Fistula Peri Anal

download Fistula Peri Anal

of 20

Transcript of Fistula Peri Anal

1

PRESENTASI KASUS INDIVIDU FISTULA PERIANAL

Oleh: Dyah Nisma Purboningtyas 201020401011179

Pembimbing: dr.Muwardi Romli M. Sp B M.Kes

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG RUMAH SAKIT MUHAMMADIYAH LAMONGAN 2012

2

DAFTAR ISI

Halaman LEMBAR JUDUL ................................................................................................ 1 DAFTAR ISI ......................................................................................................... 2 BAB 1 PENDAHULUAN .................................................................................... 3 BAB 2 LAPORAN KASUS ................................................................................. 5 BAB 3 TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................... 14 BAB 4 KESIMPULAN........................................................................................ . 28 DAFTAR PUSTAKA

3

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang masalah Fistula perianal merupakan sebuah hubungan yang abnormal antara epitel dari kanalis anal dan epidermis dari kulit perianal. Fistula perianal adalah bentuk kronik dari abses anorektal yang tidak sembuh yang membentuk traktus akibat inflamasi. Angka prevalensi penyakit ini adalah 8,6 % kasus tiap 100.000 populasi. Prevalensi pada pria adalah 12,3% dari 100.000 populasi. Pada wanita, berkisar 5,6 % dari 100.000 populasi. Rasio pada pria dan wanita adalah 18,1, yang menggambarkan lebih seringnya penyakit ini pada pria. Umurnya rata-rta penderita fistel ini adalah 38 tahun. Fistula ani sering terjadi pada laki laki berumur 20 40 tahun, berkisar 1-3 kasus tiap 10.000 orang. Sebagian besar fistula terbentuk dari sebuah abses (tapi tidak semua abses menjadi fistula). Sekitar 40% pasien dengan abses akan terbentuk fistula. Hampir semua fistel perianal disebabkan oleh perforasi atau penyaliran abses anorektum, sehingga kebanyakan fistel mempunyai satu muara di kripta di perbatasan anus dan rektum dan lubang lain di perineum kulit kepala. Sebagian besar fistula ani memerlukan operasi karena fistula ani jarang sembuh spontan. Setelah operasi risiko kekambuhan fistula termasuk cukup tinggi yaitu sekitar 21% (satu dari lima pasien dengan fistula post operasi akan mengalami kekambuhan)

4

BAB II LAPORAN KASUS

Seorang laki-laki usia 55 tahun datang dengan keluhan bisul di dekat lubang pantat yang diketahuinya sejak 2 bulan yang lalu. Pasien mengaku bisul tersebut pecah sekitar 1 bulan yang lalu dan mengeluarkan nanah tapi tidak didapatkan darah. Pasien mengaku bisul tersebut hilang timbul. Menurut pengakuan pasien, saat bisul belum pecah terasa sangat nyeri dan kemudian setelah pecah nyerinya hanya kadang-kadang saja. Saat bisul belum pecah sempat demam tapi hanya sumer-sumer. Pasien mengaku tidak ada gangguan saat buang air besar (BAB), BAB 1 kali/hari setiap pagi, tapi terkadang pasien mengaku BABnya keras. Sering mengejan saat berak disangkal oleh pasien. BAB darah disangkal oleh pasien. Pasien mengatakan tidak ada gangguan saat makan dan minum, mual maupun muntah juga disangkal. Pasien juga mengatakan tidak ada gangguan saat buang air kecil (BAK), pancaran saat BAK normal, sering terbangun dimalam hari untuk BAK disangkal oleh pasien, BAK terputus-putus serta nyeri saat BAK juga tidak dirasakan oleh pasien. Sebelumnya pasien belum pernah menderita keluhan yang sama. Pasien tidak mempunyai riwayat hipertensi maupun diabetes mellitus. Tidak diapatkan riwayat batuk lama atau pengobatan selama 6 bulan. Keluarga pasien belum pernah menderita keluhan yang sama. Pasien tidak mempunyai kebiasaan merokok, sumber air untuk digunakan mandi pasien dari PDAM. Saat datang ke RSML pasien dalam keadaan cukup, GCS 456. Pada pemeriksaaan tanda-tanda vital didapatkan tekanan darah 125/78, nadi 88x/menit, nafas 20x/menit, suhu 36.5C aksila. Pada pemeriksaan kepala pasien tampak anemis, tapi tidak didapatkan ikterik maupun sianosis maupun dispnea. Tidak didapatkan pembesaran kelenjar getah bening (KGB) dan kelenjar tiroid pada pemeriksaan leher. Pada pemeriksaan paru didapatkan bentuk simetris, tidak tampak adanya retraksi intercostalis maupun otot-otot tambahan pernafasan. Pada auskultasi

5

terdengar suara nafas vesikuler kanan dan kiri pasru sama, tidak terdengar wheezing maupun ronkhi. Pada palpasi didapatkan fremitus taktil normal, ekspansi pergerakan dinding dada simetris, tidak terdapat pembesaran kelenjar aksila. Perkusi sonor pada kedua lapangan paru. Sedangkan pada pemeriksaan jantung tidak didapatkan voussore cardiaque, iktus cordis tak teraba, tidak didapatkan thrill atau fremissement, pada saat perkusi didapatkan batas kiri redup ICS VII line axillaris anterior sinistra, batas kanan kanan redup ICS IV para sternal line dextra, dan batas atas redup ICS III sternal line sinistra. Padaa saat auskultasi terdengar S1 S2 tunggal, tidak terdengar bunyi murmur maupaun gallop. Pada pemeriksaan abdomen tampak flat/datar, tidak tampak caput meduse maupun grey sign dan cullen sign. Pada saat palpasi teraba soefl, tidak didapatkan nyeri tekan, hepar dan lien sulit dievaluasi. Perkusi timpani, tidak didapatkan shifting dullnes maupun meteorismus. Saat aukultasi bising usus normal, tidak terdengar bruit maupun metalic sound. Pada pemeriksaan uro-genitalia normal, tidak didapatkan adanya massa, tidak terdengar bising arteri renalis dextra maupun sinistra, ginjal tidak teraba saat palpasi. Pada pemeriksaan anal tidak didapatkan massa, abses maupun tanda-tanda radang tapi terdapat outlet. Pada ekstremitas didapatkan akral hangat kering merah, tidak didapatkan edema. Pemeriksaan status lokalis Inspeksi : Tampak outlet pada regio perianal arah jam 6, tidak didapatkan tanda-tanda radang, abses maupun massa. Palpasi : RT : Tonus sfingter ani adequat, mukosa licin, ampula rekti tidak kolap, tidak didapat massa maupun darah, teraba indurasi arah jam 6 dengan jarak 1 cm dari tepi anus. Berikut ini adalah gambar dari pasien :

6

Gambar 2.1 Fistula perianal

Pemeriksaan Laboratorium 1.Pemeriksaan Darah Lengkap Diffcount Hematokrit Hemoglobin Leukosit Trombosit LED : 1/0/76/17/6 (1-2/0-1/49-67/25-33/3-7) : 45,2 % : 15,5 g/dl : 9700 : 275.000 : 35/58 (L 40-54%, P 35-47%) (P=12,0-16,0 mg/dl, L=13,0-18,0 mg/dl) (4000-10.000) (150.000- 450.000) (L 0-5/jam, P 0-7/jam)

2. Pemeriksaan kadar glukosa darah GDA : 87 (