Fitoterapi Diabetes

45
KELAS W-3 KELOMPOK V HALIJA 150280187 IBRAZA SAKTI 150280281 DIAN RAHMANIAR 150280127 ANDI WALINONO 1502801 NURFITRIANAH 150280178 IG LINA 150280010 FADLYA ATIKA FASHA 150280029 ISKANDAR 150 280 FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

Transcript of Fitoterapi Diabetes

KELAS W-3

KELOMPOK V

HALIJA 150280187

IBRAZA SAKTI 150280281

DIAN RAHMANIAR 150280127

ANDI WALINONO 1502801

NURFITRIANAH 150280178

IG LINA 150280010

FADLYA ATIKA FASHA 150280029

ISKANDAR 150 280

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

MAKASSAR

2011

BAB I

LATAR BELAKANG

Diabetes melitus adalah suatu penyakit atau gangguan kesehatan

yang ditandai dengan meningkatnya kadar gula dalam darah. Tingginya

kadar gula karena kurang maksimalnya pemanfaatan gula oleh tubuh

sebagai sumber energi karena kurangnya hormon insulin yang diproduksi

oleh pankreas atau tidak berfungsinya hormon insulin dalam menyerap

gula secara maksimal oleh sebab itu penyakit ini juga biasa disebut atau

didefinisikan sebagai penyakit gula darah

Diabetes Melitus (DM) adalah suatu penyakit metabolik yang

merupakan penyakit berbahaya dan telah familiar di Indonesia yang

disebabkan menurunnya hormon yang diproduksi oleh kelenjar pankreas.

Penurunan hormon ini mengakibatkan seluruh gula (glukosa) yang

dikonsumsi tubuh tidak dapat diproduksi secara sempurna, sehingga

kadar glukosa didalam tubuh akan meningkat. Gula yang meliputi

polisakarida, digosakarida, disakarida dan monosakarida merupakan

sumber tenaga yang menunjang keseluruhan aktivitas manusia. Seluruh

gula ini akan diproses menjadi tenaga oleh hormon insulin tersebut karena

penderita Diabetes Melitus biasanya akan mengalami lesu, kurang

tenaga, selalu merasa haus, sering buang air kecil, dan pengelihatan

menjadi kabur. Gejala lain akibat adanya kadar glukosa yang terlalu tinggi

akan terjadi ateroma sebagai penyebab awal penyakit jantung koroner.

Badan Kesehatan Dunia (WHO) memprediksi penderita diabetes

mellitus tipe 2 di Indonesia meningkat pesat dalam 10 tahun terakhir

karena pada 2000 ada 8,4 juta penderita dan meningkat jadi 21,3 juta

orang tahun 2010. "Di Asia, jumlah penyandang diabetes dalam dua

dekade terakhir ini telah meningkat dua hingga lima kali lipat dan angka ini

lebih tinggi dibandingkan negara-negara Barat. Sebanyak 110 juta

penyandang diabetes di Asia berusia paruh baya, berbeda dengan kondisi

di negara-negara Barat, penyandang diabetes sebagian besar adalah

berusia lanjut.

Data WHO tahun 2000 juga menunjukkan bahwa Indonesia

merupakan negara dengan penderita diabetes terbanyak keempat di

dunia setelah India (31,7 juta), China (20,8 juta) dan Amerika Serikat (17,7

juta). Sementara itu, berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar

(Riskesdas) 2007, tiga daerah di Indonesia memiliki tingkat prevalensi

diabetes diatas 1,5 persen yaitu Aceh, Jawa Timur dan Sulawesi Utara.

Tingginya angka prevalensi itu antara lain dipengaruhi oleh gaya hidup

masyarakat seperti banyak mengkonsumsi makanan tidak sehat seperti

gorengan, makanan cepat saji atau makanan lain yang kadar gulanya

tinggi. Sementara itu, tingkat kepedulian masyarakat Indonesia terhadap

diabetes masih dirasa rendah karena masih banyak pasien datang

dengan kasus komplikasi kronis.

Selain itu, penyakit DM adalah penyakit yang diturunkan secara

genetik sehingga masyarakat diharapkan untuk melakukan skrining

terhadap keluarga untuk kemungkinan adanya diabetes dan dapat

melakukan tindakan pencegahan yang dibutuhkan.

Penyakit Diabetes Melitus ini tidak hanya diderita oleh orang yang

berusia lanjut saja, namun juga diderita oleh anak-anak remaja karena

pengaruh gaya hidup modern saat ini.  Mahalnya harga obat Diabetes

Melitus yang diproduksi oleh pabrik dan beredar di pasaran nampaknya

cukup berdampak pada daya beli masyarakat yang kurang, terlebih lagi

bagi masyarakat yang terkategori dalam masyarakat menengah kebawah.

Sehingga hal ini menyebabkan penderita enggan untuk membeli obat dan

pada akhirnya dapat menyebabkan penyakit Diabetes Melitus yang

dideritanya semakin parah bahkan bisa menimbulkan kematian.

Oleh karena itu, saat ini berbagai penelitian dilakukan untuk

mencoba mencari alternatif untuk mengatasi penyakit ini dengan

menggunakan obat alami, yaitu dengan menggunakan tanaman herbal.

Alasan dari penggunaan tanaman herbal adalah karena tanaman herbal

telah familiar di kalangan masyarakat awam, dapat dimanfaatkan dalam

berbagai pengolahan dan harganya yang relatif murah.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian Diabetes

Diabetes mellitus, penyakit gula atau kencing manis adalah

suatu gangguan kronis yang khususnya menyangkut metabolisme

hidrat arang (glukosa) di dalam tubuh. Tetapi, metabolisme lemak dan

protein juga terganggu (Lat. diabetes = penerusan, mellitus = manis

madu) (Tjay, 2002).

Penyebabnya adalah kekurangan hormon insulin, yang

berfungsi memanfaatkan glukosa sebagai sumber energi dan

mensintesa lemak. Akibatnya ialah glukosa bertumpuk di dalam darah

(hiperglikemia) dan akhirnya diekskresikan lewat kemih tanpa

digunakan (glycosuria). Karena itu, produksi kemih sangat meningkat

dan pasien harus sering kencing, merasa amat haus, berat badan

menurun dan berasa lelah (Tjay, 2002).

Diabetes menimpa kira-kira 10 ribu individu atau kira-kira 5%

populasi Amerika Serikat, dan seperdelapan penyebab kematian di

Negara ini. Diabetes dapat dibagi menjadi dua grup berdasarkan

kebutuhan atas insulin : diabetes mellitus tergantung insulin (IDDM

atau tipe I) dan diabetes mellitus tidak tergantung insulin (NIDDM atau

tipe II). Kira-kira satu sampai dua juta pasien menderita IDDM, sisanya

80 sampai 90% penderita NIDDM (Mycek, 2001).

B. Gejala Diabetes

Penyakit diabetes mellitus ditandai gejala 3P, yaitu poliuria

(bayak berkemih), polidipsia (banyak minum) dan polifagia (banyak

makan), yang dapat dijelaskan sebagai berikut (Tjay, 2002).

Di samping naiknya kadar gula darah, gejala kencing manis

bercirikan adanya gula dalam kemih (glycosuria) dan banyak berkemih

karena glukosa yang diekskresikan mengikat banyak air (Tjay, 2002).

Akibatnya timbul rasa haus, kehilangan energi dan turunnya

berat badan serta rasa letih. Tubuh mulai membakar lemak untuk

memenuhi kebutuhan energinya, yang disertai pembentukan zat-zat

perombakan, antara lain aseton, asam hidroksibutirat dan diasetat,

yang membuat darah menjadi asam. Keadaan ini, yang disebut

ketoacidosis, amat berbahaya, karena akhirnya dapat menyebabkan

pingsan (coma diabeticum). Napas penderita yang sudah menjadi

sangat kurus seringkali juga berbau aseton (Tjay, 2002).

C. Klasifikasi Penyakit Diabetes (Mycek, 2001)

1. Diabetes Tipe I (Diabetes mellitus tergantung insulin, IDDM)

Diabetes tergantung insulin umumnya menyerang anak-anak tetapi

IDDM dapat juga terjadi diantara orang dewasa. Penyakit ini

ditandai dengan defisiensi insulin absolute yang disebabkan oleh

lesi atau nekrosis sel-β berat. Hilangnya fungsi sel-β mungkin

disebabkan oleh invasi virus, kerja toksin kimia, atau umumnya

melalui kerja antibody autoimun yang ditujukan untuk melawan sel-

β. Akibat dari destruksi sel-β, pancreas gagal berespons terhadap

masukan glukosa dan diabetes tipe I menunjukkan gejala klasik

defisiensi insulin (polidipsia, polifagia dan poliuria). Diabetes tipe I

memerlukan insulin eksogen untuk menghindari hiperglikemia dan

ketoasidosis yang mengancam kehidupan.

a. Penyebab diabetes Tipe I : Ledakan sekresi insulin pada

keadaan normal terjadi setelah menelan makanna sebagai

respons terhadap peningkatan sekilas kadar glukosa dan asam

amino yang bersirkulasi. Pada periode pasca-aborsi, kadar

insulin basal rendah yang bersirkulasi dipelihara melalui sekresi

sel-β. Walaupun begitu diabetes tipe I sebenarnya tidak

mempunyai fungsi sel-β, dan juga tidak berespons terhadap

variasi bahan bakar yang bersirkulasi maupun memelihara

kadar sekresi basal insulin. Perkembangan neuropati, nefropati

dan retinopati yang progresif secara langsung berkaitan dengan

besarnya control glikemik (paling sering diukur sebagai kadar

hemoglobin Aic dalam darah).

b. Pengobatan diabetes Tipe I : Diabetes Tipe I harus tergantung

pada insulin eksogen (suntikan) untuk mengontrol hiperglikemia,

memelihara kadar hemoglobin glikosilat (HbAic) yang dapat

diterima dan mencegah ketoasidosis. Tujuan pemberian insulin

pada diabetes Tipe I adalah untuk memelihara konsentrasi gula

darah mendekati kadar normal dan mencegah besarnya

belokan kadar glukosa darah yang dapat menyokong timbulnya

komplikasi jangka panjang. Penggunaan alat untuk

menganalisis glukosa darah portable memudahkan

pengawasan dan pengobatan sendiri.

2. Diabetes Tipe II (Diabetes mellitus tak tergantung insulin, NIDDM)

Sebagian besar diabetes termasuk dalam kategori ini. Tampaknya

factor genetic merupakan penyebab yang lebih besar daripada

virus atau antibody autoimun. Perubahan metabolic yang

diobservasi lebih ringan daripada yang dijelaskan untuk IDDM

(misalnya, penderita NIDDM bukan tipe ketotik), tetapi konsekuensi

klinik jangka panjang dapat juga membinasakan (misalnya,

komplikasi vascular dan infeksi setelahnya dapat menyebabkan

amputasi ekstremitas bawah).

a. Penyebab diabetes Tipe II : Pada NIDDM, pancreas masih

mempunyai beberapa fungsi sel-β, yang menyebabkan kadar

insulin bervariasi yang tidak cukup untuk memelihara

homeostatis glukosa. Pasien dengan diabetes Tipe II sering

dihubungkan dengan resistensi organ target yaitu membatasi

respons insulin endogen dan eksogen. Pada beberapa kasus,

resistensi insulin disebabkan oleh penurunan jumlah atau

mutasi reseptor insulin. Walaupun begitu, cacat yang tak

terbatas pada peristiwa yang terjadi setelah insulin terikat pada

reseptor, dipercaya menyebabkan resistensi pada banyak

penderita.

b. Pengobatan diabetes Tipe II : Tujuan pada pengobatan diabetes

Tipe II adalah untuk memelihara konsentrasi glukosa darah

dalam batas normal dan untuk mencegah perkembangan

komplikasi penyakit dalam jangka lama. Pengurangan berat

badan, latihan dan modifikasi diet menurunkan resistensi insulin

dan memperbaiki hiperglikemia diabetes Tipe II pada beberapa

penderita. Walaupun demikian, kebanyakan tergantung pada

campur tangan farmakologik dengan obat-obat hipoglikemik

oral. Terapi insulin mungkin diperlukan untuk mencapai kadar

glukosa darah serum yang memuaskan.

D. Tanaman Obat untuk Pengobatan Diabetes Melitus

1. Mahoni( Swietenia mahagoni Jacq. )

Mahoni ditemukan tumbuh liar di hutan jati,

di tempat-tempat yang dekat dengan

pantai,atau ditanam di tepi jalan sebagai

tanaman pelindung. Tanaman ini berasal dari Hindia Barat dan

dapat tumbuh subur di pasir payau dekat pantai.

Pohon, tinggi 5-25 m, batangnya bulat, banyak percabangan,

kayunya bergetah,dan berakar tunggang. Daun mejemuk menyirip

genap. Helaian anak daun berbentuk bulat telur, ujung dan pangkal

runcing, tepi rata, pertulangan menyirip, panjang 3-15 cm. Daun

muda berwarna merah, setelah tua menjadi hijau. Bunga majemuk

tersusun dalam karangan yang keluar dari ketiak daun. Ibu tangkai

bunga berbentuk silindris, berwarna coklat muda. Kelopak bunga

lepas satu sama lain, berbentuk seperti sendok, berwarna hijau.

Mahkota silindris, berwarna kuning kecoklatan. Benang sari

melekat pada mahkota, kepala sari berwarna putih dan kuning

kecoklatan. Mahoni berbunga setelah berumur 7 ( tujuh ) tahun.

Buahnya buah kotak, berbentuk bulat telur, berlekuk lima, berwarna

coklat. Biji pipih, berwarna hitam atau coklat.

Mahoni merupakan pohon penghasil kayu keras dan digunakan

untuk keperluan perabot rumah tangga serta barang ukiran.

Mahoni dapat diperbanyak dengan biji.

Penelitian buah mahoni untuk digunakan sebagai vitamin dan obat-

obatan pertama kali dilakukan oleh ahli biokimia, DR. Larry

Brookes, pada tahun 1990-an. Buah mahoni ini mengandung

flavonoid dan saponin.

Kandungan flavonoid-nya berguna untuk melancarkan peredaran

darah, terutama untuk mencegah tersumbatnya saluran darah,

mengurangi kadar kolesterol dan penimbunan lemak pada dinding

pembuluh darah, membantu mengurangi rasa sakit, pendarahan,

dan lebam, serta bertindak sebagai antioksidan untuk

menyingkirkan radikal bebas. Saponin berguna mencegah penyakit

sampar, mengurangi lemak tubuh, meningkatkan sistem kekebalan,

memperbaiki tingkat gula darah, serta menguatkan fungsi hati dan

memperlambat proses pembekuan darah.

Menurut pengobatan Cina, tanaman ini memiliki sifat pahit, dingin,

antipiretik (penurun panas), antijamur, dan mampu menurunkan

tekanan darah tinggi, mengatasi hipertensi, gangguan gula darah,

kurang nafsu makan, demam, dan membantu menjaga daya tahan.

Tanaman ini juga memiliki kemampuan sebagai astringent

(mengeringkan), dapat mengendapkan protein selaput lendir usus

dan membentuk suatu lapisan yang melindungi usus, sehingga

menghambat asupan glukosa dan laju peningkatan glukosa darah.

Konon juga, ramuan serbuk mahoni pun dipercaya memiliki khasiat

untuk membantu proses penyembuhan dan vitalitas. Ada juga yang

cocok untuk keluhan stroke tingkat awal, hipertensi, diabetes.

Sebuah penelitian biji mahoni dalam menurunkan glukosa darah

pada hewan percobaan pernah dilakukan Laurentia Mihardja,

peneliti pada Center For Research and Development of Disease

Control, NIHRD. Pemberian ekstrak mahoni dosis 45 mg/ 160 g bb

setelah 7 hari menunjukkan hasil berbeda yang signifikan dibanding

pelarut serta tidak berbeda dengan glikazide 7,2 mg/200 g bb.

Disimpulkan, mahoni dapat menurunkan glukosa darah pada

hewan percobaan.

Cara Penggunaan :

Kencing manis: 1/2 sendok teh serbuk biji mahoni diseduh

dengan 1/3 cangkir air panas. Diminum selagi hangat, 30 menit

sebelum makan. Lakukan 2-3 kali sehari.

2. Sambiloto (Androghapis paniculata [Burm.f] Nees)

Sambiloto tumbuh liar di tempat terbuka,

seperti di kebun, tepi sungai, tanah kosong

yang agak lembab, atau di pekarangan.

Tumbuh di dataran rendah sampai ketinggian 700 m dpl.

Terna semusim, tinggi 50 – 90 cm, batang disertai banyak cabang

berbentuk segi empat ( kwadrangularis ) dengan nodus yang

membesar. Daun tunggal, bertangkai pendek, letak berhadapan

bersilang, bentuk lanset, pangkal runcing, ujung meruncing, tepi

rata, permukaan atas hijau tua, bagian bawah hijau muda, panjang

2 – 8 cm, lebar 1 – 3 cm. Perhubungan rasemosa yang bercabang

membentuk malai, keluar dari ujung batang atau ketiak daun.

Bunga berbibir berbentuk tabung ; kecil – kecil, warnanya putih

bernoda ungu. Buah kapsul berbentuk jorong, panjang sekitar 1.5

cm, lebar 0.5 cm, pangkal dan ujung tajam, bila masak akan pecah

membujur menjadi 4 keping. Biji gepeng, kecil – kecil, warnanya

coklat muda. Perbanyakan dengan biji atau setek batang.

Kandungan Sambiloto

Sambiloto mengandung senyawa flavonoid yang bersifat

mencegah sekaligus menghancurkan penggumpalan darah.

Sambiloto memiliki kadar kalium yang tinggi dan rendah

kandungan natrium. Kalium diperlukan untuk mengeluarkan air

dan natrium dalam tubuh sehingga bisa menurunkan tekanan

darah. Sementara natrium harus di hindari karena bisa

meningkatkan tekanan darah.

Tanaman ini juga mengandung andrografin, androgafolid (zat

pahit) dan panikulin dimana sifat antibiotiknya mampu meningkatkan

fungsi pertahanan tubuh dan membantu menyembuhkan luka akibat

kanker.

Khasiat Sambiloto

Orang jawa biasa menyebutnya sebagai “obat segala obat”.

Julukan ini diberikan karena diangap mampu menyembuhkan

berbagai penyakit. Samiloto yang memiliki nama ilmiah

Andrographis paniculata, diketahui dapat mempertahankan

kondisi dan imunitas tubuh, menanggulangi diabetes, menurunkan

tekanan darah tinggi, mengobati kanker prostat, hepatitis, penyakit

paru, disentri, tiroid, diare, amandel, influenza, radang ginjal, usus

buntu, malaria dan sebagainya. Dengan khasiat sebanyak ini tak

heran jika tumbuhan Sambiloto disebut juga sebagai obat dewa.

Cara penggunaan :

Diabetes : Rebus setengah genggam daun Sambiloto segar

dengan tiga gelas air bersih. Saring setelah air rebusan tersisa dua

seperempat gelas. Sisihkan tiga seperempat gelas rebusan

tersebut lalu diminum tiga kali sehari setelah makan.

3. Tapak dara ( Catharanthus roseus [L.] G. Don )

Tumbuhan ini berasal dari

Amerika Tengah, umumnya

ditanam sebagai tanaman hias.

Tapak dara bisa tumbuh di

tempat terbuka atau terlindung

pada bermacam – macam iklim, ditemukan dari dataran rendah

sampai ketinggian 800 m dpl.

Terna atau semak, menahun, tumbuh tegak, tinggi mencapai 120

cm, banyak bercabang. Batang bulat, bagian pangkal berkayu,

berambut halus, warnanya merah tengguli. Daun tunggal, agak

tebal, bertangkai pendek, berhadapan bersilang. Helai daun elips,

ujung runcing, pangkal meruncing, tepi rata, pertulangan menyirip,

kedua permukaan mengkilap dan berambut halus. Perbungaan

majemuk, keluar dari ujung tangkai dan ketiak daun dengan 5 helai

mahkota bunga berbentuk terompet, warnanya ada yang putih,

merah muda atau putih dengan bercak merah di tengahnya.

Buahnya buah bumbung berbulu, menggantung, berisi banyak biji

berwarna hitam. Perbanyakan dengan biji, setek batang, atau akar.

Tapak dara seperti yang kita kenal memiliki banyak khasiat dalam

mengobati berbagai macam penyakit, dari yang ringan sampai

yang berat. Adapun penyakit yang dapat diobati dengan tapak dara

seperti : Diabetes, Hipertensi, Leukimia, Asma, Bronkhitis, Demam;

Radang Perut, Disentri, Kurang darah, Gondong, Bisul, Borok; Luka

Bakar, Luka baru, Bengkak.

Kandungan kimia Tapak Dara sendiri terdiri dari berbagai macam

zat kimia diantaranya seperti : Dari akar, batang, daun hingga

bunga Tapak dara mengandung unsur-unsur zat kimiawi yang

bermanfaat untuk pengobatan. Antara lain vinkristin, vinrosidin,

vinblastin dan vinleurosin merupakan kandungan komposisi zat

alkaloid dari tapakdara.

Berikut adalah cara penggunaan atau pengolahan tapak dara

sebagai obat tradisional.

1. Diabetes mellitus (sakit gula/kencing manis)

a. Bahan: 10 – 16 lembar daun tapakdara

Cara membuat: direbus dengan 3 gelas air sampai mendidih

hingga tinggal 1 gelas

Cara menggunakan: setelah dingin diminum, diulangi

sampai

sembuh.

b. Bahan: 35 – 45 gram daun tapakdara kering, adas

pulawaras

Cara membuat: bahan tersebut direbus dengan 3 gelas air

sampai mendidih hingga tinggal 1 gelas

Cara menggunakan: setelah dingin diminum, diulangi

sampai

sembuh.

c. Bahan: 3 lembar daun tapakdara, 15 kuntum bunga

tapakdara

Cara membuat: direbus dengan 4 gelas air sampai mendidih

hingga tinggal 1,5 gelas

Cara menggunakan: diminum pagi dan sore setelah makan.

4. Pulai ( Alstonia scholaris [L.] R. Br. )

Pulai yang termasuk suku Kamboja –

kambojaan, tersebar di seluruh Nusantara. Di

Jawa pulai tumbuh di hutan jati, hutan campuran dan hutan kecil di

pedesaan, ditemukan dari dataran rendah sampai 900 m dpl. Pulai

kadang ditanam di pekarangan dekat pagar atau ditanam sebagai

pohon hias.

Tanaman berbentuk pohon, tinggi 20 – 25 cm. Batang lurus,

diameternya mencapai 60 cm, berkayu, percabangan menggarpu.

Kulit batang rapuh, rasanya sangat pahit, bergetah putih. Daun

tunggal, tersusun melingkar 4 – 9 helai, bertangkai yang

panjangnya 7.5 – 15 mm, bentuknya lonjong sampai lanset atau

lonjong sampai bulat telur sungsang, permukaan atas licin,

permukaan bawah buram, tepi rata,pertulangan menyirip, panjang

10 – 23 cm, lebar 3 – 7.5 cm, warna hijau. Perbungaan majemuk

tersusun dalam malai yang bergagang panjang, keluar dari ujung

tangkai. Bunga wangi berwarna hijau terang sampai putih

kekuningan, berambut halus yang rapat. Buah berupa buah

bumbung berbentuk pita yang panjangnya 20 – 50 cm,

menggantung. Biji kecil, panjang 1.5 – 2 cm, berambut pada bagian

tepinya dan berjambul pada ujungnya. Perbanyakan dengan biji

atau setek batang dan cabang.

Penyakit Yang Dapat Diobati :

Demam, malaria, limfa membesar, batuk berdahak, diare, disentri, ;

Kurang napsu makan, perut kembung, sakit perut, kolik, anemia, ;

Kencing manis (diabetes melitus), wasir, gangguan haid, bisul,;

Tekanan darah tinggi (Hipertensi), rematik akut, borok (ulcer), ;

Beri-beri, masa nifas, payudara bengkak karena ASI.;

Cara Penggunaan :

Kencing manis : Kulit batang pulai sebanyak 2 jari, dicuci lalu

dipotong-potong seperlunya. Rebus dengan 3 gelas air bersih

sampai tersisa separonya. Setelah dingin disaring, minum 1/2 jam

sebelum makan. Sehari 2 kali, masing-masing 3/4 gelas.

Komposisi :

SIFAT KIMIAWI DAN EFEK FARMAKOLOGIS : Kulit kayu rasanya

pahit, tidak berbau. KANDUNGAN KIMIA : Kulit kayu mengandung

alkaloida ditain, ekitamin (ditamin), ekitenin, ekitamidin, alstonin,

ekiserin, ekitin, ekitein, porfirin, dan triterpen (alfa-amyrin dan

lupeol). Daun mengandung pikrinin. Sedangkan bunga pulai

mengandung asam ursolat dan lupeol. Efek Farmakologis dan Hasil

Penelitian : 1. Zat aktif triterpenoid dari kulit kayu pulai dapat

menurunkan kadar glukosa darah kelinci (Setyarini, Fak. Farmasi

Unair, 1987). 2. Ekstrak air kulit kayu pulai secara in vivo dapat

menekan daya infeksi telur cacing gelang babi (Ascaris suum) pada

dosis 130 mg/ml dan secara invitro menekan perkembang telur

berembrio menjadi larva an pada dosis 65 mg/ml (Thresia Ranti,

jurusan Farmasi FMIPA ITB, 1 99 1). 3. Pemberian infus 10% kulit

kayu pulai dengan dosis 0,7; 1,5 dan 39/kg bb kelinci mempunyai

efek hipoglikernik (Sulina, Jurusan Farmasi FMIPA ITB, 1978).

5. Daun sendok ( Plantago mayor L. )

Daun sendok merupakan gulma di

perkebunan teh dan karet atau tumbuh liar

di hutan, ladang, dan halaman berumput

yang agak lembab, kadang ditanam dalam pot sebagai tumbuhan

obat. Tumbuhan ini berasal dari daratan Asia dan Eropa, dapat

ditemukan dari dataran rendah sampai ketinggian 3.300 m dpl.

Tumbuhan obat ini tersebar luas di dunia dan telah dikenal sejak

dahulu kala serta merupakansalah satu dari 9 tumbuhan obat yang

dianggap sakral di Anglo Saxon. Terna menahun, tumbuh tegak,

tinggi 15 – 20 cm. Daun tunggal, bertangkai panjang, tersusun

dalam roset akar. Bentuk daun bundar telur sampai lanset melebar,

tepi rata atau bergerigi kasar tidak teratur, permukaan licin atau

sedikit berambut, pertulangan melengkung, panjang 5 – 10 cm,

lebar 4 – 9 cm, warnanya hijau. Perbungaan majemuk tersusun

dalm bulir yang panjangnya sekitar 30 cm, kecil – kecil, warna

putih. Buah lonjong atau bulat telur, berisi 2 – 4 biji berwarna hitam

dan keriput. Daun muda bisa dimasak sebagai sayuran.

Perbanyakan dengan biji.

Komposisi :

SIFAT KIMIAWI DAN EFEK FARMAKOLOGIS : Herba ini

bersifat manis dan dingin. dan menghilangkan haus. Biji bersifat

manis, dingin, masuk meridian ginjal, hati, usus halus dan paru. 

KANDUNGAN KIMIA : Herba ini mengandung plantagin,

aukubin, asam ursolik, Beta-si- tosterol, n-hentriakontan, dan

plantagluside yang terdiri dari methyl D-galakturonat, D-

galaktosa, L-arabinosa dan L-rhammosa. Juga rnengandung

tanin, kalium dan vitamin (B1, C, A). Kalium bersifat peluruh

kencing dan melarutkan endapan garam kalsium yang terdapat

dalam ginjal dan kandung kencing. Zat aktif aukubin selain

berkhasiat melindungi hati terhadap pengaruh zat beracun yang

dapat rnerusak sel-sel hati (hepatoprotektor), juga berkhasiat

antiseptik. Biji (che qian zi) daun sendok mengandung asam

planterolik, plantasan (dengan komposisi xylose, arabinose,

asam galacturonat dan rharnnose), protein, musilago, aucubin,

asam suksinat, adenin, cholin, katalpol, syringin, asam lemak

(palmitat, stearat, arakidat, oleat, linolenat dan lenoleat), serta

flavanone glycoside. Sedangkan bagian akar mengandung

naphazolin.

INDIKASI:

Herba berkhasiat mengatasi:

Gangguan pada saluran kencing seperti infeksi saluran

kencing, kencing berlemak, kencing berdarah, bengkak karena

penyakit ginjal (nefrotik edema), kencing sedikit karena panas

dalam;

Batu empedu, batu ginjal;

Radang prostat (prostatitis);

Influenza, demam, batuk rejan (pertusis);

Radang saluran napas (bronkitis);

Diare, disentri, nyeri lambung;

Radang mata merah (konjungtivitis), menerangkan penglihatan

yang kabur;

Kencing manis (Diabetes Melitus);

Hepatitis akut disertai kuning (hepatitis ikterik akut);

Cacingan, gigitan serangga; dan

Perdarahan seperti mimisan, batuk darah.

CARA PENGGUNAAN :

Herba kering sebanyak 10 - 15 g atau yang segar sebanyak 15 30

g direbus, lalu diminum airnya. Bisa juga herba segar ditumbuk lalu

diperas dan saring untuk diminum.

6. Rambutan(Nephelium lappaceum L. )

Rambutan banyak ditanam sebagai

pohon buah, kadang – kadang ditemukan

tumbuh liar. Tumbuhan tropis ini

memerlukan iklim lembab dengan curah

hujan tahunan paling sedikit 2.000 mm. Rambutan merupakan

tanaman dataran rendah, hingga ketinggian 300 – 600 m dpl.

Pohon dengan tinggi 15 – 25 m ini mempunyai banyak cabang.

Daun majemuk menyirip letaknya berseling, dengan anak daun 2 –

4 pasang. Helaian anak daun bulat lonjong, panjang 7,5 – 20 cm,

lebar 3,5 – 8,5 cm, ujung dan pangkal runcing, tepi rata,

pertulangan menyirip, tangkai silindris, warnanya hijau, kerapkali

mengering. Bunga tersusun pada tandan di ujung ranting, harum,

kecil – kecil, warnanya hijau muda. Bungan jantan dan bunga

betina tumbuh terpisah dalam satu pohon. Buah bentuknya bulat

lonjong, panjang 4 – 5 cm, dengan duri tempel yang bengkok,

lemas sampai kaku. Kulit buahnya berwarna hijau dan menjadi

kuning atau merah kalau sudah masak. Dinding buah tebal. Biji

bentuk elips, terbungkus daging buah berwarna putih transparan

yang dapat dimakan dan banyak mengandung air, rasanya

bervariasi dari masam sampai manis. Kulit biji tipis berkayu.

Rambutan berbunga pada akhir musim kemarau dan membentuk

buah pada musim hujan, sekitar November sampai Februari. Ada

banyak jenis rambutan seperti ropiah, simacan, sinyonya,

lebakbulus dan binjei. Perbanyakan dengan biji, tempelan tunas,

atau dicangkok.

Cara penggunaan :

4 biji rambutan disangrai hingga kering kemudian ditumbuk

halus. Setelah itu, bubuk biji rambutan direbus dengan air

secukupnya.

Gongseng biji rambutan (lima biji), lalu giling sampai menjadi

serbuk. Seduh dengan satu cangkir air panas. Setelah dingin,

minum airnya sekaligus. Lakukan 1--2 kali sehari.

7. Pare (Momordica charantia .L)

Pare atau di Jawa Barat disebut Paria

Nama Latin Momordica charantia.L

Merupakan Tanaman MERAMBAT ,

tumbuhan semusim yang tumbuh merambat.

Buahnya pahit dan berbau tidak enak, buahnya berbintil-bintil

dalam beberapa lajur.Ada jenis yang tidak berbintil-bintil bentuknya

panjang disebut pare ulo (pare ular). Buah Pare biasa dibuat sayur,

walau terasa pahit banyak masyarakat percaya tanaman buah pare

berkhasiat. dan ternyata betul merupakan obat herbal untuk

penyakit kencing manis (Diabetes).

Jika terjadi gangguan pada kerja insulin,karena jumlahnya tidak

mencukupi atau kualitasnya memadai, kadar glukosa darah

cenderung naik. Zat karantin pada pare berkasiat hipoglesemik

(menurunkan kadar glukosa darah) ia terdiri atas campuran

senyawa-senyawa saponin steroid yang khasiatnya lebih kuat

daripada tolbutamida. Zat ini menstimulasi (mengarang) sel-sel B

pulau langerhans sehingga meningkatkan produksi hormon insulin,

peningkatan jumlah sel-sel B kelenjar pankreas memperkuat

hipoglisemik buah pare.

Pusat penelitian obat tradisional (PPOT) Unifersitas Gajah Mada

melakukan uji serupa dengan ekstrak buah pare. Uji dilakukan

terhadap 10 pasien DM noninsulin-dependent berusia 43-69 tahun

pasien diberi 4 kapsul masing-masing 750 mg 3 kali sehari selama

4 minggu setelah 2 minggu, terdapat penurunan kadar glukosa

darah dan 2 jam sesudah makan secara signifikan,.

Kandungan lain adalah senyawa polipeptida yang mirip insulin

disebut polipeptida-p (p- insulin) . khasiatnya menurunkan kadar

glukosa darah secara langsung. Selain itu terdapat pula senyawa-

senyawa alkaloid yang memiliki peranan serupa.

Selain untuk penyakit gula darah , pare pun secara in vitro

potensial menghambat virus HIV dan tumor. itu A dan B

momorkarin. penemuan lain buah pare matang berkasiat melawan

kanker, khususnya leukimia. Kini si pahit yang semula hanya

dimanfaatkan sebagai sayur, jadi alternatif obat untuk penderita

penyakit gula.

Cara penggunaan :

Diabetes:

200 g buah pare segar dicuci bersih lalu diblender. Tambahkan

air minum secukupnya, lalu diperas dengan sepotong kain

sampai terkumpul sebanyak 50 ml (seperempat gelas).

Perasan dihangatkan dengan api kecil selama 15-30 menit.

Setelah dingin diminum, lakukan setiap hari.

200 g buah pare dicuci bersih lalu diiris tipis-tipis. Rebus dengan

3 gelas air bersih sampai tersisa 1 gelas. Setelah dingin

disaring, minum, Lakukan setiap hari.

8. Bawang Merah  dan Bawang Putih (Allium cepa dan Allium

sativum)

     Bawang merah dan bawang putih yang biasa dikenal sebagai

bahan bumbu dapur ternyata mempunyai khasiat dapat

menurunkan kadar gula dalam darah. Senyawa dalam bawang

yang dipercaya mempunyai khasiat itu adalah allyl propil disulphide

(APDS) dan diallyl disulphide oxide (Allicin), meskipun tentunya

senyawa lain seperti flavonoid juga ikut berperan. Dari percobaan

dilaboratorium  didapatkan hasil bahwa APDS menurunkan kadar

gula dalam darah dengan cara berkompetisi di liver, sehingga

dapat meningkatkan jumlah insulin bebas. Ekstrak bawang merah

diketahui dapat menurunkan kadar gula dalam darah,  baik bila

dikonsumsi secara oral maupun bila diberikan secara injeksi

intraperitonial. Dari pengamatan dapat diketahui bahwa bawang

sudah dapat memberikan efek yang menguntungkan bagi penderita

diabetes apabila dikonsumsi setiap hari sekitar 25 – 200 mg. Hasil

penelitian bahkan memberikan efek yang sama apabila bawang

tersebut dikonsumsi dalam bentuk mentah ataupun dimasak. 

Selain itu, mengkonsumsi bawang merah dan bawang putih  juga

memberikan efek yang bagus terhadap system kardiovaskular,

diantaranya adalah dapat menurunkan kadar lemak serta dapat

berkhasiat antihipertensi. Jadi mengkonsumsi bawang merah

ataupun bawang putih sangatlah dianjurkan bagi para penderita

diabetes.

9. Jamblang/juwet ( Syzygium cuminii)

Jamblang tergolong

tumbuhan buah-buahan

yang berasal dari Asia dan

Australia tropik. Biasa

ditanam di pekarangan

atau tumbuh liar, terutama di hutan jati. Jamblang tumbuh di

dataran rendah sampai ketinggian 500 m dpl. Pohon dengan tinggi

10-20 m ini berbatang tebal, tumbuhnya bengkok, dan bercabang

banyak. Daun tunggal, tebal, tangkai daun 1-3,5 cm. Helaian daun

lebar bulat memanjang atau bulat telur terbalik, pangkal lebar

berbentuk baji, tepi rata, pertulangan menyirip, permukaan atas

mengilap, panjang 7-16 cm, lebar 5-9 cm, warnanya hijau. Bunga

majemuk bentuk malai dengan cabang yang berjauhan, bunga

duduk, tumbuh di ketiak daun dan di ujung percabangan, kelopak

bentuk lonceng berwarna hijau muda, mahkota bentuk bulat telur,

benang sari banyak, berwarna putih, dan baunya harum. Buahnya

buah buni, lonjong, panjang 2-3 cm, masih muda hijau, setelah

masak warnanya merah tua keunguan. Biji satu, bentuk lonjong,

keras, warnanya putih. Berakar tunggang, bercabang-cabang,

berwarna cokelat muda. Biasanya, buah jamblang yang masak

dimakan segar. Rasanya agak asam dan sepat. Kulit kayu bisa

digunakan sebagai zat pewarna.

Jamblang yang berbuah putih (jamblang bawang) inilah yang

merupakan obat tradisional yang mujarab untuk melawan penyakit

kencing manis. Biji jamblang dipercaya mampu mempercepat

penyembuhan luka pada penderita diabetes. Hal ini diduga karena

adanya zat glukosida phytomellin dalam biji jamblang yang mampu

mengurangi kerapuhan pembuluh darah kapiler. Berkat kandungan

phytomelin biji juwet/jamblang ini , maka kerapuhan tubuh dapat

diatasi dan luka yang ada bisa cepat sembuh. Kandungan alpha

phytosterol dari biji jamblang juga mampu melibas gejala yang

sering dialami oleh penderita diabetes seperti rasa cepat capai dan

kekurangan tenaga. Hasil penelitian menunjukkan bahwa biji juwet

mempunyai efek hipoglikemia yang signifikan. Hal ini akan dapat

menurunkan kadar gula dalam darah, selain itu biji jamblang juga

diketahui dapat menurunkan kadar gula dalam air seni.

Secara tradisional untuk mengatasi diabetes, anda dapat

mengkonsumsinya dengan cara penggunaan :

7 biji jamblang bawang segar, tumbuklah hingga halus dan

kemudian rebus dengan 2 gelas air. Air rebusan ini dapat anda bagi

untuk mengkonsumsinya menjadi 3 kali sehari. Pemberian ramuan

ini biasanya berlangsung antara 2-3 hari, apabila badan sudah

merasa segar, tidak lesu dan kekurangan tenaga lagi atau dalam

artian kadar gula anda stabil/normal anda bisa menghentikan

pengobatan.

10.Biji Klabet  ( Trigonella foenum-graecum)

Terna tahunan, tumbuh

tegak, tinggi 30 cm

sampai 60 cm. Daun

berbentuk bundar telur

terbalik sampai bentuk

baji. Bunga tunggal atau sepasang, keluar di ketiak daun, mahkota

berwarna kuning terang. Buah polong gundul, memanjang atau

berbentuk lanset. Buah berisi 10 sampai 20 biji.

Meskipun biji klabet ini secara tradisional banyak dipakai untuk

mengatasi berbagai macam penyakit, tetapi umumnya penelitian

terhadap tanaman ini lebih difokuskan terhadap khasiatnya sebagai

antidiabetes ataupun untuk menurunkan kolesterol. Dari hasil

penelitian awal memperlihatkan bahwa terhadap penderita diabetes

tipe 2 ( tidak tergantung insulin), biji klabet dapat menurunkan

kadar gula serta memperbaiki segala problem yang berhubungan

dengan tingginya kadar gula dalam darah. Problem itu diantaranya

meliputi seringnya kencing, rasa haus pada malam hari, sakit pada

saraf serta infeksi kulit. Hanya satu penelitian yang melaporkan

bahwa biji klabet ini juga dapat memperbaiki kadar gula bagi para

penderita diabetes tipe 1 (tergantung insulin). Senyawa aktif yang

bertanggung jawab untuk mengatasi diabetes dari biji tanaman ini

diduga adalah trigonelline alkaloid, asam nikotinat serta kumarin.

Pemakaian biji klabet secara tradisional, dianjurkan agar tidak lebih

dari 12 minggu. Selain takut timbul efek yang tidak diinginkan, hal

ini juga karena penelitian tentang mengkonsumsi biji klabet untuk

jangka panjang belum selesai dilakukan. Dosis yang biasa dipakai

untuk penderita diabetes tipe 1 (tergantung insulin) usia diatas 18

th adalah 50 gr biji klabet, 2 kali sehari yang dikonsumsi secara

oral. Sedang bagi penderita diabetes tipe 2 (tidak tergantung

insulin)  adalah 2,5 gram serbuk biji klabet, dua kali sehari secara

oral. Bagi penderita diabetes yang usianya dibawah 18 th serta

bagi para ibu hamil dan menyusui, tidak dianjurkan untuk

mengkonsumsi ramuan ini, karena dosis dan keamanannya belum

diteliti.

Kehati-hatian harus diperhatikan terutama bagi yang mempunyai

alergi terhadap biji klabet. Beberapa efek samping pernah

dilaporkan akibat pemakaian biji klabet ini , misalnya terjadi diare,

rasa malas dan mengantuk, muka bengkak dll, walau sebenarnya 

hal ini jarang terjadi.

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Adapun beberapa tanaman yang dapat digunakan dalam

pengobatan penyakit diabetes (antidiabetik), baik itu berdasarkan

penggunaan secara empiris maupun yang telah melalui penelitian

yaitu:

1. Mahoni ( Swietenia mahagoni Jacq. )

2. Sambiloto( Androghapis paniculata [Burm.f] Nees )

3. Tapak dara ( Catharanthus roseus [L.] G. Don )

4. Pulai ( Alstonia scholaris [L.] R. Br. )

5. Daun sendok ( Plantago mayor L. )

6. Rambutan (Nephelium lappaceum L. )

7. Pare (Momordica charantia.L)

8. Bawang Merah  dan Bawang Putih (Allium cepa dan Allium

sativum)

9. Jamblang/juwet ( Syzygium cuminii)

10.Biji Klabet  ( Trigonella foenum-graecum)

DAFTAR PUSTAKA

Mycek, J. Mary. 2001. “Farmakologi Ulasan Bergambar Edisi 2”. Widya Medika. Jakarta.

Tjay Tan Hoan. 2002. “Obat-Obat Penting Edisi ke-V”. PT. Elex Media Computindo. Jakarta.

http://www.republika.co.id/berita/nasional/umum/11/06/08/lmh6cj-wew-penderita-diabetes-di-indonesia-melonjak-pesat. diposkan Kamis, 09 Juni 2011 01:29 WIB.

http://www.diabetesmelitus.comli.com/pengertian.html. Posted On Tuesday, 12 Apr 2011 By admin

http://kiathidupsehat.com/khasiat-buah-pare-atau-paria/ Posted on Thursday, February 25th, 2010 at 6:05 am and is filed under Tanaman Obat.

http://www.iptek.net.id/ind/pd_tanobat/view.php?id=154 Diposkan Wednesday, November 23, 2011 8:29:49 PM

http://www.obatherbalalami.com/2010/07/buah-mahoni-sebagai-obat-diabetes.html#ixzz1eX7qUGLM

http://www.conectique.com/tips_solution/health/herbs/article.php?article_id=6945

http://hadyherbs.wordpress.com/2011/01/08/buah-pare-untuk-obat-diabetes-mellitus/