Final Referat!
-
Upload
laurentius-oktavianus -
Category
Documents
-
view
459 -
download
0
Transcript of Final Referat!
5/11/2018 Final Referat! - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/final-referat-55a233d60f5f5 1/29
Pendahuluan
Penyakit gagal ginjal kronik merupakan salah satu penyakit yang patut
untuk diperhatikan dan ditangani dengan baik dan tepat, karena dapatmengakibatkan penurunan fungsi ginjal yang bersifat progresif dan pada
umumnya berujung pada gagal ginjal. Menurut data statistik di berbagai
negara maju seperti di Amerika, angka kematian akibat gagal ginjal kronik
meningkat sekitar 20%.1 Total orang amerika yang terkena penyakit gagal
ginjal kronik mencapai 26 juta orang. Menurut data dari WHO, Indonesia
termasuk dalam urutan ke-4 sebagai negara dengan penderita gagal ginjal
kronik terbanyak yang jumlahnya mencapai 16 juta jiwa.1 Fakta ini dipicu
karena pada awalnya penderita gagal ginjal kronik tidak menyadari bahwa
mereka menderita penyakit ini. Gagal ginjal kronik merupakan penyakit yang
bersifat asimptomatik (tidak menunjukkan gejala klinis) pada awal perjalanan
penyakit. Apabila tidak dideteksi sejak dini dan tidak ditangani dengan tepat,
maka penyakit gagal ginjal kronik dapat berkembang menjadi stadium akhir
penyakit ginjal dan dapat berakibat fatal bagi penderita.
Penyebab dari gagal ginjal kronik terbanyak adalah diabetes mellitusdan hipertensi1. Keadaan dimana tekanan darah meningkat ataupun kadar
gula darah yang mengalami peningkatan secara drastis didalam tubuh akan
memperparah proses sehingga dapat menuju pada keadaan gagal ginjal
kronik. Gangguan pada fungsi ginjal dapat menggambarkan kondisi dan
keadaan sistem vaskuler pada tubuh manusia sehingga dapat membantu
upaya pencegahan penyakit lebih dini sebelum pasien tersebut mengalami
komplikasi.2 Pada gagal ginjal kronik, fungsi ginjal dari pasien mengalami
penurunan yang signifikan, sehingga keadaan ini memerlukan terapi
pengganti seperti cuci darah maupun transplantasi ginjal yang memerlukan
biaya besar. Dengan demikian, deteksi sejak dini fungsi ginjal berperan
sangat vital dan dapat memperlambat ataupun mencegah progresivitas dari
penyakit ginjal menuju ke keadaan gagal ginjal.
Definisi
1
5/11/2018 Final Referat! - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/final-referat-55a233d60f5f5 2/29
Penyakit gagal ginjal kronik adalah keadaan dimana terdapat
kerusakan ginjal yang terjadi selama lebih dari 3 bulan, berdasarkan kelainan
patologis atau pertanda kerusakan ginjal seperti adanya protein pada hasil
urin (proteinuria). Jika tidak ada tanda kerusakan ginjal, diagnosis penyakit
ginjal kronik ditegakkan jika nilai laju filtrasi glomerulus kurang dari
60ml/menit/1,73m2.3
Tabel 1. Kriteria Penyakit Ginjal Kronik
1. Kerusakan ginjal (renal damage yang terjadi >3 bulan) berupa
kelainan struktural atau fungsional, dengan atau tanpa penurunan laju
filtrasi glomerulus(LFG), dengan manifestasi :
- Kelainan patologis
- Terdapat tanda kelainan ginjal, termasuk kelainan dalam
komposisi darah atau urin, atau kelainan dalam test pencitraan
(imaging tests)
2. Laju Filtrasi Glomerulus (LFG) <60 ml / menit / 1,73m2 selama
3 bulan dengan atau tanpa kerusakan ginjal.
Dikutip dari : Suwitra, K. Penyakit Ginjal Kronik. Dalam : Sudoyo, A, Setyohadi, B, Idrus, A,
Simadibrata, M, Setiati, S. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, Edisi IV, Jilid I. Jakarta: FKUI.
2007. Hal 570.
Epidemiologi
Menurut data yang dikumpulkan oleh Indonesian Renal Registry (IRR)
pada tahun 2007-2008, hasilnya adalah penyebab / etiologi terbanyakpenyakit ginjal kronik adalah glomerulonefritis (25%), diabetes melitus (23%),
hipertensi (20%) dan ginjal polikistik (10%).4. Menurut data statistik di berbagai
negara maju seperti di Amerika, angka kematian akibat gagal ginjal kronik
meningkat sekitar 20%.1 Total orang amerika yang terkena penyakit gagal
ginjal kronik mencapai 26 juta orang. Menurut data dari WHO, Indonesia
termasuk dalam urutan ke-4 sebagai negara dengan penderita gagal ginjal
kronik terbanyak yang jumlahnya mencapai 16 juta jiwa.2 Hal ini cukup
signifikan dan buktinya dapat dilihat dari persentase peningkatan jumlah
2
5/11/2018 Final Referat! - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/final-referat-55a233d60f5f5 3/29
penderita gagal ginjal yang datang ke poli klinik ginjal dan banyaknya
penderita yang menjalani program hemodialisis.
Anatomi dan Fisiologi
Ginjal merupakan sepasang organ yang berbentuk seperti kacang
(bean-shaped) yang terletak di tepi tulang belakang dibawah punggung
bagian tengah. Setiap ginjal mempunyai berat ¼ pound dan terdiri dari kira-
kira satu juta unit penyaring, yang disebut nefron. Setiap nefron terbuat dari
glomerulus dan tubul. Ginjal terhubung pada kandung kemih melalui ureter.
Kandung kemih terhubung ke luar tubuh melalui uretra.1
Gambar 1 – Anatomi Ginjal
Dikutip dari: http://image.wistatutor.com/content/excretion-
andosmoregulation/labeled- structure-of-kidney.jpeg
Nefron adalah unit terkecil pada ginjal yang mempunyai struktur dan
fungsi sebagai penyaring darah yang terletak pada lapisan terluar (korteks)
ginjal. Nefron terdiri atas tubulus, yang terdiri atas tubulus kontortus proksimal
dan distal serta tubulus kolektifitus dan buluh malpighi yang terdiri atas
3
5/11/2018 Final Referat! - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/final-referat-55a233d60f5f5 4/29
glomelorus (yang tersusun atas banyak pembuluh darah dan kapsula
bowman).
Berikut ini adalah cara kerja dari nefron, meliputi:
1. Filtrasi
Filtrasi dimulai dengan masuknya darah ke glomerulus dan disaring
oleh sel endotelium, kemudian disaring lagi oleh sel podosit didalam kapsula
bowman dan jadilah urin primer.
2. Reabsorbsi
Urin primer masuk kedalam tubulus proksimal untuk mengalami
reabsorbsi, yaitu dengan cara menyerap kembali zat-zat yang masih
bermanfaat, sehingga menghasilkan urin sekunder.
3. Augmentasi
Proses augmentasi yaitu penambahan cairan ke urin sekunder yang
terjadi pada tubulus distal kemudian menuju tubulus kolektus. Dengan
demikian, tugas nefron selesai dan urin akan ditampung didalam kandung
kemih untuk segera diekskresikan keluar tubuh.
Gambar 2 – Fisiologi ginjal
Dikutip dari : http://www.kidney.org/kidneydisease/ckd/index.cfm/
Fungsi utama ginjal adalah membuang produk yang tidak terpakai dan
kelebihan air dari darah. Ginjal memproses sekitar 200 liter darah per hari dan
memproduksi sekitar 2 liter urin. Produk yang tak terpakai berasal dari proses
4
5/11/2018 Final Referat! - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/final-referat-55a233d60f5f5 5/29
metabolik normal termasuk penghancuran jaringan aktif, makanan yang
tercerna, dan bahan-bahan lain. Ginjal juga berperan dalam mengatur
berbagai macam mineral seperti kalsium, sodium, dan potasium didalam
darah.2
Langkah pertama dari filtrasi yaitu darah dibawa ke glomerulus melalui
kapiler. Darah disaring dari produk dan cairan yang tak terpakai, sedangkan
sel darah merah, protein, dan molekul besar tetap dalam kapiler. Namun,
beberapa bahan yang berguna juga ikut tersaring keluar. Bahan-bahan yang
tersaring dikumpulkan dalam kapsula Bowman. Selain itu terdapat tubula yang
berfungsi memproses filtrat, reabsorb air dan bahan kimia yang berguna bagi
tubuh.3
Ginjal menghasilkan hormon-hormon tertentu yang berfungsi penting
bagi tubuh, antara lain.3
1. Bentuk aktif dari vitamin D (calcitriol atau 1.25 dihydroxy-vitamin D) mengatur
penyerapan kalsium dan fosfor dari makanan, untuk pembentukan tulang yang kuat.
2. Erythropoietin (EPO) berperan dalam menstimulasi sumsum tulang untuk
memproduksi sel darah merah.3. Reninberperan dalam mengatur volume darah dan tekanan darah.
Etiologi
Meskipun gagal ginjal kronik merupakan penyakit primer dari ginjal itu
sendiri, penyebab utama gagal ginjal kronik adalah penyakit diabetes melitus
dan hipertensi.
3
Penyebab gagal ginjal kronik adalah:
1. Diabetes tipe 1 dan tipe 2 menyebabkan kondisi yang disebut diabetic nephropathy .
2. Tekanan darah tinggi / hipertensi yang apabila tidak terkontrol dapat merusak ginjal.
3. Glomerulonephritis, yang merupakan inflamasi dan kerusakan sistem filtrasi ginjal
yang dapat menyebabkan gagal ginjal.
4. Polycystic kidney disease (penyakit ginjal polycysctic) merupakan contoh penyebab
herediter gagal ginjal kronik dimana kedua ginjal memiliki kista multipel.
5. Artherosklerosis menyebabkan iskemik nefropati, yang merupakan penyebab laindari kerusakan ginjal yang progresif.
5
5/11/2018 Final Referat! - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/final-referat-55a233d60f5f5 6/29
6. Obstruksi saluran urin karena batu, pembesaran prostat, atau kanker dapat
menyebabkan penyakit ginjal.
7. Penyebab lain gagal ginjal kronik termasuk infeksi HIV, penyakit sickle cell,
ketergantungan heroin, amyloidosis, batu ginjal, infeksi ginjal kronik, dan kanker.
Patofisiologi
Fungsi ginjal sangat penting dalam menghasilkan hormon-hormon
seperti eritropoetin, vitamin D3 aktif, membersihkan toksin hasil metabolisme
didalam darah, mempertahankan keseimbangan cairan, elektrolit, dan asam
basa, serta mengontrol tekanan darah.3
Pada gagal ginjal kronik, ginjal tidak mampu menjalankan beberapa
atau semua fungsi tersebut. Penyebab utama gangguan fungsi ginjal tersebut
karena berkurangnya massa ginjal yang disebabkan oleh kerusakan akibat
proses imunologis yang terus berlangsung, hiperfiltrasi hemodinamik dalam
mempertahankan glomerulus, diet protein dan fosfat, proteinuria persisten
serta hipertensi sistemik. Berkurangnya massa ginjal akibat kerusakan
tersebut, akan menyebabkan terjadinya hipertrofi dan hiperfiltrasi dari massa
ginjal yang tersisa.3
Akibatnya akan terjadi hipertensi pada massa ginjal tersebut yang
dapat menyebabkan sklerosis glomerulus serta fibrosis dari jaringan
interstitial. Akhirnya, akan terjadi penurunan fungsi nefron yang progresif,
serta terjadi peningkatan aktivitas aksis renin-angiotensin-aldosteron
intrarenal yang juga berperan dalam proses hiperfiltrasi dan sklerosis. Aktivasi
sistem renin-angiotensin-aldosteron ini diperantarai oleh transforming growth
factor (TGF-β). Beberapa hal yang dianggap sebagai penyebab progresifitas
dari penyakit ini adalah albuminuria, hipertensi, hiperglikemia, serta
dislipidemia.3
Ginjal memiliki kemampuan yang besar untuk melakukan kompensasi.
Bila massa ginjal berkurang 50%, maka gejala-gejala pada penderita gagal
ginjal kronik masih belum terlihat. Gejala-gejala gagal ginjal kronik mulai
tampak bila massa ginjal berkurang 50% sampai 80% misalnya uremia.
6
5/11/2018 Final Referat! - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/final-referat-55a233d60f5f5 7/29
Uremia merupakan kumpulan gejala akibat terganggunya beberapa sistem
organ sebagai akibat penimbunan toksin dari metabolisme protein. Tanda-
tanda terjadinya gagal ginjal kronik yaitu adanya ginjal yang mengecil dari foto
X-Ray, osteodistrofi ginjal, neuropati perifer serta terjadinya uremia3
Gambar 3 – Patogenesis gagal ginjal kronik
Dikutip : http://img.medscape.com/fullsize/migrated/561/254/ki561254.fig1.gif
Gambaran Klinis
Pada stadium dini, gagal ginjal tidak menunjukkan gejala yang khas
atau lebih ke arah asimptomatik. Gejala klinis akan muncul ketika serum urea
meningkat diatas 40 mmol/L, tetapi banyak pasien gagal ginjal mengalami
gejala-gejala uremia pada level ureum yang rendah.4
Gambaran klinis pasien gagal ginjal kronik pada stadium dini:4
Mudah lelah dan kurang energi
Sulit berkonsentrasi
Nafsu makan menurun
Sulit tidur (Insomnia)
Edema pada tungkai kaki
Nocturia dan Poliuria (terutama pada malam hari)
Bengkak pada sekeliling mata, terutama pada pagi hari
7
5/11/2018 Final Referat! - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/final-referat-55a233d60f5f5 8/29
Mual, muntah dan diare
Gambaran klinis penderita gagal ginjal kronik sesuai dengan penyakit
yang mendasari seperti diabetes melitus, infeksi traktus urinarius, batu traktus
urinarius, ataupun hipertensi. Ciri sindrom uremia yaitu lemah, letargi,
anoreksia, mual, muntah, nokturia, kelebihan volume cairan (volume
overload), neuropati perifer, pruritus, uremic frost, perikarditis, kejang-kejang
hingga koma.5
Pemeriksaan Penunjang
Laboratorium
1. Penurunan fungsi ginjal berupa peningkatan kadar ureum dan kreatinin serum, dan
penurunan LGF yang dihitung mempergunakan rumus Kockcroft-Gault.
2. Kelainan biokimiawi darah meliputi anemia, peningkatan kadar asam urat, hiper atau
hipokalemia, hiponatremia, hiperfosfatemia, hipokalsemia, asidosis metabolik.
3. Kelainan urinalisis meliputi proteinuria, hematuri, leukosuria, cast, 1
Radiologi
1. Foto polos abdomen, dapat tampak batu radio-opak.
2. Pielografi intravena jarang dikerjakan, karena kontras sering tidak bisa melewati filter
glomerulus, disamping kekhawatiran terjadinya pengaruh toksik oleh kontras
terhadap ginjal yang sudah mengalami kerusakan.
3. Pielografi antegrad atau retrograd dilakukan sesuai dengan indikasi.
4. Ultrasonografi ginjal dapat memperlihatkan ukuran ginjal yang mengecil, korteks
yang menipis, adanya hidronefrosis atau batu ginjal, kista, massa, kalsifikasi.2
Biopsi dan pemeriksaan histopatologi
8
5/11/2018 Final Referat! - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/final-referat-55a233d60f5f5 9/29
Biopsi dan pemeriksaan histopatologi ginjal dilakukan pada pasien
dengan ukuran ginjal yang masih mendekati normal, dimana diagnosis secara
non-invasif tidak bisa ditegakkan. Pemeriksaan histopatologi ini bertujuan
untuk mengetahui etiologi, menetapkan terapi, prognosis dan mengevaluasi
hasil terapi yang telah diberikan. Kontraindikasi biopsi ginjal yaitu pada
keadaan dimana ukuran ginjal yang sudah mengecil (contracted kidney),
hipertensi yang tidak terkendali, gangguan pembekuan darah, gagal napas,
dan obesitas.2
Deteksi Dini
Penyakit ginjal berkembang perlahan-lahan dan seringkali tidak
menunjukkan gejala yang khas dan spesifik pada awal perjalanan penyakit.
Manifestasi klinis hanya akan muncul pada stadium akhir gagal ginjal ataupun
pada saat pasien membutuhkan dialisis.6
Stadium dini penyakit ginjal kronik dapat dideteksi melalui anamnesis
yang lengkap dan pemeriksaan penunjang seperti laboratorium. Pengukuran
kadar kreatinin serum dilanjutkan dengan penghitungan laju filtrasi glomerulus
dapat mengidentifikasi pasien yang mengalami penurunan fungsi ginjal. Selain
itu, pemeriksaan ekskresi albumin dalam urin (albuminuria) dapat
mengidentifikasi kerusakan ginjal pada sebagian pasien.6
Menurut data statistik, sebagian besar individu dengan stadium dini
penyakit ginjal kronik terutama di negara berkembang tidak terdiagnosis. Oleh
sebab itu, deteksi dini kerusakan ginjal sangat penting untuk dapat
memberikan terapi dan pengobatan secara maksimal dan efisien sebelum
terjadi kerusakan dan komplikasi lebih lanjut. Pemeriksaan skrining pada
individu asimtomatik yang menyandang faktor risiko dapat membantu deteksi
dini penyakit ginjal kronik.7
Kriteria pasien dengan probabilitas tinggi akan menderita gagal ginjal
dan harus dideteksi adalah:7
1. Individu berusia >50 tahun
9
5/11/2018 Final Referat! - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/final-referat-55a233d60f5f5 10/29
2. Individu dengan obesitas dan riwayat merokok.
3. Pasien dengan penyakit vaskuler, seperti penyakit jantung koroner dan stroke.
4. Memiliki riwayat penyakit diabetes melitus, hipertensi, ataupun gagal ginjal di dalamkeluarga.
5. Pasien yang sedang dalam penggunaan obat hipertensi, seperti ACE Inhibitors
(ACEi) atau Angiotensin Receptor Blockers (ARBs).
6. Pasien dengan riwayat penyakit Diabetes Melitus (DM).
7. Pasien dengan riwayat obstruksi pada bladder.
8. Penderita infeksi saluran kemih yang berulang
Pengecekan serum kreatinin, kadar ureum, nilai Laju Filtrasi
Glomerulus (LFG) dan urine dipstick sangat penting dalam mendeteksi ada
atau tidak penyakit ginjal. Pemeriksaan-pemeriksaan diatas sensitif untuk
mendiagnosis gangguan fungsi ginjal. Kreatinin merupakan produk yang tidak
terpakai didalam tubuh yang berasal dari aktivitas otot dan secara normal
akan dibuang oleh ginjal dari dalam tubuh, namun apabila ginjal mengalami
masalah dan fungsi ginjal mengalami penurunan, maka nilai kreatinin akan
meningkat didalam darah. Meskipun peningkatan kadar kreatinin serum
spesifik untuk kerusakan ginjal, test ini memiliki sensitivitas yang rendah, dan
memerlukan penurunan 50% laju filtrasi glomerulus untuk menyebabkan
peningkatan kadar serum kreatinin yang bermakna, disebut creatinine-blind
region.
Laju filtrasi glomerulus adalah suatu penilaian akan kapasitas
penyaringan oleh nefron di ginjal. LFG adalah metode yang sensitif dalam
menilai fungsi ginjal secara keseluruhan, dan berperan penting untuk
mendeteksi adanya kerusakan ginjal, menilai fungsi ginjal, dan sebagai
pedoman untuk pemberian dosis obat. Perubahan nilai pada LFG dapat
menentukan sebagai patokan untuk menentukan kapan seseorang harus
melakukan dialisis (cuci darah).8 Nilai normal LFG adalah 100 ml/min. Dengan
demikian semakin rendah nilai LFG mengindikasikan semakin rendah pulakemampuan ginjal dalam menjalankan tugasnya.8
10
5/11/2018 Final Referat! - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/final-referat-55a233d60f5f5 11/29
Metode Penilaian Laju Filtrasi Glomerulus, yang dihitung dengan
mempergunakan rumus Kockcroft-Gault, sebagai berikut:1
*) pada perempuan dikalikan 0.85
Kemudian, pengecekan urin juga berperan penting untuk mengetahui
fungsi ginjal dan mendeteksi lebih awal penyakit Nefropati Diabetikum.
Normalnya protein tidak ditemukan di urin karena akan di-reabsorbsi lagi
didalam tubuh, namun apabila terdapat kerusakan ginjal stadium dini, maka
mikroproteinuria akan ditemukan pada urin. Selain itu, CT scan juga dapat
menentukan penyakit ginjal seperti obstruksi yang disebabkan oleh batu
ginjal. Apabila terdapat batu ginjal, maka disarankan untuk melakukan biopsi
dan diperiksa dengan menggunakan mikroskop untuk mengetahui hasil biopsi
tersebut.8
Selain mengecek fungsi ginjal, deteksi dini gagal ginjal kronik jugaharus ditingkatkan apabila seseorang telah divonis menderita penyakit seperti
diabetes melitus maupun hipertensi, untuk mencegah terjadinya gagal ginjal
sejak dini. Berikut ini adalah pembahasan tentang bagaimana cara
mendeteksi sejak awal penyakit nefropati diabetikum, retinopati diabetikum
serta hipertensi, yaitu:
1. Nefropati Diabetikum (Diabetic Nephropathy)
Diabetes melitus (DM) merupakan salah satu penyebab utama menuju
gagal ginjal kronik. Komplikasi diabetes melitus yang menyebabkan gagal
ginjal disebut Nefropati Diabetikum. Diagnosis nefropati diabetikum dilihat dari
adanya albuminuria pada pasien DM, baik tipe 1 dan 2. Apabila jumlah
protein atau albumin di dalam urin masih sangat rendah sehingga sulit untuk
dideteksi namun sudah > 30 mg / 24 jam, keadaan ini disebut juga
mikroalbuminuria.9 Sebanyak 43 % pasien diabetes di Amerika Serikat muncul
mikroalbuminuria dan ± 8 % pasien memiliki makroalbuminuria. 10
11
5/11/2018 Final Referat! - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/final-referat-55a233d60f5f5 12/29
Tabel 2. Tingkat kerusakan ginjal berkaitan dengan ekskresi
albumin / protein dalam urin
Kategori Kumpulan urin 24 jam(mg/24 hr)
Kumpulan urinsewaktu (µg/min)
Normal <30 <20
Mikroalbuminuria 30-299 20-199
Albuminuria klinis ≥300 ≥200
Dikutip dari : Suwitra, K. Penyakit Ginjal Kronik. Dalam : Sudoyo, A, Setyohadi, B, Idrus,
A, Simadibrata, M, Setiati, S. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, Edisi IV, Jilid I. Jakarta:
FKUI. 2007. Hal 535.
Tanda-tanda lainnya yang dapat ditemukan yaitu:9
1. Tekanan darah tinggi.
2.Bengkak pada tangan dan kaki.
3. Sering kencing, terutama pada malam hari.
4. Level urea dan kreatinin yang tinggi dalam darah.
5. Morning sickness, mual, dan muntah.
6. Rasa lemas, pucat dan anemia.
Nefropati diabetikum dibagi dalam beberapa tahapan, yaitu :
1. Tahap I : LFG meningkat hingga 40% diatas normal, serta terjadi
pembesaran ginjal. Albuminuria belum nyata dan tekanan darah
biasanya normal. Tahap ini masih reversibel. Dengan pengendalian
kadar gula yang ketat akan mengembalikan ukuran dan fungsi ginjal
kembali ke normal.
12
5/11/2018 Final Referat! - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/final-referat-55a233d60f5f5 13/29
2. Tahap II : Terjadi setelah 5-10 tahun diagnosis DM tegak, saat LFG
masih meningkat. Albuminuria timbul pada keadaan tertentu, seperti
latihan jasmani, stress, atau keadaan metabolik lainnya yang
memburuk. Tahap ini disebut silent stage.
3. Tahap III : Ini adalah tahap awal nefropati (incipient diabetic
nephropathy ), mikroalbuminuria telah nyata. Terjadi setelah 10-15
tahun diagnosis DM tegak. LFG dan tekanan darah tinggi. Namun pada
tahap ini, progresifitas penyakit masih dapat dicegah dengan
pengendalian kadar gula dan tekanan darah ketat.
4. Tahap IV : Merupakan tahap nefropati diabetikum menunjukkan
manifestasi klinis dengan proteinuria nyata. Tekanan darah tinggi serta
LFG sudah menurun dibawah normal. Terjadi setelah 15-20 tahun
diagnosis DM tegak. Progresivitas ke arah gagal ginjal hanya dapat
diperlambat dengan pengendalian glukosa dan tekanan darah.
5. Tahap V : Ini adalah tahap gagal ginjal. LFG sudah rendah sehingga
pasien menunjukkan tanda-tanda sindrom uremik dan memerlukan
tindakan khusus, yaitu dialisis maupun terapi pengganti ginjal.9
Diagnosis dari gagal ginjal kronik harus dilakukan dengan pemeriksaan
yang tepat serta pemeriksaan penunjang (laboratorium) yang akurat. Selain
itu, biopsi ginjal akan diperlukan untuk membuktikan adanya diabetic
glomerulopathy . Makroalbuminuria atau mikroalbuminuria pada pasien dengan
tipe 1 diabetes yang berlangsung >10 tahun atau adanya diabetic retinopathy
mengindikasikan gagal ginjal kronik.10
2. Retinopati Diabetikum (Diabetic Retinopathy)
Retinopati Diabetikum merupakan penyebab kebutaan ketiga terbesar
di dunia. Penyakit ini merupakan penyakit pada retina karena perubahan yang
terjadi pada pembuluh darah mikro (mikrovaskular) di retina. Dengan
demikian, deteksi dini dan pencegahan pada pasien DM sebelum terjadinyadiabetic retinopathy berperan penting. Menurut studi dari United Kingdom
13
5/11/2018 Final Referat! - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/final-referat-55a233d60f5f5 14/29
Prospective Diabetes Study , pengobatan dengan menggunakan obat anti
hipertensi seperti ACE (Angiotensin Converting Enzyme) inhibitor atau ARB
(Angiotensin II Receptor Blocker) agar tekanan darah tetap terkontrol yaitu
sistolik <130 dan diastolik <80 mmHg dapat menurunkan resiko terkena
penyakit diabetic retinopathy serta serta resiko untuk penurunan penglihatan.11
Gejala klinis terdiri atas yang biasanya dikeluhkan oleh pasien ialah
kesulitan dalam membaca, penglihatan menjadi kabur, penglihatan tiba-tiba
menurun pada satu mata saja, pasien mengaku melihat lingkaran cahaya,
melihat bintik-bintik gelap dan cahaya kelap kelip. Gejala objektif yang dapat
ditemukan yaitu mikroaneurisma atau penonjolan pada dinding pembuluh
darah vena, pendarahan dapat berupa titik-titik, garis maupun bercak-bercak.
Selain itu dapat ditemukan hard exudate, yang merupakan infiltrasi lipid
kedalam retina. Gambarannya yaitu irregular dan warnanya kekuningan.11
Beberapa cara dapat dilakukan untuk mencegah terjadinya retinopati
diabetikum, yaitu:12
1. Mengontrol kadar gula darah agar tetap normal
Kadar gula yang tinggi dalam darah dapat struktur dan fungsi dari
pembuluh darah. Untuk itu, kadar gula yang ideal dapat mencegah terjadinya
penyakit ini. Kadar HbA1c harus dibawah 7%.
2. Mengontrol tekanan darah
Pada penderita retinopati diabetikum, pembuluh darah mikro di retina
mengalami kebocoran dan terisi cairan, hal ini menyebabkan retina menjadi
membengkak. Apabila mempunyai tekanan darah tinggi, hal ini akan memicu
cairan tersebut untuk keluar dan menyebabkan retina menjadi bengkak.
3. Mengkonsumi makanan sehat
Makanan sehat dapat membuat kadar gula dalam darah menjadi stabil.
14
5/11/2018 Final Referat! - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/final-referat-55a233d60f5f5 15/29
Studi membuktikan bahwa karbohidrat dapat meningkatkan kadar glukosa
dalam darah, selain itu juga dapat mencegah peningkatan kolesterol darah
yang juga dapat menurunkan resiko terkena retinopati diabetikum.
4. Olahraga teratur
Olahraga dapat meningkatkan metabolisme tubuh, sehingga kelebihan
glukosa didalam tubuh dapat dikeluarkan dan tidak tertimbun didalam tubuh.
5. Rutin memeriksakan mata
Pemeriksaan yang rutin setidaknya dua kali dalam setahun terbukti
dapat menurunkan probabilitas terkena retinopati diabetikum. Pencegahan
dini ini dapat mencegah kebutaan.
3. Hipertensi Sekunder
Hipertensi (Tekanan darah tinggi) merupakan salah satu penyebab
utama gagal ginjal. Hipertensi Merupakan keadaan dimana tekanan darah ≥
140 mmHg sistolik dan/≥ 90 mmHg diastolik pada seseorang yang tidak
sedang menggunakan obat antihipertensi. Hipertensi membuat jantung
bekerja lebih keras dan hal ini dapat merusak pembuluh darah ke seluruh
tubuh. Jika pembuluh darah di ginjal rusak, maka kemampuan ginjal dalam
filtrasi akan berkurang sehingga menyebabkan produk-produk yaang
seharusnya dibuang keluar dari dalam tubuh menjadi menumpuk didalam
tubuh. Setiap tahun, hipertensi menyebabkan lebih dari 25.000 kasus barugagal ginjal di Amerika Serikat. 13
Ada beberapa faktor resiko dari hipertensi, yaitu:13
1. Usia pada pria > 55 tahun dan wanita >65 tahun
2. Obesitas (IMT >30)
3. Inaktivitas fisik
4. Dislipidemia
15
5/11/2018 Final Referat! - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/final-referat-55a233d60f5f5 16/29
5. Diabetes Melitus
6. Riwayat merokok
7. Riwayat keluarga dengan penyakit kardiovaskular
Berbagai obat-obatan dapat digunakan untuk mengatasi hipertensi,
dengan tujuan mencegah terjadinya gagal ginjal kronik. Obat-obatan tersebut
adalah diuretik, Angiotensin Converting Enzyme (ACE) inhibitor, Angiotensin
Receptor Blocker (ARB), Beta Blockers, dan Calcium Channel Blockers
Penelitian telah menunjukkan bahwa ACE inhibitor dan ARB dapat
mengurangi proteinuria dan memperlambat kerusakan ginjal. Selain itu,diuretic terbukti membantu seseorang untuk lebih sering buang air kecil dan
membuang kelebihan cairan dalam tubuh. Kombinasi dari dua atau lebih obat
tekanan darah mungkin diperlukan untuk menjaga tekanan darah tetap di
bawah 130/80 mmHg.13
PencegahanUpaya pencegahan terhadap penyakit ginjal kronik sebaiknya sudah
mulai dilakukan pada stadium dini penyakit ginjal kronik. Berbagai upaya
pencegahan yang telah terbukti bermanfaat dalam mencegah penyakit ginjal
adalah:14
1. Pengobatan hipertensi, memegang prinsip yaitu semakin rendah
tekanan darah maka semakin kecil risiko penurunan fungsi ginjal.
Idealnya adalah < 130/80 mmHg.
2. Monitor dan pengendalian gula darah, lemak darah, dan anemia. Gula
darah harus rutin diperiksa. Selain itu, menjaga berat badan agar tetap
ideal, mengatur pola makan yang bergizi serta restriksi kalori
dibutuhkan sebagai langkah awal pencegahan. Konsumsi obat diabetic
oral diperlukan apabila kadar glukosa darah sewaktu >200. Selain itu,
penggunaan obat golongan statin berperan dalam menurunkan jumlah
16
5/11/2018 Final Referat! - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/final-referat-55a233d60f5f5 17/29
kolesterol didalam darah. Pemberian suplemen zat besi dan vitamin
juga diperlukan untuk mencegah terjadinya anemia berat.
3. Urinalisis dan pengecekan kadar protein pada urin. Dapat dijadikan
sebagai patokan awal penurunan fungsi ginjal.
4. Lifestyle modification, seperti berhenti merokok, peningkatan aktivitas
fisik, maupun penurunan berat badan apabila mengalami overweight
atau obesitas. Memilih untuk tidak merokok dapat menurunkan
kemungkinan terkena penyakit gagal ginjal kronik sebesar 30%.
5. Mengkonsumsi makanan bergizi dan atur pola makan. Mengurangi
konsumsi garam, mengurangi makanan yang mempunyai kadar kalori
tinggi dan makanan berlemak disarankan untuk menjaga agar berat
badan tetap ideal.
Penatalaksanaan
Penatalaksanaan pada gagal ginjal kronik meliputi:2
1. Terapi spesifik pada penyakit dasarnya.
2. Pencegahan dan terapi terhadap kondisi komorbid.
3. Memperlambat perburukan fungsi ginjal.
4. Pencegahan dan terapi terhadap penyakit kasdiovaskular
5. Pencegahan dan terapi terhadap komplikasi
6. Terapi pengganti ginjal berupa dialisis atau transplantasi ginjal
Tabel 3. Perencanaan Tatalaksana Gagal Ginjal Kronik dengan Derajatnya
Derajat LGF (mL/menit/1.73 m2) Rencana Tatalaksana
1 ≥ 90 Terapi penyakit dasar, kondisi
komorbid,evaluasi perburukan
(progression) fungsi ginjal,
memperkecil resiko kardiovaskular
17
5/11/2018 Final Referat! - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/final-referat-55a233d60f5f5 18/29
2 60 – 89 Menghambat perburukan fungsi
ginjal
3 30 – 59 Evaluasi dan terapi komplikasi
4 15 – 29 Persiapan untuk terapi pengganti
ginjal
5 < 15 Terapi pengganti ginjal
Dikutip dari : Suwitra, K. Penyakit Ginjal Kronik. Dalam : Sudoyo, A, Setyohadi, B,
Idrus, A, Simadibrata, M, Setiati, S. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, Edisi IV, Jilid I.
Jakarta: FKUI. 2007. Hal 571.
Terapi spesifik terhadap penyakit dasar
Waktu yang paling tepat untuk terapi penyakit dasarnya adalah
sebelum terjadinya penurunan GFR, sehingga perburukan fungsi ginjal tidak
terjadi. Pada ukuran ginjal yang masih normal secara ultrasonografi, biopsi
dan pemeriksaan histopatologi ginjal dapat menentukan indikasi yang tepat
terhadap terapi spesifik. Sebaliknya, bila LFG sudah menurun sampai 20 –
30% dari normal, terapi terhadap penyakit dasar sudah tidak banyak
bermanfaat.2
Pencegahan dan terapi pada kondisi komorbid
Mengikuti dan mencatat kecepatan penurunan LFG pada pasien gagal
ginjal kronik sangat penting. Hal ini untuk mengetahui kondisi komorbid yang
dapat memperburuk keadaan pasien. Faktor-faktor komorbid ini antara lain
gangguan keseimbangan cairan, hipertensi yang tidak terkontrol, infeksi
traktus urinarius, obstruksi traktus urinarius, obat-obat nefrotoksik, bahan
radiokontras, atau peningkatan aktivitas penyakit dasarnya.2
18
5/11/2018 Final Referat! - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/final-referat-55a233d60f5f5 19/29
Menghambat perburukan fungsi ginjal
Faktor utama penyebab perburukan fungsi ginjal adalah terjadinya
hiperfiltrasi glomerulus. Cara penting untuk mengurangi hiperfiltrasi
glomerulus adalah dengan pembatasan asupan protein. Pembatasan asupan
protein mulai dilakukan pada LFG ≤ 60 mL/mnt, sedangkan di atas nilai
tersebut, pembatasan asupan protein tidak selalu dianjurkan. Protein
diberikan 0,6-0,8/kg.bb/hari, yang 0,35-0,50 gr di antaranya merupakan
protein nilai biologi tinggi. Jumlah kalori yang diberikan sebesar 30-35
kkal/kgBB/hari, dibutuhkan pemantauan yang teratur terhadap status nutrisi
pasien. Bila terjadi malnutrisi, jumlah asupan kalori dan protein dapat
ditingkatkan. Berbeda dengan lemak dan karbohidrat, kelebihan protein tidak
disimpan dalam tubuh tapi dipecah menjadi urea dan substansi nitrogen lain,
yang terutama diekskesikan melalui ginjal. Oleh karena itu, pemberian diet
tinggi protein pada pasien gagal ginjal kronik akan mengakibatkan
penimbunan substansi nitrogen dan ion anorganik lain, dan mengakibatkan
gangguan klinis dan metabolik yang disebut uremia.2
Pembatasan asupan protein akan mengakibatkan berkurangnyasindrom uremik. Masalah penting lain adalah asupan protein berlebih (protein
overload) akan mengakibatkan perubahan hemodinamik ginjal berupa
peningkatan aliran darah dan tekanan intraglomerulus (intraglomerulus
hyperfiltration), yang akan meningkatkan progresifitas pemburukan fungsi
ginjal. Pembatasan asupan protein juga berkaitan dengan pembatasan
asupan fosfat, karena protein dan fosfat selalu berasal dari sumber yang
sama. Pembatasan fosfat perlu untuk mencegah terjadinya hiperfosfatemia.2
Terapi Farmakologis
Terapi Farmakologis yaitu untuk mengurangi hipertensi
intraglomerulus. Pemakaian obat antihipertensi, disamping bermanfaat untuk
memperkecil resiko kardiovaskular juga sangat penting untuk memperlambat
pemburukan kerusakan nefron dengan mengurangi hipertensi intraglomerulus
dan hipertrofi glomerulus. Beberapa studi membuktikan bahwa pengendalian
19
5/11/2018 Final Referat! - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/final-referat-55a233d60f5f5 20/29
tekanan darah mempunyai peran yang sama pentingnya dengan pembatasan
asupan protein, dalam memperkecil hipertensi intraglomerulus dan hipertrofi
glomerulus. Sasaran terapi farmakologis sangat terkait dengan derajat
proteinuria. Proteinuria merupakan faktor risiko terjadinya pemburukan fungsi
ginjal, dengan kata lain derajat proteinuria berkaitan dengan proses
perburukan fungsi ginjal pada penyakit ginjal kronik.2
Beberapa obat antihipertensi, terutama Angiotensin Converting
Enzyme / ACE inhibitor, melalui berbagai studi terbukti dapat memperlambat
proses pemburukan fungsi ginjal. Hal ini terjadi lewat mekanisme kerjanya
sebagai antihipertensi dan antiproteinuria.2
Pencegahan dan Terapi Terhadap Penyakit Kardiovaskular
Pencegahan dan terapi terhadap penyakit kardiovaskular merupakan
hal yang penting, karena 40-45% kematian pada penyakit ginjal kronik
disebabkan oleh penyakit kardiovaskular. Hal-hal yang termasuk dalam
pencegahan dan terapi penyakit kardiovaskular adalah pengendalian
diabetes, pengendalian hipertensi, pengendalian dislipidemia, pengendalian
anemia, pengendalian hiperfosfatemia dan terapi terhadap kelebihan cairan
dan gangguan keseimbangan elektrolit. Semua ini terkait dengan pencegahan
dan terapi terhadap komplikasi penyakit ginjal kronik secara keseluruhan.2
Pencegahan dan Terapi Terhadap Komplikasi
Penyakit ginjal kronik mengakibatkan berbagai komplikasi yang
manifestasinya sesuai dengan derajat penurunan fungsi ginjal yang terjadi.2
Tabel 4. Komplikasi gagal ginjal kronik
Derajat Keterangan LGF(mL/m
in/1.73m2)
Komplikasi
1 Kerusakan ginjal
ringan dengan LGF
normal atau
> 90 –
20
5/11/2018 Final Referat! - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/final-referat-55a233d60f5f5 21/29
meningkat
2 Penurunan fungsi
ginjal ringan
60 – 89 Tekanan darah mulai naik
3 Penurunan fungsi
ginjal sedang
30 – 59 Hiperfosfatemia,
hipokalsemia, anemia,
hiperparatiroid, hipertensi,
hiperhomosisteinemia
4 Penurunan fungsi
ginjal berat
15 – 29 Malnutrisi, asidosis
metabolik, cenderung
hiperkalemia, dislipidemia
5 Gagal ginjal < 15 (atau
dialisis)
Gagal jantung, uremia
Dikutip dari : Suwitra, K. Penyakit Ginjal Kronik. Dalam : Sudoyo, A, Setyohadi, B, Idrus, A,Simadibrata, M, Setiati, S. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, Edisi IV, Jilid I. Jakarta: FKUI.
2007. Hal 572
Anemia
Anemia terjadi pada 80-90% pasien penyakit ginjal kronik. Anemia
pada penyakit ginjal konik terutama disebabkan oleh defisiensi eritropoeitin.2
Pemberian eritropoitin merupakan hal yang dianjurkan. Sedangkan pemberian
transfusi darah pada penyakit ginjal kronik harus dilakukan secara hati-hati,
berdasarkan indikasi yang tepat dan pemantauan yang cermat. Sasaran
hemoglobin menurut berbagai studi klinik adalah 11-12 g/dL.2
Mengatasi hiperfosfatemia
21
5/11/2018 Final Referat! - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/final-referat-55a233d60f5f5 22/29
Pemberian diet rendah fosfat sejalan dengan diet pada pasien penyakit
ginjal kronik secara umum yaitu tinggi kalori, rendah protein dan rendah
garam, karena fosfat sebagian besar terkandung dalam daging dan produk
hewan seperti susu dan telur. Asupan fosfat dibatasi 600-800 mg/hari.
Pembatasan asupan fosfat yang terlalu ketat tidak dianjurkan, untuk
menghindari terjadinya malnutrisi.2
Pembatasan Cairan dan Elektrolit
Pembatasan asupan air pada pasien penyakit ginjal kronik, sangat
perlu dilakukan. Hal ini bertujuan untuk mencegah terjadinya edema dan
komplikasi kardiovaskular. Air yang masuk ke dalam tubuh dibuat seimbang
dengan air yang keluar, baik melalui urin maupun insensible water loss.
Dengan berasumsi bahwa air yang keluar melalui insensible water loss antara
500-800 mL/hari (sesuai dengan luas permukaan tubuh), maka air yang
masuk dianjurkan 500-800 ml ditambah jumlah urin.2
Elektrolit yang harus diawasi asupannya adalah kalium dan natrium.
Pembatasan kalium dilakukan karena hiperkalemia dapat mengakibatkan
aritmia jantung yang fatal. Oleh karena itu, pemberian obat-obat yang
mengandung kalium dan makanan yang tinggi kalium (seperti buah dan
sayuran) harus dibatasi. Kadar kalium darah dianjurkan 3,5-5,5 mEq/Lt.
Pembatasan natrium dimaksudkan untuk mengendalikan hipertensi dan
edema. Jumlah garam natrium yang diberikan, disesuaikan dengan tingginya
tekanan darah dan derajat edema yang terjadi.2
Hemodialisis (HD)
Hemodialisis (cuci darah) terbukti sangat bermanfaat dalam
memperpanjang usia dan meningkatkan kualitas hidup penderita gagal ginjal
terminal. Pada hemodialisis, darah penderita dipompa oleh mesin kedalam
kompartemen darah pada dialyzer . Dialyzer mengandung ribuan serat (fiber )
sintetis yang berlubang kecil ditengahnya. Darah mengalir di dalam lubangserat sementara cairan dialisis (dialisat) mengalir diluar serat, sedangkan
22
5/11/2018 Final Referat! - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/final-referat-55a233d60f5f5 23/29
dinding serat bertindak sebagai membran semipermeabel tempat terjadinya
proses ultrafiltrasi. Ultrafiltrasi terjadi dengan cara meningkatkan tekanan
hidrostatik melintasi membran dialyzer dengan cara menerapkan tekanan
negatif kedalam kompartemen dialisat yang menyebabkan air dan zat-zat
terlarut berpindah dari darah kedalam cairan dialisat.15
Indikasi dilakukannya hemodialisis pada penderita gagal ginjal stadium
terminal antara lain karena telah terjadi:15
1. Kelainan fungsi otak karena keracunan ureum (ensepalopati uremik).
2. Gangguan keseimbangan asam-basa dan elektrolit, misalnya asidosis
metabolik, hiperkalemia, dan hiperkalsemia.
3. Kelebihan cairan ( volume overload ) yang memasuki paru-paru
sehingga menimbulkan sesak nafas berat.
4. Gejala-gejala keracunan ureum ( uremic symptoms )
Dialisis dianggap baru perlu dimulai bila dijumpai salah satu dari:15
1. Keadaan umum buruk dan gejala klinis nyata.
2. K serum > 6mEq/L
3. Ureum darah > 200 mg/dl
4. pH darah < 7,1
5. Anuria berkepanjangan (> 5 hari)
6. Fluid overloaded atau kelebihan cairan yang memasuki paru-paru
sehingga menimbulkan sesak nafas berat.
Kontraindikasi dari hemodialisis:15
1. Perdarahan
2. Ketidakstabilan hemodinamik
3. Aritmia
Transplantasi (cangkok) ginjal
23
5/11/2018 Final Referat! - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/final-referat-55a233d60f5f5 24/29
Cangkok ginjal adalah mencangkokkan ginjal sehat yang berasal dari
manusia lain (donor) ketubuh pasien gagal ginjal terminal melalui suatu
tindakan bedah (operasi).15 Terapi pengganti ginjal dilakukan pada gagal ginjal
kronik stadium 5, yaitu pada LFG kurang dari 15 mL/mnt. Pada keadaan
demikian, ginjal tidak dapat mengkompensasi kebutuhan tubuh untuk
mengeluarkan zat-zat sisa hasil metabolisme yang dikeluarkan melalui
pembuangan urin, mengatur keseimbangan asam-basa dan keseimbangan
cairan, menjaga kestabilan lingkungan dalam, sehingga diperlukan
penanganan yang disebut Terapi Pengganti Ginjal (Renal Replacement
Therapy).15
Kendala Cangkok Ginjal
Kendala yang sering dialami pasien yang ingin atau telah melakukan
cangkok ginjal antara lain:15
1. Ketersediaan donor ginjal. Jumlah donor di Indonesia masih sangat
kecil. Hanya 15 donor ginjal per tahunnya, dibandingkan dengan
terjadinya 2.000 kasus baru penyakit ginjal kronik stadium akhir per tahunnya.
2. Tingginya biaya operasi cangkok ginjal. Total biaya transplantasi di sekitar
80 juta hingga 250 juta rupiah
3. Terjadinya penolakan ( rejection ) setelah operasi cangkok ginjal.
Prognosis
Pada pasien dengan gagal ginjal kronik, kemungkinan untuk sembuh
total sangat kecil apabila tidak dilakukan dialisis ataupun transplantasi organ.
Perjalanan penyakit gagal ginjal kronik akan terus berkembang hingga pasien
membutuhkan program dialisis dan transplantasi ginjal. Penderita yang
menjalani program dialisis / cuci darah memiliki survival rate hingga 32%.14
Deteksi dini serta pencegahan yang tepat dibutuhkan sebelum pasien
harus divonis menderita gagal ginjal kronik. Pada kenyataannya, pasien
dengan gagal ginjal kronik dapat berkembang menjadi penyakit stroke
ataupun serangan jantung.14
24
5/11/2018 Final Referat! - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/final-referat-55a233d60f5f5 25/29
Ringkasan
Gagal ginjal kronik merupakan salah satu penyakit yang penting dalam
ilmu penyakit dalam, karena dapat berakibat fatal bagi penderitanya. Menurut
data statistik yang didapat, angka kematian akibat gagal ginjal kronik
meningkat sekitar 20%.1 Total orang amerika yang terkena penyakit gagal
ginjal kronik mencapai 26 juta orang. Indonesia termasuk dalam urutan ke-4
sebagai negara dengan penderita gagal ginjal kronik terbanyak yang
jumlahnya mencapai 16 juta jiwa.1 Penyakit gagal ginjal kronik adalah
keadaan dimana terdapat kerusakan ginjal yang terjadi selama lebih dari 3
bulan, berdasarkan kelainan patologis atau pertanda kerusakan ginjal seperti
adanya protein pada hasil urin (proteinuria).2 Jika tidak ada tanda kerusakan
ginjal, diagnosis penyakit ginjal kronik ditegakkan jika nilai laju filtrasi
glomerulus kurang dari 60ml/menit/1,73m. Penyebab tersering penyakit gagal
ginjal kronik adalah glomerulonefritis, diabetes mellitus, hipertensi dan ginjal
polikistik.
Penyakit gagal ginjal seringkali tidak terdiagnosis dengan baik. Oleh
sebab itu, deteksi dini kerusakan ginjal sangat penting untuk dapat
memberikan terapi dan pengobatan secara maksimal dan efisien sebelum
terjadi kerusakan dan komplikasi lebih lanjut. Screening test pada individu
asimtomatik yang menyandang faktor risiko dapat membantu deteksi dini
penyakit ginjal kronik. Deteksi dini bertujuan untuk meminimalisir resiko untuk
terkena gagal ginjal. Deteksi dini meliputi anamnesis yang lengkap dan
pemeriksaan penunjang seperti laboratorium yang memadai. Selain itu,
pengukuran kadar kreatinin serum dilanjutkan dengan penghitungan laju
filtrasi glomerulus dapat mengidentifikasi pasien yang mengalami penurunan
fungsi ginjal. Pemeriksaan ekskresi albumin dalam urin (albuminuria) dapat
mengidentifikasi kerusakan ginjal pada sebagian besar pasien.
Faktor resiko dari gagal ginjal kronik adalah pasien yang memiliki
kriteria yaitu berusia >50 tahun, seseorang dengan obesitas dan riwayat
merokok, seseorang dengan penyakit vaskuler, seperti penyakit jantung
25
5/11/2018 Final Referat! - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/final-referat-55a233d60f5f5 26/29
koroner dan stroke, memiliki riwayat penyakit diabetes melitus, hipertensi,
ataupun gagal ginjal di dalam keluarga, seseorang yang sedang dalam
penggunaan obat hipertensi, seperti ACE Inhibitors (ACEi) atau Angiotensin
Receptor Blockers (ARBs), seseorang dengan riwayat penyakit Diabetes
Melitus (DM) dan obstruksi pada bladder, serta penderita infeksi saluran
kemih yang berulang. Pengecekan dan kontrol yang rutin terhadap kadar
glukosa dalam darah, terapi pada penyakit dasar, memperbaiki gaya hidup ke
arah yang sehat, serta pembatasan asupan protein maupun koreksi anemia
merupakan upaya-upaya yang dapat dilakukan dalam mencegah dan
memperlambat perkembangan dari penyakit gagal ginjal kronik.
Upaya pencegahan terhadap penyakit ginjal kronik sebaiknya sudah
mulai dilakukan pada stadium dini penyakit ginjal kronik. Berbagai upaya
pencegahan tersebut adalah pengobatan hipertensi, Monitor dan
pengendalian gula darah, lemak darah, dan anemia., menjaga berat badan
agar tetap ideal, mengatur pola makan yang bergizi serta restriksi kalori
Konsumsi obat diabetic oral diperlukan apabila kadar glukosa darah sewaktu
>200. penggunaan obat golongan statin berperan dalam menurunkan jumlah
kolesterol didalam darah. Pemberian suplemen zat besi dan vitamin juga
diperlukan untuk mencegah terjadinya anemia berat, urinalisis dan
pengecekan kadar protein pada urin. Dapat dijadikan sebagai patokan awal
penurunan fungsi ginjal, mengkonsumsi makanan bergizi dan atur pola
makan. Mengurangi konsumsi garam, mengurangi makanan yang mempunyai
kadar kalori tinggi dan makanan berlemak disarankan untuk menjaga agar
berat badan tetap ideal.
Deteksi dini dan pencegahan mutlak diperlukan pada pasien dengan
faktor resiko ke arah gagal ginjal kronik, Hal ini penting karena apabila
seseorang telah terkena penyakit ini, maka kemungkinan untuk sembuh
kembali ke normal sangat kecil. Tidak jarang diperlukan program hemodialisis
ataupun transplantasi organ untun meningkatkan kualitas hidup pasien, yang
membutuhkan biaya mahal. Penderita yang menjalani program dialisis / cuci
darah memiliki survival rate hingga 32%.14
26
5/11/2018 Final Referat! - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/final-referat-55a233d60f5f5 27/29
Daftar Pustaka
1. Chronic Kidney Disease. National Kidney Foundation. [online] New York.
2010
Diakses dari : http://www.kidney.org/kidneydisease/ckd/index.cfm/
2. Suwitra, K. Penyakit Ginjal Kronik. Dalam : Sudoyo A, Setyohadi B, Idrus
A, Simadibrata M, Setiati S, eds. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, Edisi IV,
Jilid I. Jakarta: FKUI. 2007. Hal: 570-573.
3. Arora, Pradeep. Chronic Renal Failure. New York Health care System.
Nov, 2010.
Diakses dari : http://emedicine.medscape.com/article/238798-overview
4. Soegondo, Notoatmodjo, Sidabutar. Gagal Ginjal Kronik. Universitas
Sumatera Utara. 2006. Diakses dari :
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/16742/4/Chapter%20II.pdf
5. Kathuria, Pranay. Chronic Kidney Disease. Emedicinehealth, 2010.
Diakses dari:
http://www.emedicinehealth.com/chronic_kidney_disease/article_em.htm#C
hronic Kidney Disease Overview
6. Ninik Soemyarso, dkk. Gagal ginjal kronik. Surabaya: Fakultas Kedokteran
UNAIR. 2010.
27
5/11/2018 Final Referat! - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/final-referat-55a233d60f5f5 28/29
Diakses dari : http://www.pediatrik.com/isi03.php?
page=html&hkategori=pdt&direktori=pdt&filepdf=0&pdf=&html=07110-
dchu260.htm
7. Chronic kidney disease. National Kidney Foundation. [online] New York.
2010.
Diakses dari : http://www.kidney.org/kidneydisease/ckd/index.cfm/
8. Graham RD Jones, Ee Mun Lim. Estimation of the Glomerular Filtration
Rate. The National Kidney Foundation. Department of Chemical
Pathology: St Vincent's Hospital, Sydney. 2010,
Diakses dari : http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC1853341/
9. Suwitra, K. Penyakit Ginjal Kronik. Dalam : Sudoyo A, Setyohadi B, Idrus A,
Simadibrata M, Setiati S, eds. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, Edisi IV, Jilid
I. Jakarta: FKUI. 2007. Hal: 534-535.
10. William Golden, Robert Hopkins. Diabetes Melitus and Chronic Kidney
Disease. Internal Medicine. 2007.
Diakses dari:
http://findarticles.com/p/articles/mi_hb4365/is_7_40/ai_n29388023/
11. The New England Journal Medicine. Effects of Medical Therapies on
Retinopathy Progression in Type 2 Diabetes. The ACCORD Study Group
and ACCORD Eye Study Group N Engl J Med 2010; 363:233-244. 2010.
Diakses dari:
http://www.nejm.org/doi/full/10.1056/NEJMoa1001288#t=articleDiscussion
28
5/11/2018 Final Referat! - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/final-referat-55a233d60f5f5 29/29
12. Troy Bedinghaus, O.D. Top 5 Ways to Lower Risk for Diabetic Retinopathy.
2007.
Diakses dari : http://vision.about.com/od/eyediseases/tp/Diabetic_Risk.htm
13. The New England Journal Medicine. Intensive Blood-Pressure Control in
Hypertensive Chronic Kidney Disease. N Engl J Med 2010; 363:2564-2566
2010.
Diakses dari: http://www.nejm.org/doi/full/10.1056/NEJMc1011419
14. World Kidney association. Early detection in chronic kidney disease. 2011.
Diakses dari : http://www.worldkidneyday.org/page/importance-of-early-
detection-1
15. Wijaya, Adi Mulyadi. Terapi Pengganti Ginjal atau Renal Replacement
Therapy (RRT). Jakarta. Januari 2010. Diakses dari :
http://translate.google.co.id/translate?
hl=id&sl=id&tl=en&u=http://www.infodokterku.com/index.php%3Foption
%3Dcom_content%26view%3Darticle%26id%3D68:terapi-pengganti-ginjal-
atau-renal-replacement-therapy-rrt%26catid%3D29:penyakit-tidak-menular
%26Itemid%3D18&anno=2
29