Fistula Ani Terbaru

31
BAB I PENDAHULUAN Fistula perianal merupakan sebuah hubungan yang abnormal antara epitel dari kanalis anal dan epidermis dari kulit perianal. Fistula perianal adalah bentuk kronik dari abses anorektal yang tidak sembuh yang membentuk traktus akibat inflamasi. Angka prevalensi penyakit ini adalah 8,6 % kasus tiap 100.000 populasi. Prevalensi pada pria adalah 12,3% dari 100.000 populasi. Pada wanita, berkisar 5,6 % dari 100.000 populasi. Rasio pada pria dan wanita adalah 18,1, yang menggambarkan lebih seringnya penyakit ini pada pria. Umurnya rata-rta penderita fistel ini adalah 38 tahun. 1 Fistula ani sering terjadi pada laki laki berumur 20 – 40 tahun, berkisar 1-3 kasus tiap 10.000 orang. Sebagian besar fistula terbentuk dari sebuah abses (tapi tidak semua abses menjadi fistula). Sekitar 40% pasien dengan abses akan terbentuk fistula. 1 Hampir semua fistel perianal disebabkan oleh perforasi atau penyaliran abses anorektum. Penyebab lainnya adalah hemoroidektomy, perforasi benda asing,trauma, peradangan usus (Crohn’s disease), dan penyakit spesifik seperti tuberkulosis. 1 FISTULA ANI. AFRIDAWATY HARAHAP.FK-UNJA KEPANITERAAN ILMU PENYAKIT BEDAH RSU RADEN MATTAHER JAMBI 2015 1

description

Fistula in Ano

Transcript of Fistula Ani Terbaru

Page 1: Fistula Ani Terbaru

BAB I

PENDAHULUAN

Fistula perianal merupakan sebuah hubungan yang abnormal antara epitel dari kanalis

anal dan epidermis dari kulit perianal. Fistula perianal adalah bentuk kronik dari abses

anorektal yang tidak sembuh yang membentuk traktus akibat inflamasi.

Angka prevalensi penyakit ini adalah 8,6 % kasus tiap 100.000 populasi. Prevalensi

pada pria adalah 12,3% dari 100.000 populasi. Pada wanita, berkisar 5,6 % dari 100.000

populasi. Rasio pada pria dan wanita adalah 18,1, yang menggambarkan lebih seringnya

penyakit ini pada pria. Umurnya rata-rta penderita fistel ini adalah 38 tahun.1

Fistula ani sering terjadi pada laki laki berumur 20 – 40 tahun, berkisar 1-3 kasus tiap

10.000 orang. Sebagian besar fistula terbentuk dari sebuah abses (tapi tidak semua abses

menjadi fistula). Sekitar 40% pasien dengan abses akan terbentuk fistula.1

Hampir semua fistel perianal disebabkan oleh perforasi atau penyaliran abses

anorektum. Penyebab lainnya adalah hemoroidektomy, perforasi benda asing,trauma,

peradangan usus (Crohn’s disease), dan penyakit spesifik seperti tuberkulosis.1

Sebagian besar fistula ani memerlukan operasi karena fistula ani jarang sembuh

spontan. Setelah operasi risiko kekambuhan fistula termasuk cukup tinggi yaitu sekitar 21%

(satu dari lima pasien dengan fistula post operasi akan mengalami kekambuhan)

KEPANITERAAN ILMU PENYAKIT BEDAH RSU RADEN MATTAHER JAMBI 20151

Page 2: Fistula Ani Terbaru

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Anatomi Rectum Anus

Gambar 2. Anatomi Canalis Analis

( Sobotta, Atlas Anatomi Manusia )

Kanalis analis berasal dari proktoderm yang merupakan invaginasi ektoderm, sedangkan

rektum berasal dari endoderm. Karena perbedaan asal anus dan rektum ini, maka pendarahan,

persarafan, serta penyaliran vena dan limfenya berbeda juga, demikian pula epitel yang

menutupinya. Rektum dilapisi oleh mukosa glanduler usus sedangkan kanalis analis oleh

anoderm yang merupakan lanjutan epitel berlapis gepeng kulit luar. Tidak ada yang disebut

mukosa anus. Daerah batas rectum dan kanalis analis ditandai dengan perubahan jenis epitel.

KEPANITERAAN ILMU PENYAKIT BEDAH RSU RADEN MATTAHER JAMBI 20152

Page 3: Fistula Ani Terbaru

Kanalis analis dan kulit luar disekitarnya kaya akan persarafan sensoris somatik dan peka

terhadap rangsangan nyeri, sedangkan mukosa rectum mempunyai persarafan otonom dan tidak

peka terhadap nyeri.

Kanalis analis berukuran panjang 2,5 cm sampai 4 cm, mulai dari flexura perinealis recti.

Biasanya canalis analis dalam keadaan tertutup dan baru terbuka pada waktu defekasi. Selaput

lendir canalis mempunyai sejumlah 5-10 lipatan-lipatan vertikal yang tetap dan dinamakan

columnae rectales (columna anales) Morgagni. Biasanya columna anales Morgagni berukuran

panjang 8 mm – 12 mm, lebar 3 mm – 6 mm dan membentang sampai 12 mm – 20 mm di dalam

orifisium analis. Diantara columna anales morgagni terdapat lekukan-lekukan yang menyerupai

kantong-kantong kecil yang dinamakan sinus rectalis (sinus analis, crypta analis). Lipatan yang

terdapat pada ujung columna analis dan membatasi sinus rectalis membentuk suatu katup yang

dinamakan valvula analis Morgagni. Columna anales mempunya puncak yang sering kali

menjulang ke atas tepi bawah columna rectalis dan berbentuk seperti tonjolan kecil yang

dinamakan papillae anales. Bersama-sama tepi atas valvula anales membentuk suatu garis

bergerigi yang dinamakan linea pectinea (linea dentata). Selaput lendir di atas linea pectinea

mempunyai epitel silindris sedangkan dibawahnya epitel gepeng. Didaerah ini terdapat kripta

anus dan kelenjar muara anus antara kolumna rektum. Infeksi yang terjadi disini dapat

menimbulkan abses anorektum yang dapat membentuk fistel. Lekukan antar sfingter sirkuler

dapat diraba di dalam kanalis analis sewaktu melakukan colok dubur, dan menunjukkan batas

antara sfingter interna dan sfingter eksterna ( garis Hilton )

Cincin sfingter anus melingkari kanalis analis dan terdiri dari sfingter interna dan

eksterna. Sisi posterior dan lateral cincin ini terbentuk dari fusi sfingter interna, otot longitudinal,

bagian tengah dari otot levator ( puborektalis ), dan komponen m. sfingter eksternus. Muskulus

sfingter ani internus terdiri atas serabut otot polos, sedangkan muskulus sfingter ani eksternus

terdiri atas serabut otot lurik.

KEPANITERAAN ILMU PENYAKIT BEDAH RSU RADEN MATTAHER JAMBI 20153

Page 4: Fistula Ani Terbaru

Gambar 3. Anatomi Kanalis Analis

Keterangan (1). Rektum dilapisi mukosa usus (2). Lapisan otot sirkuler dinding rectum (3). Lapisan otot

longitudinal dinding rektum( 4). Tulang panggul (5). m.obturator internus (6). m.levator anus (7). m.pubo-rektal

(8). m.sfingter internus (9). m.sfingter externus (10). Garis atas-sfingter (dari hilton ) merupakan perbatasan antara

sfingter intern dan ekstern yang dapat diraba (11). Tonjolan rektum atau kolumna morgagni dengan muara

kelenjar rektum diantaranya di dalam kripta (12). Garis mokokuktan atau linea pektinata merupakan perbatasan

antara selaput lendir (=mukosa) rektum dan kutis (=kulit) anus (13). Kanalis analis dengan epitel gepeng

2.1.1 Pendarahan Arteri

Rectum dan canalis analis mendapat perdarahan dari :

1. Arteri hemoroidales superior adalah kelanjutan langsung a. mesenterika inferior.

2. Arteri hemoroidalis medialis merupakan percabangan anterior a.iliaka interna.

3. Arteri hemoroidalis inferior adalah cabang dari arteri pudenda interna.

Arteri hemoroidales superior merupakan nadi utama untuk rectum. Anastomasis tersebut

kepembuluh kolateral hemoroid inferior dapat menjamin pendarahan di kedua ekstremitas

bawah.Pendarahan di pleksus hemoroidalis merupakan kolateral luas dan kaya sekali darah.

KEPANITERAAN ILMU PENYAKIT BEDAH RSU RADEN MATTAHER JAMBI 20154

Page 5: Fistula Ani Terbaru

Gambar 4. Pendarahan Arteri-arteri rektum

Keterangan :(1). a.hemoroidalis inferior (2). a. pudenda (3). a.hemoroidalis media (4). a. iliaka interna(5).

a. hemoroidalis superior  (6). Cabang arteri sigmoidea (7). a. iliaka komunis dextra (8). a.mesenterika inferior (9).

Aorta (10). v.kava inferior  (11). a.sakralis

2.1.2 Pendarahan Vena

Vena hemoroidalis superior berasal dari pleksus hemoroidalis internus dan berjalan ke

arah cranial ke dalam vena mesenterika inferior dan seterusnya melalui vena lienalis ke vena

porta. Vena ini tidak terkatup sehingga tekanan rongga perut menentukan tekanan didalamnya.

Vena hemoroidalis inferior mengalirkan darah ke dalam vena pudenda interna dan ke dalam vena

iliaka interna dan sistem kava.

2.1.3 Aliran Limfe

Pembuluh limfe dari kanalis membentuk pleksus halus yang menyalirkan isinya menuju

ke kelenjar limfe inguinal, selanjutnya dari sini cairan limfe terus mengalir sampai ke kelenjar

limfe ilaka. Infeksi dan tumor ganas di daerah anus dapat mengakibatkan limfadenopati inguinal.

Pembuluh limfe dari rectum diatas garis anorektum berjalan seirung dengan v.hemoroidalis

KEPANITERAAN ILMU PENYAKIT BEDAH RSU RADEN MATTAHER JAMBI 20155

Page 6: Fistula Ani Terbaru

superior dan melanjut ke kelenjar limfe mesenterika inferior dan aorta. Operasi radikal untuk

eradikasi karsinoma rectum dan anus didasarkan pada anatomi saluran limfe ini.

Gambar 5. Aliran Limfe

Keterangan :(1). Ke kelenjar inguinal (2). Kelenjar iliaka interna (3). Kelenjar parakolik (4). Kelenjar dimesenterium

(5). Kelenjar para aorta

2.1.4 Persarafan

Persarafan rektum terdiri atas sistem simpatik dan parasimpatik. Serabut simpatik berasal

dari pleksus mesenterikus inferior dan dari sistem parasakral yang terbentuk dari ganglion

simpatis lumbal ruas kedua, ketiga, dan keempat. Unsur simpatis plesksus ini menuju ke arah

struktur genital dan serabut otot polos yang mengendalikan emisi air mani dan ejakulasi.

Persarafan parasimpatis (nervi ergentes) berasal dari saraf sacral kedua, ketiga, keempat dan

kelima. Serabut saraf ini menuju ke jaringan erektil penis dan klitoris serta mengendalikan ereksi

dengan cara mengatur aliran darah ke dalam jaringan ini.

Muskulus puborektal mempertahankan sudut anorectum; otot ini mempertajam sudut

tersebut bila meregang dan meluruskan usus bila mengendur.

2.2 Fisiologi Rectum Anus

Normalnya,  kelenjar rektum yang terdapat di kripta antar kolumna rektum berfungsi sebagai

barrier terhadap lewatnya mikroorganisme penyebab infeksi yang berasal dari lumen usus ke daerah

perirektal. Kelenjar ini mengeluarkan semacam lendir, berguna sebagai pelicin/ lubrikasi.  Saluran ini

memiliki klep satu arah agar produksi bisa keluar tapi feses tidak bisa masuk. Terhalangnya jalan keluar

produksi dari kelenjar ini akibat stasis menyebabkan  kuman dan cairan feses masuk ke dalam kelenjar.

Feses yang banyak kumannya berkembang biak ke dalam kelenjar, membentuk peradangan yang jadi

KEPANITERAAN ILMU PENYAKIT BEDAH RSU RADEN MATTAHER JAMBI 20156

Page 7: Fistula Ani Terbaru

abses. Abses akan  mencari jalan keluar dan  membentuk semacam pipa yang menembus kulit.

Akibatnya, kulit jadi tampak seperti bisul lalu pecah. Pecahan ini tidak bisa menutup karena nanah selalu

keluar dan tidak bisa kering karena berhubungan dengan feses. Kondisi ini bisa berlangsung berbulan-

bulan hingga bertahun-tahun.

2.3 Fistula Ani

2.3.1 Definisi

Fistula ani adalah hubungan abnormal antara epitel dari kanalis anal dan epidermis dari

kulit perianal. Biasanya merupakan kelanjutan dari abses anorektal, sehingga fistula ani

merupakan bentuk kronis dari abses anorektal. Dalam muara interna (primer) hampir selalu

berada dalam kripta, fistula biasanya tunggal dan hanya melibatkan bagian muskulus sfingter;

fistula majemuk atau fistula-fistula yang melibatkan seluruh muskulus sfingter eksterna kurang

lazim ditemukan.

Hampir semua fistula anus disebabkan oleh perforasi atau penyaliran abses anorektum,

sehingga kebanyakan fistula mempunyai satu muara di kripta di perbatasan anus dan rectum dan

lubang lain di perineum di kulit perianal. Kadang, fistula disebabkan oleh colitis disertai proktitis

seperti TBC, amobiasis dan morbus Crohn. Bila gejala diare menyertai fistula anorektal yang

berulang, perlu dipikirkan penyakit Crohn, karena 50 % penderita penyakit Crohn mengalami

fistula anus.

Fistula dapat terletak di subkutis, submukosa, antar sphingter atau menembus sfingter.

Fistula mungkin terletak di anterior, lateral atau posterior. Bentuknya mungkin lurus, bengkok,

atau mirip sepatu kuda. Umumnya fingter bersifat tunggal, kadang ditemukan yang kompleks.

2.3.2 Insiden & Epidemiologi

Fistula perianal sering terjadi pada laki laki berumur 20 – 40 tahun, berkisar 1-3 kasus tiap 10.000

orang. Sebagian besar fistula terbentuk dari sebuah abses (tapi tidak semua abses menjadi fistula). Sekitar

40% pasien dengan abses akan terbentuk fistula.

KEPANITERAAN ILMU PENYAKIT BEDAH RSU RADEN MATTAHER JAMBI 20157

Page 8: Fistula Ani Terbaru

2.3.3 Etiologi

Kebanyakan fistula berawal dari kelenjar dalam di dinding anus atau rektum. Kadang-kadang

fistula merupakan akibat dari pengeluaran nanah pada abses anorektal. Terdapat sekitar 7-40% pada kasus

abses anorektal berlanjut menjadi fistel perianal. Namun lebih sering penyebabnya tidak dapat diketahui.

Organisme yang biasanya terlibat dalam pembentukan abses adalah Escherichia coli, Enterococcus sp dan

Bacteroides sp. Fistula juga sering ditemukan pada penderita dengan penyakit Crohn, tuberkulosis,

devertikulitis, kanker atau cedera anus maupun rektum, aktinomikosis dan infeksi klamidia. Fistula pada

anak-anak biasanya merupakan cacat bawaan. Fistula yang menghubungkan rektum dan vagina bisa

merupakan akibat dari terapi sinat x, kanker, penyakit Crohn dan cedera pada ibu selama proses

persalinan.

2.3.4 Patofisiologi

Pada kanalis anal terdapat kelenjar kriptoglandur yang mengalir menuju kripta pada linea

dentata. Bila kelenjar mengalami infeksi dan salurannya tersumbat akan menyebabkan abses

anorektal. Dapat berada pada perianal, ischiorectal space, intersphincteric space, dan pelvirectal

space.

Bila keadaan ini terus berlanjut akan berlanjut menjadi fistula dimana abses akan

berusaha mencari jalan keluar dan dapat timbul juga setelah drainase, kadang jaringan granulasi

berlapis dapat tertinggal dan menyebabkan gejala berulang.

KEPANITERAAN ILMU PENYAKIT BEDAH RSU RADEN MATTAHER JAMBI 20158

Page 9: Fistula Ani Terbaru

2.3.5 Klasifikasi

Fistula diklasifikasikan berdasarkan hubungannya dengan kompleks anal sphincter

sebagai berikut:

Fistula intersphincteric berawal dalam ruang diantara M. Sfingter Eksterna dan Interna

dan bermuara berdekatan dengan lubang anus.

Colon and Rectal Surgery, 2005

Fistula transsphincteric berawal dalm ruang diantara M. Sfingter Eksterna dan Interna,

kemudian melewati M. Sfingter Eksterna dan bermuara sepanjang ½ inchi di luar lubang

anus.

Colon and Rectal Surgery, 2005

KEPANITERAAN ILMU PENYAKIT BEDAH RSU RADEN MATTAHER JAMBI 20159

Page 10: Fistula Ani Terbaru

Fistula suprasphincteric berawal dari ruang diantara M. Sfingter Eksterna dan Interna

dan membelah ke atas M. Puborektalis lalu turun diantara puborektal dan M. Levator ani

lalu muncul ½ inchi di luar anus.

Colon and Rectal Surgery, 2005

Fistula extrasphincteric berawal dari rektum/colon sigmoid dan memanjang ke bawah,

melewati M. Levator ani dan berakhir di sekitar anus. Biasanya akibat dari trauma,

Chron’s Disease, PID, dan abses supralevator.

Colon and Rectal Surgery, 2005

KEPANITERAAN ILMU PENYAKIT BEDAH RSU RADEN MATTAHER JAMBI 201510

Page 11: Fistula Ani Terbaru

Schwartz’s Principles of Surgery, 2004

KEPANITERAAN ILMU PENYAKIT BEDAH RSU RADEN MATTAHER JAMBI 201511

Page 12: Fistula Ani Terbaru

Hukum Goodsall

Fistula ani terdiri lubang interna dan eksterna. Dengan melihat adanya lubang externa

dapat diperkirakan letak lubang internanya dan salurannya dengan Goodsall’s rule. Secara

umum, jika lubang eksterna berada di sebelah anterior dari anal tranversal line maka salurannya

berjalan radier membentuk garis lurus. Sebaliknya bila lubang eksterna berada di sebelah

posterior dari anal transversal line maka saluran akan melengkung menuju posterior midline.

Goodsall Rule (emedicine.medscape.com) edition) Goodsall Rule (Sabiston Textbook of Surgery, 17th edition)

2.3.6 Penegakan Diagnosa

Anamnesis

Dari anamnesis biasanya ada riwayat kambuhan abses perianal dengan selang waktu

diantaranya, disertai pengeluaran nanah sedikit-sedikit. Pada colok dubur umumnya fistel dapat

diraba antara telunjuk dianus (bukan di rectum) dan ibu jari dikulit perineum sebagai tali setebal

kira-kira 3mm (colok dubur bidigital). Jika fistel agak lurus dapat disonde sampai sonde keluar di

kripta asalnya. Fistel perineum jarang menyebabkan gangguan sistemik, fistel kronik yang lama

sekali dapat mengalami degenerasi maligna menjadi karsinoma planoseluler kulit. Sering

memberikan sejarah yang dapat diandalkan nyeri sebelumnya, bengkak, dan spontan atau

drainase bedah direncanakan dari abses anorektal.

KEPANITERAAN ILMU PENYAKIT BEDAH RSU RADEN MATTAHER JAMBI 201512

Page 13: Fistula Ani Terbaru

Tanda dan gejala sebagai berikut :

Nyeri pada saat bergerak, defekasi dan batuk

Ulkus

Keluar cairan purulen

Benjolan (Massa fluktuasi)

Pruritus ani

Demam

Kemerahan dan iritasi kulit di sekitar anus

General malaise

Fistula kompleks adalah sebagai berikut:

Radang usus

Divertikulitis

Sebelumnya terapi radiasi untuk kanker prostat atau dubur

Tuberkulosis

Terapi steroid

Infeksi HIV

Pemeriksaan Fisik

Temuan pemeriksaan fisik tetap menjadi andalan diagnosis. Pada pemeriksaan fisik  di

daerah anus (dengan pemeriksaan digital/rectal toucher) ditemukan satu atau lebih eksternal

opening  fistula atau teraba adanya fistula di bawah permukaan kulit. Eksternal opening fistula

tampak sebagai bisul (bila abses belum pecah)  atau tampak sebagai saluran yang dikelilingi oleh

jaringan granulasi. Internal opening fistula

dapat dirasakan sebagai daerah indurasi/ nodul di dinding anus setinggi garis dentata.

Terlepas dari jumlah eksternal opening, terdapat hampir selalu hanya satu internal opening.

Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan Laboratorium

Tidak ada studi laboratorium khusus yang diperlukan; studi pra operasi normal

dilakukan berdasarkan usia dan komorbiditas.

Pemeriksaan Radiologi

- Fistulografi : Injeksi kontras melalui pembukaan internal, diikuti dengan anteroposterior,

lateral dan gambaran X-ray oblik untuk melihat jalur fistula.

KEPANITERAAN ILMU PENYAKIT BEDAH RSU RADEN MATTAHER JAMBI 201513

Page 14: Fistula Ani Terbaru

- Ultrasound endoanal / endorektal : Menggunakan transduser 7 atau 10 MHz ke dalam

kanalis ani untuk membantu melihat differensiasi muskulus intersfingter dari lesi

transfingter. Transduser water-filled ballon membantu evaluasi dinding rectal dari

beberapa ekstensi suprasfingter.

- MRI : MRI dipilih apabila ingin mengevaluasi fistula kompleks, untuk memperbaiki

rekurensi.

- CT- Scan : CT Scan umumnya diperlukan pada pasien dengan penyakit crohn atau

irritable bowel syndrome yang memerlukan evaluasi perluasan daerah inflamasi. Pada

umumnya memerlukan administrasi kontras oral dan rektal.

- Barium Enema : untuk fistula multiple, dan dapat mendeteksi penyakit inflamasi usus.

- Anal Manometri : evaluasi tekanan pada mekanisme sfingter berguna pada pasien

tertentu seperti pada pasien dengan fistula karena trauma persalinan, atau pada fistula

kompleks berulang yang mengenai sphincter ani.

2.3.7 Penatalaksanaan

Tujuan terapi dari fistula ani adalah eradikasi sepsis tanpa menyebabkan inkonstinensia.

Terapi dari fistula tergantung dari jenis fistulanya sendiri.

Simple intersphincteric fistula sering diterapi dengan fistulotomy (membuka tract fistula),

kuretase, dan penyembuhan sekunder.

Colon and Rectal Surgery, 2005

Pada fistula transsphinteric terapi tergantung dari lokasi kompleks sphincter yang

terkena. Bila fistula kurang dari 30% otot sphincter yang terkena dapat dilakukan sphincterotomy

tanpa menimbulkan inkonstinensia yang berarti. Bila fistulanya high transsphincteric dapat

dilakukan dengan pemasangan seton.

KEPANITERAAN ILMU PENYAKIT BEDAH RSU RADEN MATTAHER JAMBI 201514

Page 15: Fistula Ani Terbaru

Pada fistula suprasphenteric biasanya diterapi juga dengan pemasangan seton.

Pada fistula extrasphincteric terapi tergantung dari anatomi dari fistula, biasanya bila

fistula diluar sphincter dibuka dan didrainase.

Seton digunakan untuk identifikasi tract, sebagai drainase, dan merangsang terjadinya

fibrosis dengan tetap menjaga fungsi dari sphincter. Cutting seton terbuat dari karet yang diletak

pada fistula untuk merangsang fibrosis. Noncutting seton terbuat dari plastic yang digunakan

sebagai drainase.

Beberapa metode telah diperkenalkan untuk mengidentifikasi tract fistula saat berada di

kamar operasi:

Memasukkan probe melalui lubang eksternal sampai ke bukaan internal, atau sebaliknya.

Menginjeksi cairan warna seperti methylene blue, susu, atau hidrogen peroksida, dan

memperhatikan titik keluarnya di linea dentata.

Mengikuti jaringan granulasi pada traktus fistula.

Memperhatikan lipatan kripta anal saat traksi dilakukan pada traktus. Hal ini dapat

berguna pada fistula sederhana namun kurang berhasil pada varian yang kompleks

Terapi Konservatif Medikamentosa dengan pemberian analgetik, antipiretik serta profilaksis

antibiotik jangka panjang untuk mencegah fistula rekuren.

Terapi pembedahan:

- Fistulotomi : Fistel di insisi dari lubang asalnya sampai ke lubang kulit, dibiarkan

terbuka, sembuh per sekundam intentionem. Dianjurkan sedapat mungkin dilakukan fistulotomi.

- Fistulektomi : Jaringan granulasi harus di eksisi keseluruhannya untuk menyembuhkan fistula.

Terapi terbaik pada fistula ani adalah membiarkannya terbuka.

- Seton : Benang atau karet diikatkan malalui saluran fistula. Terdapat dua macam Seton, cutting

Seton, dimana benang Seton ditarik secara gradual untuk memotong otot sphincter secara

bertahap, dan loose Seton, dimana benang Seton ditinggalkan supaya terbentuk granulasi dan

benang akan ditolak oleh tubuh dan terlepas sendiri setelah beberapa bulan.

- Advancement Flap : Menutup lubang dengan dinding usus, tetapi keberhasilannya tidak terlalu

besar.

- Fibrin Glue: Menyuntikkan perekat khusus (Anal Fistula Plug/AFP) ke dalam saluran fistula

yang merangsang jaringan alamiah dan diserap oleh tubuh. Penggunaan fibrin glue memang

KEPANITERAAN ILMU PENYAKIT BEDAH RSU RADEN MATTAHER JAMBI 201515

Page 16: Fistula Ani Terbaru

tampak menarik karena sederhana, tidak sakit, dan aman, namun keberhasilan  jangka panjangnya

tidak tinggi, hanya 16%.

Pasca Operasi

  Pada operasi fistula simple, pasien dapat pulang pada hari yang sama setelah operasi. Namun

pada fistula kompleks mungkin membutuhkan rawat inap beberapa hari. Setelah operasi mungkin akan

terdapat sedikit darah ataupun cairan dari luka operasi untuk beberapa hari, terutama sewaktu buang air

besar. Perawatan luka pasca operasi meliputi sitz bath (merendam daerah pantat dengan cairan antiseptik),

dan penggantian balutan secara rutin. Obat obatan yang diberikan untuk rawat jalan antara lain

antibiotika, analgetik dan laksatif. Aktivitas sehari hari umumnya tidak terganggu dan pasien dapat

kembali bekerja setelah beberapa hari. Pasien dapat kembali menyetir bila nyeri sudah berkurang. Pasien

tidak dianjurkan berenang sebelum luka sembuh, dan tidak disarankan untuk duduk diam berlama-lama. 

2.3.8 Komplikasi

Komplikasi dini pasca operasi, sebagai berikut :

Retensi urin

Pendarahan

Impaksi tinja

Thrombosed wasir

Komplikasi tertunda pascaoperasi, sebagai berikut :

Kambuh

Inkontinensia

stenosis Anal: Proses penyembuhan menyebabkan fibrosis dari lubang anus. Bulking agen

untuk membantu mencegah bangku sempit.

2.3.9 Prognosis

Fistel dapat kambuh bila lubang dalam tidak turut dibuka atau dikeluarkan, cabang fistel tidak

turut dibuka, atau kulit sudah menutup luka sebelum jaringan granulasi menempel permukaan. Setelah

fistulotomy standar, tingkat kekambuhan dilaporkan adalah 0-18% dan tingkat dari setiap inkontinensia

tinja adalah 3-7%. Setelah menggunakan Seton, melaporkan tingkat kekambuhan adalah 0-17% dan

tingkat dari setiap inkontinensia feses adalah 0-17%. Setelah flap mukosa kemajuan, tingkat kekambuhan

dilaporkan adalah 1-17% dan tingkat dari setiap inkontinensia feses adalah 6-8%.

BAB III

KEPANITERAAN ILMU PENYAKIT BEDAH RSU RADEN MATTAHER JAMBI 201516

Page 17: Fistula Ani Terbaru

ILUSTRASI KASUS

Seorang laki-laki usia 55 tahun datang dengan keluhan bisul di dekat lubang pantat

yang diketahuinya sejak 2 bulan yang lalu. Pasien mengaku bisul tersebut pecah sekitar 1

bulan yang lalu dan mengeluarkan nanah tapi tidak didapatkan darah. Pasien mengaku

bisul tersebut hilang timbul. Menurut pengakuan pasien, saat bisul belum pecah terasa

sangat nyeri dan kemudian setelah pecah nyerinya hanya kadang-kadang saja. Saat bisul

belum pecah sempat demam tapi hanya sumer-sumer. Pasien mengaku tidak ada gangguan

saat buang air besar (BAB), BAB 1 kali/hari setiap pagi, tapi terkadang pasien mengaku

BABnya keras. Sering mengejan saat berak disangkal oleh pasien. BAB darah disangkal

oleh pasien. Pasien mengatakan tidak ada gangguan saat makan dan minum, mual maupun

muntah juga disangkal. Pasien juga mengatakan tidak ada gangguan saat buang air kecil

(BAK), pancaran saat BAK normal, sering terbangun dimalam hari untuk BAK disangkal

oleh pasien, BAK terputus-putus serta nyeri saat BAK juga tidak dirasakan oleh pasien.

Sebelumnya pasien belum pernah menderita keluhan yang sama. Pasien tidak

mempunyai riwayat hipertensi maupun diabetes mellitus. Tidak diapatkan riwayat batuk

lama atau pengobatan selama 6 bulan. Keluarga pasien belum pernah menderita keluhan

yang sama. Pasien tidak mempunyai kebiasaan merokok, sumber air untuk digunakan

mandi pasien dari PDAM.

Saat datang ke RSUDRM pasien dalam keadaan cukup, GCS 456. Pada pemeriksaaan

tanda-tanda vital didapatkan tekanan darah 125/78, nadi 88x/menit, nafas 20x/menit, suhu

36.5˚C aksila. Pada pemeriksaan kepala pasien tampak anemis, tapi tidak didapatkan

ikterik maupun sianosis maupun dispnea. Tidak didapatkan pembesaran kelenjar getah

bening (KGB) dan kelenjar tiroid pada pemeriksaan leher.

Pada pemeriksaan paru didapatkan bentuk simetris, tidak tampak adanya retraksi

intercostalis maupun otot-otot tambahan pernafasan. Pada auskultasi terdengar suara nafas

vesikuler kanan dan kiri pasru sama, tidak terdengar wheezing maupun ronkhi. Pada

palpasi didapatkan fremitus taktil normal, ekspansi pergerakan dinding dada simetris, tidak

terdapat pembesaran kelenjar aksila. Perkusi sonor pada kedua lapangan paru. Sedangkan

pada pemeriksaan jantung tidak didapatkan voussore cardiaque, iktus cordis tak teraba,

tidak didapatkan thrill atau fremissement, pada saat perkusi didapatkan batas kiri redup ICS

KEPANITERAAN ILMU PENYAKIT BEDAH RSU RADEN MATTAHER JAMBI 201517

Page 18: Fistula Ani Terbaru

VII line axillaris anterior sinistra, batas kanan kanan redup ICS IV para sternal line dextra,

dan batas atas redup ICS III sternal line sinistra. Padaa saat auskultasi terdengar S1 S2

tunggal, tidak terdengar bunyi murmur maupaun gallop.

Pada pemeriksaan abdomen tampak flat/datar, tidak tampak caput meduse maupun

grey sign dan cullen sign. Pada saat palpasi teraba soefl, tidak didapatkan nyeri tekan,

hepar dan lien sulit dievaluasi. Perkusi timpani, tidak didapatkan shifting dullnes maupun

meteorismus. Saat aukultasi bising usus normal, tidak terdengar bruit maupun metalic

sound.

Pada pemeriksaan uro-genitalia normal, tidak didapatkan adanya massa, tidak

terdengar bising arteri renalis dextra maupun sinistra, ginjal tidak teraba saat palpasi. Pada

pemeriksaan anal tidak didapatkan massa, abses maupun tanda-tanda radang tapi terdapat

outlet. Pada ekstremitas didapatkan akral hangat kering merah, tidak didapatkan edema.

Pemeriksaan status lokalis

Inspeksi : Tampak outlet pada regio perianal arah jam 6, tidak didapatkan tanda-tanda

radang, abses maupun massa.

Palpasi : RT : Tonus sfingter ani adequat, mukosa licin, ampula rekti tidak kolap, tidak

didapat massa maupun darah, teraba indurasi arah jam 6 dengan jarak 1 cm dari

tepi anus.

Berikut ini adalah gambar dari pasien :

KEPANITERAAN ILMU PENYAKIT BEDAH RSU RADEN MATTAHER JAMBI 201518

Page 19: Fistula Ani Terbaru

Gambar 2.1 Fistula perianal

Pemeriksaan Laboratorium

1.Pemeriksaan Darah Lengkap

Diffcount : 1/0/76/17/6 (1-2/0-1/49-67/25-33/3-7)

Hematokrit : 45,2 % (L 40-54%, P 35-47%)

Hemoglobin : 15,5 g/dl (P=12,0-16,0 mg/dl, L=13,0-18,0 mg/dl)

Leukosit : 9700 (4000-10.000)

Trombosit : 275.000 (150.000- 450.000)

LED : 35/58 (L 0-5/jam, P 0-7/jam)

2. Pemeriksaan kadar glukosa darah

GDA : 87 (<200 mg/dl)

3. Pemeriksaan Faal Homeostasis

Bleeding time : 2’30” (1-5 menit)

Clothing time : 9’10” (5-11 menit)

Diagnosis : Fistula perianal

KEPANITERAAN ILMU PENYAKIT BEDAH RSU RADEN MATTAHER JAMBI 201519

Page 20: Fistula Ani Terbaru

Rencana tindakan :

1. Infus RL 1500cc/24 jam

2. Injeksi Ceftriaxone 2x1 gr

3. Injeksi Metamizole 3x1

4. Pro Fistulektomi

KEPANITERAAN ILMU PENYAKIT BEDAH RSU RADEN MATTAHER JAMBI 201520

Page 21: Fistula Ani Terbaru

BAB IV

KESIMPULAN

Fistula perianal yang merupakan sebuah hubungan yang abnormal antara epitel dari

kanalis anal dan epidermis dari kulit perianal. Fistula perianal adalah bentuk kronik dari abses

anorektal yang tidak sembuh yang membentuk traktus akibat inflamasi.

Angka prevalensi penyakit ini adalah 8,6 % kasus tiap 100.000 populasi. Prevalensi pada

pria adalah 12,3% dari 100.000 populasi. Pada wanita, berkisar 5,6 % dari 100.000 populasi.

Rasio pada pria dan wanita adalah 18,1, yang menggambarkan lebih seringnya penyakit ini pada

pria. Umurnya rata-rata penderita fistel ini adalah 38 tahun.

Penyebab fistel perianal kebanyakan belum diketahui namun organisme yang biasanya

terlibat adalah E. Coli, Enteroccocus Sp dan Bacteroides Sp. Sekitar 40% pasien dengan abses

akan terbentuk fistula. Penyebab lainnya adalah hemoroidektomy, perforasi benda asing,trauma,

peradangan usus (Crohn’s disease), dan penyakit spesifik seperti tuberkulosis.

Sebagian besar fistula ani memerlukan operasi karena fistula ani jarang sembuh spontan.

Setelah operasi risiko kekambuhan fistula termasuk cukup tinggi yaitu sekitar 21% (satu dari

lima pasien dengan fistula post operasi akan mengalami kekambuhan).

KEPANITERAAN ILMU PENYAKIT BEDAH RSU RADEN MATTAHER JAMBI 201521

Page 22: Fistula Ani Terbaru

DAFTAR PUSTAKA

1. Abcarian H, Richard L Nelson. Epidemiology, Incidence and Prevalence of Fistula in

Ano. Newyork. Springer.2014

2. H Abracian. Relationship of Abcess to Fistula. Newyork. Springer.2014

3. Sabiston D, Oswari J.Buku Ajar Bedah. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC.1994.

3. Schwartz, Shires, Spencer. Intisari Prinsip-Prinsip Ilmu Bedah, Edisi 6. Jakarta :EGC.2000.

4. Sjamsuhidajat R, De Jong Wim. Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi ke-2. Jakarta :Penerbit Buku

Kedokteran EGC.2004.Hal 747-748

5. Grace P, Borley N. At a Glance Ilmu Bedah. Edisi ketiga.Jakarta : Erlangga.2006.

6. Reksoprodjo S. Kumpulan Kuliah Ilmu Bedah. Jakarta : Binarupa Aksara. 2000.

7. Corman, M.L. Colon and Rectal Surgery 5th Ed. Lippincott Williams & Wilkins. 2005.

KEPANITERAAN ILMU PENYAKIT BEDAH RSU RADEN MATTAHER JAMBI 201522