FIX GEL

7
I. PENGERTIAN Gel merupakan bentuk sediaan semisolid yang mengandung larutan bahan aktif tunggal maupun campuran dengan pembawa senyawa hidrofilik atau hidrofobik (Anonim, 1994). Gel digolongkan sebagai sistem dua fase. Dalam sistem dua fase, jika urutan partikel dari fase terdispersi relatif besar, massa gel kadang-kadang dinyatakan sebagai magma. Sedangkan gel fase tungggal terdiri dari makromolekul organik yang tersebar serba sama dalam suatu cairan sedemikian hingga tidak terlihat adanya ikatan antara molekul makro yang terdispersi dan cairan. Gel fase tunggal dapat dibuat dari makromolekul sintetik misalnya karbomer (Anonim, 1995). Beberapa keuntungan bentuk gel menurut Lieberman (1989) diantaranya tidak lengket, gel mempunyai aliran tiksotropik dan pseudoplastik yaitu gel berbentuk padat apabila disimpan dan akan segera mencair bila dikocok, konsentrasi bahan pembentuk gel yang dibutuhkan hanya sedikit untuk membentuk massa gel yang baik, viskositas gel tidak mengalami perubahan yang berarti pada suhu penyimpanan. Sedangkan menurut Voigt (1994 ). Beberapa keuntungan sediaan gel adalah sebagai berikut: Kemampuan penyebarannya baik pada kulit Efek dingin, yang dijelaskan melalui penguapan lambat dari kulit Tidak ada penghambatan fungsi rambut secara fisiologis Kemudahan pencuciannya dengan air yang baik Pelepasan obatnya baik

Transcript of FIX GEL

Page 1: FIX GEL

I. PENGERTIAN

Gel merupakan bentuk sediaan semisolid yang mengandung larutan bahan aktif

tunggal maupun campuran dengan pembawa senyawa hidrofilik atau hidrofobik (Anonim,

1994). Gel digolongkan sebagai sistem dua fase. Dalam sistem dua fase, jika urutan partikel

dari fase terdispersi relatif besar, massa gel kadang-kadang dinyatakan sebagai magma.

Sedangkan gel fase tungggal terdiri dari makromolekul organik yang tersebar serba sama

dalam suatu cairan sedemikian hingga tidak terlihat adanya ikatan antara molekul makro yang

terdispersi dan cairan. Gel fase tunggal dapat dibuat dari makromolekul sintetik misalnya

karbomer (Anonim, 1995).

Beberapa keuntungan bentuk gel menurut Lieberman (1989) diantaranya tidak

lengket, gel mempunyai aliran tiksotropik dan pseudoplastik yaitu gel berbentuk padat apabila

disimpan dan akan segera mencair bila dikocok, konsentrasi bahan pembentuk gel yang

dibutuhkan hanya sedikit untuk membentuk massa gel yang baik, viskositas gel tidak

mengalami perubahan yang berarti pada suhu penyimpanan. Sedangkan menurut Voigt

(1994 ). Beberapa keuntungan sediaan gel adalah sebagai berikut:

Kemampuan penyebarannya baik pada kulit

Efek dingin, yang dijelaskan melalui penguapan lambat dari kulit

Tidak ada penghambatan fungsi rambut secara fisiologis

Kemudahan pencuciannya dengan air yang baik

Pelepasan obatnya baik

II. CARA PEMBUATAN

Cara pembuatan gel antiinflamasi Na diklofenak menggunakan basis gel HPMC

4000 dengan menggunakan sistem niosom. Na diklofenak bersifat lipofilik serta agak sukar

larut dalam air dan minyak, sedangkan obat tersebut ini diformulasi dalam basis gel hidrofilik,

hal dapat diatasi dengan dibuat suatu modifikasi menggunakan sistem vesikel yaitu niosom.

Sistem niosom akan menjebak obat di dalam vesikel sehingga akan meningkatkan jumlah

obat yang terlarut. Adanya gugus hidrofil di bagian terluar vesikel akan berinteraksi dengan

fase air sehingga sistem niosom dapat meningkatkan distribusi obat dalam basis gel yang

hidrofil. Pembuatan gel na diklofenak dengan mencampurkan propilen glikol dengan sebagian

basis gel, kemudian ditambahkan sistem niosom Na-diklofenak. Selanjutnya ditambahkan

Page 2: FIX GEL

basis gel HPMC 4000 hingga 20 g lalu diaduk dengan mixer hingga homogen

(Handayani,2009).

III. TEKNOLOGI

Salah satu alat yang digunakan untuk menghomogenkan sediaan gel adalah mixer.

Mixer memiliki sifat menghomogenkan sekaligus memperkecil ukuran partikel tapi efek

menghomogenkan lebih dominan. Mixer biasanya digunakan untuk membuat emulsi

tipe batch. Terdapat berbagai macam mixer yang dapat digunakan dalam pembuatan sediaan

semi padat. Dalam hal ini sangat penting untuk merancang dan memilih mixer sesuai dengan

jenis produk yang diproduksi atau sedang dicampur. Sebagai contoh: salah satu aspek

desain mixer yang penting adalah seberapa baik/tahan dinding internal dari mixer. Hal ini

karena terdapat beberapa permasalahan dengan baja tahan karat dari mixer sebab mata pisau

pengikis harus fleksibel cukup untuk memindahkan/mengaduk bagian dalam dinding mixer

Jika proses pengadukan tidak berjalan dengan baik (masih banyak bahan yang menempel

/tersisa pada dinding mixer), maka hasil pencampurannya tidak akan homogen. Oleh

karena mixer mempunyai aksi planetary mixing maka kemampuannya untuk mencampur fase

air, fase minyak dan emulgator sangat tergantung pada macam pengaduk yang digunakan.

Selain spesifikasi untuk tiap alatnya, harus diperhatikan pula agar tidak terlalu banyak udara

yang ikut terdispersi ke dalam cairan karena akan membentuk buih atau bisa yang menggangu

saat melakukan pembacaan volume sedimentasi (Lieberman HA & Lachmann, 1994).

IV. FORMULASI

Dalam formulasi gel tiga komponen utama yang digunakan adalah basis gel, zat

aktif, kosolven. Basis gel yang umum digunakan adalah gel hidrofobik dan gel hidrofilik.

1. Basis gel hidrofobik

Basis gel hidrofobik umumnya terdiri dari partikel-partikel anorganik, bila

ditambahkan ke dalam fase pendispersi, hanya sedikit sekali interaksi antara kedua fase.

Berbeda dengan bahan hidrofilik, bahan hidrofobik tidak secara spontan menyebar, tetapi

harus dirangsang dengan prosedur yang khusus. Contoh bahan pembentuk basis gel

hidrofobik adalah :

Senyawa hidrokarbon, seperti minyak mineral/gel polietilen, petrolatum.

Page 3: FIX GEL

Lemak hewan dan tumbuhan, seperti lard, lemak coklat.

Basis sabun berminyak, seperti gel aluminium stearat, minyak mineral (Ansel,

1989).

2. Basis gel hidrofilik

Basis gel hidrofilik umumnya terdiri dari molekul-molekul organik yang besar dan

dapat dilarutkan atau disatukan dengan molekul dari fase pendispersi. Istilah hidrofilik

berarti suka pada pelarut. Umumnya daya tarik menarik pada pelarut dari bahan-bahan

hidrofilik kebalikan dari tidak adanya daya tarik menarik dari bahan hidrofobik. Sistem

koloid hidrofilik biasanya lebih mudah untuk dibuat dan memiliki stabilitas yang lebih

besar. Basis hidrofilik yang sering digunakan adalah propilen glikol, gliserol ataupun air

sebagai solvennya. Sebagai gelling agentnya dapat digunakan polimer-polimer, seperti

polimer alam (tragakan, alginate, agar), polimer semisintetis ( derivate selulosa seperti,

metal selulosa, CMC-Na, HPMC, HPC), polimer sintetis (carbomer/carbopol) (Ansel,

1989).

Kosloven yang digunakan biasanya adalah propilen glikol. Kosolven berfungsi

sebagai pelarut bagi zat aktif dalam sediaan gel, karena Suatu partikel obat harus dalam

bentuk terlarut (molekuler) agar dapat berdifusi (Barry, 1983; Martin,1993) dan lepas dari

basis.

Pembuatan basis gel HPMC 4000. Digunakan basis gel HPMC 4000 dengan

kadar 3%. Cara pembuatannya HPMC 4000 didispersikan dalam aquades bebas CO2

sebanyak 20 kalinya. Kemudian dibiarkan hingga semua HPMC 4000 mengembang dan

diaduk sampai terbentuk massa gel. Berikutnya ditambahkan aquades bebas CO2 hingga

berat yang diinginkan dan diaduk hingga homogen. Lalu didiamkan selama 24 jam.

Pembuatan sediaan gel Na-diklofenak. Dibuat dua formula (formula I & II), di mana

formula I adalah sediaan gel Na-diklofenak tanpa sistem niosom, dan formula II adalah

sediaan gel Na-diklofenak dalam sistem niosom. Dilakukan replikasi pembuatan sebanyak

tiga kali dari masing-masing formula. Pada formula I Na-diklofenak dilarutkan dengan

propilen glikol lalu tambahkan basis gel HPMC 4000 sampai 20 g dan diaduk hingga

homogen. Formula II dibuat dengan mencampurkan propilen glikol dengan sebagian basis

gel, kemudian ditambahkan sistem niosom Na-diklofenak. Selanjutnya ditambahkan basis

gel HPMC 4000 hingga 20 g lalu diaduk hingga homogen (Handayani,2009).

Page 4: FIX GEL

DAPUS

Anonim, 1994, The Pharmacceutical Codex, 12 thed, 82 – 92, The Pharmaceutical Press,

London

Anonim, 1995, Farmakope Indonesia Ed IV, Departement Kesehatan Indonesia, Jakarta.

Lieberman., Rieger and Banker. 1989. Pharmaceutical Dosage Form : Disperse System. Vol ke-

2. New York: Marcel Dekker Inc. 495-498

Voight, R. 1994. Buku Pelajaran Teknologi Farmasi. Yogyakarta: UGM Press. 314, 790-824

Lieberman HA, Lachmann L. 1994. Teori dan Praktek Farmasi Industri Edisi I.

Jakarta: UI Press.

Ansel, H.C. 1989. Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi. Ed ke-4. Farida Ibrahim, penerjemah.

Jakarta: UI Press. 390-398

Barry, B. W., 1983, Dermatological Formulation, 300-304, Mercel Dekker inc., New York

JURNAL

Handayani,S.A., et al., 2012, Pelepasan Na-Diklofenak Sistem Niosom Span 20 -Kolesterol

dalam Basis Gel HPMC, PharmaScientia, Vol.1, No.2

Noventy,Christina., Wathoni,Nasrul., Rusdiana,Taofik., 2012, Formulasi Gel Antioksidan

Ekstrak Buah Buncis (Phaseolus vulgaris L.) dengan Menggunakan Basis AQUPEC 505 HV,

Fakultas Farmasi, Universitas Padjadjaran Sumedang.

Yuliani, Sri Hartati, 2005, Formulasi Gel Repelan Minyak Atsiri Tanaman Akar Wangi (Vetivera

zizanioidesi (L) Nogh):Optimasi komposisi carbopol 3%.b/v.–

Propilenglikol, Majalah Farmasi Indonesia, 16(4), 197 – 203, 2005.

Djajadisastra, Joshita., Mun’im,Abdul., Dessy, 2009, Formulasi Gel Topikal dari Ekstrak Nerii

Folium Dalam Sediaan Anti Jerawat, Jurnal Farmasi Indonesia Vol. 4 No. 4 Juli 2009: 210 -216