang berjalan demikian cepat, maka persoalan kultural kepemimpinan perlu mendapatkan perhatian yang proporsional dalam keseluruhan proses transformasi. Dalam rangka menjawab persoalan tersebut dibutuhkan pemimpin masa depan yang berkarakter visioner dan transformasional dan pemimpin tersebut harus disiapkan sejak dini karena untuk membentuk dan melahirkan pimpinan yang visioner dan Transformsional tidak dapat dilakukan secara instan.

7.Paradigma Nasional. Dalam mengoptimalkan pemimpin yang visioner dan Transformsional guna pencegahan tindak pidana korupsi dalam rangka mewujudkan pembangunan nasional harus tetap berpegang teguh pada paradigma nasional yang direpresentasikan dalam landasan pemikiran berupa landasan historis, dimana Secara historis, jati diri TNI tidak terlepas dan nilai-nilai sejarah perjuangan bangsa dan nilai-nilai sejarah perjuangan TNI. Nilai-nilai tersebut telah melahirkan jati diri TNI yang tetap dipegang teguh kepada :

a. Pancasila Sebagai Landasan Idiil. Pancasila merupakan dasar negara Republik Indonesia. Pancasila mengandung nilai moral yang positif bagi bangsa, mulai dari sila pertama sampai kelima sangat jelas menggambarkan moral luhur bagi setiap warga negara indonesia. Bangsa Indonesia membutuhkan pemimpin yang berkepribadian Indonesia, yaitu berlandaskan pada nilai luhur Pancasila. Ciri utama dari kepemimpinan Pancasila adalah bentuk kapemimpinan yang selalu bersumber dan berlandaskan pada nilai luhur dan norma Pancasila dalam segala tindak tanduknya, dengan ditunjukkan dengan sikap yang menekan kepentingan pribadi dan menjunjung kepentingan umat. Karakteristikyang harus dimiliki dan yang dapat mencerminkan kepemimpinan Pancasila adalah :

1) Bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esamenjadi ciri seorang pemimpin Pancasila. Kesadaran beragama dan keimanan, akan menjadikan orang tidak merasa lebih tinggi dari orang lain, sehingga akan timbul rasa kasih sayang dan rasa persaudaraan terhadap sesama.

2) Membangun motivasidan kemauan. Pemimpin mempunyai peran untuk tetap memberikan dorongan kepada bawahannya sebagai penyemangat dalam kinerjanya, maksudnya pemimpin harus bisa berjalan dan berjuang bersama dengan bawahan demi mencapai tujuan bersama, tidak sekedar memerintahkan saja tanpa tahu bagaimana kondisi di lapangan sebenarnya.

3) Memberikan kekuatanmerupakan karakteristik yang keempat dari seorang pemimpin Pancasila. Maksudnya yaitu seorang pemimpin harus memberikan kesempatan kepada bawahan untuk bisa mandiri dalam berkarya dan berkreasi dalam kinerjanya.

4) Waspada dan Berkuasa. Pemimpin harus mempunyai ketajaman penglihatan dan bisa meramalkan masa depan, sehingga nantinya dapat mempengaruhi segala tindakan dan keputusan yang diambil.

5) Mempunyai sifat-sifat terpuji, murah hati, dermawan, mulia, murni dan baik hati merupakan cerminan akhlak dari seorang pemimpin Pancasila yang menjunjung tinggi nilai dan norma luhur dari Pancasila.

6) Bersifat sederhana. Pemimpin harus bersifat sederhana, terus terang, blak-blakan, tulus, lurus, ikhlas, benar, mustakim dan toleran.

7) Hemat, cermat dan hati-hati. Pemimpin Pancasila selalu hemat dalam arti efektif dan efisien dalam kinerjanya, selalu berbuat yang benar dan tepat, tidak membuang waktu, tenaga dan pikiran untuk hal yang kurang penting.[footnoteRef:16] [16: Permadi, K. 1996. Pemimpin dan Kepemimpinan dalam Manajemen. Jakarta: Rineka Cipta, Hal 88]

b.UUD 1945 Sebagai Landasan Konstitusional. Pembukaan UUD 1945 alinea 4 antara lain dinyatakan bahwa : Untuk membentuk suatu Pemerintahan Negara Indonesia yang melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia Kemudian pada Pasal 30 ayat (3) UUD 1945 disebutkan bahwa TNI terdiri atas Angkatan Darat, Angkatan Laut dan Angkatan Udara sebagai alat negara bertugas mempertahankan, melindungi dan memelihara keutuhan dan kedaulatan negara. Hal tersebut memberikan pengertian. Tujuan nasional negara R.I dapat kita lihat dalam pembukaan UUD 1945 yang secara tegas dinyatakan bahwa negara melindungi segenap bangsa Indonesia, memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial.[footnoteRef:17] Salah satu pilar penting yang mensyaratkan berlangsungnya kehidupan demokrasi di negara manapun adalah tegaknya hukum. Fakta ini semestinya mendorong kepemimpinan visioner untuk menjadikan cerminan sebagai rujukan dalam pembuatan perundang-undangan beserta peraturan-peraturan lainnya guna menjamin terciptanya manusia Indonesia seutuhnya. Hal ini menjadikan landasan pemikiran untuk dapat lebih meningkatkan kepemimpinan visioner yang mantap.[footnoteRef:18] [17: Lemhannas R.I., TOR Essay BS Kepemimpian, Jakarta, 2012, hal. 1.] [18: http://yuanitainnova99.wordpress.com/2012/06/04/kepemimpinan-visioner-3, diunduh tanggal 20 Maret 2014]

c.Wawasan Nusantara Sebagai Landasan Visional. Wawasan nusantara adalah cara pandang bangsa Indonesia yang berlingkup dan demi kepentingan nasional, berlandaskan Pancasila, tentang diri dan lingkungannya serta tanah airnya sebagai negara kepulauan dengan semua aspek kehidupannya yang beragam dan dinamis, dengan mengutamakan persatuan bangsa dan kesatuan wilayah Indonesia yang tetap menghargai dan menghormati kebihnekaan dalam semua aspek kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara untuk mewujudkan cita-cita nasional.[footnoteRef:19] Wawasan Nusantara yang menggambarkan persatuan dan kesatuan, menjadi landasan cara berpikir dan bertindak TNI untuk memandang wilayah NKRI sebagai satu kesatuan, sehingga dalam pengelolaan. Terwujudnya Persatuan dan Kesatuan Bangsa, pada hakekatnya merupakan suatu kondisi yang mampu mengakomodasi keragaman dan perbedaan kepentingan setiap komponen politik yang saling berinteraksi dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Secara visional, fenomena tersebut memerlukan kepemimpinan yang visioner, yaitu memiliki pemikiran jauh ke depan,agar dapat melewati masa transisi dalam situasi yang kurang menentu, menuju masa konsolidasi dan akhirnya menuju pematangan jati diri bangsa. Cara pandang dan sikap inilah yang disebut sebagai Wawasan Nusantara, yaitu sebuah cara pandang dan sikap yang memberikan legitimasi sertatoleransi setinggi-tingginya, menghormati dan mengakui semua bentuk Kebhinekaan dalam kehidupan bernegara, ke arah visi kevisioneran yang memiliki wawasan guna mencapai tujuan dan cita-cita nasional.[footnoteRef:20] [19: Seskoau, NS Wawasan Nusantara, Lembang, 2010, hal 48.] [20: http://fresh-lookout.blogspot.com/2013/04/pengertian-wawasan-nusantara.html, diunduh tanggal 21 Maret 2014]

d.Ketahanan Nasional sebagai Landasan Konsepsional. Ketahanan Nasional yang merupakan keuletan suatu bangsa dalam menghadapi dan mengatasi segala tantangan, ancaman, hambatan dan gangguan, menjadi konsep bagi TNI untuk menjalankan setiap pelaksanaan tugas. Bertolak dari pengertian ketahanan nasional, yaitu suatu kondisi dinamik bangsa serta interelasi antar gatra dalam Asta Gatra, maka guna mewujudkan Ketahanan Nasional, diperlukan suatu kehidupan bermasyarakat berbangsa yang berintegrasi yang sehat dan dinamis. Hal ini ditunjukkan dengan adanya hubungan yang seimbang, serasi dan selaras antara penyelenggara negara dan masyarakat. Hubungan ini tercermin dalam fungsi pemerintahan, yaitu peranan kepemimpinan visioner sebagai penentu kebijakan yang berskala nasional maupun global hendaknyamemiliki kepekaan yang tinggi terhadap segala aspirasi, tuntutan dan perkembangan gejolak yang timbul di kalangan masyarakat. Ketahanan Nasional harus menjadi orientasi para pemimpin visioner untuk membawa dan mengarahkan seluruh rakyat Indonesia dan sumber daya nasional guna mencapai tujuan dan cita-cita nasional.[footnoteRef:21] [21: http://khairulchaniago.wordpress.com/pengertian-arti-definisi-ketahanan-nasional-bangsa-negara-indonesia, Diunduh tanggal 21 Maret 2014]

8.Landasan Hukum. Beberapa peraturan perundang-undangan yang terkait dengan peningkatan kepemimpinan visioner dan transformasional guna mencegah tindak pidana korupsi dalam rangka pembangunan nasional antara lain sebagai berikut:a. Undang-undang No. 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi. Tindak pidana korupsi sangat merugikan keuangan negara atau perekonomian negara dan menghambat pembangunan nasional, sehingga harus diberantas dalam rangka mewujudkan masyarakat adil dan makmur berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945; bahwa akibat tindak pidana korupsi yang terjadi selama ini selain merugikan keuangan negara atau perekonomlan negara, juga menghambat pertumbuhan dan kelangsungan pembangunan nasional yang menuntut efisiensi tinggi.[footnoteRef:22] [22: UU RI No. 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi]

b. Undang-undang RI nomor 20 tahun 2001 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 31 tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi. Bahwa tindak pidana korupsi yang selama ini terjadi secara meluas, tidak hanya merugikan keuangan negara, tetapi juga telah merupakan pelanggaran terhadap hak-hak sosial dan ekonomi masyarakat secara luas, sehingga tindak pidana korupsi perlu digolongkan sebagai kejahatan yang pemberantasannya harus dilakukan secara luar biasa.[footnoteRef:23] [23: Undang-undang RI nomor 20 tahun 2001 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 31 tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi]

c. Undang-undan RI Nomor 3 tahun 2002 Tentang Pertahanan Negara. Pertahanan Negara diselenggarakan melalui usaha membangun dan membina kemampuan, daya tangkal negara dan bangsa, serta menanggulangi setiap ancaman. Hakekat Pertahanan Negara adalah segala upaya pertahanan yang bersifat semesta yang dalam penyelenggaraannya didasarkan pada kesadaran atas hak dan kewajiban sebagai warga negara serta keyakinan pada kekuatan diri sendiri.Pertahanan Negara bertujuan untuk menjaga dan melindungi Kedaulatan Negara, Keutuhan Wilayah NKRI, dan keselamatan segenap bangsa dari segala bentuk ancaman. Pertahanan Negara berfungsi untuk mewujudkan dan mempertahankan seluruh wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia. Pertahanan Negara diselenggarakan melalui usaha membangun dan membina kemampuan daya tangkal negara dan bangsa serta menanggulangi setiap ancaman. Dalam penyelenggaraan pertahanan negara dibutuhkan pemimpin yang visioner dan Transformsional dengan tujuan konsep pertahanan negara yang telah dirumuskan dapat tercapai sehingga pembangunan nasional dapat tercapai.

d.UU RI Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkankemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman, bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri sehingga kelak akan menjadi pemimpin yang visioner dan Transformsional, melalui sistem dan metode pendidikan yang baik akan dapat mendorong meningkatkan kemampuan kepemimpinan yang berkualitas, unggul dan berakhlak mulia di masa datang yang.[footnoteRef:24] [24: UU RI Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional]

e.Undang-undang RI Nomor 34 Tahun 2004 Tentang TNI. Dalam UU Nomor 34/2004 menetapkan bahwa peran TNI adalah sebagai alat pertahanan negara sehingga pemenuhan kebutuhan bidang pertahanan diarahkan kepada peningkatan kemampuan operasi militer TNI dalam rangka mempertahankan kedaulatan NKRI. Tentara profesional yaitu tentara yang terlatih, terdidik, diperlengkapi secara baik, tidak berpolitik praktis, tidak berbisnis, dan dijamin kesejahteraannya, serta mengikuti kebijakan politik negara yang menganut prinsip demokrasi, supremasi sipil, hak asasi manusia, ketentuan hukum nasional, dan hukum internasional yang telah diratifikasi[footnoteRef:25]. [25: Undang Undang RI Nomor 34 Tahun 2004 tentang TNI.]

f. Inpres Nomor 1 tahun 2013 tentang Aksi Pencegahan dan Pemberantasan Korupsi. Dalam upaya pelaksanaan pencegahan dan pemberantasan korupsi sebagaimana diamanatkan dalam Peraturan Presiden Nomor 55 Tahun 2012 tentang Strategi Nasional Pencegahan dan Pemberantasan Korupsi Jangka Panjang Tahun 2012-2025 dan Jangka Menengah Tahun 2012-2014 (Stranas PPK), dan sebagai implementasinya dilakukan penyusunan Aksi Pencegahan dan Pemberantasan Korupsi (PPK) setiap tahun, maka Presiden RI mengeluarkan Instruksi Presiden (Inpres) Nomor 1 tahun 2013 tentang Aksi Pencegahan dan Pemberantasan Korupsi Tahun 2013. Aksi PPK 2013 disusun dalam rangka mempercepat pelaksanaan program dan kegiatan prioritas pembangunan yang tertuang dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional 2010-2014, Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah masing-masing Pemerintah Daerah, Rencana Kerja Pemerintah Tahun 2013, dan Rencana Kerja Pemerintah Daerah Tahun 2013 yang dalam pelaksanaannya masih banyak menimbulkan penyimpangan yang berujung pada tindak pidana korupsi, aksi pencegahan dilakukan dengan berpedoman pada strategi-strategi; pencegahan, penegakan hukum, peraturan perundang-undangan, kerjasama internasional dan penyelamatan aset hasil korupsi, pendidikan dan budaya anti korupsi, mekanisme pelaporan.[footnoteRef:26] [26: Inpres Nomor 1 tahun 2013 tentang Aksi Pencegahan dan Pemberantasan Korupsi]

9.Landasan Teori. Untuk menemukan pemimpin yang ideal yang mampu menerapkan geoleadership Indonesia disemua lini agar mempunyai kemampuan berpikir secara strategis. Buah pemikiran The Founding Fathers yang sakral harus terus digelorakan secara konsisten. Penomena para mantan pejabat TNI yang menjadi pemimpin nasional belum optimal sehingga perlu dirumuskan strategi menciptakan pemimpin nasional dari kalangan militer sejak dini sehingga kelak ketika tiba waktunya mampu membawa Negara Indonesia untuk mencapai masyarakat adil dan makmur. Seorang pemimpin menurut The Greatma Teory bukanlah berasal dari keturunan melainkan melaui pendidkan dan pengalaman, tantangan ini perlu direspon oleh TNI terutama di lembaga-lembaga pendidikan yang merupakan Centre of Exelent untuk mencetak kandidat pemimpin nasional dimasa yang akan datang tentunya harus dimulai dengan memimpin di lingkungan Tentara Nasional Indonesia. Kepemimpinan pada umumnya berusaha untuk memberikan penjelasan dan interpretasi mengenai pemimpin dan kepemimpinan dengan mengemukakan beberapa segi antara lain : Latar belakang sejarah pemimpin dan kepemimpinan. Pemimpin dan kepemimpinan selalu diperlukan dalam setiap masa. Adapun teori yang digunakan dalam penulisan naskah ini adalah sebagai berikut :

a.The Greatma Teory. Teori ini berpendapat bahwa sifat-sifat kepemimpinan bukan dilahirkan akan tetapi di ciptakan melalui pendidikan dan pengalaman. Sesuai dengan namanya, maka teori ini mengemukakan bahwa efektivitas kepemimpinan sangat tergantung pada kemampuan karakter pemimpin. Trait atau sifat-sifat yang dimiliki antara lain kepribadian, keunggulan fisik dan kemampuan sosial. Penganut teori ini yakin dengan memiliki keunggulan karakter, maka seseorang akan memiliki kualitas kepemimpinan yang baik dan dapat menjadi pemimpin yang efektif. Keith Dives merumuskan empat sifat umum yang berpengaruh kepada keberhasilan kepemimpinan yaitu [footnoteRef:27]: [27: Awang Anwaruddin, Seri Change Leadership (untuk Perubahan Indonesia), Teori-Teori Kepemimpinan, Leadership Theory, Lembaga Administrasi Negara]

1) Kecerdasan. Berdasarkan hasil penelitian pemimpin yang mempunyai kecerdasan tinggi diantara orang yang dipimpinnya akan mempunyai kesempatan berhasil lebih tinggi.

2) Kedewasaan dan keluasan hubungan sosial. Hubungannya dalam melakukan interaksi sosial dengan lingkungan internal maupun eksternal, seorang pemimpin yang berhasil mempunyai emosi yang matang dan stabil. Hal ini membuat pemimpin tidak mudah panik dan goyah dalam mempertahankan pendirian yang diyakini benar.

3) Motivasi diri dan dorongan prestasi. Seorang pemimpin yang berhasil pada umumnya memiliki motivasi yang tinggi serta dorongan untuk berprestasi dorongan yang kuat ini kemudian tercermin pada kinerja yang optimal efektif dan efisien.

4) Sifat hubungan kemanusiaan. Adanya pengakuan terhadap harga diri dan kehormatan sehingga para pengikutnya berpihak kepadanya. b. Teori Model of Situasional Leadership. Teori ini dikembangkan oleh Hencley (1973) Model kepemimpinan situasional merupakan pengembangan model watak kepemimpinan dengan fokus utama faktor situasi sebagai variabel penentu kemampuan kepemimpinan. Studi tentang kepemimpinan situasional mencoba mengidentifikasi karakteristik situasi atau keadaan sebagai faktor penentu utama yang membuat seorang pemimpin berhasil melaksanakan tugas-tugas organisasi secara efektif dan efisien. Teori ini juga membahas aspek kepemimpinan lebih berdasarkan fungsinya, bukan lagi hanya berdasarkan watak kepribadian pemimpin. Hencley menyatakan bahwa faktor situasi lebih menentukan keberhasilan seorang pemimpin dibandingkan dengan watak pribadinya. Menurut pendekatan kepemimpinan situasional ini, seseorang bisa dianggap sebagai pemimpin atau pengikut tergantung pada situasi atau keadaan yang dihadapi. Banyak studi yang mencoba untuk mengidentifikasi karakteristik situasi khusus yang bagaimana yang mempengaruhi kinerja para pemimpin. Hoy dan Miskel (1987), menyatakan bahwa terdapat empat faktor yang mempengaruhi kinerja pemimpin, yaitu sifat struktural organisasi (structural properties of the organisation), iklim atau lingkungan organisasi (organisational climate), karakteristik tugas atau peran (role characteristics) dan karakteristik bawahan (subordinate characteristics)[footnoteRef:28]. Kajian model kepemimpinan situasional lebih menjelaskan fenomena kepemimpinan dibandingkan dengan model terdahulu. Namun demikian model ini masih dianggap belum memadai karena model ini tidak dapat memprediksikan kecakapan kepemimpinan (leadership skills) yang mana yang lebih efektif dalam situasi tertentu. [28: http://ainmubarok-barokain.blogspot.com/, Di Unduh Tanggal 10 Maret 2014, Pukul 13.00]

BAB IIIKONDISI KEPEMIMPINAN TNI SAAT INIDAN PERMASALAHAN YANG DIHADAPI

11.Umum. Dengan semakin berkembangnya situasi Negara Indonesia termasuk meningkatnya kecerdasan masyarakatnya yang di pengaruhi oleh perkembangan lingkungan strategis baik internasional, regional dan nasional maka dibutuhkan pimpinan nasional baik dilingkungan sipil maupun di lingkungan militer yang mampu menghadapi ancaman yang bersifat simetrik (tradisional), ancaman dari Negara lain (state centric) dan ancaman kemanan yang lain (human security) yang bersifat asimetrik. Pimpinan nasional saat ini belum sepenuhnya dapat diterima oleh semua kalangan rakyat indonesia banyaknya pimpinan yang terjerat korupsi bahkan hakim yang seharsnya memberikan keadilan di dunia inipun telah turut melakukan korupsi.

12.Kepemimpinan TNI Saat Ini. Di era global ini, dirasakan bahwa banyak pemimpin di berbagai organisasi di Indonesia menerapkan kepemimpinan yang bersifat individualistik. Padahal, kepemimpinan yang dipraktekkan dengan semangat individualistik sering kali tidak sesuai dengan budaya bangsa yang kolektifistik, sehingga menimbulkan berbagai permasalahan di lapangan. Hal ini disebabkan karena praktek-praktek kepemimpinan yang dijalankan dengan tidak sinkron dan harmonis dengan realitas dan konteks yang dihadapi, sehingga menimbulkan silang pendapat yang bersifat kontra-produktif. Manajemen kepemimpinan saat ini masih belum berwawasan kebangsaan, belum memiliki pandangan yang visioner dan Transformsional. Pimpinan saat ini telah jatuh kepada tataran operasional yang cenderung lebih mementingkan kelompok atau golongan tertentu. Kepemimpinan Sipil dan Militer mempunyai perbedaan terutama dari aspek proses lahirnya pemimpin. Pada kepemimpinan sipil pemimpin memiliki ciri yang individualistik, sedangkan ciri kepemimpinan militer adalah kemampuan mengambil keputusan dalam situasi kritis dan penuh tekanan mulai dari tekanan musuh, waktu, sarana dan prasarana yang diperlukan untuk menyelesaikan tugas disamping situasi alam yang seringkali kurang menguntungkan.

a.Sifat-sifat Kepemimpinan Saat Ini Belum Optimal. Berdasarkan teori the greatma bahwa sifat-sifat kepemimpinan bukan dilahirkan akan tetapi diciptakan melalui pendidikan dan pengalaman. Pimpinan Nasional saat ini yang miliputi pimpinan di lingkungan sipil dan pimpinan di lingkungan militer sangat bervariatif yang disebabkan perkembangan lingkungan strategis. Mencermati dinamika yang berkembang kepemimpinan saat ini belum memiliki konsep kepemimpinan visioner dan transformal hal ini dapat dibuktikan dengan masihnya tingginya angka korupsi yang dilakukan oleh pejabat khususnya dilingkungan sipil.

1) Kepribadian. Kepemimpinan dilingkungan TNI pada saat ini sangat tergantung kepada keunggulan karakter yang dapat diimplikasikan dengan integritas dan komitmen dalam menjalankan roda organisasi untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Dewasa ini telah terjadi degradasi Kepribadian seorang pemimpin di lingkungan TNI, 11 (sebelas) azas-azas kemimpinan seolah-olah hanya sebagai pajangan saja, sehingga masih ada pimpinan di lingkungan TNI belum memiliki visi sebagai pimpinan yang visioner.

2) Kemampuan Sosial. Pemimpin di lingkungan TNI saat ini belum mampu beradaptasi dengan baik, melemahnya rasa perduli kepada bawahan, masyarakat sekitar dan lingkungan setempat mengakibatkan masyarakat sekitar tidak serta merta memberikan informasi atau memberi dukungan penuh terhada program kerja satuan. Keberhasilan seorang pemimpin TNI AU dipengaruhi secara langsung oleh masyarakat sekitar, dengan ketidak mampuan pemimpin untuk bersosialisasi dengan masyarakat maka secara otomatis akan menghambat tugas-tugas satuan.

3) Keunggulan fisik. Pada umumnya yang dapat menjadi prajurit TNI haruslah memiliki kondisi fisik yang baik, seiring dengan perkembangan dan pengaruh budaya telah banyak prajurit TNI tidak memiliki postur yang ideal. Seorang pemimpin harus mempunyai kesehatan yang meliputi kesehatan jasmani maupun romawi sehingga mampu menghadapi segala bentuk ancaman.

4) Pemimpinan Yang Visioner. Kepemimpin di lingkungan TNI pada saat ini belum memiliki visi yang visioner. Banyak pimpinan di lingkungan TNI tidak mampu memberikan motivasi kepada bawahan untuk berbuat terbaik bagi satuan. Kepemimpinan transaksinal secara tersamar semakin tumbuh subur, kepemimpinan transaksional berkembang secara siqnifikan di lingkungan penempatan jabatan, pendidikan yang menunjang karier. Seorang pemimpin visioner dapat diukur dalam hubungannya dengan efek pemimpin tersebut terhadap para pengikutnya. Para pengikut seorang pemimpin visioner merasa adanya kepercayaan, kekaguman, kesetiaan dan hormat terhadap pemimpin tersebut dan mereka termotivasi untuk melakukan lebih dari pada yang awalnya diharapkan terhadap mereka. Contohnya kepemimpinan dalam satuan operasional/tempur dimana bawahan berupaya untuk melindungi pimpinan dan berupaya memenangkan pertempuran sesuai dengan missi yang diemban satuan tersebut. Seorang pemimpin visioner memotivasi para pengikut dengan membuat mereka lebih sadar mengenai pentingnya hasil-hasil pekerjaan, mendorong mereka untuk lebih mementingkan organisasi atau negara daripada kepentingan diri sendiri dan mengaktifkan (menstimulus) kebutuhan-kebutuhan mereka yang lebih tinggi. 2) Kualitas Sumber Daya Manusia. Menurunnya komitmen dan integritas personel secara langsung akan mempengaruhi kinerja personel, hal ini disebabkan kurangnya motivasi untuk belajar yang dapa akhirnya ketika personel tersebut menjabat sebagai pemimpin akan menjadi seorang pemimpin yang kosong, pemimpin tanpa misi, pemimpin yang tidak memiliki intelektual yang cukup untuk memimpin suatu organisasi. Kepemimpinan di lingkungan militer secara umum sudah bersesuaian dengan the Greatma Teory, karena dalam proses lahirnya pimpinan di lingkungan TNI adalah berawal dari orang yang dipimpin, tidak satupun pemimpin di lingkungan TNI yang tidak berasal dari prajurit yang pernah mematuhi dan mengikuti pimpinannya, namun tidak semua pemimpin TNI mempunyai kepemimpinan yang visioner.

b.Fungsi dan Peranan Pimpinan Belum Optimal. Pembangkangan dari bawahan merupakan manifestasi dari belum optimalnya fungsi dan peran pemimpin dalam suatu organisasi. Dilingkungan TNI masih ditemukan komandan atau pimpinan tidak mampu mengendalikan bawahannya sehingga melakukan tindakan secara bersama-sama menyerang satuan lain. Kegagalan seorang pemimpin menggerakkan pegawai atau bawahan untuk berbuat yang terbaik dalam rangka mencapai tujuan organisasi. Banyak pimpinan hanya sekedar memegang gelar atau jabatan yang diperoleh secara tiba-tiba atau diberikansecara cuma-cuma, sehingga tidak sesuai dengan teori the gratma, padahal pemimpin merupakan faktor penting dalam pencapaian tujuan organisasi. Lahirnya pimpinan secara tiba-tiba karena berdasarkan transaksional akan berpotensi melahirkan praktik korupsi, kolusi dan nepotisme (KKN). Pempinan TNI saat ini belum sepenuhnya memiliki komitment dan integritas dalam rangka mewujudkan pembangunan postur TNI, ego sektoral atau ego satuan/matra masih kental, contoh yang paling nyata adalah saat ini TNI AD memiliki jumlah pesawat heli dari pada TNI Angkatan Udara, Satuan yang bantuan dukungan udara untuk operasi perdamaian dunia yang dikirim adalah satuan TNI AD, bukan TNI Angkatan Udara, rencana TNI AD pada masa yang akan datang akan membeli Heli tempur, ini adalah salah satu bentuk ego sektoral, dan bukti menurunnya integritas sebagai TNI yang memiliki tiga matra dan masing-masing matra telah memiliki bidang tugas tersendiri dan diatur oleh undang-undang.

13.Implikasi Kepemimpinan TNI Yang Visioner Guna Pencegahan Tindak Pidana Korupsi Dalam Rangka Terwujudnya Pembangunan Nasional. Implikasi dari implementasi Kepemimpinan TNI Yang Visioner Guna Pencegahan Tindak Pidana Korupsi Dalam Rangka Terwujudnya Pembangunan Nasional adalah :

a. Implikasi Kepemimpinan TNI Yang Visioner Terhadap Pencegahan Tindak Pidana Korupsi.

1) Jika kepemimpinan TNI belum visioner, maka akan berpotensi korupsi pada masa yang akan datang. kepemimpinan dilingkungan TNI harus menjadi contoh dan tauladan sehingga dapat di lihat dan dicontoh seluruh bawahannya, 11 (sebelas) azas kepemimpinan sudah menjadi menyatu dalam jiwa dan raga setiap prajurit, namun masih ada Pimpinan TNI saat ini belum memberikan contoh tauladan khususnya dalam tata kehidupan di luar jam kedinasan, walapun hal tersebut merupakan sesuatu kewajaran namun hal tersebut menjadi contoh yang kurang baik, banyak pimpinan masa sebelum memimpin hidup sederhana akan tetapi setelah menjabat mempunyai gaya hidup mewah. Banyak pemimpim ketika sebelum menjabat membela dan memperjuangkan bawahan namun setelah menjabat tidak berani mengambil resiko dan terkesan melakukan cara-cara untuk mengamankan kedudukan dan jabatannya. Kepemimpinan di lingkungan sipil saat ini belum mencerminkan kepemimpinan yang visioner sehingga potensi akan terjadinya korupsi sangat tinggi. Kepemimpinan sipil saat ini telah terjadi degradasi perilaku kepemimpinan nasional, yang ditandai dengan maraknya: saling hujat, saling fitnah, provokasi, agitasi para pengikutnya, pengingkaran kebenaran, saling jegal, menjadi pengadu domba, menjadikan massa pengikutnya setia sampai mati tanpa peduli kebenaran, keadilan dan budaya, pokoknya membalas lawan tanpa etika, menjadi pemimpin kharismatik yang memiliki pengikut fanatik. Kondisi berbeda dengan.

2) Jika kepemimpinan TNI belum visioner maka akan menimbulkan menurunnya Integritas dan komitmen pemimpin sehingga akan menimbulkan terjadinya korupsi. Sistem organisasi di lingkungan TNI saat ini belum tertata dengan baik dimana penunjukan seorang pejabat masih ada yang berdasarkan penilaian secara suyektif, sehingga masih ditemukan pejabat yang menjabat suatu jabatan tidak menguasai bidang tugasnya akibatnya komitmen dan integritas pejabat yang bersangkutan rendah. Pimpinan yang tidak menguasai bidang tugasnya akan selalu tergantung kepada kebiasaan bukan karena seharusnya kondisi tersebut tentu akan menghambat terhadap perkembangan organisasi.

3) Jika kepemimpinan TNI belum visioner maka akan menciptakan birokrasi dilingkungan TNI akan semakin mengarah pada penyimpangan. Mekanisme-mekanisme lama yang bertentangan dengan ketentuan menjadi birokrasi yang seolah-olah benar padahal salah, pada prinsipnya sistem sudah disusun melalui berbagai bujuknis dengan baik, namun dalam implementasinya terjadi peyimpangan kondisi demikian akan terus berlangsung apabila sistem birokrasi di di organisasi tersebut tidak segera di robah, tentunya untu merobah itu semua harus dimulai dari kepemimpinan yang visioner.

4) Jika kepemimpinan belum visioner akan menyebabkan pembinaan Sumber Daya Manusia (Personel) tidak akan berlangsung dengan baik. Penempatan personel dilingkungan TNI masih berlangsung tanpa melihat dan tidak mempertimbangkan Kompetensi personel. Reformasi birokrasi yang dilaksanakan di lingkungan TNI meliputi aspek doktrin, struktur dan kultur yang sejalan dengan kebijakan reformasi birokrasi nasional guna mewujudkan tata kelola pemerintahan yang bersih dan berwibawa. Dari aspek penempatan personel masih terjadi berdasarkan penilaian subyektif, idealnya selain penempatan berdasarkan kompetensi seharusnya penunjukan pejabat harus berdasarkan Fit and Proper Test, selama ini pejabat yang melaksanakan Fit and Proper Test hanya terbatas pada penunjukan Panglima TNI dan Kepala Staf Angkatan sesuai dengan amanat Undang-undang Nomor 34 tahun 2004 Tentang TNI, sementara jabatan strategis lainnya dilingkungan TNI dilaksanakan oleh Panglima TNI dan Kepala Staf Angkatan.

b.Implikasi Pencegahan Tindak Pidana Korupsi Terhadap Terwujudnya Pembangunan Nasional.

1) Jika Pencegahan tindak pidana korupsi tidak dilaksanakan secara sistematis dengan menjatuhkan sanksi yang berat, maka akan melahirkan pemimpin yang korup dimasa yang akan datang. Pemberian sanksi hukuman pidana dan denda dalam perkara tindak pidana korupsi sampai saat ini belum maksimal. Salah satu tujuan penjatuhan hukuman adalah untuk menimbulkan efek jera bagi pelaku dan orang lain, dalam praktek yang selalu dipublikasikan bahwa sanksi pidana dan sanksi denda yang dijatuhkan kepada para pelaku tindak pidana korupsi belum maksimal, bahkan beberapa penegak hukum turut serta melakukan tindak pidana korupsi, beberapa Hakim dan Jaksa Penuntut umum telah tertangkap tangan melakukan tindak pidana korupsi. Para pelaku tindak pidana korupsi ini pada umumnya sudah mempunyai kedudukan atau jabatan yang cukup strategis baik itu di lembaga negara departemen maupun non departemen, baik itu Hakim maupun Jaksa Penuntut umum. Penyebab atau yang melatar belakangi perbuatan korupsi tersebut adalah karena para pelaku mempunyai moral yang rendah, mementingkan diri sendiri dan tidak pernah memiliki pandangan kedepan. Akibat perbuatan korupsi sangat merugikan keuangan negara dan menimbulkan kemiskinan bagi rakyat sudah seharusnya perbuatan korupsi tersebut harus segera dihentikan.

2) Jika pencegahan tindak pidana korupsi tidak dilaksanakan sejak dini makan menurunnya Komitmen dan Integritas pemimpin. Kemewehan, kekayaan salah satu godaan bagi setiap pejabat negara dan TNI, godaan tersebut secara langsung akan menurunkan komitmen dan integritas seorang pemimpin. Menurunnya komitmen dan integritas pemimpin akan menimbulkan tindak pidana korupsi dan berimplikasi terhambatnya pembangunan nasional. Anggaran yang dialokasikan pemerintah terhadap organisasi belum efisien hampir di semua angkatan, termasuk penganggaran terhadap perawatan alutsista dan pengadaan barang dan jasa. Kondisi demikian mengakibatkan pelaksanaan pembangunan postur TNI dan Pembangunan nasional secara umum menjadi tidak optimal.

3)Jika pencegahan tindak pidana korupsi tidak dilakukan sejak dini maka akan menyebabkan penyerapan anggaran tidak optimal. Sistem pengadaan dilingkungan TNI secara piranti lunaknya sudah baik, namun masih ada celah yang dapat dilakukan untuk menyimpangi ketentuan yang ada salah satunya ketentuan pengadaan barang dilingkungan TNI harus melalui LPSE sampai saat ini belum berjalan secara baik. Pembelian alat utama sistem senjata (Alutsista) di lingkungan TNI berpotensi terjadinya tindak pidana Korupsi karena ada permainan segelintir orang yang lazim disebut calo atau makelar pengadaan, jika tidak diberantas, akan membebani keuangan negara dan merugikan TNI sebagai pengguna. Para calo sangat lihai karena mereka sudah merancang sejak adanya pengajuan anggaran, proses lelang hingga penentuan pemenang. Selain itu, sistem akuntansi instansi belum diterapkan dengan baik sehingga terjadi perbedaan catatan realisasi yang signifikan antara Dephan/TNI dan Departemen Keuangan. Pada saat ini TNI belum menerapkan sistem manajemen dan akuntansi barang milik negara (Simak BMN) dengan baik dan benar, padahal, kesuksesan operasi militer sangat ditentukan jumlah dan mutu alutsista dan manajemen logistiknya. Hal lain adalah karena pengelolaan kas dan rekening di Dephan/TNI belum terpadu, transparan, dan akuntabel, masih banyak jumlah rekening dan uang yang belum dilaporkan dengan tertib, akibatnya sistem pengadaan maupun perawatan alutsista belum transparan dan akuntabel terutama terhadap pengadaan alutsista melalui perantara broker sehingga akan berpotensi menimbulkan keuangan negara.

14.Permasalahan Yang Dihadapi.

a.Sifat-Sifat Kepemimpinan belum sesuai dengan 11 (sebelas) Azas-Kepemimpinan. Komitmen dan integritas pemimpin saat ini terjadi degradasi jika dibandingkan dengan pemimpin TNI dimasa yang lalu, misalnya kepemimpinan Jenderal Besar Sudirman pada masa lampau memiliki komitmen dan integritas yang sangat tinggi, segala upaya dilakukan penjajah untuk melunturkan komitmen dan integritas tetapi tidak berhasil. Dengan komitmen dan integritas yang tinggi Jenderal Sudirman tetap memimpin perjungan walaupun harus ditandu oleh anak buahnya. Demikian sebaliknya dengan komitmen dan integritas yang ditunjukkan Jenderal Sudirman sehingga seluruh anak buahnya rela memikul sang jenderal diatas tandu untuk memimpin perjuangan. Pemimpin sesempurna Jenderal Sudirman dilingkungan TNI sudah sangat sulit ditemukan, hampir seluruh prajurit TNI memikirkan keluarga sehingga tidak pokos memikirkan negara hal ini disebabkan masih rendahnya kesejahteraan di lingkungan TNI. Sifat dasar manusia tidak pernah merasa cukup, selalu kurang sifat dasar manusia tersebut akan berkembang jika pemimpin mengalami degradasi komitmen dan integritas sehingga melakukan tindak pidana korupsi. b.Fungsi dan Peran Pemimpin Belum Optimal. Sistem birokrasi organisasi dilingkungan TNI pada umumnya sudah diatur secara baik, namun dalam implementasinya mengalami banyak penyimpangan sehingga menimbulkan potensi akan terjadinya tindak pidana korupsi. Penyimpangan birokrasi ini pada umumnya dilakukan oleh para bawahan atau staf, pimpinan hanya menerima laporan dan masukin dari para bawahan. Kondisi demikian adalah salah satu ciri kepemimpinan yang tidak memiliki karakter Visioner dan Transformsional sehingga penyimpangan tersebut berjalan seolah-olah normal. Berbagai peraturan yang berkaitan dengan kepemimpinan di lingkungan TNI belum sepenuhnya mengakomodasi cara-cara memilih dan menunjuk seseorang untuk menjabat suatu jabatan strategis. Undang-undang nomor 34 Tahun 2004 tentang TNI, hanya mengatur Penunjukan Panglima TNI dan Kepala Staf Angkatan. Ketiga pejabat tersebut memangku jabatan telah melalui mekanismes yang panjang salah satunya adalah melalui fit and proper test di hadapan DPR RI. Pemimpinan dilingkungan TNI yang mempunyai kewenangan atau memiliki jabatan yang sangat strategis cukup banyak, namun penunjukan terhadap para pejabat tersebut menjadi kewenangan Panglima TNI dan Kepala Staf Angkatan tanpa melalui uji kompetensi (fit and proper test), seharusnya setiap pejabat yang akan menjabat jabatan strategis mulai dari jabatan setingkat Komandan Kewilayahan (Komandan Kodim) harus melalui Fit and Proper Test untuk mengetahui konsep kepemimpinannya sehingga melalui mekanisme tersebut akan ditemukan pemimpin yang terbaik untuk memimpim organisasi dalam rangka mencapai tujuan organisasi.

BAB IVPENGARUH PERKEMBANGAN LINGKUNGAN STRATEGIS

15.Umum. . Dinamisasi Perkembangan lingkungan strategis dalam negeri yang ditandai oleh berbagai dimensi perubahan di bidang politik, ekonomi, sosial budaya, dan pertahanan keamanan perlu disikapi secara bijak dan proporsional. Kawasan regional, dinamika hubungan internasional menunjukkan adanya indikasi kecenderungan potensi instabilitas yang memerlukan perhatian yang sangat serius, peningkatan eskalasi sengketa di Laut China Selatan, perkembangan China Factor di kawasan, serta isu ketahanan ekonomi, yang menuntut kohesivitas negara-negara di kawasan untuk semakin sinergis melalui forum-forum regional yang ada.Indonesia sebagai negara yang tengah membangun, serta merupakan bagian dari dinamika pergaulan masyarakat internasional juga tidak luput berbagai implikasi dinamika global dan regional terhadap dinamika domestik. Hal tersebut merupakan keniscayaan dari fenomena globalisasi, dimana dinamika regional kawasan dan dinamika global berdampak pada dinamika domestik nasional, demikian pula sebaliknya. Oleh sebab itu, dalam rangka untuk mengantisipasi dinamika eksternal tersebut, kondisi domestik harus memiliki tingkat resillience yang tinggi, sembari memproyeksikan kepentingan nasional yang ada melalui kebijakan luar negeri. Khusus dalam hal peningkatan peran serta serta aktif Indonesia dalam berbagai penyelesaian polemik di tingkat regional maupun global, sekilas bagi kalangan awam hal tersebut bukan merupakan prioritas utama bagi upaya pembangunan nasional. Namun, jika ditilik lebih mendalam, peningkatan peran serta serta aktif Indonesia dalam berbagai penyelesaian polemik di tingkat regional maupun global akan berdampak pada peningkatan prestige Indonesia di kalangan masyarakat Internasional dan pada akhirnya hal tersebut akan mendukung pencitraan Indonesia, serta meningkatkan posisi tawar Indonesia bagi berbagai kepentingan nasional yang ada. Kinerja Politik Luar Negeri berhadapan dengan ekspektasi publik yang sangat tinggi untuk mendukung kepentingan nasional. Perlu di sadari bahwa peningkatan kinerja Politik Luar Negeri merupakan proses berkesinambungan yang memerlukan dukungan dan parisipasi berbagai pihak dan stake-holders. Rencana Amerika Serikat yang akan pindah fokus dari Timur Tengah ke Asia-Pasifik pada tahun 2020 dengan menempatkan 60% kekuatan Angkatan Laut di wilayah Asia-Pasifik. Pengiriman jet-jet tempur AS ke beberapa negara di kawasan Samudera Pasifik, seperti Thailand, India, Singapura dan Australia dengan maksud untuk memperkuat kehadiran militer AS di Samudera Pasifik.[footnoteRef:29] Kondisi ini perlu diantisipasi karena Indonesia berada pada posisi tidak baik yaitu memilih diantara 2 (dua) kekuatan; Amerika Serikat dan Cina. [29: http://news.liputan6.com/read/795932/perkembangan-lingkungan-strategis-global-dan-regional, di Unduh tanggal 7 April 2014, 19.00wib]

16.Perkembangan Global. Dinamika dunia Internasional saat ini diwarnai dengan pergeseran hegemoni Amerika Serikat; khususnya di kawasan Asia-Pasifik sedikit demi sedikit mulai tergerus oleh pesatnya pertumbuhan di Cina. Amerika Serikat tentunya tidak menginginkan terjadi ketimpangan pengaruh; karena dengan hilangnya hegemoni di kawasan Asia-Pasifik akan membawa dampak kerugian sangat besar pada semua aspek kehidupan Amerika Serikat. Di sisi lain, Cina, telah menjelma menjadi sebuah kekuatan besar membawa dampak positif dan negatif; sehingga pertumbuhan di Cina merupakan koin yang memiliki 2 (dua) sisi; ancaman dan peluang. Kondisi Amerika Serikat yang sedang carut marut; menjadi semacam anti klimaks dari peran sentral Amerika Serikat di kancah Internasional, laju pertumbuhan Cina yang belum terlihat akan berhenti; cepat atau lambat akan mulai mengimbangi bahkan sangat mungkin melewati kekuatan dan pengaruh Amerika Serikat dan hal ini sangat disadari oleh Cina dan pihak lainnya, baik yang berseberangan maupun beraliansi. Waktu 6 tahun (2014-2020) sangatlah cukup bagi Cina mengejar posisi Amerika Serikat setidaknya untuk mengimbangi kekuatan dan pengaruh pada kawasan Asia Pasifik. Hal ini tentunya membuat Amerika Serikat dalam posisi mewaspadai; dan juga negara-negara di kawasan terutama yang bersengketa langsung dengan Cina mulai menyusun strategi perang. Liberalisasi perdagangan merupakan ciri utama dari era globalisasi. Globalisasi perekonomian dunia yang semakin kompleks dan kompetitif tersebut menuntut tingkat efisiensi yang tinggi. Dampak dari kondisi tersebut adalah persaingan yang ketat dalam kualitas produk dan jasa.WTO (World Trade Organization) merupakan suatu wadah dalam sistem perdagangan di dunia. Kini anggotanya mencapai lebih 90% dari total seluruh negara di dunia. Ketentuan WTO dilandasi oleh prinsip perdagangan bebas dalam bentuk persaingan bebas dan kawasan perdagangan bebas.Umumnya negara-negara maju yang menjadi anggota WTO menginginkan dengan segera adanya pasar yang terbuka di seluruh dunia dan memberikan peluang persaingan yang sama bagi seluruh negara anggota.Namun hal tersebut bagi Indonesia tentu akan menjadi suatu masalah, karena kapasitas atau kemampuan Indonesia untuk bersaing masih terbatas dan juga belum mampu secara optimal memanfaatkan hak dan kewajibannya sesuai ketentuan WTO. Keikutsertaan Indonesia sebagai anggota WTO sangat penting, karena akan melindungi dari persaingan yang tidak sehat dan juga mengamankan kepentingan perdagangan Indonesia di dunia internasional. Indonesia masuk WTO tahun 1995, kemudian membentuk komite anti dumpingnya tahun 1997. Hingga kini, sudah ada 30 kasus dumping yang ditangani oleh komite ini dalam rangka menyelamatkan produk Indonesia.

17.Perkembangan Regional. Pengaruh Keamanan Regional bagi Keamanan Nasional Indonesia khususnya perkembangan yang terjadi di Laut China Selatan kini telah menjadi salah satu flash point, sengketa wilayah diperairan tersebut bukan saja melibatkan enam negara yaiti China Taiwan, Vietnam, Filipina, Brunai dan Malasya, tetapi juga menyangkut kepentingan kekuatan besar dikawasan seperti Amerika Serikat. Akibat sengketa wilaayah di laut China Selatan kini tidak lagi sebatas saling klaim wilayah dan perebutan sumber daya alam, tetapi sudah merambah pula kepada isi kebebasan bernavigasi. Dalam perkembangan terakhir, sengketa laut cina selatan telah mempengaruhi perubahan kebijakan pertahanan Amerika Serikat secara global. Mengacu pada Sustaining US Global Leadership : Priorities for 21st Century Defense yang diumumkan oleh Presiden Amerika Serikat Barack Obama, Prioritas utama pertahanan Amerika Serikat saat ini dan ke depan adalah di kawasan Pasifik. Sebagai implementasi kebijakan tersebut, Amerika Serikat mulai memusatkan kembali sumber daya nasionalnya ke kawasan laut china selatan. Indonesia sebagai negara terbesar di kawasan Asia Tenggara memiliki kewajiban internasional untuk menjaga stabilitas kawasan. Kewajiban tersebut bukan saja merupakan konsekwensi sebagai warga dunia, tetapi karena Pembukaan Undang-Undang dasar 1945 telah mengamanatkan kepada bangsa indonesia untuk turut menjaga perdamaian dunia. Dalam konteks kekinian, pengejawatahan dari amanat konstitusi tersebut tidak sebatas berpartisipasi dalam pengiriman pasukan perdamaian untuk mendukung missi PBB, tetapi mencakup pula uapay secara unilateral, bilateral dan multilateral guna menjaga perdamaian dan stabilitas kawasan. Walaupun Indonesia tidak termasuk dalam negara pengklaim, Indonesia memiliki kepentingan terhadap dinamika di Laut China Selatan yang meliputi tiga aspek yaitu :[footnoteRef:30] [30: Departemen Pertahanan RI, Buku Putih Pertahanan Negara, jakarta, 2008, Hal]

a. Politik. Sengketa Laut China Selatan apabila bereskalasi akan berdampak pada terancamnya perdamaian dan stabilitas kawasan, kondisi tersebut sangat jelas bertentangan dengan kepentingan politik indonesia. Implikasi yang akan terjadi bagi indonesia adalah wilayah ZEE indonesia akan terkena spill over, fakta menunjukkan bahwa china telah menerbitkan peta yang dikenal dengan dash line yang menglain zona ekonomi eksklusif Indonesia, untuk dapat mengatasi hal tersebut indonesia membutuhkan modal politik dan pemimpin yang visioner dan Transformsional.

b. Ekonomi. Implikasi ekonomi secara langsung terhadap indonesia adalah terancamnya pendapatan negara dari ladang gas bumi di ZEE Indonesia di perairan Laut China selatan.

c. Militer. Kekuatan Militer Indonesia harus mampu mengamankan kepentingan nasional indonesia apabila pecah konflik di Laut China Selatan, baik dalam rangka spill over yang muncul maupun ladang gas yang terletak di ZEE Indonesia. Untuk dapat mewujudkan hal tersebut dibutuhkan posstur TNI yang mampu beroperasi secara gabungan di laut Natuna untuk itu diperlukan Pimpinan yang Visioner dan Transformsional.

18.Perkembangan Nasional. Indonesia sebagai negara yang tengah melaksanakan visi pembangunan nasional, juga memerlukan formulasi kebijakan luar negeri yang tepat dalam rangka untuk mendukung kepentingan nasional, khususnya bagi penyelenggaraan pembangunan nasional. Formulasi dan implementasi kebijakan luar negeri yang tepat tentunya senantiasa ditujukan untuk mendukung dan mengedepankan kepentingan nasional TNI selaku komponen utama pertahanan negara mempunyai peranan yang cukup signifikan dalam menjaga keutuhan dan kedaulatan negara. Perkembangan lingkungan startegis RI di kawasan regional maupun global belakangan ini menunjukkan perkembangan dinamika yang sangat pesat. Segala seuatunya yang berhubungan dengan perkembangan situasi di laut China Selatan harus di sikapi sejak dini, para pimpinan TNI harus mampu memprediksi dan melakukan langkah-langkah yang kongkrit untuk mengantisipasi karena jika pada akhirnya perang pecah di kawasan tersebut maka Indonesia harus bereaksi untuk menjaga wilayah ZEE dan sumber daya alam yang terkandung didalamnya. Beberapa aspek yang harus di pertimbangkan dalam perkembangan lingkungan strategis adalah sebagai berikut : a.Aspek Geografi. Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) adalah negara kepulauan yang terdiri dari 17.504 pulau besar dan kecil yang terhampar pada wilayah nusantara yang sangat luas. Sebagai negara kepulauan, sebagaimana dideklarasikan dalam Deklarasi Juanda pada tahun 1957, Indonesia memiliki wilayah lautan sekitar 75 persen dari seluruh wilayah Indonesia, atau sekitar 5,83 juta km2, dan sisanya sekitar 2,03 juta km2 adalah wilayah daratan. Kondisi geografis yang demikian ini memerlukan suatu upaya ekstra keras untuk menjaga dan menyatukan dalam suatu kesatuan wilayah nusantara melalui upaya menyeluruh dari seluruh komponen masyarakat untuk membangun semangat kesetiakawanan sosial yang bersifat lintas suku, lintas daerah, dan lintas agama untuk menyatukan kekuatan dalam melaksanakan pembangunan nasional. Kondisi geografis ini perlu dicermati dalam menggalang konsolidasi masyarakat karena dengan luas wilayah cukup luas dan terdiri dari kepulauan, upaya melakukan kondolidasi masyarakat tentu menjadi cukup sulit untuk dilakukan.

b.Aspek Demografi. Indonesiaadalahmerupakan negara keempat dengan jumlah pendudukterpadatdi dunia.Jumlahpendudukyang dimilki Indonesia saat ini telah mencapai jumlah238juta jiwa.[footnoteRef:31] Sayangnya, padatnya jumlah penduduk tersebut tidak diimbangi dengan pemerataan persebaran penduduk yang terpusat di Jawa, serta meningkatnya penduduk perkotaan akibat terus meningkatnya arus urbanisasi pada hampir di seluruh perkotaan di Indonesia. Jumlah penduduk yang sangat besar tersebut akan menjadi suatupotensisumberdaya yang besar pula dalam pembangunan nasional apabila terjalin rasa kebersamaan sebagai suatu bangsa, termasuk terjalinnya kerukunan hidup antar umat beragama. Namunapabila terjadi konflik dalam masyarakat, besarnyajumlah penduduk tersebut dapat menjadipersoalanbesar bagi Pemerintahdan seluruh masyarakat Indonesia. Upaya mengimplementasikan kewaspadaan nasional terhadap ancaman konflik antar umat beragama pada akhirnya menjadi sangat penting untuk dilakukan mengingat tingginya tingkat pluralitas umat beragama di Indonesia [31: http://www.tempointeraktif.com/hg/kesra/2010/07/01/brk,20100701-259977,id.html, diunduh tanggal 8 April 2014, 21wib]

c.Aspek Ideologi. IndonesiamemilkiPancasilasebagai falsafah dan pedoman hidup bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara, dimana di dalamnya terkandung sila Ketuhanan Yang Maha Esa. Sila tersebut menegaskan keberadaan Indonesia sebagai negara yang beragama namun tidak terikat pada satu ajaran tertentu saja, akan tetapi terdiri dari beberapa agama. Oleh karenanya, antar umat beragama harus saling menghargai ajaran dan kepercayaan masing-masing agama untuk hidup rukun dan menghargai toleransi antar umat sebagaimana dicantumkan pula dalam semboyan bangsa kita,Bhinneka Tunggal Ika, berbeda-beda namun tetap satu juga.Soekarno pernah mengatakan jika diperas Pancasila akan menghasilkan satu nilai yakni gotong royong. Gotong royong juga merupakanakar kehidupan masyarakat Indonesia yang beragamagamanya,yang bila mampu diolah secara baik dapat bergunauntukmemperkuatprosesintegrasi sosial sertamampu mengantisipasikerawanan konflik horizontal, seperti konflik antar umat beragama,dan meningkatkan kepedulian maupun peran aktif masyarakat dalam pembangunan. Uraian diatas menggambarkan bahwa manifestasi ideologi Pancasila mempunyai peran penting dalammenjaga kerukunan antar umat beragama dalam rangka mendukung berjalannyapembangunannasional dengan baik dan lancar, sertamendorong pemberdayaan masyarakat untuk lebih aktifdidalamnya.

d.Aspek Politik. Aspek politik memiliki pengaruh yang sangat besar bagi perkembangan aspek lainnya.Melalui politikakanlahir sekian kebijakan nasional yang mencakup berbagai aspek kehidupan bermasayarakat, berbangsa, dan bernegara. Jika kita melihat pada kehidupan politik Indonesia saat ini,perjalanan bangsa dan masyarakat Indonesia telah mengalami berbagai perkembangan dan perubahan dalam berbagai sistem nilai dan tatanan kehidupan yang menyebabkan terjadinya reformasi sistem politik. Perkembangan sistem politik pada dasarnya menghendaki tercapainya tujuan nasional sebagaimana tercantum dalam Pembukaan UUD 1945 yang dalam pelaksanaannya disesuaikan dengan konteks jaman hari ini. Proses demokratisasiyangberjalan mulusdapat terlihat pada pemilihan Presiden dan Wakil Presiden secara langsungyang telah dua kali dilaksanakan. Akan tetapi, situasi politik Indonesia sesungguhnya masih belum bisa dikatakan cukup sehat karena, kerap kali kebijakan yang diambil oleh Pemerintah lebih didorong oleh kontradiksi elit ketimbang realitas sosial masyarakat itu sendiri.Salah satu hal yang dapatdilihat misalnya, kurang tegasnya Pemerintah menindak kelompok fundamentalis yang berpretensi besar menimbulkan konflik antar umat beragama di Indonesia.Padahal nyata-nyata tindakan kaum fundamentalis tersebut bertentangan dengan ajaran Pancasila sebagai dasar negara. Kondisi politik yang kurang mampu mengakomodir perbedaan masyarakat seperti ini lebih lanjut mempengaruhi kondisigrass roots(akar rumput) masyarakat untuk saling berkonflik satu sama lainnya.

d. Aspek Ekonomi. Kerja keras Pemerintahan untuk pemulihan ekonomi telah dapat menelurkan hasil yang cukup signifikan, dan telah mampu mengangkat kehidupan sosial ekonomi masyarakat dari keterpurukan, walaupun kondisi itu telah terganggu, karena kenaikan BBM dan krisis pangan serta keuangan dunia.Sementara kepercayaan pelaku ekonomi dari dalam dan luar negeri, kepada pemerintah masih perlu terus diperbaiki. Pemberdayaan ekonomi rakyat masih perlu terus diperdayakan, memerlukan waktu dan kerja keras bagi seluruh komponen bangsa. Pelaksanaan deregulasi perijinan sampai sekarang masih perlu disempurnakan, sehingga masih terjadi ekonomi biaya tinggi. Hal ini berdampak lemahnya daya saing produksi Nasional di pasar Regional maupun Internasional. Hal ini akan berpengaruh kepadaKepemimpinan kenegarawanandalam mengambil kebijakan untuk mampu mendorong masyarakat Indonesia yang akan dapat mewujudkan pemberdayaan ekonomi rakyat, memihak kepada rakyat kecil guna mempercepat Pembangunan Nasional. Potensi konflik biasa terjadi pada masyarakat yang kurang sejahtera atau dengan kata lain kurang terberdayakan potensi ekonominya. Minimnya kesejahteraan masyarakat akibat kurangnya ketersediaan akses untuk berproduksi akan mendorong masyarakat melakukan berbagai aktifitas kriminal dalamm bentuk apapun, termasuk sensitif dalam menghadapi perbedaan pandangan agama.Tingkat kesejahteraan rakyatIndonesia sendiribelum beranjak secara signifikansemenjakterpuruk padakrisis moneter1998silam. Era reformasi menyadarkan bangsa Indonesia bahwa paradigma ekonomi selama Orde Baru memang keliru karena tidak bersifat kerakyatan, dan jelas-jelas berpihak pada kepentingan konglomerat yang bersekongkol dengan pemerintah(state-coorporate). Maka munculah gerakan ekonomi kerakyatan yang sebenarnya tidak lain dari sub-sistem ekonomi Pancasila, tetapi karena kata Pancasila telah banyak disalahgunakan orde Baru, banyak kalangan cenderung alergi dan menghindarinya[footnoteRef:32].Ekonomi kerakyatan yang diterapkan dengan baik sesungguhnya dapat digunakan untuk mengakomodasi lini produktif masyarakat melalui optimalisasi sektor riil. Sehingga masyarakat lebih disibukkan dalam aktifitas produksi dan terpenuhi kebutuhan pragmatisnya. Perlu dibangun sebuah mekanisme yang mendorong kerja kolektif masyarakat yang memungkinkan bagi masyarakat untuk membaur sehingga terjalin rasa kesetiakawanan yang akan meminimalisir ancaman konflik masyarakat.Mengacu kepada teori sosiologi modern, lembaga gotong-royong bekerja beradasarkan nilai solidaritas organik, sedangkan dalam koperasi berlaku nilai solidaritas fungsional.[footnoteRef:33] [32: MubyartoGuru Besar FE - UGM :Ekonomi Kerakyatan dalam Era Globalisasi] [33: Dr M Dawam Rahardjo, Ekonomi Kerakyatan dan Demokrasi Ekonomi, Media Indonesia, Jum'at, 16 Agustus 2002]

e. Aspek Sosial Budaya. Sistem komunikasi dan informasi yang semakin canggih dan transparan sebagai akibat kemajuan arus globalisasi telah memudahkan akses masyarakat daerah kepada hubungan masyarakat Internasional, termasuk industri pariwisata setempat. Hal ini dapat mempengaruhi masyarakat daerah dalam menyerap budaya daerah maupun budaya Internasional. Selain itu dengan membanjirnya produk barang dan jasa dari negara asing, telah menyebabkan budaya konsumerisme yang tinggi, sehingga akan membahayakan bagi sebagian besar masyarakat daerah dimana kondisi kemampuan ekonominya terbatas. Budaya materialisme cenderung menjadi gaya hidup bagi aparatur pemerintah di pusat ataupun di daerah dengan realita gaji yang diperoleh relatif rendah hanya sekedar untuk dapat memenuhi kebutuhan makan dan kebutuhan hidup sekedarnya. Dengan demikian sebagai aparatur pemerintah cenderung mengejar materi dengan menyalah-gunakan wewenangnya yang dipercayakan kepadanya. Dengan kebutuhan yang diinginkan tersebut akibatnya, tindakan korupsi, kolusi dan nepotisme terpaksa dilakukan, sehingga sulit untuk membedakan lagi antara perilaku korupsi atau bukan. Dengan hal tersebut dapat berpengaruh terhadapKepemimpinan kenegarawanandalam mengambil sikapuntuk dapat lebih memandang dari sisi ekonomi dan kesejahteraan bagi masyarakatnya secara nasional maupun dengan contoh keteladanan dan kesederhanaan para pejabat Pemerintah.

g.Aspek Pertahanan dan Keamanan. Dalam mengimplementasikan kewaspadaan nasional terhadap kerukunan antar umat beragama saat ini,salah satu upayayang dapat dilakukan untukmembangun rasa kebersamaan dan mengurangi ancaman disintegrasi nasional ialah dengan menerapkan Sistem Pertahanan Keamanan Rakyat Semesta (Sishankamrata). Sistem iniadalah doktrin yang lahir di era Revolusi, yang mengharuskan seluruh rakyat Indonesia untuk turut berjuang mempertahankan kemerdekaan. Hal ini dapat dilakukan dengan mengajak masyarakat luas untuk turut memikirkan dan terlibat dalam sistem pertahanan dan keamanan negara, misalnya dengan menerapkan wajib militer, memberikan rakyat kesempatan untuk dilatih membela negara dalam jangka waktu tertentu, seperti yang dilakukan oleh beberapa negara. Cara ini oleh beberapa negara tersebut dinilai sebagai suatu cara efektif untuk meningkatkan kecintaan dan kesadaran bernegara. Sishankamrata dalam perspektif modal sosial pada dasarnya merupakan perwujudan dari pemberdayaan masyarakat dalam bela negara, baik dalam menghadapi ancaman internal maupun eksternal. Ancaman dalam biang pertahanan dan keamanan yang cukup serius dan sangat mengganggu pada saat ini adalah terorisme yang banyak melakukan peledakan bom sehingga mengganggu ketenangan masyarakat secara umum. Sishankamrata juga merupakan model efektifuntukmengantisipasi kerawanan konflik sosial masyarakattermasuk konflik antar umat beragamadengan memposisikan masyarakatterlibat secara aktif di dalamnya.

19.Peluang. Dinamika perkembangan lingkungan strategis memang selalu membawa implikasi, baik positif maupun negatif, secara langsung maupun tidak langsung. Hal ini dapat mempengaruhi jalannya pembangunan nasional yang sedang terlaksana saat ini. Peluang yang dapat dimaksimalkan adalah sebagai berikut :

a.Aspek Lingkungan Global. Liberalisasi perdagangan telah membawa dampak terhadap perekonomian dunia yang semakin komplek dan kompetetif sehingga setiap negara termasul Indonesia berupaya meningkatkan kualaitas produk dan jasa. Organisasi Perdagangan Dunia WTO telah membuka peluang terjadinya perdagangan bebas diseluruh belahan dunia termasuk Indonesia, hal ini menjadi salah satu peluang bagi peningkatan perekonomian apabila disikapi secara positif, namun akan menjadi kendala apabila tidak disikapi secara positif karena dengan perdagangan bebas akan menjadikan pasar bagi produk negara asing di Indonesia dan akan menyingkirkan produk dalam negeri. b.Aspek Lingkungan Regional. Peningkatan eksklasasi di wilayah laut China Selatan antara China dan negara-negara yang berada disekitar wilayah terkait klaim China atas wilayah laut China Selatan telah membawa dampak terhadap Indonesia. Upaya China tersebut telah membuat Amerika Serikat Galau, perkembangan Pembangunan Militer China sangat memungkinkan akan terjadi perang antara China melawan negara kawasan dan Amerika. Milihat kondisi tersebut diatas Indonesia dapat menunjukkan eksistensinya dalam mencegah terjadinya perang, selain akan bermanfaat bagi keamanan wilayah Natuna juga akan mendapat penilaian dari dunia internasional.

c. Aspek Lingkungan Nasional. Dinamika perkembangan Globl dan regional secara langsung akan mempengaruhi perkembangan lingkungan nasional, sehingga dengan demikian kesiapan TNI selaku alat negara dalam bidang Pertahanan harus menyusun strategi pertahanan dengan memanfaatkan segala aspek yang ada (ASTAGATRA). Untuk tidak terjebak kedalam arus globalisasi yang negatif maka pemerintah perlu meningkatkan dan menguatakan idiologi, nasionalisme dan cinta akan budaya nasional.

20.Kendala. Pengaruh-pengaruh lingkungan strategis global, regional dan nasional akan memberikan dampak terhadap berbagai aspek kebijaksanaan di Indonesia terutama yang berkaitan dengan strategi pertahanan di wilayah perbatasan dan wilayah laut China Selatan. Dari perkembangan lingkungan strategis ini didapatkan kendala

a.Aspek Lingkungan Global. Perdagangan bebas secara umum akan menimbulkan persaingan yang tidak terkendali, dan akan menghilangkan pendapatan negara dari sektor pajak pabean, kondisi demikian akan menjadi masalah bagi Indonesia karena kapasitas atau kemampuan Indonesia untuk bersaing masih sangat terbatas, dengan perdagangan bebas maka barang-barang luar akan masuk Indonesia sehingga menyingkirkan produk dalam negeri.

b.Aspek Lingkungan Regional. Memanasnya hubungan Amerika Serikat dengan China dan Rusia telah menimbulkan ketegangan diantara ketiga negara tersebut, indonesia sebagai negara yang merdeka dan menjujung tinggi perdamaian akan menghadapi kekuatan besar apabila ketengan tersebut berlanjut kepada perang, khususnya di wilayah laut China Selatan indonesia mempunyai kepentingan untuk mengamankan ZEE dan sumber gas yang terkandung didalamnya.

c.Aspek Lingkungan Nasional. Perkembangan Lingkungan Global dan Regional telah membawa pengaruh negatif terhadap berbagai aspek kehidupan diantaranya terjadinya kerawanan, melunturnya kebudayaan, ancaman teroris, konflik horinzontal. Secara politik pemerintah tidak konsisten untuk menindak kelompok-kelompok radikal sehingga para teroris dapat bergerak secara leluasa di Indonesia. Pada aspek ekonomi dapat terlihat lemahnya daya saing Indonesia dalam sistem perdagangan bebas karena produk nasional belum mampu memenuhi rasa puas akan kebutuhan konsumen. Pada aspek sosial budaya meningkatkan budaya materialisme berkembang menjadi gaya hidup bagi masyarakat sehingga tidak sebanding dengan penghasilan sehingga untuk memenuhi kebutuhan materialisme akan menciptakan terjadinya korupsi.

BAB VKONDISI KEPEMIMPINAN TNI YANG DIHARAPKAN

21.Umum. Menghadapi dinamika perubahan lingkungan strategis serta hakekat ancaman terhadap NKRI yang semakin sulit diprediksikan, Pemimpin di lingkungan TNI dituntut untuk berubah menjadi organisasi yang lebih profesional, efektif, efisien dan modern karena fungsi outward looking mengharuskan dimilikinya kapasitas ini. Jika merujuk pada US Army Transformation Roadmap 2004, terlihat bahwa organisasi militer sehebat Amerika Serikat yang memiliki keunggulan dibidang teknologi persenjataan sekalipun sangat mengakui bahwa manusia memegang peranan sentral dalam keberhasilannya. Regardless of concepts, capabilities and technologies, it is important to remember that at the center of every joint system are the men and women who selflessly serve the nation. 6 Selanjutnya, dokumen tersebut juga menyatakan bahwa, Cultural change of an institution begins with the behavior of its people and leaders shape behavior. Dengan demikian, tidak dapat dipungkiri lagi bahwa keberhasilan dalam mencapai tujuan akan dapat dicapai secara optimal apabila organisasi tersebut dipimpin oleh pemimpin yang visioner.

22.Kepemimpinan TNI Yang Diharapkan. Pemimpin yang memiliki kegesitan, kecepatan serta mampu beradaptasi dalam membawa jalannya organisasi memiliki peran yang penting dalam menghadapi kondisi organisasi, yang senantiasa mengalami perubahan. Fleksibilitas organisasi pada dasarnya merupakan karya orang-orang yang mampu bertindak proaktif, kreatif, inovatif dan non konvensional. Pribadi-pribadi seperti inilah yang dibutuhkan sebagai pemimpin organisasi dilingkungan TNI saat ini. Seorang pemimpin adalah inspirator perubahan dan visioner, yaitu memiliki visi yang jelas ke arah mana organisasi akan di bawa. Kepemimpinan visioner memiliki ciri-ciri yang menggambarkan segala sikap dan perilakunya yang menunjukkan kepemimpinan yang berorientasi kepada pencapaian visi, jauh memandang ke depan dan terbiasa menghadapi segala tantangan dan resiko

a.Pimpinan TNI Telah Memiliki Sifat-sifat Kepemimpinan Yang Visioner Dan Berdasarkan 11 (sebelas azas kepemimpinan). Gaya kepemimpinan di lingkungan TNI tidak dapat terlepas dari ajaran Panglima Besar Jenderal Sudirman yaitu 11 (Sebelas) Asas KepemimpinanTNI. Pada hakikatnya asas kepemimpinan merupakan pedoman bagi seorang pemimpin. Seseorang akan dapat menjadi pemimpin yang baik apabila ia memahami serta mengaplikasikan asas-asas kepemimpinan dengan baik. Melalui berbagai proses pendidikan dan pengalaman bertugas dan pelajaran memimpin dari satuan terkecil maka pimpinan yang visioner dan transformasional di lingkungan TNI tercipta sehinga hasilnya pimpinan TNI dimasa yang akan datang akan berkerja memimpin untuk kemajuan TNI dan pengabdian kepada negara dalam rangka mencapai tujuan nasional sehingga muaranya tidak akan ada pimpinan TNI yang terlibat dengan tindak pidana korupsi. Pada dasarnya kepemimpinan militer lahir berdasarkan pengalaman dan pendidikan karena setiap pimpinan militer lahir dari pimpinan tingkat terendah sehingga teori the greatma sangat tepat bagi kepemimpinan TNI. Kepemimpinan yang paling tepat bagi TNI adalah pimpinan yang berkarakter visoner dan transformasional yaitu kepemimpinan yang mampu menggerakkan seluruh sumber daya menjalankan misi agar dapat mendekati visi yang ditetapkan serta mampu mengembangkan intuisi, imajinasi dan kretaifitasnya untuk mengembangkan organisasinya. Pimpinan yang memiliki kemampuan untuk memimpin menjalankan misi organisasinya melalui serangkaian kebijakan dan tindakan yang progressif menapaki tahapan-tahapan pencapaian tujuannya, adaptif terhadap segala perubaahan dan tantangan yang dihadapi, serta efisien dan efektif dalam pengelolaan segala sumberdaya yang dimilikinya. Pemimpin yang visoner dan transformasional menjalankan kepemimpinannya dengan dukungan penuh dari seluruh staf dan semua pihak yang terkait dengannya, disebabkan kepiawaiannya dalam meyakinkan mereka bahwa apa yang mereka laksanakan akan memberikan yang terbaik buat semua pihak. Dengan kemampuan tersebut seorang pemimpin yang visioner dan transformasional akan mampu membawa organisasinya berkembang dan mampu menghadapi segala tantangan zaman.

1) Kepribadian. Kepemimpinan di lingkungan TNI telah memiliki keunggulan karakter yang dapat diimplikasikan dengan integritas dan komitmen dalam menjalankan roda organisasi untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Kepribadian seorang pemimpin di lingkungan TNI telah berazaskan kepada 11 (sebelas) azas-azas kemimpinan. Kepemimpinan yang menerapkan 11 azas kepemimpinan pada umumnya memiliki pandangan yang visioner.

2) Kemampuan Sosial. Seorang pemimpin di lingkungan TNI telah memiliki rasa peduli kepada bawahan, masyarakat sekitar dan lingkungan setempat. Keberhasilan seorang pemimpin TNI AU dipengaruhi secara langsung oleh masyarakat sekitar, sehubungan dengan hal tersebut seorang pemimpin harus memiliki kemampuan yang fleksibel yaitu tegas terhadap musuh dan mempunyai kedekatan yang baik dengan masyarakat sekitar. Kepedulian pemimpin terhadap masyarakat akan membantu satuan karena dengan kedekatan tersebut telah mampu menarik simpatik sehingga masyarakat akan dengan suka rela memberikan informasi yang dibutuhkan.

3) Keunggulan fisik. Setiap prajurit TNI diwajibkan memiliki fisik yang baik sebagaimana telah ditentukan. Seorang pemimpin harus mempunyai kesehatan yang meliputi kesehatan jammani maupn kesehatan romawi sehingga mampu menghadapi segala bentuk ancaman. Keunggulan fisik baik yang dimiliki TNI menjadi daya tarik tersendiri bagi para politisi pejabat negara sehingga banyak anggota TNI yang menjadi pejabat di lingkungan departemen atau partai politik setelah peronel TNI mengakhiri masa tugas di lingkungan TNI.

4) Pemimpinan Yang Visioner. Kepemimpin di lingkungan TNI pemimpin memotivasi mengarahkan bawahan untuk berbuat terbaik bagi satuan, kepemimpinan transaksinal biasanya terjadi dalam penempatan jabatan atau mengikuti pendidikan yang yang bersifat strategis. Seorang pemimpin visioner dapat diukur dalam hubungannya dengan efek pemimpin tersebut terhadap para pengikutnya. Pengikut seorang pemimpin visioner memiliki adanya kepercayaan, kekaguman, kesetiaan dan hormat terhadap pemimpin tersebut dan mereka termotivasi untuk melakukan lebih daripada yang awalnya diharapkan terhadap mereka. Contohnya kepemimpinan dalam satuan operasional/tempur dimana bawahan berupaya untuk melindungi pimpinan dan berupaya memenangkan pertempuran sesuai dengan misi yang diemban satuan tersebut. Kepemimpinan visioner mencakup tiga komponen, yaitu kharisma, stimulasi intelektual, dan perhatian yang diindividualisasi. Kharisma dapat didefinisikan sebagai sebuah proses dimana seorang pemimpin mempengaruhi para pengikut dengan menimbulkan emosi-emosi yang kuat dan identifikasi dengan pemimpin tersebut.

3) Meningkatnya Sumber Daya Manusia. Lahirnya pimpinan yang visioner ditandai dengan meningkatnya komitmen dan integritas pimpinan di lingkungan TNI yang secara langsung akan mempengaruhi kinerjanya. Pimpinan yang visioner memiliki intelektual yang cukup untuk memimpin suatu organisasi. Kepemimpinan di lingkungan militer secara umum sudah bersesuaian dengan the Greatma Teory, karena dalam proses lahirnya pimpinan di lingkungan TNI adalah berawal dari orang yang dipimpin, tidak satupun pemimpin di lingkungan TNI yang tidak berasal dari prajurit yang pernah mematuhi dan mengikuti pimpinannya, dengan bekal riwayat hidup pernah dimpimpin maka pemimpin yang berasal dari TNI akan mampu memimpin dengan konsep visi yang visioner.

b.Fungsi dan Peranan Pimpinan Menjadi Optimal. Keberhasilan seorang pemimpin menggerakkan pegawai dalam mencapai tujuan organisasi sangat dipengaruhi oleh kewibawaan, penciptaan motivasi dalam diri setiap orang bawahan, kolega, maupun atasan pimpinan itu sendiri serta efektifitas dalam menjalankan fungsi kepemimpinannya. Peran kepemimpinan dalam pencapaian tujuan organisasi memegang peran yang sangat vital karena pemimpin adalah penggerak kelompok dalam organisasi untuk mendorong dan membantu serta memotivasi untuk bekerja optimal mencapai tujuan. Berdasarkan teori Model of Situtional Leadership menyatakan bahwa kepemimpinan dipengaruhi oleh suatu situasi tertentu. Dalam kepemimpinan demikian dibutuhkan komitment dan integritas. Komitmen dan Integritas pemimpim adalah salah satu kunci sukses bagi seorang pemimpin, untuk dapat memiliki karakter demikian maka pemimpim tersebut harus lah menjadi pemimpin yang visioner. Dengan kepemimpinan Visioner maka segala kritikan terhadap pemimpin akan sirna, kepercayaan masyarakat akan meningkat sehingga seluruh kebijakan yang ditetapkan akan mendapat dukungan dari seluruh bawahan. Berbagai permasalahan akan mampu diselesaikan dengan baik sehingga dapat mewujudkan akuntabilitas kinerja organisasi, dengan meningkatkan kinerja dan tata kelola yang baik (good governmance) maka pencegahan praktik korupsi, kolusi dan nepotisme (KKN), akan berhasil. Pempinan TNI pada masa mendatang harus memiliki komitmen dan integritas dalam rangka mewujudkan pembangunan postur TNI, ego sektoral atau ego satuan/matra harus dikesampingkan. Kepemimpinan visioner, adalah pola kepemimpinan yang ditujukan untuk memberi arti pada kerja dan usaha yang perlu dilakukan bersama-sama oleh para anggota organisasi dengan cara memberi arahan berdasarkan visi yang jelas . Visi dapat diartikan sebagai segala sesuatu yang ingin dicapai secara ideal dari seluruh aktivitas. Kepemimpinan visioner memiliki ciri-ciri yang menggambarkan segala sikap dan perilakunya yang menunjukkan kepemimpinannya yang berorientasi kepada pencapaian visi, jauh memandang ke depan dan terbiasa menghadapi segala tantangan dan resiko, diantara ciri-ciri utama kepemimpinan visioner adalah;[footnoteRef:34] [34: Kartanegara, Diana. (2003). Strategi Membangun Eksekutif]

1) Berwawasan ke masa depan, bertindak sebagai motivator, berorientasi pada the best performance.

2) Berani bertindak dalam meraih tujuan, penuh percaya diri, tidak peragu dan selalu siap menghadapi resiko.

3) Mampu menggalang orang lain untuk kerja keras dan kerjasama dalam menggapai tujuan, menjadi model (teladan) yang secara konsisten menunjukkan nilai-nilai kepemimpinannya.

4) Mampu merumuskan visi yang jelas, inspirasional dan menggugah, mengelola mimpi menjadi kenyataan, mengajak orang lain untuk berubah.

5) Mampu mengubah visi ke dalam aksi, menjelaskan dengan baik maksud visi kepada orang lain.

6) Innovative dan proaktif dalam menemukan dunia baru. Melaklukan terobosan-terobosan berfikir yang kreatif dan produktif. Adapun karekteristik pemimpin transformasional mempunyai empat dimensi yaitu:

a) Dimensi idealized influence (pengaruh ideal)..

b) Dimensi inspirational motivation (motivasi inspirasi).

c) Dimensi intellectual stimulation (stimulasi intelektual).

d) Dimensi individualized consideration (konsiderasi individu).

23.Kontribusi Kepemimpinan TNI Yang Visioner Guna Pencegahan Korupsi Dalam Rangka Mewujudkan Pembangunan Nasional. Terlaksananya reformasi birokrasi di lingkungan TNI melalui implementasi kepemimpinan yang visioner akan memebrikan dampak positif terhadap pencapaian pembangunan nasional, maka kontribusi yang muncul adalah :

a.Kontribusi Kepemimpinan TNI Yang Visioner Terhadap Pencegahan Korupsi.

1) Pimpinan yang visioner akan melahirkan pimpinan yang memiliki sifat-sifat kepemimpinan berdasarkan 11 (sebelas) asas kepemimpinan sebagai pendoman kepemimpinan di lingkungan TNI, dengan pemimpin menerapkan 11 (sebelas) asas kepemimpinan maka hal tersebut merupakan salah satu langkah pencegahan tindak pidana korupsi.

2) Pencegahan tindak pidana korupsi akan terwujud apabila pemimpin telah memiliki visi yang visioner. Salah satu upaya pencegahan korupsi adalah melalui pembentukan karakter sumber daya manusia sebelum personel menjabat pada suatu jabatan tertentu. Pembentukan karakter yang dimaksud adalah pembentukan pimpinan yang visioner, sehubungan dengan hal tersebut maka pembentukan pimpinan di lingkungan TNI harus dimulai sejak seorang prajurit memasuki pendidikan pertama, sudah seharusnya kurikulum pendidikan di setiap tingkat pendidikan militer harus ada mata pelajaran atau SBS tentang kepemimpinan Visioner.

3) Pemimpin yang Visioner akan menjadi pemimpin TNI dimasa yang akan datang yang mengedepankan kepentingan negara dan militer sehingga segala kebijakannya selalu diarahakan untuk kepentingan masa mendatang. Karakter demikian akan menjadi contoh tauladan bagi seluruh bawahan termasuk pengelola anggaran dan pengadaan sehingga seluruh anggaran yang telah dialokasikan dapat terserat secara tepat guna.

4) Kepemimpinan Visioner akan melahirkan pimpinan yang disegani mampu mengendalikan dan mampu mengadakan pengawasan. Pola tindak pemimpin visioner akan melahirkan pimpinan yang selalu terbuka dengan saran masukan dari para bawahannya termasuk dalam pengadaan alutsista akan selalu berorientasi terhadap ketentuan hukum yang berlaku.

b.Kontribusi Pencegahan Korupsi Terhadap Pembangunan Nasional.

1)Pencegahan tindak pidana korupsi akan menyelamatkan keuangan negara, apabila korupsi tidak di cegah atau dihentikan maka angka kemiskinan akan semakin meningkat di indonesia. 2)Pencegahan Korupsi akan menciptakan pertumbuhan ekonomi dan pendapatan masyarakat sehingga pembangunan nasional akan terwujud sebagaimana diamanatkan Pembukaan Udang-undang Dasar 1945.

3) Pertumbuhan ekonomi yang baik akan meningkatkan nama baik indonesia sehingga negara lain terutama negara kawasan ASEAN akan berpikir ulang untuk melakukan permusuhan dengan Indonesia.

4) Pencegahan tindak pidana korupsi akan menimbulkan percepatan Minimal Esensial Force di lingkungan TNI karena anggaran yang telah dialokasiakan kepada militer dapat diserap sesuai dengan mata anggaran yang telah di rumuskan sebelumnya.

24.Indikator Keberhasilan. Indikator keberhasilan lahirnya pimpinan TNI yang Visioner dan Transformsional adalah teratasinya permasalahan yang ada diantaranya Komitmen dan Integritas Pemimpim, Sistem Birokrasi Organisasi dan Perangkat Lunak serta berhasilnya merobah tantangan menjadi peluang sehingga dimasa yang akan datang Pimpinan TNI tidak ada yang terjerat korupsi.

a. Meningkatnya Komitmen dan Integritas. Meningkatnya komitmen dan integritas para pemimpin melalui implementasi kepemimpinan yang dijalankan secara efektif dan mampu menggerakkan organisasi untuk mencapai tujuan sesuai dengan program yang telah ditetapkan. Berbagai dukungan dari berbagai elemen masyarakat semakin kuat khususnya dukungan dan kepercayaan masyarakat kepada TNI sehingga kepemimpinan visioner dan Transformsional melahirkan pimpinan yang berkomitmevision dan integritas sehingga segala godaan yang mengarah kepada perbuatan korupsi akan dapat ditepis. Pimpinan yang memiliki komitmen yang tinggi akan tujuan dan program kerja organisai atau satuan akan mendapat dukungan dari seluruh bawahan apabila pimpinan tersebut mempunyai karakteristik visioner. Pimpinan yang mempunyai Integritas tinggi tidak akan mampu digoda atau dibujuk oleh siapapun untuk menyimpang karena pemimpin tersebut mempunyai kepem