FISIP UB Gelar Diskusi Bapak Ilmu Komunikasi Indonesia

Submit by prasetyaFISIP on May 10, 2017 | Comment(s) : 0 | View : 2563

5125_20170510152348

  Jurusan Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial Ilmu Politik Universitas Brawijaya (FISIP UB) menggelar forum diskusi dalam rangka ulang tahun Profesor Alwi Dahlan yang ke 84 tahun. Seperti yang telah diketahui pada umumnya, Alwi Dahlan merupakan Bapak Ilmu Komunikasi Indonesia. Di tahun 1967, Alwi Dahlan tercatat sebagai doktor Ilmu Komunikasi pertama Indonesia lulusan Amerika Serikat, tepatnya dari Illionis University.

Acara yang dilaksanakan di Aula lantai 7 Gedung A Fakultas Ilmu Sosial llmu Politik Universitas Brawijaya dihadiri tiga pembicara, yaitu Winarto S. S., Andini K. W., dan Tevtia S. L.

Ketiganya merupakan peneliti yang mengangkat Kiprah Alwi Dahlan tidak hanya dalam perkembangan Ilmu Komunikasi, Dunia Humaniora tapi juga Organisasi Ilmu Sosial dan Ilmu Komunikasi.

Andini mengatakan bahwa M. Alwi Dahlan memiliki prestasi gemilang dalam menulis skenario film. 

“Harimau Tjampa merupakan salah satu produk skenario film yang pada waktu itu mendapat penghargaan sebagai peraih skenario film terbaik pada Festival Film Indonesia (FFI) tahun 1958, demikian pula untuk film Tiga Dara dan beberapa film lainnya yang merupakan hasil kerja bersama pamannya yaitu Usmar Ismail,” jelas Andini.

Sebagian besar kehidupan Alwi Dahlan (AD) dihabiskan untuk menjadi aktivis di Organisasi Sosial dan Ilmu Komunikasi, AD pernah bergabung dalam Ikatan Sarjana Komunikasi Indonesia (ISKI) dan sempat menjadi Ketua Umum dari periode 1984 hingga 1997.

AD juga menjabat menjadi Ketua Umum Himpunan Indonesia untuk Pengembangan Ilmu – Ilmu Sosial (HIPIIS ) selain itu AD juga merupakan salah satu tokoh yang berkecimpung dalam pendirian Perhimpunan Hubungan Masyarakat Indonesia (PERHUMAS).

Tevtia selaku pembicara dalam diskusi terbuka tersebut menjelaskan kiprah AD sangat penting dalam pembentukan organisasi sosial.

“AD sangat membuat peran HIPIIS semakin kuat dalam pengembangan ilmu sosial, HIPIIS sebagai kekuatan penyeimbang sangat krusial lantaran kala itu pemerintah dipandang memiliki kebenaran mutlak, HIPIIS hadir dengan menyajikan kebenaran lain agar tidak ada kebenaran tunggal versi penguasa,” ujar Tevtia yang saat ini

tercatat sebagai Mahasiswa Pascasarjana Ilmu Komunikasi UB.

 Winanto menambahkan AD bergerak di banyak bidang komunikasi dengan sudut yang beranekaragam pula. Bermula dari reporter biasa, AD tetap mengembangkan pengetahuannya lewat seminar dan diskusi – diskusi. (Anata/ Humas FISIP/Humas UB)