FIX GEL
-
Upload
nurina-khimatus-sholihah -
Category
Documents
-
view
206 -
download
0
Transcript of FIX GEL
I. PENGERTIAN
Gel merupakan bentuk sediaan semisolid yang mengandung larutan bahan aktif
tunggal maupun campuran dengan pembawa senyawa hidrofilik atau hidrofobik (Anonim,
1994). Gel digolongkan sebagai sistem dua fase. Dalam sistem dua fase, jika urutan partikel
dari fase terdispersi relatif besar, massa gel kadang-kadang dinyatakan sebagai magma.
Sedangkan gel fase tungggal terdiri dari makromolekul organik yang tersebar serba sama
dalam suatu cairan sedemikian hingga tidak terlihat adanya ikatan antara molekul makro yang
terdispersi dan cairan. Gel fase tunggal dapat dibuat dari makromolekul sintetik misalnya
karbomer (Anonim, 1995).
Beberapa keuntungan bentuk gel menurut Lieberman (1989) diantaranya tidak
lengket, gel mempunyai aliran tiksotropik dan pseudoplastik yaitu gel berbentuk padat apabila
disimpan dan akan segera mencair bila dikocok, konsentrasi bahan pembentuk gel yang
dibutuhkan hanya sedikit untuk membentuk massa gel yang baik, viskositas gel tidak
mengalami perubahan yang berarti pada suhu penyimpanan. Sedangkan menurut Voigt
(1994 ). Beberapa keuntungan sediaan gel adalah sebagai berikut:
Kemampuan penyebarannya baik pada kulit
Efek dingin, yang dijelaskan melalui penguapan lambat dari kulit
Tidak ada penghambatan fungsi rambut secara fisiologis
Kemudahan pencuciannya dengan air yang baik
Pelepasan obatnya baik
II. CARA PEMBUATAN
Cara pembuatan gel antiinflamasi Na diklofenak menggunakan basis gel HPMC
4000 dengan menggunakan sistem niosom. Na diklofenak bersifat lipofilik serta agak sukar
larut dalam air dan minyak, sedangkan obat tersebut ini diformulasi dalam basis gel hidrofilik,
hal dapat diatasi dengan dibuat suatu modifikasi menggunakan sistem vesikel yaitu niosom.
Sistem niosom akan menjebak obat di dalam vesikel sehingga akan meningkatkan jumlah
obat yang terlarut. Adanya gugus hidrofil di bagian terluar vesikel akan berinteraksi dengan
fase air sehingga sistem niosom dapat meningkatkan distribusi obat dalam basis gel yang
hidrofil. Pembuatan gel na diklofenak dengan mencampurkan propilen glikol dengan sebagian
basis gel, kemudian ditambahkan sistem niosom Na-diklofenak. Selanjutnya ditambahkan
basis gel HPMC 4000 hingga 20 g lalu diaduk dengan mixer hingga homogen
(Handayani,2009).
III. TEKNOLOGI
Salah satu alat yang digunakan untuk menghomogenkan sediaan gel adalah mixer.
Mixer memiliki sifat menghomogenkan sekaligus memperkecil ukuran partikel tapi efek
menghomogenkan lebih dominan. Mixer biasanya digunakan untuk membuat emulsi
tipe batch. Terdapat berbagai macam mixer yang dapat digunakan dalam pembuatan sediaan
semi padat. Dalam hal ini sangat penting untuk merancang dan memilih mixer sesuai dengan
jenis produk yang diproduksi atau sedang dicampur. Sebagai contoh: salah satu aspek
desain mixer yang penting adalah seberapa baik/tahan dinding internal dari mixer. Hal ini
karena terdapat beberapa permasalahan dengan baja tahan karat dari mixer sebab mata pisau
pengikis harus fleksibel cukup untuk memindahkan/mengaduk bagian dalam dinding mixer
Jika proses pengadukan tidak berjalan dengan baik (masih banyak bahan yang menempel
/tersisa pada dinding mixer), maka hasil pencampurannya tidak akan homogen. Oleh
karena mixer mempunyai aksi planetary mixing maka kemampuannya untuk mencampur fase
air, fase minyak dan emulgator sangat tergantung pada macam pengaduk yang digunakan.
Selain spesifikasi untuk tiap alatnya, harus diperhatikan pula agar tidak terlalu banyak udara
yang ikut terdispersi ke dalam cairan karena akan membentuk buih atau bisa yang menggangu
saat melakukan pembacaan volume sedimentasi (Lieberman HA & Lachmann, 1994).
IV. FORMULASI
Dalam formulasi gel tiga komponen utama yang digunakan adalah basis gel, zat
aktif, kosolven. Basis gel yang umum digunakan adalah gel hidrofobik dan gel hidrofilik.
1. Basis gel hidrofobik
Basis gel hidrofobik umumnya terdiri dari partikel-partikel anorganik, bila
ditambahkan ke dalam fase pendispersi, hanya sedikit sekali interaksi antara kedua fase.
Berbeda dengan bahan hidrofilik, bahan hidrofobik tidak secara spontan menyebar, tetapi
harus dirangsang dengan prosedur yang khusus. Contoh bahan pembentuk basis gel
hidrofobik adalah :
Senyawa hidrokarbon, seperti minyak mineral/gel polietilen, petrolatum.
Lemak hewan dan tumbuhan, seperti lard, lemak coklat.
Basis sabun berminyak, seperti gel aluminium stearat, minyak mineral (Ansel,
1989).
2. Basis gel hidrofilik
Basis gel hidrofilik umumnya terdiri dari molekul-molekul organik yang besar dan
dapat dilarutkan atau disatukan dengan molekul dari fase pendispersi. Istilah hidrofilik
berarti suka pada pelarut. Umumnya daya tarik menarik pada pelarut dari bahan-bahan
hidrofilik kebalikan dari tidak adanya daya tarik menarik dari bahan hidrofobik. Sistem
koloid hidrofilik biasanya lebih mudah untuk dibuat dan memiliki stabilitas yang lebih
besar. Basis hidrofilik yang sering digunakan adalah propilen glikol, gliserol ataupun air
sebagai solvennya. Sebagai gelling agentnya dapat digunakan polimer-polimer, seperti
polimer alam (tragakan, alginate, agar), polimer semisintetis ( derivate selulosa seperti,
metal selulosa, CMC-Na, HPMC, HPC), polimer sintetis (carbomer/carbopol) (Ansel,
1989).
Kosloven yang digunakan biasanya adalah propilen glikol. Kosolven berfungsi
sebagai pelarut bagi zat aktif dalam sediaan gel, karena Suatu partikel obat harus dalam
bentuk terlarut (molekuler) agar dapat berdifusi (Barry, 1983; Martin,1993) dan lepas dari
basis.
Pembuatan basis gel HPMC 4000. Digunakan basis gel HPMC 4000 dengan
kadar 3%. Cara pembuatannya HPMC 4000 didispersikan dalam aquades bebas CO2
sebanyak 20 kalinya. Kemudian dibiarkan hingga semua HPMC 4000 mengembang dan
diaduk sampai terbentuk massa gel. Berikutnya ditambahkan aquades bebas CO2 hingga
berat yang diinginkan dan diaduk hingga homogen. Lalu didiamkan selama 24 jam.
Pembuatan sediaan gel Na-diklofenak. Dibuat dua formula (formula I & II), di mana
formula I adalah sediaan gel Na-diklofenak tanpa sistem niosom, dan formula II adalah
sediaan gel Na-diklofenak dalam sistem niosom. Dilakukan replikasi pembuatan sebanyak
tiga kali dari masing-masing formula. Pada formula I Na-diklofenak dilarutkan dengan
propilen glikol lalu tambahkan basis gel HPMC 4000 sampai 20 g dan diaduk hingga
homogen. Formula II dibuat dengan mencampurkan propilen glikol dengan sebagian basis
gel, kemudian ditambahkan sistem niosom Na-diklofenak. Selanjutnya ditambahkan basis
gel HPMC 4000 hingga 20 g lalu diaduk hingga homogen (Handayani,2009).
DAPUS
Anonim, 1994, The Pharmacceutical Codex, 12 thed, 82 – 92, The Pharmaceutical Press,
London
Anonim, 1995, Farmakope Indonesia Ed IV, Departement Kesehatan Indonesia, Jakarta.
Lieberman., Rieger and Banker. 1989. Pharmaceutical Dosage Form : Disperse System. Vol ke-
2. New York: Marcel Dekker Inc. 495-498
Voight, R. 1994. Buku Pelajaran Teknologi Farmasi. Yogyakarta: UGM Press. 314, 790-824
Lieberman HA, Lachmann L. 1994. Teori dan Praktek Farmasi Industri Edisi I.
Jakarta: UI Press.
Ansel, H.C. 1989. Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi. Ed ke-4. Farida Ibrahim, penerjemah.
Jakarta: UI Press. 390-398
Barry, B. W., 1983, Dermatological Formulation, 300-304, Mercel Dekker inc., New York
JURNAL
Handayani,S.A., et al., 2012, Pelepasan Na-Diklofenak Sistem Niosom Span 20 -Kolesterol
dalam Basis Gel HPMC, PharmaScientia, Vol.1, No.2
Noventy,Christina., Wathoni,Nasrul., Rusdiana,Taofik., 2012, Formulasi Gel Antioksidan
Ekstrak Buah Buncis (Phaseolus vulgaris L.) dengan Menggunakan Basis AQUPEC 505 HV,
Fakultas Farmasi, Universitas Padjadjaran Sumedang.
Yuliani, Sri Hartati, 2005, Formulasi Gel Repelan Minyak Atsiri Tanaman Akar Wangi (Vetivera
zizanioidesi (L) Nogh):Optimasi komposisi carbopol 3%.b/v.–
Propilenglikol, Majalah Farmasi Indonesia, 16(4), 197 – 203, 2005.
Djajadisastra, Joshita., Mun’im,Abdul., Dessy, 2009, Formulasi Gel Topikal dari Ekstrak Nerii
Folium Dalam Sediaan Anti Jerawat, Jurnal Farmasi Indonesia Vol. 4 No. 4 Juli 2009: 210 -216