format fase perkenalan

44
ANALISA PROSES INTERAKSI Nama Perawat Tanggal Waktu Tempat Inisial Klien Interaksi ke Lingkungan Deskripsi pasien Tujuan komunikasi : Robert Sukarwo : 26 Maret 1999 : Pkl. 16.30 - 16.50 WIB (20 Menit) : Ruang Cendrawasih RSJ New York. : Tn.O.T.B. : I (Fase Perkenalan) : Meja makan, berhadapan dengan klien, suasana tenang : Penampilan kurang rapi, pakaian banyak lobang bekas rokok, pasien merokok puntung, menunduk. : Klien dapat mengenal perawat dan mengungkapkan secara terbuka permasalahnya KOMUNIKASI VERBAL KOMUNIKASI NON ANALISA BERPUSAT ANALISA BERPUSAT RASIONAL

description

ini adala

Transcript of format fase perkenalan

Page 1: format fase perkenalan

ANALISA PROSES INTERAKSI

Nama Perawat

Tanggal

Waktu

Tempat

Inisial Klien

Interaksi ke

Lingkungan

Deskripsi pasien

Tujuan

komunikasi

: Robert Sukarwo

: 26 Maret 1999

: Pkl. 16.30 - 16.50 WIB (20 Menit)

: Ruang Cendrawasih RSJ New York.

: Tn.O.T.B.

: I (Fase Perkenalan)

: Meja makan, berhadapan dengan klien, suasana tenang

: Penampilan kurang rapi, pakaian banyak lobang bekas rokok, pasien merokok puntung, menunduk.

: Klien dapat mengenal perawat dan mengungkapkan secara terbuka permasalahnya

KOMUNIKASI VERBAL KOMUNIKASI NON

VERBAL

ANALISA BERPUSAT

PADA PERAWAT

ANALISA BERPUSAT

PADA KLIEN

RASIONAL

P : Selamat sore Pak, boleh

saya duduk di sebelah

Bapak ?

P: Memandang K dan

tersenyum

K: Ekpresi datar

P : Ingin membuka

percakapan dengan klien

dan berharap dengan

sapaan sederhana P bisa

diterima oleh K.

K masih ragu terhadap

orang baru yang masuk ke

lingkungannya

Salam merupakan kalimat

pembuka untuk memulai

suatu percakapan sehingga

dapat terjalin rasa percaya.

Page 2: format fase perkenalan

K : Sore, silahkan. K: Ekpresi datar

P: Memandang K

P merasa senang ada

tanggapan atas salam

walaupun belum

diekpresikan secara tulus

K ragu terhadap orang baru

P : Wah, suasana sore ini

sejuk sekali ya Pak

K : (diam)

P : Memandang ke

halaman sambil melirik K

K : Ikut melihat ke

halaman lalu menghisap

rokoknya dan menunduk

lagi

P ingin memulai

percakapan dengan topik

ringan sebelum masuk ke

kondisi K

K memberikan respon

sepintas dan menunjukkan

perhatian cukup terhadap P

Topik ringan akan

memudahkan interaksi

lebih lanjut

P : Oh ya, perkenalkan

saya Made, saya

mahasiswa praktek disini

yang akan merawat Bapak.

K : (diam)

P : Memandang K sambil

menjulurkan tangan ke K

K : Mengalihkan rokok ke

tangan kiri lalu tanpa

memandang P menerima

uluran tangan P

P merasa bahwa K harus

diberikan penjelasan

tentang kedatangan P

K masih memberikan

tanggapan secara ragu-ragu

Memperkenalkan diri dapat

menciptakan rasa percaya

klien terhadap perawat

P : Nama Bapak siapa ? P : Masih menjabat tangan

pasien dan mendekatkan

diri ke-K

P ingin tahu nama pasien K ragu-ragu Mengenal nama pasien

akan memudahkan

interaksi

Page 3: format fase perkenalan

K : Ong. Ong Tian Bian.

K : Menoleh sebentar

K : Menyebut nama dengan

menunduk dan menarik

tangannya

P merasa pasien enggan

berkenalan

K merasa perkenalan hanya

formalitas belaka

P : Bapak senangnya

dipanggil dengan nama apa

K : Ong.

P : Memandang K

K : Menoleh ke halaman

K : Melihat ke arah P dan

menjawab singkat lalu

menunduk lagi

P ingin menjalin kedekatan

dengan pasien

P senang walaupun

jawaban singkat

K mencoba mengingat

nama yang disukainya

K mulai tertarik dengan

perkenalan dengan P

Nama panggilan

merupakan nama akrab

klien sehingga

menciptakan rasa senang

akan adanya pengakuan

atas namanya

P : Wah, kedengarannya

enak kalau saya manggil

Pak Ong

K : Iya

P : Memandang K sambil

tersenyum

K : Menunduk

K : Menoleh ke P

P : Memperhatikan K

P mencoba mengakrabkan

suasana

P merasa pertanyaan

mendapatkan respon

K berpikir sejenak,

mengngingat nama yang

disukainya

K mulai merasa bahwa P

datang untuk membantu K

Pujian berguna untuk

mendekatkan perawat

menjalin hubungan

therapeutik dengan klien

P : Bapak asalnya dari

mana Pak Ong?

P : Memandang K

K : Menunduk dan berpikir

P masih berusaha

membangun keakraban

K berpikir dan mengingat-

ingat

Topik sederhana membantu

menjalin kedekatan dengan

Page 4: format fase perkenalan

K : Salatiga, Jawa Tengah K : Menoleh ke P dan

tersenyum lalu menunduk

lagi

P : Memperhatikan K

dengan topik sederhana

P senang karena K

memberi respon K senang karena ingat

daerah asalnya dan kembali

membayangkan daerah

asalnya tersebut

klien

P : Wah, jauh juga ya.

Bapak Ong sudah berapa

lama disini?

K : Lama! Dua puluh

tahun.

P : Memandang K sambil

tersenyum

K : Menghisap rokok dan

melemparkannya karena

sudah habis

K : Bicara tanpa menoleh P

P : Memandang K

P mulai mengkaji data

umum pasien

P khawatir kalau

pertanyaan membuat K

tersinggung

K berpikir dan berusaha

mengingat

K membayangkan keadaan

yang telah lama dijalaninya

Lama rawat menentukan

apakah klien kronis atau

akut

P : Sejak tahun berapa

Bapak disini ?

K : Yach, delapan puluh

P : Menunjukkan perhatian

K : Menunduk sambil

memandang kakinya

K : Masih menunduk

P berharap dapat

memperoleh data lama

rawat secara lebih pasti

sambil mengkaji daya ingat

pasien

K berusaha mengingat

K menjawab dengan

Daya ingat pasien dapat

dikaji dengan menanyakan

data-data pasien yang

sederhana

Page 5: format fase perkenalan

tiga P : Memperhatikan P senang karena mendapat

respon dari K

sekedarnya

P : Sekarang Bapak Ong

umurnya berapa?

K : Em…56 tahun

P : Mendekatkan diri ke K

K : Menoleh ke halaman

dan terdiam beberapa lama

K : Menoleh P sebentar

lalu menunduk lagi

P : Tersenyum

P mengkaji daya ingat K

P merasa arah pertanyaan

sudah dapat dijawab jelas

oleh K

K berusaha mengingat-

ingat

K menjawab sesuai dengan

daya ingat yang

dimilikinya

Umur mempengaruhi daya

ingat klien

P : Pak Ong ingat nggak,

kenapa pak Ong dirawat

disini

K : Saraf, sakit saraf. ECT,

ini di ECT.

P : Menunjukkan

keseriusan

K : Menunduk

K : Menoleh ke P dan

menepuk-nepuk kepalanya

P berhati-hati karena

pertanyaan tsb sangat

spesifik dan takut

menyinggung pasien

P lega karena K tidak

tersinggung

K mengingat-ingat

K menjawab ragu-ragu

Keluhan utama merupakan

dasar pasien dirawat di RS

Jiwa

P : Pak Ong pernah

ngamuk?

P : Bertanya pelahan

K : Menunduk

P mengkaji lebih jauh

alasan pasien dirawat

K mengingat-ingat Halusinasi dapat terjadi

kapan saja karena adanya

Page 6: format fase perkenalan

K : Nggak, nggak, saya

suka ngelamun. Enak

sendirian. Kakak saya

sudah meninggal tapi hidup

lagi. Itu dia !!

K : Menoleh ke halaman

lalu menunjuk-nunjuk

P : Memperhatikan respon

pasien

P kaget, dan sadar kalau

pasien mengalami

halusinasi lihat

K mengalami halusinasi

lihat

stimulus tertentu

P : -

K : Kakak saya orangnya

sukses, sayang mati, anak

saya tujuh belas semuanya

di Jerman.

P : Masih kaget

K : Memandang ke

halaman

K : Menunjuk ke halaman

dan nyerocos

P : Memperhatikan

P mendiamkan karena

belum menemukan

pertanyaan yang tepat

untuk K

P menemukan adanya

flight of ideas dan berpikir

tentang faktor penyebab

K melihat kakaknya dan

mencoba menceritakannya

pada P

K teringat kondisi

keluarganya

Dengan diam therapeutik,

klien merasa didengarkan

dan bercerita tentang

keadaannya

P : Bapak Ong sudah

berkeluarga?

K : Anak saya di Jerman

dan di Peking. Saya

profesor, ngajar di UI,

bolak-balik dari Bandung

P : Mendekatkan diri

K : Memandang kosong ke

halaman

K : Menunduk sambil

nyerocos

P : Memperhatikan

P berusaha mengkaji data

yang terkait kata-katanya

tadi

P menemukan adanya

kemungkinan waham

kebesaran pada pasien

K membayangkan keadaan

keluarganya

K menikmati waham yang

dirasakannya

Waham kemungkinan

terjadi karena menarik diri

Page 7: format fase perkenalan

ke Jerman.

P : -

K : Keadaan diluar perang,

Ong pusing mikirin biaya

anak-anak, pada kuliah.

P : Memperhatikan

K : Menunduk

K : Berbisik pada P dengan

nada sedih

P : Mendengarkan dengan

serius

P mendiamkan dengan

harapan pasien akan lebih

terbuka tetang dirinya

P menemukan adanya fligt

of ideas

K membayangkan ank-

anaknya

K sedih tentang anaknya

Diam therapeutik akan

membantu pasien

mengungkapkan

perasaannya pada perawat

P : Pak Ong, kegiatan

bapak sehari-hari ngapain

saja Pak ?

K : Mandi, makan ehm…

ya itu.

P : Menepuk bahu K

K : Menoleh P

K : Menggaruk-garuk

kepalanya

P : Memperhatikan respon

K

P mencoba mengalihkan

pembicaraan terkait waham

P merasa senang karena

pasien bisa beralih

K teralih karena pertanyaan

baru

K bingung tentang yang

dilakukannya sehari-hari

Pengalihan agar klien tidak

larut dalam waham dan

halusinasinya

P : Kemudian?

K : Baca-baca buku. Saya

kan profesor.

P : Menekankan pertanyaan

K : Menunduk

K : Menoleh P

P : Memperhatikan

P mencoba menggali data

lebih dalam

P menemukan lagi adanya

kemungkinan waham

K mengingat-ingat

K merasa dirinya harus

rajin belajar

Tehnik ekplorasi berguna

untuk mendapatkan lebih

banyak data terkait masalah

klien

Page 8: format fase perkenalan

P : Bapak Ong betah

tinggal di sini?Suasananya

enak ya!

K : Betah.

P : Melihat halaman

K : menunduk

K : Ikut melihat halaman

P : memperhatikan

P mengalihkan perhatian K

dari waham

P senang karena dapat

mengalihkan perhatian

pasien

K masih terbawa oleh

waham

K berusaha menjawab

sekenanya

Pengalihan agar pasien

tidak larut pada waham dan

halusinasinya pada fase

interaksi ini

P : Tentunya keluarga

Bapak Ong suka

menjenguk kesini.

K : Sebulan sekali.

P : Memandang K sambil

tersenyum

K : Menoleh P

K : Menunduk lagi

P : Memperhatikan respon

K

P ingin mengkaji

keterlibatan keluarga

terhadap perawatan K

P senang mendapatkan

jawaban K

K berusaha mengingat

keluarganya

K ingat terhadap

keluarganya

Keluarga merupakan

support sistem bagi klien

sehingga harus dikaji

keterlibatannya

P : Kalau Pak Ong suka

pulang juga ya?

K : Ya, sebulan sekali juga

P : Memandang K

K : Menunduk

K : Menoleh P dan

tersenyum

P : Memperhatikan

P mengkaji hubungan K

dengan keluarganya

P senang mendapatkan

jawaban sesuai pertanyaan

K mengingat hubungannya

dengan keluarga

K senang membayangkan

pulang

Berada di lingkungan

keluarga akan membuat

klien melihat realitas

menyenangkan atau

malahan stressor

P : Kalau di rumah, P : Memandang K sambil P berusaha mengkaji K mengingat aktivitasnya Aktivitas di rumah

Page 9: format fase perkenalan

ngapain aja Pak Ong

K : Yah, tidur dan baca-

baca buku penelitian.

Profesor harus banyak

baca.

tersenyum

K : Menoleh P lalu melihat

ke halaman

K : Memandang P

P : Memperhatikan respon

K

aktivitas K di rumah

P menemukan pengulangan

terhadap waham pada K

di rumah

K menikmati waham yang

dialaminya

merupakan data pantas

tidaknya pasien dilibatkan

dalam keluarga

P : Suka ngobrol nggak

dengan keluarga

K : Enakan diem, soalnya

mengganggu saya baca

buku

P : Memandang K

K : Menunduk

K : Menunduk

P : Memperhatikan

P mengkaji peran keluarga

terhadap K

P mendapatkan data

menarik diri pada K

K mengingat aktivitasnya

di rumah

K menganggap ngobrol

mengganggu wahamnya

Menarik diri membuat K

asyik dengan dunianya

sendiri

P : Bagaimana perasaan

Pak Ong sekarang?

K : Saraf, sakit saraf.

Kakak saya hidup lagi, itu

dia.

P : Memandang K

K : Menunduk

K : Menggaruk-garuk

kepala

P : Memperhatikan

P mengalihkan topik

bahasan

P bingung harus ngobrol

tentang apa lagi

K bingung dengan

pertanyaan yang diberikan

K menjawab tentang

keadaannya

Pengalihan agar K tidak

larut dengan wahamnya

Page 10: format fase perkenalan

P : -

K : Dia sukses.

P : Memandang halaman

K : Ikut memandang

halaman

K : Menunjuk ke halaman

P : Kaget dan

memperhatikan respon K

P memikirkan topik lain

yang terkait

P kaget karena kembali

menemukan adanya

halusinasi pada K

K merenungkan

keadaannya

K menikmati halusinasi

lihatnya

Diam berguna untuk

memikirkan interaksi

selanjutnya

P : Pak Ong, kita tadi sudah

berkenalan, masih inget

nggak nama saya?

K : Made

P : Memandang K

K : Menoleh

K : Memandang P dan

tersenyum

P : Memperhatikan

P ingin mengakhiri fase I

karena sudah cukup banyak

data yang terkaji

P senang karena K ingat

nama P

K memperhatikan P

K mengingat-ingat nama P

Evaluasi fase I berhasil jika

K dapat mengingat nama P

sehingga nantinya terjalin

trust

P : Nah, saya senang sekali

bisa ngobrol dengan pak

Ong. Bagaimana kalau

selesai makan kita ngobrol

lagi? Sebentar saja kok,

P : Menepuk bahu K

K : Menoleh dan

tersenyum

P memberikan

reinforcement pada K

K senang diberikan

reinforcement

Kontrak berikutnya harus

ditentukan dan harus

mendapatkan persetujuan

klien agar klien ingat

terhadap kontrak

Page 11: format fase perkenalan

yach cukup 20 menit saja.

K : Boleh K : Tersenyum

P : Tersenyum

P senang karena K mau

menentukan kontrak

berikutnya

K ikut menentukan kontrak

P : Nah kalau Pak Ong

setuju, nanti kita ngobrol

tentang perasaan Pak Ong

terhadap keluarga Pak Ong.

Sekalian saya periksa

tekanan darahnya ya.

K : Ya, ya….

P : Memandang K

K : Menunduk

K : Mengangguk

P : Tersenyum

P menentukan topik dan

aktivitas pada kontrak

berikutnya

P senang karena K setuju

dengan kegiatan yang akan

dilaksanakan

K memikirkan tentang

kegiatan yang ditawarkan

K setuju tentang kegiatan

yang akan dilaksanakan

Kegiatan yang akan

dilaksanakan harus

mendapat persetujuan K

sehingga bila K keluar dari

kegiatan dimaksud, bisa

diingatkan tentang batasan

kegiatan sesuai kontrak

P : Terimakasih atas

kesediaan Pak Ong ngobrol

dengan saya, selamat sore

K : Sore.

P : Menepuk bahu K dan

mengulurkan jabat tangan

K : Menoleh, menjabat

tangan P

K : Tersenyum lalu

P menutup fase I

P senang karena K mau

berinteraksi dengan P

K menunjukkan rasa

percaya pada P

K menyambut salam P

Salam penutup merupakan

akhir fase yang harus

dilakukan untuk mencegah

tidak percaya pada klien

Page 12: format fase perkenalan

menunduk

P : Tersenyum

KESAN PERAWAT :

Fase awal yaitu fase I (perkenalan) dapat dilaksanakan dengan baik.Klien cukup kooperatif walaupun sering terganggu dengan halusinasinya. Data yang tergali

adalah data mengenai harga diri rendah kronik, halusinasi lihat, menarik diri, koping individu tidak efektif, koping keluarga kurang efektif, flight of ideas dan

ideal diri yang tinggi. Kontrak selanjutnya telah dilaksanakan dan pasien menerima kontrak tersebut. Secara umum proses interaksi sudah dapat dilanjutkan

dengan fase berikutnya yaitu fase kerja.

Page 13: format fase perkenalan

PENGKAJIAN KEPERAWATAN KESEHATAN JIWA

RUANG RAWAT : R. Cendrawasih RSJP Jakarta TANGGAL DIRAWAT : 26 Maret

1999

A. IDENTITAS KLIEN

Initial : Tn. O. T. B.

Umur : 56 Tahun

Informan : Klien sendiri

Tanggal Pengkajian : 26 Maret 1999

RM No : -

B. ALASAN MASUK

Klien mengatakan karena sakit saraf

C. FAKTOR PREDISPOSISI

1. Tidak pernah mengalami gangguan jiwa sebelumnya, klien sudah dirawat sejak

tahun 1983

2. Pengobatan sebelumnya tidak berhasil

3. Aniaya fisik, aniaya seksual, penolakan, kekerasan dalam keluarga, tindakan

kriminal tidak ada

4. Anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa : belum terkaji

5. Pengalaman masa lalu yang tidak menyenangkan : belum terkaji

D. FISIK

1. Tanda vital : TD 130/90 mmHg, N 84 x/menit, S 36,9 C, P 16 x/menit

2. Ukur : TB/BB belum terkaji

3. Keluhan fisik : Tidak ada

Masalah keperawatan : -

E. PSIKOSOSIAL

1. Genogram : belum terkaji

2. Konsep diri

a. Gambaran diri : Klien mengatakan puas terhadap tubuhnya

b. Identitas : Tidak ada gangguan identitas

c. Peran : Klien tidak tahu perannya sebagai apa.

Page 14: format fase perkenalan

d. Ideal diri : Klien bercita-cita menjadi profesor, sehingga merasa harus rajin

baca buku. Klien merasa cita-citanya sudah tercapai sekarang (padahal

tidak)

e. Harga diri : Klien mengatakan kakaknya sukses.

Masalah keperawatan :

- Ideal diri terlalu tinggi

- Harga diri rendah

3. Hubungan sosial

a. Orang yang berarti : Belum terkaji

b. Peran serta dalam kegiatan kelompok/masyarakat : Belum terkaji

c. Hambatan dalam berhubungan dengan orang lain : Klien tidak mau ngobrol

dengan sesama pasien atau dengan perawat, suka menyendiri.

Masalah keperawatan :

- Isolasi sosial : Menarik Diri

4. Spiritual

a. Nilai dan keyakinan : Belum terkaji

b. Kegiatan Ibadah : Belum terkaji

F. STATUS MENTAL

1. Penampilan : kurang rapi

Pasien berpakaian seadanya, celana bolong-bolong bekas rokok, kantung baju

coklat bekas tembakau yang berbau

Masalah Keperawatan : Resiko kurangnya perawatan diri

2. Pembicaraan : Gagap, inkoheren

Pasien menjawab pertanyaan dengan jawaban yang tidak jelas dan terputus-

putus, kadang-kadang tidak nyambung dengan apa yang ditanyakan

Masalah Keperawatan : Gangguan pola komunikasi verbal

3. Aktivitas motorik : lemah dan lesu

Saat wawancara, pasien sedang duduk termenung dan memandang di kejauhan

serta terlihat loyo

Masalah Keperawatan : Kelemahan aktivitas

4. Alam perasaan : sedih

Ekpresi wajah pasien nampak sedih saat wawancara

Masalah Keperawatan : Depresi

Page 15: format fase perkenalan

5. Afek : Datar

Afek pasien selama wawancara tidak terdapat perubahan yang berarti, terkesan

hambar

Masalah Keperawatan : Menarik diri

6. Interaksi selama wawancara : kontak mata kurang

Selama wawancara, pasien lebih banyak menunduk dan menjawab pertanyaan

dengan tidak melihat perawat

7. Persepsi : Halusinasi

Pasien mengatakan ia sering melihat kakaknya yang sudah mati tapi hidup kembali dan

lalu mereka ngobrol

Masalah Keperawatan : Gangguan persepsi sensori : Halusinasi

8. Proses pikir : Flight of Ideas, Persevarasi

Pembicaraan klien tidak terarah dengan ide yang tidak nyambung satu sama

lain, klien sering mengulang pernyataan bahwa kakaknya hidup kembali

Masalah Keperawatan : Gangguan persepsi Sensori

9. Isi pikir : Waham kebesaran

Pasien mengaku dirinya sudah menjadi profesor dan guru besar di UI, ia juga

mengatakan bahwa situasi di dunia sudah perang semua

Masalah Keperawatan : Gangguan Orintasi Realitas : Waham Kebesaran

10. Tingkat kesadaran : CM, disorientasi waktu tempat dan orang tidak ada

Selama wawancara, pasien tampak sadar

Masalah Keperawatan : -

11. Memori : Ada gangguan daya ingat jangka panjang

Saat pasien diminta menyebutkan peristiwa di masa lalu, pasien tampak

bingung

Masalah Keperawan : Demensia

12. Tingkat konsetrasi dan berhitung : Mudah beralih, mampu berhitung sederhana

Sering saat wawancara klien menoleh ke satu arah, dan klien lupa pertanyaan

yang telah diberikan kepadanya

Masalah Keperawatan : Halusinasi lihat

13. Kemampuan penilaian : Belum terkaji

14. Daya tilik diri : Belum terkaji

G. KEBUTUHAN PERSIAPAN PULANG

1. Makan : bantuan minimal

2. BAB/BAK : bantuan minimal

3. Mandi : bantuan minimal

Page 16: format fase perkenalan

4. Berpakaian/berhias : bantuan minimal

5. Istirahat dan tidur : tidak teratur, kegiatan sebelum tidur yaitu melamun

6. Penggunaan obat : bantuan minimal

7. Pemeliharaan kesehatan : belum terkaji

8. Kegiatan dalam rumah : hanya berdiam diri saja

9. Kegiatan di luar rumah : tidak ada

Masalah keperawatan : Koping keluarga kurang efektif

H. MEKANISME KOPING

Menghindari masalah, dan suka menyendiri

Masalah keperawatan : Koping individu tidak efektif

I. MASALAH PSIKOSOSIAL DAN LINGKUNGAN

1. Masalah berhubungan dengan dukungan kelompok : klien jarang bergaul

dengan sesama pasien, lebih senang menyendiri dan melamun

2. Masalah berhubungan dengan lingkungan : teman-teman klien sesama pasien

malas ngobrol dengan klien

3. Masalah berhubungan dengan pendidikan : klien mengatakan ia kuliah di

berbagai negara sehingga ia layak disebut profesor

4. Masalah berhubungan dengan pekerjaan : belum terkaji

5. Masalah berhubungan dengan perumahan : belum terkaji

6. Masalah berhubungan dengan ekonomi : belum terkaji

7. Masalah berhubungan dengan pelayanan kesehatan : belum terkaji

Masalah keperawatan :

- Isolasi sosial : menarik diri

- Waham kebesaran

J. PENGETAHUAN KURANG TENTANG

1. Penyakit jiwa

2. Koping

3. Sistem pendukung

4. Faktor presipitasi

Masalah keperawatan :

- Kurang pengetahuan

K. ASPEK MEDIS

1. Diagnosa Medis : belum terkaji

Page 17: format fase perkenalan

2. Therapi Medik : belum terkaji

L. DAFTAR MASALAH KEPERAWATAN

1. Gangguan harga diri : harga diri rendah

2. Isolasi sosial : menarik diri

3. Gangguan persepsi sensori : halusinasi lihat

4. Gangguan konsep diri : Ideal diri terlalu tinggi

5. Kurang pengetahuan

6. Gangguan orientasi realitas : Waham kebesaran

7. Koping individu tidak efektif

8. Koping keluarga tidak efektif

9. Gangguan komunikasi verbal

10. Resiko kurangnya perawatan diri

Page 18: format fase perkenalan

Pohon Masalah

RESIKO PRILAKU KEKERASAN

RESIKO KURANGNYA PERAWATAN DIRI

HALUSINASI LIHAT GGN. KOM. VERBAL WAHAM

MENARIK DIRI

Core Problem

HARGA DIRI RENDAH : Kronis KOPING IND. TDK., EFEKTIF

KOPING KELUARGA TIDAK EFEKTIF

IDEAL DIRI TINGGI

KURANG PENGETAHUAN

M. DAFTAR DIAGNOSIS KEPERAWATAN

1. Gangguan harga diri: harga diri rendah kronis berhubungan dengan ideal diri

tinggi

2. Isolasi sosial : menarik diri berhubungan dengan harga diri rendah

3. Perubahan persepsi sensori : halusinasi lihat berhubungan dengan menarik diri

4. Resiko prilaku kekerasan berhubungan dengan halusinasi

5. Resiko kurangnya perawatan diri berhubungan dengan menarik diri

6. Gangguan komunikasi verbal berhubungan dengan menarik diri

7. Waham : Kebesaran berhubungan dengan menarik diri

8. Koping individu tidak efektif berhubungan dengan harga diri rendah

9. Gangguan harga diri : harga diri rendah kronis berhubungan dengan koping

Page 19: format fase perkenalan

keluarga tidak efektif

10. Koping keluarga tidak efektif berhubungan dengan kurang pengetahuan

RSJP Jakarta, 26 Maret 1999

Mahasiswa Program B-Ektensi 1997

I Made Eka Santosa

NIM : 1397210222

Page 20: format fase perkenalan

RENCANA KEPERAWATAN JIWA

NAMA PASIEN : ONG TIAN BIAN, L 56 TAHUN RUANG CENDRAWASIH RSJP JKT

NO/ DIAGNOSA PERENCANAAN

TGL KEPERAWATAN TUJUAN KRITERIA EVALUASI TINDAKAN KEPERAWATAN RASIONAL

1/26

Maret

1999

Gangguan konsep diri : harga

diri rendah b/d ideal diri terlalu

tinggi

Data Subyektif :

Klien mengatakan ia bercita-

cita menjadi profesor dan

mengatakan cita-citanya telah

tercapai sekarang

Klien mengatakan bahwa

saudaranya sangat sukses

Data Obyektif :

Klien selalu menyendiri.

Klien banyak melamun.

Klien tidak mau melakukan

pekerjaan di ruangan

Tupan :

Setelah dilakukan asuhan

keperawatan klien dapat

mengatasi perasaan harga

diri rendah.

Tupen :

a. Klien dapat

mengekspresikan

perasaan dan

persepsinya dengan

rasa aman.

a.1. Klien dapat menceritakan

perasaan dan persepsinya setelah

dilakukan 3x asuhan.

a.2.Ekspresi wajah klien tenang

saat mengekspresikan pera-saan

dan perepsinya.

a.1.1.Bina hubungan saling per-

caya:

Memanggil nama klien dgn

nama yang disukainya.

Menerima respon klien apa

adanya.

Bicara terbuka dan jujur kpd

klien.

Tepati janji / kontrak yang

pernah dibuat bersama.

Beri kesempatan klien utk

mengekspresikan

perasaannya.

a.2.1.Pelihara ketenangan ling-

kungan suasana yg hangat dan

ber-sahabat.

Hubungan saling percaya dapat

menghindari rasa terancam

sehingga hubungan akan

terjalin akrab.

Lingkungan yang bersahabat

menarik minat untuk

berinteraksi.

Page 21: format fase perkenalan

b. Klien mampu melihat

aspek-aspek yang positif

yang ada pada dirinya.

b.1.Klien dapat mengidentifikasi

aspek positif yang ada pada

dirinya.

b.2.Klien dapat menjelaskan

keberhasilan-keberhasilan yg

pernah dialaminya.

a.2.2.Gunakan komunikasi verbal

yang jelas dan langsung.

a.2.3.Dorong dan beri

kesempatan klien untuk

mengungkapkan perasaannya

serta mendenganrkan klien

dengan rasa empaty

b.1.1.Diskusikan hal-hal apa saja

yang dapat klien lakukan dengan

memberikan pan-dangan bahwa

masih banyak hal yang positif

pada diri klien dan perawat hanya

me-ngarahkan dan lebih banyak

menjadi pendengar

b.1.2.Bantu klien untuk meng-

evaluasi diri dan melihat aspek

positif yang ada pada diri klien.

b.2.1.Bantu klien untuk melihat

kembali keberhasilan yang pernah

dicapai.

b.2.2.Beri reinforcement positif

atas hal-hal yang telah dikemu-

Komunikasi verbal jelas dan

langsung mudah utk dimengerti.

Respon positif dan ada keter-

bukaan akan menarik minat

klien untuk menyampaikan

perasaan-nya.

Untuk mengembangkan

kemam-puan klien dlm

mengatasi masalah yang

dihadapi.

Bila klien dapat melihat bahwa

punya banyak kemampuan

pada dirinya, maka akan timbul

perasaan berharga.

Mermotivasi klien utk

mempertahankan dan mengem-

bangkan aspek positif

Penghargaan akan meningkat-

kan motivasi untuk melakukan

Page 22: format fase perkenalan

c. Klien mampu meng-

evaluasi masalah untuk

dijadikan pelajaran

dimasa sekarang.

d. Klien mampu berperan

serta dalam kegiatan

c.1.Klien dapat menceritakan

masa lalunya yang traumatik.

c.2. Klien dapat menyusun ren-

cana agar kejadian kejadian yang

menyakitkan tidak terulang

kembali.

c.3.Klien dapat memilih cara yang

baik dalam mengatasi masalah

yang menyakitkan.

d.1.Klien mampu memilih tugas-

tugas kegiatan yang disukai.

kakan klien.

c.1.1.Gali perasaan klien atau

minta pendapat klien ttg masalah

yg menyebabkan klien sakit.

c.1.2.Anjurkan untuk

menceritakan faktor -faktor lain yg

menyebabkan klien gagal.

c.2.1.Anjurkan klien untuk menulis

rencana agar pengalaman pahit

tidak terulang kembali.

c.3.1.Kaji koping yang digunakan

klien dalam mengatasi masalah

c.3.2.Beri alternatif yang dapat

dilakukan dalam menghadapi

masalah yang menyedihkan.

c.3.3.Gali sumber yang ada pada

keluarga yg dapat membantu

menyelesaikan masalah klien.

c.3.4.Beri pujian pada klien bila

memilih koping yg konstruktif.

d.1.1.Diskusikan dengan klien ttg

tugas/kegiatan yang suka di-

hal yang sama.

Untuk mengetahui pandangan

klien tentang masalahnya.

Membantu klien untuk dapat

mengevaluasi diri dan dapat

menyadari kelemahannya.

Memiliki rencana akan

membuat klien bersemangat

dalam mencapainya.

Dengan mengetahui masalah

dengan jelas dpt merencanakan

alternatif koping yang

digunakan.

Dengan dapat menjalankan

kegiatan, klien merasa dihargai.

Page 23: format fase perkenalan

ruangan selama klien di

rumah sakit

e. Klien mampu

menetapkan rencana

untuk masa depannya.

f. Keluarga mampu

memberi dukungan moril

/materiil tentang rencana

klien

d.2.Klien mampu melaksanakan

tugas/ kegiatannya dengan

mandiri.

e.1.Klien mampu menjelaskan

rencana yang akan dilakukan

setelah kembali dari rumah sakit.

f.1.Keluarga dapat memfasilitasi

tentang rencana klien.

lakukan sesuai kemampuan klien.

d.2.1.Berikan kesempatan pada

klien untuk mengambil keputusan

dalam memilih kegiatan yang

sesuai.

e.1.1.Bantu klien mengidentifi-kasi

keinginan dan cita-cita dimasa

yang akan datang.

f.1.1.Diskusikan dengan keluar-ga

dalam mengidentifikasi sumber-

sumber yang ada dalam keluarga

f.1.2.Bersama keluarga menyu-

sun rencana dimasa yang akan

datang.

Klien akan merasa dirinya dapat

mengontrol hidupnya dan me-

miliki otonomi.

Evaluasi cita-cita dan keinginan

klien, klien mampu merencana-

kan cita-cita yang sesuai

dengan kemampuan klien.

Mendukung pemanfaatan

sumber untuk kesembuhan

pasien

Keluarga berperan sangat

penting bagi pasien

Page 24: format fase perkenalan

3/26

Maret

1999

Perubahan persepsi sensori :

halusinasi lihat b/d perilaku

menarik diri.

Data Subyektif :

- Klien mengatakan

pekerjaannya hanya duduk

melamun

- Klien mengatakan ia

sering melihat dan ngobrol

dengan kakaknya yang

sudah meninggal

- Klien mengatakan

kakaknya sudah meninggal

tapi hidup lagi

Data Obyektif:

- Klien menyendiri di pojok

ruangan

- Klien terlihat memandang

ke kejauhan

Tupan :

Klien dapat mengontrol

halusinasinya

Tupen :

a. Klien dapat membina

hubungan saling

percaya.

a.1. Sesudah 1 kali pertemuan, klien

dapat berinteraksi dan terbina

hubungan saling percaya

a.1. Bina hubungan saling

percaya :

Sapa klien dengan ramah baik

verbal maupun non verbal,

Perkenalkan diri klien dengan

menyebut nama nama secara

jelas.

Jelaskan maksud dan tujuan

pertemuan.

Buat kontrak dan tepati janji

Selalu kontak mata selama

interaksi

Tunjukkan sikap empati dan

penuh perhatian pada klien

Terima klien apa adanya.

Mulai interaksi dengan hal

yang disukai klien

Dengan terbinanya hubungan

saling percaya dan berfokus

pada hal-hal yang disukai klien,

diharapkan klien merasa

bahwa peawat memperhatikan,

dan klien mau terbuka sehingga

memudahkan intervensi

Page 25: format fase perkenalan

a.2. Klien mau berkomunikasi

dengan perawa.

a.2.Kontrol penampilan perawat

Selalu siap bila dibutuhkan klien

Jawab pertanyaan klien secara

jujur

Perhatikan perilaku yang sesuai

oleh semua tim kep.

seperti;sama-sama

menggunakan komunikasi

trapeutik dlm mendenkati klien.

Hindari pola komunikasi yang

memaksa, bersikap rahasia di

dekat klien, sikap tidak

menghargai klien.

Sikap perawat yang tidak tepat

dapat menimbulkan rasa tidak

berharga pda klien dan merusak

hubungan saling percaya.

b. Klien dapat mengenal

perasaan yang

menyebabkan perilaku

menarik diri dari lingkungan

sosial.

b.1.Klien akan mengekspresikan

perasaannya setelah pertemuan 2

kali.

b.1.1.Dorong klien untuk

mengungkapkan perasaannya

b.1.2.Gunakan tehnik komunikasi

terapeutik

b.1.3.Bersama-sama klien

mengidentifikasi kerugian jika

klien tidak berhubungan dengan

orang lain.

b.1.4Beri reinforcement positif

atas kemampuan klien

mengungkapkan perasaannya

Dengan mengungkapkan

perasaannya berarti klien dapat

mengungkapkan masalahnya

sehingga klien mau/termotivasi

untuk meng identifikasi

kerugiannya jika tidak

berhubungan dengan orang

lain, dan akan meningkatkan

harga diri klien.

Page 26: format fase perkenalan

b.2.Klien akan menyatakan

kepuasannya atas hubungan

dengan perawat sesudah 2 kali

pertemuan.

b.2.1.Dorong klien meng-

ungkapkan perasaanya terhadap

hubungan dengan perawat.

Perasaan puas terhadap

hubungan /interaksi dengan

perawat memotivasi klien untuk

melanjutkan tahap interaksi

c. Klien menunjukkan

penurunan perilaku menarik

diri

c.1.Setelah 5 kali pertemuan klien

dapat berhubungan dengan

perawat dan klien lain yang ada di

ruangan

c.2.Setelah 6-8 kali pertemuan

klien dapat mengembangkan

hubungan melalui;

c.1.1.Secara bertahap libatkan

klien dalam kelompok, misalnya

menghadirkan 1 - 2 orang dengan

klien lain dalam berkomunikasi.

c.1.2.Usahakan pesan verbal dan

non verbal secara singkat, jelas

dan konsisten selama komunikasi

c.1.3.Lakukan percakapan dan

interaksi secara singkat dan

sering

c.1.4.Beri reinforcement positif

atas apa yang telah dicapai klien

c.2.1.Gunakan tehnik bermain

peran untuk membantu klien

mengenal perasaan, pikiran, serta

respon yang dialami dalam

menghadapi situasi berhubungan

dengan orang lain

c.2.2.Motivasi klien untuk

mengikuti aktivitas di ruangan;

membersihkan ruangan,

Dengan mengikutsertakan satu

atau dua perawat,

memungkinkan klien

berkomunikasi secara bertahap.

Memudahkan klien untuk

memahami komunikasi yang

disampaikan.

Menghindari kejenuhan klien

Meningkatkan harga diri klien.

Bermain peran merupakan

salah satu curahan atau

ekspresi perasaan seseorang

Meningkatkan harga diri klien

melalui pemenuhan kebutuhan

berinteraksi dengan orang lain

Page 27: format fase perkenalan

d. Keluarga dapat berpar-

tisipasi diri dalam perawatan

klien

Keikutsertaan dalam aktifitas

di ruangan

Keikutsertaan dalam

kelompok terapi

Inisiatip berinteraksi dengan

orang lain

d.1. Keluarga dapat menye-

butkan hal-hal yang harus

dilakukan selama klien di rawat di

rumah sakit

d.2.Menjenguk klien minmal satu

kali seminggu

menyapu, mengepel,

membersihkan kamar mandi

c.2.3.Beri penjelasan tentang

tindakan dan beri reinforcement

positip atas keikutsertaan klien

dalam kelompok

c.2.4.Beri penjelasan dari

keikutsertaan klien dalam

kelompok dan diskusikan jadwal

harian yang dapat dilakukan untuk

mengisi waktu luang

c.2.5.Anjurkan klien mengevaluasi

secara mandiri manfaat dari

berhubungan dengan orang lain.

d.1.1.Diskusikan dengan anggota

keluarga tentang perilaku,

penyebab perilaku dan cara

keluarga menghadapi klien yang

menarik diri

d.2.1.Anjurkan keluarga

menjenguk dan memberikan

dukungan pada pasien

dan menurunkan kemungkinan

menarik diri

Memberikan pujian berguna

untuk memotivasi pasien

mengulang tindakan yang positif

Therapi kelompok memotivasi

pasien berhubungan dengan

orang lain

Menggali perasaan klien setelah

berhubungan dengan orang lain

Pengetahuan keluarga tentang

perilaku menarik diri merupakan

bekal untuk berpartisipasi dalam

perawatan klien

Dukungan keluarga merupakan

reinforcement bagi pasien

2/26

Maret

1999

Isolasi sosial : menarik diri b/d

harga diri rendah kronik

Subyektif :

- Klien mengatakan suka

Tupan :

Klien dapat berinteraksi

dengan lingkungannya

Tupen :

Page 28: format fase perkenalan

melamun

- Klien mengatakan malas

bergaul dengan pasien atau

petugas

Obyektif :

- Saat wawancara kontak

mata kurang

- Respon terhadap sapaan

perawat lambat

- Tidak berinteraksi dengan

perawat dan klien lain

- Beranjak dari tempatnya

hanya waktu makan

a. Klien dapat memperluas

kesadaran dirinya

setelah tiga kali

pertemuan

b. Klien dapat

mengidentifikasi

kemampuan yang

dimiliki dalam waktu dua

minggu

a.1. Klien dapat mengungkapkan

perasaanya secara verbal :

- Saat sedih atau gembira

- Membalas sapaan

perawat

- Menyebutkan tujuan

interaksi

- Dapat mengungkapkan

perasaannya

b.1. Klien dapat menyebutkan

kemampuan yang masih dimiliki

- Kemampuan hubungan

interpersonal

- Kemampuan dalam

melaksanakan ADL

b.2. Klien dapat menyebutkan

a.1.1.Beri kesempatan klien

mengungkapkan perasaannya :

- Bimbing klien

mengungkapkan

perasaannya

- Gunakan pertanyaan

terbuka

- Dengarkan ungkapan

klien dengan aktif

a.1.2.Beri respon yang tidak

menghakimi :

- Tidak menyalahkan

pendapat klien

- Menerima pendapat klien

b.1.1. Ciptakan lingkungan yang

tenang dengan cara mengurangi

stimulus eksternal yang

berlebihan dalam interaksi

b.1.2.Motivasi klien

mengungkapkan pikiran,

perasaan, dan prilaku klien yang

berhubungan dengan masalah

yang dihadapi selama interaksi

b.2.1.Bimbing klien

Dengan mengungkapkan

perasaannya beban klien akan

berkurang

Respon menghakimi dapat

merusak hubungan saling

percaya dan menurunkan harga

diri klien

Lingkungan yang tenang

mampu membantu klien dalam

memfokuskan pikiran

Membuka wawasan klien

tentang pemecahan masalah

Untuk menentukan alternatif

Page 29: format fase perkenalan

c. Klien dapat membuat

rencana realistis dalam

waktu tiga minggu

masalah dalam membina

hubungan interpersonal dan cara

mengatasinya

c.1. Klien dapat membuat jadwal

kegiatan sesuai dengan

kemampuan

mengidentifikasi stressor dalam

interaksi

b.2.2.Kaji koping yang digunakan

klien dalam menghadapi masalah

yang dihadapi dalam membina

hubungan interpersonal

b.2.3.Informasikan pada klien

koping yang konstruktif dalam

menghadapi masalah tersebut

c.1.1.Bimbing klien untuk dapat

menentukan keinginannya dalam

beraktivitas

- Merawat diri

- Membersihkan ruangan

- Membersihkan lingkungan

- Olahraga

pemecahan masalah

Penting untuk mengetahui

pilihan klien terhadap koping

dan mngevaluasi aspek positif

dan negatif klien

Menambah wawasan klien

dalam memilih koping adaptif

Membantu klien

mengembangkan kemampuan

yang ada pada dirinya

Page 30: format fase perkenalan
Page 31: format fase perkenalan

d. Klien dapat

melaksanakan rencana

yang telah dibuat

e. Klien mendapat

dukungan keluarga

dalam meningkatkan

harga dirinya

d.1. Klien dapat menyebutkan

kegiatan yang telah dilakukan

e.1. Klien mendapat dukungan

keluarga dalam meningkatkan

harga dirinya

d.1.1.Beri kesempatan klien untuk

sukses :

- Beri waktu untuk

berinteraksi

- Beri waktu untuk

beraktivitas

d.1.2.Bimbing klien untuk mencari

bantuan, informasikan bahwa

perawat siap membantu klien

d.1.3.Kuatkan keterampilan dan

aspek positif yang dicapai, beri

reinforcement

e.1.1.Anjurkan keluarga untuk

dapat memotivasi klien untuk

melakukan aktivitas

e.1.2.Anjurkan agar keluarga

dapat menyediakan fasilitas yang

terkait dengan kegiatan

Kesempatan untuk sukses

dapat memotivasi klien untuk

melakukan/menetapkan

keterampilan yang sudah

dimilikinya

Bimbingan yang tepat dan

sesuai dapat membantu klien

meningkatkan harga diri

Untuk memotivasi dan

mempertahankan aspek positif

Keluarga mempunyai arti

penting bagi klien

Mendukung klien dalam

melakukan aktivitas

Page 32: format fase perkenalan

Lampiran 3.

CATATAN KEPERAWATAN

NO TANGGAL DIAGNOSA IMPLEMENTASI EVALUASI TANDA

KEPERAWATAN RESPON KLIEN (S DAN O) MODIFIKASITANGA

N

1 26 Maret 1999 Isolasi sosial : menarik diri

b/d harga diri rendah kronik

a.1.1. Memberi kesempatan klien untuk

mengungkapkan perasaannya

“Coba Pak Ong ceritakan, mengapa Pak Ong melamun

saja?”

a.1.2. Memberikan respon yang tidak menghakimi

“Saya tahu Pak Ong belum mau ikut membantu teman

mengambil makanan. Tidak apa-apa!”

a.1.3. Menciptakan suasana lingkungan yang tenang

“Bagaimana kalau kita duduk disana, suasananya enak

kan?!”

S : Klien mengatakan suka

melamun karena kakaknya sukses

O : Menunduk

S : -

O : Memandang ke halaman

S : Klien mengatakan senang

duduk di tempat yang ditunjuk

O : Klien mau duduk di tempat yang

disarankan

Klarifikasi dengan

keluarga tentang

kebenaran data

Pertahankan

Pertahankan

2. 26 Maret 1999 Perubahan persepsi sensori

: halusinasi lihat b/d perilaku

menarik diri

a.1.1. Membina hubungan saling percaya

“Selamat sore Pak Ong, masih ingat dengan nama

saya?!”

“Kita kan janji mau ngobrol, masih ingat dengan janji

kita?!

b.1.1. Mendorong klien untuk mengungkapkan

S : Klien mengatakan ingat nama

perawat dan kontrak yang

dilakukan

O : Klien menyebut nama perawat

S : Klien mengatakan kakaknya

Pertahankan

Kaji kembali adanya

Page 33: format fase perkenalan

perasaannya

“Bagaimana perasaan Pak Ong sekarang?. Saya lihat

Pak Ong sedang melihat sesuatu?.Saya sendiri tidak

melihatnya. Coba Pak Ong ceritakan!”

c.2.2. Memotivasi klien untuk mengungkapkan

perasaannya terhadap keuntungan berhubungan

dengan perawat

“Gimana rasanya setelah Pak Ong ngobrol dengan

saya dan teman-teman saya?!”

hidup lagi

O : Klien menunjuk ke halaman dan

tersenyum

S : Klien mengatakan senang bisa

ngobrol dengan perawat

O : Klien tersenyum dan menjabat

tangan perawat

data menunjang

halusinasi dan berikan

intervensi dengan

tidak mendukung

halusinasi yang

dirasakan klien secara

therapeutik

Pertahankan