Web viewStatistik diharapkan dapat menyediakan dasar-dasar yang dapat dipertanggung jawabkan untuk...
Transcript of Web viewStatistik diharapkan dapat menyediakan dasar-dasar yang dapat dipertanggung jawabkan untuk...
Hubungan Pengaruh Dukungan Sosial Orang
Tua Dalam Menghadapi Anak Autis Agar Anak
Hidup Mandiri Tidak Tergantung Orang Lain
DOSEN :NOFRAN EKA SAPUTRA S.PSI
FITROH SYAWALI
2011 21 012
STIKBA JAMBI
2014/2015
KATA PENGANTAR
Puji dan Syukur penulis panjatkan ke Hadirat Tuhan Yang Maha Esa,
karena berkat limpahan Rahmat dan Karunia-nya sehingga penulis dapat
menyusun proposal ini dengan baik dan tepat pada waktunya. Dalam proposal
ini penuis membahas mengenai ” Hubungan Pengaruh Dukungan Sosial Orang
Tua Dalam Menghadapi Anak Autis agar Anak Hidup Mandiri Tidak Tergantung
Orang Lain”
Proposal ini dibuat dengan berbagai observasi dan beberapa bantuan dari
berbagai pihak untuk membantu menyelesaikan tantangan dan hambatan
selama mengerjakan proposal ini. Oleh karena penulis, penuh mengucapkan
terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu
dalam penyusunan proposal ini.
Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan yang mendasar
pada proposal ini. Oleh karena itu penuis mengundang pembaca untuk
memberikan saran serta kritik yang dapat membangun kami. Kritik konstruktif
dari pembaca sangat penuis harapkan untuk penyempurnaan proposal.
Akhir kata semoga proposal ini dapat memberikan manfaat bagi semua
pembaca.
Jambi, 20 Oktober 2014
Penulis
DAFTAR ISI
Kata Pengantar ............................................................................................ i
Daftar Isi ...................................................................................................... ii
BAB I Pendahuluan .................................................................................... 1
Latar Belakang .................................................................................. 1
Rumusan Masalah ............................................................................ 4
Tujuan Penelitian .............................................................................. 4
Manfaat Penelitian ............................................................................ 5
BAB II Tinjau Pustaka .................................................................................. 6
Pengertian Autis ............................................................................... 6
Dukungan Sosial Orng Tua ............................................................... 6
Cara Menghadapi Anak Autis ........................................................... 10
Pencegahan Autis ............................................................................ 10
Bab III Metode Penelitian.............................................................................. 11
Metode Penelitian Yang Digunakan................................................... 11
Identitas Variable Penelitian ............................................................. 12
Definisi Operasional Variable Penelitian ........................................... 14
Subjek Penelitian .............................................................................. 14
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Seseorang yang telah memutuskan untuk menikah, pada umumnya selain karena ingin
hidup bersama dengan orang yang disayang dan dicintai, orang tersebut juga ingin
memiliki keturunan. Anak adalah suatu anugerah dari Tuhan yang sangat berharga.
Semua orangtua selalu berharap untuk mendapatkan anak yang sehat dan normal,
namun tidak semua orangtua dikaruniai anak yang normal. Orangtua melihat
pertumbuhan dan perkembangan anak menjadi dewasa merupakan masa yang paling
membahagiakan dalam hidup orangtua.
Harapan untuk mendapat anak normal bisa berubah menjadi kecewa yang dalam
apabila diketahui anak yang selama ini didambakan mengalami gangguan
perkembangan contohnya autisme, sebab anak-anak dengan gangguan autisme
mengalami banyak hambatan dalam perkembangan normal seperti hambatan dalam
komunikasi dan interaksi sosial, serta hambatan dalam mengelola emosi pada anak.
Kehadiran anak menjadi pelengkap keluarga dan kelak menjadi penerus orang tua.
Setiap anak tentunya akan melalui masa tumbuh kembang dalam rentang waktu
kehidupannya. Seorang anak dikatakan tumbuh dapat dilihat dari perubahan fisik yang
dapat diukur secara kuantitas dari masa ke masa dan dari satu peringkat ke peringkat
berikutnya dan perkembangan dapat dilihat dari perubahan secara kualitas dengan
membandingkan sifat terdahulu dengan sifat yang sudah terbentuk (Papalia, 2001).
gangguan perilaku termasuk gangguan tumbuh dan berkembang merupakan suatu hal
yang menarik bagi seorang ibu. Namun jika dalam masa perkembangannya anak
mengalami suatu gangguan, maka ibu akan merasa sedih. Salah satu gangguan pada
masa kanak-kanak yang menjadi ketakutan kebanyakan ibu saat ini adalah autisme.
Autisme sebagai suatu penyakit yang berkaitan dengan gangguan pertumbuhan otak
(neurodevelopmental disorder), bermanifestasi pada gangguan perilaku termasuk
gangguan tumbuh dan berkembang merupakan suatu hal yang menarik bagi seorang
ibu. Namun jika dalam masa perkembangannya anak mengalami suatu gangguan, maka
ibu akan merasa sedih. Salah satu gangguan pada masa kanak-kanak yang menjadi
ketakutan kebanyakan ibu saat ini adalah autisme. Autisme sebagai suatu penyakit yang
berkaitan dengan gangguan pertumbuhan otak (neurodevelopmental disorder),
bermanifestasi pada gangguan perilaku termasuk gangguan konsentrasi, komunikasi dan
interaksi konsentrasi, komunikasi dan interaksi sosial, gangguan terhadap stabilisasi
sampai kehilangan minat. Hal ini mengakibatkan problem kesehatan komunitas karena
dalam perjalanan hidupnya membutuhkan bantuan masyarakat (Sutadi, 2003).
Gejala umum yang biasa diamati pada anak autis adalah gangguan pola tidur,
gangguan pencernaan, gangguan fungsi kognisi, tidak adanya kontak mata, komunikasi
satu arah, afasia, menstimulasi diri, mengamuk (temper tantrum), tindakan agresif atau
hiperaktif, menyakiti diri sendiri, tak acuh, dan gangguan motorik stereotipik (Safari,
2005).
Salah satu kondisi yang sering dijumpai sebagai penyebab munculnya autisme
antara lain karena adanya karacunan logam berat ketika anakdalam kandungan,
seperti timbal, merkuri, kadmium, spasma infantil, rubella kongenital, sklerosis
tuberosa, lipidosis selebral, dan anomali kromosom X rapuh.
Seorang ibu yang sudah mengetahui anakya menderita autis itu bisa mempengaruhi
kejiwaan sang ibu. Akan banyak tekanan sosial yang akan di alami ibu. Diharpkan yang
di terima ibu adalah dukungan sosial agar ibu bisa semangat dalam mendidik anakya
kelak.
Salah satu faktor yang mempengaruhi penerimaan diri pada ibu yang memiliki anak
autis adalah dukungan sosial. Dukungan sosial merupakan faktor penting yang me
mbantu individu dalam menerima keadaan yang dialami. Sarafino (dikutip Oktavia &
Basri, 2002, h.17) menyatakan bahwa dukungan sosial adalah kenyamanan, perhatian,
penghargaan atau bantuan yang diterima individu dari oranglain, dimana individu disini
dapat diartikan sebagai individu perorangan atau kelompok. Dukungan sosial membuat
ibu dari anak autis dapat hidup dengan harapan yang indah dan dapat hidup seperti
layaknya ibu yang mempunyai anak normal. Dukungan sosial terhadap ibu yang
mempunyai anak autis berasal dari pihak keluarga, teman dan tetangga. Dukungan
sosial terhadap ibu yang mempunyai anak autis, berupa materi, fisik, psikologis dan
informasi. Dukungan yang paling utama bagi ibu yang memiliki anakautis adalah
dukungan dari pasangan hidup (suami), dukungan kedua adalah dari anak (saudara
dari an ak yang mengalami gangguan autis), dukungan ketiga adalah dari orang tua,
dukungan keempat adalah dari mertua, dukungan kelima adalah dari kerabat dekat,
dukungan keenam diberikan oleh teman atau sahabat, dukungan yang paling terakhir
adalah dukungan yang diberikan oleh tetangga. Penerimaan diri ibu yang mempunyai
anak autis adalah ik hlas, senang hati dan puas dengan segala sesuatu yang diberikan
Tuhan kepadanya, serta optimis dalam menjalani hidup (Tyas, 2005, h. 57-58).
Dukungan sosial berperan penting dalam memelihara keadaan individu yang
mengalami tekanan. Dukungan sosial tersebut melibatkan hubungan sosial yang
berarti, sehingga dapat menimbulkan pengaruh positif yang dapat mengurangi
gangguan psikologis sebagai pengaruh dari tekanan. Dukungan dari teman, anggota ke
luarga, dan lingkungan sosial yang merupakan salah satu bentuk dari dukungan
emosional, akan sangat membantu seseorang dala m menghadapi masalah. Bentuk
dukungan mereka berupa perhatian, empati, kepedulian dan kasih sayang. Jika ini
terlaksana maka akan sangat membantu ibu dalam menerima kenyataan sehubungan
dengan kondisi anaknya.
Setelah dukungngan sosial sudah di dapatkan ibu, diharapkan ibu akan lebih
bersemangat dalam mendidik anak, ibu juga akan merasa anakya seperti anak normal
lainya. sehingga ibu akan mendidik anakya mandiri dan tidak minder dengan kondisi
sang anak. Sehingga anak bisa hidup mandiri tampa harus bergantung dengan orang
yang disekitrya.
Gangguan autistik sebagai suat u abnormalitas perkembangan atau gangguan
perkembangan yang dialami seseorang anak dalam berinteraksi sosial dan
komunikasi, yang terlihat secara nyata pada minat dan aktivitas anak tersebut.
Menurut kajian, kadar kejadian autisme adalah 5 : 10.000 orang dan lebih sering terjadi
pada laki-laki dibanding subyek wanita. Selain itu autisme dapat diderita oleh siapa
saja tanpa memandang bangsa, ka um taraf sosial serta ekonomi (DSM IV, 1994,
h.66).
Menurut Budhiman, (dalam Sihombing, 1999), bahwa apabila sepuluh tahun yang
lalu jumlah penyandang autisme di Indonesia diperkirakan 1 per 5.000 anak,
sekarang meningkat menjadi 1 per 500 anak. Dilihat dari kenyataan diatas, maka
diperkirakan penyandang autisme di Indonesia akan terus meningkat sehingga
mengilhami berdirinya berbagai yayasan yang memusatkan pelayanannya pada
masalah autisme ini.
Berdasarkan dari hasil-hasil te muan dan permasalahan diatas,
maka sebagai peneliti ingin menget ahui apakah ada Hubungan Pengaruh Dukungan
Sosial Orang Tua Dalam Menghadapi Anak Autis agar Anak Hidup Mandiri Tidak
Tergantung Orang Lain
2. Rumusan Penelitian
1. Apa pengertian autis ?
2. Bagaimana hubungan dan dukungan sosial orang tua dalam menghadapi anak
autis pada saat ini?
3. Bagaimana cara menghadapi anak autis?
4. Cara mendidik anak autis untuk hidup mandiri?
5. Jelaskan cara menghindari anak dari penyakit anak autis?
3. Tujuan Penelitian
3.1Tujuan Umum
Ingin mengetahui Hubungan Pengaruh Dukungan Sosial Orang Tua Dalam
Menghadapi Anak Autis agar Anak Hidup Mandiri Tidak Tergantung Orang Lain .
Penyandang autis di Sekolah Luar Biasa (SLB) Autis salah satu di profinsi jambi
tahun 2014.
3.2Tujuan Khusus
a. Agar orang tua menggerti tentang autis
b. Agar orang tua bisa mendidik anak autis untuk hidup mandiri.
c. Agar calon orang tua mengetahui bagaimana cara mencegah anak menjadi
autis.
4. Manfaat Penelitian
1. Bagi SDLB
Manfaat bagi SDLB di harapkan dapat membantu sekolahan dalam mengurangi
beban orang tua dalam mendidik anak autis.
2. Bagi institusi kita
Bisa membantbantu peneliti selanjutnya dalam meneruskan penelitian.
3. Bagi kita sendiri / pengelit
Penelitian ini diharapkan dapat menambah hasil penelitian desain penelitian
kualitatif dengan pendekatan fenomenologi tentang pola asuh ibu merawat anak
autistik agar anak hidup mandiri tidak tergantung orang lain.
BAB IITINJAU PUSTAKA
A. Autis
1. Pengrtian Autis
Menurut Chaplin (2000) autisme adalah cara berfikir yang dikendalikan
oleh kebutuhan personal atau oleh diri sendiri, menanggapi dunia
berdasarkan penglihatan dan harapan sendiri, dan menolak realitas,
keasyikan ekstrim dengan pikiran dan fantasi sendiri. Gangguan
autisme merupakan gangguan perkembangan pervasif, karena
mencakup gangguan dalam bidang komunikasi verbal dan nonverbal,
bidang interaksi sosial, bidang perilaku dan emosi.
Menurut DSM IV-TR (APA, 2000), autisme adalah keabnormalan yang
jelas dan gangguan perkembangan dalam interaksi sosial, komunikasi,
keterbatasan yang jelas dalam aktivitas dan ketertarikan. Manifestasi
dari gangguan ini berganti-ganti tergantung pada tingkat
perkembangan dan usia kronologis dari individu.
2. Dukungan Sosial Orang Tua
a. Pengertian Dukungan Sosial
Dukungan sosial (social support) didefinisikan oleh Gottlieb
(Kuntjoro, 2002) sebagai informasi verbal atau non verbal, saran,
bantuan yang nyata atau tingkah laku yang diberikan oleh orang-
orang yang akrab dengan subjek di dalam lingkungan sosialnya
atau yang berupa kehadiran dan hal-hal yang dapat memberikan
keuntungan emosional atau berpengaruh pada tingkah laku
penerimanya. Kuntjoro (2002) yang mengatakan bahwa dukungan
sosial adalah keberadaan, kesediaan, kepedulian untuk memberi
kenyamanan, perhatian, penghargaan atau menolong orang
dengan sikap menerima kondisinya, dukungan sosial tersebut
diperoleh dari individu maupun kelompok. Gottlieb (dalam Smet,
1994) menyatakan dukungan sosial terdiri dari informasi atau nasehat
verbal maupun non verbal, bantuan nyata, atau tindakan yang
didapatkan karena kehadiran orang lain dan mempunyai manfaat
emosional atau efek perilaku bagi pihak penerima. Berdasarkan
uraian diatas dapat disimpulkan bahwa dukungan sosial adalah
dukungan atau bantuan yang berasal dari orang yang memiliki
hubungan sosial akrab dengan individu yang menerima bantuan.
Bentuk dukungan ini dapat berupa infomasi, tingkah laku tertentu,
ataupun materi yang dapat menjadikan individu yang menerima
bantuan merasa disayangi, diperhatikan dan bernilai.
b. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Dukungan Sosial
Menurut Stanley (2007), faktorfaktor yang mempengaruhi dukungan
sosial adalah sebagai berikut :
1. Kebutuhan fisik
Kebutuhan fisik dapat mempengaruhi dukungan sosial. Adapun
kebutuhan fisik meliputi sandang, pangan dan papan. Apabila eseorang
tidak tercukupi kebutuhan fisiknya maka seseorang tersebut kurang
mendapat dukungan sosial.
2. Kebutuhan sosial
Seseorang dengan aktualisasi diri yang baik akan lebih dikenal oleh
masyarakat daripada orang yang tidak pernah bersosialisasi di
masyarakat. Orang yang mempunyai aktualisasi diri yang baik
cenderung selalu ingin mendapatkan pengakuan di dalam kehidupan
masyarakat. Untuk itu pengakuan sangat diperlukan untuk memberikan
Penghargaan
3. Kebutuhan psikis Jika seseorang sedang menghadapi masalah baik
ringan maupun berat, maka orang tersebut akan cenderung mencari
dukungan sosial dari orang-orang sekitar sehingga dirinya merasa
dihargai, diperhatikan dan dicintai. Berdasarkan uraian tersebut diatas,
dapat disimpulkan bahwa dukungan sosial dapat dipengaruhi oleh
kebutuhan fisik, kebutuhan sosial, kebutuhan psikis. Bentuk Dukungan
SosialMenurut Kaplan and Sadock (1998), adapun bentuk dukungan
sosial adalah sebagai berikut ;
1. Tindakan atau perbuatan Bentuk nyata dukungan sosial berupa
tindakan yang diberikan oleh orang disekitar penyandang autis,
baik dari keluarga, teman dan masyarakat.
2. Aktivitas religius atau fisik Semakin bertambahnya usia maka
perasaan religiusnya semakin tinggi. Oleh karena itu aktivitas
religius dapat diberikan untuk mendekatkan diri pada Tuhan.
3. Interaksi atau bertukar pendapat Dukungan sosial dapat dilakukan
dengan interaksi antara pasien dengan orang-orang terdekat atau
di sekitarnya, diharapkan dengan berinteraksi dapat memberikan
masukan sehingga merasa diperhatikan oleh orang di sekitarnya.
Berdasarkan uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa bentuk
dukungan sosial antara lain tindakan atau perbuatan dalam
bentuk nyata yang diberikan penyandang autis baik dari keluarga,
atau lingkungan sekitar, aktivitas religius atau fisik untuk
pendekatan diri dengan tuhan, interaksi atau bertukar pendapat.
c. Hubungan Pengaruh Dukungan Sosial Orang Tua Dalam Menghadapi
Anak Autis
Katz dan Kahn (Prasilowati, 2000) mengatakan bahwa dukungan
sosial merupakan perasaan positif, menyukai kepercayaan dan
perhatian dari orang lain yang berarti dalam hidup manusia,
pengakuan kepercayaan seseorang dan bantuan langsung dalam
bentuk-bentuk tertentu. Selanjutnya Hopfoll (Prasilowati, 2000)
menyatakan dukungan sosial sebagai interaksi sosial atau hubungan
sosial yang memberikan bantuan yang nyata atau perasaan kasih
sayang kepada individu atau kelompok yang dirasakan oleh yang
bersangkutan, sebagai perhatian atau cinta. Dukungan sosial (social
support) didefinisikan oleh Gottlieb (Kuntjoro, 2002) sebagai
informasi verbal atau non-verbal, saran, bantuan yang nyata atau
tingkah laku yang diberikan oleh orang-orang yang akrab dengan
subjek di dalam lingkungan sosialnya atau yang berupa kehadiran
dan hal-hal yang dapat memberikan keuntungan emosional atau
berpengaruh pada tingkah laku penerimanya. Orang yang merasa
memperoleh dukungan sosial, secara emosional merasa lega
karena diperhatikan, mendapat saran atau kesan yang menyenangkan
pada dirinya. Pendapat senada dikemukakan juga oleh Kuntjoro
(2002) bahwa dukungan sosial merupakan keberadaan, kesediaan,
kepedulian untuk memberi kenyamanan, perhatian, penghargaan
atau menolong orang dengan sikap menerima kondisinya, ukungan
sosial tersebut diperoleh dari individu maupun kelompok. Kartono
(2008) mengemukakan penyesuaian diri sebagai proses individu
menuju keseimbangan antara keinginan keinginan diri, stimulus-
stimulus yang ada dan kesempatan-kesempatan yang ditawarkan
oleh lingkungan. Guna mencapai keseimbangan tersebut ada
faktor-faktor yang mempengaruhi, antara lain:
(a) kondisi dan konstitusi fisik,
(b) kematangan taraf pertumbuhan dan erkembangan,
(c) kondisi lingkungan sekitar, dan
(d) determinan psikologis.
d. Dukungan Sosial
Dukungan sosial adalah bantuan yang berasal dari orang yang
memiliki hubungan sosial akrab dengan individu yang menerima
bantuan. Dukungan sosial diungkap menggunakan skala dukungan
sosial berdasarkan aspek-aspek: dukungan informasi, dukungan
emosional, dukungan instrumental dan dukungan penilaian.
Semakin tinggi skor skala dukungan sosial maka semakin tinggi
pula dukungan sosial yang diterima subjek, begitu pula sebaliknya,
semakin rendah skor skala dukungan sosial maka semakin rendah
pula dukungan sosial
3. Cara Menghadapi Anak Autis
Dalam menghadapi anak autis, harus diketahui kebisaanya karena pada
umumya dia tidak suka dikerasin atau di dekte, bisa diajarkan apa saja yang bisa
dilakukan, seperti bangun pagi solat dalam sehari lima kali. Harus mencuci
pakaian sendiri ketika dewasa, dan hal hal lain yang berkaitan dengan kehidupan
sehari-hari. Sebagai contoh bila sudah pernah diberi uang 10.000, maka dia
akan hafal bila diberi 10.000. jangan buat anak berbeda berbeda dengan anak
normal lainya. Usahakan anda jangan malu untuk membawa anak ketika
berpergian agar anak dapat berkomunikasi dengan orang lain.
Hal yang diinginkan oleh anak autis
a. Perilaku adalah komunikasi
b. Janganlah menarik kesimpulan apapun
c. Carilah gangguan sensori dahulu
d. Berikanku waktu untuk mengatur diriku sendiri sebelum aku
memerlukanya
e. Katan padaku apa yang harus aku lakukan dengan cara yang positif
dan bukan cara memerintah
f. Berikan waktu untuk berlaiih dari satu aktifitas ke aktifitas yang lain
g. Janganlah membuat suatu keadaan buruk menjadi tambah buruk lagi
h. Keritiklah dengan lembut
i. Berikan pilihan yang benar.
4. Pencegahan Autis
Autisme adalah gangguan perkembangan yang komplek pada anak. Gejala yang
tampak adalah gangguan dalam bidang perkembangan-perkembangan interaksi
dua arah, perkembangan interaksi timbale balik, dan perkembangan perilaku
hingga saat ini kepastian mengenai autisme belum terpecahkan.
Cara menghindari dan mencegah anak dari penyakit autis.:
a. Makan makanan dan minum minuman yang alamiah tanpa banyak campuran
bahan kimia
b. Hindari makan ikan dan daging sembarang dikawatirkan mengandung bahan
logam berat.
c. Hindari vaksin dengan imunisasi anak yang tidak perlu
d. Menjaga kesehatan, hindari sakit dan makan makanan obat kimia
e. Tinggal di tempat yang masih asri dan tidak banyak polusi udara.
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Metode Penelitian yang Digunakan
Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif. Metode kuantitatif mempunyai tata
cara yaitu pengambilan keputusan, interpretasi data, kesimpulan berdasarkan
angka-angka yang diperoleh dari hasil analisis statistik. Analisis statistik dalam
pengertian teknik metodologi berarti cara-cara ilmiah yang dipersiapkan untuk
mengumpulkan, menyusun, menyajikan dan menganalisis data penyelidikan yang
berwujud angka-angka. Statistik diharapkan dapat menyediakan dasar-dasar yang
dapat dipertanggung jawabkan untuk menarik kesimpulan yang benar dan untuk
mengambil keputusan yang baik (Hadi, 2001,h.21). Analisis statistik yang digunakan
dalam penelitian ini adalah statistik non parametrik. Analisis statistik non para
metrik digunakan karena jumlah subyek penelitian terbatas (kurang dari 30 orang).
Hipotesis yang diuji tidak melibatkan suatu parameter populasi.
B. Identifikasi Variabel Penelitian
Variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah :
1. Variabel tergantung : cara mendidik anak agar hidup mandiri
2. Variabel bebas : Dukungan sosial
C. Definisi Operasional Variabel Penelitian 1. Penerimaan Diri Ibu dari Anak Autis
Penerimaan diri ibu dari anak autis adalah sikap positif yang dimiliki oleh seorang
ibu dalam menerima keadaan diri sendiri dan kenyataan bahwa ibu tersebut memiliki
anak yang mengalami gangguan autisme, serta menerima kelebihan dan
kekurangan yang ada pada diri ibu sebagai orangtua yang memiliki anak autis.
Data tentang peneri maan diri ibu terhadap anaknya yang mengalami gangguan
autis diungkap dengan menggunakan skala penerimaan diri ibu terhadap anaknya
yang mengalami gangguan autis dengan ciri-ciri :
a. Memiliki keyakinan akan kemampuan diri dalam menjalani hidup sebagai ibu
yang memiliki anak autis
b. Menganggap dirinya berharga sebagai seorang manusia yang sederajat
dengan individu lain
c. Menerima pujian dan celaan secara objektif tentang pengasuhannya
terhadap anak autis
d. Mengenali kelemahan (memiliki anak autis) tanpa menyalahkan diri
e. Menyadari dan tidak merasa malu dengan keadaan dirinya (memiliki anak
autis)
Semakin tinggi skor yang dipe roleh berarti semakin tinggi penerimaan diri ibu dari
anak autis dan semakin rendah skor yang diperoleh berarti semakin rendah
penerimaan diri ibu dari anak autis.
2. Dukungan Sosial
Dukungan sosial adalah suatu keadaan yang bermanfaat bagi individu perorangan
atau kelompok yang diperoleh dari oranglain yang meliputi informasi atau nase hat
verbal dan atau non verbal; bantuan nyata; perhatian, emosional; dan pemberian
nilai secara positif (penghargaan) terhadap individu tersebut sehingga mempunyai
efek manfaat secara emosional bagi pihak penerima. Data tentang dukungan sosial
diungkap dengan menggunakan
skala dukungan sosial, yang meliputi :
a. Dukungan emosional
b. Dukungan penghargaan
c. Dukungan instrumental
d. Dukungan informatif
Semakin tinggi skor yang diperoleh berarti semakin tinggi dukungan sosial dan
semakin rendah skor yang diperoleh berarti semakin rendah dukungan sosial.
D. Subjek Penelitian
Populasi adalah sejumlah penduduk atau individu yang paling sedikit memiliki satu
sifat yang sama, sedangkan sampel adalah sebagian dari populasi yang dianggap
dapat mewakili sifat-sifat populasi secara keseluruhan agar dapat ditarik
generalisasi (Hadi, 1995, h.70). Pada penelitian ini yang menjadi populasi adalah :
1. Ibu yang anaknya sudah didiagnosa autis baik oleh dokter maupun psikolog
dalam kurun waktu 2 tahun terakhir.
2. Ibu tinggal serumah dengan anak tersebut, ibu mengalami kontak langsung
dengan anak setiap hari.
3. Subjek adalah ibu kandung dari anak autis.
Penelitian ini menggunakan teknik purposive sampling dalam menetapkan subyek
penelitian.
E. Metode Pengumpulan Data
1. Alat Pengumpulan Data
Data tentang penerimaan diri ibu yang memiliki anak autis dan dukungan sosial
diungkapkan dengan menggunakan metode skala. Istilah skala lebih banyak dipakai
untuk menamakan alat ukur afektif (Azwar, 2001, h.3). Karakteristik skala sebagai
alat ukur psikologis yaitu stimulusnya berupa pertanyaan atau pernyataan yang tidak
langsung mengungkapkan atribut yang bersangkutan. Dalam hal ini meskipun
subyek yang diukur memahami pernyataannya namun tidak mengetahui arah
jawaban yang di hendaki oleh pernyataan yang diajukan sehingga jawaban yang
diberikan akan tergantung pada interpretasi subyek terhadap pernyataan tersebut
dan jawabannya lebih bersifat proyektif, yaitu be rupa proyeksi dari perasaan atau
kepribadiannya (Azwar, 2001, h.4).
2. Blue Print dan Cara Penilaian
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan dua macam skala yaitu skala
penerimaan diri ibu dari anak autis. Kedua skala tersebut disusun dengan dua jenis
item yaitu item searah dengan pernyataan (favorable) dan tidak terarah
(unfavorable).
a. Skala penerimaan diri ibu dari anak autis Skala penerimaaan diri ibu dari anak autis
meliputi lima ciri-ciri, yaitu :
1. Memiliki keyakinan akan kema mpuan diri dalam menjalani hidup sebagai ibu yang
memiliki anak autis, maksudnya subyek percaya bahwa dirinya bisa mengasuh
anaknya yang mengalami gangguan autis dengan baik
2. Menganggap dirinya berharga sebagai seorang manusia yang sederajat dengan
individu lain, maksudnya subyek tidak merendahkan diri dan tidak menganggap
dirinya tidak berguna.
3. Menerima pujian dan celaan secara objektif tentang pengasuhannya terhadap anak
autis, maksudnya segala pujian atau celaan tentang pengasuhan subyek terhadap
anak autis diterima dengan akal sehat oleh subyek.
4. Mengenali kelemahan (memiliki anak autis) tanpa menyalahkan diri, maksudnya
subyek merasa bahwa kelemahan (memiliki anak autis) ada pada diri subyek dan
menerima keadaan tersebut sebagai bagian dari dirinya.
5. Menyadari dan tidak merasa malu akan keadaan dirinya (memiliki anak autis),
maksudnya subyek sadar dan menerima apa adanya akan keadaan diri subyek
(bahwa subyek memiliki anak autis).
6. Mendidik anak (memiliki anak autis) untuk mandiri agar dapat hidup di lingkungan
sosial, makssudya ibu mengajarkan anak untuk bisa berkomunikasi dengan teman-
teman sebayanya dengan anak yang normal.
Rancangan item skala penerimaan diri ibu terhadap anaknya yang mengalami
gangguan autis dapat dilihat table.
Tabel 1
Rancangan Jumlah Item
Skala Penerimaan Diri Ibu dari Anak Autis
Ciri-ciri Jumlah ItemTotal
Favorable UnfavorableMemiliki keyakinan akan kemampuan diri dalam menjalani hidup sebagai ibu yang emiliki anak autis
3 3 6
Menganggap dirinya berharga sebagai seorang manusia yang sederajat dengan individu lain
3 3 6
Menerima pujian dan celaan secara objektif tentang pengasuhannya terhadap anak autis
3 3 6
Mengenali kelemahan (memiliki anak autis) tanpa menyalahkan diri
3 3 6
Menyadari dan tidak merasa malu akan keadaan dirinya (memiliki anak autis)
3 3 6
Mendidik anak untuk mandiri agar dapat hidup di lingkungan sosial
3 3 6
Total 18 18 36
b. Skala Dukungan Sosial
Skala dukungan sosial meliputi empat jenis, yaitu :
1. Dukungan emosional, maksudnya apakah subyek memperoleh dukungan berupa
perhatian, simpati, keprihatinan.
2. Dukungan penghargaan, maksudnya apakah subyek memperoleh dukungan
berupa ungkapan maupun penilaian yang positif.
3. Dukungan instrumental, maksudnya apakah subyek memperoleh dukungan berupa
materi maupun peralatan.
4. Dukungan informasional, maksudnya apakah subyek memperoleh dukungan berupa
nasehat, bimbingan, penjelasan, saran, komentar, maupun pengetahuan berkaitan
dengan permasalahan yang dihadapinya.
Rancangan item untuk skala dukungan sosial dapat dilihat pada tabel 2.
Tabel 2
Rancangan Jumlah Item Skala Dukungan Sosial Jumlah Item
Jenis-JenisJumlah Item
TotalFavorable Unfavorable
Dukungan emosional 4 4 8
Dukungan penghargaan 4 4 8
Dukungan instrumental 4 4 8
Dukungan informatif 4 4 8
Total 16 16 32
Sistem penilaian skala penerim aaan diri ibu dari anak autis dan skala dukungan
sosial didasarkan pada cara sederhana dengan menggunakan empat kategori.
Kategori-kategori tersebut adalah :
SS : menyatakan bahwa pernyataan sangat sesuai dengan keadaan.
S : menyatakan bahwa pernyataan sesuai dengan keadaan.
TS : menyatakan bahwa pernyataan tidak sesuai dengan keadaan.
STS : menyatakan bahwa pernyataan sangat tidak sesuai dengan keadaan.
Untuk suatu pernyataan yang bersifat favorable, subyek memperoleh nilai empat (4)
jika pernyataan tersebut sangat sesuai, nilai tiga (3) jika pernyataan tersebut sesuai,
nilai dua (2) jika pernyataan tersebut tidak sesuai dan nilai satu (1) jika pernyataan
tersebut sangat tidak sesuai. Sebaliknya bagi pernyataan unfavorable subyek
memperoleh nilai satu (1) jika pernyataan tersebut sangat sesuai, nilai dua (2) jika
pernyataan tersebut sesuai, nilai tiga (3) bila pernyataan stidak sesuai, dan nilai
empat (4) jika pernyataan tersebut sangat tidak sesuai.
F. Validitas dan Reliabilitas
1. Validitas Alat Ukur
Validitas berasal dari kata validity yang mempunyai arti sejauh mana ketepatan dan
kecermatan suatu instrument pengukur dalam melakukan fungsinya (Azwar, 2001,
h. 173)
Suatu tes dapat dikatakan mempunyai validitas yang tinggi apabila testersebut
menjalankan fungsi ukurnya, atau memberikan hasil ukur yang tepat dan akurat
sesuai dengan maksud dikenakannya tes tersebut (Azwar, 2001, h. 173).
Untuk menguji validitas item yang terdapat pada skala penerimaan diri ibu dari anak
autis dan dukungan sosial adalah dengan menguji korelasi antara nilai item dengan
nilai total item.
Pada penelitian ini, cara yang digunakan adalah teknik koelasi Product Moment
dari Karl Pearson. Untuk mendapatkan koefisien total yang tidak berlebihan bobot
perlu dikoreksi lagi dengan teknik Part Whole.
2. Reliabilitas Alat Ukur
Reliabilitas adalah suatu alat ukur yang menunjukkan sejauh mana hasil
pengukuran dengan alat tersebut dapat dipercaya (Suryabrata, 2000, h. 29). Cara
yang digunakan untuk menghitung reliabilitas pada penelitian tersebut dengan
menggunakan teknik koefisien Alpha yang dikembangkan oleh Cronbach (Azwar,
2001, h. 185).
G. Metode Analisa Data
Metode analisis yang dipakai dalam penelitian ini adalah metode statistik. Analisis
statistik yang digunakan dalam penelitian ini adalah statistik non parametrik dengan
Teknik Korelasi Peringkat dari
Spearman, yang berguna untuk mengetahui korelasi antara dukungan sosial
dengan penerimaan diri ibu terhadap anaknya yang mengalami gangguan autis.
Analisis statistik non parametrik digunakan karena jumlah subyek penelitian
terbatas (kurang dari 30 orang).