FOME - tahap I dan II

26
TAHAP I KARAKTERISTIK DEMOGRAFI KELUARGA A. Anggota Keluarga Nama Kepala Keluarga : Tn. S Alamat : Nganti, Gemolong, Sragen Bentuk Keluarga : Extended Family Struktur Komposisi Keluarga : Tabel 1.1 Daftar Anggota Keluarga yang Hidup dalam Satu Rumah No Nama Kedu- dukan L/P Umur Pen did ika n Pekerjaa n Ket. 1. Tn. S Kepala Keluar ga L 56 th SMP Petani - 2. Ny. P Istri P 54 th SMP Pedagang - 3 Ny. Y Anak P 23 th S1 Guru SD - 4 Tn. SU Menant u L 24 th S1 Guru MTS Pasien post DBD dengan riwayat 1

description

ikm

Transcript of FOME - tahap I dan II

Page 1: FOME - tahap I dan II

TAHAP I

KARAKTERISTIK DEMOGRAFI KELUARGA

A. Anggota Keluarga

Nama Kepala Keluarga : Tn. S

Alamat : Nganti, Gemolong, Sragen

Bentuk Keluarga : Extended Family

Struktur Komposisi Keluarga :

Tabel 1.1 Daftar Anggota Keluarga yang Hidup dalam Satu Rumah

No NamaKedu-

dukanL/P Umur

Pen

didi

kan

Pekerjaan Ket.

1. Tn. SKepala

KeluargaL 56 th SMP Petani -

2. Ny. P Istri P 54 th SMP Pedagang -

3 Ny. Y Anak P 23 th S1 Guru SD -

4 Tn. SU Menantu L 24 th S1 Guru MTS

Pasien post

DBD dengan

riwayat asma

Sumber : Data primer, April 2016

B. Kesimpulan

Keluarga Tn. S termasuk ke dalam extended family yang terdiri atas 4

orang. Keluarga tersebut terdiri dari Tn. SU (24 tahun), Ny. Y (23 tahun), Tn. S

(56 tahun) dan Ny. P (54 tahun). Tn. SU tinggal di Desa Nganti sejak sekitar 1

tahun yang lalu, yaitu sejak ia menikah dengan Ny.Y. Tn. SU dan Ny. Y belum

memiliki anak. Pendidikan dalam keluarga ini secara umum baik. Tn. SU

selama ini bekerja sebagai guru di MTS Muhammadiyah Gemolong.

Sedangkan Ny. Y merupakan guru SD yang saat ini sedang melanjutkan kuliah

ke jenjang S2. Bapak Ny.Y, yaitu Tn. S masih aktif bekerja sebagai petani,

1

Page 2: FOME - tahap I dan II

sedangkan ibunya, yaitu Ny. P menjadi pedagang dengan membuka warung di

depan rumahnya. Tn. SU memiliki riwayat penyakit asma yang diderita sejak

kecil. Penyakit asma Tn.SU seringkali kambuh bila ia kecapaian, terkena

paparan debu, asap, atau udara dingin. Pada tanggal 21 Maret 2016 lalu, ia

sempat dirawat di Rumah Sakit Yakksi Gemolong selama seminggu karena

menderita demam berdarah dengue (DBD).

2

Page 3: FOME - tahap I dan II

TAHAP II

STATUS PASIEN

A. Identitas Penderita

Nama : Tn. S

Umur : 24 tahun

Alamat : Nganti, Gemolong, Sragen

Jenis kelamin : Laki-laki

Agama : Islam

Pekerjaan : Guru MTS

Status : Menikah

Tanggal Pemeriksaan : 30 Maret, 2016, 5 April 2016, 9 April 2016

B. Anamnesis

1. Keluhan Utama

Pada tanggal 19 Maret 2016 pasien mengeluh panas dan pusing.

2. Riwayat Penyakit Sekarang

Pada tanggal 19 Maret 2016, pasien merasa panas dan pusing

setelah mengikuti kegiatan outdoor MTS Muhammadiyah Gemolong. Ia

juga merasakan nafsu makannya menurun. Ia lalu memeriksakan diri ke

dokter terdekat pada tanggal 20 Maret 2016 dan diberi obat. Namun

setelah minum obat tersebut, keluhan tidak juga berkurang sehingga pada

tanggal 21 Maret 2016, ia kembali memeriksakan diri ke dokter. Ia

memeriksakan diri ke dokter yang berbeda dari sebelumnya. Dari

anamnesis, diketahui pasien meminum obat tidak sesuai prosedur sehingga

keadaan belum membaik. Ia kembali diberi obat, namun sore harinya,

gejalanya bertambah berat. Ia merasakan mual dan muntah. Muntah

bercampur dengan darah berwarna merah kehitaman sebanyak ± 15 kali.

Kemudian, ia dibawa oleh keluarganya ke Rumah Sakit Yakksi

Gemolong. Di sana ia dirawat dan dilakukan pemeriksaan lab darah. Dari

3

Page 4: FOME - tahap I dan II

hasil laboratorium, diketahui jumlah trombosit pasien terus menurun

sehingga perlu diobservasi beberapa hari ke depan. Pada tanggal 23 Maret

2016, mulai muncul bintik-bintik kemerahan di kulit tubuh pasien. Bintik

tersebut tidak hilang dengan penekanan. Selain itu, pasien juga

mengeluhkan gusi berdarah. Oleh dokter di rumah sakit tersebut, pasien

didiagnosa menderita demam berdarah dengue. Pasien dirawat di rumah

sakit tersebut sampai tanggal 26 Maret 2016.

Pasien memiliki riwayat penyakit asma yang diderita sejak kecil. Ia

rutin menjalani terapi. Penyakit asma pasien terkontrol dengan baik.

Pasien mengonsumsi Simbicort bila asmanya kambuh. Pasien mengaku

asmanya kambuh bila ia kecapaian, terpapar udara dingin, debu, atau asap.

Saat dilakukan pemeriksaan pada tanggal 30 Maret 2016, pasien

sudah merasa sehat dan sudah bisa bekerja kembali seperti semula. Ia

direncanakan kontrol ke rumah sakit lagi pada tanggal 2 April 2016.

3. Riwayat Penyakit Dahulu

a. Riwayat tekanan darah tinggi : disangkal

b. Riwayat sakit gula : disangkal

c. Riwayat sakit jantung : disangkal

d. Riwayat sakit ginjal : disangkal

e. Riwayat sakit asma : (+)

f. Riwayat alergi : (+), debu, udara dingin, asap

4. Riwayat Penyakit Keluarga

a. Riwayat tekanan darah tinggi : disangkal

b. Riwayat sakit gula : (+) pada ibu

c. Riwayat sakit jantung : (+) pada ibu

d. Riwayat sakit ginjal : disangkal

e. Riwayat sakit asma : (+) pada ibu

f. Riwayat alergi : disangkal

4

Page 5: FOME - tahap I dan II

5. Riwayat Kebiasaan

a. Riwayat olahraga : jarang

b. Riwayat merokok : disangkal

c. Riwayat alkohol : disangkal

6. Riwayat Sosial Ekonomi

Pasien adalah seorang laki-laki berusia 24 tahun dengan status

menikah dengan Ny. Y sejak tahun 2015. Pasien tinggal serumah dengan

istri dan mertuanya. Saat ini pasien dan istri belum memiliki anak. Pasien

bekerja sebagai guru di MTS Muhammadiyah Gemolong. Kebutuhan

sehari-hari Tn. SU dan keluarga dipenuhi dari gaji dan penghasilan

mertuanya.

Tn. SU menetap di Gemolong sejak menikah dengan istrinya pada

bulan Juli 2015. Sebagai anggota masyarakat, pasien sekeluarga aktif dalam

kegiatan kemasyarakatan seperti kumpul RT, kerja bakti, PKK, dll. Untuk

melakukan aktivitas sehari-hari seperti mandi dan makan, pasien tidak

memerlukan bantuan orang lain, pasien dapat melakukannya secara mandiri.

7. Riwayat Gizi

Tn. SU makan tiga kali sehari dengan sayur dan lauk bervariasi,

serta buah-buahan. Ia mengaku tidak ada pantangan dalam makan.

8. Anamnesis Sistem

a. Keluhan utama : -

b. Kulit : gatal (-), kering (-), bersisik (-)

c. Kepala : sakit kepala (-), leher cengeng (-), berputar (-), luka

(-), benjolan (-)

d. Mata : pandangan mata bekunang-kunang (-), penglihatan

hipermetrop (-)

e. Hidung : tersumbat (-), mimisan (-)

5

Page 6: FOME - tahap I dan II

f. Telinga : pendengaran berkurang (-), berdenging (-), keluar

cairan (-)

g. Mulut : sariawan (-), mulut terasa asam (-), mukosa basah

(+), papil lidah atrofi (-)

h. Tenggorokan : sakit menelan (-), serak (-)

i. Pernafasan : sesak nafas (-), batuk lama (-), mengi (-), batuk

darah (-), dahak (-), nyeri dada (-)

j. Kardiovaskuler : berdebar-debar (-)

k. Gastrointestinal : mual (-), muntah (-), mudah haus (-), diare (-),

nafsu makan menurun (-), nyeri perut (-), BAB

tidak ada keluhan

l. Genitourinaria : BAK 4-5 kali sehari kuning jernih dan jumlah

dalam batas normal, sering terbangun pada malam

hari untuk BAK (-)

m. Muskuloskeletal : nyeri sendi (-), nyeri otot (-)

n. Ekstremitas :

i. Atas : bengkak (-), luka (-), ujung jari tangan dingin (-)

ii. Bawah : bengkak (-), pitting oedem (-), luka (-), ujung jari

kaki dingin (-), a.dorsal pedis masih teraba

o. Neurologi : Kebas pada ujung kaki (-)

C. Pemeriksaan Fisik

Tanggal 30 Maret 2016

1. Keadaan Umum

Keadaan compos mentis (GCS E4V5M6), status gizi kesan cukup.

2. Tanda Vital

Tensi : 110/80 mmHg

Nadi : 86 x/menit, reguler, isi cukup, simetris

Pernafasan : 17 x/menit

Suhu : 37,50C per axiler

3. Status Gizi

6

Page 7: FOME - tahap I dan II

BB : 62 kg

TB : 167 cm

BMI : BB/TB2 = 62/(1,67)2 = 22,7 kg/m2

Status gizi : normoweight

4. Kulit

Warna kulit sawo matang, rambut hitam, turgor baik, ikterik (-), sianosis

(-), petechie (-), spider nevi (-)

5. Kepala

Bentuk mesochepal, rambut sukar dicabut

6. Mata

Konjungtiva pucat (-/-), sklera ikterik (-/-), pupil isokor, reflek kornea

(+/+), visus menurun (-/-)

7. Hidung

Nafas cuping hidung (-), sekret (-), epistaksis (-), deviasi septum (-)

8. Mulut

Bibir pucat (-), bibir kering (-), papil lidah atrofi (-), gusi berdarah (-), gigi

tanggal (-)

9. Telinga

Membran timpani intak (+), sekret (-)

10. Tenggorokan

Tonsil melebar (-), faring hiperemis (-), dahak (-)

11. Leher

JVP tidak meningkat, trakea di tengah, KGB (Kelenjar Getah Bening)

tidak membesar

12. Thoraks

Normochest, simetris, pernapasan thoracoabdominal, retraksi (-), spider

nevi (-), pulsasi infrastenalis (-), sela iga melebar (-)

a. Cor

i. Inspeksi : Ictus kordis tidak tampak

ii. Palpasi : Ictus kordis tidak kuat angkat, teraba di SIC V 1

cm lateral linea medioclavicularis sinistra

7

Page 8: FOME - tahap I dan II

iii. Perkusi :

Batas jantung kanan atas: SIC II linea sternalis dextra

Batas jantung kanan bawah: SIC IV linea parasternalis

dekstra

Batas jantung kiri atas: SIC II linea sternalis sinistra

Batas jantung Batas jantung kiri bawah: SIC V 1 cm

medial linea medioklavicularis sinistra

iv. Auskultasi: Bunyi jantung I-II, intensitas normal, reguler,

bising (-), gallop (-)

Kesimpulan : batas jantung kesan tidak melebar

b. Pulmo

i. Inspeksi : pengembangan dada kanan = dada kiri

ii. Palpasi : fremitus raba kanan = kiri

iii.Perkusi : sonor/sonor

iv. Auskultasi : suara dasar vesikuler, ronkhi basah kasar (-/-), wheezing

(-/-), inspirasi = ekspirasi

13. Abdomen

i. Inspeksi

Dinding perut sejajar dari dinding dada, venektasi (-)

ii. Perkusi

Timpani seluruh lapang perut

iii.Auskultasi

Bising usus (+), 7x / menit

iv. Palpasi

Supel, nyeri tekan (-), hepar dan lien tidak teraba

14. Ekstremitas

i. Atas : Palmar eritem (-/-), akral dingin (-/-), oedem (-/-)

ii. Bawah : Palmar eritem (-/-), akral dingin (-/-), oedem (-/-)

15. Neurologi

i. Sensibilitas : (-) pada kedua ujung kaki, (+) pada bagian tubuh

yang lain

8

Page 9: FOME - tahap I dan II

ii. Fungsi motorik :Kekuatan ekstremitas (5), tonus otot normal, eutrofi

iii. Refleks fisiologis :Biceps (+2), Triceps (+2), Patella (+2), Achilles

(+2)

iv. Refleks patologis :Hoffmann-Tromer (-), Babinski (-), Chaddok (-),

Gordon (-), Oppenheim (-), Rossolimo (-), Mendel-

Bechterew (-)

D. Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan Lab Darah Rumah Sakit Yakksi Gemolong, Sragen.

Tanggal Hb Trombosit Hematokrit

21 Maret 2016 17,5 152000 55,9

22 Maret 2016 15,8 80000 49,7

23 Maret 2016 15,8 43000 51,8

24 Maret 2016 15,2 28000 46,8

24 Maret 2016 15,2 39000 49,1

25 Maret 2016 14,5 40000 46,2

25 Maret 2016 15,2 58000 47,5

26 Maret 2016 15,2 81000 50,2

26 Maret 2016 14,4 67000 47,6

E. Resume

Tn.SU adalah pasien post DBD dengan riwayat asma terkontrol. Pada

tanggal 19 Maret 2016, pasien merasa panas pusing, dan nafsu makannya

menurun. Ia lalu memeriksakan diri ke dokter terdekat pada tanggal 20 Maret

2016 dan diberi obat. Namun setelah minum obat tersebut, keluhan tidak juga

berkurang sehingga pada tanggal 21 Maret 2016, ia kembali memeriksakan diri

ke dokter. Ia memeriksakan diri ke dokter yang berbeda dari sebelumnya. Dari

anamnesis, diketahui pasien meminum obat tidak sesuai prosedur sehingga

keadaan belum membaik. Ia kembali diberi obat, namun sore harinya,

gejalanya bertambah berat. Ia merasakan mual dan muntah. Muntah bercampur

dengan darah berwarna merah kehitaman sebanyak ± 15 kali. Kemudian, ia

9

Page 10: FOME - tahap I dan II

dibawa oleh keluarganya ke Rumah Sakit Yakksi Gemolong. Di sana ia

dirawat dan dilakukan pemeriksaan lab darah. Dari hasil laboratorium,

diketahui jumlah trombosit pasien terus menurun sehingga perlu diobservasi

beberapa hari ke depan. Pada tanggal 23 Maret 2016, mulai muncul bintik-

bintik kemerahan di kulit tubuh pasien. Bintik tersebut tidak hilang dengan

penekanan. Selain itu, pasien juga mengeluhkan gusi berdarah. Oleh dokter di

rumah sakit tersebut, pasien didiagnosa menderita demam berdarah dengue.

Pasien dirawat di rumah sakit tersebut sampai tanggal 26 Maret 2016.

Pasien memiliki riwayat penyakit asma yang diderita sejak kecil. Ia rutin

menjalani terapi. Penyakit asma pasien terkontrol dengan baik. Pasien

mengonsumsi Simbicort bila asmanya kambuh. Pasien mengaku asmanya

kambuh bila ia kecapaian, terpapar udara dingin, debu, atau asap. Ibunya sudah

meninggal dan memiliki riwayat penyakit asma, diabetes mellitus, dan jantung.

Pada pemeriksaan fisik didapatkan keadaan umum tampak sakit ringan,

compos mentis (GCS E4V5M6), status gizi kesan cukup. Tanda Vital, Tensi:

110/80 mmHg, Nadi: 86 x/menit (reguler, isi cukup, simetris), Pernafasan: 17

x/menit, Suhu: 37,50C per axiler. Status Gizi, BB : 62 kg, TB : 167 cm, BMI :

BB/TB2 = 62/(1,67)2 = 22,7 kg/m2 , Status gizi : Normoweight. Pemeriksaan

jantung, paru, abdomen dalam batas normal.

F. Patient Centered Diagnosis

1. Diagnosis Holistik

Pasien yang berusia 24 tahun dalam extended family dengan diagnosa

post demam berdarah dengue (DBD) dengan riwayat asma terkontrol. Dari

penilaian aspek personal, didapatkan pasien tetap dapat menjalani pekerjaan

dan aktivitas sehari-hari dengan mandiri tanpa bantuan orang lain. Pada saat

menderita DBD lalu, ia merasa demam, pusing, dan lemas sehingga harus

mondok di rumah sakit dan tidak dapat melakukan aktivitas seperti biasa.

Menurut pasien, kemungkinan ia tertular DBD dari lingkungan sekitar

tempat kerja pasien. Di sana ada beberapa orang yang sudah menderita

DBD. Ia berharap sering dilakukan program Pemberantasan Sarang Nyamuk

10

Page 11: FOME - tahap I dan II

(PSN) di sekitar sana untuk mencegah penularan DBD selanjutnya.

Sedangkan penyakit asmanya sudah jarang kambuh karena pasien rutin

terapi dan dapat menghindari pencetus-pencetus asmanya.

Dari penilaian derajat fungsional, skor untuk pasien adalah 1, yaitu

pasien tidak mengalami kesulitan dan dapat melakukan aktivitas dengan

mandiri. Hubungan yang terjadi dalam keluarga tergolong harmonis. Dari

segi fungsi psikologis, pasien tidak mengalami depresi, tidak mengalami

ansietas, dan tidak mengalami stres, dan memiliki rasa percaya diri yang

cukup. Fungsi sosial keluarga pasien masih baik. Pasien merupakan orang

pendatang di lingkungannya. Ia mulai tinggal di desa Nganti sejak menikah

dengan Ny.Y. Walaupun tergolong orang baru di lingkungannya, pasien

aktif dalam acara yang diselenggarakan bersama masyarakat sekitar dan

dapat bersosialisasi dalam masyarakat lewat berbagai macam bentuk

kegiatan. Pekerjaan pasien saat ini adalah guru di MTS Muhammadiyah

Gemolong. Gaji yang didapat dibantu oleh gaji istri dan penghasilan mertua

cukup untuk memenuhi kebutuhannya sehari-hari. Pasien belum memiliki

jaminan kesehatan seperti BPJS, jamkesmas, atau jaminan kesehatan

lainnya sehingga saat mondok kemarin ia menggunakan pembiayaan

mandiri.

Interaksi antara pasien dengan istrinya tergolong harmonis. Tingkat

pendidikan pasien sudah baik. Ia sudah mengerti bagaimana cara mencegah

penyakitnya dan segera ke dokter bila membutuhkan pertolongan kesehatan.

Sedangkan dari segi budaya, pasien dan keluarga menjunjung budaya

setempat, yaitu Budaya Suku Jawa.

2. Diagnosis Biologis

Pasien berusia 24 tahun dengan post DBD dengan riwayat asma

terkontrol.

3. Diagnosis Psikologis

Interaksi yang terjadi dalam keluarga ini antara Tn.SU, Ny.Y, Tn.S,

dan Ny.P terbilang baik. Fungsi psikologis pasien diukur menggunakan

kuesioner DASS (Depression Anxiety and Stress Scale). Pada penilaian

11

Page 12: FOME - tahap I dan II

menggunakan kuesioner DASS, pasien tidak mengalami depresi, tidak

mengalami ansietas, dan tidak mengalami stres. Tidak terjadi konflik yang

berarti dalam keluarga pasien. Pasien dapat melaksanakan kehidupannya

dengan baik, dan ramah dengan orang baru.

4. Diagnosis Sosial, Ekonomi, dan Budaya

Pasien merupakan orang pendatang di desanya. Ia berasal dari

Kalimantan, dan mulai menetap di Desa Nganti setelah menikah dengan

Ny.Y satu tahun yang lalu. Ia dapat bersosialisasi dengan baik ke

lingkungan dan masyarakat sekitar. Ia tidak memiliki masalah di lingkungan

keluarga maupun masyarakat. Pekerjaan pasien adalah seorang guru di MTS

Muhammadiyah Gemolong. Istrinya seorang guru SD yang sedang

melanjutkan kuliah ke jenjang S2, sedangkan mertuanya, Tn.S dan Ny.P

masing-masing bekerja sebagai petani dan pedagang. Melalui gaji

pekerjaannya tersebut, ia dapat memenuhi kebutuhannya sehari-hari. Jumlah

pemasukan setiap bulannya sekitar Rp 1.000.000,00 – 2.000.000,00 per

bulan untuk memenuhi kebutuhan sehari-harinya. Pasien saat ini belum

memiliki jaminan kesehatan, sehingga pada saat dirawat karena DBD yang

lalu ia menggunakan pembiayaan mandiri. Ia mengaku belum sempat

mengurus syarat-syarat pendaftaran BPJS karena masih termasuk penduduk

baru di lingkungannya. Sedangkan dalam segi budaya, pasien dan keluarga

menjunjung budaya setempat, yaitu Budaya Suku Jawa

12

Page 13: FOME - tahap I dan II

G. Flow Sheet

Nama : Tn. SU

Diagnosis : Post DBD dengan riwayat asma terkontrol

Tabel 2.1 Flow Sheet Kunjungan Tn. SU

No Tgl Kondisi Pasien Pemeriksaan Fisik Terapi Planning Target

1. 30-3-2016 Pasien sudah tidak

merasakan demam,

pusing, mual, dan

muntah. Nafsu makan

pasien sudah membaik.

Tanda Vital, Tensi:

110/80 mmHg, Nadi:

86 x/menit (reguler, isi

cukup), RR: 17x

/menit, Suhu: 37,50C

per axiler. Status Gizi,

BB: 62 kg, TB: 167

cm, BMI: BB/TB2 =

62/(1,67)2 = 22,7

kg/m2 , Status gizi:

Normoweight

Status Generalis :

GCS E4V5M6, compos

mentis, turgor kulit

Medikamentosa : -

Non Medikamentosa :

1. Pemahaman tentang

demam berdarah

dengue (DBD),

gejala-gejala, serta

komplikasi yang

mungkin terjadi

2. Edukasi mengenai

pentingnya

pencegahan DBD

melalui 3M plus.

1. Kontrol kembali

ke rumah sakit

Yakksi

2. Pemeriksaan

hitung

trombosit

3. Pelaksanaan

pembersihan

sarang nyamuk

secara rutin di

rumah dan

lingkungan

sekitar

Trombosit 150.000-

450.000

Tak ada jentik di

tempat penampungan

air di rumah dan

lingkungan sekitar

13

Page 14: FOME - tahap I dan II

No Tgl Kondisi Pasien Pemeriksaan Fisik Terapi Planning Target

normal, petechie (-).

2. 5-4-2015 Pasien sudah merasa

sehat dan dapat

beraktivitas seperti

semula.

Pasien memiliki riwayat

asma sejak kecil. Sudah

sekitar 1 tahun terakhir,

asma nya tidak pernah

kambuh lagi. Bila

kambuh, ia

mengonsumsi

Simbicort.

Tanda Vital, Tensi:

110/80 mmHg, Nadi:

86 x/menit (reguler, isi

cukup), RR: 17x

/menit, Suhu: 37,50C

per axiler. Status Gizi,

BB: 62 kg, TB: 167

cm, BMI: BB/TB2 =

62/(1,67)2 = 22,7

kg/m2 , Status gizi:

Normoweight

Status Generalis :

GCS E4V5M6, compos

mentis, turgor kulit

normal, petechie (-).

a)

Pulmo

a) a) Inspeksi:

Medikamentosa : -

Non Medikamentosa :

1. Edukasi mengenai

asma, pengobatan,

dan pencegahannya.

1. Hindari

pencetus asma

Asma terkontrol

14

Page 15: FOME - tahap I dan II

No Tgl Kondisi Pasien Pemeriksaan Fisik Terapi Planning Target

pengembangan dada

kanan=dada kiri

b) b) Palpasi: fremitus

raba kanan=kiri normal

c) c) Perkusi: sonor/sonor

d) d) Auskultasi : SDV

(+/+), RBK

(-/-), wheezing (-/-)

3. 9-3-2016 Pasien dapat

beraktivitas seperti

semula.

Pasien memiliki risiko

diabetes mellitus (dari

ibunya). Pasien tidak

pernah merasakan

mudah lapar, mudah

haus, dan sering

kencing terutama

malam hari. Berat badan

pasien stabil.

Tanda Vital, Tensi:

110/80 mmHg, Nadi:

86 x/menit (reguler, isi

cukup), RR: 17x

/menit, Suhu: 37,50C

per axiler. Status Gizi,

BB: 62 kg, TB: 167

cm, BMI: BB/TB2 =

62/(1,67)2 = 22,7

kg/m2 , Status gizi:

Normoweight

Medikamentosa : -

Non Medikamentosa :

1. Edukasi mengenai

diabetes mellitus,

faktor risiko, dan

gejala-gejala awal.

2. Edukasi mengenai

gaya hidup sehat

untuk menghindari

diabetes mellitus.

Screening diabetes

mellitus:

1. Pemeriksaan

GDS dan atau

GDP

2. Pemeriksaan

kadar HbA1c

3. Cek profil

Lipid :

Kolestrol, HDL,

LDL,

Trigliserid

Gula Darah

Terkontrol

GDP < 110 mg/dl

GDS <126 mg/dl

HbA1c < 7%

Kolesterol <200

mg/dl

HDL >40 mg/dl

LDL <150 mg/dl

Trigliserid <200

mg/dl

Olahraga teratur dan

15

Page 16: FOME - tahap I dan II

No Tgl Kondisi Pasien Pemeriksaan Fisik Terapi Planning Target

pola makan teratur

Sumber : Data primer, April 2016

16