Fisik_Diagnostik_Paru

65
Pemeriksaan Fisik Sistem Respirasi pada dewasa Irvan Medison

description

pemerikasaan fisik paru

Transcript of Fisik_Diagnostik_Paru

Page 1: Fisik_Diagnostik_Paru

Pemeriksaan Fisik SistemRespirasi pada dewasa

Irvan Medison

Page 2: Fisik_Diagnostik_Paru

Dengan pemeriksaan fisik didapatkandiagnosis strukturil, kelainan susunanjaringan

Pemeriksaan fisik tidak dapat menentukanpenyebab dari suatu kelainan fisik

Contoh; Diagnosis tb paru tidak dapat ditegakkan

hanya dari pemeriksaan fisik saja.

Pemeriksaan fisikProsedur pemeriksaan untuk memperoleh data mengenai tubuh dan keadaan fisik pasienuntuk membantu menegakkan diagnosis ataukondisi pasien.

Page 3: Fisik_Diagnostik_Paru

Saluran nafas bagian atas terdiri dari :

Nasopharynx

Oropharynx

Larynx

Saluran nafas bagian bawah terdiri dari :

Trakhea

Bronkus utama kiri dan kanan

Bronkus

Bronkiolus terminalis

Bronkiolus respiratorium

Saccus alveolaius

Alveoli

Anatomi toraks dan sistem respirasi

Page 4: Fisik_Diagnostik_Paru

Salurannafas bawah

Terdiri dari :

Zona konduksi

Zona respirasi

Page 5: Fisik_Diagnostik_Paru

Rongga toraks

Clavicula

Sternum

Tulang iga (costae)

Scapula

Vetebrae Thoracalis

Otot-otot dinding thorax

Difragma

Page 6: Fisik_Diagnostik_Paru

Manubrium sterni

Sternum Angulus sterni

Insisura suprasternal

Prosesus xipoideus

Garis – garis Pedoman padaPemeriksaan Paru

Garis pedoman dinding

dada depan

1. Garis mid sternal:

2. Para sternal

3. Garis midclavicularis

4. Aris axilaris anterior

5. Garis axilaris posterior

Page 7: Fisik_Diagnostik_Paru

Manubrium sterni

Sternum Angulus sterni

Insisura suprasternal

Tulang Iga 2

Sela iga 2

Tulang rawan iga 2

Prosesus xipoideus

Angulus costalis

Costocondral junctions

Linia mid sternal

Page 8: Fisik_Diagnostik_Paru

Manubrium sterni

Sternum Angulus sterni

Insisura suprasternal

Tulang Iga 2

Sela iga 2

Tulang rawan iga 2

Prosesus xipoideus

Angulus costalis

Costocondral junctions

Linia mid sternal

Linia sternalis

Page 9: Fisik_Diagnostik_Paru

Manubrium sterni

Sternum Angulus sterni

Insisura suprasternal

Tulang Iga 2

Sela iga 2

Tulang rawan iga 2

Prosesus xipoideus

Angulus costalis

Costocondral junctions

Linia mid sternal

Linia parasternal

Linia sternalis

Page 10: Fisik_Diagnostik_Paru

Manubrium sterni

Sternum Angulus sterni

Insisura suprasternal

Tulang Iga 2

Sela iga 2

Tulang rawan iga 2

Prosesus xipoideus

Angulus costalis

Costocondral junctions

Linia mid sternal

Linia parasternal

Linia mid clavicula

Linia sternalis

Page 11: Fisik_Diagnostik_Paru

Manubrium sterni

Sternum Angulus sterni

Insisura suprasternal

Tulang Iga 2

Sela iga 2

Tulang rawaniga 2

Prosesus xipoideus

Angulus costalis

Costocondral junctions

Linia mid sternal

Linia parasternal

Linia axilarisanterior

Linia mid clavicula

Linia sternalis

Page 12: Fisik_Diagnostik_Paru

Bagian samping dan belakang

Linia axilaris

AM P

Page 13: Fisik_Diagnostik_Paru

Tiga tempat di permukaan dinding toraks yang

dapat dijadikan patokan dalam pemeriksaan

fisik paru

Agulus sterni

Bagian yang menonjol dari sternum

merupakan pertemuan manubrium sterni ,

sternum dan iga 2

Menghitung sela iga dapat dimulai dari sini

Vertebre C 7

Yang paling menonjol, menghiting

vertebra dapat dimulai dari sini

Sela iga 7

Tepat di bawah ujung skapula.

Page 14: Fisik_Diagnostik_Paru

Proyeksi paru pada dinding toraks Garis batas lobus atas dgn

lobus bawah:

garis yang menghubungkan posesusvertebre Th 3, ke titikperpotongan dari garismid clavikula pada iga 6

Garis horizontal, ygmembatasi lobus atas danmedius ;

Garis yang menghubungkan Iga 4 pada garis sternalis kananke iga 5 pada parismidaxilaris kanan

Page 15: Fisik_Diagnostik_Paru

Proyeksi paru pada dinding dada

Page 16: Fisik_Diagnostik_Paru

Proyeksi paru 3 D

Page 17: Fisik_Diagnostik_Paru

Fisiologi pernapasan Fisiologi pernapasan

Dada mengembang – difragma

bergerak ke distal -- rongga torak

membesar – paru elastis mengikuti

pengembang rongga torak –

tekanan dalam paru lebih kecil –

udara masuk ke dalam paru

Page 18: Fisik_Diagnostik_Paru

Pemeriksaan fisik paru didasarkanpada:

• Adanya udara di dalam alat pernapasan

• Terjadinya arus udara di dalam saluranpernapasan

• Adanya saluran udara yang menghubungkanudara luar dengan alveolus

• Lapisan-lapisan yang berfungsi sebagaipenghalang

Page 19: Fisik_Diagnostik_Paru

Udara dalam alat pernapasan

Adanya udara ini memungkinkandilakukan pemeriksaan Perkusi menghasilkan resonasi bunyigetaran udara, tergantung padajumlah udara yang ada dalam paru

• Hiper sonor Emfisema

• Sonor Normal

• Redup infiltat / Atelektasis

• Pekak masa / cairan

Page 20: Fisik_Diagnostik_Paru

Arus udara dalam saluran napas

• Trakea ----- bising trakeal

• Dapat didengan di leher depan

• Bronkus utama -----bising bronkial

• Dapat didengan di supra sternal

• Bronkiolus & alveoli bising vesikuler

• Dapat didengar di ruang inter kostal

• Bunyi diatas disebut bunyibising pokok

• Intensitas bunyi napas tergantung padakecepatan aliran udara, diameter salurannapas

Arus udaradalamsaluran

pernapasanmenimbulkanbunyi napas

Page 21: Fisik_Diagnostik_Paru

Saluran napas

Adanya gangguan pada saluran napasmenyebabkan ganguan terhadah aruskeluar masuk udara pada suara napas

Penyempitan saluran napas bawah padapenyakit paru obstruktif seperti asmadan PPOK dapat timbul bunyi bisingyang disebut “ wheezing atau mengi

Page 22: Fisik_Diagnostik_Paru

Lapisan Penghalang

Getaran suara

di salurkan melalui trakea bronkus,

jaringan paru

pleura

dinding torak.

Pada dinding dada,

getaran suara dapat diperiksa dgn

Palpasi --- sebagai fremitus

Auskultasi --- sebagai suara napas

Emfisema --- getaran suara melemah

Pneumonia --- getaran suara jadi keras

Page 23: Fisik_Diagnostik_Paru

Hal yang harus diperhatikan sebelummelakukan PemeriksaanKomunikasi

Perkenalkan diri anda secara formal Jelaskan apa yang akan anda lakukan Tempatkan pasien pada posisi yang benar

(lihat apakah nyaman) Usahakan paparan (exposure) pasien

yang benar Lakukan anamnesis singkat terhadap

keluhan pasien ( keluhan utama , RPS, RPD dsb). kemungkinan kontraindikasi ( hemoptisis)- perkusi tidakboleh dilakukan

Jangan timbulkan nyeri pada pasien-tanyakan tentang nyeri sebelummelakukan pemeriksaan fisik

Page 24: Fisik_Diagnostik_Paru

Anamnesis

Bertujuan untuk mendapatkan informasi sebanyak

banyaknya mengenai sisakit dan penyakitnya.

Pertanyaan disusun secara sistematis

Keluhan utama

Keterangan tentang penyakit yang diderita

Keadaan penyakit yang pernah diderita

Keterang tentang keluarga

Keterangan sosial , ekonomi, lingkungan

Riwayat pengobatan

Page 25: Fisik_Diagnostik_Paru

Gejala yang sering pada sistemrespirasi adalah:

5 proses patofisiologi yang menyebabkan

gejala utama tersebut :

Cairan intra alviolar

Konsolidasi jaringan karena inflamasi, tumor, infiltrat

seluler lainnya.

Perobahan volume paru atau anatomi toraks

Perobahan dinamika pernapasan atau aliran udara

BatukBatuk berdahakBatuk darahSesak napas

Nafas menciutNyeri dadaStridor

Page 26: Fisik_Diagnostik_Paru

Batuk

Reflek fisologis terhadap iritasi saluran napas( laring – bronkiolus )

Iritan dapat berupa ( gas/ asap, aspirasimakanan atau cairan)

Cairan bersama batuk dapat berupa

Mukus --- bronkitis

Pus ----- pneumonia

Keluhan utama yang sering padasistem respirasi

Page 27: Fisik_Diagnostik_Paru

Sputum Bahan yang dikeluarkan dari paru , bronkus

atau trakea melalui mulut Sifat sputum ( jumlah, warna , bau ) petunjuk

penting tetang sifat penyakit paru Sputum yang banyak --- bronkiektasis Sputum purulen --- infeksi Dll

Batuk darah ( hemoptisis) Ekspektorasi darah atau bahan bercampur

darah Jumlah bervariasi dari ringan – berat

(hemoptisis masif )

Page 28: Fisik_Diagnostik_Paru

Nyeri dada

Dapat berasal dari :

Paru tidak dapat merasaan nyeri , penyakit parudapat menyebabkan nyeri apabila melibat strukturlain biasanya pleura.

Nyeri pleura Nyeri tajam atau tertusuk tusuk , timbul akibat iritasi

membran serosa pleura.

Nyeri timbul akibat gesekan permukaan kedua pleura ( hilang nya fungsi pelumas )

Dinding dada

Jantung & pembuluh darahbesar

Oesopagus

Pleura

Page 29: Fisik_Diagnostik_Paru

Sesak napas Napas yang sulit atau memerlukan tenaga

ekstra. Usaha tubuh untuk mengatasi kekurang O2 atau

kelebihan CO2 dalam tubuh. Dapat disebabkan oleh

Metabolik Hematologik Kardiak Pulmoner

Napas menciut ( whizing ) dan stridor Whizing : bunyi menciut akibat penyempitan

saluran napas bawah

Stridor : timbul akibat penyempitan saluran

napas atas ( trakea / laring)

Page 30: Fisik_Diagnostik_Paru

Pemeriksaan fisik sistem respirasi

Pemeriksaan fisik Paru:

1. Inspeksi

2. Palpasi

3. Perkusi

4. Auskultasi

Page 31: Fisik_Diagnostik_Paru

Inspeksi

• Kelainan dari alatpernapasan

• Kelaianan alat diluaralat pernapasan yang mengganggupernapasan

• Kelainan parumenyebabkan gejaladiluar paru

• Jari tabuh

• Sianosis

• Edema muka

• Bendungan vena leher,

Pemeriksaan yang

dilakukandengan

pengama

tan

Page 32: Fisik_Diagnostik_Paru

Inspeksi dapat dilakukan dalam 2 fase

• Melihat dinding toraks dalamkeadaan statis

• Melihat dinding toraks dalamkeadaan dinamis

Page 33: Fisik_Diagnostik_Paru

Pemeriksaan inspeksi dada dalam keadaan statis

Yang diperhatikan pada infeksi statis

Bentuk dada

kesimetrisan

1. Normal

2. Pegion chest ( dada

burung) / fectus

carinatus

3. Funnel chest / fuctus

excavatus

4. Flet chest

5. Barrel chest

6. Skoliosis

7. Kiposis

8. Unilateral flettening

9. Unilateral prominence

Page 34: Fisik_Diagnostik_Paru

Pemeriksan dada dalam keadaan bergerak / dinamis

Frekwensi napas

Normal 16-24 kali / menit

Bradypneu/ olygopneu < 16 kali / menit

Tachypneu / polypneu > 24 kali / menit

Apneu henti napas/ tidak bernapas

Pernapasan tidak teratur

Pada kelainan otak

Asidosis

Nyeri waktu bernapas

Page 35: Fisik_Diagnostik_Paru

Palpasi

Page 36: Fisik_Diagnostik_Paru

Jenis pernapasan patologis

1. Dyspneu

Keluhan rasa sesak. Seseorang merasakan

bernapas; pada; latihan, obesitas, sakit jantung,

sakit paru, anemia, dll

2. Orthopneu

Sesak napas waktu posisi tidur , berkurang kalau

posisi duduk, pada; penyakit jantung

3. Pernapasan Kussmaul

Pernapasan cepat dan dalam , pada; asidosis

Page 37: Fisik_Diagnostik_Paru

1. Pernapasan Cheyne stokes

Pernapasan periodik bergantian antara

pernapasan cepat dan apneu pada ; peningkatan

tekanan intrakaranial, penyakit ginjal

2. Pernapasan Biot’s

Pernapasan tidak teratur, pada trauma kapitis,

tumor otak, meningoensepalitis

3. Pernapasan Asmatik

Ekspirasi memanjang disertai wizing., pada

;Asma brronkial, PPOK

Page 38: Fisik_Diagnostik_Paru

Palpasi

fremitus;

Dengan menempelkan telapak dan jari jari tangan

pada dinding dada. kemudian pasien disuruh

mengucapkan kata kata seperti 77, dengan nada

yang sedang. Secara simetris dibadingkan getaran

yang timbul.

Selain itu dengan palpasi dapat menentukan

kelainan di perifer seperti kondisi kulit ; basah /

kering, adanya demam, arah aliran vena dikulit

pada vena yang terbendung, tumor, pembesaran

KGB, deviasi trakea

Dapat menentukan kelainan di dalam, seperti

meraba ictus cordis, adanya thriil (getaran) pada

kelainan katup

Page 39: Fisik_Diagnostik_Paru

Lokasi palpasi

Page 40: Fisik_Diagnostik_Paru

Penilaian Fremitus

Meningkat pada:

• Infiltrat

• Compressive –ate

lektasis

• Cavitas paru

Menurun pada

• Penebalan pleura

• Efusi pleura

• Pneumothorak

• Emfisema paru

• Obstruksi bronkus

Page 41: Fisik_Diagnostik_Paru

Perkusi

Dengan pemeriksaan ketok/ perkusi

menggetarkan udara dalam paru

Penilaian

Sonor

Hipersonor

redup

Pekak

Page 42: Fisik_Diagnostik_Paru

Teknik perkusi

• Ketukan biasanya dilakukan denganjari tengah tangan kanan yang dilengkungkan di sendi ke dua.

• Tangan digoyangkan dengan sendipergelangan tangan sebagai engsel.

• Ketokan dilakukan di atas bagianyang keras, seperti; clavicula, tulangiga, sternum

• Di atas bagian yang lunak dipakailandasan ( fleximeter), biasanyadipakai jari tengah tangan kiri yang diletakkan di dinding dada tegaklurus atau sejajar dengan iga.

Page 43: Fisik_Diagnostik_Paru

Mulai dengan melakukan perkusi dari atas

kebawah

Badingkan antari kiri dan kanan

Pemeriksaan dapat dimulai di dada bagian

depan kemudian belakang

Tentukan batas organ yang berdekatan

dengan paru

Pemeriksaan perkusi dilakukan secara

sistematis.

Page 44: Fisik_Diagnostik_Paru

Lokasi perkusi depan

Page 45: Fisik_Diagnostik_Paru

Pemeriksaan batas jantung

Batas kiri 1 jari medial LMCS, sela iga 5

Caranya perkusi mulai dari axilaris anterior

kiri setinggi mamae

Batas atas sela iga 3 para sternal kiri

Caranya; perkusi di daerah parasternal

mulai dari sela iga satu

Batas kanan tengah sternum

Caranya perkusi mulai dari axilaris anterior

kanan setinggi mamae, menuju sternum

Page 46: Fisik_Diagnostik_Paru

Batas paru hati

1. Ketok mulai dari mama kanan menuju

ke distal, perobahan dari sonor ke

redup merupakan batas paru hati, kira

kira sela iga 6

2. Batas ini berobah pada waktu

inspirasi dan ekspirasi, disebut dengan

peranjakan., biasanya sekitar 2 jari .

3. Batas paru hati meninggi pada , efusi

pleura, infiltrat di kanan.

4. Batas paru hati menurun pada

emfisema.

Page 47: Fisik_Diagnostik_Paru

Batas paru lambung

1. Ketukan dilakukan di derah axilaris

kiri setinggi mamma ke arah distal

2. Tentukan daerah perobahan sonor

menjadi tympani, biasanya sela iga 8

Page 48: Fisik_Diagnostik_Paru

Lebar mediastinum

1. Biasanya pekan karena tidak mengandung udara

2. Tidak melewati sternum

3. Pelebaran mediastinum pada; pembesaran aorta,

vena cava superios, tumor

Daerah supraclavikula

“ Ismus Cronig,” --derah dipuncak paru, seluas 3 jari

bisanya sonor

Mengecil bila ada TB ( sebelum ada Ro torak)

Page 49: Fisik_Diagnostik_Paru

Batas paru belakang

Mulai jari ujang skapula

ke distal sampai ketokan

sonor jadi redup

Batas paru belakang

setinggi vertebre torakal

X- IX

Page 50: Fisik_Diagnostik_Paru

Lokasi perkusi belakang

Page 51: Fisik_Diagnostik_Paru

Auskultasi

Dapat dilakukan secara direct dengan

telinga dan secara indirect

menggunakan alat bantu

Dilakukan dengan menggunakan

stetoskop

Dua tipe stetoskop:

Tipe bell untuk nda rendah

Tipe Bowel/ membran untuk nada tinggi

Page 52: Fisik_Diagnostik_Paru

Lokasi auskultasi depan

Page 53: Fisik_Diagnostik_Paru

Lokasi auskultasi belakang

Page 54: Fisik_Diagnostik_Paru

Lokasi auskultasi belakang

Page 55: Fisik_Diagnostik_Paru

Bunyi napas pokok

Arus udara waktu respirasi membentuk bising

pada trakea, dan bronkus tmbul bising bronkial

dan bising vesikular pada jaringan paru.

Bising di trakeal dapat didengar di leher, bunyi kh

dengan nada tinggi

Bising bronkial dapat didengar di daerah antara

kedua skapula, bunyi kh dengan nada lebih

rendah

Bising vesikuler di daeran lain dari torak, bunyi f

Page 56: Fisik_Diagnostik_Paru

Vesikuler ---- hampir seluruh lap paru

Inspirasi lebih panjang , lebih keras, nadanya lebih

tinggi dari ekspirasi

Bronkial / trakeal ---- trakea

Ekspirasi lebih panjang, lebih keras , nadanya

lebih tinggi dari inspirasi

Bronkovesikuler ---- daerah supra sternal,

inter scapula

Campuran antra elemen vesikuler dengan bronkial

Page 57: Fisik_Diagnostik_Paru
Page 58: Fisik_Diagnostik_Paru

Bunyi tambahan

Krepitasi pada emfisema subkutis

Suara krik-krik halus , seperti bunyi meremas biskuit

mari didekat telinga

Suara gesekan pleura ( fleural friction rub) bunyi

berasal dari permukaanan pleura yang tidak rata.

Suara seperti bunyi gesekan jari telujuk dengan ibu jari

didekat telinga

Page 59: Fisik_Diagnostik_Paru

Ronchi ( rales)

Suara tambahan yang dihasilkan oleh aliran

udara yang melewati saluran napas yang berisi

sekret/ eksudat atau akibat penyempitan saluran

napas oleh edema saluran napas.

Ronchi dibagi 2

Ronchi basah ( moist rales)

Ronchi kering ( dry rales)

Page 60: Fisik_Diagnostik_Paru

Ronchi basah

Akibat adanya exudat/ cairan dalam bronkiolus atau

alvioli bisa juga bronkus atau tarakea

Ronchi basah kasar

gelembung udara besar di saluran nafas besar ( pasien penuruan

kesadaran tidak kuat batuk)

Ronchi basah sedang tak nyaring

Gelembung udara kecil yang pecah di saluran nafas sedang dan kecil

( bronkiektasis , bronkopneumonia)

Ronchi basah halus

Terbukanya asinus atau albvioli yang kolap secara mendadak yang

berisi eksudat sebagian / bunyi gesekan rambut ( pneumonia, edema

paru)

Page 61: Fisik_Diagnostik_Paru

Ronchi kering ( bising suitan)

Lewatnya udara melalui saluran napas yang menyempit oleh

karena cairan yang lengket dan tidak mudah dipindahkan

Tergantung diameter bronkus yang ada kelainan bising dibagi kecil

sedang dan besar

Terdengan pada fase inspirasi kadang pada fase eksiprasi

Dapat berobah setelah batuk, kadang terputus putus

“Berbeda dengan (bising Mengi / Wheezing )

Page 62: Fisik_Diagnostik_Paru

Bising mengi ( Wheezing)

Terdengar sebagai suitan, namun didegar

sepanjang ekspirasi, ekspirasi dilakukan dengan

tekanan .

Mengi tidak hilang dengan batuk, malah

bertambah keras

Mengi gejala penting penyakit asma dan PPOK

Page 63: Fisik_Diagnostik_Paru

Bronchophoni

Vokal sound( suara biasa) didengar pada lapangan paru

terdengar kurang keras, kurang jelas dan jauh.

Apabila terdengar lebih keras, pada pangkal telinga

pemeriksa disebut bronkoponi positif ;

Biasanya pada infiltrat, atelektasis kompresif

Eugophoni

Bronchophoni yang terdengar nasal, biasanya oleh karena

atelektasis kompresif akibat efusi pleura.

Didengar pada perbatasan cairan dan parenkim paru

Page 64: Fisik_Diagnostik_Paru

Bronchial whisphered pectoralique

Suara bisikan terdengar jelas , keras , nada tinggi denga fase ekspirasi lebih panjang padaatelektasis kompresif / konsildasi ( asalbronkus terbuka)

Page 65: Fisik_Diagnostik_Paru