FITRAH MANUSIA MENURUT AL-QUR’ANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Sebagai...

78

Transcript of FITRAH MANUSIA MENURUT AL-QUR’ANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Sebagai...

Page 1: FITRAH MANUSIA MENURUT AL-QUR’ANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Sebagai makhluk biologis, manusia tidak bisa lepas dari tuntutan kebutuhan biologisnya.
Page 2: FITRAH MANUSIA MENURUT AL-QUR’ANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Sebagai makhluk biologis, manusia tidak bisa lepas dari tuntutan kebutuhan biologisnya.
Page 3: FITRAH MANUSIA MENURUT AL-QUR’ANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Sebagai makhluk biologis, manusia tidak bisa lepas dari tuntutan kebutuhan biologisnya.

FITRAH MANUSIA

MENURUT AL-QUR’AN

Di Susun Oleh :

DR. H. TAUFIK ABDILLAH SYUKUR, MA

HJ. SITI RAFIQOH RACHMAN, M.AG

Page 4: FITRAH MANUSIA MENURUT AL-QUR’ANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Sebagai makhluk biologis, manusia tidak bisa lepas dari tuntutan kebutuhan biologisnya.

i

KATA PENGANTAR

Yang akan diangkat dalam buku ini adalah konsep fitrah dari

Sayyid Qutb, seorang penyeru kebangkitan Islam paling

berpengaruh di abad dua puluh. Secara umum, karena kondisi

sosio-politis yang menghendaki, konsep-konsep keislaman yang

dirangkai Sayyid Qutb adalah konsep yang mengarah kepada

kebangkitan dan pembebasan Islam dari hegemoni Barat.

Demikian pula yang terjadi dengan konsep fitrah. Baginya, dasar

pembebasan diri dari “orang lain” adalah pembebasan dari

belenggu diri sendiri.

Dalam mengembangkan konsep fitrah-nya, Qutb memulai

dengan gagasannya tentang individu. Menurut Sayyid Qutb,

manusia secara potensial mempunyai kemampuan untuk mencapai

kedamaian dalam diri mereka sendiri serta punya kemampuan

untuk menyeimbangkan instink terdalam dengan kebutuhan-

kebutuhan yang secara fundamental asing bagi mereka, baik

sifatnya biologis, maupun sosial.

Pada kesempatan ini, penulis ingin mengucapkan terima

kasih yang sebesar-besarnya kepada segenap pihak yang telah

membantu penulis dalam menyelesaikan buku ini. Penulis hanya

dapat berdo’a semoga pengorbanan segenap pihak dibalas dengan

pahala yang berlipat ganda oleh Allah Swt.

Depok, 10 Agustus 2018

Penulis

Page 5: FITRAH MANUSIA MENURUT AL-QUR’ANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Sebagai makhluk biologis, manusia tidak bisa lepas dari tuntutan kebutuhan biologisnya.

ii

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR................................................................................. i

DAFTAR ISI................................................................................................ ii

BAB I PENDAHULUAN..................................................................... 1

BAB II SAYYID QUTB DAN TAFSIR FI ZILAL AL-QUR’AN....... 11

A. Riwayat Hidup........................................................................ 11

B. Tafsir fi Zilal al-Qur’an........................................................... 17

BAB III PEMAHAMAN ULAMA TENTANG FITRAH

A.Definisi Fitrah Secara Umum.................................................. 24

B. Pemahaman Ulama Tentang Fitrah......................................... 35

1. Pandangan Klasik Tentang Fitrah...................................... 36

2. Pandangan Neo-Klasik Tentang Fitrah.............................. 42

3. Pandangan Modern Tentang Fitrah.................................... 43

Page 6: FITRAH MANUSIA MENURUT AL-QUR’ANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Sebagai makhluk biologis, manusia tidak bisa lepas dari tuntutan kebutuhan biologisnya.

iii

BAB IV KONSEP FITRAH MANUSIA DALAM AL-QUR’AN

A. Manusia Sebagai Makhluk Merdeka...................................... 44

B. Konsep Fitrah Sayyid Qutb dalam Tafsir Fi Zilal al-Qur’an... 52

BAB V PENUTUP................................................................................. 64

DAFTAR PUSTAKA................................................................................

66

Page 7: FITRAH MANUSIA MENURUT AL-QUR’ANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Sebagai makhluk biologis, manusia tidak bisa lepas dari tuntutan kebutuhan biologisnya.

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Manusia modern saat ini telah memasuki gerbang

kemakmuran, kenyamanan, kemudahan, dan kecanggihan teknologi.

Suatu kondisi yang tentunya bernilai sangat posotif. Namun di balik

itu, sadar atau tidak, kecanggihan teknologi itu sekaligus menjadi

sembahan baru manusia selain Tuhan. Efek minimalnya, menggiring

manusia jauh dari Tuhannya, tradisi yang melingkupinya, dari dirinya

sendiri, serta institusi moralnya yang merupakan sifat dasar

spiritualnya atau fitrahnya. Keadaan ini adalah dampak dari

kecenderungan-kecenderungan anti religius yang menjadi salah satu

inti dari modernitas sekular. Penghambaan diri pada hal-hal material

dan melupakan sudut-sudut spiritual berakibat terjeblosnya manusia ke

dalam surga semu materialisme. Kebahagiaan dan keindahan yang

disuguhkan oleh materialisme terbukti tidak mampu memberikan

kenyamaan yang sesungguhnya. Semakin manusia mengejarnya,

semakin gersang batin manusia dari nilai-nilai kebahagiaan itu.

Keyakinan manusia terhadap institusi agama mulai dikaburkan

oleh dominasi pemikiran-pemikiran Barat modern yang materialistis.

Pemikiran-pemikiran yang mereka lontarkan telah meringsek institusi

agama ke pojok-pojok sepi, sekedar ritualitas rumah-rumah ibadah,

sekedar pelampiasan di kala nestapa, tidak lagi mempunyai peran

signifikan dalam arena profan, seperti politik, ekonomi, pendidikan,

moralitas, sosial dan budaya. Lebih dari pada itu, agama justru

dianggap menjadi pengganggu dinamika kehidupan duniawi.

Page 8: FITRAH MANUSIA MENURUT AL-QUR’ANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Sebagai makhluk biologis, manusia tidak bisa lepas dari tuntutan kebutuhan biologisnya.

2

Hanya saja, segencar apapun sekularisme dan modernitas

mengancam eksistens institusi keagamaan, ternyata tidak benar-benar

membumihanguskan instink beragama manusia. Di Barat sendiri, asal

materialisme, fenomena keberagamaan baik formal maupun informal

masih dapat diamati. Nilai-nilai keagamaan masih membentuk

kerangka refensi moral bagi kebanyakan orang-orang Barat1. Kondisi

sedemikian bisa dijelaskan melalui gagasan tentang fitrah.

Kecenderungan religius merupakan gejala alamiah nan suci pada

manusia. Ia menyatu pada sifat dasar manusia, pada fitrah. Sebabnya

adalah karena dalam diri manusia ada kecenderungan untuk kembali

ke ‘asal’ (dalam bahasa Arab, asl). Ada keyakinan bahwa dengan

kembali ke asal, manusia kembali ke keadaan yang lebih baik dari

sekarang karena saat ini manusia telah melangkah sangat jauh

meninggalkan relnya.

Lalu apa dan bagaimanakah sebenarnya fitrah itu? Bagaimana

para penafsir mengungkapkan ide-ide mereka tentang fitrah? Secara

umum, Yasien Muhamed dalam bukunya menyebutkan klasifikasi

pandangan penafsir tentang fitrah menjadi tiga; a). Pandangan klasik,

b). Pandangan neo-klasik, dan c). Pandangan modern.

Pandangan klasik mengenai fitrah salah satunya diwakili oleh

al-Ragib al-Isfhani. Ia melihat bahwa jiwa manusia (an-nafs al-

insaniyah) adalah tempat bagi fitrah dan merupakan khazanah hikmah

dan ilmu pengetahuan. Sejak lahir, bagi manusia sudah dipersiapkan

fitrah sebagai potensi tauhid di dalam hait. Karena fitrah Allah adalah

tauhid (keesaan) dan manusia lahir dari fitrah ini, maka manusia

1 Yasien Mohammed, Insan Yang Suci; Konsep Fithrah dalam Islam,

(Bandung: Mizan. 1997), hal.9

Page 9: FITRAH MANUSIA MENURUT AL-QUR’ANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Sebagai makhluk biologis, manusia tidak bisa lepas dari tuntutan kebutuhan biologisnya.

3

terlahir dengan pengetahuan dan keimanan bawaan. Hal ini terungkap

dalam al-Qur’an:

قم رتفأ ينحنيفافط هكللد ٱوج لي هالاعلن اسٱفطرل تيٱلل

لخل ق ٱتب ديل لل لك ين ٱذ ل قي م ٱلد ثر ك أ لالن اسٱولكن

ون لم ٠٣يع “Maka hadapkan wajahmu dengan lurus kepada agama (Allah);

(tetaplah atas) fitrah Allah yang menciptakan manusia atas fitrah

itu. Tidak ada perubahaan pada fitrah Allah. (Itulah) agama yang

lurus; tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui.” (Q.S. ar-

Rum [30] :30)

ئككتبف ول أ ٢٢ل إيمنٱيق ل وبهم

“Mereka itulah orang-orang yang telah Allah tanamkan

keimanan dalam hati mereka.” (al-mujadalah [58]: 22)

Sabda Rasulullah SAW:

دانه و كل مولود يولد على الفطرة، حتى يعرب عنه لسانه، فأبواه يه

سانه رانه أو يمج أو ينص

“Setiap bayi dilahirkan dalam keadaan fitrah. Kedua orang

tuanyalah yang menjadikannya Yahudi, Nashrani, atau Majusi”.

(Riwayat Al-Bukhari).2

2 Imam al-Bukhari, Hadits al-bukhari, Dr al –Fikr; Bairut, 1992, juz II, hal.138

Page 10: FITRAH MANUSIA MENURUT AL-QUR’ANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Sebagai makhluk biologis, manusia tidak bisa lepas dari tuntutan kebutuhan biologisnya.

4

Untuk mendeteksi keberadaan fitrah itu, Allah mengadakan

dialog pra-eksistensial dengan manusia sebagaimana digambarkan

dalam al-Qur’an.

وإذ م ي ته ذ ر ورهم ه ظ من ءادم بني من رب ك خذأ

نأ نا شهد بلي قال وا م برب ك ت لس

أ سهم نف

أ علي م هده ش

وأ

ول وايو فلينل قيمةٱمتق هذاغ ن اعن ٢٧٢إن اك “Dan (ingatlah) ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan anak-

anak Adam dari sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian

terhadap mereka (seraya berfirman): “Bukankah aku Tuhanmu?”

mereka menjawab: “Benar, (Engkau Tuhan kami), kami menjadi

saksi.” (Kami lakukan yang demikian itu) agar dihari kiamat

nanti kamu tidak menyatakan: “Sesungguhnya kami (bani

Adam) adalah orang-orang yang lengah terhadap ini (keesaan

Tuhan)”. (al-A’raf [7]: 172)

Karena itu, tidak mungkin bagi manusia untuk menghapus

memori tauhid dari jiwanya karena telah menyatu dengan sifat dasar

manusia yang terdalam.3

Pandangan neo-klasik tentang fitrah diwakili oleh al-Attas,

juga dengan sandaran ayat al-Qur’an surat al-A’raf (7):172. Ia

mengatakan bahwa fitrah adalah sifat dasar manusia. Ketundukan

sadar dan kehendak bebas menampakkan harmonisasi. Sementara

3 Yasien Mohamed dari kitab al-Dzari’ah ila Makarim al-Syari’ah, kaya al-

Isfahani. Lihat ibid, hal 53-55.

Page 11: FITRAH MANUSIA MENURUT AL-QUR’ANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Sebagai makhluk biologis, manusia tidak bisa lepas dari tuntutan kebutuhan biologisnya.

5

penolakan dan pembangkangan untuk tunduk mengakibatkan

ketimpangan dan kekacauan. Ketundukan itu sendiri adalah suatu yang

wajar dan alami, sama dengan makna al-Quran surat (30):32. Analogi

ketundukan adalah utang kepada Allah yang cara membayarnya

dengan mengabdi kepada-Nya.4

Pandangan terakhir mengenai fitrah adalah pandangan modern.

Golongan ini diwakili oleh Ali Syari’ati dan Sayyid Qutb. Mereka

disebut juga dengan penafsir dualis, karena, sebagaimana banyak

pemikir Barat maupun Islam modern, mereka meyakini manusia

mempunyai dua dimensi. Satu dimensi menghubungkan manusia

dengan spesies binatang, dimensi lain menjembatani pertalian antara

manusia dengan Tuhan. Sisi kebinatangan memunculkan kebutuhan-

kebutuhan yang sifatnya jasadi semisal, makan, minum, tidur, seks,

dan lain-lain. Sementara dimensi ilahiyah senantiasa mencari

hakekat.5

Penafsiran seperti ini berkembang pesat selama abad ke-20 dan

sebagian besar diusung oleh pemikir muslim modern yang secara aktif

terlibat di dalam kecenderungan revolusioner di antara gerakan Islam

kontemporer yang menentang penindasan dan ketidakadilan.

Pandangan modern ini secara ketat bukanlah merupakan suatu konsep

intelektual akedemis dengan rumusan-rumusan teoritis, namun lebih

sebagai konsep praktis sebagai akibat dari realitas sosio-politis

kontemporer pada negara-negara bangsa muslim. Ia adalah sebuah

konsep pembebasan.

4 Dikutip oleh Yasin Mohamed dari Muhammad Naquib al-Attas, Islam The

Secularism and The Philosiphy of Future. Lihat ibid hal.58 5 Robet D. Lee, Mencari Islam Authentik: Dari Nalar Puitis Iqbal Sampai

Nalar Kritis Arkoun, (Bandung, Mizan, 2000), hal.101

Page 12: FITRAH MANUSIA MENURUT AL-QUR’ANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Sebagai makhluk biologis, manusia tidak bisa lepas dari tuntutan kebutuhan biologisnya.

6

Yang akan diangkat dalam skripsi ini adalah konsep fitrah dari

Sayyid Qutb, seorang penyeru kebangkitan Islam paling berpengaruh

di abad dua puluh. Secara umum, karena kondisi sosio-politis yang

menghendaki, konsep-konsep keislaman yang dirangkai Sayyid Qutb

adalah konsep yang mengarah kepada kebangkitan dan pembebasan

Islam dari hegemoni Barat. Demikian pula yang terjadi dengan konsep

fitrah. Baginya, dasar pembebasan diri dari “orang lain” adalah

pembebasan dari belenggu diri sendiri.

Dalam mengembangkan konsep fitrah-nya, Qutb memulai

dengan gagasannya tentang individu. Menurut Sayyid Qutb, manusia

secara potensial mempunyai kemampuan untuk mencapai kedamaian

dalam diri mereka sendiri serta punya kemampuan untuk

menyeimbangkan instink terdalam dengan kebutuhan-kebutuhan yang

secara fundamental asing bagi mereka, baik sifatnya biologis, maupun

sosial.6

Dalam bukunya, Inilah Islam, terjemahan dari Hadza al-Dzn,

Sayyid Qutb menulis “Ketika pribadi seseorang sesuai dengan fitrah-

nya sehingga segalanya dapat disalurkan secara wajar, ia akan mendaki

mengikuti fitrah-nya untuk mencapai derajat yang setinggi-tingginya.

Kemudian didapatinya segala yang menyenangkan dan menentramkan

hati”.7

6 Ada persamaan dengan ulasan Erich Fromm yang menguraikan bahwa

para nabi terdahulu diutus ke bumi untuk membebaskan manusia dari keterasingan dirinya oleh karena penghambaan kepada berhala-hala yang tidak bisa berbuat apa-apa. Keberadaan mereka, bahkan mencekal potensi-potensi yang dimiliki manusia. Namun Fromm melanjutkan analisisnya dengan kritikan bahwa ternyata agama-agama berhasil memusnahkan berhala-berhala, namun menghidangkan sesembahan baru yang bernama “Tuhan”. Lihat Erich Fromm, Masyarakat Yang Sehat. (Yayasan Obor Indonesia, Jakarta, 1985) hal.60

7 Sayyid Qutb, Inilah Islam (Kuala Lumpur, IIFSO, 1985), hal 33-34

Page 13: FITRAH MANUSIA MENURUT AL-QUR’ANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Sebagai makhluk biologis, manusia tidak bisa lepas dari tuntutan kebutuhan biologisnya.

7

Potensi kemanusiaan, lanjut Qutb, akan menemukan jalur

aktualisasinya jika manusia mampu mnyeimbangkan antara kebutuhan

diri dan kebutuhan sosialnya. Sebagai individu, manusia

membutuhkan kebebasan dari dominasi manusia lain. Selain Allah

swt, manusia tidak boleh mencipta atau menghamba kepada siapapun

atau apapun. Salah satu format perbudakan adalah manusia

menjadikan manusia lain sebagai pembuat aturan bagi dirinya. Salah

satu firman Allah yang sangat mencela hal tersebut adalah:

ٱ ا و ت خذ د ون ن م بابا ر أ م بنه ور ه م باره ح

ٱأ ب نٱل مسيحٱولل

و مر أ يموما ب حنه مر وس هإل اه إل ل ا هاوحدا اإل و ب د اۥاإل اليع عم

ون رك ٠٢ي ش “Mereka menjadikan orang-orang alim mereka dan rahib-rahib

mereka sebagai Tuhan selain Allah dan (juga mereka

mempertuahankan) al-Masih, putera Maryam padahal mereka

hanya diseru menyembah Tuhan Yang Maha Esa, tidak ada

Tuhan (yang berhak disembah) selain Dia, Maha Suci Allah dari

apa yang mereka persekutuan”. (al-Taubah[9]: 31)

Sebagai makhluk biologis, manusia tidak bisa lepas dari

tuntutan kebutuhan biologisnya. Kebebasan sejati tidak menghendaki

pembunuhan terhadap keinginan biologis, tapi menghendaki

penyaluran yang wajar.

Pada paparan di atas terlihat adanya tawaran yang unik dari

Sayyid Qutb mengenai fitrah. Keunikan itu ada pada tawarannya

Page 14: FITRAH MANUSIA MENURUT AL-QUR’ANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Sebagai makhluk biologis, manusia tidak bisa lepas dari tuntutan kebutuhan biologisnya.

8

bahwa fitrah tidak sekedar sebuah konsep teologis yang lekat pada

manusia sejak zaman pra-eksistensial, bersifat nostalgic belaka, namun

ia adalah sebuah konsep praktis yang dapat dijadikan landasan guna

mencapai insan kamil demi kesejahteraan manusia di masa datang.

Konsep dimaksudkan sebagai sebuah hasil pencerapan secara

intens seorang manusia terhadap apa saja yang ada di luar dirinya.

Sayyid Qutb merangkai banyak konsep sebagai hasil dari

pergumulannya dengan wacana keagamaan dan sosial-politik di saat

dia hidup. Salah satunya adalah fitrah. Fitrah banyak dibahas oleh pra

ulama, baik tafsir maupu pemikir Islam. Masing-masing memiliki

sudut pandang yang berbeda, tergantung pada kecenderungan dan

masa di saat pemikir itu hidup, Sayyid Qutb dalam hal ini berdiri di

jajaran pemikir-penafsir modern yang dualistis.

Sedangkan Sayyid Qutb dimaksudkan sebagai tokoh yang

pernah hadir apa abad 20 dan mempunyai sebuah karya yang menjadi

magnum opus-nya yaitu Fi Dhilal al-Qur’an. Dari dalam tafsir inilah

konsep fitrah akan digali.

Adapun permasalahan yang akan menjadi bahasan didalam

skripsi ini adalah: Bagaimana Sayyid Qutb menjelaskan konsep fitrah

dalam al-Qur’an sebagaimana tertuang dalam Tafsir Fi Zilal Al-

Qur’an.

Penelitian ini pada dasarnya bersifat literer library research,

maka sumber data penelitian ini sepenuhnya berdasarkan kepada riset

keperpustakaan, mengandalkan tulisan-tulisan Sayyid Qutb dan tulisan

lain yang ada relevansinya, 8dengan menggunakan tiga metode

8 Seperti; Yasien Mohammed, Insan Yang Suci: Konsep Fithrah dalam Islam,

Bandung: Mizan, 1997, Muhammad Chizrin, Jihad Menurut Sayid Qutb dalam Tafsir Zhilal, Intermedia; Solo, 2001, dan Abdul Mujib, Fithrah dan Kepribadian Islam; Sebuah pendekatan Psikologis, Darul Falah: Jakarta, 1999

Page 15: FITRAH MANUSIA MENURUT AL-QUR’ANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Sebagai makhluk biologis, manusia tidak bisa lepas dari tuntutan kebutuhan biologisnya.

9

pembahasan; deskriptif, comparative, dan analistis. Ketiganya secara

bersamaan membentuk isi skripsi.

Metode deskriptif dimaksudkan untuk melukiskan keadaan

objek semata-mata apa adanya. Langkah ini diambil sebagai awalan

yang sangat penting karena ia adalah dasar bagi penelitian selanjutnya.

Sebagai orang yang pemikirannya sangat berpengaruh pada

kebangkitan Islam, Sayyid Qutb tentunya tidak lepas dari lingkungan

sosial politik yang melingkupinya. Makanya, penulisan biografi

menjadi sangat perlu.

Metode perbandingan diketengahkan melihat kehadiran Sayyid

Qutb di panggung dunia pemikiran. Kehadiaran Sayyid Qutb tidak

berdiri sendiri. Secara dialektis ia mempunyai hubungan dengan

pemikir-pemikir sezamannya, sebelum, bahkan mungkin pengaruh

terhadap pemikir-pemikir sesudahnya.

Metode analistis dianggap perlu karena menghasilkan

penelitian yang bersifat kritis. Dengan memakai metode ini,

diharapkan tersingkap keterlibatan Sayyid Qutb dengan persoalan-

persoalan kehidupan sekitarnya, sikap dan tanggapannya didalam

menatap nilai-nilai yang berlaku di zamannya.

Sedangkan metode penulisan mengacu pada buku “pedoman

penulisan skripsi, tesis, dan disertasi” yang diterbitkan oleh IAIN

Syarif Hidayatullah Jakarta, pada bulan agustus tahun 2000 Masehi.

Mengacu pada metode penelitian diatas, pembahasan dalam

penelitian ini disistematisikan sebagai berikut. Pembahasan diawali

dengan pendahuluan yang menguraikan argumentasi seputar

signifikansi studi ini. Selain itu, pendahuluan diisi pula dengan latar

belakang masalah, perumusan masalah, metodologi penelitian, dan

sistsematika pembahasan.

Page 16: FITRAH MANUSIA MENURUT AL-QUR’ANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Sebagai makhluk biologis, manusia tidak bisa lepas dari tuntutan kebutuhan biologisnya.

10

Selanjutnya pembahasan diarahkan kepada seputar biografi

perjuangan Sayyid Qutb yang berisikan riwayat hidup dan seputar Fi

Zilal al-Qur’an.

Pada bab tiga akan dibahas definisi fitrah secara umum,

pembahasan ini dimulai dengan menyajikan ayat-ayat yang berkaitan

dengan fitrah dalam al-Qur’an, dan pemahaman beberapa ulama

tentang fitrah.

Pada bab empat akan dibahas konsep fitrah Sayyid Qutb dalam

Tafsir Fi Zilal al-Qur’an, didahului dengan pembahasan manusia

sebagai makhluk merdeka, dan dilanjuti dengan pembahasan konsep

fitrah menurut Sayyid Qutb dalam Tafsir Fi Zilal al-Qur’an.

Bab terakhir penutup berisi kesimpulan dan saran-saran.

Page 17: FITRAH MANUSIA MENURUT AL-QUR’ANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Sebagai makhluk biologis, manusia tidak bisa lepas dari tuntutan kebutuhan biologisnya.

11

BAB II

SAYYID QUTB DAN TAFSIR FI ZILAL AL-QUR’AN

A. Riwayat Hidup

Sayyid Qutb dilahirkan pada bulan September 1906, tepatnya

di desa Musya, termasuk wilayah propinsi Asyut, Qutb terlahir dengan

nama lengkap Sayyid Ibnu al-Haj Qutb Ibrahim Husein Syazaly.

Ayahnya bernama al-Haj Qutb Ibrahim seorang nasionalis

yang memiliki kemampuan berfikir yang kuat dan kesadaran bernegara

yang hebat. Meskipun dalam kehidupan sehari-hari beliau hanyalah

seorang petani yang saleh, tapi tidak sedikit aktivitas yang digelutinya

pada masa itu. Hal inilah yang secara tidak langsung telah

memperkenalkan kepada anak-anaknya tentang dunia perpolitikan

khususnya bagi Sayyid Qutb.

Qutb dibesarkan di tengah keluarga yang agamis. Lingkungan

keluarga, pendidikan, dan bakat alam telah mendukungnya menjadi

sosok manusia yagng “nyaris sempurna” dalam bidang sastra, politik,

dan agama. Aktivitas ayahnya telah banyak membuka jalan untuk

menjadikannnya seorang politikus ternama.9

Dalam hal pendidikan agama beliau mendapatkan perhatian

yang cukup baik di rumah ataupun di sekolah. Terutama sang ibu,

perhatiannya sangat tinggi terhadap praktek-praktek keagamaan di

rumahnya. Dengan penuh cinta kasih, beliau yang memiliki nama

Fatimah, telah mampu melahirkan dan menciptakan anak-nakanya

9 Syahdan, pada waktu itu ayahnya menjabat sebagai pengurus partai

Watani di desanya, bahkan rumahnya dijadikan pusat kegitan pendidikan dan latihan kader Watani dari desa tersebut.

Page 18: FITRAH MANUSIA MENURUT AL-QUR’ANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Sebagai makhluk biologis, manusia tidak bisa lepas dari tuntutan kebutuhan biologisnya.

12

menjadi “manusia”.10 Karenanya tak mengherankan jika Sayyid Qutb

mampu menerobos ke dalam aspek tradisional bangsa Arab pada

waktu itu. Beliau mampu menghafal al-Qur’an dalam usia yang relatif

sangat dini (10 tahun). Pengetahuannya yang mendalam dan luas

tentang agama tampaknya mempunyai pengaruh yang sangat melekat

pada dirinya. Ini merupakan pangkal tolak pada eksistensinya, dan

berfungsi sebagai parameter bagi kecerdasannya,11 terutama pada

tahun 1950 ketika ia berpalling kepada Islam yang telah memberikan

arti dan arah pada hidupnya.

Sayyid Qutb memulai pendidikannya pada usia enam tahun. Ia

masuk ke sekolah dasar (madrasah) dekat rumahnya. Pada waktu yang

sama pula ia belajar di sekolah keagamaan (kutab). Dua jalur

pendidikan yang berbeda inilah yang banyak memberikan warna pada

perkembangan pola fikir beliau selanjutnya.

Pada usia tiga belas tahun, Qutb melanjutkan pendidikannya di

Cairo dan masuk ke Dar al-Ulum, yang akhirnya menjadi Universitas

Cairo. Sejak itu, pemikirannya banyak dipengaruhi oleh mentor-

mentornya, semisal Abbas Mahmud al-Aqqad yang cenderung pada

10 Sayyid Qutb termasuk salah satu dari lima bersaudara dari keturunan

isteri Qutb yang kedua yaitu Nafisah, Sayyid, Aminah, Muhammad, dan Nafisah. Uniknya dari lima bersaudara ini, bahwa kelimanya pernah dijebloskan ke penjara. Sayyid Qutblah yang paling tragis, karena beliau menghabiskan riwayat hidupnya di tiang gantungan. Lihat Mkram-Ibid, M. Gerakan-Gerakan Oposisi di Mesir, PrismaVol II No.3, 1982, hal 1

11 Sayyid Qutb mempersembahan sebuah karya tulis kepada ibunya al-Taswir al-Fanni fi al Qur’an. Pada kata pengantarnya diceritakan bahwa pandangannya tak kunjung hilang tentang ibunya yang tampak duduk dengan senang hati mendengarkan pengajian al-Quran di radio. Karyanya Mashahad al-Qiyamah Fi al-Qur’an diberikan kepada ayahnya. Tulisnya tentang dia:”Engkau tanamkan ketika kecil dalam kesadasranku tentang ketakutan pada Hari Kiamat. Ayah tidak menasehati aku, tidak pula menegurku, tapi menghidupkan kesadaran tentang hari kiamat”. Lih. John I. Esposito (ed). Dinamika Kebangunan Islam: Watak, Proses dan Tantangan (CV. Rajawawli, Jakarta:1980) hal. 68

Page 19: FITRAH MANUSIA MENURUT AL-QUR’ANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Sebagai makhluk biologis, manusia tidak bisa lepas dari tuntutan kebutuhan biologisnya.

13

pendekatan Barat. Qutb menjadi sangat tertarik dengan sastra Inggris,

bahkan keranjingan untuk membaca apa saja yang berkaitan dengan

hal tersebut.

Setelah lulus, ia diangkat menjadi Inspektur Kementrian

Pendidikan, posisi yang akhirnya membuat Qutb mengabdikan dirinya

secara khusus pada penulisan. Dia banyak membuat puisi, cerita, dan

artikel,diantaranya kritik sastra.12 Qutb hidup di Mesir ketika

perbedaan pikiran dan debat di lingkungan kerajaan, tunduk kepada

pemikiran Nasserisme.13

Pada sekitar tahun 1930 dan 1940, ia terlibat dalam debat

mengenai upaya perbaikan kondisi masyarakat Mesir. Ia sangat

berhati-hati dalam menganalisa apa yang diyakininya menjadi

penyakit kaum muslim, yang berusaha menyesuaikan pola-pola asing,

dengan berupaya menirunya di negeri sendiri. Baginya, mereka

terjebak oleh impian dan harapan untuk mengadakan perubahan,

meningkatkan tatanan sosial, dan memberikan pembagian kekayaan

12 Bakat Sayyid di bidang sastra sebenarnya sudah mulai tampak pada

masa yang relatif muda. Terbukti pada usia 16 tahun dia sudah banyak membuat syair ciptaannya. Meskipun demikian. Qutb memasuki dunia tulis menulis – dibidang sastra- secara intensif pada umur 23 tahun. Sebagai kritikus sastra ia banyak menghasilkan karya, yang secara kronologis dapat dilihat sebagai berikut: a) Pada tahun 1932, ia berbicara mengenai arti pentingnya syair dan penyair dan diterbitkan dalam sebuah buku. b) Menerbitkan sebuah buku sebagai kritik terhadap karya Taha Husain Mustaqbal as-Saqafah Fi Misr. Tetapi tulisannya baru dapat diterbitkan setelah Qutb meninggal dunia. c). Pada tahun 1946 buku kritik yang berjudul Kutub wa Syakhsiyat telah terbit. Ini adalah kumpulan dari beberapa tulisannya tentang kritik sastra yang sebelumnya telah terbit. Ini adalah kumpulan dari beberapa tulisannya tentang kritik sastra yang sebelumnya telah terbit di berbagai surat kabar dan majalah sastra di Mesir, terutama dalam ar-Risalah pada dekade empat puluhan. d). Buku Kritik sastra an-Nqd al-Adabi: Ushuluhy wa manhijuhu, diterbitkan pada tahun 1948, yang isinya adalah upaya untuk meletakkan dasar-dasar dan pendekatan yang seharusnya dilakukan oleh para kritikus dalam praktek kritik sastra. Lihat Makram-Ebeid, M.,op.cit., hal 2-3.

13 Lihat Muhammad Chirzin, Mag., Jihad Menurut Sayid Qutub dalam Tafsir Zhilal (Intermedia: Solo 2001), hal.29

Page 20: FITRAH MANUSIA MENURUT AL-QUR’ANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Sebagai makhluk biologis, manusia tidak bisa lepas dari tuntutan kebutuhan biologisnya.

14

dan kekuasaan secara adil dalam masyarakat. Qutb mengerahkan

segala kemampuannya untuk mengobati “penyakit” yang sedang

diderita oleh masyarakat Mesir pada waktu itu. Ternyata, beliau

kecewa dengan semua pemecahan yang pernah dicobanya. Sampai

akhirnya Qutb merumuskan sebuah pemecahan yang didasarkan pada

pandangan al-Qur’an namun tetap relevan dengan kehidupan sehari-

hari kaum Muslimin di Dunia Arab.14

Sebagai seorang intelektual, Qutb aktif dalam mengikuti

berbagai seminar dan diskusi yang berkaitan dengan kondisi

masyarakat dan perpolitikan di Mesir pada waktu itu. Siapapun akan

menyadari bahwa untuk merubah keadaan diperlukan pergolakan

politik atau revolusi. Qutb datang sebagai seorang revolusioner yang

membawa bendera moralitas. Ia mencela kemerosotan moral orang-

orang di sekitarnya, dan memahami sebab kemerosotan ini. Ia

mendesak agar semua orang memperhatikan sikap moral dalam

kehidupan sehari-hari, moralitas yang berdasarkan pada konsel al-

Qur’an. Sebagai orang Mesir yang negerinya telah lama dikendalikan

oleh Inggris, Qutb tidak terlalu mendapatkan kesulitan dalam

mengenali musuhnya. Pengalaman hidupnya di negeri Paman Sam

sebagai utusan Kementrian Pendidikan pada tahun 1948-1950,

membuat ia lebih terbuka dalam melihat musuhnya. Ternyata menurut

Qutb musuh Islam tidak hanya orang Inggris melainkan begitu

komplek lagi, yaitu Barat Sekuler, materialis individualis serta

kapitalis.

Qutb tetap optimis bahwa ideologi Islam akan mengemukakan

suatu argumen yang potensial terhadap kapitalisme dan maupun

memecahkan masalah-masalah yang berkaitan dengan ekonomi dan

14 John L. Esposito (ed), op.cit. hal.67

Page 21: FITRAH MANUSIA MENURUT AL-QUR’ANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Sebagai makhluk biologis, manusia tidak bisa lepas dari tuntutan kebutuhan biologisnya.

15

kesenjangan sosial. Tambahnya lagi, ideologi Islam tidak hanya

mampu memecahkan masalah-masalah seputar ekonomi dan sosial

saja, tetapi juga memberikan rasa aman dan harga diri pada kaum

muslimin.

Sekembalinya Qutb ke Mesir, ia bergabung dengan Ikhwanul

Muslimin sebagai jalur pergerakan yang diyakininya dapat

menampung dan merealisasikan semua keinginannya dalam

memperbaiki moral umat Islam. Qutb melihat Ikhwanul Muslimin

sebagai organisasi yang bertujuan mewujudkan kembali dan

melindungi masyarakat politik Islam, dan sebagai kelompok yang

ingin membuktikan keyakinan mereka.15 Antara Ikhwan dan Qutb ada

keselarasan, serentak menjadikan Islam sebagai alternatif bagi

penyakit yang menjangkiti Mesir saat itu. Keterpihakan Qutb kepada

Islam, bukanlah hal yang terjadi secara kebetulan, tetapi setelah

melalui proses intelektual yang kompleks. Hubungannya dengan

sejumlah figur terkemuka dalam Ikhwan saat itu, maupun tulisannya,

membuat orang menduga kapan sebenarnya ia masuk organisasi itu.

Meski demikian, kelihatannya Qutb resmi sebagai anggota pada tahun

1952.16

Antara Qutb, Ikhwan, dengan pemerintah terdapat kesamaan

visi dalam soal perlunya keadilan sosial yang besar dan perlunya

pembaruan. Karenanya, p ada tahun pertama masuknya Qutb sebagai

anggota Ikhwan, tercipta hubungan dekat dengan pemerintahaan

sebagai dampak dari kerja sama yang berhasil dalam kudeta militer,

15 Charles Tripp, Sayyid Qutb: Visi Politik, dalam Ali Rahnema(ed0, Para

Perintis Zaman Baru Islam. (Bandung: Mizan, 1996) cet III, 1998, hal 4. 16 Ibid

Page 22: FITRAH MANUSIA MENURUT AL-QUR’ANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Sebagai makhluk biologis, manusia tidak bisa lepas dari tuntutan kebutuhan biologisnya.

16

Juli 1952. Bahkan Qutb sempat ditawari oleh nasser untuk menduduki

jabatan pada Liberation Rally.17

Hubungan yang terjalin tadi tidak berlanjut lama, karena

adanya perselisihan antara tokoh revolusi dan Ikhwan. Sebenarnya

Qutb telah berusaha untuk menyelesaikan perselisihan yang terjadi,

namun gagal dan keputusan yang diambilnya adalah berpisah dari para

tokoh revolusi.

Pada tahun 1954-lah kllimaks dari perselisihan yang terjadi.

Qutb dan beberapa temannya di Ikhwan dijebloskan ke dalam penjara,

dengan tuduhan upaya pembunuhan terhadap Nasser. Sayyid Qutb

ditahan pada November 1954, sebagai bagian penangkapan besar-

besaran terhadap tokoh-tokoh Ikhwanul Muslimin.18 Pada 1955, Qutb

dituduh melakukan aktivitas subversif, berbentuk kegiatan agitasi anti-

pemerintah, dan dijatuhi hukuman selama 15 tahun “kerja keras”.

Selama dalam tahanan Qutb menjalani penyiksaan yang berpengaruh

kepada kondisi kesehatannya. Diceritakan, bahwa selama menjalani

hukuman Qutb menderita penyakit yang begitu kronis terutama pada

paru-parunya. Pada bulan mei 1964, Qutb dibebaskan dari penjara

karena kesehatannya semakin memburuk. Pada musim panas 1965,

Qutb dan kerabat Ikhwannya kembali ditangkap, dengan tuduhan

perencanaan kematian Nasser sekalilgus menumbangkan rezimnya,

membuat kekacauan yang akhirnya akan merebut kekuasaan. Qutb

diadili oleh pengadilan militer, yang dimulai pada 12 April 1966.

Sebagian besar tuduhan atas nama tulisan-tulisannya disamping atas

tuduhan yang sama sebelumnya. Akhirnya pada 21 Agustus 1966,

Qutb bersama Abdul Fatah Isma’il dan Muhammad Yusuf Hawwasy,

17 Ibid, Hal.159 18 Ibid, hal.164

Page 23: FITRAH MANUSIA MENURUT AL-QUR’ANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Sebagai makhluk biologis, manusia tidak bisa lepas dari tuntutan kebutuhan biologisnya.

17

dinyatakan bersalah dan dijatuhi hukuman mati. Tepat pada 29

Agustus 1966, Qutb seorang revolusioner besar mengakhiri hayatnya

di tiang gantungan sebagai Syahid.

B. Tafsir Fi Zilal al-Qur’an

Qutb sebagai seorang intelektual pada abad 20-an, tergolong

sangat produktif dalam melahirkan karya tulis. Pemikirannya yang

dituangkan dalam tulisan-tulisan banyak mempengaruhi masyarakat

Islam, khususnya mahasiswa. Tidak jarang dalam kurun waktu satu

tahun ia dapat menyelesaikan dua sampai tiga buku sekaligus.19

Qutb menulis karya-karyanya dengan mengerahkan segala

pikiran dan perasaannya. Kecakapannya dalam mengungkapkan

pemikirannya dalam bidang agama sama baiknya dengan

kecakapannya dalam sastra. Selama hidupnya, ia telah menghasilkan

karya lebih dari dua puluh buku selain artikel-artikel yang tersebar di

berbagai media cetak.20 Tafsir Fi Zilal al-Qur-an yang menjadi sasaran

pembahasan pada skripsi ini diterbitkan di Beirut oleh Darusy-Syuruq

dalam rentang waktu antara tahun 1952 sampai tahun 1965.21

19 Pada tahun 1946 ia menghasilkan al –Madinah al-Mahsurat, Kutub wa Syaksiyat, dan Tifl min Qaryat. Disusul pada tahun 1947 dengan terbitnya Asywak Masyahid al-Qiyamah fi al-Qur’an. 20 Diantara karya-karyanya : At-Taswirul Fanniy fil-Qur’an, Masyahid al-Qiyamah fil-Qur’an, al-Adalah al-Ijtima’iyyah fil Islam, Fi Zhilal al-Qur’an, as-Salamul-‘Alamiy wal-islam, al-Mustagbal li-Hadzad-Din, Hadza ad-Din, al-Islam wa Musykilat, al-Hadharah, khasha ‘ishul-Tashawwuril-Islamy wa Muqawwimatuhu, M’alim fih-Thariq, Ma’arakatuna Ma’al Yahud, Dirasat Islamiyyah, nahwa Mujitama Islamiy, an-Naqdul Adabiy:Ushuluhu wa Manahijuhu, Ma’arakah al-Islam war’Ra ‘Samaliyah, fit-Thariq F: Fikrah wa manahij, Muhimmta asy-syair fil-hayah, Naqdul Kitab al-Mustyaqbal ats-Tsaqofah fi Misr, Tifl min qaryah, dan al-Asywak. Lihat Drs. Muhammad Chirzin, M.Ag, jihad menurut Sayyid Qutb dalam Tafsir fi Zhilal, op.cit. hal.53-54

21 Lihat Charles Tripp, dalam Ali Rahnema, op.cot., hal 160

Page 24: FITRAH MANUSIA MENURUT AL-QUR’ANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Sebagai makhluk biologis, manusia tidak bisa lepas dari tuntutan kebutuhan biologisnya.

18

Sebelum membahasa karya monumentalnya, Tafsir Fi Zilal al-

Qur’an, alangkah baiknya, jika penulis sedikit menyinggung tentang

latar belakang penulisannya sebagai pertimbangan dalam memahami

karya besarnya tersebut. Qutb yang hidup pada masa Nasser melihat

bahwa sebagian masyarakat Mesir berada jauh dari ajaran al-Qur’an.

Baginya, sekarang saat yang tepat untuk menyadarkan mereka dari

kekeliruan selama ini. Buat Qutb, Islam adalah pedoman hidup yang

diciptakan Allah untuk manusia. Sepanjang manusia ini masih

mengalami perkembangan dan perubahan, maka Islam pasti cocok

untuk segala waktu dan tempat. Karenanya, Qutb sangat terobsesi

untuk menghadirkan al-Qur’an secara baru, persis seperti orang Arab

menerimanya pertama kali, saat mereka semua “tersihir”, baik yang

kafir ataupun yang beriman. Baginya, al-Qur’an adalah alternatif yang

tepat, ia dapat mengeluarkan mereka dari keterpurukan akhlak.

Penelaahan yang dilakukan Qutb terus-menerus, memberikan

pengalaman spiritual yang dirasakannya demikian indah. Hidup di

bawah naungan al-Qur’an baginya adalah sebuah kenikmatan.

Masyarakat yang tunduk kepada sesuatu selain Tuhan, ataupun berada

di bawah kekuasaan lain yang tidak sesuai dengan ajaran Islam disebut

dengan manusia jahiliyah. Qutb sama sekali tidak menolak perubahan

dan pembaharuan. Tetapi yang ia inginkan adalah bahwa perubahan

dan pembaharuan tersebut hendaknya dilandaskan pada ajaran Islam.

Walhasil, Qutb menulis sebuah kitab tafsir dengan harapan agar pesan

orisinal Islam yang disampaikan al-Qur’an dapat menjadi pondasi

suatu ideologi yang sempurna. Qutb sampai kepada kesimpulan bahwa

tidak ada kedamaian di muka bumi, tidak ada ketenangan dalam hidup,

tidak ada ketentraman atas jiwa manusia, tidak ada keberkahan dalam

hidup, kecuali kepada Allah. Dengan mengembalikan seluruh hidup

Page 25: FITRAH MANUSIA MENURUT AL-QUR’ANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Sebagai makhluk biologis, manusia tidak bisa lepas dari tuntutan kebutuhan biologisnya.

19

dan kehidupan ini kepada satu jalan yang telah digariskan allah dalam

kitab sucinya. Karenanya, siapapun yang tidak mengindahkan segala

aturan yang ada di dalamnya, niscaya takkan pernah mendapatkan

kebahagiaan. Manusia adalah makhluk ciptaan Allah yang tidak dapat

menyembuhkan penyakitnya sendiri, melainkan dengan obat yang

datang dari kekuasaan-Nya. Hanya Allah yang mampu memberikan

“resep” dan sekaligus segala macam penyakit. Al-Qur’an kitab yang

terjamin keasliannya, merupakan penawar sekaligus rahmat bagi kita

yang beriman, sesuai firman-Nya.

ل ون نز ر ءانٱمن ل ق يزيد ولا منين ؤ ل ل م مة ورح ء شفا و ه ما

لمينٱ ٢٢إل اخسارالظ “Kami turunkan dari al-Qur’an suatu yang menjadi penawar dan

rahmat bagi orang beriman; dan al-Qu’ran itu tidaklah

menambah kepada orang-orang zalim selain kerugian” (QS. Al-

Isra:82).

Al-Qur’an berisikan pesan yang ditujukan untuk seluruh umat

manusia, Karenanya, bagi Qutb, setiap individu dari manusia itu harus

mengimplementasikan pesan-pesan yang terkandung didalamnya itu

dalam setiap gerak kehidupan.

Fi Zilal al-Qur;an ini sempat direvisi oleh Qutb selama

penahanannya, sebanyak tiga belas jus Zilal juz pertama diterbitkan

pada bulan Oktober 1952, dengan penuh motivasi Qutb mampu

menulis tafsir Zilal sebanyak enam belas juz terhitung mulai antara

periode Oktober 1952- Januari 1954. Untuk juz ke tujuh belas dan ke

Page 26: FITRAH MANUSIA MENURUT AL-QUR’ANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Sebagai makhluk biologis, manusia tidak bisa lepas dari tuntutan kebutuhan biologisnya.

20

delapan belas diselesaikannya semasa ia menjalani hukuman penjara

pada bulan November 1954, dan berhenti sampai juz itu saja karena

hukuman yang harus dijalaninya Qutb mendapat vonis “kerja paksa”

selama 15 tahun, yang mengakibatkan kondisi tubuhnya melemah.

Karena kondisinya yang seperti itu, akhirnya segala macam tekanan-

tekanan terhadapnya dihentikan. Pada waktu terbebasnya Qutb dari

tekanan-tekanan tersebut, Qutb mulai melanjutkan menulis tafsirnya

sampai rampung dengan sempurna.

Menurut Charles Tripp, Zilal adalah sebuah tafsir yang tidak

menggunakan metode tafsir tradisional; metode yang selalu merujuk

keulasan sebelumnya yang sudah diterima Qutb seringkali

mengemukakan tanggapan pribadi dan spontanitasnya terhadap ayat-

ayat al-Quran. Gagasannya diperkuat dengan merujut ke penulis-

penulis Islam lain pada abad ke-20. 22Hal tersebut menunjukkan

perkembangan pemikiran Sayyid Qutb mengenai Islam. Tafsirnya ini

lebih menekankan kepada pendekatan iman secara intuitif, artinya,

secara langsung tanpa perlu dirasionalisasikan atau dijelaskan dengna

merujuk kepda metode filsafat. Iman itu harus diterapkan langsung

dalam tindakan sehari-hari.23

Qutb menafsirkan al-Qur’an ayat demi ayat, surat demi surat,

dari juz pertama sampai juz terakhir. Di mulai dengan menafsirkan

surat al-Fatihah dan diakhiri dengan surat an-Nas. Tafsir yang disusun

dengan gaya seperti itu lazim dikenal dengan metode tafsir tahlili. Zilal

sebagai sebuah buku tafsir memiliki metode dan corak yang berbeda

dengan tafsir-tafsir lainnya. Ia adalah tafsir tematis yang memunculkan

22 Seperdi: Abul A’la Maududi, Abul Hasan Ali an-Nadawi, Abbas mahmud

al-Aqqad, atau Abdul Qadir Audah. Lis. Charles Tripp dalam Ali Rahnema, op.cit., hal.60

23 Ibid, hal.161

Page 27: FITRAH MANUSIA MENURUT AL-QUR’ANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Sebagai makhluk biologis, manusia tidak bisa lepas dari tuntutan kebutuhan biologisnya.

21

konsep universal Islam, dunia manusia dan sistem sosial. Dalam Zilal

, Qutb tidak hanya menjelaskan segi sastranya, tetapi lebih dari itu, ia

ingin menyampaikan bahwa al-Qur’an seharusnya menjadi sumber

kekuatan dalam setiap gerak langkah kehidupan manusia. Karenanya

Qutb menjelaskan ayat-ayat al-Qur’an secara terperinci demi

tercapainya tujuan tersebut.

Kelebihan Zilal adalah sebagai berikut: a. Memberikan

gambaran ringkas tentang kandungan surat yang akan di kaji.24 b.

Mengelompokkan ayat-ayat sesuai dengan pesan yang terkandung

pada ayat tersebut.25 c. Menggunakan ayat-ayat al-Qur’an,26 hadits27,

perkataan sahabat28, serta pendapat ulama29 dalam menafsirkan ayat-

24 Seperti pada permulaan surat al-Fatihah, Qutb mengemukakan bahwa

dalam surat ini terkandung prinsip-prinsip akidah Islam, Konsepsi-konsepsi Islam, dan pengarahan-pengarahannya yang mengidentifikasikan hikmah. Lihat, Sayyid Qutb Tafsir fi Zhilal al-Qur’an, op.cit., juz I, hal.21

25 Dalam menafsirkan surat al-Baqarah, beliau menetapkan ayat pertama sampai dengan ayat 29 sebagai bagian pertama pembahasan. Selanjutnya beliau menafsirkan ayat 30 sampai dengan ayat 39, ayat 40 sampai dengna ayat 74, ayat 75 sampai dengan ayat 103, dan seterusnya. Lihat. Sayyid Qutb, Ibid, hal.

26 Ketika menafsirkan ayat “maliki yaumiddin” Qutb mengutip surat Luqman 25 yang artinya, “Dan sesungguhnya jika kamu tanyakan kepada mereka, “Siapakah yang menciptakan langit dan bumi?” Tentu mereka akan menjawab, ‘Allah’ Katakanlah, ‘Segala puji bagi Allah: ‘tetapi kebanyakan dari mereka tidak mengetahui”, dan surat:Qaf 2-3 yang artinya,”Mereka tidak menerimanya, bahkan mereka tercengang karena telah datang kepada mereka seorang pemberi peringatan dari (kalangan) mereka sendiri, maka berkatalah orang-orang kafi, ‘Ini adalah suatu yang amat ajaib’ Apakah kami setelah mati dan setelah menjadi tanah (kami akan hidup kembali)? Itu adalah suatu pengembalian yang tidak mungkin”.

27 Terkadang Qutb menyebutkan rangkaian sanad haditsnya secara lengkap, tapi tidak jarang pula Qutb hanya menyebutkan rawi terakhirnya saja. Seperti dalam menyebutkan sebuah hadits tentang keharusan membaca al-Fatihah yang diriwayatkan oleh bukhari dan Muslim. Lihat Sayyid Qutb, Op.cit. hal.21

28 Seperti dalam mengulas surat al-Baqarah:22 tentang syirk, beliau melengkapi tafsirnya dengan perkataannya Ibnu Abbas. Lihat Sayyid Qutb, Ibid, hal.48

29 Dalam menafsirkan surat at-Taubah yang berkenaan dengan peristiwa Bai’ah Aqabah, Qutb mengutip Tafsir Ibnu Katsir dalam pendahuluan tafsirannya. Lihat, Ibid, Juz III, hal.

Page 28: FITRAH MANUSIA MENURUT AL-QUR’ANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Sebagai makhluk biologis, manusia tidak bisa lepas dari tuntutan kebutuhan biologisnya.

22

ayat al-Qur’an. Selanjutnya, Qutb lebih banyak mengambil sikap

tawaquf dalam menakwilkan ayat-ayat tertentu. Seperti tentang kisah

para nabi, Qutb menilai bahwa yang terpenting dari kisah tersebut

bagaimana kita dapat mengambil pelajaran darinya.30 Zilal sebagai

sebuah kitab tafsir karya seorang anak manusia biasa yang tak terlepas

dari salah, secara otomatis kekuranganpun terdapat di dalamnya,

meskipun mungkin kelebihan dan keistimewaannya jauh lebih banyak

bahkan mampu untuk menutupi kekurangan yang ada padanya. Penulis

bukanlah seorang penelilti yang handal dalam hal ini, karenanya

dengan segala keterbatasan pengetahuan yang penulis miliki, sedikit

ingin menulis beberapa point yang menurut hemat penulis menjadi

kekurangan Zilal, lagi-lagi mungkin penilaian ini sifatnya terlalu

subyektif.

Kekurangan yang ada dalam Zilal: a. Qutb seringkali berhenti

atau tidak membahas lebih lanjut tentang hal-hal ghaib.31 b. Banyak

mengambil sikap tawaqquf dalam menafsirkan ayat-ayat tertentu. c.

Tidak mengartikan (menafsirkan) kata per kata.32 d. Pengelompokkan

yang terlalu banyak, yang berakibat pada penafsiran yang kurang

maksimal pada beberapa ayat. Menurut Mahdi Fadlullah, Zilal

merupakan usaha terobosan penafsiran yang sederhana dan jelas.33

Sedangkan Subhi ash-Shalih menilai bahwa dalam Zilal ada

pandangan yang serasi dalam memahami metode al-Qur’an dalam hal

30Lihat, Ibid, juz XV, hal 2277-2278 31 Qutb tidak lebih jauh berspekulasi mengenai hal-hal yang dinilainya

ghaib, seperti ayat mengenai surga tempat tinggal Adam sebelum turun ke bumi. Lihat, Sayyid Qutb, Ibid, juz 1, hal 59.

32 Seperti dalam pembahasan masalah Fitrah, Qutb tidak mengartikan kata Fitrah secara estimologi bahkan terminologi. Tetapi Qutb menafsirkannya secara keseluruhan apa sebenarnya yang dimaksudkan dengan Fitrah khususnya pada ayat yang terdapat pada surat al-Rum:30. Lihat, Ibid., juz V hal.2767

33 Lihat, Muhammad Chirzin, op.cit. hal.135

Page 29: FITRAH MANUSIA MENURUT AL-QUR’ANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Sebagai makhluk biologis, manusia tidak bisa lepas dari tuntutan kebutuhan biologisnya.

23

pengungkapan serta penggambaran masalah. Tujuan pokok

penulisannya ialah menyederhanakan prinsip-prinsip ajaran al-Qur’an

demi pembangunan kembali umat Islam. Dengan demikian, tafsir ini

lebih banyak bersifat pengarahan dari pada pengajaran34. Ada juga

mengatakan bahwa Zilal bukanlah sebuah kitab tafsir dalam pengertian

yang ketat, tetapi lebih merupakan kumpulan besar khutbah-khutbah

keagamaan. 35Pemikiran Qutb yang tertuang dalam Zilal terasa begitu

radikal. Hal tersebut dikarenakan kondisi pollitik pada saat penulisan

dilakukan. Setiap kata dalam Zilal digoresnya ditengah deraan siksa,

penderitaan, keterasingan, serta kondisi fisik yang sangat lemah dan

semakin rapuh.

34 Ibid 35 Ibid

Page 30: FITRAH MANUSIA MENURUT AL-QUR’ANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Sebagai makhluk biologis, manusia tidak bisa lepas dari tuntutan kebutuhan biologisnya.

24

BAB III

DEFINISI DAN PEMAHAMAN ULAMA TENTANG FITRAH

A. Definisi Fihtrah Secara Umum

Di dalam al-Qur’an dan Sunah Rasul, Persoalan Fitrah

memperoleh perhatian sangat besar. Sebab kedua sumber tersebut

memiliki perspektif tersendiri tentang manusia ketika keduanya

mengatakan bahwa manusia mempunyai Fitrah.

Fitrah adalah kata yang cukup dikenal dan sering diucapkan.

Bahkan kata ini sering dipakai untuk nama perempuan, yaitu Fitri atau

Fitriyah. Begitu juga kata ini banyak diucapkan, terutama di akhir

bulan puasa. Pada waktu itu, sebelum menjalankan salat ‘Id kaum

muslim melaksanakan kewajiban membayar zakat Fitri, biasanya

dilakukan pada malam hari, menyongsong Hari Raya Idul Fitri. Zakat

Fitri adalah simbol yang menandakan seorang telah kembali kepada

Fitrah-nya. Itulah kajian secara ringkas tentang kata Fitrah ditinjau

dari sisi kegunaannya. Adapun definisi serta penjelasannya secara

terperinci akan dibahas lebih lanjut.

Fitrah dalam al-Qur’an disebut sebanyak 20 kali yang tergelar

di dalam 17 surat.36 Semua surat yang di dalamnya memuat kata Fitrah

(dengan segala perubahan bentuknya) diturunkan di Makkah, sehingga

surat ini sangat lazim disebut dengan surat makkiyah.37

36 Surat yang memuatnya adalah al-An’am:14, 79, al-Rum:30(dua kali), al-

Syira:5,11, Hud:51, Yasin, 22, al-Zukhruf:27, Thaha:72, Isra:51, al-Anbiya-56, Maryam: 90, al-Infithar:1, Ibrahim: 10, Fathir:1, yusuf:101, al-Zumar:46, al-Mulk:3, dan al-Muzzamil:18.

37 Ciri surat makkiyah adalah objeknya ditujukan kepada al-nas, bukan kepada orang-orang yang beriman. Konsep al-nas mencakup semua manusia, baik yang mukmin, musyrik, maupun kafir. Kata Fitrah yang dikaitkan dengan term al-nas secara langsung terdapat pada Q.S.al-rum: 30, terkait dengan objek orang mukmin atau muslim terdapat pada Q.S.al-anbiya:56, al-Zumar:46, al-An’am:14,

Page 31: FITRAH MANUSIA MENURUT AL-QUR’ANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Sebagai makhluk biologis, manusia tidak bisa lepas dari tuntutan kebutuhan biologisnya.

25

Selanjutnya, untuk lebih memudahkan menarik definisi Fitrah,

penulis akan berusaha menyajikan beberapa ayat dan beberapa hadis

yang berkaitan dengan Fitrah tersebut dengan berbagai bentuk dan

makna. Di dalam al-Qur’an, Allah SWT berfirman:

رت ٱفط علي هالن اسٱفطرل تيٱلل 1. “Tetaplah atas) Fitrah Allah yang telah menciptakan manusia

menurut Fitrah itu” (Q.S. ar-Rum:30)

رب م ب ك تٱبلر مو رضٱولس ل ذيٱل أ ن فطره

2. “Sebenarnya Tuhan kamu ialah Tuhan langit dan bumi yang

telah menciptakan”. (Q.S.al-Anbiya:56)

هيلل ذيفطرإن ي وج ت ه تٱوج مو رضٱولس ل أ حنيفا

3. “Sesungguhnya aku menghadapkan wajahku kepada Tuhan

yang menciptakan langit dan bumi” (Q.S. al-An’am:79)

Yusuf:101, Hud :5, Yasin:22, al-Zukhruf:27, dan Thaha:72, terkait dengan objek orang musyrik terdapat pada Q.S.al-Isra:51, bahkan dalam Q.S.al-An’am:79 menggunakan kalimat “Aku bukanlah termasuk orang-orang musyrik” tidak langsung menggunakan kalimat “Aku termasuk orang-orang Muslim”. Hal ini menunjukkan bahwa konsep mencakup penciptaan manusia, baik mukmin maupun kafir. Itu adalah ciri yang pertama, adapun ciri yang kedua bahwa isi pokok surat makkiyah adalah berisikan masalah-masalah keimanan dan penyembahan, bukan masalah iteraksi sosial (mu’ammalah). Kata Fitrah yang memuat masalah keimanan terdapat terdapat pada Q.S.al-Rum:30, al-Anbiya:56,, al-zumar:46, al-An’am:14, Yusuf:101, Hud:5, Yasin:22, al-Zukhruf:27, Thaha:72. Kata Fitrah yang digunakan untuk makna “penciptaan” selalu dikaitkan dengan potensi keimanan. Kesimpulan ini di dukung oleh kategori kata Fitrah yang tergolong surat makkiah. Dikutip dari Abdul Mujib, Fitrah dan Kepribadian Islam: Sebuah Pendekatan Psikologis, (Darul Falah, Jakarta, 1999), hal.11.

Page 32: FITRAH MANUSIA MENURUT AL-QUR’ANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Sebagai makhluk biologis, manusia tidak bisa lepas dari tuntutan kebutuhan biologisnya.

26

ء ٱإذا ما ٱلس ٢نفطرت 4. “Apabila langit terbelah”. (Q.S. al-Infithar:1)

ء ٱ ما بهلس نفطر م ه ۦ د ولاۥكانوع ع ٢٢مف 5. “Langit (pun) menjadi pecah-belah pada hari itu karena Allah.

Adalah janji-Nya itu pasti terlaksana”. (Q.S. al-Muzammil:18).

Ayat-ayat yang berkaitan dengan Fitrah, keseluruhannya

bersubjekkan Allah SWT, karena hanya Dia Zat al-Fathir (pencipta).

Adapun Objek Fitrah terbagi menjadi tiga kategori.38

1. Dikhususkan untuk manusia (al-nas), digambarkan dalam surat

ar-Rum, ayat:30.

2. Langit dan bumi (samawat wa al-ardh), seperti tertera dalam

surat al-An’am:79 dan al-Anbiya:56.

3. Langit belaka (samawat). Seperti surat al-Infithar:1, dan al-

Muzammil ayat:18.

Kata Fitrah berasal dari akar bahasa Arab fathara, mashdar-nya

adalah fahrum. Akar kata tersebut berarti, dia memegang dengan erat,

memecah, membelah, mengoyak-koyak atau meretakannya,

terbukanya sesuatu dan melahirkannya, dan menciptakan.39 Hanya

saja, yang menyebutkan dalam bentuk Fitrah, yakni yang mengikuti

pola fi’lah, hanya satu ayat saja, yaitu surat ar-Rum:30. Dalam bahasa

38 Abdul Mujib, op.cit., hal.11 39 Lihat Ibn. Mandzur, Lisan al-Arab, (Dar Shadir: Beirut, 1990), Hal.56. Kata

Fitrah yang mengandung arti penciptaan terdapat sebanyak 14 dari 20 ayat.

Page 33: FITRAH MANUSIA MENURUT AL-QUR’ANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Sebagai makhluk biologis, manusia tidak bisa lepas dari tuntutan kebutuhan biologisnya.

27

Arab, bentuk fi’lah menunjuk pada mashdar yang menunjukkan arti

“keadaan atau jenis perbuatan”. Jika kita mengucapkan kata “jalsah”,

maka lafal ini menunjuk pada arti “duduk satu kali”. Tetapi jika kita

katakan “jilsah”, maka artinya adalah keadaan duduk. Karena itu,

ucapan kita yang berbunyi, jalastu jilsata Zaidin, berarti: “Aku duduk

seperti duduknya Zaid”. Yakni, duduk seperti keadaan duduk yang

dilakukan Zaid. Berdasarkan itu, maka lafal Fitrah yang berkaitan

dengan keadaan manusia dan hubungan keadaan tersebut dengan

agama, yakni yang disebutkan dalam ayat.

رت ٱفط علي هالن اسٱفطرل تيٱلل

“Fitrah Allah yang menciptakan manusia menurut Fitrah itu”

(Q.S.ar-Rum[30]: 30)

Mengandung arti keadaan yang dengan itu manusia diciptakan.

Artinya, Allah telah menciptakan manusia dengan keadaan tertentu,

yang di dalamnya terdapat kekhususan-kekhususan yang ditempatkan

Allah dalam dirinya saat dia diciptakan, dan keadaan itulah yang

menjadi Fitrah-nya.

Tetapi Fitrah manusia tidak hanya terbatas pada Fitrah

keagamaan. Bukan saja karena redaksi ayat ini tidak adalam bentuk

pembatasan tetapi juga karena masih ada ayat-ayat lain yang

membicarakan tentang penciptaaan potensi manusia, walaupun tidak

menggunakan kata Fitrah, seperti misalnya dalam surat ali

‘Imran[3]:14:

Page 34: FITRAH MANUSIA MENURUT AL-QUR’ANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Sebagai makhluk biologis, manusia tidak bisa lepas dari tuntutan kebutuhan biologisnya.

28

ي ن ز ب ح تٱللن اس هو لش ءٱمن ل قنطيرٱول بنينٱولن سا

قنطرةٱ هبٱمنل م ةٱولذ سو مةٱل خي لٱول فض ن عمٱول م ل حر ث ٱول أ

لكمتع ةٱذ ٱل حيو يا ن ٱولد ۥعنده لل ن س ٢١ابل مٱح “Telah dihiaskan kepada manusia kecenderungan hati kepada

perempuan (atau lelaki), anak lelaki (dan perempuan), serta harta

yang banyak berupa emas, perak, kuda pilihan, binatang ternak,

dan sawah ladang”. (Surat Alli ‘Imran[3]: 14).

Makna Fitrah di dalam al-Qur’an dapat dikelompokkan menjadi

dua kategori, yaitu:

1. Al-Syaqq atau al-inkisar yang berartikan pecah atau belah,

yang ditunjukan pada objek langit belaka, seperti terdapat

pada surat al-Muzammil:18.40

2. Al-Khilqah (penciptaan) yang ditunjukan pada objek

manusia, seperti terdapat pada surat ar-Rum:30,41 dan pada

40 Begitu juga terdapat di Q.S.Maryam:90, al-Syura:5, al-Infithar:1, dan al-

Mulk:3. Makna Fitrah sebagaimana dalam kategori “pecah atau belah” apabila objenya langit saja. Pemaknaan ini didukung oleh teori Big Bang (ledakan besar) sebagaimana yang diteorikan oleh John Gribbin , semawat (al-kawn atau alam semesta) pada mulanya satu, lalu dengna dentuman yang besar ia menjadi serpihan banyak, sehingga berwujud planet-planet yang terdapat di kawasan Bima Sakti. Lihat Sirajuddin Zar, Konsep Penciptaan Alam dalam Pemikiran Islam, Sains, dan Al-Qur’an, (Raja Grafindo Persada: Jakarta, 1994) hal 144-145.

41 Begitu juga terdapat di Q.S. Hud:51, Yasin:22, a;-zukhruf:27, Thaha:72, dan al-Isra:51.

Page 35: FITRAH MANUSIA MENURUT AL-QUR’ANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Sebagai makhluk biologis, manusia tidak bisa lepas dari tuntutan kebutuhan biologisnya.

29

objek langit dan bumi, misalnya terdapat dalam surat al-

Anbiya:56.42

Fitrah yang berarti penciptaan merupakan makna yang lazim

dipakai dalam penciptaan manusia, baik penciptaan pisik (al-jism)

maupun psikis (al-nafs). Pemaknaan “penciptaan” pada kata Fitrah ini

biasanya disejajarkan dengan kata al-ja’l, al-khalq, al-shun’u, al-‘amr,

al-bad’, al-nasya’a.43 Semua term tersebut secara umum memiliki

makna yang sama, yaitu penciptaan. Walaupun masing-masing

memiliki spesifikasi makna tersendiri. Kendatipun semua term

tersebut memiliki makna yang sama, tetapi untuk mengeneralilsasi

proses penciptaan manusia lebih tepat digunakan kata Fitrah.

Disamping cakupannya luas, mencakup makna semua term di atas.

Fitrah juga menunjukkan kekhasan proses penciptaan manusia, baik

penciptaan pisik, psikis, maupun psikopisi.

Di dalam Lisan al-Arab terdapat riwayat dari Ibn Abbas, yang

menurut hemat penulis merupakan bukti bahwa al-Qur’an-lah yang

pertama kali menggunakan lafal Fatir. Ibn Abbas adalah putra paman

Nabi SAW. Dia adalah tokoh Quraisy dan seorang alim. Jadi, dia

bukan orang non-Arab sehingga bisa dikatakan tidak paham tentang

bahasa Arab. Ibn Abbas diriwayatkan berkata bahwa dia mengetahui

arti lafal Fatir yang tercantum dalam al-Qur’an ketika lafal tersebut

diucapkan oleh seorang Arab desa yang menggunakan lafal tersebut

sekaligus dengan menjelaskan artinya. Ibn Abbas mengatakan,

“Selama ini aku tidak tahu arti ‘Fathir al-samawat wa al-ardh’, sampai

42 Begitu juga terdapat di Q.S. al-An-‘am:14,79, al-Sura:11, Ibrahim:10,

Fathir:1, Yusuf:101, dan al-Zumar:46 43 Kata al-ja’l terulang dalam Al-Qur’an sebanyak 346 kali dalam 66 surat.

Kata al-khalaq terulang 261 kali dalam 75 surat. Kata al-shun’u terulang 20 kali dalam 14 surat. Kata al-‘amr terulang sebanyak 11 kali dalam 10 surat. Kata al-bad’ terulang sebanyak 11 kali dalam 11 surat.

Page 36: FITRAH MANUSIA MENURUT AL-QUR’ANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Sebagai makhluk biologis, manusia tidak bisa lepas dari tuntutan kebutuhan biologisnya.

30

suatu saat aku diminta memutuskan persengketaan dua orang Arab

yang memperebutkan sebuah sumur. Salah seorang di antara dua orang

Arab itu berkata, “ana fathartuha aiy ibtada tuha”. Artinya “Akulah

yang menggali sumur itu untuk pertama kalinya”.44 Sebagimana kita

ketahui, bahwa ketika seseorang menggali sumur, memancarlah

sedikit air, yang kemudian mengalir. Kemudian sumur itu digali lagi

untuk kesekian kali dengan lebih dalam. Laki-laki arab itu ingin

mengatakan bahwa dialah orang yang pertama menggali sumur itu, dan

karena itu dialah pemiliknya.

Begitu juga ketika kita mengungkap kata Fitrah dari hadis

dengan berbagai bentuk dan makna. Masing-masing hadits memiliki

topik dan latar belakang yang berbeda-beda. Penulis di sini hanya

menampilkan delapan hadis. Walaupun kuantitasnya relatif minim,

namun diperkirakan mampu mengcover keseluruhan kata-kata Fitrah

dalam hadits. Adapun hadits yang dimaksud adalah:

1. “Bersabda rasulullah SAW: “Sepuluh macam yang termasuk

dalam kategori Fithrah, yaitu: a. Mencukur kumis, b.

Membiarkan jenggot panjang dan lebat, c. bersikat

gigi/bersiwak, d. Menghiurp air untuk membersihkan hidung,

e.menggunting kuku, f. Membersihkan jari-jemari, g.

Mencabut bulu ketiak, h. Mencukur bulu kelamin, i.

Membersihkan kencing dengan air, dan j. Berkumur-kumur”.

(H.R. Muslim dan Abu Dawud dari Aisyah).45

44 Ibn Mandzur, Lisan al’Arab, (Dar Shodir: Beirut, 1990) hal.56 45 Imam Muslim, shahih Muslim bi Syarh Imam al-Nawawi, (Dar al-Fikr:

Beirut, 19810, juz XVI, hal.207

Page 37: FITRAH MANUSIA MENURUT AL-QUR’ANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Sebagai makhluk biologis, manusia tidak bisa lepas dari tuntutan kebutuhan biologisnya.

31

Konsep Fitrah di sini lebih dekat diartikan dengan kondisi

kesucian pisik manusia.46

2. “Bersabda Rasulullah: “Puasa itu pada hari engkau sama-

sama berpuasa. Fithr (tidak puasa) itu pada hari engkau sama-

sama tidak berpuasa. Dan menyembelih kurban itu pada hari

engkau sama-sana menyembelih”. (H.R. al-Turmudzi dari

Abu Hurairah).47

Konsep Fitrah disini lebih dekat diartikan dengan hari-hari

manusia yang bebas dari kewajiban melakukan puasa, yaitu hari-hari

selain dalam bulan Ramadhan.

3. Allah berfirman dalam hadits Qudsi:”Hamba-hamba-Ku yang

paling kucintai adalah hamba-hamba yang paling segera fithr

(berbuka puasa). (H.R. al-Turmudzi dari Abu Hurairah).48

Konsep Fitrah di sini lebih dekat di artikan dengan “berbuka

puasa”.

4. Bersabda Rasulullah SAW: “Zakat fitrah itu diwajibkan

sebanyak segantang kurma atau segantang gandum bagi

46 Fitrah disini diartikan dengan sunah Nabi Muhammad SAW dan adapula

yang mengartikan dengan sunah-sunah para nabi. Selain hadits di atas, ada juga yang berbunyi: “khams min al-fitrah (lima yang termasuk Fitrah), yaitu: berkhitan, mencukur bulu kemaluan, menggunting kumis, memotong kuku, dan mencabut bulu ketiak”. (Hadits Abu hurairah ini terdapat dalam kitab Sahih Muslim) Imam Nawawi berpendapat bahwa Fitrah itu tidak terbatas jumlahnya karena dalam hadits disebutkan kata depan “min” (diantara) sebalum kata Fitrah. Dikutip dari Ensiklopedi Islam, Dewan Redaksi Ensiklopedi Islam. Ensiklopedi Islam, (Ikhtiar Baru Van Hoeve: Jakarta, 1994).

47Imam al-Turmuzhi, al-Jami’ al-Shahih Saman al-Turmuzhi, (Dar al-Kutub Al-ilmiah:Beirut, 1987), juz III, hal.80

48 Ibid., hal.87

Page 38: FITRAH MANUSIA MENURUT AL-QUR’ANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Sebagai makhluk biologis, manusia tidak bisa lepas dari tuntutan kebutuhan biologisnya.

32

setiap orang Muslim merdeka maupun budak, laki-laki

maupun wanita. (H.R.al-Bukhari dari Ibn Umar).49

Konsep fitrah disini lebih dekat diartikan dengan jenis zakat

yang diwajibkan untuk setiap individu Muslim agar jiwanya menjadi

fithri (suci).

5. Bersabda Rasulullah SAW: “Salat Idul Adha itu sebanyak dua

rakaat. Shalat Idul Fithri itu sebanyak dua rakaat. Salat orang

yang bepergian itu sebanyak dua rakaat. Salat Jum’at itu

sebanyak dua raka’at”. (HR. Al-Nasa’i dari Umar Ibn al-

Khattab).50

Konsep fitrah disini lebih dekat diartikan dengan jenis salah sunnat

yang dilakukan setiap tanggal satu bulan Syawal.

6. “(Nabi Muhammad) mengeluarkan kambing-kambing betina

ketika hari raya fithri dan hari raya Adha, dan beliau mengikat

kemudian beliau salat.” (H.R.al-Nasa’i dari Ibn Umar)”51

Konsep fithrah disini lebih dekat diartikan dengan salah satu

nama hari yang dimuliakan oleh ummat Islam, yaitu hari raya Fitri.

“Ya, Allah yang menciptakan langit dan bumi, yang mengetahui

yang gaib dan yang nampak, Tuhan segala sesuatu dan sesuatu

itu menjadi milik-Nya. Aku bersaksi tiada Tuhan selain Allah,

aku minta perlindungan-Mu dari keburukan hawa nafsu dan

49 Imam al-Bukhari, Shahih al-Bukhari, (Thoha Putra: Semarang, tt), juz II,

hal.138 50 Imam al-Nasa’i, Sunan al-Nasa’iy, (Dar al-Fikr: Beirut, 1930), juz III,

hal.182 51 Ibid, Juz III, hal.183

Page 39: FITRAH MANUSIA MENURUT AL-QUR’ANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Sebagai makhluk biologis, manusia tidak bisa lepas dari tuntutan kebutuhan biologisnya.

33

setan serta kroni-kroninya”. (H.R. al-Darimiy dari Abu

Hurairah).52

Konsep Fitrah disini lebih dekat diartikan dengan “Penciptaan”.

Penulis sengaja tidak menggunakan pendekatan tematis

(maudhu’i) dalam memahami hadits tentang Fitrah di atas. Hal itu

disebabkan oleh karakteristik hadits sendiri yang sulit didekati dengan

pendekatan tematis. Sebagian hadits bersifat lafzhi, sedang sebagian

yang lain bersifat ma’nawi. Sebagiannya ada yang berkualitas shahih,

sementara yang lain berkualitas hasan atau dhaif (lemah). Terlebih lagi

setiap hadits dilatarbelakangi oleh asbab al-wurud yang berbeda-beda.

Karena itu, pendekatan yang dipergunakan sebatas pada pendekatan

analisis (tahlili). Akan tetapi penulis di sini akan mengangkat satu

buah hadits pokok yang mengandung kata Fitrah yang sangat erat

kaitannya dengan ayat yang difirmankan oleh Allah SWT.

قم ينحنفأ هكللد رتوج ٱيفافط لي هالاعلن اسٱفطرل تيٱلل

لخل ق ٱتب ديل لل لك ين ٱذ ل قي م ٱلد ثر ك أ لالن اسٱولكن

ون لم ٠٣يع “Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada

agama(Allah); (tetaplah atas) Fitrah Allah yang menciptakan

manusia atas Fitrah itu. Tidak ada perubahan pada Fitrah Allah.

52 Ibn. Muhammad ‘abd Allah al-Darimiy, Sunan al-Darimiy (Dar al-

Fikr:Beirut, tt), juz UUU, hal. 292

Page 40: FITRAH MANUSIA MENURUT AL-QUR’ANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Sebagai makhluk biologis, manusia tidak bisa lepas dari tuntutan kebutuhan biologisnya.

34

(Itulah) agama yang lurus; tetapi kebanyakan manusia tidak

mengetahui.” (Q.S. Al-Rum:30).

Adapun bunyi hadits tersebut sebagai berikut. Bersabda

Rasulullah SAW:

“Seseorang tidak dilahirkan kecuali dalam keadaan Fihtrah.

Maka kedua orang tuanya yang menjadikannya Yahudi,

Nashrani, dan Majusi, --dalam riwayat lain ‘musyrik’--. (H.R. al-

Bukhari).53

Konsep Fitrah disini lebih dekat diartikan dengan kondisi

psikis manusia yang berpotensi untuk ber-Islam, tetapi orang tua

(lingkungannya) yang mengalihkannya dari Fitrah tersebut.

Hal ini sangat erat kaitannya dengan penafsiran Al-Qur’an

surat Ar-Rum:30, di dalam penafsirannya bahwa Allah menciptakan

potensi ma’rifah al-iman (potensi untuk beriman) pada diri manusia,

atau dipahami oleh para ulama sebagai tauhid, berbarengan dengan

waktu penciptaannya.54

Setelah menyelusuri arti atau makna yang tersirat dari beberapa

kata Fitrah di atas lebih tepatnya penulis mengambil kesimpulan

tentang definisi Fitrah secara umum dari Muhammad bin Asyur dalam

tafsirnya tentang surat ar-Rum(30): 30, yang menyatakan

bahwa,”Fitrah adalah bentuk dan sistem yang diwujudkan Allah pada

setiap makhluk. Fitrah yang berkaitan dengan manusia adalah apa

53 Imam al-Bukhari, op.cit.,juz II, hal.138 54 Quraish Shihab et.al, Ensiklopedi al-Qur’an, (Intermasa:Jakarta:1997),

hal 101

Page 41: FITRAH MANUSIA MENURUT AL-QUR’ANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Sebagai makhluk biologis, manusia tidak bisa lepas dari tuntutan kebutuhan biologisnya.

35

yang diciptakan Allah pada manusia yang berkaitan dengan jasmani

dan akalnya (serta ruhnya)”.

Seumpama manusia berjalan dengan kakinya, itu adalah Fitrah

jasadiahnya. Sementara menarik kesimpulan melalui premis-premis

adalah Fitrah akliahnya. Senang menerima nikmat dan sedih bila

ditimpa musibah juga adalah Fitrah-nya.55

Makna Fitrah surat ar-rum ayat:30 lah yang dimaksudkan

penulis untuk disajikan, guna memahami makna Fitrah yang lebih luas

lagi, ditinjau dari sudut pandangnya ulama-ulama muslim baik itu yang

klasik, neo-klasik maupun pandangan-pandangan ulama modern yang

dalam pembahasan skripsi ini akan diwakili oleh Sayyid Qutb di dalam

tafsirnya Fi Zilal al-Qur’an.

B. Pemahaman Ulama Tentang Fitrah

Istilah Fitrah yang merujuk kepada suatu konsep, tidak bisa

ditetapkan dan dibatasi secara jelas dan singkat; tidak ada satu pun

makna yang pas untuk kata ini dalam bahasa Inggris. Setiap upaya

untuk menguraikannya secara pasti akan melibatkan penafsiran

subjektif tertentu meskipun analisis semacam ini bersumber dari

keilmuan Islam klasik yang autentik dan didasarkan kepada al-Qur’an

dan Hadits. Hasilnya adalah suatu pengujian perspektif yang berbeda

dari konsep ini. Untuk melakukan hal itu, adalah penting untuk

memaparkan pandangan-pandangan beberapa ulama dan

menggambarkan perbedaan penafirannya mengenai Fitrah tersebut.

Dalam hal ini, Yasien Muhamed dalam bukunya “Insan Yang Suci”

menyebutkan klasifikasi pandangan tentang fitrah menjadi tiga: a).

55 Quraish Shihab, M.A., Waasan Al-Qur’an, Tafsir Maudhu’i atas Pelbagai

Persoalan Umat. (Mizan:Bandung, 1998), hal 285.

Page 42: FITRAH MANUSIA MENURUT AL-QUR’ANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Sebagai makhluk biologis, manusia tidak bisa lepas dari tuntutan kebutuhan biologisnya.

36

Pandangan kalsik, b). Pandangan neoklasik, dan c). Pandangan

modern.

1. Pandangan Klasik Tentang Fitrah

Fitrah menurut Jahm bin Safwan56 didasari oleh doktrin takdir.

Maksudnya, hal-hal yang terjadi di dunia, secara umum tidak ada

bedanya dengan perbuatan manusia; semuanya secara

berkesinambungan dan langsung diciptakan oleh Allah SWT. Para

ulama ini dikenal sebagai penganut Jabariyyah, yang merupakan

mazhabnya Ibn Mubarak (meninggal 181 H). 57Kelompok ini sangat

problematik sebab mereka menjadikan pernyataan-pernyataan al-

Qur’an tentang kehendak bebas dan tanggung jawab tidak bermakna.

Mereka menganggap determinisme sebab dan akibat juga bisa

diterapkan kepada perbuatan-perbuatan manusia. Dengan demikian,

baik tindakan yang benar maupun yang salah merupakan bagian dari

ciptaan-Nya. 58Oleh karena itu, seorang pendosa akan masuk surga jika

hal itu menjadi nasibnya yang telah ditentukan sebelumnya. Sebab,

meskipun kesalahannya besar dan banyak melalui ketetapan Allah, dia

akan melakukan perbuatan baik yang cukup untuk menjaminnya

memperoleh satu tempat di surga.

Implikasi dari pandangan semacam ini sangat menentukan

setiap individu melalui ketetapan Tuhan bahwa seorang anak terlahir

dalam keadaan baik atau jahat. Dengan demikian, tanpa memandang

faktor-faktor eksternal dari petunjuk dan kesalahan petunjuk, seorang

56 Beliau berasal dari khurasan beliaulah yang mendirikan golongan al-

Jahmiah dalam aliran Jabariyah. Disamping itu beliau turut melakukan gerakan melawan kekuasan Bani Umayah. Dalam perlawanan itu Jahm bin Safwan sendiri dapat ditangkap dan kemudian dihukum bunuh pada tahun 131 H.

57 Yasien Mohamed, op.cit., hal.41 58 Ibid, hal.42

Page 43: FITRAH MANUSIA MENURUT AL-QUR’ANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Sebagai makhluk biologis, manusia tidak bisa lepas dari tuntutan kebutuhan biologisnya.

37

individu terikat oleh kehendak Allah untuk menjalani “cetak-biru”

kehidupannya yang telah ditetapkan baginya sebelum keberadaannya.

Pandangan netral tentang sifat dasar manusia muncul sebagai

jawaban dari pandangan fatalisme kelompok Jabariyyah tentang nasib

manusia, ulama yang paling represensatif yang menganut pandangan

netral ini adlaah Ibn ‘Abd al-Barr (meninggal 362 H) yang

memberikan jaawaban terhadap Ibn Mubarak. 59Beliau penganut

paham kebebasan yang beranggapan bahwa Fitrah bukanlah suatu

keadaan iman secara asal, maupun keadaan kufur secara asal. Anak

terlahir dalam suatu keadaan suci, suatu keadaan kosong sebagaimana

adanya, tanpa pengetahuan atau kesadaran tentang iman atau kufur.

Iman atau kufur hanya mewujud ketika anak tersebut mencapai

kedewasaan (taklif). Pendapat ini didukung oleh Firman Allah SWT

dalam surat an-Nahl[16]:78.

“Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan

tidak mengetahui sesuatu pun”.

Keadaan tidak mengetahui sesuatu pun pada saat kelahiran ini

suatu kondisi “kosong” yang suci, suatu keadaan sempurna atau utuh,

tetapi kosong dari suatu esensi yang baik atau jahat. Dia akan

memperoleh pengetahuan tentang yang benar dan yang salah hanya

dari lingkungna eksternal, dan dia membuat pilihan-pilihan sadar atas

dorongan yang akan dia terima serta dorongan yang akan dia tolak

dalam rangka meraih keridhaan Allah. Dalam al-Qur’an surat Al-

Mudatstsir[74]: 38 disebutkan:

59 Ibid, hal.43

Page 44: FITRAH MANUSIA MENURUT AL-QUR’ANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Sebagai makhluk biologis, manusia tidak bisa lepas dari tuntutan kebutuhan biologisnya.

38

رهينة سبماكسبت نف ل ٠٢ك “Tiap-tiap diri bertanggung jawab atas apa yagn telah

diperbuatnya”. (Surat Al-Mudatstsir[74]:38).

Kemudian ditegaskan lagi didalam surat Al-Isra’[17]:15:

نب عثر بينحت ي عذ ن ام ولاوماك ٢١س “Kami tidak akan mengazab sebelum kami mengutus seorang

rasul”.

Dengan mempertimbangkan bahwa tidak terdapat kekuatan-

kekuatan bawaan di dalam diri manusia untuk membimbingnya, maka

petunjuk eksternal menjadi menentukan secara mutlak dalam

hubungannya dengan perspektif netral.

Implikasi dari pandangan ini secara esesndial menjadikan

manusia tidak terkait dengan din, dan setiap asosiasi secara murni

benar-benar merupakan persepsi objektif dan rangsangan lingkungan.

Kesadaran tidak ada pada saat kelahiran dan hanya diperoleh individu

pada masa berikutnya dalam kehidupannya. Manusia netral terbimbing

hanya karena dia memilih suatu kecenderungan untuk terbimbing.

Petunjuk yang dia terima berasal dari luar dirinya. Tidak ada suatu pun

dalam dirinya yang bisa mendorongnya untuk melakukan kebaikan.

Ukuran kebebasan dalam pandangan ini adalah untuk membebaskan

manusia dari belenggu-belenggu fatalisme. Tetapi implikasinya

menghilangkan ikatan antara manusia dengan Tuhannya.

Page 45: FITRAH MANUSIA MENURUT AL-QUR’ANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Sebagai makhluk biologis, manusia tidak bisa lepas dari tuntutan kebutuhan biologisnya.

39

Implikasi yang lebih jauh dari pandangan ini adalah bahwa

mereka yang tidak menerima petunjuk tidak memiliki jalan untuk

mengenal Allah. Apakah mereka akan dikutuk karena terlahir bodoh

atau apakah mereka akan dimaafkan karena telah hidup dalam

kebodohan? Penekanan yang tidak semestinya terhadap kebebasan

bersama-sama dengan pandangan tentang kebodohan ontologis (yaitu

suatu keadaan bodoh secara asal) menjadikan pandangan ini

menimbulkan kesulitan-kesulitan ekstrem.

Ibn Taymiyyah memberikan tanggapan bahwa Fitrah bukan

semata-mata suatu potensi pasif, tetapi lebih merupakan

kecenderungan aktif yang mampu membangkitkan dirinya sendiri

yang ada di dalam individu terebut untuk beriman kepada Allah dan

bertindak sesuai dengan kehendak-Nya. Beliau percaya bahwa selain

rangsangan lingkungan, yang mencakup sumber petunjuk dan

kesehatan eksternal, juga terdapat suatu kecenderungan ke arah yang

tunggal dalam diri manusia yang selalu mendorongnya untuk berbuat

kebaikan.

Menurut-nya Fitrah itu adalah suatu keadaan kebajikan

bawaan, dan lingkungan sosial itulah yang menyebabkan seorang

individu menyimpang dari keadaan ini. Terdapat suatu kesesuaian

alamiah antara sifat dasar manusia dan Islam. Manusia disesuaikan

untuk Din al-Islam dan dia merespon secara spontan kepada ajaran-

ajarannya. Din al-Islam menyediakan kondisi ideal untuk

mempertahankan dan mengembangkan sifat-sifat bawaan manusia.60

Sifat dasar manusia memiliki lebih sekedar pengetahuan tentang Allah

yang ada secara inheren di dalamnya, tetapi juga suatu cinta kepada-

60 Dikutip oleh Yasien Mohamed dari kitab dar’u Ta’arudh Al-‘Aql wa Al-

Nql, karya Ibn Taymiyyah

Page 46: FITRAH MANUSIA MENURUT AL-QUR’ANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Sebagai makhluk biologis, manusia tidak bisa lepas dari tuntutan kebutuhan biologisnya.

40

Nya dan keinginan untuk melaksanakan agama secara tulus sebagai

seorang hanif sejati.

Pandangan ini mengacu kepada unsur kehendak individu, suatu

dorongan proaktif yang secara sadar berusaha untuk mewujudkan

keimanan dan praktik Islam. Lingkungan sosial mungkin juga

membimbing individu kepada iman dan akhlak yang baik sehingga

menjadi motivasi untuk melakukan yang baik dalam dirinya bisa

terwujud, dibantu oleh sumber-sumber petunjuk eksternal.

Pandangan ini disebut dengan pandangan positif dari

pandangan-pandangan klasik sebelumnya, karena memandang

manusia sebagai esensial baik, dan kejahatan secara ekslusif suatu

agen eksternal kesesatan. Begitu juga Ar-Ragib al-Isfaani melihat

bahwa jiba manusia (al-nafs al-insaniyah) adalah tempat bagi Fitrah

dan merupakan khazanah hikmah dan ilmu pengetahuan. Sejak lahir,

bagi manusia sudah dipersiapkan Fitrah sebagai potensi tauhid di

dalam hati. Karena Fitrah Allah adalah tauhid (keesaan) dan manusia

lahir dari Fitrah ini, maka manusia terlahir dengan pengetahuan dan

keimanan bawaan.61 Hal ini terungkap dalam al-Qur’an:

ئككتبفيق ل وبهم ول ٢٢ل إيمنٱأ

“Mereka itulah orang-orang yang telah Allah tanamkan

keimanan dalam hati mereka”. (al-Mujadilah[58]:22).

Sabda Rasulullah SAW yang diriwayatkan oleh Imam al-

Bukhari:

61 Dikutip oleh Yasien Mohamed dari kitab Al-Dzari’ah ila Makarim Al-Syari

‘ah karya al-Isfahani. Lihat Ibid, hal.53-55

Page 47: FITRAH MANUSIA MENURUT AL-QUR’ANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Sebagai makhluk biologis, manusia tidak bisa lepas dari tuntutan kebutuhan biologisnya.

41

“Setiap bayi dilahirkan dalam keadaan Fitrah. Kedua orang

tuanyalah yang menjadikannya Yahudi, Nasharani, atau

Majusi”.

Untuk mendeteksi keberadaan Fitrah itu, Allah menagadakan

dialog pra-eksistensial dengan manusia sebagaimana digambarkan

dalam al-Qur’an:

ذ وإ م ي ته ذ ر ورهم ه ظ من ءادم بني من رب ك خذأ

نأ نا شهد بلي قال وا م برب ك ت لس

أ سهم نف

أ علي م هده ش

وأ

ول وايو م فلينل قيمةٱتق هذاغ ن اعن ٢٧٢إن اك “Dan (ingatlah) ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan anak-

anak Adam dari sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian

terhadap mereka (seraya berfirman): “Bukankah Aku Tuhanmu?

“mereka menjawab: “Benar, (Engkau Tunhan kami), kami

menjadi saksi,” (Kami lakukan yang demikian itu) agar di Hari

Kiamat nanti kamu tidak menyatakan: Sesungguhnya kami (bani

Adam) adalah orang-orang yang lengah terhadap ini (keesaan

Tuhan)”. (al-A’Raf [7]:172)62

62 Manusia setelah itu mendapat dua golongan. Pertama, mereka yang

lupa akan kesaksian tersebut, tetapi mengingatkannya setelah itu, dan menyadari kebenarannya. Kedua, mereka yang lalai dan tidak mengacuhkan kesaksian yang mereka emban. “Dan apabila mereka diperingatkan mereka tidak mengingatnya” (Q.S. Ash-Shaffat[37]:13). “Mereka dalam keadaan kebodohan meraba-raba dalam kegelapan Allah menyatakan. “Dan ingatlah karunia Allah kepadamu dan perjanjian-Nya yang telah diikat-Nya dengan kamu (Q.S.Al-Maidah[5]:7). “Dan Sesungguhnya telah Kami mudahkan al-Qur’an untuk peringatan, maka adakah orang yang mau mengingatnya?” (Q.S.Al-Qamar[54]:17). Al-Qur’an telah dibuat

Page 48: FITRAH MANUSIA MENURUT AL-QUR’ANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Sebagai makhluk biologis, manusia tidak bisa lepas dari tuntutan kebutuhan biologisnya.

42

Makanya, tidak mungkin bagi manusia untuk menghapus

memori tauhid dari jiwanya, karena itu telah menyatu dengan sifat

dasar manusia yang terdalam.

2. Pandangan Neo-klasik tentang Fitrah

Penafsiran ulama neo-klasik mungkin sama penafsirannya

tentang Fitrah dengan para ulam aklasik yang berpikiran positif seperti

Ibn Taimiyyah dan al-Isfahani misalnya, akan tetapi mereka berbeda

dalam persoalan tentang kekekalan Fitrah.

Para ulama neo-klasik berpendapat bahwa kebaikan menyatu

pada manusia sementara kejahatan bersifat aksidental. Manusia secara

alamiah cenderung kepada kebaikan dan kesucian. Akan tetapi

lingkungan-lingkungan sosial, khususnya orangtua bisa memiliki

pengaruh merusak terhadap diri (nafs), akan dan Fitrah anak. Dari situ

bisa disimpulkan, bahwa Fitrah adalah sifat bawaan akan tetapi bisa

rusak. Tanpa pengaruh-pengaruh negatif anak akan tumbuh dengan

tetap membenarkan Fitrah-nya dan mengakui keesaan Allah.63

Syed Muhammad Naquib al-Attas juga dengan sandaran ayat

al-Qur’an surat al-A’raf (7): 172, mengatakan bahwa Fitrah adalah

sifat dasar manusia. Ketundukan sadar dan kehendak bebas menandai

harmonisasi. Sementara penolakan dan pembangkangan untuk tunduk

mengakibatkan ketimpangan dan kekacauan. Ketundukan itu sendiri

adalah suatu yang wajar dan alami, sama dengan makna al-Qur’an

mudah bagi pemahaman manusia dan membantu seseorang mengingat perjanjian pra –eksistensialnya.

63 Tanthawi jauhari, Tafsir al-Jawahir, (Mesir; Musthafa Al-Bab Al-Halafi, 1350 H), vo;.15, hal.75

Page 49: FITRAH MANUSIA MENURUT AL-QUR’ANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Sebagai makhluk biologis, manusia tidak bisa lepas dari tuntutan kebutuhan biologisnya.

43

surat (30):32. Analogi ketundukan adalah utang kepada Allah yang

cara membayarnya dengan mengabdi kepada-Nya.64

3. Pandangan Modern

Penafsiran ini dikembangkan oleh sebagian besar orang-orang

Muslim modern yang secara aktif terlibat dalam kecenderungan

revolusioner di antara gerakan-gerakan Islam kontemporer. Konsep

dinamika kehidupan, sebagai suatu perjuangan menentang

ketidakadilan dan penindasan, menyediakan suatu landasan kerja bagi

pandangan tentang sifat dasar manusia ini.

Pandangan modern ini secara ketat bukanlah merupakan suatu

konsep intelektual akademis dengan rumusan-rumusan teoritis, namun

lebih sebagai konsep praktis sebagai akibat dari realitas sosio-politis

kontemporer pada negara-negara Bangsa Muslim. Ia adalah sebuah

konsep pembebasan.

Yang akan diangkat dalam skripsi ini, guna mewakili

pandangan modern adalah konsep Fitrah kepunyaan Sayyid Qutb,

seorang penyeru kebangkitan Islam paling berpengaruh di abad dua

pulu ini. Untuk lebih jelasnya penulis akan mengembangkan konsep

fitrah-nya di bab khusus berikut ini.

64 Dikutip oleh Yasin Mohamed dari Muhammad Naquib al-Attas, Islam

The Secularism and The Philosophy of Future. Lihat. Ibid. Hal.58

Page 50: FITRAH MANUSIA MENURUT AL-QUR’ANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Sebagai makhluk biologis, manusia tidak bisa lepas dari tuntutan kebutuhan biologisnya.

44

BAB IV

PEMAHAMAN SAYYID QUTB TENTANG FITRAH

A. Manusia Sebagai Makhluk Merdeka

Manusia memiliki suatu kemampuan sadar yang

memungkinkannya untuk membedakan mana yang baik dan yang

jahat, tegas Qutb.65 Karena telah dikaruniai akal dan kehendak serta

diserukan untuk memenuhi perannya sebagai khalifah di muka bumi

ini. Kemampuan ini juga menentukan tindakan-tindakannya dan

menyebabkannya bertanggung jawab bagi tindakan-tindakan tersebut.

Seorang yang mempergunakan kemampuannya untuk mengikuti

kecenderungan bawaannya kepada yagn baik, untuk mensucikan

dirinya dan mengendalikan dorongan jahat yang ada dalam dirinya

akan beruntung, sementara orang yang mempergunakannya untuk

mengikuti nafsu jahatnya akan merugi.

Manusia adalah makhluk merdeka, mampu membuat pilihan

dan berinisiatif. Akibatnya adalahh bahwa dia juga makhluk yang

bertanggung jawab. Islam mengajarkan bahwa manusia bertanggung

jawab kepada Allah SWT atas setiap tindakannya. Kebebasan manusia

bukan miliknya sendiri yang bisa dia gunakan semaunya. Meskipun

dia bebas utnuk menolak Allah, Sang pencipta dan pemberi kebebasan

tetapi semua perbuatannya diperhitungkan oleh Allah. Kebebasan

manusia mengandung makna tanggung jawab. Petunjuk yang jelas

tentang tanggung jawab terdapat pada ayat berikut:

65 Sayyid Qutb, Di Zilal al-Qur’an, Darul-Syuruq: Beirut, 1992. Vol:

2,hal.1139

Page 51: FITRAH MANUSIA MENURUT AL-QUR’ANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Sebagai makhluk biologis, manusia tidak bisa lepas dari tuntutan kebutuhan biologisnya.

45

إن ا نا مانةٱعرض ل أ تٱعلي مو رضٱولس

نل جبالٱول أ

أ بي ن

فأ

نمن هاوحملها فق ش مل نهاوأ ٱيح ولاۥإن ه ل إنسن ٧٢كانظل وماجه

“Sesungguhnya kami telah mengemukakan amanah kepada

langit, bumi, dan gunung-gunung, maka semuanya enggan untuk

memikul amanah itu dan mereka khawatir, dan dipikullah

amanah itu oleh manusia”. (Q.S. Al-Ahzab [33]:72)66

Sayyid Qutb berpendapat bahwa amanah merujuk kepada

kehendak bebas manusia67, dan memandang tanggung jawab dan

kekhilafan manusia sebagai hal yang esensial bagi amanah. Karena

unsur-unsur akal dan kehendak yang dikaruniakan secara ilahiah itulah

maka manusia dibuat untuk bertanggung jawab terhadap tindakan-

tindakannya. Firman Allah SWT:

ةخي رايره فمن مث قالذر مل ة٧ۥيع مث قالذر مل ومنيع

ايره ٢ۥشر “Barang siapa yang mengerjakan kebaikan seberat dzarah pun,

niscaya dia akan melihat (balasan)-nya. Dan barang siapa yang

mengerjakan kejahatan seberat dzarah pun, niscaya dia akan

melihat (balasan)-nya”. (Q.S. Al-Zalzalah [99]: 7-8)

66 Yasien Mohamed, Insan Yang Suci: Konsep Fitrah dalam Islam, Bandung:

Mizan, 1997,hal 123-124. 67 Sayyid Qutb, op.cit, Vol.5, hal.2284-2285

Page 52: FITRAH MANUSIA MENURUT AL-QUR’ANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Sebagai makhluk biologis, manusia tidak bisa lepas dari tuntutan kebutuhan biologisnya.

46

Apabila ditinjau dari sudut amanah Allah, manusia ditugaskan

untuk memakmurkan bumi-Nya (al-Hud:61) dalam rangka

pemeliharaan alam semesta, dan karena itu, pembaruan menjadi

sebuah keniscayaan. Disamping itu, manusia diamanatkan pula untuk

memahami agama (at-Taubah:122), dimana reaktualisasi adalah

kemestian yang harus dilakukan untuk membumikan pemahaman

agama itu di tengah-tengah komunitas muslim.68

Pentingnya akal adalah untuk membangun pengetahuan

keagamaan dan menegakkan keadilan. Naql tanpa akan menjadi

semata pandangan, karena akal adalah basis naql.69

Kalau ulama terdahulu berjuang membela kesucian dan

orisinalitas naql dari serangan agama-agama lain yang mendasarkan

argumennya di atas akal dan indera, maka tugas kita sekarang adalah

membela akal, sebab ia sudah sangat lemah, sedang posisi naql sudah

sangat kuat.70

Realitas kita dewasa ini sangat menuntut untuk dihilangkan

kebiasan hidup dalam kesia-siaan, spontanitas, ketidakmatangan

dalam perencanaan serta ketidak teraturan. Pada saat yang sama,

sangat membutuhkan tampilnya akal dan penggunaan metodologinya

dalam menganalisis berbagai fenomena yang berkembang dengan

analisa yang objektif.

Kita berdecak kagum dengna ilmu pengetahan dan teknologi,

seolah-olah keduanya merupakan kunci ajaib yang dapat membukakan

kita memasuki dunia lain dimana mimpi-mimpi menjadi kenyataan.

68 Chumaidi Syarif Romas, Wacana Teologi Islam Kontemporer, PT. Tiara

Wacana: Yogya, cet. I, hal.29 69 Kazuo Shimogaki, Kiri Islam antara Modernisme dan Posmedernisme,

telaah kritis Pemikiran Hasan hanafi, yogyakarta, LkiS, cet. III, 1997, h.70 70 Hasan Hanafi, al-harokah al-Diniyah al-Mu’ashirah, dalam al-Din wa al-

Tsaurah fi Mishr 1952-1971, Vol 5, Kairo. Maktabah Madbuli, t.th.318

Page 53: FITRAH MANUSIA MENURUT AL-QUR’ANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Sebagai makhluk biologis, manusia tidak bisa lepas dari tuntutan kebutuhan biologisnya.

47

Namun kita lupa bahwa ilmu adalah langkah berikut setelah akal, dan

akal berdiri diatas kebebasan dari segala macam selainnya.71

Menurut Muhammad Abduh, akal adalah suatu daya yang

hanya dimiliki manusia, dan oleh karena itu dialah yang membedakan

manusia dengan makhluk lain. Akal adalah tonggak kehidupan

manusia dan dasar kelanjutan wujudnya. Peningkatan daya akal

merupakan salah satu dasar pembinaan budi pekerti mulia yang

menjadi dasar dan sumber kehidupan dan kebahagiaan bangsa-

bangsa.72

Bahkan Abduh menegaskan lagi, bahwa ajaran Islam

sebenarnya menghancurkan penguasaan taklid atas jiwa manusia dan

mencabut akarnya yang tertanam dalam pikirannya, melepaskan akal

dari segala apa yang mengikatnya, membebaskannya dari taqlid yang

membuatnya menjadi hamba dan mengendalikannya menjadi raja di

daerah kekuasaannya.73 Dan beliau percaya betul pendapat bahwa

alam ini diatur hukum alam tidak berubah-ubah yang diciptakan

Tuhan. Hukum dan ciptaan Tuhan ini ia sebut sunnah Allah. Sunnah

Allah, dalam pendapatnya mencakup semua makhluk. Segala yang ada

di alam ini diciptakan sesuai dengan hukum alam atau sifat dasarnya.

Manusia tidak terkecuali dari ketentuan universal ini. Manusia

diciptakan sesuai dengan sifat-sifat dasar yang khusus baginya dan dua

di antaranya, menurut Muhammad Abduh, adalah berfikir dan memilih

perbuatan sesuai dengan pemikirannya.74

71 Ibid 72 Harun Nasution, Muhammad Abduh dan Teologi Rasional Mu’tazilah,

penerbit Universitas Indonesia (UI-Pers); Jakarta, 1987, cet I, hal.44 73 Ibid, hal.47 74 Ibid, hal.65

Page 54: FITRAH MANUSIA MENURUT AL-QUR’ANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Sebagai makhluk biologis, manusia tidak bisa lepas dari tuntutan kebutuhan biologisnya.

48

Kemampuan sadar pada diri manusia, dimaksudkan untuk

memahami sumber-sumber petunjuk dan kesalahan bimbingan

eksternal yang melengkapi kecenderungan-kecenderungan yang baik

dan jahat tersebut. kebaikan yang ada dalam diri manusia dilengkapi

dengan pengaruh-pengaruh eksternal seperti kenabian dan wahyu

Tuhan, sementara kejahatan dalam diri manusia dilengkapi oleh semua

bentuk godaan dan kesesatan.75

Meskipun demikian, fungsi kecenderungan-kecenderungan

bawaan adalah menentukan pengaruh-pengaruh ekssternal hanya

membantu melengkapi kecenderungan-kecenderungan bawaan,

sementara kemampuan sadar tersebut memungkinkannya untuk

memilih jalan tertentu. sifat dasar manusia begitu lengkap karena dia

bukan saja dikaruniai suatu sifat dasar ganda dan telah diperlihatkan

“dua jalan” sebagaimana yang telah dinyatakan oleh Sayyid Qutb

dalam komentarnya terhadap ayat yang dikutip diatas. Akan tetapi,

selaras dengan hal ini, dia telah diberi kebebasan untuk memilih di

antara dua jalan tersebut. Allah SWT berfirman di dalam surat Al-

Insan [76]:3;

إن ا بيلٱهدي نه ورالس اكف اشاكراوإم ٠إم “Sesungguhnya kami telah menunjukinya jalan yang lurus, ada

yang bersyukur dan ada pula yang kufur.”76

Bagi Qutb, ada persamaan mendasar antara kondisi masyarakat

di zaman Rasulullah SAW, dengan kondisi masyarakat di masa

Qutb—khususnya masyarakat mesir dan umumnya masyarakat dunia.

75 Yasien Mohamed, op.cit., hal.63 76 Sayyid Qutb, op.cit, Vol.6. hal.3918

Page 55: FITRAH MANUSIA MENURUT AL-QUR’ANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Sebagai makhluk biologis, manusia tidak bisa lepas dari tuntutan kebutuhan biologisnya.

49

Persamaan tersebut terlihat pada kondisi keterasingan dan

kejahiliyahan yang menjangkiti masyarakat Mesir khususnya, dan

masyarakat dunia umumnya, bahkan dari beberapa segi disinyalir Qutb

lebih parah. “Awan kelam yang menutupi Fitrah manusia sekarang

lebih pekat dan tebal dari pada sebelumnya. Ketidakpedulian pada

Tuhan (dimensi spiritual) pada masa lalu lebih didasari kebodohan,

kesederhanaan, dan keprimitifan. Keangkuhan pada masa kini

didasarkan pada kepintaran, kompleksitas, dan ksembronoan”, kata

Qutb77. Tentu ini lebih buruk dan lebih sulit memalingkan orang yang

sudah tahu kebenarannya namun mengabaikannya dari pada mengajak

mereka yang belum tahu apa-apa, berarti mereka belum punya pilihan.

Situasi seperti ini adalah fenomena umum yang dialami seluruh

manusia, entah di Timur maupun di Barat, bahkan di negara-negara

yang menyebut dirinya Muslim.

Disadari atau tidak, masyarakat muslim, apalagi non-muslim

telah menjadikan diri mereka budak bagi manusia lain melalui

penetapan hukum oleh sebagian mereka atas sebagian yang lain

melalui penetapan hukum oleh sebagian mereka atas sebagian yang

lain menurut cara-cara yang tidak diridhai Allah SWT. Apa dan

bagaimanaun modelnya. Sedangkan disisi lain Islam ialah

penghambaan dan penyembahan manusia hanya kepada Allah semata-

mata. Makanya, Islam memerangi sistem/ manhaj diluar Islam dengan

alasan diatas.78

Secara individual dan komunal, keadaan penghambaan

terhadap manusia lain itu membuat mereka terkungkung dan tidak

bebas. Pada tataran lain inilah Qutb disebut radikal. Jadi radikalisme

77 Sayyid Qutb, Inilah Islam, Malaysia,: Polygraphic Press, 1982, hal.112 78 Sayyid Qutb, op.cit. Vl.2. hal.891

Page 56: FITRAH MANUSIA MENURUT AL-QUR’ANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Sebagai makhluk biologis, manusia tidak bisa lepas dari tuntutan kebutuhan biologisnya.

50

Qutb bukan karena ia berada di posisi oposan terhadap semua

pemerintahan muslim yang ada, tetapi karena ia berbicara mengenai

pembebasan umat manusia dari semua yang dapat menghalangi

realisasi potensi yang telah diciptakan oleh Tuhan bagi mereka.79

Ada dua, bagi Qutb, macam manusia yang terbengkalai potensi

kemanusiaannya. Pertama, mereka mengabaikan potensi rohaniahnya,

dan yang kedua, mereka yang membiarkan dirinya berada dalam

penguasaan manusia lain. Mengenai hal pertama, Qutb

mengedepankan beberapa ayat al-Qur’an untuk menerangkan

konsepnya: al-Hijr [15]: 28-2980, al-Syam[91]:7-1081, dan al-Balad

[90]:1082. Dalam ayat-ayat itu, Qutb ingin menandaskan bahwa

penciptaan manusia dibekali dengan suatu sifat dasar dan potensi

ganda. Karena pembentuk esensial dari struktur manusia adlah ruh dan

tanah, maka kebaikan dan kejahatan adalah dua kecenderungan yang

setara pada dirinya. Oerang yang mempergunakan kemampuannya

untuk mengikuti kecenderungan bawaannya kepada yang baik utntuk

mensucikan dirinya dan mengendalikan dorongan jahat yang ada

dalam dirinya, akan beruntung, dan sebaliknya mereka yang

memperturutkan nafsu jahatnya akan merugi. Kebebasan sejati adalah

kebebasan dari dominasi sisi hawa nafsu yang akan menggiring

manusia kelembah kebinasaan.83

Fitrah termasuk ke dalam alam yang tidak nampak.

Pertumbuhan fitrah lebih memiliki daya kebebasan dari dimensi

hukum, dan prinsip hukum evolusi benda lain. Suatu ketika Fitrah

79 Robert D.Lee, Mencari Islam Authentik, Bandung: Mizan, 2000, h.100 80 Sayyid Qutb, op.cit.Vol.4. hal.2140 81 Ibid, Hal.3915-3921 82 Ibid, hal.3908-3914 83 Yasien Muhamed, op.cit., hal.61-64

Page 57: FITRAH MANUSIA MENURUT AL-QUR’ANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Sebagai makhluk biologis, manusia tidak bisa lepas dari tuntutan kebutuhan biologisnya.

51

mampu mengerti sesuatu tanpa harus belajar karena sesuai dengan

fitrah ciptaan Allah, atau karena datangnya Ilham atau wahyu yang

khusus bagi para Nabi-nabi.

Terbebasnya manusia dari sisi kebinatangnnya tidaklah

memadai untuk menyatakan bahwa manusia sudah benar-benar bebas

secara mutlak. Selain itu, manusia harus pula lepas dari belenggu

manusia lain. Belenggu yang menghalangi perwujudan seluruh potensi

diri dalam tatanan sosial yang dijalankan menurut aturan orang lain.

Umat manusia akan dapat mencapai kebebasannya secara sempurna

juka ia berada dalam masyarakat yang bukan hanya mengijinkan patuh

kepada Tuhan, melainkan untuk patuh hanya kepada Tuhan saja,

masyarakat yang dibimbing oleh pengawasan Ilahi.

Islam adalah agama pembebasan, sejak kelahirannya, ia datang

untuk membebaskan orang-orang terlindas, terlemahkan dan didzalimi

oleh sitem sosial yang tidak adil. Islam adalah agama pembebasa,

dalam arti bahwa keseluruhan ajaran yang dimuatnya ditetapkan untuk

melahirkan sebuah pembebasan oleh dan untuk pribadi-pribadi yang

memeluknya.84

Peranan agama dalam masyarakat amat ditentukan oleh

pandangan masyarakat itu tentang agama. Pandangna inilah yang akan

menentukan peranan agama didalam masyarakat. Dalam pandangan

Islam, agama seharusnya memegang peranan penting. Islam datang

untuk mengubah masyarakat menuju kualitas hidup yang lebih baik,

seperti dicerminkan dengan tingkat ketaatan kepada Allah SWT,

pengetahuan tentang syariat dan terlepasnya umat dari beban

84Abdul Munir Mulkhan, Mencari Tuhan dan Tujuh Belas Jalan Kebebasan,

Bumi aksara; Jakarta, cet.I, 1992, hal.129

Page 58: FITRAH MANUSIA MENURUT AL-QUR’ANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Sebagai makhluk biologis, manusia tidak bisa lepas dari tuntutan kebutuhan biologisnya.

52

kemiskinan, kebodohan dan sebagainya, serta berbagai macam

belenggu yang memasung kebebasan mereka.

Islam memandang bahwa pembangunan harus dimulai dengan

perubahan individual yang disusul dengan perubahan institusional.

Tugas membangun dalam Islam adalah tugas yang mulia, tidak jarang

melebihi tugas keagamaan yang bersifat ritual.85

Sayyid Qutb mencita-citakan suatu sosok manusia seutuhnya,

yaitu mereka yang dapat mengatasi instink berdosa demi kualitas

spiritualnya dalam dunia yang dipenuhi keserakahan, kepentingan

pribadi, dan materialisme. Namun, bangunan spiritual yang diinginkan

Qutb bukanlah bangunan yang mengisolir diri dari masyarakat dunia,

monastisisme. Bahkan, sebuah masyarakat yang tentram, bebas dari

dominasi masyarakat lain. Jadi konsep pembebasan Qutb tidak

mengalienasi antara Fitrah manusia dengan kebutuhan masyarakat

madani.86

B. Konsep Fitrah Sayyid Qutb Dalam Tafsir Fi Zilal al-Qur’an

Dalam menafsirkan ayat-ayat Fitrah, Sayyid Qutb seringkali

mengaitkan realitas-realitas sosio-politis yang dijadikan sebagai suatu

konsep perjuangan demi menentang ketidakadilan dan penindasan,

dengan menyediakan suatu landasan dasar melalui penafsirannya

tentang sifat dasar manusia ini.

Sayyid Qutb digolongkan sebagai penafsir dualis karena,

sebagimana pemikir Barat maupun Islam modern, beliau meyakini

manusia mempunyai dua dimensi. Satu dimensi menghubungkan

85 Jalaluddien Rachmat, Islam Alternatif, Bandung: Mizan, cet II, 1991, h.43-

44

Page 59: FITRAH MANUSIA MENURUT AL-QUR’ANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Sebagai makhluk biologis, manusia tidak bisa lepas dari tuntutan kebutuhan biologisnya.

53

manusia dengan spesies binatang, dimensi lain menjembati pertalian

manusia dengan Tuhan. Sisi kebinatangan memunculkan kebutuhan-

kebutuhan yang sifatnya jasadi, semisal; makan, minum, tidur, seks,

dan lain-lain. Sementara dimensi Ilahiyah senantiasa mencari hakekat

yang sifatnya rohani.87

Menurut Sayyid Qutb di dalam tafsir Zilal-nya, manusia

sebagai makhluk merdeka dan pembuat keputusan, berada di antara

hakekat yang tersusun dari tanah dan ruh.88 Seperti yang difirmankan

Allah SWT dalam QS. Al-Hijr:28-29. Yang berbunyi:

وإذ ن نصل صلم بشرام إن يخلق ئكة قالرب كلل مل

ن ون س ي ت ه فإذا٢٢حمإم له ونفۥسو وا فقع وحي ر من فيه ت ۥخ

٢٢سجدين“Dan (ingatlah), ketika Tuhan berfirman kepada para malaikat:

“Sesungguhnya Aku akan menciptakan seorang manusia dari

tanah liat kering (yang berasal) dari lumpur hitam yang diberi

bentuk. Maka apabila Aku telah menyempurnakan kejadiannya,

dan telah meniupkan ke dalamnya ruh (ciptaan)-ku, Maka

tunduklah kamu kepadanya dengan bersujud”.

Sayyid Qutb memandang ayat ini sebagai bukti jelas yang

menyimpulkan penciptaan manusia membawa suatu sifat dasar dan

87 Robert D.Lee, Mencari Islam Authentik: Dari Nalar Puitis Iqbal Sampai

Nalar Kritis Arkoun. (Bandung, Mizan, 2000)., Hal.101 88 Sayyid Qutb, op.cit. Vol.6. Hal.3917. Juga lihat. Vol.3. hal. 1392-1394

Page 60: FITRAH MANUSIA MENURUT AL-QUR’ANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Sebagai makhluk biologis, manusia tidak bisa lepas dari tuntutan kebutuhan biologisnya.

54

potensi ganda. Dua pembentuk esensial dari struktur manusia secara

menyeluruh tersebut, yaitu ruh dan tanah89. Beliau menafsirkan lagi

bahwa kebaikan dan kejahatan sebagai dua kecenderungan yang setara

pada manusia, kecenderungan untuk mengikuti petunjuk Tuhan atau

kecenderungan untuk tersesat.

Qutb memperkuat tafsirannya ini dengan mengambil dalil dari

firman Allah SWT dalam Surat al-Syams: 7-10,

ها ى سوماسو ل همها٧ونف هافأ وى ورهاوتق ف لح٢ف ج

أ قد

ها ى هاوقد ٢منزك ى ٢٣خابمندس “Demi jiwa serta penyempurnaannya (ciptaannya), maka Allah

mengilhamikan kepada jiwa itu (jalan) kefasikan dan

ketakwaannya, sesungguhnya beruntunglah orang yang

mensucikan jiwanya, dan sesungguhnya merugilah orang yang

mengotorinya.”90

Begitu juga ditegaskan dalam Surat al-Balad:10,

دي نٱوهدي نه ٢٣لن ج “Dan kami telah menunjukkan dua jalan”.91

89 Ibid, vol. 6, hal.391 90 Sayyid Qutb menentang faham netralisme tentang Fitrah yang

beranggapan bahwa manusia lahir dalam kebodohan tanpa pengetahuan benar dan salah, beliau merujuk dari ayat ini tentang pengetahuan jiwa tentang kedurhakaan dan ketakwaan kepada Allah dan merujuk kepada nasib dari mereka yang memeliharanya dengan benar dan mereka yang merusaknya. Lihat Sayyid Qutb dalam tafsirnya, hal.3917

91 Kedua ayat ini sangat berkaitan erat ditinjau dari pandangan Isalam tentang manusia, dengan ayat-ayat sebagai berikut: “Sesungguhnya kami telah

Page 61: FITRAH MANUSIA MENURUT AL-QUR’ANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Sebagai makhluk biologis, manusia tidak bisa lepas dari tuntutan kebutuhan biologisnya.

55

Ayat 28-29 dari Surah al-Hijr tersebut, menggambarkan

struktur yang menyeluruh dan lengkap dari manusia secara fisik dan

spiritual: benda adalah salah satu pembentuk (bahan) manusia dan

diambil dari “tanah-liat”, sementara ruh merupakan pembentuk kedua,

berasal dari ruh Allah itu sendiri. Bagian benda atau tanah liat dari

manusia bersifat sementara (fana) dan tujuannya adalah semata-mata

untuk memberikan mentalitas atau kualitas-kualitas khusus yang

bersifat sensual kepada manusia yang dengan wahana ini manusia bisa

memenuhi perannya sebagai khalifah.

Manusia merupakan entitas yang tercipta “netral” yang disebut

tanah liat. Kualitas-kualitas sensual (nafs) manusia secara alamiah

sangat peka terhadap rangsangan yang berasal dari lingkungan dan

mudah terjatuh kepada kesesatan. Tentu saja hal ini tidak berarti bahwa

nafsu itu sendiri secara alamiah adalah jahat; kejahatan terpisah dan

independen dari nafsu manusia. Fakultas kesadaran manusia bisa

mengendalikan nafsu dan mengimbanginya kepada kebenaran. Kita

harus menerima bahwa Fitrah sama sekali tidak tinggal pada nafsu;

secara tegas tanah liat adalah bagian material dari bentuk manusia dan

sama sekali tidak memiliki andil dalam Fitrah.

Bentuk tertinggi dari nafs adalah pikiran dan bentuk

terendahnya adalah benda, keduanya akan musnah. Ruh tidak akan

musnah, tetapi kembali kepada asal-usulnya yaitu Allah (QS. Al-Alaq

[96]:8). Fitrah, dalam keutuhannya, ditetapkan pada ruh manusia dan

karena Allah telah meniupkan Ruh-Nya ke dalam tanah liat untuk

menunjukinya jalan yang lurus, ada yagn bersyukur dan ada pula yang kafir. “QS. Al-Insan:3: “Tiap-tiap diri bertanggung jawab atas apa yang telah diperbuat”. Q.S Al-Muddatstsir:38. “Sesungguhnya Allah tidak merubah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka merubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri”.

Page 62: FITRAH MANUSIA MENURUT AL-QUR’ANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Sebagai makhluk biologis, manusia tidak bisa lepas dari tuntutan kebutuhan biologisnya.

56

menggerakan ruh manusia, maka Fitrah itu sendiri adalah baik, sebab

Allah adalah kebaikan sumber dari segala kebaikan.

Dengan menyebutukan peran dan arti penting yang

sesungguhnya dari nafsu dan ruh, maka kebodohan laten dari

kegandaan dalam sifat dasar manusia menjadi jelas. Sebagaimana

pandangan netral, pandangan ini akan berbenturan dengan sifat-sifat

adil dan kasih Tuhan jika Allah telah menjadikan bagian dari sifat

dasar manusia adalah jahat, selalu condong untuk merusak yang baik.

Tujuan manusia adalah menyembah Allah dan Allah sendiri yang akan

membimbing manusia kepada tujuan tersebut; kejahatan bawaan

secara menyeluruh menyimpang dari rencana ketuhanan ini.

Kemampuan sadar pada diri manusia, dimaksudkan untuk

memahami sumber-sumber petunjuk dan kesalahan bimbingan

eksternal yang melengkapi kecenderungan-kecenderungan yang baik

dan jahat tersebut. kebaikan yang ada dalam diri manusia dilengkapi

dengan pengaruh-pengaruh eksternal seperti kenabian dan wahyu

Tuhan, sementara kejahatan dalam diri manusia dilengkapi oleh semua

bentuk godaan dan kesesatan.

Meskipun demikian, fungsi kecenderungan-kecenderungan

bawaan adalah menentukan pengaruh-pengaruh eksternal hanya

membantu melengkapi kecenderungan-kecenderungan bawaan

sementara kemampuan sadar tersebut memungkinkan untuk memilih

jalan tertentu. sifat dasar manusia begitu lengkap karena dia bukan saja

dikaruniai suatu sifat dasar ganda dan telah diperlihatkan “dua-jalan”

sebagaimana yang telah dinyatakan oleh Sayyid Qutb dalam

komentarnya terhadap ayat yang dikutip di atas. Akan tetapi, selaras

Page 63: FITRAH MANUSIA MENURUT AL-QUR’ANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Sebagai makhluk biologis, manusia tidak bisa lepas dari tuntutan kebutuhan biologisnya.

57

dengan hal ini, dia telah diberi kebebasan untuk memilih di antara dua

jalan tersebut92. Allah SWT berfirman di dalam surat Al-Insan [76]:3:

إن ا بيلٱهدي نه ورالس اكف اشاكراوإم ٠إم “Sesungguhnya kami telah menunjukinya jalan yang lurus; ada

yang bersyukur dan ada pula yang kufur.”

Kemudian Qutb menjelaskan secara spesifik lagi bahwa

hakikat yang tersusun dari tanah cenderung ke arah nizam jahili

(tatanan jahiliyyah pra Islam) dan bagian yang tersusun dari ruh (yang

berasal) dari Allah, cenderung kepada nizam Islami (tatanan Islam

yang sesungguhnya). Qutb menggunakan istilah teoretis dalam

memandang kebaikan dan kejahatan ini untuk dikaitkan dengan

peranan masyarakat kontemporer dalam mengambil suatu nizam atau

prinsip. Lebih tegasnya, Qutb menjelaskan bahwa kejahatan dalam

dunia nyata diwakili oleh syirk dan nizam jahili, sementara kebaikan

di dunia nyata ini diwakili oleh tauhid dan nizam Islami.93

Qutb memandang kejahatan pada diri manusia adalah sebagai

suatu kekuatan yang harus dimbangi oleh kebajikan bawaan manusia.

Yang beliau maksudkan di sini adalah jihad dan tujuannya adalah

menaklukkan kekuasaan despotik pada masa itu. Qutb memandang

manusia sebagai makhluk, yang terletak di antara kekuatan Ilahiah dan

setan, dengan bantuan sumber-sumber petunjuk eksternal yang

seharusnya berupaya keras bagi perwujudan al-Nidzam al-Islami dan

penaklukkan an-nizam al-jahili. Inilah sebagain dari konsep

92 Yasien Mohamed. Op.cit. hal.63 93 Sayyid Qutb, op.cit. Vol.6 . hal.3918

Page 64: FITRAH MANUSIA MENURUT AL-QUR’ANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Sebagai makhluk biologis, manusia tidak bisa lepas dari tuntutan kebutuhan biologisnya.

58

perjuangan Sayyid Qutb dalam tafsir dualisnya, sebab beliau

memusatkan perhatiannya pada realitas politik pada masa itu.94

Dengan demikian, beliau merasa perlu untuk melihat manusia

sebagai orang yang berada dalam keadaan berjuang secara terus

menerus. Walaupun pada akhirnya pandangan Qutb ini menghadirkan

beberapa problem: pertama, jika sifat dasr manusia dipahami sebagai

suatu akibat lanjut dan suatu manifestasi setara dari sifat dasr realitas

objektif, maka hal ini menjadikan penciptaan manusia pra eksistensial

dengan kecenderungan-kecenderungan bawaannya tidak memiliki

makna. Asumsinya adalah bahwa manusia itu baik dan jahat menyatu

dengan realitas. Yang kedua, kebaikan dan kejahatan, karena

ditempatkan secara berhadap-hadapan pada diri manusia,

mengisyaratkan bahwa posisi yang salaing berhadapan secara pararel

dari kebaikan dan kejahatan di dunia nyata menggambarkan Tuhan

(kebaikan) sebagai tesis; dan iblis (kejahatan), sebagai antitesis.

Sementara syirik dan tauhid mungkin bisa digambarkan sebagai kutub-

kutub yang saling berlawanan di dunia nyata, iblis tidak akan pernah

bisa dilihat sebagai antitesis Allah SWT. Dia makhluk Allah SWT.

Yang sama sekali tidak bisa dikaitkan, dibandingkan, atau

disepadankan dengan Allah SWT. Setiap pandangan yang menetapkan

iblis sebagai saingan Allah SWT, secara jelas merupakan syirik yang

nyata – atau mungkin syirik yang samar – dan pandangan Qutb secara

implisit menunjukkan hal ini. Ketiga, menurut Sayyid Qutb, manusia

akan menyadari sifat dasarnya melalui wahana din al-Islam. Dalam

hubungannya dengan pandangan duaisnya ini berarti bahwa Din

94 Oleh karena itu, Qutb memandang sosialisme, kapitalisme, dan

komunisme sebagai hasil sampingan yang salah dari pemikiran jahiliyyah yang seharusnya tidak pernah dikaitkan dengan cita-cita ideologis Islam. Dikutip oleh Yasien Mohamed dari Sayyid Qutb, Ma’alim fi al-Thariq, (Darul Syuruq, 1980). Hal46

Page 65: FITRAH MANUSIA MENURUT AL-QUR’ANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Sebagai makhluk biologis, manusia tidak bisa lepas dari tuntutan kebutuhan biologisnya.

59

alIslam merupakan suatu wahana untuk memproyeksikan sifat dasar

bawaan manusia, yaitu baik kebaikan maupun kejahatan bawaannya.

Dengan membawa argumen ini selangkah lebih jauh, seorang mungkin

akan menyimpulkan bahwa Islam mendorong manusia untuk menjadi

baik sekaligus jahat; dan ini jelas absurd.

Al-Qur’an Ayat 7-10 dari Surat asy-Syams [91]:

ها ى سوماسو ل همها٧ونف هافأ وى ورهاوتق ف لح٢ف ج

أ قد

ها ى هاوقد ٢منزك ى ٢٣خابمندس “Demi jiwa serta penyempurnaannya (ciptaannya), maka Allah

mengilhamkan kepada jiwa itu (jalan) kefasikan dan

ketakwaannya, sesungguhnya beruntunglah orang yang

mensucikan jiwa itu, dan sesungguhnya merugilah orang yang

mengotorinya”.95

Ayat ini menjelaskan tentang pengetahuan jiwa tentang

kedurhakaan dan ketakwaan kepada Allah dan menjelaskan nasib dari

mereka yang memeliharanya dengan benar dan mereka yang

merusaknya.

Sayyid Qutb mengambil ayat ini untuk mendukung pandangan

dualisnya, tetapi penafsirannya terhadap ayat tersebut bisa

dipertanyakan sebab dia mengabaikan arti pentingnya kata “sawwa”—

“menyempurnakan/membentuk” dan menghasilkan terjemahan yang

tidak tepat dari kata “alhama” – adalah “mengilhami”. Sawwa adalah

kata kerja yang memiliki makna membuat sesuatu menjadi seragam

95 Yasien Mohamed, op.cit., hal.70-71

Page 66: FITRAH MANUSIA MENURUT AL-QUR’ANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Sebagai makhluk biologis, manusia tidak bisa lepas dari tuntutan kebutuhan biologisnya.

60

dan dalam proporsi yang seimbang. Oleh karena itulah kata benda

sawiy merujuk kepada seorang yang lurus.

Dalam konteks al-Qur’an (91:7-10) ini berarti bahwa jiwa

manusia telah diciptakan dalam keadaan lurus dan seimbang, Allah

kemudian menjadikan manusia sadar, atau dikaruniai pengetahuan

tentang yang benar dan yang salah.96 Pengetahuan ini secara jelas,

adalah bawaan, bukan karena diupayakan, sebab Allah bersumpah

demi jiwa yang memiliki pengetahuan dalam Surat asy-Syams tadi,

dan persoalan tersebut secara konsisten bersifat metafisis. Sayyid Qutb

tampaknya sependapat dengan hal ini ketika menyebutkan hal ini

dengan kondisi “alamiah”. Pengetahuan bawaan tentang yang benar

dan yang salah. Kecenderungan yang imbang dan lurus yang

diisyaratkan oleh kata sawwa dan pengetahuan tentang yang benar dan

yang salah dinyatakan oleh kata alhama hanyalah keadaan-keadaan

independen secasra sebutan, sebab yang terakhir (yaitu pengetahuan

bawaan tentang yang benar dan yang salah) melengkapi

kecenderungan bawaan kepada yang benar pada diri manusia.97

Dalam menafsirkan surat al-Rum [30]:30, Sayyid Qutb

menggambarkan bahwa Islam adalah agama yang sesuai dengan Fitrah

manusia. Karena Islam dan Fitrah kedua-duanya adalah ciptaan Allah

SWT. Oleh karena itu biasa disebut dengan agama Fitrah. Hukum dan

ajarannya benar-benar selaras dengan kecenderungan normal dan

alamiah dari Fitrah manusia untuk beriman dan tunduk kepada Sang

Pencipta. 98Hal ini merupakan kepercayaan kaum muslimin,

berdasarkan keterangan al-Qur’an, bahwa manusia setelah diciptakan,

96 Sayyid Qutb. Op.cit. Vol.6.hal.3917 97 Yasien Mohamed, op.cit. hal.72 98 Sayyid Qutb,op.cit. Vol.6. hal.2763

Page 67: FITRAH MANUSIA MENURUT AL-QUR’ANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Sebagai makhluk biologis, manusia tidak bisa lepas dari tuntutan kebutuhan biologisnya.

61

membuat suatu pernyataan atau ikatan primordial dengan Tuhan,

sebagaimana digambarkan di dalam al-Qur’an, surat al-A’raf:172:

وإذ م ي ته ذ ر ورهم ه ظ من ءادم بني من رب ك خذأ

نأ نا شهد بلي قال وا م برب ك ت لس

أ سهم نف

أ علي م هده ش

وأ

ول وايو م فلينل قيمةٱتق هذاغ ن اعن ٢٧٢إن اك “Dan ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan dari putra-putra

Adam, dari sulbi mereka, dan membuat persaksian atas diri

mereka sendiri; “Bukankah Aku ini Tuhanmu?”. Mereka

menjawab, “benar. Kami bersaksi”.

Makanya, tidak mungkin bagi manusia untuk menghapus

memori tauhid dari jiwanya, karena itu telah menyatu dengan sifat

dasar manusia yang terdalam.

Di dalam surat Luqman:25, juga ditegaskan:

خلقولئن ن مم ل ته تٱسأ مو رضٱولس

ل أ ول ن ٱليق ٢١لل

“Dan sesungguhnya kamu tanyakan kepada mereka, “Siapakah

yang menciptakan langit dan bumi?”. Tentu mereka akan

menjawab, “Allah”.

Di dalam tafsirnya, Sayyid Qutb menceritakan tentang

perjalanan fikir dan zikir Nabi Ibrahim as. Tatkala ia mencari

Tuhannya. Hal ini menandakan bahwa manusia cenderung untuk

menyembah Tuhan yang satu. Dengan mengamati bintang-bintang

Page 68: FITRAH MANUSIA MENURUT AL-QUR’ANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Sebagai makhluk biologis, manusia tidak bisa lepas dari tuntutan kebutuhan biologisnya.

62

yang bertaburan di langit, bulan, serta matahari yang terbit secara

bergantian Nabi Ibrahim menarik kesimpulan bahwa itu semua bukan

tuhan, Tuhan yang sebenar-benarnya adalah dzat yang menciptakan

langit dan bumi.99

Menurut Sayyid Qutb, manusia secara potensial mempunyai

kemampuan untuk mencapai kedamaian dalam diri mereka sendiri

serta punya kemampuan untuk menyeimbangkan instink terdalam

dengan kebutuhan-kebutuhan yang secara fundamental asing bagi

mereka, baik yang bersifat biologis, maupun sosial. Dalam bukunya,

Inilah Islam, Sayyid Qutb menulis: “Ketika pribadi seseorang sesuai

dengan Fitrah-nya, sehingga segalanya dapat disalurkan secara wajar,

ia akan mendaki mengikuti Fitrah-nya untuk mencapai derajat

setinggi-tingginya. Kemudiaan didapatinya segala yang

menyenangkan dan menentramkan hati.

Potensi kemanusiaan, lanjut Qutb, akan menemukan jalur

aktualisasinya jika manusia mampu menyeimbangkan antara

kebutuhan diri dan kebutuhan sosialnya. Sebagai individu, manusia

tidak boleh menghamba kepada siapapun dan apapun. Salah satu

format perbudakan manusia adalah manusia menjadikan manusia lain

sebagai pembuat aturan bagi dirinya. Salah satu firman Allah yang

sangat mencela hal tersebut adalah:

“Mereka menjadikan orang-orang alim mereka dan rahib-rahib

mereka sebagai Tuhan selain Allah dan (juga mereka

mempertuhankan) al-masih, putera Maryam padahal mereka hanya

99 Mereka yang mengikuti agama (millah) Ibrahim biasa disebut dengan

hanif, yaitu seseorang yang secara alamiah menolak politeisme dan penyembahan berhala dan selalu cenderung untuk menerima tauhid. Zaid bin ‘Amr bin Nufayl, Qais bin Sa’da dan Waraqa bin Nawfal, sepupu Khadijah istri Nabi Muhammad adalah contoh orang-orang hanif pada masa pra-Islam. Ibid,.Vol.2. hal. 1139

Page 69: FITRAH MANUSIA MENURUT AL-QUR’ANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Sebagai makhluk biologis, manusia tidak bisa lepas dari tuntutan kebutuhan biologisnya.

63

diseru menyembah Tuhan Yang Maha Esa, tidak ada Tuhan (yang

berhak disembah) selain Dia, Maha Suci Allah dari apa yang mereka

persekutukan”. (al-Taubah [9]:31)100

Ada sebuah misi besar yang dibawa Sayyid Qutb dalam

menafsirkan ayat-ayat Fitrah ini. Ia memang sangat mengagung-

agungkan Nabi, zamannya, sahabatnya, namun bukan dengan harapan

membangkitkan masa lalu, melainkan menjanjikan masa depan yang

berujung terbuka.

Pada paparan di atas terlihat adanya tawaran yang unik dari

Sayyid Qutb mengenai Fitrah. Keunikan itu ada pada tawarannya

bahwa Fitrah tidak sekedar sebuah konsep teologis yang lekat pada

manusia sejak zaman pra-eksistensial, bersifat nostalgic belaka, namun

ia adalah sebuah konsep praktis yang dapat dijadikan landasan guna

mencapai insan kamil demi kesejahteraan manusia di masa datang.

100 Sayyid Qutb, Inilah Islam, (Kuala Lumpur, IIFSO, 1985), hal.33-34

Page 70: FITRAH MANUSIA MENURUT AL-QUR’ANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Sebagai makhluk biologis, manusia tidak bisa lepas dari tuntutan kebutuhan biologisnya.

64

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari uraian bab-bab terdahulu kiranya kita dapat memahami

dan ketiga golongan masing-masing diwakili oleh ulama penganut

pandangan tersebut yang mempunyai pandangan tersendiri tentang

konsep fitrah. Pandangan netral, positif, dan dualis masing-masing

mempunyai komentar tentang fitrah sebagai sifat bawaan manusia atau

bukan. Bagi netralisme, manusia terlahir dalam keadaan “kosong”,

artinya manusia bagi golongan ini tidak sama sekali membawa

kecenderungan terhadap yang benar atau jahat. Kejahatan adalah

faktor eksternal yang memberikan kesesatan bagi manusia. Begitupun

kenabian dan wahyu sebagai faktor eksternal untuk mencapai

kebahagiaan. Positifisme memandang bahwa manusia terlahir dengan

keadaan iman dan berpotensi untuk menerima kekufuran. Karenanya

bagi pandangan ini, manusia berkecenderungan untuk bertauhid.

Kejahatan adalah faktor yang berada di luar sifat bawaan manusia.

Sedangkan kenabian dan wahyu adalah petunjuk yang melengkapi

kecenderungan bertauhidnya mausia itu. Artinya, kecenderungan

manusia untuk ber-Tuhan ada dan kekal. Sedangkan Qutb sendiri

dalam memahami konsep tersebut termasuk kepada pemahaman

dualis. Baginya, potensi baik dan buruk yang ada pada setiap manusia

mempunyai kuantitas dan kualitas yang sama. Bagaimana manusia

tersebut mengarahkan dua potensi tersebut yang saling mendominasi.

Manusia yang ingin mendapat ketentraman dalam hidup, ia harus

berjihad melawan nizam jahili dan mengikuti nizam islami. Bagi Qutb,

faktor eksternal dapat mempengaruhi sifat bawaan manusia meskipun

Page 71: FITRAH MANUSIA MENURUT AL-QUR’ANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Sebagai makhluk biologis, manusia tidak bisa lepas dari tuntutan kebutuhan biologisnya.

65

tidak terlalu besar. Tetapi kesadaran yagn ada, lebih dapat memilih

mana yang akan berkembang pada diri manusia itu, baikkah atau

burukkah? Dari pandangan ketiga golongan tersebut dapat kita ambil

benang merah bahwa faktor eksternal sangat berpengaruh pada

pertumbuhan dan perkembangan potensi yang ada pada manusia

tersebut. meskipun faktor eksternal itupun bagi ketiga golongan

tersebut. Meskipn faktor eksternal itupun bagi ketiga golongan

tersebut masing-masing mempunyai prosentase yang berbeda.

Secara lahiriyah, pandangan Qutb tentang fitrah terlihat lebih

“lentur” dari dua pandangan yang lainnya. Karena Qutb melihat

manusia sebagai makhluk merdeka yang memiliki kebebasan untuk

berkehendak dan bertanggungjawab atas status yang disandangnya,

yaitu sebagai khalifah di muka bumi ini.

B. Saran-Saran

Apa yang menjadi pandangan Sayyid Qutb terhadap konsep

fitrah masih perlu dikritisi dengan tetap memperhatikan aturan “main”

akademisi. Terlepas dari benar salahnya, konsep fitrah Qutb telah

memberikan banyak warna dalam perbincangan tafsir khususnya, dan

dunia pemikiran umumnya.

Selanjutnya, Qutb sebagai seorang pemikir kontemporer, yang

banyak menghasilkan karya besar sangat layak diberikan perhatian dan

kajian yang lebih terhadap pemikiran.

Page 72: FITRAH MANUSIA MENURUT AL-QUR’ANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Sebagai makhluk biologis, manusia tidak bisa lepas dari tuntutan kebutuhan biologisnya.

66

DAFTAR PUSTAKA

Ali, Syakir, “Sayyid Quthb; Sastrawan, Politikus, Ulama,” dalam

Jurnal al-Jami’ah, Yogyakarta, Vol.50, 1992

Al-Bukhori, Imam, Shahih Bukhari, Darul Fikr; Bairul, 1992

Chizrin, Muhammad, Jihad Menurut Sayid Qutub dalam Tafsir Zhilal,

Intermedia; Solo, 2001

Al-Darimiy, Ibn Muhammad ‘Abd Allah, Sunan al-Darimiy, Dar al-

Fikr; Beirut,tt

Dhakiri, Muh.Hanif, Paulo Freire, Islam Pembebasan, Djambatan

dan Pena; Jakarta, 2000

Esposito, John L., Dinamika Kebangunan Islam; Watak, Prosee, dan

tantangan, CV.Rajawali; Jakarta

------------, al–Harakah al-Diniyah al-Mu’ashirah, dalam al-Din wa

al-Tsaurah fi Mishr 1952-1971, Vol.5, Kairo; Maktabah

madbuli, t.t.

Ibn mandzur, Lisan al-Arab, Dar Sodir, Beirut, 1990

Islam, Dewan Redaksi Ensiklopedi, Ensiklopedi Islam, Jakarta; Ikhtiar

Baru Van Hoeve, 1994

Page 73: FITRAH MANUSIA MENURUT AL-QUR’ANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Sebagai makhluk biologis, manusia tidak bisa lepas dari tuntutan kebutuhan biologisnya.

67

Jauhari, Tanthawi, Tafsir al-Jawahir, Mesir; Musthafa al-Bab al-

Halafi, 1350 H

Lee, Robert D, Mencari Islam Authentik: Dari Nalar Puitis Iqbal

sampai Nalar Kritis Arkoun, Bandung; Mizan, 2000

Mandzur, Ibn, Lisan al-Arab, Dar Sodir, Beirut, 1990

Mohammed, Yasien, Insan Yang Suci; Konsep Fithrah dalam Islam,

Bandung; Mizan, 1997

Mujib, Abdul, Fithrah dan Kepribadian Islam; Sebuah pendekatan

Psikologis, Darul Falah: Jakarta, 1999

Mulkhan, Abdul Munir, Mencari Tuhan dan Tujuh Belas Jalan

Kebebasan (Sebuah Esai Pemikiran Imam al-Ghazali), Bumi

aksara; Jakarta, cet.I, 1992

Muslim, Imam, Shahih Muslim bi Syarh Imam al-Nawawi, Dar al-Fikr;

Beirut, 1981

Al-Nasa’i, Imam, Sunan al-Nasa’iy, Dar al-Fikr; Beirut, 1930

Nasution, Harun, Muhammad Abduh dan Teologi Rasional

Mu’tazilah, penerbit Universitas Indonesia (UI-Press); Jakarta,

1987, cet.I, h.44.

Qutbh, Sayyid, Fi Zhilal al-Qur’an, Darul-Syuruq; Beirut, 1992

Page 74: FITRAH MANUSIA MENURUT AL-QUR’ANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Sebagai makhluk biologis, manusia tidak bisa lepas dari tuntutan kebutuhan biologisnya.

68

--------, Inilah Islam, Malaysia; Polygrapchic Press, 1982

--------, 1983, al-Salam al-Alami wa al-Islam, terjemahan: Tim

Penerjemah Pustaka Firdaus, Islam dan Perdamaian Dunia,

Jakarta; Pustaka Firdaus, 1987

--------, t.t., Ma’alim fi al-Thariq, terjemahan: Rahman Zainuddin,

Petunjuk Jalan, Jakarta: Media Dakwah, 1980

--------, t.t., al-Adalah al-Ijtima’iyah fi al-Islam, terjemahan: Afif

Mohammad,, Keadilan Sosial Dalam Islam, Bandung; Pustaka,

1994

--------, 1965, al-Mustaqbal li Hadza al-Din, terjemahan: I.I.F.S.O.,

Masa Depan Agama Islam, Malaysia; Polygraphic Press, 1982

Rachmat, Jalaluddien, Islam Alternatif, Bandung; Mizan, cet Ii, 1991,

h. 43-44

Romas, Chumaidi Syarif, Wacana Teologi Islam Kontemporer, PT.

Tiara Wacana; Yogya, cet.I, 1999

Shihab, Quraish et.al, Ensiklopedi al-Qur’an, Intermasa; Jakarta, 1997

---------, Wawasan al-Qur’an, Tafsir:Maudhu’i atas Pelbagai Persoalan

Umat, Mizan; Bandung, 1998

Page 75: FITRAH MANUSIA MENURUT AL-QUR’ANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Sebagai makhluk biologis, manusia tidak bisa lepas dari tuntutan kebutuhan biologisnya.

69

Shimogaki, Kazuo, Kiri Islam antara Modernisme dan

Postmodernisme, Telaah Kritis Pemikiran Hasan Hanafi,

Yogyakarta; LkiS, cet.III, 1997

Tripp, Charles, Sayyid Quthb; Visi Politik, dalam Ali Rahnema (ed.),

Para Perintis Zaman Baru Islam, Bandung; Mizan, cet. III, 1998

Turmuzhi, Iman, al-Jami’ al-Shahih Sunan al-turmuzhi, Dar al-Kutub

al-Ilmiah; Beirut, 1987

Page 76: FITRAH MANUSIA MENURUT AL-QUR’ANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Sebagai makhluk biologis, manusia tidak bisa lepas dari tuntutan kebutuhan biologisnya.

70

BIODATA PENULIS

Dr. H. TAUFIK ABDILLAH SYUKUR Lc,

MA, lahir di Jakarta, 28 Maret 1978. Putra ketiga

dari DR. (HC). Dr. KH. Manarul Hidayat, M.Pd

dan Dra. Hj. Mahyanah MH.

Menyelesaikan S1 di Universitas Yarmouk Jordania (2001), S2

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta (2004) dan S3 Universitas Ibnu

Khaldun Bogor program studi Pendidikan Islam (2013) dengan

predikat cumlaude (A) dan merupakan wisudawan terbaik pada wisuda

ke-55 tahun akademik 2012-2013.

Sebelumnya pernah menimba ilmu di beberapa pesantren antara

lain; PP. Darul Ulum Jombang, Majlis Al-Ihya Bogor, Ribat Al-Jufri

Madinah Munawwaroh Saudi Arabia.

Pernah aktif di Persatuan Pelajar Indonesia (PPI) Jordan, Forum

Komunikasi Kelompok Bimbingan Ibadah Haji Kota Depok, Forum

Komunikasi Pondok Pesantren Kota Depok. Pernah menjabat sebagai

kepala Sekolah TK, SD, SMP, SMA, dan Madrasah Diniyah.

Saat ini aktif sebagai Direktur Azhari Islamic School Cilandak,

Pengasuh Santri Al-Manar Azhari Islamic Boarding School Depok,

Pembimbing manasik haji dan umroh serta Dosen di Sekolah Tinggi

Agama Islam Al-Hikmah Jeruk Purut Cilandak Jakarta.

SITI RAFIQOH, lahir di Jakarta, 29

September 1979, merupakan putri ketujuh dari

Bapak H. Abdurrahman Djanan dan Ibu Hj.

Royanih.

Page 77: FITRAH MANUSIA MENURUT AL-QUR’ANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Sebagai makhluk biologis, manusia tidak bisa lepas dari tuntutan kebutuhan biologisnya.

71

Menyelesaikan pendidikan di Sekolah Dasar Islam Teladan 01

Pagi Jakarta (1991), MTs Al-Wathoniyah 05 Jakarta (1994), MA Daar

El-Qolam Tangerang (1997), IAIN Syarif Hidayatullah di Jakarta

(2001), dan selanjutnya tahun 2002 melanjutkan studi di S2

Universitas Negeri Jakarta, tahun 2009 melanjutkan studi S2 jurusan

Ilmu Tafsir di PTIQ dan berhasil diselesaikan pada tahun 2012.

Sejak tahun 2003 mulai bekerja sebagai Penyuluh Agama

Islam Fungsional dilingkungan Kantor Departemen Agama Kodya

Jakarta Selatan, tahun 2011 pindah tugas menjadi Guru PAI di Azhari

Islamic School Cilandak. Sejak tahun 2001 sampai sekarang tercatat

sebagai guru di Al-Manar Azhari Islamic Boarding School di Limo-

Cinere Depok.

Page 78: FITRAH MANUSIA MENURUT AL-QUR’ANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Sebagai makhluk biologis, manusia tidak bisa lepas dari tuntutan kebutuhan biologisnya.

v