Fisiologi Pendengaran

57
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Otitis Media Akut adalah suatu infeksi pada telinga tengah yang disebabkan karena masuknya bakteri patogenik ke dalam telinga tengah (Smeltzer, 2001). Otits media akut (OMA) dapat terjadi kare beberapa faktor penyebab, seperti sumbatan tuba eustachius (merupakan penyebab utama dari kejadian otitis media yang menyebabkan pertahanan tubuh pada silia mukosa tuba eustachius terganggu), ISPA (infeksi saluran pernafasan atas), dan bakteri (Streptococcus peumoniae, Haemophylus influenza, Moraxella catarrhalis, dan bakteri piogenik lain, seperti Streptococcus hemolyticus, Staphylococcus aureus, E. coli, Pneumococcus vulgaris). Otitis media efusi ( OME ) merupakan penyakit yang sering di derita oleh bayi dan anak-anak. Diluar negeri, khususnya di Negara yang mempunyai 4 musim penyakit ini di temukan dengan angka insiden dan prevalensi yang tinggi. Dari beberapa kepustakaan dapat disimpulkan rata- rata insiden OME sebesar 14% - 62%, sedang peneliti lain ada yang melaporkan angka rata-rata prevelensi OME sebesar 2% - 52%. OME adalah peradangan telinga tengah yang di tandai dengan adanya cairan efusi di rongga telinga tengah 1

description

Fisiologi Pendengaran THT

Transcript of Fisiologi Pendengaran

Page 1: Fisiologi Pendengaran

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Otitis Media Akut adalah suatu infeksi pada telinga tengah yang disebabkan

karena masuknya bakteri patogenik ke dalam telinga tengah (Smeltzer, 2001). Otits

media akut (OMA) dapat terjadi kare beberapa faktor penyebab, seperti sumbatan

tuba eustachius (merupakan penyebab utama dari kejadian otitis media yang

menyebabkan pertahanan tubuh pada silia mukosa tuba eustachius terganggu), ISPA

(infeksi saluran pernafasan atas), dan bakteri (Streptococcus peumoniae,

Haemophylus influenza, Moraxella catarrhalis, dan bakteri piogenik lain, seperti

Streptococcus hemolyticus, Staphylococcus aureus, E. coli, Pneumococcus vulgaris).

Otitis media efusi ( OME ) merupakan penyakit yang sering di derita oleh

bayi dan anak-anak. Diluar negeri, khususnya di Negara yang mempunyai 4 musim

penyakit ini di temukan dengan angka insiden dan prevalensi yang tinggi. Dari

beberapa kepustakaan dapat disimpulkan rata-rata insiden OME sebesar 14% - 62%,

sedang peneliti lain ada yang melaporkan angka rata-rata prevelensi OME sebesar 2%

- 52%.

OME adalah peradangan telinga tengah yang di tandai dengan adanya cairan

efusi di rongga telinga tengah dengan membran timpani utuh tanpa disertai dengan

tanda-tanda infeksi akut. OME termasuk dalam golongan otitis media non supuratif.

Terdapat banyak sinonim dari OME ini. Tetapi yang paling banyak diterima

berdasarkan terminologi adalah otitis media efusi.

Otitis media supuratif kronik adalah peradangan mukosa telinga tengah

disertai keluarnya cairan dari telinga melalui perforasi membran timpani (gendang

telinga berlubang). Cairan yang keluar dari telinga dapat terus menerus atau hilang

timbul. Kejadian OMSK dipengaruhi oleh berbagai faktor antara lain suku bangsa,

jenis kelamin, tingkat sosioekonomi, keadaan gizi, dan kekerapan mengalami infeksi

saluran pernapasan atas (ISPA).

1

Page 2: Fisiologi Pendengaran

Menurut survei yang dilakukan pada 7 propinsi di Indonesia pada tahun 1996

ditemukan prevalensi Otitis Media Supuratif sebesar 3% dari penduduk Indonesia.

Dengan kata lain dari 220 juta penduduk Indonesia diperkirakan terdapat 6, 6 juta

penderita OMSK. Di Indonesia menurut Survei Kesehatan Indera Penglihatan dan

Pendengaran, Depkes tahun 1993-1996 prevalensi OMSK adalah 3, 1%-5, 20%

populasi. Usia terbanyak penderita infeksi telinga tengah adalah usia 7-18 tahun, dan

penyakit telinga tengah terbanyak adalah OMSK.

1.2 Tujuan

1.2.1 Tujuan Umum

Menegtahui tentang penyakit pada telinga tengah yaitu otitis media

akut,otitis media efusi, dan otitis media supuratif kronik.

1.2.2 Tujuan Khusus

Mengetahui tentang definisi, epidemiologi, etiologi, pathogenesis,

patofisiologi, gejala klinik, diagnosis, penatalkasanaan, dan prognosis dari

otitis media akut, otitis media efusi, dan otitis media supuratif kronik.

1.3 Manfaat

Menambah wawasan dan keilmuan untuk penulis serta membantu pembaca

khususnya teman-teman mahasiswa fakultas kedokteran laninnya untuk

memahami tentang penyakit telinga bagian tengah, yaitu otitis media akut, otitis

media efusi, dan otitis media supuratif kronik.

2

Page 3: Fisiologi Pendengaran

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Fisiologi dan Anatomi Pendengaran

Telinga secara anatomis terbagi menjadi tiga bagian yaitu telinga luar, tengah

dan dalam. Telinga luar dan tengah berperan dalam transmisi suara melalui udara

menuju telinga bagian dalam yang terisi cairan. Pada telinga dalam ini, terjadi

amplifikasi energy suara. Di sana juga terdapat dua macam system sensoris yaitu

koklea yang mengkonversikan gelombang suara menadi impuls saraf dan vestibular

apparatus yang berguna untuk keseimbangan.

Gambar 2.1 Anatomi Telinga

2.1.1 Telinga Luar

Telinga luar atau pinna merupakan gabungan dari tulang rawan yang diliputi

kulit, terdiri atas auricular dan meatus acusticus externus.

3

Page 4: Fisiologi Pendengaran

Auricula mempunyai bentuk yang khas dan berfungsi mengumpulka getaran

udara auricular terdiri atas lempeng tulang rawan elastic tipis yang ditutupi kulit.

Auricular mempunyai otot intrinsic dan ekstrinsik keduanya dipersarafi oleh N.

facialis.

Gambar 2.2 Anatomi Telinga Luar

Meatus acusticus eksternus adalah tabung berkelok yang menghubungkan

auricular dengan membrane timpani. Tabung ini berfungsi menghantarkan gelombang

suara dari auricular ke membrane timpani. Pada orang dewasa panangnya lebih

kurang 1 inci (2,5 cm), dan dapat diluruskan untuk memasukkan otoskop dengan cara

menarik auricular ke atas dan belakang.

Rangka sepertiga bagian luar meatus adalah cartilage elastis, dan dua pertiga

bagian dalam adalah tulang, yang dibentuk oleh lempeng timpani. Meatus dilapisi

oleh kulit, dan sepertiga bagian luarnya mempunyai rambut, kelenar sebacea, dan

galndula seruminosa. Glandula ini adalah modifikasi kelenjar keringat yang

menghasilkan secret lilin berwarna cokelat kekuningan. Rambut dan lilin ini

merupakan barier yang lengket, untuk mencegah masuknya benda asing.

4

Page 5: Fisiologi Pendengaran

Saraf sensorik yang melapisi kulit pelapis meatus dipersarafi oleh N.

auriculotemporalis dan ramus auricularis N. vagus.Aliran limfe menuju nodi parotidei

superficialis, mastoidei dan cervicales superfisialis.

2.1.2 Membrana Timpani

Membrane timpani atau gendang telinga adalah suatu bangunan berbentuk

kerucut dengan puncaknya umbo, mengarah ke medial. Membrane timpani umumnya

bulat. Penting untuk disadari bahwa bagian dari rongga telinga tengah yaitu

epitimpanum yang mengandung korpus maleus dan incus meluas melampaui batas

atas membrane timpani, dan bahwa ada bagian hipotimpanum yang meluas

melampaui batas bawah membrane timpani. Membrane timpani tersusun oleh suatu

lapisan epidermis di bagian luar, lapisan fibrosa di bagian tengah di mana tangkai

maleus dilekatkan, dan lapisan mukosa bagian dalam. Lapisan fibrosa tidak terdapat

di atas prosesu lateralis maleus dan ini yang menyebabkan bagian membranan

timpani yang disebut membrane Shrapnell menjadi lemas (flaksid).

Gambar 2.3 Anatomi Membrana Timpani

5

Page 6: Fisiologi Pendengaran

2.1.3 Telinga Tengah

Telinga tengah mengirimkan pergerakan vibratory dari membranan timpani

menuju cairan pada telinga dalam. Ada tiga tulang ossicle yang membantu proses ini

yaitu malleus incus stapes yang meluas dari telinga tengah. Malleus menempel pada

membrane timpani, sedangkan stapes menempel pada oval window yang merupakan

gerbang menuju koklea yang berisi cairan.

Saat membrane timpani bergetar, tulang-tulang tersebut bergerak dengan

frekuensi yang sama mentrasmisikan frekuensi tersebut dari menu oval window.

Selanjutnya tiap-tiap getaran menghasilkan pergerakan seperti gelombang pada cairan

di telinga dalam dengan frekuensi yang sama dengan gelombang suara aslinya.

System osikular mengamplikasikan tekanan dari gelombang suara pada udara

dengan dua mekanisme untuk menghasilkan getaran cairan pada koklea. Pertama

adalah karena permukaan area dari membrn timpani lebih besar dari oval window,

tekanan ditingkatkan ketika gaya yang mempengaruhi membrane timpani

disampaikan oleh ossicle ke oval window. Kedua adalah kerja dari ossicle

memberikan keuntungan mekanis lainnya. Kedua hal tersebut meningkatkan gaya

pada ova window sampai 20 kali. Tambahan tekanan tersebut penting untuk

menghasilkan pergerakan cairan pada koklea.

Beberapa otot tipis di telinga tengah dapat berkontraksi secara reflex terhadap

suara keras (70dB) menyebabkan membrane timpani menebal dan menyebabkan

pembatasan gerakan pada rangkaian ossicle. Pengurangan pergerakan pada struktu

teinga tengah akan mengurangi transmisi dari suara yang keras tersebut ke telinga

dalam guna melindungi bagian sensoris dari kerusakan. Reflex tersebut berlangsung

relative lambat terjadi setidaknya sekitar 40 msec sesudah pajanan terhadap suara

keras. Oleh karena itu hanya bias melindungi dari suara yang berkepanjangan, bukan

suara yang sangat tiba-tiba seperti ledakan.

6

Page 7: Fisiologi Pendengaran

Adapun batas telinga tengah bagian luar adalah membrane timpani, sedangkan

batas bagian depan adalah tuba eustacius, batas bagian bawah adalah vena ugularis

(bulbus jugularis), batas bagian belakang adalah aditus ad antrum, kanalis facialis

pars servikalis, batas atas adalah tegmen timpani (meningen/otak) dan batas dalam

berturut-turut dari atas ke bawah oleh kanalis semisirkularis horizontal, kanalis

facialis, oval window, round window dan promontorium.

2.1.4 Telinga Dalam

Telinga dalam tertanam jauh di dalam bagian tulang temporal. Organ untuk

pendengaran (koklea) dan keseimbangan (kanalis semisirkularis), begitu juga kranial

VII (nervus fasialis) dan VIII (nervus koklea vestibularis) semuanya merupakan

bagian dari komplek anatomi. Koklea dan kanalis semisirkularis bersama menyusun

tulang labirint. Ketiga kanalis semisi posterior, superior dan lateral erletak

membentuk sudut 90 derajat satu sama lain dan mengandung organ yang

berhubungan dengan keseimbangan. Organ ahir reseptor ini distimulasi oleh

perubahan kecepatan dan arah gerakan seseorang.

Koklea berbentuk seperti rumah siput dengan panjang sekitar 3,5 cm dengan

dua setengah lingkaran spiral dan mengandung organ akhir untuk pendengaran,

dinamakan organ Corti.. Di dalam lulang labirin, namun tidak sempurna mengisinya,

Labirin membranosa terendam dalam cairan yang dinamakan perilimfe, yang

berhubungan langsung dengan cairan serebrospinal dalam otak melalui aquaduktus

koklearis.

Labirin membranosa tersusun atas utrikulus, sakulus, dan duktus semisirkularis,

duktus koklearis.

a. Utrikulus, bentuknya seperti kantong lonjong dan agak gempeng terpaut pada

tempatnya oleh jaringan ikat. Disini terdapat saraf (nervus akustikus) pada bagian

depan dan sampingnya ada daerah yang lonjong yang disebut macula. pada

dinding belakang utrikulus ada muara dari duktus semisirkularis dan pada dinding

7

Page 8: Fisiologi Pendengaran

depannya ada tabung halus disebut utrikulosa sirkularis, saluran yang

menghubungkan utrikulus dengan sakulus.

b. Sakulus, bentuknya agak lonjong lebih kecil dari utrikulus, terletak pada bagian

depan dan bawah dari vestibulum dan terpaut erat oleh jaringan ikat, tempat

terdapatnya nervus akustikus. Pada bagian depan sakulus ditemukan serabut-

serabut halus cabang nervus akustikus yang berakhir pada macula akustika sakuli.

Pada permukaan bawah sakulus ada duktus reunien yang menghubungkan sakulus

dengan duktus koklearis, di bagian sudut sakulus ada saluran halus disebut

duktus endolimfatikus, berjalan melalui aquaduktus vestibularismenuju

permukaan bagian bawah tulang temporalis dan berakhir sebagai kantong buntu

disebut sakus endolimfatikus yang terletak tepat di lapisan otak duramater.

c. Duktus semisirkularis, ada tiga tabung selaput semisrkularis yang berjalan dalam

kanalis semisrkularis (superior, posterior, dan lateralis). Penampangannya kira-

kira sekitar sepertiga penampang kanalis semisirkularis. Bagian duktus yang

melebar disebut ampula selaput. Setiap ampula mengandung satu celah siklus,

sebelah dalam ada Krista ampularis yang terlihat menonjol kedalam yang

menerima ujung-ujung saraf.

d. Duktus koklearis merupakan saluran yang berbentuk agak segitiga seolah-olah

membuat batas pada koklea timpani. Atap duktus koklearis terdapat membrane

vestibularis pada alasnya terdapat membran basilaris. Duktus koklearis mulai dari

kantong buntu (seikum vestibular) dan berakhir tepat diseberang kanalis lamina

spiralis pada kantong buntu (seikum ampulare) pada membrane basilaris

ditemukan organ korti sepanjang duktus koklearis yang merupakan hearing sense

organ.

Pada pertemuan antara lamina spiralis tulang dengan mediolus terdapat

ganglion spiralis yang sebagaian besar diliputi tulang bagian bawah dan menyatu

dengan membrane basilaris melintasi duktus koklearis dan melekat pada ligamentum

basilaris.

8

Page 9: Fisiologi Pendengaran

Membran basilaris : dibentuk oleh lapisan serat – serat kolagen, permukaan

bawah yang menghadap skala timpani diliputi oleh jaringan ikat fibbrosa yang

mengandung pembuluh darah.

Membran vestibularis : suatu lembaran jaringan ikat tipis, diliputi pada

permukaan atas vestibular oleh pelapis rongga perilimf yaitu jaringan epitel

selapis gepeng yang terdiri atas sel mesenkim.

Dektus koklearis : dektus ini mengandung pigmen, bentuknya lebih tinggi dan

tidak beraturan, di bawahnya terdapat jaringan ikat yang banyak mengandung

kapiler yang disebut stria vaskularis. Dektus koklearis merupakan tempat

sekresi endolimf dan termasuk organ korti.

9

Page 10: Fisiologi Pendengaran

10

Page 11: Fisiologi Pendengaran

Telinga dalam terdiri dari labirin osea (labirin tulang), sebuah rangkaian rongga

pada tulang pelipis yang dilapisi periosteum yang berisi cairan perilimfe & labirin

membranasea, yang terletak lebih dalam dan memiliki cairan endolimfe. Di labirin

osea terdapat koklea, vestibulum, kanalis semisirkularis.

Koklea atau rumah siput. Penampang melintang koklea trdiri aras tiga bagian

yaitu skala vestibuli, skala media, dan skala timpani. Bagian dasar dari skala

vestibuli berhubungan dengan tulang sanggurdi melalui jendela berselaput

yang disebut tingkap oval, sedangkan skala timpani berhubungan dengan

telinga tengah melalui tingkap bulat. Bagian atas skala media dibatasi oleh

membran vestibularis atau membran Reissner dan sebelah bawah dibatasi oleh

membran basilaris. Di atas membran basilaris terdapat organ corti yang

berfungsi mengubah getaran suara menjadi impuls. Organ corti terdiri dari sel

rambut dan sel penyokong. Di atas sel rambut terdapat membran tektorial

yang terdiri dari gelatin yang lentur, sedangkan sel rambut akan dihubungkan

dengan bagian otak dengan saraf vestibulokoklearis.

Vetibulum, bagian tengah labirintus osseous pada vestibulum ini membuka

fenestra ovale dan fenestra rotundum dan pada bagian belakang atas

menerima muara kanalis semisirkularis

Kanalis semisirkularis merupakan saluran setengah lingkaran yang terdiri dari

3 saluran. Saluran yang satu dengan yang lainnya membentuk sudut 90%,

kanalis semisrkularis superior, kanalis semisirkularis posterior dan kanalis

semisirkularis lateralis.

Labirin membranosa mengandung cairan yang dinamakan endolimfe. Terdapat

keseimbangan yang sangat tepat antara perilimfe dan endolimfe dalam telinga dalam;

banyak kelainan telinga dalam terjadi bila keseimbangan ini terganggu. Percepatan

angular menyebabkan gerakan dalam cairan telinga dalam di dalam kanalis dan

merang-sang sel-sel rambut labirin membranosa. Akibatnya terjadi aktivitas elektris

yang berjalan sepanjang cabang vesti-bular nervus kranialis VIII ke otak. Perubahan

posisi kepala dan percepatan linear merangsang sel-sel rambut utrikulus. Ini juga

mengakibatkan aktivitas elektris yang akan dihantarkan ke otak oleh nervus kranialis

11

Page 12: Fisiologi Pendengaran

VIII. Di dalam kanalis auditorius internus, nervus koklearis yang muncul dari koklea,

bergabung dengan nervus vestibularis, yang muncul dari kanalis semisirkularis,

utrikulus, dan sakulus, menjadi nervus koklearis (nervus kranialis VIII). Yang

bergabung dengan nervus ini di dalam kanalis auditorius internus adalah nervus

fasialis (nervus kranialis VII). Kanalis auditorius internus mem-bawa nervus tersebut

dan asupan darah ke batang otak.

2.2 Otitis Media Akut

2.2.1 Definisi

Otitis media adalah peradangan sebagian atau seluruh mukosa telinga

tengah, tuba eustachius,antrum mastoid, dan sel-sel mastoid kurang dari 3

minggu.

Otitis media berdasarkan gejalanya dibagi atas otitis media supuratif dan

otitis media non supuratif, di mana masing-masing memiliki bentuk yang akut

dan kronis. Selain itu, juga terdapat jenis otitis media spesifik, seperti otitis

media tuberkulosa, otitis media sifilitika. Otitis media yang lain adalah otitis

media adhesive

2.2.2 Etiologi

Disfungsi atau sumbatan tuba eustachius merupakan penyebab utama dari

otitis media yang menyebabkan pertahanan tubuh pada silia mukosa tuba

eustachius terganggu, sehingga pencegahan invasi kuman ke dalam telinga

tengah juga akan terganggu

1. ISPA (infeksi saluran pernafasan atas), inflamasi jaringan di sekitarnya

(misal : sinusitis, hipertrofi adenoid), atau reaksi alergi (misalkan rhinitis

alergika). Pada anak-anak, makin sering terserang ISPA, makin besar

kemungkinan terjadinya otitis media akut (OMA). Pada bayi, OMA

dipermudah karena tuba eustachiusnya pendek, lebar, dan letaknya agak

horisontal.

2. Bakteri

12

Page 13: Fisiologi Pendengaran

Bakteri yang umum ditemukan sebagai mikroorganisme penyebab adalah

Streptococcus peumoniae, Haemophylus influenza, Moraxella catarrhalis,

dan bakteri piogenik lain, seperti Streptococcus hemolyticus, Staphylococcus

aureus, E. coli, Pneumococcus vulgaris.

Telinga tengah biasanya steril, meskipun terdapat mikroba di nasofaring

dan faring. Secara fisiologik terdapat mekanisme pencegahan masuknya mikroba

ke dalam telinga tengah oleh silia mukosa tuba eustachius, enzim dan antibody.

Otitis media akut (OMA) terjadi karena faktor pertahanan tubuh ini

terganggu. Sumbatan tuba eustachius merupakan faktor penyebab utama dari

otitis media. Karena fungsi tuba eustachius terganggu, pencegahan infasi kuman

ke dalam telinga tengah juga terganggu, sehingga kuman masuk kedalam telinga

tengah dan terjadi peradangan.

Dikatakan juga, bahwa pencetus terjadinya OMA ialah infeksi saluran

napas atas.Pada anak, makin sering anak terserang infeksi saluran napas, makin

besar kemungkinan terjadinya OMA. Pada bayi terjadinya OMA dipermudah

oleh karena tuba eustachiusnya pendek, lebar dan letaknya agak horizontal.

2.2.3 Patofisiologi

Terjadi akibat terganggunya faktor pertahanan tubuh yang bertugas

menjaga kesterilan telinga tengah. Faktor penyebab utama adalah sumbatan tuba

eustachius sehingga pencegahan invasi kuman terganggu. Pencetusanya adalah

infeksi saluran nafas atas. Infeksi saluran nafas bagian atas menyebabkan

penyumbatan pada tuba eustachius sehingga terjadi gangguan ventilasi tuba yang

menyebabkan terjadinya tekanan negative pada telinga tengah akibat absorpsi

udara oleh mukosa telinga tengah, yang menyebabkan retraksi dari membran

timpani lalu terjadi pula respon inflamasi yang menyebabkan vasodilatasi

pembuluh darah di membrane timpani, protein plasma keluar dan terkumpulnya

cairan yang menyebabkan efusi serta edema dan selanjutnya bila fungsi tuba

tetap terganggu dan adanya infiltrasi kuman pathogen dari nasofaring dan rongga

13

Page 14: Fisiologi Pendengaran

hidung akan menimbulkan supurasi. Akumulasi cairan yang terus menerus

menyebabkan membrane timpani menonjol lama kelamaan membrane timpani

bisa perforasi.

2.2.4 Manifestasi Klinik

Gejala klinik otitis media akut tergantung pada stadium penyakit dan

umur pasien. Keluhan yang biasanya timbul adalah otalgia, otorea, pendengaran

berkurang, rasa penuh di telinga, demam. Pada anak-anak biasanya timbul

keluhan demam, anak gelisah dan sulit tidur, diare, kejang, kadang-kadang anak

memegang telinga yang sakit. Stadium otitis media akut berdasarkan perubahan

mukosa telinga tengah terdiri dari :

1. Stadium Oklusi Tuba Eustachius

Tanda adanya oklusi tuba eustachius ialah adanya gambaran retraksi

membran timpani akibat tekanan negatif didalam telinga tengah, karena

adanya absorpsi udara. Posisi malleus menjadi lebih horizontal, refleks

cahaya juga berkurang, edema yang terjadi pada tuba eustachius juga

menyebabkannya tersumbat. Kadang-kadang membrane timpani tampak

normal atau berwarna keruh pucat. Efusi mungkin telah terjadi, tetapi tidak

dapat dideteksi. Stadium ini sukar dibedakan dengan otitis media serosa yang

disebabkan oleh virus atau alergi.

2. Stadium Hiperemis (presupurasi)

Pada stadium ini tampak seluruh membrane timpani hiperemis serta

edem. Sekret yang telah terbentuk mungkin masih bersifat eksudat yang

serosa sehingga sukar terlihat1. Hiperemis disebabkan oleh oklusi tuba yang

berpanjangan sehingga terjadinya invasi oleh mikroorganisme piogenik.

Proses inflamasi terjadi di telinga tengah dan membran timpani menjadi

kongesti. Stadium ini merupakan tanda infeksi bakteri yang menyebabkan

pasien mengeluhkan otalgia, telinga rasa penuh dan demam. Pendengaran

mungkin masih normal atau terjadi gangguan ringan, tergantung dari

cepatnya proses hiperemis. Hal ini terjadi karena terdapat tekanan udara yang

14

Page 15: Fisiologi Pendengaran

meningkat di kavum timpani. Gejala-gejala berkisar antara dua belas jam

sampai dengan satu hari.

3. Stadium Supurasi

Edema yang hebat pada mukosa telinga tengah dan hancurnya sel

epitel superficial, serta terbentuknya sekret eksudat yang purulen di cavum

timpani menyebabkan membrane timpani menonjol (bulging) ke arah liang

telinga luar.

Pada keadaan ini pasien tampak sangat sakit, nadi dan suhu

meningkat, serta rasa nyeri di telinga bertambah hebat. Apabila tekanan

nanah di cavum timpani tidak berkurang maka terjadi iskemia akibat tekanan

pada kapiler-kapiler, kemudian timbul tromboflebitis pada vena-vena kecil

serta nekrosis pada mukosa dan submukosa. Nekrosis ini pada membrane

timpani terlihat sebagai daerah yang lembek dan berwarna kekuningan atau

yellow spot. Di tempat ini akan terjadi rupture.

15

Page 16: Fisiologi Pendengaran

4. Stadium Perforasi

Karena beberapa sebab seperti terlambatnya pemberian antibiotic atau

virulensi kuman yang tinggi, maka dapat terjadi rupture membrane timpani

dan nanah keluar mengalir dari telinga tengah ke telinga luar, secret yang

keluar terlihat seperti berdenyut. Anak-anak yang tadinya gelisah sekarang

menjadi tenang, suhu badan turun dan anak-anak dapat tidur nyenyak.

5. Stadium Resolusi

Stadium terakhir dari OMA. Bila membrane timpani tetap utuh maka

keadaan membrane timpani perlahan-lahan akan normal kembali bila sudah

terjadi perforasi, kemudian secret akan berkurang dan akhirnya kering.

Pendengaran kembali normal. Bila daya tahan tubuh baik atau virulensi

kuman rendah, maka resolusi dapat terjadi walaupun tanpa pengobatan. Otitis

media akut dapat menimbulkan gejala sisa (sequele) berupa otitis media

serosa bila secret menetap di cavum timpani tanpa terjadinya perforasi.

Apabila stadium resolusi gagal terjadi, maka akan berlanjut menjadi otitis

media supuratif kronik. Kegagalan stadium ini berupa perforasi membran

timpani menetap, dengan sekret yang keluar secara terus-menerus atau hilang

timbul.

2.2.5 Diagnosis

Menurut Kerschner (2007), kriteria diagnosis OMA harus memenuhi tiga

hal berikut, yaitu:

16

Page 17: Fisiologi Pendengaran

1 Penyakitnya muncul secara mendadak dan bersifat akut.

2 Ditemukan adanya tanda efusi. Efusi merupakan pengumpulan cairan di

telinga tengah. Efusi dibuktikan dengan adanya salah satu di antara tanda

berikut, seperti menggembungnya membran timpani atau bulging,

terbatas atau tidak ada gerakan pada membran timpani, terdapat

bayangan cairan di belakang membran timpani, dan terdapat cairan yang

keluar dari telinga.

3 Terdapat tanda atau gejala peradangan telinga tengah, yang dibuktikan

dengan adanya salah satu di antara tanda berikut, seperti kemerahan atau

erythema pada membran timpani, nyeri telinga atau otalgia yang

mengganggu tidur dan aktivitas normal4.

2.2.6 Diagnosis Banding

1. Otitis eksterna

2. Otitis media efusi

3. Eksaserbasi akut otitis media kronik

4. Infeksi saluran napas atas

17

Page 18: Fisiologi Pendengaran

OMA dapat dibedakan dari otitis media dengan efusi yang dapat menyerupai

OMA. Efusi telinga tengah (middle ear effusion) merupakan tanda yang ada pada

OMA dan otitis media dengan efusi. Efusi telinga tengah dapat menimbulkan

gangguan pendengaran dengan 0-50 decibels hearing loss.

2.2.7 TERAPI

Terapi tergantung pada stadium penyakitnya :

1. Stadium oklusi

Terapi ditujukan untuk membuka kembali tuba eustachius sehingga

tekanan negative di telinga tengah hilang dengan diberikan :

Obat tetes hidung HCL efedrin 0.5% dalam larutan fisiologis

(anak<12

18

Page 19: Fisiologi Pendengaran

tahun) atau HCL efedrin 1 % dalam larutan fisiologis untuk

anak di atas 12 tahun atau dewasa.

Mengobati sumber infeksi lokal dengan antibiotika bila

penyebabnya kuman.

2. Stadium hiperemis (presupurasi)

Antibiotic (golongan penisilin atau ampisilin) selama 7 hari

dengan pemberian IM pada awalnya agar tidak terjadi

mastoiditis terselubung, gangguan pendengaran sebagai gejala

sisa, dan relaps.

Obat tetes hidung (decongestan)

Analgesic / antipiretic

3. Stadium supurasi

Diberikan dekongestan, antibiotika, analgetik/antipiretik.

Pasien harus dirujuk untuk dilakukan mirongotomi bila

membrane timpani masih utuh sehingga gejala-gejala klinis

cepat hilang dan rupture (perforasi) dapat dihindari.

4. Stadium perforasi

Diberikan obat cuci telinga perhidrol atau H2O3 3% selama 3-

5 hari

Antibiotika yang adekuat sampai 3 minggu.

Biasanya secret akan hilang dan perforasi akan menutup

sendiri dalam 7-10 hari.

5. Stadium resolusi

Antibiotika dapat dilanjutkan sampai 3 minggu bila tidak ada

perbaikan membrane timpani, secret dan perforasi.

Pengobatan pada anak-anak dengan kecenderungan mengalami otitis

media akut dapat bersifat medis atau pembedahan. Penatalaksanaan medis

berupa pemberian antibiotic dosis rendah dalam jangka waktu hingga 3

bulan. Alternative lain adalah pemasangan tuba ventilasi untuk

mengeluarkan secret terutama pada kasus-kasus yang membandel.

19

Page 20: Fisiologi Pendengaran

Keputusan untuk melakukan miringotomi umumnya berdasarkan

kegagalan profilaksis secara medis atau timbul reaksi alergi terhadap

antimikroba yang lazim dipakai.

2.2.8 Pencegahan

Pencegahan dapat dilakukan dengan mengurangi faktor resiko terutama

pada anak-anak, bisa dengan beberapa seperti : pencegahan terjadinya ISPA pada

bayi dan anak, pemberian ASI minimal 6 bulan, hindari memberi makanan atau

minuman ketika anak berbaring, hindari dari pajanan asap rokok, hindari

memaksa keluarkan terlalu keras mucus, biasakan untuk tidak sering mengorek-

ngorek liang telinga, lindungi telinga selama penerbangan atau saat berenang.

2.2.9 Prognosis Dan Komplikasi

Prognosis otitis media akut adalah dubia ad bonam, biasanya gejala

membaik dalam 24 jam dan dapat sembuh dalam 3 hari dengan pengobatan

yang adekuat, tetapi jika tidak diobati dengan benar, otitis media akut dapat

menimbulkan komplikasi mulai dari mastoiditis, kolesteatom, abses subperiosteal

sampai abses otak dan meningitis. Sekarang semua jenis komplikasi tersebut

biasanya didapat pada OMSK. Jika perforasi menetap dan secret tetap keluar

lebih dari 3 bulan maka keadaan ini disebut OMSK.

2.3 Otitis Media Supuratif Kronik

2.3.1 Definisi

Otitis media supuratif kronis (OMSK) adalah infeksi kronis di telinga

tengah dengan perforasi membran timpani dan sekret

yang keluar dari telinga tengah menetap atau  berulang dan biasanya

diikuti oleh penurunan pendengaran dalam beberapa tingkatan.Sekret mungkin

encer atau kental, bening atau berupa nanah

T i p e   k l i n i k   O M S K   d i b a g i   a t a s   d u a ,   y a i t u   t i p e b e n i g n a  

( OMSK tipe jinak atau aman) dan tipe maligna (OMSK tipe bahaya). OMSK

20

Page 21: Fisiologi Pendengaran

tipe ganas ini dapat menimbulkan komplikasi kedalam tulang temporaldan ke

intrakranial yang dapat berakibat fatal

2.3.2 Etiologi

Terjadinya OMSK disebabkan oleh keadaan mukosa telinga tengah

yang tidak normal atau tidak kembali normal setelah proses peradangan akut

telinga tengah, keadaan tuba Eustachius yang tertutup dan adanya penyakit

telinga pada waktu bayi. Terjadinya OMSK hampir selalu dimulai dengan

otitis media berulang pada anak, jarang dimulai setelah dewasa. Faktor infeksi

biasanya berasal dari nasofaring (adenoiditis, tonsilitis, rinitis, sinusitis),

mencapai telinga tengah melalui tuba Eustachius. Proses infeksi ini sering

disebabkan oleh campuran mikroorganisme aerobik dan anaerobik yang

multiresisten terhadap standar yang ada saat ini. Kuman penyebab yang sering

dijumpai pada OMSK ialah Pseudomonas aeruginosa sekitar 50%, Proteus

sp. 20% dan Staphylococcus aureus 25%. Fungsi tuba Eustachius yang

abnormal merupakan faktor predisposisi yang dijumpai pada anak.

Beberapa penyebab OMSK antara lain :

1. Lingkungan

2. Genetik

3. Otitis media sebelumnya.

4. Infeksi

5. Infeksi saluran nafas atas

6. Autoimun

7. Alergi

8. Gangguan fungsi tuba eustachius.

Beberapa faktor-faktor yang menyebabkan perforasi membran timpani

menetap pada OMSK :

1. Infeksi yang menetap pada telinga tengah mastoid yang mengakibatkan

produksi sekret telinga purulen berlanjut.

21

Page 22: Fisiologi Pendengaran

2. Berlanjutnya obstruksi tuba eustachius yang mengurangi penutupan

spontan pada perforasi.

3. Beberapa perforasi yang besar mengalami penutupan spontan melalui

mekanisme migrasi epitel.

4. Pada pinggir perforasi dari epitel skuamous dapat mengalami

pertumbuhan yang cepat diatas sisi medial dari membran timpani. Proses

ini juga mencegah penutupan spontan dari perforasi.

Faktor-faktor yang menyebabkan penyakit infeksi telinga tengah

supuratif menjadi kronis majemuk, antara lain :

1. Gangguan fungsi tuba eustachius yang kronis atau berulang.

2. Infeksi hidung dan tenggorok yang kronis atau berulang.

3. Obstruksi anatomik tuba Eustachius parsial atau total

4. Perforasi membran timpani yang menetap.

5. Terjadinya metaplasia skumosa atau perubahan patologik menetap lainya

pada telinga tengah.

6. Obstruksi menetap terhadap aerasi telinga atau rongga mastoid.

7. Terdapat daerah-daerah dengan sekuester atau osteomielitis persisten di

mastoid.

8. Faktor-faktor konstitusi dasar seperti alergi, kelemahan umum atau

perubahan mekanisme pertahanan tubuh.

2.3.3 Patofisilogi

Patogensis OMSK belum diketahui secara lengkap, tetapi dalam hal ini

merupakan stadium kronis dari otitis media akut (OMA) dengan perforasi yang

sudah terbentuk diikuti dengan keluarnya sekret yang terus menerus. Perforasi

sekunder pada OMA dapat terjadi kronis tanpa kejadian infeksi pada telinga

tengah misal perforasi kering. Beberapa penulis menyatakan keadaan ini sebagai

keadaan inaktif dari otitis media kronis. OMA dengan perforasi membran

timpani menjadi OMSK apabila prosesnya sudah lebih dari 2 bulan. Sumbatan

Tuba Eustachius merupakan faktor penyebab utama terjadinya OMA.

22

Page 23: Fisiologi Pendengaran

Pada keadaan normal, muara tuba Eustachius berada dalam keadaan

tertutup dan akan membuka bila kita menelan. Tuba Eustachius ini berfungsi

untuk menyeimbangkan tekanan udara telinga tengah dengan tekanan udara luar

(tekanan udara atmosfer). Fungsi tuba yang belum sempurna, tuba yang pendek,

penampang relatif besar pada anak dan posisi tuba yang datar menjelaskan

mengapa suatu infeksi saluran nafas atas pada anak akan lebih mudah menjalar

ke telinga tengah sehingga lebih sering menimbulkan OMA daripada dewasa.

Pada anak dengan infeksi saluran nafas atas, bakteri menyebar dari

nasofaring melalui tuba Eustachius ke telinga tengah yang menyebabkan

terjadinya infeksi dari telinga tengah.

Pada saat ini terjadi respons imun di telinga tengah. Mediator peradangan

pada telinga tengah yang dihasilkan oleh sel-sel imun infiltrat, seperti netrofil,

monosit, dan leukosit serta sel lokal seperti keratinosit dan sel mastosit akibat

proses infeksi tersebut akan menambah permiabilitas pembuluh darah dan

menambah pengeluaran sekret di telinga tengah.

Selain itu, adanya peningkatan beberapa kadar sitokin kemotaktik yang

dihasilkan mukosa telinga tengah karena stimulasi bakteri menyebabkan

terjadinya akumulasi sel-sel peradangan pada telinga tengah. Mukosa telinga

tengah mengalami hiperplasia, mukosa berubah bentuk dari satu lapisan, epitel

skuamosa sederhana, menjadi pseudostratified respiratory epithelium dengan

banyak lapisan sel di antara sel tambahan tersebut. Epitel respirasi ini

mempunyai sel goblet dan sel yang bersilia, mempunyai stroma yang banyak

serta pembuluh darah. Kondisi ini menyebabkan peningkatan pengeluaran sekret.

Perforasi membran timpani terjadinya nekrosis jaringan akibat toxin nekrotik

yang dikeluarkan oleh bakteri. Penyembuhan OMA ditandai dengan hilangnya

sel-sel tambahan dan kembali ke bentuk lapisan epitel sederhana, membran

timpani yang berangsur normal dan kemudian menutup serta sekret yang tidak

ada lagi. Bila perforasi menetap dan sekret tetap keluar lebih dari 2 bulan maka

keadaan ini disebut Otitis Media Supuratif Kronis (OMSK)2,3.

23

Page 24: Fisiologi Pendengaran

2.3.4 Klasifikasi OMSK

OMSK dapat dibagi menjadi 2 tipe, yaitu:

1. Tipe Benigna

Tipe benigna disebut juga sebagai tipe jinak (benigna) dengan

perforasi yang letaknya sentral. Biasanya tipe ini didahului dengan gangguan

fungsi tuba yang menyebabkan kelainan di kavum timpani. Tipe ini disebut

juga dengan tipe mukosa karena proses peradangannya biasanya hanya pada

mukosa telinga tengah, dan disebut juga tipe aman karena tidak menimbulkan

komplikasi yang berbahaya.

2. Tipe Maligna

Beberapa nama lain digunakan untuk tipe ini OMSK tipe tulang

karena penyakit menyebabkan erosi tulang, tipe bahaya ataupun sering

disebut sebagai chronic supurative otitis media with cholesteatoma. Perforasi

membran timpani yang terjadi pada tipe ini biasanya perforasi yang marginal

yang dihasilkan dari suatu kantong retraksi dan muncul di pars plasida,

merupakan perforasi yang menyebabkan tidak ada sisa pinggir membran

timpani (annulus timpanikus). Oleh sebab itu dinding bagian tulang dari liang

telinga luar, atik, antrum, dan sel-sel mastoid dapat terlibat dalam proses

inflamasi sehingga tipe ini disebut ‘penyakit atikoantral.

Kolesteatoma pada OMSK tipe atikoantral adalah suatu kantong

retraksi yang dibatasi oleh epitel sel skuamosa yang diisi dengan debris

keratin yang muncul dalam ruang yang berpneumatisasi dari tulang temporal.

Kolesteatoma mempunyai kemampuan untuk tumbuh, mendestruksi tulang,

dan menyebabkan infeksi kronik sehingga suatu otitis media kronik dengan

kolesteatoma sering dikatakan sebagai ‘penyakit yang tidak aman dan secara

umum memerlukan penatalaksanaan bedah.

2..3.5 Gejala Klinik OMSK

Gejala Klinis yang sering ditemukan pada pasien dengan OMSK adalah

sebagai berikut :

24

Page 25: Fisiologi Pendengaran

1. Telinga Berair (Otorrhe)

Sekret bersifat purulen atau mukoid tergantung stadium peradangan.

Pada OMSK tipe jinak, cairan yang keluar mukopus yang tidak berbau

busuk yang sering kali sebagai reaksi iritasi mukosa telinga tengah oleh

perforasi membran timpani dan infeksi. Keluarnya sekret biasanya hilang

timbul. Pada OMSK stadium inaktif tidak dijumpai adannya sekret

telinga. Pada OMSK tipe ganas unsur mukoid dan sekret telinga tengah

berkurang atau hilang karena rusaknya lapisan mukosa secara luas. Sekret

yang bercampur darah berhubungan dengan adanya jaringan granulasi

dan polip telinga dan merupakan tanda adanya kolesteatom yang

mendasarinya. Suatu sekret yang encer berair tanpa nyeri mengarah

kemungkinan tuberkulosis.

2. Gangguan Pendengaran

Biasanya dijumpai tuli konduktif namun dapat pula bersifat campuran.

Beratnya ketulian tergantung dari besar dan letak perforasi membran

timpani serta keutuhan dan mobilitas sistem pengantaran suara ke telinga

tengah. Pada OMSK tipe maligna biasanya didapat tuli konduktif berat.

3. Otalgia (Nyeri Telinga)

Pada OMSK keluhan nyeri dapat karena terbendungnya drainase pus.

Nyeri dapat berarti adanya ancaman komplikasi akibat hambatan

pengaliran sekret, terpaparnya durameter atau dinding sinus lateralis, atau

ancaman pembentukan abses otak. Nyeri merupakan tanda berkembang

komplikasi OMSK seperti Petrositis, subperiosteal abses atau trombosis

sinus lateralis.

4. Vertigo

Keluhan vertigo seringkali merupakan tanda telah terjadinya fistel

labirin akibat erosi dinding labirin oleh kolesteatom. Vertigo yang timbul

biasanya akibat perubahan tekanan udara yang mendadak atau pada

panderita yang sensitif keluhan vertigo dapat terjadi hanya karena

perforasi besar membran timpani yang akan menyebabkan labirin lebih

25

Page 26: Fisiologi Pendengaran

mudah terangsang oleh perbedaan suhu. Penyebaran infeksi ke dalam

labirin juga akan meyebabkan keluhan vertigo. Vertigo juga bisa terjadi

akibat komplikasi serebelum.

2.3.6 Diagnosis OMSK

Diagnosis OMSK ditegakan dengan cara :

1. Anamnesis

Penyakit telinga kronis ini biasanya terjadi perlahan-lahan dan

penderita seringkali datang dengan gejala-gejala penyakit yang sudah

lengkap. Gejala yang paling sering dijumpai adalah telinga berair,

adanya sekret di liang telinga yang pada tipe tubotimpanal sekretnya

lebih banyak dan seperti berbenang (mukous), tidak berbau busuk dan

intermiten, sedangkan pada tipe atikoantral, sekretnya lebih sedikit,

berbau busuk, kadangkala disertai pembentukan jaringan granulasi

atau polip, maka sekret yang keluar dapat bercampur darah. Ada

kalanya penderita datang dengan keluhan kurang pendengaran atau

telinga keluar darah.

2. Pemeriksaan otoskopi

Pemeriksaan otoskopi akan menunjukan adanya dan letak

perforasi. Dari perforasi dapat dinilai kondisi mukosa telinga tengah.

3. Pemeriksaan audiologi

Evaluasi audiometri, pembuatan audiogram nada murni untuk

menilai hantaran tulang dan udara, penting untuk mengevaluasi tingkat

penurunan pendengaran dan untuk menentukan gap udara dan tulang.

Audiometri tutur berguna untuk menilai ‘speech reception threshold’

pada kasus dengan tujuan untuk memperbaiki pendengaran.

4. Pemeriksaan radiologi

Radiologi konvensional, foto polos radiologi, posisi Schüller

berguna untuk menilai kasus kolesteatoma, sedangkan pemeriksaan

26

Page 27: Fisiologi Pendengaran

CT scan dapat lebih efektif menunjukkan anatomi tulang temporal dan

kolesteatoma.

2.3.7 Penatalaksanaan

Terapi OMSK tidak jarang memerlukan waktu lama, serta harus

berulang-ulang. Sekret yang keluar tidak cepat kering atau selalu

kambuh lagi. Keadaan ini antara lain disebabkan oleh satu atau beberapa

keadaan, yaitu (1) Adanya perforasi membran timpani yang permanen,

sehingga telinga tengah berhubungan dengan dunia luar, (2) infeksi di

faring, nasofaring, hidung dan sinus paranasal (3) sudah terbentuk

jaringan patologik yang ireversibel dalam rongga matoid, dan (4) gizi

dan higiena yang kurang.

A. Terapi OMSK tipe aman

Prinsip terapi OMSK tipe aman ialah dengan konservatif atau

dengan medikamentosa. Bila sekret yang keluar terus menerus,

maka diberikan obat pencuci telinga, berupa larutan H2O2 3% selama

3-5 hari. Setelah sekret berkurang, maka terapi dilanjutkan dengan

memberikan obat tetes telinga yang mengandung antibiotika dan

kortikosteroid. Antibiotika topikal yang dapat dipakai pada OMSK

adalah Polimiksin B atau Polimiksin E, Neomisin, dan

Kloramfenikol. Secara oral diberikan antibiotika golongan ampisilin

atau eritromisin (bila pasien alergi terhadap penisilin), sebelum hasil

tes resistensi diterima. Pada infeksi yang dicurigai karena

penyebabnya telah resisten terhadap ampisilin dapat diberikan

ampisilin asam klavulanat.

Bila sekret telah kering, tetapi perforasi masih ada setelah

diobservasi selam 2 bulan, maka idealnya dilakukan miringoplasti

atau timpanoplasti. Operasi ini bertujuan untuk menghentikan

infeksi secara permanen, memperbaiki membran timpani yang

27

Page 28: Fisiologi Pendengaran

perforasi, mencegah terjadinya komplikasi atau kerusakan

pendengaran yang lebih berat, serta memperbaiki pendengaran.

Bila terdapat sumber infeksi yang menyebabkan sekret tetap

ada, atau terjadinya infeksi berulang, maka sumber infeksi itu harus

diobati terlebih dahulu, mungkin juga perlu melakukan pembedahan,

misalnya adenoidektomi dan tonsilektomi.

B. Terapi OMSK tipe bahaya

Prinsip terapi OMSK tipe bahaya adalah pembedahan, yaitu

mastoidektomi. Jadi, bila terdapat OMSK tipe bahaya, maka terapi

yang tepat ialah dengan melakukan mastoidektomi dengan atau

tanpa timpanoplasti. Terapi konservatif dengan medikamentosa

hanyalah merupakan terapi sementara sebelebul dilakukan

pembedahan. Bila terdapat abses subperiosteal retroaurikuler, maka

insisi abses sebaiknya dilakukan tersendiri sebelum mastoidektomi.

Terdapat beberapa jenis pembedahan atau teknik operasi pada

OMSK dengan komplikasi mastoiditis yaitu (1) mastoidektomi

sederhana, (2) mastoidektomi radikal, (3) mastoidektomi radikal

dengan modifikasi, (4) miringoplasti, (5) timpanoplasti, dan (6)

pendekatan ganda timpanoplasti.

2.3.8 Komplikasi

Otitis media supuratif, baik yang akut maupun kronis,

mempunyai potensi untuk menjadi serius karena komplikasinya yang

dapat mengancam kesehatan dan dapat menyebabkan kematian. Bentuk

patologik ini tergantung kelainan yang menyebabkan otore. Biasanya

komplikasi didapatkan pada pasien OMSK tipe bahaya, tetapi OMSK

tipe aman pun dapat menyebabkan suatu komplikasi, bila terinfeksi

kuman yang purulen. Klasifikasi otitis media menurut adams dkk (1989)

adalah sebagai berikut :

1. Komplikasi di telinga tengah :

28

Page 29: Fisiologi Pendengaran

Perforasi membran timpani persisten

Erosi tulang pendengaran

Paralisis nervus facialis

2. Komplikasi di telinga dalam :

Fistula Labirin

Labirinitis supuratif

Tuli saraf (sensorineural)

3. Komplikasi ekstradural :

Abses ekstradural

Thrombosis sinus lateralis

Petrositis

4. Komplikasi ke susunan saraf pusat :

Meningitis

Abses otak

Hidrosefalus otitis

2.4 Otitis Media Efusi

2.4.1 Definisi

OME adalah peradangan telinga tengah yang di tandai dengan adanya

cairan efusi di rongga telinga tengah dengan membran timpani utuh tanpa disertai

dengan tanda-tanda ifeksi akut. OME termasuk dalam golongan otitis media non

supuratif. Terdapat banyak sinonim dari OME ini. Tetapi yang paling banyak

diterima berdasarkan terminologi adalah otitis media efusi.

Adanya cairan di dalam telinga tengah mengakibatkan terjadinya

gangguan pendengaran. Orang tua mengeluhkan anak-anaknya mendengarkan

suara televise dengan volume terlalu keras, sering menanyakan ulang atas

jawaban yang diberikan orang tuanya dan tidak segera mengacuhkan bila di

panggil. Beberapa anak mungkin tidak didapatkan keluhan. Cairan dalam telinga

29

Page 30: Fisiologi Pendengaran

tengah pada anak-anak bisa berbulan-bulan dan baru diketahui ketika diadakan

pemeriksaan rutin.

2.4.2 Etiologi dan Patogenesis

OME bersifat multifaktorial antara lain infeksi virus atau bakteri, gangguan

fungsi tuba Eustachius, status imunologi, alergi, faktor lingkungan dan sosial.

Walaupun demikian tekanan telinga tengah yang negatif, abnormalitas

imunologi, atau kombinasi dari kedua faktor tersebut diperkirakan menjadi faktor

utama dalam pathogenesis OME. Faktor penyebab lainnya termasuk hipertropi

adenoid, adenoiditis kronis, palatoskisis, tumor nasofaring, barotrauma, terapi

radiasi, dan radang penyerta seperti sinusitis atau rinitis. Merokok dapat

menginduksi hiperplasi limfoid nasofaring dan hipertropi adenoid yang juga

merupakan patogenesis timbulnya OME.

1.  Gangguan fungsi tuba

Gangguan fungsi tuba menyebabkan mekanisme aerasi ke

rongga telinga tengah terganggu, drainase dari rongga telinga ke

rongga nasofaring terganggu dan gangguan mekanisme proteksi

rongga telinga tengah terhadap refluks dari rongga nasofaring. Akibat

gangguan tersebut rongga telinga tengah akan mengalami tekanan

negatif. Tekanan negatif di telinga tengah menyebabkan peningkatan

permaebilitas kapiler dan selanjutnya terjadi transudasi. Selain itu

terjadi infiltrasi populasi sel-sel inflamasi dan sekresi kelenjar.

Akibatnya terdapat akumulasi sekret di rongga telinga tengah.

Inflamasi kronis di telinga tengah akan menyebabkan terbentuknya

jaringan granulasi, fibrosis dan destruksi tulang.

Obstruksi tuba Eustachius ytang menimbulkan terjadinya

tekanan negatif di telinga tengah akan diikuti retraksi membran

30

Page 31: Fisiologi Pendengaran

timpani. Orang dewasa biasanya akan mengeluh adanya rasa tak

nyaman, rasa penuh atau rasa tertekan dan akibatnya timbul gangguan

pendengaran ringan dan tinnitus. Anak-anak mungkin tidak muncul

gejala seperti ini. Jika keadaan ini berlangsung dalam jangka waktu

lama cairan akan tertarik keluar dari membran mukosa telinga tengah,

menimbulkan keadaan yang kita sebut dengan otitis media serosa.

Kejadian ini sering timbul pada anak-anak berhubungan dengan

infeksi saluran nafas atas dan sejumlah gangguan pendengaran

mengikutinya.

2. Infeksi

Infeksi bakteri merupakan faktor penting dalam patogenesis

terjadinya OME sejak dilaporkan adanya bakteri di telinga tengah.

Streptococcus Pneumonia, Haemophilus Influenzae, Moraxella

Catarrhalis dikenal sebagai bakteri pathogen terbanyak ditemukan

dalam telinga tengah.

Meskipun hasil yang didapat dari kultur lebih rendah.

Penyebab rendahnya angka ini diduga karena : (1) Penggunaan

antibiotik jangka lama sebelum pemakian ventilation tube akan

mengurangi proliferasi bakteri patogen, (2) Sekresi immunoglobulin

dan lisosim dalam efusi telinga tengah akan menghambat proliferasi

patogen

3. Status Imunologi

Faktor imunologis yang cukup berperan dalam OME adalah

sekretori Ig A. immunoglobulin ini diproduksi oleh kelenjar di dalam

mukosa kavum timpani. Sekretori Ig A terutama ditemukan pada efusi

mukoid dan di kenal sebagai suatu imunoglobulin yang aktif bekerja

dipermukaan mukosa respiratorik. Kerjanya yaitu menghadang kuman

31

Page 32: Fisiologi Pendengaran

agar tidak kontak langsung dengan permukaan apitel, dengan cara

membentuk ikatan komplek. Kontak langsung dengan dinding sel

epitel adalah tahap pertama dari penetrasi kuman untuk infeksi

jaringan. Dengan demikian Ig A aktif mencegah infeksi kuman.6,7,8

4. Alergi

Bagaimana faktor alergi berperan dalam menyebabkan OME

masih belum jelas. Akan tetapi dari gambaran klinis di percaya bahwa

alergi memegang peranan. Dasar pemikirannya adalah analogi

embriologik, dimana mukosa timpani berasal sama dengan mukosa

hidung. Setidak-tidaknya manifestasi alergi pada tuba Eustachius

merupakan penyebab okulasi kronis dan selanjutnya menyebabkan

efusi. Namun demikian dari penelitian kadar Ig E yang menjadi

kriteria alergi atopik, baik kadarnya dalam efusi maupun dalam serum

tidak menunjang sepenuhnya alergi sebagai penyebab.

2.4.3 Epidemiologi

Infeksi telinga tengah menjadi masalah medis yang paling sering pada

bayi dan anak-anak umur pra sekolah, dan diagnosa utama yang paling sering

pada anak-anak yang lebih muda dari usia 15 tahun yang diperiksa di tempat

praktek dokter.

Sebagaimana halnya dengan kejadian infeksi saluran pernapasan atas

(ISPA), otitis media juga merupakan salah satu penyakit langganan anak. Di

Amerika Serikat, diperkirakan 75% anak mengalami setidaknya satu episode

otitis media sebelum usia tiga tahun dan hampir setengah dari mereka

mengalaminya tiga kali atau lebih. Di Inggris, setidaknya 25% anak

mengalami minimal satu episode sebelum usia sepuluh tahun. Di negara

tersebut otitis media paling sering terjadi pada usia 3-6 tahun.

32

Page 33: Fisiologi Pendengaran

Statistik menunjukkan 80-90% anak prasekolah pernah menderita OME.

Kasus OME berulang (OME rekuren) pun menunjukkan prevalensi yang

cukup tinggi terutama pada anak usia prasekolah, sekitar 28-38%.

Otitis media efusi ( OME ) merupakan penyakit yang sering di derita

oleh bayi dan anak-anak. Diluar negeri, khususnya di Negara yang

mempunyai 4 musim penyakit ini di temukan dengan angka insiden dan

prevalensi yang tinggi. Dari beberapa kepustakaan dapat disimpulkan rata-rata

insiden OME sebesar 14% - 62%, sedang peneliti lain ada yang melaporkan

angka rata-rata prevelensi OME sebesar 2% - 52%.

Di Indonesia masih jarang ditemukan kepustakaan yang melaporkan

angka kejadian penyakit ini, hal ini di sebabkan kerena belum ada penelitian

yang khusus mengenai penyakit ini, atau tidak terdeteksi karena minimalnya

keluhan pada anak yang menderita OME.

2.4.4 Gejala klinis

Anak-anak yang lebih tua atau dewasa mungkin mengeluhkan

pendengarannya yang berkurang atau telinganya terasa penuh. Penderita OME

jarang memberikan gejala sehingga pada anak-anak sering terlambat

diketahui. Gejala OME ditandai dengan rasa penuh dalam telinga, terdengar

bunyi berdengung yang hilang timbul atau terus menerus, gangguan

pendengaran dan rasa nyeri yang ringan. Dizziness juga dirasakan penderita-

penderita OME. Gejala kadang bersifat asimtomatik sehingga adanya OME

diketahui oleh orang yang dekat dengan anak misalnya orang tua atau guru.

Anak-anak dengan OME juga kadang-kadang sering terlihat menarik-

narik telinga mereka atau merasa seperti telinganya tersumbat.Pada kasus

yang lanjut sering ditemukan adanya gangguan bicara dan perkembangan

33

Page 34: Fisiologi Pendengaran

berbahasa. Kadang-kadang juga ditemui keadaan kesulitan dalam

berkomunikasi dan keterbelakangan dalam pelajaran.

2.4.5 Diagnosis

Dokter mendiagnosa serous otitis media dengan melihat perubahan

warna dan penampilan pada gendang telinga dan dengan menekankan udara

ke dalam telinga untuk melihat ke alam telinga untuk melihat apakah gendang

telinga tersebut berubah. Jika gendang telinga tidak berubah tetapi tidak

terdapat kemerahan atau tonjolan dan anak tersebut mengalami beberapa

gejala, kemudian serous otitis media adalah mungkin terjadi.

Diagnosis OME pada anak tidak mudah dan terdapat perbedaan yang

bermakna sesuai dengan kecakapan klinisi, khususnya di tingkat pelayanan

primer atau dokter anak yang mendiagnosisnya. Gejala tidak ada sensitif

maupun spesifik, banyak anak justru tanpa gejala. Pemeriksaan fisik pada

anak penderita OME berpotensi tidak akurat kerena kesan subjektif gambaran

membran timpani sulit dinilai. Belum lagi anak-anak yang tidak kooperatif

saat dilakukan pemeriksaan. Namun enamnesis dan pemeriksaan fisik tetap

sangat berperan dalam mendiagnosis OME.

1. Anamnesis

Dalam mendiagnosis OME diperlukan kejelian dari pemeriksa. Ini

disebabkan keluhan yang tidak khas terutama pada anak-anak. Biasanya

orang tua mengeluh adanya gangguan pendengaran pada anaknya, guru

melaporkan bahwa anak mempunyai problem pendengaran, kemunduran

dalam pelajaran di sekolah, bahkan dalam gangguan wicara dan bahasa.

Sering kali OME ditemukan secara tidak sengaja pada saat skrining

pemeriksaan telinga dan pendengaran di sekolah-sekolah.

34

Page 35: Fisiologi Pendengaran

Pada anak-anak dengan OME dari anamnesis keluhan yang paling

sering adalah penurunan pendengaran dan kadang merasa telinga merasa

penuh sampai dengan merasa nyeri telinga. Dan pada anak-anak penderita

OME biasanya mereka juga sering didapati dengan riwayat batuk pilek

dan nyeri tenggorokan berulang. Pada anak-anak yang lebih besar

biasanya mereka mengeluhkan kesulitan menengarkan pelajaran di

sekolah, atau harus membesarkan volume saat menonton televisi di

rumah. Orang tua juga sering mendengarkan keluhan telinga anaknya

terasa tidak nyaman atau sering melihat anaknya menarik-narik daun

telinganya.

2. Pemeriksaan fisik

Untuk mendiagnosis OME pada pemeriksaan fisik perlu dilakukan

pemeriksaan otoskopi, timpanogram, audiogram dan kadang tindakan

miringotomi untuk memastikan adanya cairan dalam telinga tengah.

a.  Otoskopi

Pemeriksaan otoskopi dilakukan untuk kondisi, warna, dan

translusensi membrana tempani. Macam-macam perubahan atau

kelainan yang terjadi pada membran timpani dapat dilihat

sebagaimana berikut :

Membrana timpani yang suram dan berwarna kekuningan yang

menggati gambaran tembus cahaya selain itu letak segitiga reflek

cahaya pada kuadran antero inferior memendek, mungkin saja

didapatkan pula peningkatan pembuluh darah kapier pada

membran timpani tersebut. Pada kasus dengan cairan mukoid

atau mukupurulen membrana timpani berwarna lebih muda

( krem ).

35

Page 36: Fisiologi Pendengaran

Membrana timpani retraksi yaitu bila manubrium malei terlihat

lebih pendek dan lebih horizontal, membran kelihatan cekung

dan reflex cahaya memendek. Warna mungkin akan berubah

agak kekuningan.

Atelektasis, membrana timpani biasanya tipis, atropi dan

mungkin menempel pada inkus, stapes dan promontium,

khusunya pada kasus-kasus yang sudah lanjut, biasanya kasus

yang seperti ini karena disfungsi tuba Eustachius dan otitis media

efusi yang sudah berjalan lama.

Pemeriksaan radiologi foto mastoid dahulu efektif digunakan untuk

skrining OME, tetapi sekarang jarang dikerjakan. Anamnesis riwayat penyakit

dan pemeriksaan fisik banyak membantu diagnosis penyakit ini.

CT Scan sangat sensitive dan tidak diperlukan untuk diagnosis.

Meskipun CT scan penting untuk menyingkirkan adanya komplikasi dari otitis

media missal mastoiditis, trombosis sinus sigmoid ataupun adanya

kolesteatoma. CT scan penting khususnya pada pasien dengan OME unilateral

yang harus dipastikan adanya massa di nasofaring telah disingkirkan.

2.4.6 Komplikasi

Jika otitis media tidak segera diobati dapat terjadi mastoiditis.

Komplikasi lebih lanjut seperti infeksi ke otak (meningitis) dan  sumbatan

pembuluh darah akibat tromboemboli.

Akibat lanjut OME dapat mengakibatkan hilangnya fungsi pendengaran

sehingga akan mempengaruhi perkembangan bicara dan intelektual.

Perubahan yang terjadi pada telinga tengah dapat mengakibatkan penyakit

berlanjut menjadi otitis media adesiva dan otitis media kronis maligna.

36

Page 37: Fisiologi Pendengaran

 

2.4.7 Penatalaksanaan

Pengobatan pada OME meliputi pengobatan konservatif dan tindakan

operatif. Dimana Terapi medikamentosa dari otitis media efusi (OME)

termasuk penggunaan antibiotik, steroid, antihistamin dan dekongestan, serta

mukolitik. Karena otitis media efusi menunjukkan terdapatnya bakteri

patogen, diperlukan pengobatan dengan antibiotik yang tepat, meskipun bukti

yang menunjukkan hanya bermanfaat untuk jangka masa pendek. Penelitian

eritromisin, sulfisoxazole, amoksisilin, amoksisilin-klavulanat, dan

trimetoprim-sulfametoksazol.

Pengobatan secara operatif dilakukan pada kasus dimana setelah

dilakukan pengobatan konservatif selam lebih dari 3 bulan tidak sembuh.

Untuk memberikan hasil yang baik terhadap drainase dilakukan miringotomi

dan pemasangan pipa ventilasi. Pada Anak-anak yang tidak dapat di terapi

dengan antibiotik profilaksis atau dalam masa infeksi/peradangan dapat

disarankan untuk dilakukan operasi myringotomy. Prosedur ini dilakukan di

bawah anestesi umum. Pipa ventilasi dipasang pada daerah kuadran antero

inferior atau antero superior. Pipa ventilasi akan dipertahankan sampai fungsi

tuba ini paten. Dimana Penatalaksanaan secara operatif meliputi mirigotomi

dengan atau tanpa pemasangan pipa ventilasi dan adenoidektomi dengan atau

tanpa tonsilektomi.

Tujuan pemasangan pipa ventilasi adalah menghilangkan cairan pada

telinga tengah, mengatasi gangguan pendengaran yang terjadi, mencegah

kekambuhan, mencegah gangguan perkembangan kognitif, bicara, bahasa dan

psikososial.

2.4.8 Pencegahan

37

Page 38: Fisiologi Pendengaran

Hindari iritan seperti asap rokok, yang dapat mengganggu fungsi tuba

eustakius.

Identifikasi dan menghindari allergen yang dapat menyebabkan Ome

anak Anda.

Cuci tangan dan mainan

Gunakan filter udara dan mendapatkan udara segar untuk membantu

menurunkan paparan terhadap kuman udara.

Jangan gunakan terlalu banyak antibiotik. Terlalu sering menggunakan

antibiotik keturunan bakteri semakin resisten.

Menyusui akan membuat anak kurang rentan terhadap infeksi telinga

selama bertahun-tahun.

Vaksin pneumokokus dapat mencegah infeksi dari penyebab yang

paling umum dari infeksi telinga akut (yang dapat menyebabkan

Ome). Vaksin flu juga dapat membantu.

Untuk dewasa dan anak-anak yang lebih besar, mengunyah permen

karet bisa membantu fungsi tuba eustakius.

2.4.9 Prognosis   

Otitis media dengan efusi (Ome) adalah penyebab utama gangguan

pendengaran pada anak-anak. Kondisi ini terkait dengan perkembangan

bahasa pada anak-anak muda tertunda dari 10 tahun, dan kehilangan

pendengaran konduktif, dengan ambang konduksi udara rata-rata 27,5 desibel

(dB), tetapi otitis media dengan efusi juga telah dikaitkan dengan hilangnya

pendengaran sensorineural. Kedua prostaglandin dan leukotrien telah

ditemukan dalam konsentrasi tinggi pada efusi telinga tengah (MEE). Paparan

kronis ini metabolit asam arakidonat dapat menyebabkan kehilangan

pendengaran sementara dan kadang-kadang permanen sensorineural.

38

Page 39: Fisiologi Pendengaran

Otitis media dengan efusi biasanya hilang dengan sendirinya selama

beberapa minggu atau bulan. Pengobatan dapat mempercepat proses

ini.  OME biasanya tidak mengancam nyawa. Kebanyakan anak tidak

mengalami kerusakan pada pendengaran jangka panjang mereka atau

kemampuan berbicara, bahkan ketika cairan tetap selama berbulan-bulan.

Otitis media efusi biasanya akan sembuh dengan sendirinya dalam

waktu minggu atau bulan. Penatalaksanaan yang tepat dapat mempercepat

proses penyembuhan. Selama cairan masih terakumulasi di tengah telinga,

maka akan mengurangi fungsi pendengaran. Hal ini dapat mempengaruhi

perkembangan bahasa pada anak-anak. Gangguan ini tidak akan menjadi

ancaman bagi kehidupan tetapi dapat mengakibatkan komplikasi serius

DAFTAR PUSTAKA

39

Page 40: Fisiologi Pendengaran

Adams G. L Boies L. R, dan Higler P. A. 2002. BOIES Buku Ajar Penyakit THT.

EGC: Jakarta

Dewi Y. A. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorokan Kepala dan

Leher. Departemen Ilmu Kesehatan THT-KL FKUP/RSHS: Bandung

Moore Keith L. 2003.Anatomi Klinis Dasar. Hipocrates: Jakarta

Snell Richard. 200. Anatomi Klinik untuk Mahasiswa Edisi 6. EGC: Jakarta

Soepardi E. A, dkk. 2007. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorokan

Kepala dan Leher. Fakultas Kedokteran UI: Jakarta

40