Format Laporan Utilbang.docx
-
Upload
yogi-maulana -
Category
Documents
-
view
91 -
download
8
description
Transcript of Format Laporan Utilbang.docx
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Utilitas bangunan merupakan ilmu yang mempelajari bagaimana merancang
sistem didalam bangunan. Pengetahuan ini menjadi penting untuk arsitek,
mengingat bangunan merupakan sebuah objek yang akan didesain. Untuk
menghasilkan rancangan yang indah, tentunya kita juga harus merancang sistem
didalamnya sehingga nantinya sistem tersebut dapat mengahasilkan fungsi yang
optimal terhadap gedung yang dirancang.
Melihat perkembangan sekarang, gedung tinggi merupakan bangunan yang
telah berkembang pesat khususnya di ibukota Negara. Sempitnya lahan untuk
tempat tinggal menjadi salah satu faktor alasan pembangunan bangunan tinggi yang
berfungsi sebagai tempat tinggal. Bangunan ini tentunya memiliki sistem agar
bangunan tersebut dapat berfungsi dengan baik sebagai tempat tinggal. Sistem yang
dirancang tersebut mencakup beberapa aspek yang akan dijelaskan pada bab
selanjutnya. Sistem didalam bangunan tinggi inilah yang akan dijabarkan sehingga
nantinya akan terlihat bagaimana sistem tersebut dirancang dan bagaimana
dampaknya terhadap penggunanya.
1.2. Tujuan
Tujuan makalah ini dibuat mengingat sebagai tugas akhir mata kuliah utilitas
bangunan departemen arsitektur. Selan itu, mengingat bahwa pentingnya
pengetahuan utilitas bangunan untuk meracang sebuah bangunan. Dimana utilitas
bangunan merupakan sebuah imu yang mempelajari dan merancang sistem yang
ada di dalam bangunan. Dengan menciptakan sistem yang baik maka akan tercipta
bangunan yang berfungsi dengan baik.
1.3. Rumusan Masalah
a. Bagaimana utilitas bangunan di apartemen margonda residence II?
b. Apakah utlititas bangunan tersebut telah memenuhi standar?
1.4. Batasan Masalah
Aspek pembahasannya mencakupi beberapa aspek yang akan dijelaskan di bab
selanjutnya. Dari aspek-aspek ini akan dijelaskan bagaimana aspek tersebut
dirancang dan diaplikasikan dalam bangunan tinggi tersebut. Setelah melihat
bagaimana sistem tersebut dirancang, maka akan dilihat bagaimana dampak
maupun standar seharusnya pengaplikasiaannya sehingga akan didapatkan pelajalan
bagi kita kedepannya.
BAB II
LANDASAN TEORI
1.1. Utilitas Bangunan
Bangunan dapat berfungsi dengan baik dengan mempertimbangkan dan
memikirkan tidak hanya desainnya tetapi juga bagaimana aktivitas yang terjadi
didalamnya. Saat ini, bangunan megah yang dirancang haruslah memenuhi standar
yang berlaku dimana standar tersebut dapat menunjang tercapainya kenyamanan,
kesehatan, keselamatan, komunikasi dan mobilitas dalam bangunan. Standar-
standar tersebut mencakup elemen utilitas bangunan sehingga utilitas menjadi
sangat berpengaruh terhadap bangunan tesebut.
Utilitas merupakan suatu ilmu pengetahuan teknik arsitektur di samping ilmu-
ilmu lain mengenai bangunan yang harus dipelajari oleh seorang arsitek dalam
kooordinasi merancang bangunan. Utilitas bangunan adalah suatu kelengkapan
fasilitas bangunan yang digunakan untuk menunjang tercapainya unsur-unsur
kenyamanan, kesehatan, keselamatan, kemudahan, komunikasi, dan mobilitas
dalam bangunan. Dasar pertimbangan pemakaian sistem utilitas dan perlengkapan
bangunan adalah:
1. Kemudahan dalam penggunaan dan pemeliharaan
2. Kesederhanaan jaringan sistem
3. Kecilnya faktor resiko crossing antar jaringan
4. Keamanan terhadap pelaku aktifitas
5. Keamanan terhadap lingkungan
Adapun perancangan utilitas bangunan terdiri dari beberapa aspek. Aspek-
aspek tersebut menjadi hal yang penting untuk dipertimbangkan dalam mendesain
sebuah sistem yang pastinya berkaitan dengan desain bangunan secara keseluruhan.
Aspek-aspek tersebut juga nantinya akan menjadi landasan dalam penjabaran
utilitas bangunan apartemen margonda residence II ini. Aspek-aspek tersebut
meliputi:
1. Perancangan Plumbing dan Sanitasi
2. Perancangan Transportasi Dalam Bangunan
3. Perancangan Pembuangan Sampah
4. Perancangan Penghawaan
5. Perancangan Pencahayaan
6. Perancangan Tata Suara
7. Perancangan penangkal petir
8. Perancangan Pencegahan Kebakaran
9. Perancangan Telepon
10. Perancangan CCTV dan sekuriti sistem
Dengan memperhatikan serta mempelajari semua perancangan tersebut
diatas maka diharapkan perancang atau seorang arsitek bangunan dapat
memberikan hasil perancangan yang optimal mengenai sistem utilitas bangunan.
1.2. Apartemen
Apartemen dapat diartikan dengan beberapa pengertian sesuai dengan
sumbernya. Menurut kamus besar bahasa Indonesia apartemen didefinisikan
sebagai:
1. Tempat tinggal (terdiri atas kamar duduk, kamar tidur, kamar mandi, dapur, dsb)
yang berada pada 1 lantai bangunan bertingkat.
2. Bangunan bertingkat, terbagi dalam beberapa tempat tinggal.
Klasifikasi apartemen berdasarkan kepemilikan (Chiara, 1986)
a. Apartemen Sewa
Pemiliki membangun dan membiayai operasi serta peraatan bangunan,
penghuni mmbayar sewa selama jangka waktu tertentu.
b. Apartemen Kondominium
Penghuni membeli dan mengelola unit yang menjadi haknya, tidak ada batasan
bagi penghuni untuk menjual kembali atau menyewakan unit miliknya. Penghuni
biasanya membayar uang pengelolaan ruang bersama yang dikelola oleh pemiik
gedung.
c. Apartemen Koperasi
Apartemen dimiliki oleh koperasi, penghuni memiliki saham didalamnya sesai
dengan unit yang ditempatinya. Bila penghuni pindah, ia dapat menjual
sahamnya kepada koperasi atau calon penghuni baru dengna persetujuan
koperasi. Biya operasional dan pemeliharan ditnggung oleh koperasi.
Klasifikasi apartemen berdsarkan pelayanannya
a. Apartemen Fully Service
Apartemen yang menyediakan layanan standar htel seperti laundry, catering,
keersihan, dll.
b. Apartemen Fully Furnished
Apartemen yang menyedikan furnitur dalam unit apartemen.
c. Apartemen Fully Furnished and Service
Gabungan dari keduanya
d. Apartemen Building Only
Apartemen yang hanya menyediakan ruang, tidak termasuk perabotan dan
layanan.
Klasifikasi apartemen berdasarkan ketinggian bangunan
a. Apartemen bertingkat rendah: jumlah lantai 3-6
b. Apartemen bertingkat sedang: jumlah lantai 6-9
c. Apartemen bertingkat tinggi: jumlah lantai lebih dari 9
1.3. Penghawaan
Penghawaan alami merupakan pergerakan udara masuk ke dan keluar dari
ruangan tertutup dalam jumlah yang dibutuhkan. Melalui penghawaan yang baik,
terjadi pertukaran udara secara bebas. Penghawaan alami dapat terjadi dengan
menyediakan bukaan-bukaan pada bangunan. Bukaan tersebut merupakan lubang
tempat udara dapat keluar masuk.
Fungsi dari bukaan adalah untuk menghilangkan gas-gas yang tidak
menyenangkan, membantu mendapatkan kenyamanan termal dan sebagainya.
Penghawaan yang baik adalah penghawaan yang dapat mengakomodir proses
ventilasi silang. Ventilasi silang atau cross ventilation adalah dua bukaan berupa
jendela atau pintu yang letaknya saling berhadapan di dalam satu ruangan. Ventilasi
ini bekerja dengan memanfaatkan perbedaan zona bertekanan tinggi dan rendah
yang tercipta oleh udara. Perbedaan tekanan pada kedua sisi bangunan akan
menarik udara segar memasuki bangunan dari satu sisi dan mendorong udara
pengap keluar ruangan dari sisi lain.
1.4.1. Kriteria Penghawaan yang Nyaman
a. Mempunyai kecepatan tidak boleh lebih dari 5 km/jam.
b. Suhu kurang dari 30 celcius.
c. Banyak mengandung O2.
1.4.2. Tujuan Penyegaran Udara
Penyegaran udara adalah suatu proses mendinginkan udara sehingga
dapat mencapai temperatur dan kelembaban yang sesuai dengan yang
diinginkan dan dipersyaratkan. Penyegaran udara digolongkan menjadi dua:
a. Penyegaran udara untuk kenyamanan kerja orang yang melakukan
kegiatan tertentu.
b. Penyegaran udara untuk industri.
1.4.3. Penyegaran Udara Mekanis/Buatan
Untuk mencapai kondisi udara yang diinginkan, penyegaraan udara dapat
dibantu oleh peralatan atau mesin-mesin. Penyegaran secara mekanis dibagi menjadi
dua jenis:
a. Mesin penyegaran berukuran kecil untuk penyegaran udara ruang.
b. Mesin penyegaran yang berukuran besar, yang dilengkapi dengan saluran udara
untuk mengalirkan dan mendistribusikan udara dingin ke tempat yang agak jauh.
Sistem ini dinamakan juga sebagai penyegaran udara paket yang terdiri dari 3
jenis:
1. Unit koil kipas udara dan unit pengolah udara. Kedua unit ini digabungkan
menjadi satu.
2. Unit pengembun. Unit ini terdiri dari kompresor dan koil pengembun
3. Unit menara pendingin. Unit ini berfungsi untuk mendinginkan kembali air
yang telah menjadi panas setelah keluar dari unit-unit sebelumnya.
1.4.4. Faktor Pertimbangan Pemilihan Sistem Penyegaran Udara
a. Faktor Kenyamanan
Faktor yang mempengaruhi kenyamanan antara lain temperatur rata-
rata, kelancaran aliran udara, kebersihan udara, bau aliran udara,
kualitas ventilasi, dan semua aliran udara.
b. Faktor Ekonomi
Faktor ekonomi yang mempengaruhi antara lain biaya awal, biaya
operasi dan perawatan, faktor operasi dan perawatan, konstruksi,
ketahanan peralatan, mudah perawatannya, mudah diakses oleh
tenaga yang merawat, mudah perawatannya, dan efisien.
1.4.5. Contoh Sistem Penyegaran Udara Untuk Berbagai Gedung
a. Bangunan Kantor
Untuk suatu kantor yang besar dimana penyegaran udara ini
diperlukan untuk memberikan kenyamanan lingkungan kerja, maka
perlu diadakan pembagian daerah (zona), dimana daerah pinggir
yang banyak dipengaruhi pleh kondisi udara luar gedung, dan
daerah interior yang tidak banyak dipengaruhi udara luar. Biasanya
digunakan sistem udara tunggal dengan volume udara yang
bervariasi dengan unit induksi atau unit coil kipas udara.
b. Bangunan Hotel
Mengingat hotel terdiri dari berbagai ruangan dan kamar-kamar,
maka di dalam perlu menyediakan alat penyegar udara harus lebih
dari satu sistem penyegar udara. Dapat digunakan sistem saluran
udara tunggal dan dapat pula digunakan koil kipas udara jenis air
penuh.
c. Bangunan Rumah Tinggal
Untuk rumah tinggal dapat dibagi dalam dua bagian. Rumah-rumah
yang besar digunakan sistem ruang mesin dengan sistem
penyegaran udara saluran tunggal sentral dan digunakan sitem air
penuh dengan unit koil kipas udara atau sistem unit paket. Untuk
mendinginkan rumah atau apartmen biasanya satu atau dua
ruangan dilayani oleh satu alat pendingin atau sistem saluran
tunggal sentral atau sistem unit koil kipas udara.
1.4.6. Tipe Penyegar Udara
a. Penyegar Udara Sentral
Penyegar udara sentral merupakan dasar dari kebanyakan jenis
penyegar udara. Penyegar Udara terdiri dari motor lustrik dan kipas
udara, koil udara pelembab dan saringan udara semuanya terletak
dalam satu kotak. Jenis penyegar udara ini dinamai unit pengolah
udara (air handling unit). Unit pengolah udara ini tersedia dengan
kapasitas 2000-10000000 m3/jam yang terbagi dalam 2 jenis
vertikal dan horizontal. Unit ini diletakan dalam ruangan sendiri.
b. Penyegar Udara Jenis Paket
Penyegar udara ini terdiri dari peralatan penyegar dan refrigator
yang terletak dalam satu rumah. Komponen dari penyegar udara
tersebut yang terdiri dari kipas udara, koil udara, saringan udara,
dan panic penampung terletak di bagian atas. Udara yang terinduksi
melalui lubang masuk akan mencapai temperature dan kelembaban
yang diinginkan. Udara ditekan keluar ke dalam plenum yang ada di
atas kipas udara.
c. Penyegar Udara Kamar
Penyegar udara kamar adalah penyegar udara paket berukuran
kecil dengan kapasitas pendinginan antara ½-2 TR. Penyegaran
udara ruangn dapat memadai pentegar udara central berkapasitas
besar jika ditinjau dari segi biaya awalnya. Namun jenis ini kurang
baik jika ditinjau dari segi distribusi udara, penyaringan debu,
ventilasi, pengaturan temperature, dan kelembaban udara.
1.4.7. Penggunaan Penyegar Udara
a. Mesin penyegar udara untuk ruangan-ruangan kecil/rumah tinggal.
b. Mesin penyegar udara untuk ruangan-ruangan yang besar.
1.4. Pencahayaan
Pencahayaan alami pencahayaan yang berasal dari sinar matahari.
Pencahayaan dari matahari mempunyai banyak keuntungan, selain menghemat
energi listrik juga dapat membunuh kuman. Untuk mendapatkan pencahayaan alami
pada suatu ruang diperlukan jendela-jendela yang besar ataupun dinding kaca
sekurang-kurangnya 1/6 daripada luas lantai.
Faktor-faktor yang perlu diperhatikan agar penggunaan sinar alami mendapat
keuntungan, yaituvariasi intensitas cahaya matahari, distribusi dari terangnya
cahaya efek dari lokasi, pemantulan cahaya, jarak antar bangunan, letak geografis
dan kegunaan bangunan gedung.
1.4.8. Tujuan Pemanfaatan Cahaya Matahari
a. Penghematan energi dan biaya opersional bangunan.
b. Menciptakan ruang yang sehat mengingat sinar matahari
mengandung ultra violet yang memberikan efek psikologis pada
manusia, dan memperjelas kesan ruang.
c. Cahaya alami dipergunakan sejauh mungkin ke dalam bangunan,
baik sebagai sumber penerangan langsung maupun tidak langsung.
1.4.9. Bentuk Cahaya Alami dalam Bangunan
a. Cahaya matahari langsung.
b. Refleksi atau pantulan cahaya matahari dari benda yang berada di
luar.
c. Refleksi yang kedua kalinya dipantulkan kembali oleh langit-langit/
dinding.
d. Cahaya yang jatuh ke lantai dan dipantulkan lagi oleh langit-langit.
1.4.10. Faktor yang Mempengaruhi Intensitas Cahaya Masuk
a. Jenis bahan yang dipergunakan yang tembus cahaya.
b. Warna bahan sebagai bidang pantulan yang berpengaruh
diantaranya warna dinding, plafond dan lantai, semakin warnanya
muda dan cerah semakin banyak memantulkan cahaya.
c. Luas bidang bukaan/jendela.
d. Pengurangan intensitas cahaya oleh kisi-kisi/sunscreen atau pohon.
1.4.11. Orientasi Bangunan
Orientasi bangunan memiliki pengaruh terhadap kondisi
pencahayaan di dalam ruangan. Mengingat matahari berjalan/merambat
dari arah timur ke barat, hal ini juga akan mempengaruhi besar cahaya ke
dalam ruangan yang menghadap ke arah timur, barat, utara, selatan.
Sehingga para perancang bangunan khususnya bangunan tinggi akan
berusaha agar permukaan kacanya akan dihadapkan pada arah utara atau
selatan. Hal ini untuk menghindari adanya radiasi panas matahari yang
masuk ke dalam ruangan sehingga berpengaruh besar terhadap sistem
penghawaan dalam ruangan.
Di dalam perancangan bangunan bertingkat tinggi, khususnya berada
di kota-kota besar yang terletak di daerah beriklim panas, perancang
cenderung membuat bangunan tertutup dengan arti kata lain menggunakan
pengudaraan buatan sehingga mengurangi banyaknya cahaya matahari.
Untuk mengatasi hal tersebut, bangunan tinggi biasanya membutuhkan
pencahayaan buatan.
1.4.12. Sistem Pencahayaan
a. Pencahayaan Langsung
b. Pencahayaan Tidak Langsung
c. Kombinasi antara langsung dan tidak langsung.
Pencahayaan ini juga akan ditentukan oleh bermacam-macam alat
pencahayaan seperti
a. Lampu Pijar
b. Lampu TL
c. Lampu SL
d. Lampu Halogen
e. Lampu Mencury
1.5. Kelistrikan
1.4.13. Generator
Ketika terjadi pemadaman catu daya utama (PLN) maka dibutuhkan
suplai cadangan listrik dan pada kondisi tersebut Generator-Set diharapkan
dapat mensuplai tenaga listrik terutama untuk beban-beban prioritas. Genset
dapat digunakan sebagai sistem cadangan listrik atau off-grid (sumber daya
yang tergantung atas kebutuhan pemakai). Genset sering digunakan oleh
rumah sakit dan industri yang membutuhkan sumber daya yang mantap dan
andal (tingkat keandalan pasokan yang tinggi), dan juga untuk area pedesaan
yang tidak ada akses untuk secara komersial dipasok listrik melalui jaringan
distribusi PLN yang ada.
Dalam pengoperasiannya, suatu instalasi Genset memerlukan sistem
pendukung agar dapat bekerja dengan baik dan tanpa mengalami gangguan.
Secara umum sistem-sistem pendukung tersebut dibagi menjadi 3 bagian,
yaitu sistem pelumasan, sistem bahan bakar, dan sistem pendinginan.
1.4.13.1. Sistem Pelumasan
Untuk mengurangi getaran antara bagian-bagian yang
bergerak dan untuk membuang panas, maka semua bearing dan
dinding dalam dari tabung-tabung silinder diberi minyak pelumas.
Minyak tersebut dihisap dari bak minyak 1 oleh pompa minyak
2 dan disalurkan dengan tekanan ke saluran-saluran pembagi setelah
terlebih dahulu melewati sistem pendingin dan saringan minyak
pelumas. Dari saluran-saluran pembagi ini, minyak pelumas tersebut
disalurkan sampai pada tempat kedudukan bearing-bearing dari poros
engkol, poros jungkat dan ayunan-ayunan. Saluran yang lain memberi
minyak pelumas kepada sprayer atau nozzle penyemperot yang
menyemprotkannya ke dinding dalam dari piston sebagai pendingin.
Minyak pelumas yang memercik dari bearing utama dan bearing ujung
besar (bearing putar) melumasi dinding dalam dari tabung- tabung
silinder.
Minyak pelumas yang mengalir dari tempat-tempat
pelumasan kemudian kembali kedalam bak minyak lagi melalui saluran
kembali dan kemudian dihisap oleh pompa minyak untuk disalurkan
kembali dan begitu seterusnya.
1. Bak minyak
2. Pompa pelumas
3. Pompa minyak pendingin
4. Pipa hisap
5. Pendingin minyak pelumas
6. Bypass-untuk pendingin
7. Saringan minyak pelumas
8. Katup by-pass untuk saringan
9. Pipa pembagi
10. Bearing poros engkol (lager
duduk)
11. Bearing ujung besar (lager
putar)
12. Bearing poros-bubungan
13. Sprayer atau nozzle
penyemprotuntuk pendinginan
piston
14. Piston
15. Pengetuk tangkai
16. Tangkai penolak
17. Ayunan
18. Pemadat udara (sistem
Turbine gas)
19. Pipa ke pipa penyemprot
20. Saluran pengembalian
Gambar 2.5.1.1 1 Sistem Pelumasan
1.4.13.2. Sistem Bahan Bakar
Mesin dapat berputar karena sekali tiap dua putaran disemprotkan
bahan bakar ke dalam ruang silinder, sesaat sebelum, piston mencapai titik
mati atasnya (TMA). Untuk itu oleh pompa penyemperot bahan bakar 1
ditekankan sejumlah bahan bakar yang sebelumnya telah dibersihkan oleh
saringan-bahan bakar 5, pada alat pemasok bahan bakar atau injektor 7 yang
terpasang dikepala silinder. Karena melewati injektor tersebut maka bahan
bakar masuk kedalam ruang silinder dalam keadaan terbagi dengan bagian-
bagian yang sangat kecil (biasa juga disebut dengan proses pengkabutan).
Didalam udara yang panas akibat pemadatan itu bahan bakar yang
sudah dalam keadaan bintik-bintik halus (kabut) tersebut segera terbakar.
Pompa bahan bakar 2 mengantar bahan bakar dari tangki harian 8 ke pompa
penyemprot bahan bakar. Bahan bakar yang kelebihan yang keluar dari
injektor dan pompa penyemperot dikembalikan kepada tanki harian melalui
pipa pengembalian bahan bakar.
1. Pompa penyemperot bahan
bakar
2. Pompa bahan bakar
3. Pompa tangan untuk bahan
bakar
4. Saringan bahar/bakar
penyarinnan pendahuluan
Gambar 2.5.1.2 1 Sistem Bahan Bakar
5. Saringan bahan
bakar/penyaringan akhir
6. Penutup bahan bakar
otomatis
7. Injektor
8. Tanki
9. Pipa pengembalian bahan
bakar
10. Pipa bahan bakar tekanan
tinggi
11. Pipa peluap.
1.4.13.3. Sistem Pendinginan
Hanya sebagian dari energi yang terkandung dalam bahan bakar
yang diberikan pada mesin dapat diubah menjadi tenaga mekanik sedang
sebagian lagi tersisa sebagai panas. Panas yang tersisa tersebut akan diserap
oleh bahan pendingin yang ada pada dinding-dinding bagian tabung silinder
yang membentuk ruang pembakaran, demikian pula bagian-bagian dari kepala
silinder didinginkan dengan air. Sedangkan untuk piston didinginkan dengan
minyak pelumas dan panas yang diresap oleh minyak pendingin itu kemudian
disalurkan melewati alat pendingin minyak, dimana panas tersebut diresap
oleh bahan pendingin.
Pada mesin diesel dengan pemadat udara tekanan tinggi, udara yang
telah dipadatken oleh turbocharger tersebut kemudian didinginkan oleh air
didalam pendingin udara (intercooler), Pendinginan sirkulasi dengan radiator
bersirip dan kipas (pendinginan dengan sirkuit).
Pompa-pompa air 1 dan 2 memompa air kebagian-bagian mesin yarg
memerlukan pendinginan dan kealat pendingin udara (intercooler) 3. Dari situ
air pendingin kemudian melewati radiator dan kembali kepada pompa-pompa
1 dan 2. Didalam radiator terjadi pemindahan panas dari air pendingin ke
udara yang melewati celah-celah radiator oleh dorongan kipas angin. Pada saat
Genset baru dijalankan dan suhu dari bahan pendingin masih terlalu rendah,
maka oleh thermostat 5, air pendingin tersebut dipaksa melalui jalan potong
atau bypass 6 kembali kepompa. Dengan demikian maka air akan lebih cepat
mencapai suhu yang diperlukan untuk operasi. Bila suhu tersebut telah
tercapai maka air pendingin akan melalui jalan sirkulasi yang sebenarnya
secara otomatis.
1. Pompa air untuk pendingin mesin
2. Pompa air untuk pendinginan intercooler
3. Inter cooler (Alat pendingin udara yang telah dipanaskan)
4. Radiator
5. Thermostat
6. Bypass (jalan potong)
7. Saluran pengembalian lewat radiator
8. Kipas
1.5. Pemipaan
Sistem pemipaan pada bangunan tinggi merupakan salah satu bagian
dari utilitas bangunan yang penting karena berhubungan dengan kebutuhan
dasar manusia akan kebutuhan air bersih dan sanitasi. Pada bangunan tinggi,
jalur sistem pemipaan terdiri dari dua, yaitu arah vertikal dan horizontal.
Sistem pemipaan pada bangunan tinggi yang disesuaikan dengan kebutuhan
aktivitas manusia terdiri dari:
1. air bersih,
2. air bekas,
Gambar 2.5.1.3 1 Sistem Pendingin
3. air kotor,
4. air hydrant, dan
5. fasilitas umum lainnya.
Pada bagian ini akan dijelaskan tentang teori dari masing-masing sistem pemipaan
yang ada di atas.
1.5.1. Sistem Distribusi Air Bersih
Kebutuhan air bersih pada bangunan tinggi sangat tergantung pada
kebutuhan manusia yang berkegiatan di dalamnya. Di sini akan dibahas lebih
jauh tentang sistem pemipaan secara umum, spefikisasi masalah berdasarkan
kegunaan bangunan akan dibahas lebih lanjut dalam bab analisis.
Pada saat ini ada beberapa sistem yang secara umum diterapkan pada
bangunan tinggi, yaitu sistem tangki atap (roof tank system), sistem tangki
tekan (pressure tank system), dan sistem tanpa tangki (booster system). Sistem
air bersih yang paling sering digunakan pada bangunan tinggi di Indonesia
adalah sistem tangki atap.
a. Sistem Tangki Atap (Roof Tank System)
Dalam sistem ini, air ditampung terlebih dahulu pada tangki bawah (ground
tank). Tangki bawah ini bisa berada di bawah tanah, bisa juga berada
dipermukaan tanah di lantai terendah bangunan. Kemudian air pada tangki
bawah dipompaka ke tangki atas (roof tank) yang biasanya dipasang diatas
atap. Dari tangki atap ini kemudian disalurkan melalui pipa ke lantai-lantai
dibawahnya. Tangki atap menjadi pilihan karena penyalurannya air melalui
pipa ini dapat dibantu dengan gaya gravitasi bumi. Untuk bangunan yang
cukup tinggi biasanya menambahkan pompa (booster pump) untuk
mendorong air agar tekanannya lebih kencang. Hal terpenting dalam
sistem tangki atap ini adalah konstruksi atap dimana berat tangki berisi air
akan dibebankan.
b. Sistem Tangki Tekan (Pressure Tank System)
Pada sistem tangki tekan air yang telah ditampung dalam tangki bawah
dipompa ke tangki tertutup sehingga udara di dalamnya terkompresi. Air
dalam tangki tersebut kemudian didistribusikan melalui pipa ke seluruh
bangunan. Pompa bekerja secara otomatis yang diatur oleh suatu detektor
tekanan, yang menutup dan membuka saklar motor listrik penggerak
pompa. Pompa berhenti bekerja kalau tekanan tangki telah mencapai batas
minimum yang ditetapkan. Untuk melayani kebutuhan air yang besar maka
akan diperlukan tangki tekan yang besar. Untuk mengatasi hal ini maka
tekanan awal udara dalam tangki dibuat lebih besar dari tekanan atmosfer.
c. Sistem Tanpa Tangki (Booster System)
Dalam sistem ini tidak digunakan tangki apapun, Air dipompa langsung ke sistem
distribusi bangunan dan pompa menghisap air langsung dari pipa utama (misalnya
pipa utama perusahaan air minum). Di Eropa dan Amerika Serikat cara ini dapat
dilakukan kalau pipa masuk pompa diameternya 100 mm atau kurang. Sistem ini
sebenarnya dilarang di Indonesia.
1.5.2. Sistem Pembuangan Air Bekas (Grey Water System) dan Air Kotor
(Black Water System)
Sistem air bekas dan air kotor adalah sistem pembuangan air hasil
sanitasi maupun buangan dari dapur. Terdapat dua sistem pembuangan air
berdasarkan cara pembuangannya, yaitu sistem pembuangan air campuran
yang mencampurkan air bekas dan air kotor dalam satu pipa yang sama dan
sistem pembuangan terpisah yang memisahkan air bekas dan air kotor pada
masing-masing pipa yang berbeda. Sebelum air buangan disalurkan ke
pembuangan kota atau diresapkan ke tanah, mupun dipergunakan kembali,
terlebih dahulu diolah atau biasa disebut Sewage Treatment Plant (STP)
sehingga memenuhi syarat limbah yang aman yang ditetapkan oleh
pemerintah setempat. STP terdiri dari beberapa tahap, yaitu:
a.Pre-treatment
Pada tahap ini dilakukan pemisahan padatan berukuran besar
ataupun grease, agar tidak terbawa pada unit pengolahan selanjutnya dan
proses pengolahan lebih optimal. Air dialirkan lewat inlet chamber di mana
ada screen yang dapat menyaring benda padat. Selanjutnya air masuk
ke grease trap yang berguna untuk memisahkan lemak yang dapat
mengganggu proses biologi. Kemudian air akan menuju ke primary clarifier.
b. Primary Clarifier
Pada proses ini terjadi pemisahan partikel yang mengendap secara grafitasi
(suspended solid) sehingga mengurangi beban pengolahan pada unit
selanjutnya. Pada proses ini berguna untuk membuat aliran jadi lebih
tenang dan aliran dapat stabil.
c.Rotating Biological Contactor (RBC)
Proses pengolahan yang di lakukan adalah untuk menurunkan BOD (Bio-
chemical Oxygen Demand) dan COD (Chemical Oxygen Demand) yang ada
pada air limbah, sehingga dapat memenuhi kualitas air yang layak untuk
kita buang ke saluran kota. Pengolahan polutan dilakukan oleh
mikroorganisme yang melekat pada permukaan disk yang berputar.
Perputaran ini dilakukan guna memenuhi kebutuhan oksigen untuk
kehidupan mikroorganisme dan mencegah terjadinya kondisi anaerob yang
dapat menimbulkan bau. Pada saat disk berputar terjadi
kontak biomass yang dengan oksigen pada saat disk menyembul di
permukaan dan terjadi kontak pada material organik yang ada pada air
limbah untuk menjadi makanan pada saat disk terendam. Jadi bila
disk terlihat kotor jangan dibersihkan karena sebenarnya itu adalah bakteri.
d. Final Clarifier
Unit ini berfungsi sebagai clarifier akhir untuk mengendapkan partikel-
partikel yang masih belum terendapkan, serta biomass yang telah mati.
e. Disinfeksi
Pada proses ini dilakukan penginjeksian chlorine yang bertujuan
membunuh bakteri-bakteri patogen yang ada.
f. Effluent Tank
Air yang telah kita olah akan dialirkan menuju effluent tank untuk
selanjutnya dibuang pada saluran kota. Sebagian air ini dapat kita proses
lagi untuk keperluan recycling yang dapat kita gunakan untuk menyiram
taman dan air cuci kendaraan.
g.Sand Filter
Air dari effluent tank kita alirkan ke sand filter menggunakan pompa, pada
proses ini air akan di saring oleh pasir silika yang berfungsi menyaring
padatan yang masih terbawa pada sistem dan juga untuk menurunkan
kekeruhan yang ada. Pada proses ini yang harus di perhatikan adalah
perbedaan tekanan aliran masuk dan keluar. Bila tekanan lebih dari
tekanan yang ditentukan, maka perlu kita lakukan proses back washing.
Yang berfungsi untuk mencuci kembali sand filter yang ada.
1.5.3. Sistem Pembuangan Air Hujan
Di Indonesia air hujan merupakan masalah yang tidak sepele karena
keadaan geografis yang tropis dengan curah hujan tinggi. Pada bangunan tinggi
dengan atap datar air hujan tidak akan tergenang apabila atap tersebut dibuat
dengan kemiringan sangat kecil (2-4 derajat) sehingga air dapat dialirkan ke
saringan air di lantai atap (roof drain). Kemudian dialirkan melalui pipa
tersendiri dan bersama-sama pipa lainnya melalui shaft menuju ke daerah
penyarapan air tanah.
1.5.4. Sistem Distribusi Air Pemadam
Sistem distribusi air pemadam kebakaran diambil dari ground tank atau
reservoir menggunakan pompa Fire Main Pump, Diesel Fire Pump dan Jocky
Pump. Sistem instalasi pipa kebakaran ini bisa tersendiri (main pump hydrant
dan main pump sprinkler) atau bisa menjadi satu dengan melalui pipa header
(fire main pump, diesel fire pump dan jocky pump). Instalasi ini terhubung
dengan pressure tank dimana terpasang pressure swicth yang digunakan untuk
mengoperasikan pompa secara otomatis dan diatur sesuai dengan tekanan
standat instalasi pipa gedung. Pipa header kemuadian dibagi menjadi dua,
yaitu instalasi pipa hydrant dan instalasi pipa sprinkler.
a. Pipa Sprinkler
Instalasi pipa ini berfungsi untuk mengatasi kebakaran secara otomatis
disetiap ruangan melalui head sprinkler yang merupakan outlet pipa
sprinkler yang dipasang pada setiap lantai di dalam plafon dengan jarak
antara 3 sampai 5 meter. Bila terjadi kebakaran pada salah satu lantai
maka panas api dari titik kebakaran akan memecahkan head sprinkler dan
air disemburkan.
b. Pipa Hydrant
Instalasi pipa hydrant berfungsi untuk mengatasi dan menaggulangi
kebakaran secara manual dengan menggunakan hydrant box yang tersedia
pada setiap lantai di beberapa tempat. Pada hydrant box terdapat fire hose
(selang), nozzle, valve, dan alat bantu control manual call point, alarm,
serta indicating lamp. Untuk diluar gedung (area taman/parkir) terpasang
hydrant pillar serta hose reel cabinet.
c. Jocky Fire Pump
Digunakan untuk menstabilkan tekanan air pada pipa dan pressure tank.
d. Main Fire Pump
Digunakan sebagai pompa utama, bila tekanan pada pressure tank turun
setelah jocky pump tidak sanggup lagi mengatasi (jocky pump akan mati
sesuai dengan pengaturan pada pressure tank).
e. Diesel Fire Pump
Digunakan bila terjadi kebakaran dan pompa mengalami kerusakkan atau
gagal operasional karena listrik padam dan main pump serta jocky pump
berhenti bekerja mensuplai air maka diesel fire pump akan melakukan
bekerja secara otomatis berdasarkan pressure swicth. Bekerjanya diesel fire
pump secara otomatis menggunakan panel diesel stater. Panel ini juga
melakukan pengisian accu dan dapat bekerja secara manual dengan kunci
stater pada diesel tersebut. Untuk perawatan pada diesel fire pump ini
dilakukan pemanasan setiap minggu. Sebelum dilakukan pemanasan diesel
dilakukan pemeriksaan pada accu, pendingin air (air radiator) dan
pengecekan pada pelumas mesin.
f. Siemense Conection
Digunakan bila terjadi kebakaran dan pompa (diesel fire pump, fire main
pump, dan jocky pump) tidak bisa di operasikan atau gagal bekerja maka
dilakukan pengisian air kedalam jaringan pipa dari mobil pemadam
kebakaran untuk menggantikan fungsi peralatan yang ada dalam keadaan
emergency, siemese conection dipasang pada instalasi pipa sprinkler dan
hydrant.
1.5.5. Sistem Sirkulasi Kolam Renang
Secara garis besar kolam renang digolongkan atas dua sistem sirkulasi,
yaitu sistem sirkulasi overflow dan sistem sirkulasi skimmer dimana keduanya
memiliki fungsi dan tujuan yang sama, yaitu membersihkan permukaan air dari
kotoran atau sampah yang mengambang dan tak dapat tenggelam.
a. Sistem Sirkulasi Overflow
Pada sistem ini air dihisap oleh pompa dari balancing tank kemudian
dikirim ke kolam dengan melalui proses filtrasi terlebih dahulu. Air yang
masuk ke dalam kolam melalui inlet akan meluap – memang dibuat agar
meluap – dan tumpah ke dalam gutter atau saluran yang dibuat sebagai
tampungan luapan tersebut. Dan kemudian melalui gutter drain, air
kembali ke dalam balancing tank, dimana selanjutnya akan disedot kembali
oleh pompa sirkulasi. Umumnya kolam renang menggunakan sistem ini,
karena air tidak banyak terbuang ketika terjadi penambahan tinggi air
kolam – baik karena pennguna maupun air hujan. Penambahan air akibat
adanya pengurangan air kolam karena terjadinya penguapan dan lain-lain
dilakukan di dalam balancing tank.
b. Sistem Sirkulasi Skimmer
Pada sistem ini proses sirkulasi air kolam tidak memerlukan Balancing Tank,
sebab air langsung dihisap oleh Pompa Sirkulasi dari dalam kolam melalui
Skimmer, dan dikembalikan lagi ke dalam kolam. Jika terjadi penambahan
tinggi air kolam akibat pengguna kolam atau air hujan, akan langsung
dibuang ke saluran buangan. Dan penambahan air jika terjadi pengurangan
volume air akibat penguapan dll, dilakukan di dalam kolam.
Perlengkapan Sistem Kolam
a. Pompa Sirkulasi
Pompa ini berfungsi sebagai pompa transfer yang mengirim air yang
dihisap dari dalam balancing tank (untuk sistem overflow) atau dari
skimmer (untuk sistem skimmer) ke dalam kolam renang. Jenis pompa yang
biasa dipergunakan antara lain pompa centrifugal dan pompa end suction
b. Filter
Sesuai namanya, alat ini berfungsi untuk melakukan penyaringan atau
filtrasi terhadap air yang akan masuk ke dalam kolam. Kotoran-kotoran
dalam air akan disaring oleh alat ini, sehingga air yang kembali ke dalam
kolam dalam kondisi bersih.
c. Balancing Tank
Peralatan ini juga sesuai dengan namanya, berfungsi melakukan
penyeimbangan terhadap volume air kolam dan dipergunakan untuk kolam
yang menggunakan sistem sirkulasi overflow. Ketika kolam dipergunakan
atau ketika terjadi hujan, air kolam akan meluap dan ditampung oleh
balancing tank. Dan sebaliknya ketika pengguna kolam keluar dari kolam,
atau terjadi penguapan, maka air yang tertampung dalam balancing tank
tadi akan dikirim kembali ke dalam kolam.
d. Chemical Feeder
Alat ini berfungsi untuk menambahkan bahan kimia perawatan air kolam
ke dalam kolam renang melalui instalasi inlet. Jenis chemical feeder yang
biasa dipergunakan antara lain Chemical Dosing Pump dan Automatic
Chlorine Feeder.
e. Skimmer Box
Alat ini dipergunakan untuk kolam dengan sistem sirkulasi skimmer,
fungsinya sebagai titik hisap untuk pompa sirkulasi. Karena
penempatannya yang disesuaikan dengan muka air kolam, maka kotoran
yang mengambang akan turut terhisap melalui alat ini.
f. Inlet
Inlet adalah titik dimana air masuk atau kembali ke dalam kolam.
g. Main Drain
Main drain pada dasarnya dipergunakan khusus untuk membuang atau
menguras air kolam. Namun pada sebagian sistem kolam yang
mempergunakan system sirkulasi overflow, main drain digunakan pula
sebagai titik hisap untuk pompa-pompa fitur kolam seperti air mancur dan
lain-lain.
Kimia Air Kolam
Performa kejernihan air kolam tidak semata-mata tergantung pada
sistem sirkulasi. Dalam air dapat muncul bakteri atau tumbuhan kecil yang
dapat mengganggu kesehatan dan kenyamanan pengguna kolam renang dan
tidak dapat tersaring oleh filter. Oleh sebab itu, air kolam perlu dilakukan
perawatan dengan menggunakan bahan-bahan kimia tertentu dengan kadar
tertentu. Bahan kimia yang biasa dipergunakan antara lain kaporit, soda ash,
tawas, dan bahan-bahan kimia lain seperti asam klorida, PAC, dll.
1.6. Pencegahan Kebakaran
1.6.1. Instalasi Alarm Kebakaran
Kebakaran merupakan insiden akibat dari api yang bekerja tidak pada
tempatnya. Ini merupakan ancaman bagi manusia dan makhluk hidup lainnya.
Oleh sebab itu dalam suatu bangunan sebagai tempat tinggal manusia dan
beraktivitas, perlu diperhatikan mengenai ancaman bahaya kebakaran ini.
Terdapat Klasifikasi jenis kebakaran berdasarkan penjelasan pasal 23 & 24
Perda DKI Jakarta No. 3 Tahun 1992, tentang penanggulangan bahaya
kebakaran dalam wilayah DKI Jakarta
1. Kebakaran Klas A
Kebakaran dari bahan biasa yang mudah terbakar seperti kayu, kertas,
pakaian dan sejenisnya. Jenis alat pemadam : yang menggunakan air harus
digunakan sebagai alat pemadam pokok.
2. Kebakaran Klas B
Kebakaran bahan cairan yang mudah terbakar seperti minyak bumi, gas,
lemak dan sejenisnya. Jenis alat pemadam : yang digunakan adalah jenis
busa sebagai alat pemadam pokok.
3. Kebakaran Klas C
Kebakaran listrik (seperti kebocoran listrik, korsleting) termasuk kebakaran
pada alat-alat listrik. Jenis alat pemadam : yang digunakan adalah jenis
kimia dan gas sebagai alat pemadam pokok.
4. Kebakaran Klas D
Kebakaran logam seperti Zeng, Magnesium, serbuk Aluminium, Sodium,
Titanium dan lain-lain. Jenis alat pemadam : yang harus digunakan adalah
jenis khusus yang berupa bubuk kimia kering.
Untuk keselamatan kerja dan keselamatan bagi manusia dalam bahaya
kebakaran, dibuat sistem keamanan kebakaran yang berfungsi sebagai
pendeteksi kebakaran dalam bangunan yang sering disebut instalasi alarm
kebakaran. Jenis-jenisnya adalah sebagai berikut:
1. Fire Alarm
Jenis FIRE ALARM BUSH BUTTON BREAKABLE BY FINGER dioperasikan
dengan terlebih dahulu memecahkan kaca dan menekan tombol di
dalamnya. Sinyal akan dikirim ke control panel dan kemudian alarm bell
berbunyi.
2. Alarm Bell
Alarm yang mengeluarkan tanda berupa bunyi setelah menerima sinyal
kebakaran dari control panel.
3. Heat Detector
Ada dua jenis, yaitu fixed temperature heat detector yang mendeteksi
kenaikan suhu ruangan yang mencapai suhu tertentu sesuai setting
defaultnya, dan rate of rise heat detector yang mendeteksi kecepatan
kenaikan suhu ruangan setiap menitnya disesuaikan dengan nilai
settingnya.
4. Smoke Detector
Smoke detector mendeteksi asap rokok ataupun asap lain yang kemudian
sinyal dikirim ke control panel untuk diteruskan pada alarm.
5. Flame Detector
Alat yang bereaksi ketika adanya sinar ultraviolet dari nyala api tapi tidak
bereaksi dengan sinar lampu atau infra merah.
6. Gas Detector
Alat untuk mendeteksi kebocoran gas yang terjadi dalam ruangan.
7. Control Panel
Detector-detector mengirimkan sinyal ke control panel sebagai data masukan
(input data) dan kemudian control panel mengolah, menyeleksi, dan
mengevaluasi data yang hasilnya data keluaran (output data) informasi
tentang lokasi kebakaran dan otomatis membunyikan bel/alarm.
Dalam parktek, dikenal 3 sistem pendeteksian dan pengendalian, yaitu:
1. Non Addressable System
Pada sistem ini control panel menerima sinyal langsung dari semua
detektor tanpa pengalamatan dan langsung merespon masukan tersebut.
Sistem ini umumnya digunakan pada bangunan/area supervisi berskala
kecil, seperti perumahan, pertokoan atau pada ruangan-ruangan tertentu
pada suatu bangunan yang diamankan.
2. Semi Addressable System
Adanya pengelompokan/zoning pada detektor berdasarkan area
pengawasan dalam sistem ini.. Pada saat detektor memberikan sinyal,
maka control panel akan merespon berdasarkan zone controller yang
mempunyai alamat spesifik. Contohnya seperti satu lantai dalam sebuah
bangunan/gedung.
3. Full Addressable System
Pengembangan sistem semi addressable ini, semua detectornya
mempunyai alamat yang spesifik, sehingga proses pemadaman dan
evakuasi dilakukan langsung pada titik kejadian.
1.6.2. Pemadam Kebakaran
Tabung pemadam api biasa digunakan untuk jenis kebakaran yang tidak
menggunakan air sebagai pemadamnya seperti kebakaran klas C. Tabung
pemadam api ini pun bisa digunakan di dalam ruang yang penuh dengan
peralatan-peralatan atau arsip-arsip untuk mencegah kerusakan pada barang-
barang itu karena tidak menggunakan air untuk memadamkannya.
Tabung pemadam api isinya terdiri dari beberapa jenis seperti karbon
dioksida, gas hallon, atau busa/foam.
Sebelum tahun 1997, kode untuk alat pemadam kebakaran di Inggris
adalah BS 5423, yang menunjukkan pengkodean waran alat pemadam
kebakaran sebagai berikut:
1. Air : Merah
2. Busa : Cream
3. Serbuk Kering : Biru
4. Karbon Dioksida(CO2): Hitam
5. Bahan Kimia Basah : Kuning
6. Halon: Hijau (sekarang ilegal dengan beberapa pengecualian seperti polisi,
angkatan bersenjata dan pesawat udara)
1.7. Transportasi dalam Bangunan
Pada suatu bangnan tinggi, sistem transportasi manusia secara vertikal
menjadi sangat penting. Diperlukan suatu alat angkut atau transportasi yang
dapat memberikan kenyamanan bagi pengguna bangunan. Sarana
transportasi tersebut adalah elevator (lift) dan tangga.
1.7.1. Elevator
Elevator atau yang sering disebut lift adalah alat untuk mengangkut
orang dan barang dalam bangunan tinggi secara vertikal. Elevator dipasang
pada bangunan yang tingginya melebihi 4 lantai karena batas kemampuan
manusia naik turun tangga ketika berkegiatan adalah 4 lantai. Berdasarkan
fungsinya, elevator dapat dibagi menjadi:
1. Lift penumpang, untuk mengangkut manusia
2. Lift barang, untuk mengangkut barang
3. Lift uang/makanan
4. Lift pemadam kebakaran, lift ini terkadang berfungsi juga sebagai lift
barang
Terdapat beberapa peraturan dalam perancangan elevator yang
mengacu pada tipe bangunan, banyaknya lantai, dan intervalnya. Dengan
begitu elevator dapat dibedakan dari kapasitas jumlah muatan dan kecepatan
Kapasitas (car/kg) Jumlah Muatan Kecepatan
900 13 orang 40 m/menit
1000 15 orang 60 m/menit
1150 17 orang 90 m/menit
1350 20 orang 105 m/menit
dst
Elevator yang umum dipergunakan di Indonesia adalah elevator dengan sistem
gearless (mesin di atas) yang komponen-komponennya adalah:
1. Lift Pit
Tempat pemberhentian akhir paling bawah, berupa buffer sangkar dan
buffer beban pengimbang. Karena terletak di paling bawah maka lift pit
harus terbuat dari dinding yang tidak rembes air. Ukuran luas dan
dalamnya tergantung kereta, kecepatan lift, serta tinggi bangunan.
2. Ruang Luncur (Hoistway)
Pada ruang luncur ini terdapat kereta lift, pintu-pintu masuk ke kereta pada
tiap lantai, beban pengimbang (counter weight), re-rel peluncur dari kereta
lift dan beban pengimbang. Ruang luncur terbuat dari dinding beton
maupun bata dengan rangka khusus.
3. Ruang Mesin
Pada ruang mesin terdapat mesin lift dan panel control yang mengatur
jalannya lift. Ruang ini harus dilengkapi dengan pengatur udara dan
pendingin ruangan yang berfungsi mendinginkan ruangan agar panel-panel
mesin tidak terganggu.
1.7.2. Tangga Darurat
Tangga darurat merupakan transportasi vertikal utama pada saat
terjadi bencana. Tangga darurat harus dilengkapi dengan pintu tahan api
minimum 2 jam dengan arah bukaan ke arah tangga dan dapat menutup
secara otomatis, serta dilengkapi lampu dan tanda petunjuk. Jarak maksimum
dengan ruang 25 m dengan lebar tangga 1,2 m. finishing tangga harus terbuat
dari bahan-bahan yang tahan api. Tangga tidak boleh berbentuk tangga
melingkar.
Untuk pencegahan kebakaran dipasang vent dan exhaust pada bagian
tangga. Di dalam tangga kedua alat ini berfungsi memasukkan udara dan
memberi tekanan udara yang lebih besar dari pada di luar tangga agar ketika
pintu tangga membuka tekanan yang besar di dalam tangga akan membuat
asap dan api di luar tangga tidak ikut masuk ke dalam ruang tangga.
1.8. Tata Suara
Tata suara adalah suatu teknik pengaturan peralatan yang mengeluarkan suara
di suatu ruangan, pertunjukkan, dan lain-lain. Salah satu peralatan suara yang
berperan penting dalam pengaturan kekuatan suara yaitu adalah alat pengeras
suara atau yang biasa disebut speaker.
Speaker adalah perangkat elektronika yang berfungsi sebagai pengubah sinyal
listrik (energy listrik) menjadi sinyal audio sehingga dapat terdengar bunyi yang lebih
kuat dan besar. Bunyi yang dihasilkan speaker tersebut itu merupakan gelombang
suara yang berasal dari sebuah kumparan, magnet, dan selaput yang bergetar secara
mekanis ketika sinyal elektrik melewati kumparan di dalam speaker tersebut.
Selain speaker, alat pengeras suara lainnya adalah mikrofon. Mikrofon adalah
perangkat elektronika yang dapat mengubah getaran suara menjadi getaran listrik.
Alat ini terdiri dari membran sebagai penangkap bunyi, lalu melewati kawat
tembaga, dan magnet yang kemudian mengubah getaran suara menjadi getaran
listrik.
1.6. CCTV dan Sekuriti
CCTV adalah kamera video digital yang berfungsi merekam dan
memantau gambar bergerak (video dan audio) serta mengirimkan sinyal
video yang diteruskan ke monitor pemantau.
Saat ini, tempat-tempat umum seperti mall, kantor, bank, sekolah,
bandara, ataupun gedung-gedung bertingkat untuk publik dan bahkan rumah
telah banyak menggunakan CCTV. Kegunaannya adalah sebagai sebuah
elemen pengamanan tempat-tempat tersebut sebagai alat pemantau setiap
kejadian yang terjadi di suatu area pemasangan CCTV. Selain itu, dengan
kehadirannya CCTV menjadi upaya preventif mencegah terjadinya tindakan
kriminal. Rekaman video dari CCTV pun dapat membantu penyelidikan kasus
kriminal atau malapetaka dalam mengidentifikasi pelaku atau pemicu hal
tersebut melalui data rekamannya. Kegunaan lainnya adalah dapat
meningkatkan kinerja pekerja dengan keberadaan kamera pemantau
tersebut. Jenis-jenis kamera CCTV:
a. Jenis Gambar
Pengambilan gambar hitam putih atau berwarna.
b. Jenis Kecepatan Pengambilan Gambar
Jenis kamera yang dapat mengambil jumlah gambar per detik.
c. Jenis Pergerakan Kamera
Jenis kamera yang dapat digerakkan dari jarak jauh.
d. Jenis Penerimaan Data
Berupa siaran langsung atau menyimpan rekaman video.
e. Jenis Fitur Tambahan
Jenis yang memiliki fitur special seperti Night viewing, motion detection, remote
viewing, dan lain-lain.
Bentuk-bentuk CCTV yang berpengaruh pada estetika ruangan,
fungsionalitas, dan kemudahan pemasangan serta dilengkapi dengan
kelebihan dan fitur spesial masing-masing seperti yang dikutip dari
http://www.jakartacctv.co.id yaitu:
1. Dome Camera
Sesuai dengan namanya - Dome Camera - kamera ini berbentuk seperti kubah.
Designnya yang simple menjadikannya jenis kamera yang paling popular dan
sering digunakan dalam pemasangan CCTV, karena kamera ini relatif sangat
mudah untuk dipasang. Posisi mata kamera yang tidak terlihat karena tehalang
oleh lapisan dome, membuat orang tidak dapat mengetahui arah mana yang
sedang disorot oleh kamera tersebut. Kamera jenis ini cocok digunakan untuk
pemasangan di dalam ruang, baik di dalam rumah ataupun di ruang kantor.
2. Standard Box Camera
Berbentuk seperti kotak, kamera ini sering digunakan untuk pemasangan baik
indoor maupun outdoor. Jenis kamera ini bisa juga digunakan untuk kebutuhan
surveillance jarak jauh. Apabila pemasangan di outdoor dengan posisi yang bisa
di jangkau oleh tangan, sebaiknya di tambahkan sebuah pelindung, sehingga
dapat mencegah pengrusakan terhadap kamera tersebut.
3. Vandal Proof Camera
Vandal proof camera berarti kamera tersebut anti pengrusakan. Dibuat dengan
bahan yang di rancang khusus untuk dapat melindungi kamera dari benturan.
Cocok untuk pemasangan di indoor.
4. Waterproof Camera
Kamera ini biasanya untuk pemasangan outdoor. Berbentuk bullet camera –
kamera yang bentuknya seperti peluru. Design casingnya dirancang khusus agar
dapat menahan air hujan, debu, dan temperatur yang ekstrim.
5. Infra Red Camera
Tingkat pencahayaan yang kurang di malam hari menyebabkan perlunya
pemasangan kamera yang menggunakan Infra Red. Semakin banyak titik infra
red di dalam kamera, maka akan semakin jelas pencitraan gambar yang
ditangkap oleh kamera.
6. PTZ Camera/Speed Dome Camera
Speed Dome Camera adalah kamera serba lengkap yang memiliki lensa zoom
hingga puluhan kali dan mekanisme pan tilt berupa motorservo yang gerakannya
halus. Reeiver telemetrynya sudah di tempatkan di dalam (built-in).
7. IP Camera
Kamera yang mengirimkan discrete streaming video melalui kabel UTP.
Umumnya dilengkapi dengan IP Address. Dengan adanya IP Camera, kita dapat
langsung mengakses hasil rekaman melalui jaringan LAN/WAN tanpa harus
menggunakan tambahan converter.
8. Covert Camera/Hidden Camera
Sesuai dengan namanya, kamera ini merupakan kamera CCTV yang dimaksudkan
untuk penggunaan yang tersembunyi, agar orang-orang tidak mengetahui
keberadaan kamera tersebut. Bentuknya bermacam-macam, ada yang seperti
smoke detector, jam dinding, lampu, bahkan pemancar air.
Sistem pemasangan CCTV dibagi menjadi dua yaitu:
a. Analog
Penggunaan CCTV melalui kabel atau kawat yang menghubungkan kamera
dengan monitor. Data gambar melewati kabel koaksial sementara audionya
melalui kawat tembaga. Sinyal video dan audio melewati kabel yang terhubung
dengan monitor kemudian dapat ditampilkan pada monitor yang dapat
menampilkan gambar dari beberapa kamera atau dikontrol dalam satu monitor.
b. Digital
Instalasi kamera CCTV menggunakan Internet Protocol (IP) camera yang
merupakan kamera dan perangkat keras berfungsi mengubah sinyal video dan
audio yang dapat ditransmisikan pada jaringan internet/WAN/LAN. Sistem ini
tidak menggunakan kabel dan tidak terbatas oleh jarak.
Sekuriti lainnya dalam gedung adalah penangkal petir. Penangkal
petir adalah rangkaian jalur sebagai penangkap arus listrik petir di udara
untuk dialirkan menuju permukaan bumi, tanpa merusak benda-benda yang
dilewatinya.
Cara kerja penangkal petir adalah adanya gaya tarik menarik antara
muatan listrik negative di awan dengan muatan listrik positif di tanah.
Kemudian muatan listrik negative yang telah dekat dengan atap ditarikdalam
ujung penangkal petir yang kemudian bertemu dengan muatan listrik positif
menjadi aliran listrik yang selanjutnya dialirkan ke dalam tanah melalui kabel
konduktor selain pengamanan bangunan menggunakan stabilitator alus
listrik. Sehingga arus listrik tidak membahayakan penggunaan barang
elektronik di dalam bangunan dan teralirkan ke dalam tanah. Ada tiga
elemen penting dalam penangkal petir yaitu:
a. Batang penangkal petir yang ujungnya runcing, terbuat dari tembaga, untuk
menarik arus listrik.
b. Kabel konduktor terbuat dari kawat tembaga sebagai penerus muatan listrik
sampai ke tanah.
c. Tempat pembumian sebagai tempat pengaliran arus listrik dari kabel konduktor
ke batang pembumian yang terbuat dari tembaga lapis baja di dalam tanah.
1.7. Antena
Antena adalah alat pemancar atau penerima yang berfungsi untuk
menyalurkan sinyal radio ke udara atau alat mengirim atau menerima gelombang
elektromagnetik. Fungsi antena adalah mengubah sinyal listrik menjadi
elektromagnetik kemudian diradiasikan ke udara dan juga menerima sinyal
elektromagnetik dari udara dan dikonversi mejadi sinyal listrik. Antena dalam
pemakaiannya ada yang berupa antena radio dan antena televisi serta antena pada
radar.
Antena televisi biasanya berguna sebagai penerima siaran TV dimana
disesuaikan dengan kebutuhan penyebaran sinyalnya, secara umum dibagi menjadi
dua seperti yang dikutip dalam http://teknologi.kompasiana.com, yaitu:
a. Antena Directional
Antena jenis ini merupakan jenis antena dengan narrow beamwidth, yaitu punya
sudut pemancaran yang kecil dengan daya lebih terarah, jaraknya jauh dan tidak
bisa menjangkau area yang luas, antena directional mengirim dan menerima
sinyal radio hanya pada satu arah, umumnya pada fokus yang sangat sempit, dan
biasanya digunakan untuk koneksi point to point, atau multiple point, macam
antena direktional seperti antena grid, dish parabolic, yagi, dan antena sectoral.
Antena directional memiliki berbagai tipe yaitu:
1. Antena Grid adalah antena yang sudut pola pancaran antena lebih fokus
pada titik tertentu sesuai pemasangan.
2. Antena Parabolik adalah antena berkisar 18 sampai 28 dBi, dipakai untuk
jarak menengah dan jarak jauh, kondisinya permanen dan juga mampu
menangkap siaran TV 3 satelit sekaligus.
3. Antena Yagi adalah antena yang banyak dipakai dimana makin banyak
elemen, sensivitasnya makin tajam namun kelemahannya tidak bisa
menghindari gelombang pengganggu dan apabila daerah di sekitar berupa
gedung-gedung tinggi, penerimaan sinyal akan menjadi lemah dan butuh
banyak elemennya.
4. Antena sectoral adalah antena yang sudut pancaran dan ketinggian perlu
diperhatikan untuk penangkapan sinyal. Sudut pancaran 45-180 derajat dan
semakin tinggi bangunan semakin bagus dalam penagkapan sinyal pada
wilayah pancaran yang telah ditentukan.
b. Antena Omni-Directional
Antena ini mempunyai sudut pancaran yang besar (wide beamwidth) yaitu 3600;
dengan daya lebih meluas, jarak yang lebih pendek tetapi dapat melayani area
yang luas Omni antena tidak dianjurkan pemakaian-nya, karena sifatnya yang
terlalu luas se-hingga ada kemungkinan mengumpulkan sinyal lain yang akan
menyebabkan inter-ferensi. antena omnidirectional mengirim atau menerima
sinyal radio dari semua arah secara sama, biasanya digunakan untuk koneksi
multiple point atau hotspot.
1.8. Pembuangan Sampah
Pada bangunan tinggi, perlu diberikan tempat khusus yang merupakan
gudang sampah yang dapat menampung sementara, yang nantinya perlu
dibuang keluar dari bangunan tersebut.
1.8.1. Penampungan Sampah
a. Box-box untuk tempat pembuangan yang terletak di tempat-tempat
bagian service di setiap lantai
b. Box penampungan di bagian paling bawah yang berupa
ruangan/gudang dengan dilengkapi kereta-kereta bak sampah.
Masing-masing box setiap lantai dihubungkan dengan pipa
penghubung dari beton, PVC, asbes dengan diameter 10”-14”. Dinding paling
atas diberikan lobang untuk udara dan dilengkapi dengan kran air untuk
pembersihan atau pemadaman sementara kalau terjadi kebakaran di lobang
sampah tersebut.
1.8.2. Fasilitas-fasilitas di Penampungan Sampah
a. Kran air untuk pembersihan
b. Prinkler untuk mencegah kebakaran
c. Lampu untuk penerangan
d. Alat pendingin bagi bak supaya tidak terjadi pembusukan
1.9. Parkir
Fasilitas parkir adalah lokasi yang ditentukan sebagai tempat
pemberhentian kendaraan yang tidak bersifat sementara untuk melakukan
kegiatan pada suatu kurun waktu.
1.8.3. Penentuan Satuan Ruang Parkir (SRP)
Penentuan satuan ruang parkir (SRP) didasarkan atas hal berikut.
1. Dimensi kendaraan standar untuk mobil penumpang.
2. Ruang bebas kendaraan parkir
Ruang bebas kendaraan parkir diberikan pada arah lateral dan
longitudinal kendaraan. Ruang bebas arah lateral ditetapkan pada saat
posisi pintu kendaraan dibuka, yang diukur dari ujung terluar pintu ke
badan kendaraan parkir yang ada di sampingnya. Ruang bebas ini
diberikan agar tidak terjadi benturan antara pintu kendaraan dan
kendaraan yang parkir di sampingnya pada saat penumpang turun dari
kendaraan. Ruang bebas arah memanjang diberikan di depan kendaraan
untuk menghindari benturan dengan dinding atau kendaraan yang lewat
jalur gang (aisle). Jarak bebas arah lateral diambil sebesar 5 cm dan jarak
bebas arah longitudinal sebesar 30 cm.
3. Lebar bukaan pintu kendaraan
Ukuran lebar bukaan pintu merupakan fungsi karakteristik pemakai
kendaraan yang memanfaatkan fasilitas parkir. Sebagai contoh, lebar
bukaan pintu kendaraan karyawan kantor akan berbeda dengan lebar
bukaan pintu kendaraan pengunjung pusat kegiatan perbelanjaan. Dalam
hal ini, karakteristik pengguna kendaraan yang memanfaatkan fasilitas
parkir dipilih menjadi tiga seperti Tabel II.3.
1.8.4. Gedung Parkir
a. Kriteria
1. tersedia tata guna lahan
2. memenuhi persyaratan konstruksi dan perundang -undangan yang
berlaku
3. tidak menimbulkan pencemaran lingkungan
4. memberikan kemudahan bagi pengguna jasa.
b. Tata letak gedung parkir dapat diklasifikasikan sebagai berikut.
1. Lantai datar dengan jalur landai luar (external ramp)
Daerah parkir terbagi dalam beberapa lantai rata (datar) yang
dihubungkan dengan ramp (Gambar II.43a).
2. Lantai terpisah
Gedung parkir dengan bentuk lantai terpisah dan berlantai banyak
dengan ramp yang ke atas digunakan untuk kendaraan yang masuk
dan ramp yang tirim digunakan untuk kendaraan yang keluar
(Gambar II.43b, II.43c dan II.43d). Selanjutnya Gambar II.43c dan
II.43d menunjukkan jalan masuk dan keluar tersendiri (terpisah),
serta mempunyai jalan masuk dan jalan keluar yang lebih pendek.
Gambar II.43b menunjukkan kombinasi antara sirkulasi kedatangan
(masuk) dan keberangkatan (keluar). Ramp berada pada pintu keluar;
kendaraan yang masuk melewati semua ruang parkir sampai
menemukan tempat yang dapat dimanfaatkan. Pengaturan gunting
seperti itu memiliki kapasitas dinamik yang rendah karena jarak
pandang kendaraan yang datang agak sempit.
3. Lantai gedung yang berfungsi sebagai ramp
Pada Gambar II.43e sampai dengan II.43.g terlihat kendaraan yang
masuk dan parkir pada gang sekaligus sebagai ramp. Ramp tersebut
berbentuk dua arah. Gambar II.43e memperlihatkan gang satu arah
dengan jalan keluar yang lebar. Namun, bentuk seperti itu tidak
disarankan untuk kapasitas parker lebih dari 500 kendaraan karena
akan mengakibatkan alur tempat parker menjadi panjang. Pada
Gambar II.43f terlihat bahwa jalan keluar dimanfaatkan sebagai lokasi
parkir, dengan jalan keluar dan masuk dari ujung ke ujung. Pada
Gambar II.43g letak jalan keluar dan masuk bersamaan. Jenis lantai
ber-ramp biasanya di buat dalam dua bagian dan tidak selalu sesuai
dengan lokasi yang tersedia. Ramp dapat berbentuk oval atau
persegi, dengan gradien tidak terlalu curam, agar tidak menyulitkan
membuka dan menutup pintu kendaraan. Pada Gambar II.43h plat
lantai horizontal, pada ujung-ujungnya dibentuk menurun ke dalam
untuk membentuk sistem ramp. Umumnya merupakan jalan satu
arah dan dapat disesuaikan dengan ketersediaan lokasi, seperti polasi
gedung parkir lantai datar.
4. Tinggi minimal ruang bebas lantai gedung parkir adalah 2,50 m.
1.8.5. Pengorganisasian
Sesuai dengan Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 61 Tahun
1993 tentang Pedoman Organisasi dan Tata Kerja Dinas Lalu-Lintas dan
Angkutan Jalan Daerah Tingkat I dan Dinas Lalu-Lintas dan Angkutan Jalan
Daerah Tingkat II, untuk menyelenggarakan fasilitas parkir dibentuk Unit
Pelaksana Teknis Daerah (UPTD) Perparkiran pada Dinas Lalu-Lintas dan
Angkutan Jalan Daerah Tingkat II. Dalam struktur organisasi UPTD,
perparkiran mencakupi aspek kegiatan sebagai berikut:
1. aspek administratif, yang mengurus hal-hal nonteknis perparkiran,
seperti personalia, keuangan, dan umum
2. aspek teknis-operasional, yang mengurus hal-hal teknis perparkiran,
seperti perencanaan, pengoperasian, dan pemeliharaan.
1.8.6. Penetapan Tarip Parkir
Penetapan tarif parkir adalah salah satu cara pengendalian lalu-lintas,
Perhitungan tarif parkir tidak didasarkan atas perhitungan pengembalian
biaya investasi dan operasional;. juga tidak semata -mata untuk memperoleh
keuntungan material dan/atau finansial. Penetapan tarif parkir dilakukan
untuk mengendakan lalu-lintas melalui pengurangan pemakaian kendaraan
pribadi sehingga mengurangi kemacetan di jalan. Melalui penetapan tarif
sedemikian rupa, untuk besaran tarif tertentu diharapkan dapat mengurangi
niat orang untuk menggunakan kendaraan pribadi.
Berdasarkan jenis fasilitas, pemberlakuan tarif parkir dapat
digolongkan seperti berikut:
1. Golongan A
a. Badan jalan tanpa untuk maksud pengendalian parker
b. Daerah dengan frekuensi parkir relatif rendah (1,5
kendaraan/SRP/hari)
c. Parkir dengan waktu yang lama
d. Daerah perumahan, parkir dapat tanpa bembayaran atau dengan tarif
yang rendah
e. Daerah dengan derajat pengendalian lalu lintas rendah
2. Golongan B
a. Badan jalan tanpa untuk maksud pengendalian parker
b. Daerah dengan frekuensi parkir relatif tinggi (20 kendaraan/SRP/hari)
c. Daerah komersial atau pertokoan, tarif parkir dapat diberlakukan
relativ tinggi, untuk mengendalikan lalu-lintas
d. Daerah dengan derajat pengendalian lalu lintas tinggi.
3. Golongan C
a. Kawasan parkir pada fasilitas parkir umum dengan maksud
pengendalian parker
b. Keluar masuk kendaraan yang dikendalikan melalui karcis dengan
waktu tercatat, dapat diberlakukan tarif parkir secara progresif, yang
dapat, meningkat sesuai dengan lamanya parker
c. Daerah dengan derajat pengendalian lalu lintas tinggi
d. Perbandingan tarif parkir yang wajar antara sepeda motor, kendaraan
penumpang dan kendaraan truk/bus adalah sebagai berikut. Tarif
parkir sepeda motor lebih rendah dari pada tarif parkir kendaraan
penumpang dan tarif kendaraan penumpang lebih rendah daripada
tarif truk/bus. Penetapan besar tarif parkir dicantumkan pada
peraturan Daerah Tingkat II yang bersangkutan.
BAB III
STUDI KASUS
APARTEMEN MARGONDA RESIDENCE
1.10. Penghawaan
1.11. Pencahayaan
1.12. Kelistrikan
3.3. Pemipaan
3.4. Pencegahan Kebakaran
3.5. Transportasi dalam Bangunan
3.6. Tata Suara
1.13. CCTV dan Sekuriti
1.14. Antena
1.15. Pembuangan Sampah
1.16. Parkir
BAB IV
ANALISIS DAN KESIMPULAN
1.17. Penghawaan
1.18. Pencahayaan
1.19. Kelistrikan
3.7. Pemipaan
3.8. Pencegahan Kebakaran
3.9. Transportasi dalam Bangunan
3.10. Tata Suara
1.20. CCTV dan Sekuriti
1.21. Antena
1.22. Pembuangan Sampah
1.23. Parkir
1.24. Kesimpulan
DAFTAR PUSTAKA