Final Exam Tionghoa

26
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebudayaan Negara Indonesia merupakan negara yang memiliki beraneka ragam kebudayaan. Kebudayaan-kebudayaan yang ada di negara Indonesia bukan hanya kebudayaan Indonesia yang asli melainkan juga ada kebudayaan eksternal yang turut memperkaya kebudayaan negara Indonesia. Kebudayaan eksternal yang telah dikenal oleh masyarakat Indonesia tak lain dan tak bukan adalah kebudayaan Tiong Hoa. Dalam sejarahnya, orang-orang etnis Tiong Hoa memang telah lama tinggal di Indonesia. Hanya saja kaum Tiong Hoa ini seringkali tidak dipedulikan oleh penduduk asli Indonesia karena etnis Tiong Hoa memang merupakan kaum minoritas yang jumlahnya sedikit di Indonesia. Namun seiring dengan perkembangan zaman, keberadaan etnis Tiong Hoa ini mulai diakui oleh masyarakat asli Indonesia. Hal ini ditandai dengan adanya libur nasional untuk hari raya imlek dan adanya 1

Transcript of Final Exam Tionghoa

Page 1: Final Exam Tionghoa

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Kebudayaan

Negara Indonesia merupakan negara yang memiliki beraneka ragam kebudayaan.

Kebudayaan-kebudayaan yang ada di negara Indonesia bukan hanya kebudayaan

Indonesia yang asli melainkan juga ada kebudayaan eksternal yang turut

memperkaya kebudayaan negara Indonesia. Kebudayaan eksternal yang telah

dikenal oleh masyarakat Indonesia tak lain dan tak bukan adalah kebudayaan Tiong

Hoa.

Dalam sejarahnya, orang-orang etnis Tiong Hoa memang telah lama tinggal di

Indonesia. Hanya saja kaum Tiong Hoa ini seringkali tidak dipedulikan oleh

penduduk asli Indonesia karena etnis Tiong Hoa memang merupakan kaum

minoritas yang jumlahnya sedikit di Indonesia. Namun seiring dengan

perkembangan zaman, keberadaan etnis Tiong Hoa ini mulai diakui oleh

masyarakat asli Indonesia. Hal ini ditandai dengan adanya libur nasional untuk hari

raya imlek dan adanya peringatan dalam menyambut hari raya yang dianggap

penting oleh kaum Tiong Hoa ini.

Etnis Tiong Hoa mempunyai berbagai macam kebudayaan yang unik dan menarik

untuk dibahas. Di masyarakat, kebudayaan kaum Tiong Hoa ini memang sudah

tidak asing lagi, misalnya saja kesenian Barongsai yang senantiasa ada dalam

1

Page 2: Final Exam Tionghoa

peringatan hari raya Imlek. Namun sayangnya, masyarakat asli Indonesia seringkali

mengasosiasikan kebudayaan etnis Tiong Hoa adalah Barongsai. Padahal

kebudayaan Tiong Hoa tidak hanya sebatas Barongsai saja. Barongsai hanya

merupakan sebagian kecil dari kebudayaan Tiong Hoa. Oleh karena itu, dalam

makalah ini, saya selaku penulis sengaja memilih kebudayaan Tiong Hoa agar

dapat memperkenalkan kebudayaan-kebudayaan etnis Tiong Hoa yang lain

berdasarkan 7 unsur kebudayaan secara universal.

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka saya selaku penulis merumuskan suatu

masalah yang akan menjadi fokus utama dalam isi makalah ini, yakni:

“Bagaimana penerapan 7 unsur kebudayaan secara universal pada kebudayaan

kaum Tiong Hoa?”

1.3 Tujuan Penulisan Makalah

Atas dasar perumusan masalah yang telah saya sebutkan di atas, maka tujuan

penulisan makalah ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui dan menganalisis sistem religi dan upacara keagamaan serta

kehidupan kerohanian kaum Tiong Hoa.

2. Untuk mengetahui dan menganalisis sistem organisasi kemasyarakat etnis Tiong

Hoa.

3. Untuk mengetahui dan menganalisis sistem pengetahuan dalam kebudayaan

kaum Tiong Hoa.

2

Page 3: Final Exam Tionghoa

4. Untuk mengetahui dan menganalisis sistem mata pencaharian hidup masyarakat

Tiong Hoa.

5. Untuk mengetahui dan menganalisis sistem teknologi dan peralatan etnis Tiong

Hoa.

6. Untuk mengetahui dan menganalisis unsur bahasa dalam kebudayaan Tiong

Hoa.

7. Untuk mengetahui dan menganalisis unsur kesenian dalam kebudayaan Tiong

Hoa.

3

Page 4: Final Exam Tionghoa

BAB II

KERANGKA TEORITIS

2.1 Definisi Kebudayaan

Definisi Etimologis

Kebudayaan (cultuur dalam bahasa Belanda; culture dalam bahasa Inggris) berasal

dari kata dalam bahasa Latin “Colere” yang berarti mengolah, mengerjakan,

menyuburkan dan mengembangkan, terutama mengolah tanah atau yang lebih

dikenal dengan sebutan bertani. Jadi kebudayaan dapat diartikan sebagai segala

daya dan aktivitas manusia untuk mengolah dan mengubah alam.

Sedangkan dari bahasa Indonesia, kebudayaan berasal dari bahasa Sanskerta

“buddhayah”. Kata buddhayah sendiri merupakan bentuk jamak dari buddhi yang

berarti budi atau akal. Dengan ini kebudayaan memiliki arti sebagai hal-hal yang

berkaitan dengan akal.

Definisi Konseptual

Berikut ini beberapa definisi kebudayaan menurut para ahli antropologi:

R. Linton

“Kebudayaan adalah konfigurasi dari tingkah laku dan hasil laku, yang unsur-unsur

pembentukannya didukung serta diteruskan oleh anggota masyarakat tertentu.”

4

Page 5: Final Exam Tionghoa

Melville J. Herskovits

“Kebudayaan adalah Man made part of the environment (bagian dari lingkungan

buatan manusia).”

J. P. H. Dryvendak

“Kebudayaan adalah kumpulan dari cetusan jiwa manusia sebagai yang beraneka

ragam berlaku dalam suatu masyarakat tertentu.”

Prof. Dr. Koentjaraningrat

“Kebudayaan adalah keseluruhan manusia dari kelakuan dan hasil kelakuan yang

teratur oleh tata kelakuan yang harus didapatnya dengan belajar dan yang

semuanya tersusun dalam kehidupan masyarakat.”

Sultan Takdir Alisyahbana

“Kebudayaan adalah manifestasi dari cara berpikir.”

Dr. Moh. Hatta

“Kebudayaan adalah ciptaan hidup dari suatu bangsa

Prof. M. M. Djojodiguno

“Kebudayaan atau budaya adalah daya dari budi, yang berupa cipta, karsa dan

rasa”

5

Page 6: Final Exam Tionghoa

*definisi konseptual dikutip dari buku Ilmu Budaya Dasar

Definisi Operasional

Kebudayaan adalah manifestasi dari cara berpikir serta keseluruhan tingkah laku

manusia yang berupa cipta, rasa dan karsa.

Variabel Teori Dimensi Indikator

Kebudayaan Manifestasi Hasil

Akibat

Wujud

Tingkah laku Sikap

Perilaku

Perbuatan

Manusia Makhluk hidup

Mamalia

Omnivora

2.2 Definisi Masyarakat

Definisi Etimologis

Kata masyarakat berasal dari akar kata dalam bahasa Arab “musyarak” yang berarti

bersama-sama. Sedangkan dalam bahasa Inggris, istilah masyarakat merupakan

6

Page 7: Final Exam Tionghoa

terjemahan dari kata “society”. Society sendiri berasal dari kata dalam bahasa Latin

yakni “Socius” yang berarti kawan.

Definisi Konseptual

Berikut ini beberapa pengertian masyarakat menurut para ahli sosiologi dunia:

Selo Sumardjan

“Masyarakat adalah orang-orang yang hidup bersama dan menghasilkan

kebudayaan.”

Karl Marx

“Masyarakat adalah suatu struktur yang menderita suatu ketegangan organisasi

atau perkembangan akibat adanya pertentangan antara kelompok-kelompok yang

terbagi secara ekonomi.”

Emile Durkheim

“Masyarakat merupakan suatu kenyataan objektif pribadi-pribadi yang merupakan

anggotanya.”

Paul B. Horton dan C. Hunt

“Masyarakat merupakan kumpulan manusia yang reltif mandiri, hidup bersama-

sama dalam waktu yang cukup lama, tinggal di suatu wilayah tertentu, mempunyai

7

Page 8: Final Exam Tionghoa

kebudayaan sama serta melakukan sebagian besar kegiatan di dalam

kelompok/kumpulan manusia tersebut.

Syaikh Taqyuddin An-Nabhani

“Sekelompok manusia dapat dikatakan sebagai sebuah masyarakat apabila

memiliki pemikiran, perasaan, serta sistem/aturan yang sama. Dengan kesamaan-

kesamaan tersebut, manusia kemudian berinteraksi sesama mereka berdasarkan

kemaslahatan.”

*definisi konseptual dikutip dari www.wikipedia.org dan www.organisasi.org

Definisi Operasional

Masyarakat adalah sekumpulan manusia yang hidup bersama dalam waktu yang

lama di sebuah wilayah tertentu dengan sistem yang sama.

Variabel Teori Dimensi Indikator

Masyarakat Manusia Makhluk hidup

Mamalia

Omnivora

Waktu Sekarang

Lampau

Masa depan

Wilayah Darat

8

Page 9: Final Exam Tionghoa

Laut

Udara

Sistem Struktur

Terbuka

Tertutup

9

Page 10: Final Exam Tionghoa

BAB III

ANALISIS DAN PEMBAHASAN

3.1 Sistem Religi dan Upacara Keagamaan serta Kehidupan Kerohanian

Masyarakat asli Indonesia menganggap bahwa kaum Tiong Hoa menganut agama

Buddha. Di negara asalnya, sebagian besar kaum Tiong Hoa memang memeluk

agama Buddha, namun di orang Tiong Hoa yang tinggal di Indonesia ada yang

memeluk agama Buddha, Kung Fu-Tse, Tao, Kristen, Katholik atau Islam.

Selain menganut agama yang resmi di Indonesia, orang Tiong Hoa juga mempunyai

beberapa kepercayaan yang masih dilakukan hingga kini. Misalnya saja, ritual

memelihara dan menyembahyangi abu leluhur. Abu leluhur tersebut biasanya

diletakkan di atas sebuah meja berwarna merah yang dihiasi lilin dan dupa/hio.

Seringkali di meja tersebut juga diletakkan makanan seperti buah-buahan dengan

maksud agar roh leluhur mereka tidak kelaparan di alam sana.

Orang Tiong Hoa yang tinggal di Indonesia masih merayakan hari raya orang Tiong

Hoa, seperti tahun baru Imlek, Cheng Beng, Pek Chun, dan Chioko. Seperti yang

telah kita ketahui, tahun baru Imlek merupakan tahun baru tradisional China. Tahun

baru Imlek sendiri diadakan sebagai perayaan hidupnya kembali dari alam semesta,

sesudah berada dalam keadaan mati selama musim dingin yang gelap dan suram.

Saat tahun bari Imlek, biasanya kaum Tiong Hoa melakukan sembahyang tahun

baru di kuil atau di depan meja abu leluhur. Di atas meja abu tersebut dilektakkan

10

Page 11: Final Exam Tionghoa

kue cina atau kue keranjang. Sedangkan Cheng Beng ( berarti, bersih terang)

merupakan hari untuk berziarah ke makam leluhur. Ketika berziarah orang Tiong

Hoa membawa hio, lilin, kertas sembahyang dan sedikit sesajian untuk leluhur

mereka. Bahkan terkadang orang Tiong Hoa membawa uang-uangan kertas, baju-

baju kertas atau barang-barang yang terbuat dari kertas untuk diberikan kepada

leluhur mereka.

3.2 Sistem Organisasi Kemasyarakatan

Stratifikasi Sosial

Sistem kemasyarakatan kaum Tiong Hoa di Indonesia memiliki perbedaan antara

lapisan buruh dan lapisan majikan atau yang lebih dikenal dengan golongan orang

miskin dan golongan orang kaya. Namun perbedaan yang ada ini tidak terlalu

mencolok karena adanya ikatan kekeluargaan antara kedua lapisan tersebut.

Tiong Hoa peranakan (kebanyakan Hokkien) mengganggap diri mereka lebih tinggi

daripada Tiong Hoa totok karena mereka menganggap Tiong Hoa totok umumnya

berasal dari kuli atau buruh. Sebaliknya, Tiong Hoa totok menganggap rendah

peranakan karena Tiong Hoa peranakan dianggap sudah memiliki darah campuran.

Perkumpulan dan Organisasi Orang Tiong Hoa

Awalnya orang Tiong Hoa di beberapa kota besar mendirikan perkumpulan “kamar

dagang” (Sianghwee) yang merupakan perkumpulan para pedagang Tiong Hoa

11

Page 12: Final Exam Tionghoa

yang berkerja untuk kepentingan anggota-anggotanya, terutama dalam mengurus

pajak.

Kemudian di awal abad ke 20, nasionalisme China berkembang cepat dan pada

tahun 1990 didirikanlah suatu perkumpulan berdasarkan religi yang bertujuan untk

memajukan nasionalisme China. Perkumpulan itu dinamakan Kung Fu-Tse. Semula

Kung Fu-Tse ada di Jakarta, namun kemudian berkembang dan memiliki cabang-

cabang di seluruh Indonesia.

Di tahun 1927 kaum cendekiawan Tiong Hoa peranakan yang memperoleh

pendidikan di Belanda mendirikan organisasi yang bernama Chung Hua Hui yang

mewakili Tiong Hoa yang tinggal di Volksraad. Namun setelah Indonesia merdeka,

organisasi-organisasi tersebut dibubarkan dan dipersatukan dalam sebuah

organisasi yang memiliki orang Tiong Hoa peranakan dalam Dewan Perwakilan

Rakyat, yakni Baperki. Di samping itu ada perkumpulan Tiong Hoa agama Kristen,

Sam Kauw dan sebagainya.

3.3 Sistem Pengetahuan

Sebelum abad ke 19, pendidikan bagi anak-anak kaum Tiong Hoa tidak

mendapatkan perhatian khusus dari pemerintahan penjajahan Belanda. Undang-

undang yang berlaku pada tahun 1854 hanya untuk anak-anak Indonesia. Namun

kemudian anak-anak Tiong Hoa diberi kesempatan untuk memasuki sekolah-

12

Page 13: Final Exam Tionghoa

sekolah Belanda bila mereka sanggup membayar uang sekolah yang tinggi

sehingga menyebabkan orang-orang Tiong Hoa merasa bahwa mereka merasa

dianaktirikan.

Di tahun 1900 orang Tiong Hoa mendapatkan pengaruh dari sistem pendidikan

China yang telah mengalami modernisasi. Kemudian dengan dukungan para

pedagang Tiong Hoa yang tergabung dalam organisasi Siang Hwee di Jakarta

akhirnya didirikanlah sekolah Tiong Hoa Hwee Koan. Sekolah ini didirikan dengan

maksud untuk memberikan pendidikan kepada anak-anak Tiong Hoa. Selain itu,

pendirian sekolah ini juga untuk memperlihatkan adat istiadat, sejarah kebudayaan

dan pandangan hidup China. Perkembangan sekolah ini cukup cepat. Pada tahun

1911 sekolah ini sudah memiliki 93 cabang di seluruh Indonesia.

Dulu anak-anak Tiong Hoa peranakan cenderung untuk bersekolah di Indonesia,

sedangkan Tiong Hoa totok lebih memilih untuk bersekolah di China. Namun

sekarang anak-anak Tiong Hoa baik peranakan maupun totok bersekolah di

Indonesia.

3.4 Sistem Mata Pencaharian Hidup

Masyarakat asli Indonesia pasti sudah mengetahui bahwa sebagian besar orang

Tiong Hoa yang tinggal di Indonesia memiliki mata pencaharian sebagai pedagang.

Memang 50% orang Tiong Hoa (kebanyakan orang Hokkien) yang tinggal di pulau

13

Page 14: Final Exam Tionghoa

Jawa memiliki mata pencaharian sebagai pedagang. Namun ada juga orang Tiong

Hoa yang tinggal di daerah lain di Indonesia yang memiliki mata pencaharian

sebagai petani, penanam sayur-mayur atau bahkan penangkap ikan. Contohya

saja, orang Tiong Hoa yang tinggal di Kalimantan Barat . Mereka bekerja sebagai

petani, bukan pedagang. Bahkan saat ini ada pula orang Tiong Hoa yang memiliki

pekerjaan sebagai pegawai atau pekerjaan profesional lain seperti pengacara,

insinyur, dokter.

Bidang perdagangan yang telah lama digeluti oleh masyarakat Tiong Hoa ternyata

memiliki sistem tertentu. Sistem yang mereka anut adalah sistem kekerabatan atau

famili. Sebagian besar usaha yang dijalankan oleh orang etnis Tiong Hoa

merupakan usaha kecil yang dapat diurus oleh satu keluarga saja. Seandainya

usaha mereka berkembang dan mereka ingin membuka cabang, maka cabang

yang mereka buka itu biasanya dipegang oleh kerabat mereka. Bahkan bila usaha

tersebut terus menerus berkembang dan ingin dijadikan sebagai perseroan

terbatas, usaha tersebut tetap akan dipegang oleh keluarga atau orang yang

mempunyai she (marga, contoh she Lie, Tan/Chen) yang sama.

3.5 Sistem Teknologi dan Peralatan

Di negeri asalnya, teknologi kaum Tiong Hoa mengalami perkembangan yang

cukup baik. Hal ini dapat dilihat dari mulai merajalelanya barang-barang buatan

kaum Tiong Hoa di pasaran. Misalnya saja, saat ini mudah sekali ditemukan

14

Page 15: Final Exam Tionghoa

barang-barang elektronik buatan China. Hanya saja teknologi hasil produksi China

ini masih dipandang sebelah mata dalam segi kualitas. Kenyataannya, teknologi

China memang masih kalah bila dibandingkan dengan teknologi buatan Jepang

atau negara lain. Mungkin hal ini dikarenakan China memproduksi barang-barand

dalam jumlah banyak sehingga faktor kualitas kurang diperhatikan. Namun, di

pasaran ternyata produk-produk buatan China cukup diminati oleh masyarakat

karena dengan harga yang murah, mereka bisa mendapatkan produk dengan

banyak fitur.

3.6 Bahasa

Masyarakat Indonesia telah mengetahui bahwa bahasa resmi orang Tiong Hoa

adalah mandarin. Bahasa ini dibagi menjadi bahasa lisan (wen) dan bahasa tertulis

(yu). Bahasa Tiong hoa lisan semacam bahasa intonasi yang berhubungan dengan

bahasa Tibet dan bahasa Myanmar, namun bahasa ini tidak memiliki hubungan

dengan bahasa-bahasa tetangga seperti bahasa Korea, Thailand, dan sebagainya.

Meskipun begitu, bahasa-bahasa tersebut mendapat pengaruh yang cukup kuat

dari bahasa Tiong hoa dalam proses sejarah baik secara linguistik maupun

ekstralinguistik. Sedangkan bahasa tertulisnya berupa kanji yang melambangkan

simbol-simbol tertentu.

Seperti halnya masyarakat Indonesia yang memiliki bahasa daerah, kaum Tiong

Hoa juga mempunyai bahasa daerah (dialek), diantaranya adalah kanton, hokkian,

15

Page 16: Final Exam Tionghoa

khe, dan lain-lain. Namun sekarang ini, banyak Tiong Hoa peranakan yang tidak

mengerti dialek tersebut bahkan banyak pula orang Tiong Hoa yang tidak bisa

berbicara bahasa mandarin.

3.7 Kesenian

Kesenian kaum Tiong Hoa yang paling populer di Indonesia adalah barongsai.

Padahal kesenian yang dimiliki oleh kaum Tiong Hoa tidak hanya itu. Ada juga

kesenian lain seperti liong. Sekilas, tampilan liong mirip dengan barongsai.

Perbedaannya, saat pertunjukkan liong atau tari naga, para pemain liong

memainkan naga-nagaan yang diusung dengan belasan tongkat. Sedangkan pada

barongsai, para pemain mengenakan kostum tersebut dan berperan sebagai

barongsai. Dalam pertunjukkan liong dan barongsai, penari terdepan biasanya yang

paling memegang peranan dalam keindahan tarian. Penari terdepan tersebut

biasanya menggoyang-goyangkan atau menyorong-nyorongkan bagian kepala liong

atau barongsai yang dimainkan untuk menarik perhatian orang-orang. Bahkan pada

kesenian barongsai, biasanya orang-orang memasukan amplop berisi uang yang

disebut angpao ke dalam mulut barongsai.

Baik liong atau barongsai, kedua kesenian ini selalu dipertunjukkan saat perayaan

tahun baru imlek. Biasanya liong dan barongsai tarian ini dimainkan di pecinan-

pecinan di seluruh dunia. Namun di Indonesia terkadang liong dan barongsai

tersebut diarak di jalanan dan dapat disaksikan oleh semua orang termasuk oleh

16

Page 17: Final Exam Tionghoa

masyarakat asli Indonesia. Anehnya, ketika pertunjukkan liong dan barongsai

berlangsung, kebanyakan orang yang menonton bukanlah orang Tiong Hoa

melainkan masyarakat asli Indonesia. Mereka terlihat gembira dan antusias melihat

pertunjukkan seni khas Tiong Hoa ini. Mungkin hal ini dikarenakan mulai

membaurnya orang Tiong Hoa dengan penduduk pribumi sehingga mereka sudah

bisa saling menerima kebudayaan masing-masing.

17

Page 18: Final Exam Tionghoa

BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Kaum Tiong Hoa merupakan salah satu etnis yang sudah lama tinggal di Indonesia.

Dengan kebudayaan yang dimilikinya, kaum ini turut memperkaya perbendaharaan

kebudayaan di Indonesia. Meskipun kaum ini merupakan kaum minoritas dan

sempat tidak diakui keberadaannya, namun akhirnya kaum Tiong Hoa mulai diakui

dan dapat membaur dengan penduduk pribumi. Hal ini dapat dilihat melalui

perayaan tahun baru imlek di Indonesia. Kita bisa melihat bahwa pada era orde

baru, tahun baru imlek tidak dijadikan sebagai hari besar. Bahkan pertunjukkan

liong dan barongsai yang selalu menyemarakkan kemeriahan imlek pun tidak

diperbolehkan untuk tampil. Namun sejak pemerintahan Gus Dur, barulah

keberadaan etnis Tiong Hoa di Indonesia mulai diakui dengan diperbolehkannya

tahun baru imlek dirayakan.

Saat ini etnis Tiong Hoa yang telah lama berdomisili di Indonesia bahkan telah

mengikrarkan diri sebagai warga negara Indonesia sehingga negara Indonesia

semakin kaya akan suku bangsa dan juga kaya akan kebudayaan.

18

Page 19: Final Exam Tionghoa

4.2 Saran

Sebagai bangsa Indonesia, orang Tiong Hoa dan orang Indonesia seharusnya

dapat lebih mengakrabkan diri dan mengenal kebudayaan serta kepribadian satu

sama lain. Dengan begitu, negara Indonesia dapat menjadi negara yang lebih

kokoh serta erat persatuan dan kesatuannya.

19

Page 20: Final Exam Tionghoa

Daftar Pustaka

Choppel, Charles A. 1994. Tionghoa Indonesia dalam Krisis. Jakarta: Pustaka Sinar.

Koentjaraningrat. 2005. Manusia dan Kebudayaan di Indonesia. Jakarta: Djambatan.

Widagdho, Djoko. 2001. Ilmu Budaya Dasar. Jakarta: Bumi Aksara.

www.wikipedia.org

www.organisasi.org

20