Final Draft
-
Upload
arief-akhmad -
Category
Documents
-
view
1.202 -
download
3
Transcript of Final Draft
ANALISIS TEKNIK DAN UJI KINERJA MESIN PENGUPAS
KULIT ARI KACANG KEDELAI (Glycine max ).
(Studi Kasus di UPTD BPT Mekanisasi Pertanian Jawa Barat)
SKRIPSI
diajukan Sebagai Salah Satu Syarat
untuk Memperoleh Gelar Sarjana Teknologi Pertanian
di Fakultas Teknologi Industri Pertanian
Oleh :
HILMI SAHASTO
P1A050073
Jurusan Teknik Manajemen Industri Pertanian
Fakultas Teknologi Industri Pertanian
Universitas Padjadjaran
Jatinangor
2010
i
RIWAYAT HIDUP
Nama lengkap Hilmi Sahasto, terlahir sebagai anak bungsu
dari empat bersaudara dari pasangan Sukendar SP. dan Aty
Sugiarti pada tanggal 06 juni 1987 di Cirebon.
Pada tahun 1999 penulis lulus dari Sekolah Dasar Negeri
Jatibarang II, kemudian melanjutkan pendidikan ke SLTP
Negeri 8 Cirebon dan lulus pada tahun 2002. Selanjutnya
penulis melanjutkan pendidikan di SMU Negeri 3 Cirebon dan lulus pada tahun
2005. Pada tahun yang sama penulis diterima sebagai mahasiswa di jurusan
Teknik dan Manajemen Industri Pertanian, Fakultas Teknologi Industri Pertanian,
Universitas Padjadjaran Bandung.
Pengalaman organisasi selama kuliah, penulis sebagai pengurus di Badan
Eksekutif Mahasiswa Fakultas Teknologi Industri Pertanian tahun 2006-2007,
Himpunan Mahasiswa jurusan Teknik dan Manajemen Industri Pertanian bidang
kajian ilmiah pada tahun 2006-2007 dan Ikatan Mahasiswa Teknologi Perrtanian
Indonesia (IMATETANI) 2006-2007.
ii
ABSTRAK
Hilmi Sahasto 2010. Analisis Teknik dan Uji Kinerja Mesin Pengupas Kulit Ari Kacang Kedelai (Glycine Max ) di UPTD BPT Mekanisasi Pertanian Jawa Barat. Dibimbing Oleh Ade Moetangad Kramadibrata dan Totok Herwanto Data teknis mesin pengupas kulit ari kacang kedelai produksi UPTD Balai Mekanisasi Pertanian Jawa Barat (MPK0108) perlu dikaji ulang spesifikasi teknis dan diuji kinerjanya. Metode analisis deskriptif digunakan untuk mengamati kelayakan teknis komponen struktural (poros silinder pengupas, pin, bantalan, rangka dan pengelasan) dan kinerja fungsionalnya (kapasitas kerja, efisiensi, rendemen, kebutuhan daya, indeks performansi, tingkat kebisingan dan getaran mesin) pada tiga perlakuan jarak celah silinder pengupas, yaitu; 3, 4 dan 5 mm. Hasil pengamatan terhadap struktur teknis menunjukan bahwa mesin ini dengan poros silinder pengupas berdiameter 17 mm, umur bantalan 670.959,86 jam, rangka dengan kekuatan 53.948,4 N, pengelasan dengan kekuatan 10.150 N, sudah memenuhi kelayakan teknis yang dispesifikasikan, kecuali pin untuk puli dan sprocket dengan diameter 7 mm. Sementara dari hasil uji kinerja diperoleh bahwa perlakuan terbaik yaitu pada perlakuan 2 dengan jarak celah silinder pengupas 4 mm didapatkan kapasitas kerja 403,6 kg/jam, efisiensi 18,12 persen, rendemen kedelai terkupas 64,72 persen, kebutuhan daya 160, 2 W dan tingkat kebisingan 89,3 dB mesin ini sudah memenuhi spesifikasi kinerjanya. Namun dengan indeks kinerja rata-rata dari ketiga perlakuan sebesar 0,52 (<1) dan dengan tingkat getaran mesin 12,6 mm/s (berbahaya), mesin ini belum dapat direkomendasikan kepada khalayak pengguna dan perlu direparasi untuk perbaikan kinerjanya. Kata kunci : Mesin Pengupas Kulit Ari kedelai, Analisis Teknik dan Uji Kinerja
iii
ABSTRACT
Hilmi Sahasto 2010. Technical Analysis and Testing Performance Soybean (Glycine Max) Peelling Machine in UPTD BPT Mekanisasi Pertanian Jawa barat. Guided By Ade Moetangad Kramadibrata and Totok Herwanto Technical specification of soy bean peeler machine, type of MKP0108 made by UPTD Balai Mekanisasi Pertanian Jawa Barat needed to be reanalyzed and its performance had to be tested for recommendation purposes. Method of descriptive analysis has been used to observe the technical acceptability of its structural components (the shaft of peeler cylinder, pin, bearing, frame and welded parts) as well as its functional performances (work capacity, efficiency, rendement, power requirement, performance index, sound level and machine vibration) in three treatment of a gap distance of peeling cylinder, such as ; 3, 4, and 5 mm. Results showed that except of the pin for pulley and sprocket with diameter 7 mm, other structural components such as the shaft of peeler cylinder, bearing, frame and welded parts are technically acceptable. Whereas from results of performance test obtained that best treatment happened to second treatment a gap distance of peeling cylinder of 4mm, get a work capacity of 403.6 kg/h, efficiency of 18.12 percent, a portion of peeled soybean of 64.72 percents, a power requirement of 160.2 W and a sound level of 89.3 dB, this machine have complied of its performance specification. However, by its low average of performance index of 0.57 (<1) and its level of machine vibration of 12.6 mm/s (dangerous), the machine is not yet ready to be recommended for the respective users and needs to be repaired for improvement. Keywords: Soybean Peeling Machine, Technical Analysis and Performance Test
iv
KATA PENGANTAR
Alhamdulillahirobbil’alamin, puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah
SWT, yang telah melimpahkan karuniaNya, sehingga penulis dapat menyelesaikan
penyusunan skripsi yang berjudul “Analisis Teknik dan Uji Kinerja Mesin
Pengupas Kulit Ari Kacang Kedelai (Glycine Max ) di UPTD BPT Mekanisasi
Pertanian Jawa Barat.” sebagai salah satu syarat untuk mendapat gelar Sarjana di
Fakultas Teknologi Industri Pertanian. Shalawat dan salam juga tercurah kepada
Nabi Muhammad SAW.
Selama penyusunan skripsi ini penulis menyadari bahwa tidak sedikit
bantuan dan dukungan yang penulis terima dari berbagai pihak. Untuk itu tak lupa,
penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada semua pihak, terutama kepada:
1. Allah S.W.T yang selalu memberikan Cinta, cahaya dan kearifan-Mu membuatku
semakin semangat untuk mendekati dan menuju-Mu.
2. Papah dan Mamah tercinta atas segala doa, cinta, kasih sayang dan semua
pengorbanan yang telah diberikan kepada penulis dengan tulus dan iklas.
3. Ketiga kakakku yang selalu memberikan semangat, dorongan dan bantuan lainnya
kepada penulis selama ini.
4. Bapak Prof. Dr.H.Ade Moetangad Kramadibrata, Dipl-Ing, M.Res.Eng.Sc., Ph.D.
selaku ketua komisi pembimbing yang telah mengarahkan, membimbing dan
membantu penulis dalam menyusun skripsi ini.
5. Bapak Totok Herwanto, Ir., M.Eng. selaku anggota komisi pembimbing yang telah
mengarahkan, membimbing dan membantu penulis dalam menyusun skripsi ini.
6. Bapak Sudaryanto Zain, Ir.,MP., selaku dosen penelaah yang telah memberikan
saran dan kritik yang membangun dalam penyusunan skipsi ini.
7. Bapak Gunawan Nawawi, Ir., M.S. selaku dosen wali yang telah membimbing dan
mengarahkan penulis selama menempuh studi di Jurusan Teknik danManajeman
Industri Pertanian.
8. Keluarga besar Sumantri dan Suminta Harto atas doa dan dorongan semangatnya
9. Santi Keumalasari yang selalu memberikan doa, semangat dan perhatiannya.
10. Semua rekan-rekan mahasiswa TMIP angkatan 2005 yang banyak membantu
penulis selama kuliah, terutama Fendy, Pardi, Rudi dan Nanda.
v
11. Crew [email protected], mang yayan dan mang arief yang membantu penulis dalam
menyelesaikan skripsi.
12. Yuniarto Rahidi yang membantu penulis dalam melakukan penelitian di UPTD BPT
mekanisasi Pertanian Jawa barat.
13. Rekan-rekan SMA 3 Cirebon yang selalu memberi semangat kepada penulis agar
segera menyelesaikan tugas akhir.
14. Bapak Wawan Wintarasa, selaku kepala UPTD BPT Mekanisasi Pertanian Propinsi
Jawa Barat di Bojong Pincung, Kabupaten Cianjur yang telah mengizinkan penulis
untuk melakukan penelitian.
15. Seluruh staf di UPTD BPT Mekanisasi Pertanian Propinsi Jawa Barat di Bojong
Picung, Kabupaten Cianjur yang telah membantu dan memantau penulis dalam
menyelesaikan penelitian.
16. Seluruh staf pengajar dan karyawan di jurusan Teknik dan Manajemen Industri
Pertanian, Fakultas Teknologi Industri Pertanian, Universitas Padjadjaran.
Akhir kata dengan segala keterbatasan, penulis menyadari bahwa skripsi ini
masih jauh dari sempurna, namun penulis berharap semoga skripsi ini dapat
bermanfaat bagi penulis sendiri khususnya dan ilmu pengetahuan pada umumnya.
Jatinangor, Februari 2010
Hilmi Sahasto
Penulis
vi
DAFTAR ISI
RIWAYAT HIDUP .............................................................................................. i ABSTRAK .......................................................................................................... ii ABSTRACT ....................................................................................................... iii KATA PENGANTAR ........................................................................................ iv
DAFTAR ISI ...................................................................................................... vi Daftar Tabel ........................................................................................................ ix
Daftar Gambar .................................................................................................... xi Daftar Lampiran................................................................................................. xii BAB I. PENDAHULUAN ................................................................................... 1
1.1. Latar Belakang........................................................................................... 1
1.2. Identifikasi Masalah ................................................................................... 2
1.3. Tujuan Penelitian ....................................................................................... 2
1.4. Kegunaan Penelitian .................................................................................. 2
1.5. Kerangka Pemikiran .................................................................................. 3
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA ......................................................................... 5
2.1 Karakteristik Fisik Kedelai ......................................................................... 5
2.2 Proses Pengupasan Kulit Ari Kedelai ......................................................... 8
2.3 Tipe-Tipe Mesin dan Mekanisme pada Mesin Pengupas Kulit Ari Kedelai . 9
2.4 Bagian Utama dan Kegunaan Komponen Mesin Pengupas Kulit Ari Kedelai .................................................................................................... 12
2.5 Analisis Teknik ........................................................................................ 14
2.5.1. Kebutuhan Daya Penggerak .............................................................. 14
2.5.2. Analisis Poros ................................................................................... 15
2.5.3. Analisis Pin ..................................................................................... 17
2.5.4. Analisis Bantalan .............................................................................. 18
2.5.5. Analisis Unit Transmisi ................................................................... 19
2.5.6. Analisis Kekuatan Rangka ................................................................ 21
2.5.7. Analisis Kekuatan Las ..................................................................... 23
2.6 Uji Kinerja ............................................................................................... 23
2.6.1. Kerapatan Kamba ............................................................................. 23
2.6.2.Kapasitas Pengupasan Teoritis ........................................................... 24
2.6.3. Kapasitas Pengupasan Aktual ........................................................... 24
2.6.4. Efisiensi Pengupasan ........................................................................ 25
vii
2.6.5. Kebutuhan Daya ............................................................................... 25
2.6.6.Energi Spesifik Pengupasan ............................................................... 25
2.6.7. Indeks Unjuk Kerja ( Performance Index) ......................................... 26
2.6.8. Persentase Susut Hasil ...................................................................... 26
2.6.9. Rendemen ........................................................................................ 27
2.7. Kajian Ergonomi .................................................................................... 27
2.7.1. Kebisingan ....................................................................................... 27
2.7.2 Getaran .............................................................................................. 29
BAB III. METODOLOGI PENELITIAN........................................................... 31
3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ................................................................... 31
3.2 Bahan dan Alat Penelitian ........................................................................ 31
3.2.1 Bahan : .............................................................................................. 31
3.2.2 Alat: .................................................................................................. 31
3.3 Metode Penelitian..................................................................................... 32
3.4 Perlakuan ................................................................................................. 32
3.5 Tahapan Penelitian ................................................................................... 33
3.6. Analisis Teknik ....................................................................................... 34
3.7 Uji Kinerja .............................................................................................. 35
3.7.1 Pengujian Kapasitas Aktual dan Rendemen ...................................... 37
3.7.2 Pengujian Kualitas Kupasan .............................................................. 37
3.8 Pengamatan Ergonomi............................................................................. 38
BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ........................................................... 39
4.1. Analisis Teknik ........................................................................................ 39
4.1.1. Kebutuhan Daya Penggerak .............................................................. 39
4.1.2.Analisis Poros.................................................................................... 39
4.1.3.Analisis Pin ....................................................................................... 40
4.1.4.Analisis Bantalan ............................................................................... 41
4.1.5.Analisis Unit Transmisi ..................................................................... 42
4.1.6. Analisis Kekuatan Rangka ................................................................ 42
4.1.7. Analisis Kekuatan Las ...................................................................... 43
4.2. Uji Kinerja ............................................................................................... 43
4.2.1. Kapasitas Teoritis ......................................................................... 43
4.2.2. Kapasitas Aktual Mesin ................................................................ 44
4.2.3. Efisiensi Mesin ............................................................................. 45
4.2.4.Kebutuhan Daya ................................................................................ 46
4.2.5.Energi Spesifik Pengupasan ............................................................... 46
viii
4.2.6.Indeks Unjuk Kerja............................................................................ 47
4.2.7. Persentase Susut Hasil ...................................................................... 48
4.2.8. Rendemen ........................................................................................ 49
4.2.9.Pembobotan Parameter Uji Kinerja .................................................... 49
4.3. Kajian Ergonomi...................................................................................... 50
4.3.1 Tingkat Kebisingan. .......................................................................... 50
4.3.2. Getaran ............................................................................................. 51
4.4. Kelayakan Analisis Teknik ...................................................................... 52
BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN ............................................................. 55
5.1 Kesimpulan .............................................................................................. 55
5.2 Saran ........................................................................................................ 55
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 57
ix
Daftar Tabel
Nomor Judul Halaman
1. Koefisien Gesek Sorgum pada Kadar Air yang Berbeda dan Struktur Permukaan. ............................................................................................ 7
2. Spesifikasi Mesin Pengupas Kulit Ari Kedelai ...................................... 12
3. Hubungan Intensitas Kebisingan dengan Lama Jam Kerja per Harinya sesuai dengan Standar tingkat kebisingan berdasarkan OSHA ............. 28
4. ISO 2372 Pedoman Untuk Besarnya Getaran Pada Mesin, Mesin dengan Daya Kecil, Terutama Untuk Motor Listrik Kurang Dari 15 Kw........... 30
5. Perbandingan data spesifikasi teknis dan aktual hasil perhitungan ........ 39
6. Nilai Diameter Hitung dengan Diameter Aktual yang Dipengaruhi Oleh Kecepatan Putar dan Diameter Poros. ................................................... 41
7. Faktor yang Mempengaruhi Perbedaan Hasil Dari Kapasitas Teoritis ... 44
8. Kapasitas Aktual Mesin Berdasarkan ke Tiga Perlakuan....................... 44
9. Efisiensi Mesin ..................................................................................... 45
10. Kebutuhan Daya Aktual ....................................................................... 46
11 Energi Spesifik ..................................................................................... 47
12. Indeks Unjuk Kerja .............................................................................. 47
13. Persentase Susut Hasil .......................................................................... 48
14. Rendemen Proses ................................................................................. 49
15. Pembobotan Parameter Uji Kinerja ...................................................... 50
16. Tingkat Kebisingan .............................................................................. 51
17. Nilai Getaran Bedasarkan Perlakuan yang Diberikan ............................ 52
18. Kelayakan Analisis Teknik Mesin Pengupas Kulit Ari Kacang Kedelai 53
19. Beban-Beban dari Komponen Mesin Pengupas Kulit Ari Kedelai yang Ditopang Rangka .................................................................................. 78
20. Beban-Beban dari Komponen Mesin Pengupas Kulit Ari Kedelai yang Ditopang Sambungan Las ..................................................................... 81
21. Kondisi Kedelai Kering dan Setelah Direbus 2 Jam .............................. 82
22. Kadar Air Kedelai Basah (setelah direbus 2 jam) .................................. 82
23. Kerapatan Kamba Kedelai Basah (setelah direbus 2 jam) ..................... 83
24. Massa Kedelai Hasil Proses Pengupasan yang Dipisahkan Berdasarkan Kualitas ................................................................................................ 89
x
25. Hasil pengukuran kebisingan yang diperoleh dari mesin ketika beroperasi ............................................................................................................. 94
26. Hasil pengukuran getaran pada mesin ketika dioperasikan .................... 97
xi
Daftar Gambar
Nomor Judul Halaman 1. Diagram Kerangka Pemikiran ................................................................ 4
2. Mekanisme dengan Screw ...................................................................... 9
3. Mekanisme dengan Rol Karet ............................................................... 10
4. Mekanisme dengan Dua Buah Gerinda ................................................. 10
5. Mekanisme Pengupasan dengan Dua Buah Silinder yang Bergesekan .. 11
6. Mesin Pengupas dengan Menggunakan Mekanisme Dua Buah Silinder yang Bergesekan dibuat oleh UPTD BPT Mekanisasi Pertanian Jawa Barat .................................................................................................... 11
7 Rangka yang menopang beban ............................................................. 21
8 Diagram Alir Penelitian ........................................................................ 33
9 Defleksi Puntiran .................................................................................. 40
10 Tata Letak Pin di Komponen Mesin ..................................................... 41
11. Sketsa Momen Torsi............................................................................. 60
12. Beban Yang Ditopang Rangka.............................................................. 78
13. Sambungan Las Dan Bidang Las .......................................................... 81
xii
Daftar Lampiran
Nomer Judul Halaman 1. Analisis Teknik .................................................................................... 60
2. Uji Kinerja ........................................................................................... 82
3. Kajian Ergonomi .................................................................................. 94
4. Proses Pembuatan Tempe ..................................................................... 98
5. Prosedur Penentuan Kadar Air.............................................................. 99
6. Gambar Kedelai Sebelum dan Sesudah Diproses ................................ 100
7. Gambar Mesin Pengupas Kulit Ari Kacang Kedelai ........................... 101
8. Gambar Proses Tahapan Penelitian ..................................................... 102
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
Pada masa sekarang ini harga kedelai yang terus meningkat dipasar dunia
berdampak terhadap meningkatnya harga kedelai dalam negeri. Kenaikan harga
kedelai menyebabkan perusahaan tempe dan tahu mengurangi produksi dan
sebagian diantaranya gulung tikar. Kecenderungan ini dapat dihubungkan dengan
meningkatnya permintaan terhadap kedelai setiap tahunnya.
Mengingat kedelai di indonesia sangat diminati oleh masyarakat dan
memiliki prospek yang cukup cerah sebagai bahan pangan, maka diperlukan
penanganan yang cukup serius agar menghasilkan kedelai yang baik. Oleh karena
itu teknik pengolahannya pun harus diperhatikan dan ditangani dengan baik.
Unit Pelayanan Teknis Daerah - Balai Pengembangan Teknologi (UPTD –
BPT) Mekanisasi Pertanian, Cianjur - Jawa Barat merupakan suatu instansi yang
bekerja dalam bidang pengembangan teknologi di bidang pertanian. Di balai ini
terdapat berbagai macam alat atau mesin-mesin yang telah dibuat berdasarkan
rancangan yang telah dilakukan oleh pihak balai mekanisasi. Salah satu mesin
yang terdapat di balai mekanisasi ini adalah mesin pengupas kulit ari kacang
kedelai yang di rancang oleh BPT mekanisasi pada tahun 2006. Mesin ini
berfungsi untuk mengupas kulit ari kedelai agar menjadi bersih sehingga dapat
diproses lebih lanjut menjadi produk-produk yang berbahan baku kedelai yang
memiliki nilai ekonomis lebih tinggi.
Komponen mesin pengupas kulit ari seperti hoper, silinder pengupas, unit
transmisi, motor, saluran pengeluaran, tempat penampungan hasil pengupasan dan
komponen lainnya yang dapat mempengaruhi kinerja yang akan dihasilkan mesin
tersebut dalam melakukan prosesnya. Mesin ini memiliki spesifikasi teknis mesin
diantaranya berkapasitas 40-60 Kg/jam, menggunakan motor listrik 0,25 HP
sebagai tenaga pengeraknya, dan sebagai sistem transmisi menggunakan sabuk
dan roda gigi.
2
Mesin yang diproduksi di Balai Pengembangan Teknologi Mekanisasi
Pertanian Cianjur, Jawa Barat dalam aplikasinya di lapangan mesin ini belum
memiliki data baik secara teknis dan kemampuan kerja mesin. Oleh karena itu
perlu adanya penelaahan lebih lanjut, mengingat tujuan utama dari penerapan
sistem mekanisasi pertanian dapat tercapai sehingga dapat meningkatkan efisiensi
kerja dan mendapatkan hasil yang semaksimal mungkin sehingga bisa
dimanfaatkan oleh masyarakat.
1.2.Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, masalah yang
dapat diidentifikasikan adalah mengkaji ulang spesifikasi teknis mesin ini melalui
analisis teknik dan uji kinerja dan seberapa baik kinerja mesin pengupas kulit ari
kedelai yang dirancangbangun di UPTD BPT Mekanisasi Pertanian Cianjur, Jawa
Barat.
1.3.Tujuan Penelitian
1. Melakukan analisis teknik terhadap mesin pengupas kulit ari kedelai.
2. Melakukan uji kinerja terhadap mesin pengupas kulit ari kedelai.
3. Mengetahui apakah spesifikasi teknis dan kinerja mesin tersebut sudah
sesuai dengan spesifikasi teknis yang direkomendasikan produsennya.
1.4. Kegunaan Penelitian
a. Praktisi
Diharapkan hasil penelitian dapat memberikan informasi dan rekomendasi
atas penggunaan mesin pengupas kulit ari kepada pihak UPTD BPT Mekanisasi
Pertanian apakah dapat langsung dimanfaatkan oleh pengguna mesin tersebut atau
masih perlu dimodifikasi agar memenuhi kelayakan operasionalnya.
b. Akademisi
Memberikan pemahaman tentang pentingnya data teknis dan kinerja mesin
pengupas kulit ari kacang kedelai untuk mengetahui kelayakan dari mesin
tersebut.
3
1.5. Kerangka Pemikiran
Dalam usaha untuk meningkatkan nilai efektifitas, efisiensi dan juga
tingkat kehigienisan suatu produk seperti tempe, tahu dan susu kedelai maka
diperlukan suatu penanganan hasil pertanian, salah satunya adalah dengan proses
pengupasan. Pada umumnya pengupasan kulit ari kedelai dapat dilakukan dengan
2 cara yaitu tradisional dan modern. Untuk memisahkan kulit air dengan kacang
kedelai, secara tradisional umumnya dengan cara diinjak (Julian, 2009).
Sementara selama ini pembuatan tahu dan tempe secara tradisional banyak yang
belum memenuhi persyaratan GMP (Good Manufacturing Product), contohnya
dalam pemisahan kedelai dengan kulit arinya, padahal menurut Suharto (2009),
pengolahan kedelai untuk tempe, susu kedelai dan tahu yang sesuai dengan GMP
tidaklah sulit.
Oleh karena itu untuk meningkatkan efektifitas, efisiensi dan kebersihan
proses pengolahan, pengupasan kulit ari secara modern dapat diterapkan, seperti
yang dilakukan oleh UPTD BPT Balai Mekanisasi Pertanian Propinsi Jawa Barat
dengan membuat mesin pengupas kulit ari kedelai dengan tipe mekanisme
menggunakan dua buah silinder yang begerak berlawanan arah untuk dapat
bergesekan dengan kedelai sehingga kulit ari kedelai terkelupas, namun belum
diketahui sejauh mana kelebihan dan kekurangan dari mesin tersebut. Untuk
mengatasi masalah yang ada maka perlu dilakukan pengujian tentang uji kinerja
dan analisis teknik mesin tersebut.
Pengujian yang dilakukan pada mesin pengupas kedelai ini dilakukan
dengan menggunakan metode analisis deskriptif, yaitu melakukan pengukuran,
pengamatan dan perhitungan terhadap komponen-komponen struktural dan
kinerja/fungsional mesin. Analisis teknik bertujuan untuk menguji komponen-
komponen struktural mesin pengupas kulit ari kedelai yang dilakukan oleh pihak
UPTD BPT Mekanisasi. Analisis teknik yang akan dilakukan meliputi kapasitas
teoritis mesin, kebutuhan daya penggerak, analisis sabuk dan puli, diameter poros,
analisis bantalan, analisis rangka, kekuatan las. Sedangkan pengujian fungional
mesin ini parameter-parameter yang didapat yaitu efisiensi pengupasan,
kebutuhan daya, pengujian kualitas hasil kupasan, rendemen dan indeks
4
performansi. Berdasarkan SOP (Standard Operasional Prosedure) mesin yang
telah dibuat, jarak antar silinder dapat diatur yaitu 5 mm, 4 mm dan 3 mm. Oleh
karena itu, dalam penelitian ini akan dilakukan pemberian perlakuan terhadap
jarak tersebut untuk mendapatkan hasil rendemen terbaik. Setiap perlakuan
dilakukan pengulangan sebanyak tiga kali dan dihitung rata-ratanya sesuai dengan
prosedur pengujian RNAM (Regional Network Agricultural Machinery).
Kenyamanan operator dalam menjalankan mesin perlu diperhatikan antara
lain seperti getaran dan suara. Tingkat kebisingan suara yang dihasilkan oleh
mesin dan getaran yang diakibatkan dari struktur rangka yang menopang mesin
ketika dioperasikan mengalami guncangan, apabila faktor tersebut dapat
disesuaikan dengan standar yang di sarankan, maka hasil rancangan dari mesin
pengupas kulit ari kedelai dapat digunakan dengan nyaman dan aman bagi
operator.
Gambar 1. Diagram Kerangka Pemikiran
Meningkatkan: - Kapasitas dan kualitas kedelai
Penanganan kedelai dengan mesin - Pengupas kulit ari
In Konvensional Efektivitas relatif tinggi Efisiensi tinggi Higienis terjamin
Konvensional Efektifitas hasil rendah Efisiensi rendah Higienis kurang terjamin
Mesin Pengupas Kulit Ari Kedelai BPT Mekanisasai
Identifikasi masalah Kaji ulang Analisis teknik dan uji kinerja mesin pengupas kulit ari kedelai
Metode analisis deskriptif
Uji kinerja ( fungsional) Pada jarak silinder pengupas 5, 4 dan 3 mm dengan pengulangan 5 kali
Analisis teknik
Kebutuhan Konstruksi struktural
Pengukuran komponen struktural
Perhitungan ergonomik
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Karakteristik Fisik Kedelai
a. Kadar Air
Kadar air bahan hasil pertanian memegang peranan sangat penting dalam
menjaga kualitas dari bahan hasil pertanian. Terjadinya kerusakan pada bahan
hasil pertanian selepas panen secara biologi, fisiologis, dan kimia disebabkan
karena masih tingginya kadar air bahan.
Sifat kacang kedelai mampu menyerap air cukup banyak dan dapat
menyebabkan beratnya naik menjadi dua kali lipat, dengan sifat biji yang keras
dan daya serap air tergantung ketebalan kulit. Kulit inilah yang ingin dikupas
secara mekanis dengan semaksimal mungkin tidak membelah kedelai apalagi
merusak kedelai. Sehingga mutu dari kacang kedelai baik dengan bentuk yang
baik dan tetap utuh. Dari permasalahan tersebut maka, diperlukannya mesin
pengupas kulit ari kacang kedelai dengan cara mekanis yang sederhana dan
mudah pengoperasiannya, dimana dapat dioperasikan dengan mudah, sederhana,
menggunakan penggerak tangan sehingga dapat dioperasikan oleh setiap orang
tanpa harus memiliki keterampilan khusus (Annas, 2002). Kandungan kadar air
kedelai pasca panen sebesar 14 persen. Kadar air kedelai ketika setelah direndam
selama selang waktu tertentu menurut Ismed, 2003 kedelai yang direndam selama
2 jam adalah 43,49 persen basis basah.
b. Bentuk dan Ukuran
Bentuk dan ukuran bahan hasil pertanian merupakan dua karakteristik
yang tidak dapat dipisahkan. Keduanya diperlukan untuk pemberian karakteristik
fisik suatu bahan. Ada beberapa kriteria yang dapat digunakan untuk menjelaskan
bentuk dan ukuran bahan hasil pertanian diantaranya dari bentuk acuan,
kebulatan, dimensi sumbu, serta kemiripan bahan hasil pertanian terhadap benda-
benda geometri tertentu.
6
6
Biji kedelai memiliki diameter rata-rata sebesar 7 mm, dan massa rata-rata
15 gram/100 butir, berwarna cokelat muda atau kuning dan terdapat titik
kecambah. Bentuk yang mendekati bundar (roundness) sehingga biji kedelai
relatif memiliki bentuk yang homogen. Hasil dari proses pengupasan kacang
kedelai sendiri diperoleh kulit arinya atau yang lebih dikenal dengan sebutan
bungkil, bungkil dari kacang kedelai juga mengandung cukup banyak protein
sekitar 30 persen. Oleh karena itu bungki ini juga digunakan sebagai pakan ternak.
(Suryawinata, 2006 )
c. Volume, Densitas dan Specific Gravity
Dalam penanganan bahan hasil pertanian istilah densitas dibedakan
menjadi dua macam yaitu densitas massa atau kerapatan massa (mass density) dan
densitas kamba atau kerapatan kamba (bulk density). Kerapatan massa adalah
kerapatan bahan yang diukur tanpa menyertakan ruang-ruang kosong diantara
bahan atau dengan pengertian lain perbandingan antara massa sebuah bahan
dengan volumenya. Sedangkan kerapatan kamba adalah kerapatan bahan yang
diukur degan menyertakan ruang kosong diantara bahan atau dengan pengertian
lain perbandingan antara massa bahan dengan volume bahan beserta ruang-ruang
kosong diantara bahan (Zain dkk., 2005).
Menurut Mohsenin (1980) dalam Juliandra (2006), kerapatan kamba
dinotasikan dengan ρ (rho) merupakan salah satu parameter dan karakteristik dari
bahan pertanian berupa butiran atau biji. Pengertian kerapatan kamba adalah
perbandingan bobot bahan dengan volume ruang yang ditempatinya, termasuk
ruangan kosong diantara butiran bahan.
Menurut Mohsenin (1980) setiap bahan pertanian berbentuk butiran atau
biji memiliki kerapatan kamba dalam menempati suatu ruang yang ditempatinya,
nilai kerapatan kamba (bulk density) kedelai 750 kg/m3.
d. Sudut Repos (angle of repose)
Karakteristik friksi yang perlu diketahui dalam perancangan mesin-mesin
dari bahan pertanian terutama biji-bijian adalah sudut repos (angle of repose).
7
Biasanya sudut repos diperlukan untuk menentukan sudut kemiringan corong
pengumpan (hoper).
Sudut repos adalah sudut yang terbentuk antara bidang alas datar dan
bidang alas miring dari sebuah segitiga pada saat bahan curuh ( biji-bijian) mulai
bergerak jatuh bebas. Nilai sudut repos dari suatu bahan dipengerahui oleh bentuk,
ukuran, kadar air, dan orientasi bahan ( Zain dkk., 2005).
Menurut Stahl (1950) dalam Mohsenin (1980) nilai dari angel of repose
untuk bahan pertanian berbeda-beda dan untuk kedelai memiliki nilai sudut repos
sebesar 16 0 pada peralatan pengupasan.
e. Koefisien Gesek Bahan Hasil Pertanian Terhadap Permukaan Strktur
Pengupas
Kebutuhan untuk pengetahuan terhadap koefisien gesek bahan pertanian
pada berbagai permukaan diperlukan dalam membuat alat dan mesin yang
berhubungan dengan pengolahan bahan pertanian. Koefisien gegek ini disesuaikan
dengan permukaan bahan pembuat alat dan mesin tersebut, sehingga koefisien
gesek diperlukan untuk mengetahui kesesuaian bahan pertanian terhadap
permukaan struktur bahan.
Faktor yang diperlukan untuk mengetahu nilai koefisien gesek dari kacang
kedelai dapat dilihat berdasarkan hubungan kadar air dan struktur permukaan.
Nilai hubungan antara koefisien gesek dan kadar air dapat dilihat pada Tabel1.
Tabel 1. Koefisien Gesek Sorgum pada Kadar Air yang Berbeda dan Struktur Permukaan.
Sumber : (Nwakonobi, 2009)
Kadar air % (basis basah) Koefisien gesek (µ)
Beton Plastik Besi/baja Kayu
22,9 0,58±0,05 0,43±0,05 0,48±0,04 0,45±0,08
26,6 0,61±0,11 0,46±0,17 0,53±0,06 0,48±0,11
31,0 0,65±0,09 0,48±0,08 0,58±0,08 0,51±0,10
32,9 0,68±0,08 0,51±0,06 0,62±0,09 0,53±0,05
33,3 0,71±0,12 0,54±0,13 0,64±0,20 0,55±0,09
8
2.2 Proses Pengupasan Kulit Ari Kedelai
Pengupasan kulit ari kedelai merupakan langkah awal dari proses
pengolahan tempe, proses pengupasan kulit ari kedelai pada umunya masih
menggunakan tenaga manual yang menyebabkan proses pengupasan lambat dan
kuantitasnya rendah sehingga perlu dirancang alat dengan tenaga mesin, dengan
alat ini maka kuantitas produksi dapat ditingkatkan dari 35 kg/jam dengan cara
manual menjadi 684 kg/jam. ( Hermanto, 2008)
Proses pengupasan kulit ari kedelai terjadi saat kedelai terhimpit antara
drum rotor dan pelat stator. Berdasarkan percobaan yang dilakukan dari 1kg
kedelai, sebanyak 84,2 % kulit ari kedelai terkelupas dengan baik, 7,8% masih
utuh dan 8% hancur (Hermanto, 2008).
Proses pengupasannya adalah sebagai berikut:
a. Kacang kedelai yang masih memiliki kulit ari dimasukkan kedalam tempat
penampung dan penyaluran yang telah disediakan.
b. Masukkan air sebagai pembantu pengupas bersamaan dengan kacang
kedelai.
c. Kemudian kacang kedali masuk kedalam ruang pengupasan, pada saat itu
kacang kedelai akan terkupas.
d. Kacang kedelai yang telah terkupas bersamaan dengan kulit arinya akan
jatuh kedalam tempat yang telah disediakan.
Dari urutan proses diatas, maka secara fungsional mesin memiliki
komponen yang berfungsi sebagai berikut:
a. Alat untuk memasukkan kedelai ke hoper
b. Tempat penampung air
c. Saluran masuk kacang kedelai kedalam proses pengupasan ( Hoper )
d. Pengatur aliran bahan menuju proses pengupasan
e. Tempat pengupas kulit ari kacang kedelai
f. Saluran pengeluaran kacang kedelai yang telah dikupas (outlet)
g. Bak penampung hasil kupasan
9
h. Transmisi penerus daya dari penggerak ke poros mesin pengupas kulit ari
kacang kedelai.
2.3 Tipe-Tipe Mesin dan Mekanisme pada Mesin Pengupas Kulit Ari Kedelai
Mesin pengupas kulit ari kedelai berfungsi untuk mengupas kulit yang
menempel pada bulir kacang hingga bersih, mesin ini memiliki beberapa tipe
berdasarkan jenis atau mekanisme pengupasannya yaitu dengan menggunakan
mekanisme dua buah gerinda, dua buah silinder yang bergesekan dan silinder
bergesekan dengan rumahnya.
a. Mekanisme dengan screw yang berputar
Menggunakan sebuah screw yang berputar. Mekanisme ini memiliki
bagian utama berupa screw dan dinding screw. Screw ini digerakkan oleh sebuah
motor yang menggunakan transmisi daya puli dan belt (sabuk).
Ketika kacang kedelai dimasukkan kedalam mekanisme ini, proses
pengupasan terjadi karena adanya gaya gesekan antara screw dengan biji kacang
kedelai dengan dinding. Konstruksinya sederhana tetapi sulit untuk mendapatkan
biji kedelai yang utuh. Alat ini ditunjukkan pada gambar 2.
Gambar 2. Mekanisme dengan Screw
b. Menggunakan dua buah rol karet yang ditata sejajar dan besarnya
sama.
Dua buah rol ini berputar berlawanan arah tetapi putarannya tidak sama.
Kedua rol karet ini digerakkan oleh motor dengan menggunakan transmisi daya
puli dan belt ( sabuk). Pada kedua rol karet ini masing-masing memiliki sebuah
roda gigi yang ukuran diameternya berbeda agar putaran yang dihasilkan antara
10
dua rol karet ini tidak sama. Ketika biji kacang kedelai dimasukkan kedalam
mekanisme ini, proses pengupasan terjadi karena adanya gesekan antara rol karet
dengan biji kacang kedelai, yang mengakibatkan terkelupasnya kulit ari kacang
kedelai.
Keuntungan dari mekanisme ini adalah konstruksinya mudah dan hasil
pengupasannya cukup banyak, tetapi hasil kupasan yang didapat kurang
maksimal.( Eka Darma S. 2004) Alat ini ditunjukkan pada gambar 3.
Gambar 3. Mekanisme dengan Rol Karet
c. Mekanisme dengan dua buah gerinda
Menggunakan dua buah rol batu gerinda, dimana rol yang berputar dan
yang satu lagi diam. Rol yang diam ini diatur jaraknya dengan rol yang berputar
sesuai dengan ukuran biji kacang kedelai yang akan dikupas. Rol ini digerakkan
oleh sebuah motor yang menggunkanan transmisi puli dan sabuk. Mekanisme ini
sederhana sekali dan bisa mengupas kulit ari kacang kedelai dengan hasil yang
cukup baik dan resiko cacat yang kecil. Selain itu mesin ini murah dalam proses
pembuatannya. ( Eka Darma S. 2004)
Gambar 4. Mekanisme dengan Dua Buah Gerinda
11
Mesin pengupas kulit kedelai dengan menggunakan gerinda dan rumah
gerinda sebagai media penggesek, kedelai ini diletakkan diantaranya sehingga
kulitnya terkelupas. Mesin ini mengupas 30 kg kedelai dalam 1 jam. Kadar air
kedelai yang ideal adalah 15 % karena persentase terkelupas 50 % dengan
persentase hancur kurang dari 5 %. (Suryawinata, 2006)
d. Mekanisme dua buah silinder yang bergesekan
Menggunakan mekanisme dua buah rol yang diberi jarak tertentu sebagai
tempat lewatnya kedelai. Kedelai yang lewat akan bergesekan dengan kedua rol
sehingga kulitnya terkupas. Karena bidang gesek dari kedua rol tersebut sangat
kecil maka efisiensi dari alat dengan mekanisme ini tentunya juga rendah.
(Bernards. 2006)
Gambar 5. Mekanisme Pengupasan dengan Dua Buah Silinder yang Bergesekan
Gambar 6. Mesin Pengupas dengan Menggunakan Mekanisme Dua Buah Silinder yang Bergesekan dibuat oleh UPTD BPT Mekanisasi Pertanian Jawa Barat
Mesin yang di rancang dan di bangun oleh BPT mekanisasi memiliki
spesifikasi sebagai berikut:
12
Tabel 2. Spesifikasi Mesin Pengupas Kulit Ari Kedelai
Nama Spesifikasi Mesin Pengupas Kulit Ari Kedelai
Fungsi Mengupas kulit ari kedelai
Dimensi Panjang (mm) 470
Lebar (mm) 640
Tinggi (mm) 970
Berat (kg) 50
Tenaga penggerak Merek / Model Motor Listrik
Daya (HP) 0,25HP/186,5watt
Bahan Bakar -
Kapasitas (kg/jam) 40-60
Dirancang BPT Mekanisasi/APBD TA 2006
Dipabrikasi BPT Mekanisasi/APBD TA 2006
2.4 Bagian Utama dan Kegunaan Komponen Mesin Pengupas Kulit Ari
Kedelai
a. Rangka
Merupakan bagian dari mesin yang berfungsi untuk menyangga komponen
mesin lainnya yang terdapat di bagian atas dari rangka tersebut, rangka mesin
pengupas kulit ari kedelai terbuat dari besi siku sam berukuran 35x35x 3 mm
dengan momen inersia sebesar 0,024x 106 mm4. Panjang baris 258 mm dan
panjang kolom 580 mm.
b. Hoper
Merupakan bagian dari mesin yang berfungsi untuk mengumpankan
kacang kedelai yang akan dikupas kulit arinya. Hoper terbuat dari bahan plat
alumunium dengan sudut kemiringan 330 dengan bidang datar. Saluran
pemasukan memilii tinggi 270 mm dengan panjang sisi 281 mm dan 225 mm.
c. Silinder pengupas (dua buah)
Merupakan bagian dari mesin yang berfungsi untuk mengupas kulit ari
kacang kedelai. Silinder tesebut pada permukaannya terdapat gerigi-gerigi yang
befungsi dalam melakukan penggesekan antara dua buah silinder dengan kedelai
13
sehinga kulit akan terkelupas dari bijinya, diameter dari silinder ini adalah 88 mm
dengan panjang 220 mm.
d. Tempat penampung kacang
Berfungsi untuk menampung kacang kedelai yang telah dikupas kulit
arinya.
e. Poros
Poros atau shaft merupakan suatu bagian stasioner yang berputar biasanya
berpenampang bulat, dimana terpasang elemen-elemen seperti roda gigi, puli,
roda gila, sprocket dan elemen-elemen pemindah daya lainnya (Shigley, 1984).
Ukuran poros yang digunakan pada mesin ini berdiameter 17 mm, panjang poros
349 mm.
f. Unit transmisi
Berfungsi untuk menyalurkan daya dari motor listrik menuju unit yang
memerlukan daya penggerak seperti tabung pengupas, unit transmisi dapat berupa
sabuk dan puli, roda gigi, sproket dan rantai. Sabuk banyak digunakan daam
mesin-mesin pertanian karena rasio kecepatan yang tepat tidak pernah
dipertahankan. jika didesain sistem yang memadai, slip yang terjadi tidak lebih
dari 1 sampai 2 % dan efisiensi penyaluran daya (dengan mengabaikan kehilangan
daya pada bantalan shaft) berkisar 97-99% (J. Frans, 2008). Sabuk yang dipakai
yaitu sabuk V tipe A, diameter puli besar 280 mm.
g. Bantalan (Bearing)
Berfungsi untuk menumpu poros berbeban, sehingga putaran atau gerakan
bolak-baliknya dapat berlangsung secara halus, aman dan berumur panjang
(Sularso dan Suga, 1997). Bantalan yang digunakan dalam mesin pengupas kulit
ari kedelai ini adalah jenis bantalan gelinding dengan diameter dalam 17 mm
dengan nomor P6005.
h. Motor penggerak
Berfungsi untuk memberikan daya dari sumber daya untuk mesin ini
digunakan motor listrik 0,25 HP. Daya yang dihasilkan oleh motor listrik
kemudian ditransmisikan ke silinder pengupasan.
14
2.5 Analisis Teknik
Aspek teknik yang dipertimbangkan dalam analisis teknik mesin pengupas
kulit ari kedelai adalah analisis teknik yang meliputi analisis kebutuhan daya,
kapasitas teoritis mesin, analisis transmisi daya, analisis poros, analisis pasak dan
pin, analisis bantalan (bearing), analisis kekuatan rangka, analisis kekuatan las,
kekuatan bahan dari setiap komponen mesin yang didalamnya menyangkut
perhitungan secara teoritis dan pengamatan langsung dilapangan.
2.5.1. Kebutuhan Daya Penggerak
Kebutuhan daya yang diperlukan oleh mesin pengupas kulit ari kedelai
merupakan semua daya yang diperlukan oleh mesin dalam menjalankan mesin
dari awal hingga akhir baik penggerak transmisi, putaran silinder dan lain-lain.
Kebutuhan daya untuk menggerakkan mekanisme kerja mesin
pengupasan, perhitungan daya penggeraknya menggunakan Persamaanberikut:
P1 = (2 π Mt. N) / 60.................................................................................(1)
Dimana :
P = Daya yang dibutuhkan motor penggerak (watt)
N = Jumlah putaran puli (rpm)
Mt = Momen puntir ( Nm)
Untuk menghasilkan daya tersebut, maka besarnya momen puntir silinder
pengupas dapat menggunakan Persamaan( Hall et. al. 1983) sebagai berikut:
Mt = Ft x R ................................................................................................(2)
Dimana :
Mt = Momen puntir ( Nm)
Ft = Gaya tangensial (N)
R = Jari-jari silinder pengupas (m)
Gaya tangensial pada silinder pengupas (Ft) dihitung dengan menggunakan
Persamaanberikut:
Ft = m x g..........................................................................................(3)
15
Dimana :
m = Berat silinder pengupas (kg)
g = Percepatan gravitasi (m/s2)
Kebutuhan daya gesek bahan pada pengupasan dapat menggunakan
Persamaan.
P2 = P3 x µ..................................................................................................(4)
Dimana :
P2 = Daya gesek, Watt
µ = Koefisien gesek bahan yang digunakan terhadap permukaan
silinder
Daya Pengupasan dapat dihitung dengan menggunakan Persamaan.
P3 = Daya beban – Daya tanpa beban........................................................(5)
Dimana :
P3 = Daya pengupasan, Watt
Kebutuhan daya penggerak total dapat dihitung dengan persamaan.
Pt = P1+P2...................................................................................................(6)
2.5.2. Analisis Poros
Pada poros akan bekerja gaya-gaya berupa momen lentur dan momen
puntir. Analisis yang akan diakukan terhadap poros meliputi kekuatan dan
diameter poros menggunakan perhitungan poros yang menerima beban puntir dan
beban lentur, karena poros ini meneruskan daya melalui sabuk dan puli. Untuk
analisis tersebut dilakukan perhitungan-perhitungan yang meliputi Diameter poros
dan kecepatan kritis poros.
Menurut Sularso dan Suga (1997), daya rencana dapat dihitung dengan
menggunakan Persamaan:
Pd = fc x P..................................................................................................(7)
Dimana :
Pd = Daya yang direncanakan ( kW)
fc = Faktor koreksi daya
16
P = Daya nominal output motor penggerak (kW)
Momen puntir (momen rencana) dapat dihitung dengan menggunakan
Persamaan:
T = 9,74 x 10 5 ………………..……………………………..……….(8)
Besarnya deformasi yang disebabkan oleh momen puntir pada poros harus
dibatasi, untuk poros yang dipasang pada mesin umum dalam kondisi kerja
normal, besarnya defleksi puntiran dibatasi sampai 0,25-0,3 derajat (Sularso dan
Suga, 1997). Besarnya defleksi puntiran dapat dihitung dengan menggunakan
Persamaan:
=584
...............................................................................................(9)
Dimana :
= Defleksi puntiran ( 0 )
d = Diameter poros ( mm)
l = Panjang poros (mm)
T = Momen Puntir (kg.mm)
G = Modulus geser ( 8,3 x 103) (kg/mm2)
Poros merupakan salah satu komponen penting dalam suatu putaran,
dimana besarnya diameter suatu poros mempengaruhi besarnya putaran.Besarnya
diameter poros dapat dihitung dengan Persamaan:
ds3 = 22 )()(16
ttbb xMKxMKxSs
………………............................(10)
Dimana :
ds = Diameter poros (mm)
Kb = Faktor koreksi momen lentur
Nilai Kb adalah 1,5 untuk poros dengan momen lentur tetap, 1,5-
2,0 untuk beban lenturan ringan, dan 2,0-3,0 untuk beban
tumbukan berat
Mb = Momen lentur maksimal (Nm)
Kt = Faktor koreksi momen puntir
17
Nilai Kt adalah 1,0 untuk beban dikenakan secara halus, 1,0-1,5
jika terjadi sedikit lendutan dan tumbukan, 1,5-3,0 jika terjadi
kejutan atau tumbukan besar
Mt = Momen Torsi (Nm)
Ss = Tegangan geser 50 x 10 6 ( kg/mm2)
Nilai Momen torsi yang bekerja dalam perhitungan diameter poros.
Dihitung dengan menggunakan Persamaan:
Mt = ( T1-T2 ) r . ......................................................................................(11)
Dimana :
Mt = Momen Torsi (Nm)
T1 = Tegangan Sisi Kencang Pada Sabuk dan Puli (N)
T2 = Tegangan Sisi Kendor Pada Sabuk dan Puli (N)
r = Jari-Jari Puli (m)
Pada poros dengan putaran tinggi, putaran kritis sangat penting untuk
diperhitungkan. Putaran kritis poros adalah putaran tertinggi yang dapat ditahan
oleh poros. Putaran kritis poros yang dimiliki sebuah benda yang berputar dapat
dihitung dengan menggunakan Persamaan:
ωc = 2
.
g
.......................................................................................(12)
Dimana:
ωc = Putaran Kritis Poros Menurut Sularso dan Suga (1997), demi keamanan maka putaran kerja
poros maksimum tidak boleh melebihi 80% dari putaran kritisnya.
2.5.3. Analisis Pin
Pin merupakan suatu elemen mesin yang dipakai untuk menetapkan
bagian-bagian mesin agar tidak bergeser. Biasanya pin digunakan untuk mengikat
puli atau roda gigi pada poros.
T = P .....................................................................................................(13)
18
Dimana :
T = Momen Torsi ( Nm)
P = Daya (Watt)
ω = Kecepatan putar (rpm)
Gaya tangensial yang bekerja pada pin dapat dihitung dengan
menggunakan Persamaansebagai berikut :
퐹 = ......................................................................................................(14)
Dimana :
F = Gaya tangensial (N)
T = Momen torsi (Nm)
r = Jari-jari poros ( m )
Untuk menghitung diameter dari pin yang diperoleh dari tekanan yang
diizinkan,
Ps= 24/1 DF
AF
....................................................................................(15)
퐷 = . ..................................................................................................(16)
Dimana :
Ps = Tekanan yang diizinkan (N/m2)
F = Gaya tangensial (N)
D = Diameter pin (m)
2.5.4. Analisis Bantalan
Bantalan merupakan elemen mesin yang menumpu poros berbeban,
sehingga putaran atau gerakan bolak-baliknya dapat berlangsung secara halus,
aman, dan panjang umur. Bantalan harus cukup kokoh untuk memungkinkan
poros serta elemen mesin lainnya bekerja dengan baik. Jika bantalan tidak
berfungsi dengan baik maka prestasi seluruh sistem akan menurun atau tak dapat
bekerja dengan semestinya ( Sularso dan Suga, 1997).
Beban yang di topang oleh poros ketika proses pengupasan berlangsung
merupakan gabungan dari beberapa berat antara lain beban puli, tegangan tali dan
roda gigi. Nilai beban tersebut dapat dihitung dengan menggunakan Persamaan:
19
Fr = w1+w2+w3+ w4 ................................................................................(17)
Beban tersebut merupakan beban radial yang bisa dihitung dengan
menggunakan Persamaan:
Pr = fw x Fr.............................................................................................(18)
Dimana :
Pr = Beban radial yang ditumpu
Fw = Faktor beban, nilainya sebesar 1,1-1,3 untuk kerja biasa
Fr = Beban radial yang dibawa poros
Faktor kecepatan untuk bantalan bola dapat dihitung dengan menggunakan
Persamaan:
fn = 3/13,33
n….......................................................................................(19)
Dimana :
fn = Faktor kecepatan
n = Putaran poros
Sedangkan perhitungan faktor umur untuk bantalan dapat dihitung dengan
Persamaan:
fh = fn rP
C ………….................................................................................(20)
Dimana :
fh = Faktor umur
C = Beban nominal dinamis spesifik ( kg)
Pr = Beban ekuivalen dinamis (kg)
Umur nominal untuk bantalan dapat dihitung dengan menggunakan
Persamaan sebagai berikut:
Lh = 500. fh3
………………………………………………………….....(21)
2.5.5. Analisis Unit Transmisi
Perbandingan transmisi pada sistem transmisi puli-sabuk dapat dihitung
dengan menggunakan Persamaan:
20
1
2
2
1
DD
nn
i ............................................................................................(22)
Dalam menentukan panjang sabuk yang digunakan dapat dihitung dengan
menggunakan Persamaan:
2)(41)(
22 pppp dD
CdDCL
.................................................(23)
Dimana :
L = Panjang sabuk (mm)
C = Jarak antar dua sumbu poros ( mm )
Massa sabuk dapat ditentukan dengan menggunakan Persamaan:
lAm .. ................................................................................................(24)
Dimana :
m = Massa sabuk per meter (kg)
A = Luas penampang sabuk ( m2)
ρ = Massa jenis sabuk ( kg/m3)
l = Panjang sabuk (m)
Kecepatan linier dapat dihitung dengan mengunakan Persamaan:
60.. ndv
................................................................................................(25)
Dimana :
v = Kecepatan linier sabuk (m/s)
d = Diameter puli ( m )
n = Putaran puli ( rpm )
Sudut kontak sabuk dapat dihiung dengan menggunakan Persamaan:
C
rRarc sin.21801 .....................................................................(26)
Dimana :
θ1 = Sudut kontak sabuk
R = Jari-jari puli besar (m)
r = Jari-jari puli kecil (m)
C = Jarak antar pusat puli (m)
21
L
L2
1
Bila sabuk-V bekerja meneruskan momen, tegangan akan bertambah pada
sisi tarik T1 ( bagian panjang sabuk yang menarik) dan berkurang pada sisi kendor
T2 ( bagian panjang sabuk yang tidak menarik) dapat dihitung dengan Persamaan:
T1 = Maks. Allawable stress x A ............................................................(27)
Sedangkan tegangan sisi kendor T2 dapat dihitung dengan mengunakan
Persamaan:
2sin/.2
2
21
femvTmvT
................................................................................(28)
Dimana :
T1 = Tegangan pada sisi kencang ( N )
T2 = Tegangan pada sisi kendor ( N )
m = Massa sabuk ( kg )
v = Kecepatan linier ( m/s )
Besarnya daya persabuk dapat ditentukan dengan menggunakan
Persamaan:
P = (T1 -T2 ) v..........................................................................................(29) Dimana :
P = Daya per sabuk ( Watt )
Jumlah sabuk yang digunakan dapat dihitung dengan menggunakan
Persamaan:
PPN t
s ...................................................................................................(30)
Dimana :
Ns = Jumlah sabuk
Pt = Daya yang tersedia ( Watt )
P = Daya yang ditransmisikan ( Watt)
2.5.6. Analisis Kekuatan Rangka
Gambar 7 Rangka yang menopang beban
22
Rangka berfungsi sebagai penahan beban yang berada diatasnya dimana
rangka tersebut akan mengalami defleksi dan lengkungan sebagai akibat dari
beban yang di topangnya. Rangka mesin merupakan penyangga atau kedudukan
dari semua komponen mesin, Analisis rangka dihitung berdasarkan lendutan dan
beban kritis yang diizinkan. Pada batang 1 dihitung dengan menggunakan
Persamaan(Singer,1995)
= EI
PL48
3
..............................................................................................(31)
Dimana :
= Lendutan (mm)
P = Beban yang bekerja pada rangka (kg)
L = Panjang kolom baris (mm)
E = Modulus elastisitas rangka (kg/mm2)
I = Momen inersia rangka (mm4)
Kemudian dibandingkan dengan lendutan izin yaitu:
izin = 13001 L ……………………….…………………………...….(32)
Pada batang 2 kolom jari-jari girasi dihitung dengan menggunakan
Persamaan:
k = ………………………………………………………………...…(33)
Dimana :
K = Jari-jari girasi
I = Momen inersia (m4)
A = Luas permukaan batang rangka (m2)
Kemudian dihitung angka kerampingan dengan membagi jari-jari girasi
terhadap panjang kolom. Kolom yang direncanakan merupakan kolom dengan
panjang sedang yang memiliki permukaan melintang yang seragam, sehingga
untuk menghitung beban kritis kolom digunakan PersamaanJ.B Johnson ( Hall,
1983).
Fcr = Sy A 1 − ( / )…………………………………………….(34)
23
Dimana :
Fcr = Beban kritis yang diizinkan (N)
E = Modulus elastisitas (N/m2)
A = Luas penampang kolom (m2)
Sy = Batas patah bahan (N/m2)
L2 = Panjang kolom (m)
C = Nilai konstanta kondisi ujung
2.5.7. Analisis Kekuatan Las
Pengelasan adalah metode pengikat logam dengan leburan. Terdapat dua
tipe utama las yaitu las temu dan las sudut. Kekuatan las ini dapat menopang
beban rangka jika kekuatan las temu lebih besar dari gaya yang bekerja pada
rangka ( Singer, 1985) atau,
F ≤ τ x t x l.............................................................................................(35)
Dimana :
F = Gaya yang bekerja pada rangka ( N )
τ = Tegangan izin ( N/m2)
t = Tebal bidang las ( m )
l = Panjang bidang las ( m )
2.6 Uji Kinerja
Uji kinerja mesin pengupas kulit ari kedelai bertujuan untuk mengevaluasi
kemampuan mesin tersebut yang dioperasikan pada kondisi optimum. Pengukuran
parameter yang dilakukan untuk mengetahui unjuk kerja mesin pengupas kulit ari
kedelai yang meliputi:
2.6.1. Kerapatan Kamba
Kerapatan kamba atau bulk density dipakai untuk menghitung kapasitas
teoritis dan menghitung banyaknya jumlah kedelai yang dimasukan ke dalam
hoper.dapat dihitung dengan menggunakan rumus
24
1000kamba Kerapatan V
Wd .............................................................(36)
Dimana :
Wd = Massa bobot contoh (gram)
V = Volume gelas ukur yang digunakan (ml)
2.6.2.Kapasitas Pengupasan Teoritis
Kapasitas teoritis pengupasan kulit ari dapat dihitung dengan Persamaan:
Kt = π x D x ρ x N x l x P x 60x µ .........................................................(37)
Dimana :
Kt = Kapasitas teoritis pengupasan (kg/jam)
D = Diameter silinder (m)
P = Jarak celah antar silinder (m)
N = Jumlah putaran per menit
ρ = Kerapatan kamba kedelai basah (kg/m3)
l = Lebar silinder (m)
µ = Koefisien gesek bahan yang digunakan terhadap permukaan
silinder, diasumsikan koefisien gesek pada sorgum dengan
permukaan silinder besi sebesar 0,64 dengan kadar air sorgum 33.3
persen basis basah.
2.6.3. Kapasitas Pengupasan Aktual
Kapasitas aktual merupakan kemampuan yang dimiliki suatu mesin untuk
melakukan pengupasan kulit ari kedelai dalam selang waktu tertentu. Perhitungan
kapasitas aktual dapat ditulis dengan Persamaansebagai brikut:
Ka = Wp xt
60 ..........................................................................................(38)
Dimana :
Ka = Kapasitas pengupasan aktual ( kg/jam)
Wp = Berat total kedelai yang keluar dari mesin pengupas (kg)
t = Waktu yang dibutuhkan untuk pengupasan ( menit )
25
2.6.4. Efisiensi Pengupasan
Efisiensi adalah perbandingan antara kapasitas aktual dengan kapasitas
teoritis. Efisiensi pengupasan dapat dihitung dengan:
Efisiensi pengupasan dapat dihitung dengan menggunakan Persamaan:
%100xKKE
t
af .....................................................................................(39)
Dimana :
Ef = Efesiensi mesin (%)
Ka = Kapasitas pengupasan aktual (kg/jam)
Kt = Kapasitas teoritis pengupasan (kg/jam)
2.6.5. Kebutuhan Daya
Kebutuhan daya mesin pada saat dioperasikan atau tidak dapat diukur
dengan menggunakan alat pengukur yaitu multimeter yang dapat mengukur arus
dan tegangan sehingga daya yang dihasilkan dapat dihitung dengan menggunakan
rumus:
P = V x I..................................................................................................(40)
Dimana :
P = Daya yang dihasilkan (watt)
V = Tegangan (Volt)
I = Arus ( ampere)
2.6.6.Energi Spesifik Pengupasan
Energi spesifik pengupasan merupakan hasil bagi antara daya pengupasan
dengan kapasitas efektif mesin. Besarnya daya yang diperlukan pada proses
pengupasan didapat dari perkalian antara tegangan dan arus listrik yang nilai
keduanya diukur dengan menggunakan mutimeter.
Energi spesifik pengupasan dapat dihitung dengan menggunakan
Persamaan:
W = ……………………………...……………………………….(41)
26
Dimana :
W = Energi spesifik pengupasan ( kJ/Kg)
P = Kebutuhan daya pengupasan aktual (kW)
Ka = Kapasitas aktual mesin (Kg/jam)
2.6.7. Indeks Unjuk Kerja ( Performance Index)
Performance index merupakan angka yang menunjukan besarnya nilai
kerja unit suatu mesin. Besarnya nilai indeks performasi berkisar 0-1 dan nilai
terbaik mendekati satu (Herwanto, dkk. 1999). Performance index untuk mesin
pengupas antara lain:
Indeks Pengupasan
Indeks pengupasan yang dinyatakan dalam persentase untuk menunjukan
besarnya biji yang terkelupas pada proses pengupasan. Indeks pengupasan dapat
dihitung dengan menggunakan Persamaan:
Ip = MbMaMbxXbMaxXa
........................................................................(42)
Dimana : Ma = Laju massa biji yang terkupas ( Kg/menit)
Mb = Laju massa biji utuh, rusak dan kulit ( Kg/menit)
Xa = Fraksi terkupas
Xb = Fraksi biji utuh, rusak dan kulit
2.6.8. Persentase Susut Hasil
Uji susut adalah pengujian terhadap perbandingan massa bahan yang
masih tertinggal didalam mesin pengupas (melekat pada silinder) dengan massa
yang dimasukkan. Pada pengoperasian mesin pengupas biasanya tidak semua
bahan keluar dari mesin, tetapi ada sebagian bahan yang menempel pada bagian-
bagian mesin. Massa bahan yang menempel tersebut akan mempengaruhi nilai
susut hasil. Uji susut dapat dihitung dengan menggunakan Persamaan(Smith,
2000) persentase susut sebagai berikut :
%100xm
mmPSout
outin ..........................................................................(43)
27
Dimana :
PS = Persentase susut (%)
mout = Massa bahan yang keluar (output) (g)
min = Massa bahan yang masuk (g)
2.6.9. Rendemen
Rendemen yang diinginkan yaitu kedelai yang terkupas baik dalam
keadaan terkupas utuh maupun terkupas belah setelah melalui proses pengupasan.
Pengambilan sampel rendemen dilakukan dengan memisahkan fraksi yang
dihasilkan dari proses pengupasan berupa kedelai terkupas utuh, terkupas belah,
tidak terkupas, rusak dan ampas (kulit ari kedelai). Uji rendemen dilakukan
dengan mempersentasekan biji kedelai yang terkelupas dengan keseluruhan biji
kedelai yang dimasukan kedalam mesin. Semakin besar nilai persentase rendemen
maka kinerja mesin semakin baik. Persentase rendemen dapat dihitung dengan
menggunakan Persamaan(Smith, 2000) sebagai berikut :
%100xmmPR
in
t ...................................................................................(44)
Dimana :
PR = Persentase rendemen bahan (%)
mt = Massa kedelai yang terkelupas (g)
min = Massa kedelai yang dimasukan kedalam mesin (g)
2.7. Kajian Ergonomi
2.7.1. Kebisingan
Kebisingan adalah bunyi-bunyian yang tidak dikehendaki telinga karena
dalam jangka pendek dapat mengurangi ketenangan kerja, mengganggu
konsentrasi, dan menyulitkan komunikasi. Dampak gangguan ini dalam jangka
panjang dapat menyebabkan merusak pendengaran (Sutalaksana dkk, 2006).
Pengukuran tingkat kebisingan menggunakan Sound Level Meter.
Batasan atau tingkat kebisingan yang diperbolehkan oleh OSHA
(Occupational Safety and Health Administration) dapat dilihat pada Tabel 3.
Dimana Tabel 2 menunjukkan bahwa durasi atau lamanya jam kerja, dimisalkan 8
28
jam perhari dengan tingkat kebisingan dibawah 90 dB, dan mengalami penurunan
jam kerja selama 2 jam pada tingkat kebisingan 100 dB.
Batas kebisingan yang diperbolehkan adalah 100 dB dengan pengukuran
lama jam kerja dapat menggunakan PersamaanOSHA dimana mengambil tingkat
kebisingan 90 dB dan 8 jam kerja/hari sebagai acuan awal. Persamaantersebut
adalah sebagai berikut.
Tabel 3. Hubungan Intensitas Kebisingan dengan Lama Jam Kerja per Harinya sesuai dengan Standar tingkat kebisingan berdasarkan OSHA
Sumber: Lehto dan Buck (2008)
Pengukuran lama jam kerja dapat menggunakan PersamaanOSHA dengan
mengambil tingkat kebisingan 90 dB dan 8 jam kerja/hari sebagai acuan awal.
Persamaantersebut adalah sebagai berikut.
590
2
8LT ...........................................................................(45)
Dimana :
T= Lama jam kerja perhari
L= dB pengukuran
Pengukuran tingkat kebisingan yang akan dilakukan saat mesin pengupas
di nyalakan, saat memasukan bahan ke dalam hoper, saat pengambilan hasil
pengupasan di saluran pengeluaran atau bak penampungan. Tingkat kebisingan
yang diukur dari tiga titik tersebut dirata-ratakan lalu dihitung lama jam kerja per
harinya.
Jam Kerja/Hari Tingkat kebisingan (dB) 8 90 6 92 4 95 3 97 2 100 1 102
0,5 110 0,25 115
29
2.7.2 Getaran
Getaran oleh peralatan atau mesin dapat mencapai operator atau pekerja
melalui bebrapa cara, diantaranya getaran yang dihantarkan keseluruh tubuh
pekerja melalui badan mesin yang bergetar yang dikenal dengan istilah whole
body vibration. Cara yang lainnya, getran dihantarkan melalui salah satu bagian
tubuh pekerja yang dalam banyak kasus adalah melalui tangan, pergelangan
tangan, lengan atau melalui kaki yang dikenal dengn istilah hand vibration (
sanders and cormick, 1987)
Dampak atau pengaruh getaran terhadap operator adalah timbulnya
sindroma getaran (vibration sindrome) atau lebih populer dikenal dengan istilah
mati rasa pada tangan atau jari yang disebabkan turunnya aliran darah kejari
tangan atau tangan operator. Untuk mengurangi efek negatif akibat penggunaan
peralatan bergetar dianjurkan untuk tidak melakukan kontak dengan getaran 50%
dari waktu kerja atau direkomendasikan untuk beristirahat setiap 1-1,5 jam dengan
gemastik tangan antara 5-10 menit ( Istigno 1971 diacu dalam satrio 1991).
Secara umum getaran mekanis ini dapat mengganggu tubuh dalam hal :
Mempengaruhi konsentrasi kerja
Mempercepat datangnya kelelahan
Dapat menyebabkan timbulnya beberapa penyakit diantaranya karena
gangguan pada mata, saraf, peredaran darah, otot-otot, tulang dan lain-lain.
Heryanto (1988), menyatakan bahwa untuk mencegah efek yang
ditimbulkan oleh getaran dianjurkan melakukan tindakan pencegahan dengan
melakukan hal-hal berikut:
Pemeriksaan kesehatan awal terhadap operator.
Pekerja dianjurkan untuk menggunakan pakaian yang cukup untuk
melindungi tubuh dari suhu tinggi serta menggunakan sarung tangan
selama menggunakan alat yang bergetar.
Jam kerja diselingi waktu istirahat minimal sepuluh menit tiap satu jam
kerja.
Pemeriksaaan kesehatan berkala minimal setahun satu kali terutama
masalah VWF ( vibrotion- induced white finger)
30
Pengukuran getaran yang dihasilkan mesin dilakukan di beberapa tempat
pengukuran yang cukup mewakili dari keseluruhan getaran pada mesin seperti
rangka mesin, ruang pengupasan, hoper dan outlet. Hasil dari rata-rata nilai
getaran yang dihasilkan kemudian dibandingkan dengan standar dimana yang
dipakai adalah ISO 2372 - ISO ini merupakan pedoman untuk besarnya getaran
pada mesin, mesin dengan daya kecil, terutama untuk motor listrik kurang dari 15
kW.
Tabel 4. ISO 2372 Pedoman Untuk Besarnya Getaran Pada Mesin, Mesin dengan Daya Kecil, Terutama Untuk Motor Listrik Kurang Dari 15 Kw
Good 0 to 0,71 mm/s
Aceptable 0,72 to 1,81 mm/s
Still permissible 1,81 to 4,5 mm/s
Dangerous > 4,5 mm/s
Sumber : Manual Operasional Book of Vibration Meter
31
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Waktu dan Tempat Penelitian
Pengambilan data penelitian dan pelaksanaan penelitian telah dilaksanakan
di UPTD Balai Pengembangan Teknologi Mekanisasi Pertanian Provinsi Jawa
Barat yang terletak di Kecamatan Bojong Pincung, Kabupaten Cianjur dari bulan
November 2009 s.d. Januari 2010.
3.2 Bahan dan Alat Penelitian
3.2.1 Bahan :
1. Kacang Kedelai Impor Cap Jempol Varietas Gunung
2. Air
3.2.2 Alat:
1. Mesin pengupas kulit ari kedelai dengan menggunakan mekanisme
dua buah silinder bergesekan.
2. Timbangan analitik KERN 444-45, kecermatan 0,1 gram dan
kapasitas 600 gram.
3. Timbangan analitik Furi-HITACHI-1000B,maksimal 1000 gram
dengan kecermatan 0,5 gram.
4. Desikator, untuk menstabilkan kadar air bahan agar tidak
bertambah setalah proses pemanasan dengan menggunakan oven..
5. Cawan alumunium sebagai wadah kedelai basah
6. Stop Watch, kecermatan 1/100 detik dan kapasitas 24 jam.
7. Tachometer dengan merk Lutron DT-2236, untuk mengukur RPM
motor penggerak.
32
8. Meteran dengan panjang makimal 5 m, untuk mengukur dimensi
mesin.
9. Jangka sorong dan penggaris untuk mengukur dimensi komponen
mesin
10. Gelas ukur 500 ml, untuk mengukur volume dari kedelai basah
11. Oven elektrik dengan merk Memmert yang berada di Laboratorium
Pasca Panen FTIP UNPAD, untuk mengukur kadar air.
12. Kompor gas dan panci, untuk merebus kedelai
13. Multimeter, untuk mengukur arus dan tegangan
14. Kalkulator Casio fx 991MS, untuk menghitung data yang didapat.
15. Soundlevel Meter dengan merk Lutron SL-4112, untuk mengukur
tingkat kebisingan mesin pengupas kulit ari kedelai
16. Vibration meter dengan merk Lutron VT-8204, untuk mengukur
getaran pada mesin pengupas kulit ari kedelai.
17. Software Autocad 2004, untuk menggambar mesin pengupas kulit
ari kedelai.
3.3 Metode Penelitian
Metode penelitian yang digunakan adalah metode analisis deskriptif, yaitu
melakukan pengukuran, pengamatan dan perhitungan terhadap spesifikasi teknis
dari mesin, kemudian menganalisis dari data tersebut sehingga memperoleh
gambaran mengenai kinerja mesin pengupas kulit ari kacang kedelai yang pada
akhirnya dapat memberikan gambaran tentang kelayakan mesin tersebut.
3.4 Perlakuan
Perlakuan yang diberikan pada percobaan ini yaitu dengan mengubah jarak
celah antar silinder yaitu pada jarak 5, 4, dan 3 mm setiap pengujian mendapat
perulangan sebanyak 5 kali.
33
3.5 Tahapan Penelitian
Gambar 8 Diagram Alir Penelitian
Mulai
Pengkondisian Bahan - Kedelai direbus selama 2 jam - Pegukuran kerapatan kamba kedelai
Persiapan Mesin - Melakukan Pengecekan mesin dan alat yang akan digunakan pada percobaan penelitian
Menimbang massa kedelai hasil rebusan selama 2 jam 2000 gram
Memasukkan sampel kedalam hoper dan waktu pengupasan dihitung
Mengukur rpm motor dan poros pada saat proses pengupasan
Menimbang massa kedelai yang keluar dari outlet
Melakukan uji kinerja meliputi : - Kapasitas teoritis - Kebutuhan daya - Kapasitas aktual - Energi spesifik - Efisiensi Mesin - Indeks unjuk kerja - Susut hasil
Melakukan analisis teknik meliputi :
- Kebutuhan Daya Penggerak - Analisis Sabuk Dan Puli - Diameter Poros - Analisis Rangka - Analisis Pin - Kekuatan Las - Analisis Bantalan
Selesai
Melakukan analisis ergonomi
- Tingkat kebisingan - Getaran
melakukan pengulangan sebanyak 5 kali untuk setiap perlakuan
34
3.6. Analisis Teknik
Prosedur analisis teknik
1. Mengukur dimensi elemen–elemen mesin pengupas kulit ari kedelai
2. Melakukan analisis teknik meliputi :
1. Daya penggerak
Variabel yang diamati antara lain :
Putaran putaran puli, berat silinder pengupas, jari-jari silinder pengupas,
Parameter yang dihitung antara lain:
Daya penggerak mesin dapat dihitung dengan menggunakan Persamaan 1,
momen puntir menggunakan dengan Persamaan 2, gaya tangensial dengan
menggunakan Persamaan 3, daya gesek bahan dengan menggunakan
Persamaan 4 dan daya pengupasan dengan Persamaan 5.
2. Poros
Variabel yang diamati antara lain:
Kecepatan puli silinder pengupas, putaran motor penggerak, panjang poros
dan diameter poros.
Paremeter yang dihitung antara lain:
Daya yang direncanakan dapat dihitung dengan menggunakan Persamaan
7, momen puntir atau momen rencana dapat dihitung dengan
menggunakan Persamaan 8, diameter poros dapat dihitung menggunakan
Persamaan 10, momen torsi dapat dihitung dengan menggunakan
Persamaan 11 dan putaran kritis dapat dihitung dengan menggunakan
Persamaan 12.
3. Pin
Variabel yang diamati antara lain:
Daya, kecepatan putar dan jari-jari poros.
Parameter yang dihitung yaitu :
Diameter dari pin yang digunakan dapat dihitung dengan menggunakan
Persamaan 16.
4. Bantalan
Variabel yang diamati yaitu :
35
Putaran poros
Parameter yang dihitung yaitu :
Umur nominal bantalan, dapat dilihat pada Persamaan 21.
5. Sabuk dan puli (unit transmisi)
Variabel yang diamati antara lain :
Kecepatan putar motor penggerak, diameter motor penggerak, diameter
puli jarak antar poros.
Parameter yang dihitung antara lain :
Kecepatan putaran poros dapat dihitung dengan menggunakan Persamaan
22, panjang sabuk dapat dihitung dengan menggunakan Persamaan 23,
massa sabuk dapat dihitung dengan menggunakan Persamaan 24,
kecepatan linier dapat dihitung dengan menggunakan Persamaan 25 dan
jumlah sabuk dapat dihitung dengan menggunakan Persamaan 30.
6. Rangka
Variabel yang diamati antara lain :
Beban yang ditopang rangka dan panjang kolom rangka.
Parameter yang dihitung antara lain:
Lendutan dapat dihitung dengan menggunakan Persamaan 31, lendutan
yang diizinkan dapat dihitung dengan menggunakan Persamaan 32 dan
beban kritis yang diizinkan dapat dihitung dengan menggunakan
Persamaan 34.
7. Kekuatan las
Variabel yang diamati antara lain :
Tebal dan panjang bidang las
Parameter yang dihitung yaitu:
Gaya yang bekerja pada rangka dapat dihitung dengan menggunakan
Persamaan 35.
3.7 Uji Kinerja
Prosedur pengujian kinerja mesin meliputi :
1. Kapasitas Pengupasan Teoritis
Variabel yang diamati antara lain :
36
Kecepatan putaran poros, jarak antar celah, panjang silinder dan diameter
poros.
Parameter yang dihitung antara lain:
Kapasitas teoritis dapat di hitung dengan menggunakan Persamaan 37.
2. Kapasitas aktual pengupasan
Variabel yang diamati antara lain :
Berat kedelai yang keluar dari saluran pengeluaran dan waktu pengupasan
Parameter yang dihitung yaitu:
Kapasitas pengupasan aktual dapat dihitung dengan menggunakan
Persamaan 38.
3. Efisiensi pengupasan
Variabel yang diamati antara lain:
Kapasitas pengupasan aktual dan kapasitas pengupasan teoritis.
Paremeter yang dihitung yaitu:
Efisiensi mesin dapat dihitung dengan menggunakan Persamaan 39.
4. Kebutuhan daya mesin (Watt)
Variabel diamati antara lain :
Tegangan dan arus ketika mesin dioperasikan.
Parameter yang dihitung yaitu:
Kebutuhan daya mesin dapat dihitung dengan menggunakan Persamaan
40.
5. Energi Spesifik Pengupasan
Variabel yang diamati antara lain :
Kebutuhan daya aktual dan kapasitas aktual.
Parameter yang dihitung yaitu:
Energi spesifik pengupasan dapat dihitung dengan menggunakan
Persamaan 41.
6. Indeks Unjuk Kerja
Variabel yang diamati antara lain :
Massa kedelai yang terkupas baik utuh maupun terbelah dan massa kedelai
yang tidak terkupas (masih utuh dengan kulit ari)
Parameter yang dihitung yaitu:
37
Indeks unjuk kerja dapat dihitung dengan menggunakan Persamaan 42.
7. Persentase Susut Hasil
Variabel diamati antara lain :
Massa bahan kedelai yang keluar dan massa bahan kedelai yang masuk
Parameter yang dihitung yaitu:
Persentase susut hasil dapat dihitung dengan menggunakan Persamaan 43.
8. Rendemen pengupasan
Variabel yang diamati antara lain :
Massa kedelai yang terkupas dan massa kedelai yang masuk.
Parameter yang dihitung yaitu:
Rendemen pengupasan dapat dihitung dengan menggunakan Persamaan
44.
3.7.1 Pengujian Kapasitas Aktual dan Rendemen
Pengujian kapasitas aktual pengupasan dan rendemen dengan cara
1. Menimbang kedelai yang akan dikupas
2. Memasukan kedelai kedalam hoper
3. Menimbang hasil yang keluar dari saluran pengeluaran
4. Mencatat waktu selama proses berlangsung hingga mesin tidak
mengeluarkan kedelai lagi
5. Melakukan pengulangan sebanyak 5 kali dengan menggunakan 2000 gram
kedelai dengan 3 perlakuan jarak antar celah yang berbeda 5, 4 dan 3 mm
6. Menimbang dan merata-ratakan hasil output tiap percobaan begitu pula
dengan waktunya
7. Menghitung rendemen tiap perlakuan dan ulangan
8. Menghitung kapasitas aktual mesin tiap perlakuan
3.7.2 Pengujian Kualitas Kupasan
Cara pengujian kualias kupasan kedelai yaitu
1. Hasil dari proses pengupasan akan diambil sampel untuk pengujian
kualitas kupasan.
38
2. Hasil yang diharapkan yaitu kedelai yang terkelupas bersih kulit arinya
dalam keadaan utuh maupun terbelah.
3. Timbang kedelai yang terkelupas baik, terkupas belah, rusak dan utuh
(tidak terkelupas) kemudian dipersentasekan
4. Semakin banyak kedelai yang terkelupas baik utuh maupun belah dan
semakin sedikit kedelai yang hancur dan utuh maka kualitas output mesin
semakin bagus.
3.8 Pengamatan Ergonomi
Pengukuran dalam pengujian ergonomi dilakukan dengan mengamati atau
menghitung nilai dari kebisingan dan getaran yang dihasilkan dari mesin
pengupas kulit ari kedelai.
1. Tingkat bisingan
Pengukuran tingkat kebisingan dilakukan pada tiga titik pengamatan,
yaitu: saat mesin penggerak dinyalakan, saat memasukkan bahan ke dalam hoper,
saat pengambilan kedelai dari saluran pengeluaran. Perhitungan lama waktu kerja
per hari akibat pengaruh kebisingan menggunakan Persamaan 45.
2. Getaran
Pengukuran getaran yang dihasilkan mesin dilakukan di rangka, hoper dan
dinding ruang pengupasan, hasil rata-rata dari ketiga tempat pengukuran
kemudian dibandingkan dengan standar dimana yang dipakai adalah ISO 2372-
ISO pedoman untuk besarnya getaran mesin, mesin dengan daya kecil, terutama
untuk motor listrik kurang dari 15 kW.
39
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Analisis Teknik
4.1.1. Kebutuhan Daya Penggerak
Kebutuhan daya penggerak dihitung untuk mengetahui apakah daya yang
tersedia dapat menggerakkan silinder pengupas secara perhitungan atau teoritis
dengan menggunakan rumus sehingga mesin dapat beroperasi atau bekerja.
Kebutuhan daya total secara teoritis dengan menggunakan perhitungan pada
Persamaan 6 sebesar 167,67 Watt atau 0,22 Hp dari hasil tersebut, maka secara
teoritis motor penggerak tersebut dapat berputar dengan daya sebesar 0,22 Hp.
Adapun daya yang tersedia dari motor penggerak sebesar 186,5 watt atau
0,25 Hp. Dengan demikian kebutuhan daya tercukupi secara teoritis untuk dapat
berputar atau dapat menggerakkan silinder. Perhitungan dapat dilihat pada
Lampiran 1.
4.1.2.Analisis Poros
Pengukuran analisis poros bertujuan untuk mengetahui apakah poros yang
digunakan secara aktual sudah sesuai dengan perhitungan poros secara teoritis.
Untuk mengetahui kelayakan dari poros tersebut ada tiga komponen yang menjadi
dasar pertimbangan antara lain diameter poros, putaran kritis dan defleksi yang
dihasilkan dari putaran poros tersebut. Untuk mengetahui perbandingan antara
hasil secara aktual dengan perhitungan dapat dilihat pada Tabel 5.
Tabel 5. Perbandingan data spesifikasi teknis dan aktual hasil perhitungan
Parameter Spesfikasi teknis Aktual hasil perhitungan Diameter poros 17 mm 15,5 mm Defleksi puntiran - 0,1420
Putaran Poros = 340 rpm Kritis =1490,16 rpm
40
Gambar 9 Defleksi Puntiran
Dari Tabel 5 dapat dilihat bahwa ketiga parameter yang menjadi dasar
poros layak atau tidak digunakan sudah terpenuhi sehingga poros masih layak
digunakan. Diameter poros yang digunakan oleh mesin pengupas kulit ari kacang
kedelai secara aktual sebesar 17 mm lebih besar dibandingkan dengan batas
minimal diameter poros yang dapat digunakan yaitu 15,5 mm.
Defleksi puntiran berdasarkan beban yang diterima seperti adanya
pemasangan puli, sprocket/rantai, roda gigi, silinder pengupas dan putaran yang
dihasilkan oleh poros dapat mengakibatkan poros berubah bentuk. Pada poros
mesin pengupas ini terjadi defleksi sebesar 0,1420 sedangkan batas maksimal dari
defleksi yang diijinkan adalah 0,25 sampai 0,30o.
Sedangkan untuk parameter yang ketiga yaitu putaran kritis, berdasarkan
hasil perhitungan mengenai batas putaran kritis yang dihasilkan ketika mesin
beroperasi dengan kecepatan tertentu dapat mengakibatkan poros patah dengan
batas tertentu. Untuk putaran kritis poros silinder pada mesin pengupas kulit ari
kacang kedelai diperoleh putaran kritis sebesar 1490,16 sedangkan menurut
standar untuk putaran aktual tidak boleh melebihi 80 persen dari putaran kritis
yang dihasilkan. Untuk mesin ini kecepatan putar poros silinder yang digunakan
yaitu 340 rpm dan 80 persen dari putaran kritis 1.192 rpm. Oleh karena itu putaran
poros silinder pengupas mesin pengupas kulit ari kedelai masih jauh dari standar
putaran kritis sehingga aman untuk digunakan dalam pengoprasiannya.
Perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 1.
4.1.3.Analisis Pin
Pin digunakan untuk menetapkan bagian-bagian mesin agar tidak bergeser,
pada mesin pengupas kulit ari kacang kedelai ini bagian-bagian yang
menggunakan pin antara lain pada poros motor penggerak, sprocket, puli dan roda
41
gigi. Dengan menggunakan Persamaan 16 maka dapat dihitung diameter pin pada
bagian-bagian tersebut.
Gambar 10 Tata Letak Pin di Komponen Mesin
Tabel 6. Nilai Diameter Hitung dengan Diameter Aktual yang Dipengaruhi Oleh Kecepatan Putar dan Diameter Poros.
Kecepatan putar, rpm
Diameter poros, mm
Diameter Aktual
hitung, mm
Diameter dari
spesifikasi teknis , mm
Motor penggerak 1400 63 3,43x10-3 7 Puli 340 17 7,2 7
Sprocket 340 17 7,2 7 Roda gigi 591,6 17 5,48 7
Diameter pin yang digunakan pada ketiga bagian tersebut secara aktual
sebesar 7 mm. Untuk pin yang terdapat pada motor penggerak dan roda gigi
diameter pin hasil perhitungan lebih kecil dari diameter pin yang digunakan secara
sehingga aman digunakan. Pada pin yang mengikat puli pada poros dan juga
sprocket tidak berbeda jauh nilai diameternya sehingga masih aman untuk
digunakan, namun disarankan pin pada puli dan sprocket diganti dengan pin yang
lebih besar dari 7,2 mm agar tidak mengalami pergeseran ketika mesin beroperasi.
Perhitungan lebih lengkap pada Lampiran 1.
4.1.4.Analisis Bantalan
Batalan merupakan suatu komponen mesin yang berfungsi untuk
menopang dari putaran pada poros sehingga putaran atau gerakan bolak-baliknya
dapat berlangsung secara halus, aman dan panjang umur.
Jenis bantalan yang digunakan untuk menahan poros silinder pengupas
adalah bantalan gelinding dengan nomor P6005 bantalan ini memiliki nilai
42
kapasitas nominal dinamis spesifik C sebesar 790 kg. jenis beban yang di topang
oleh bantalan merupakan beban radial.
Dengan menghitung faktor kecepatan putar dan factor umur bantalan maka
umur bantalan yang dapat dihitung dengan menggunakan Persamaan 21 yaitu
670.959,86 jam. Sedangkan rata-rata untuk umur bantalan pada mesin pertanian
adalah 3000 jam, sehingga bantalan yang digunakan untuk menopang poros
silinder pengupas tersebut layak digunakan. Perhitungan selengkapnya dapat
dilihat pada Lampiran 1.
4.1.5.Analisis Unit Transmisi
Unit transmisi merupakan bagian mesin yang digunakan untuk
menyalurkan putaran dari motor penggerak ke silinder pengupas.
Berdasarkan kenyataan atau secara aktual sabuk yang digunakan oleh
mesin pengupas kulit ari kedelai ini menggunakan satu buah sabuk dengan sabuk
V tipe A dengan luas penampang sabuk 83x10-6m2. Sabuk ini akan
mentransmisikan kecepatan putar dari motor penggerak sebesar 1400 rpm untuk
memutarkan poros silinder pengupas dan berdasarkan perhitungan maka besarnya
kecepatan poros silinder pengupas sebesar 340 rpm.
Dengan menggunakan perhitungan yang dapat dilihat pada Lampiran 1,
sabuk memiliki panjang keliling (L) sebesar 1539,804 mm, massa sabuk sebesar
0,10375 kg, kecepatan linier sabuk sebesar 4,98 m/s. Besarnya tegangan sabuk
sisi tarik ( T1 ) sebesar 141,1 N dan tegangan sisi kendor T2, 15,36 N. Dari hasil
perhitungan dengan menggunakan Persamaan 29 diperoleh bahwa 1 buah sabuk
dapat menyalurkan daya sebesar 626,18 W sedangkan daya yang akan
ditrasnmisikan sebesar 0,25 Hp atau 186,5 W oleh karena itu, 1 buah sabuk dapat
digunakan untuk menstransmisikan daya tersebut.
4.1.6. Analisis Kekuatan Rangka
Pada mesin pengupas kulit ari kedelai rangka yang digunakan yaitu rangka
yang terdiri dari besi siku sama berukuran 35 x 35 x 3 mm. dimana panjang
rangka tegak yang digunakan yaitu 580 mm dan panjang baris 258 mm. Beban
43
yang ditopang oleh rangka sebesar 37,04 kg. Berdasarkan hasil perhitungan
dengan menggunakan Persamaan 31 maka lendutan yang terjadi pada rangka
akibat beban yang ditopangnya adalah 0,027 mm sedangkan lendutan yang
diizinkan berdasarkan Persamaan 32 yaitu sebesar 0,86 mm, sehingga nilai dari
lendutan yang terjadi akibat beban yang ditopang lebih kecil dari pada lendutan
yang diizinkan maka rangka dalam keadaan aman untuk digunakan.
Beban kritis yang mampu ditopang oleh kolom berdasarkan perhitungan
dengan menggunakan Persamaan 34 adalah 53948,4 N. Sedangkan beban yang
ditopang kolom secara aktual adalah 363,4 N, sehingga dengan demikian kolom
yang dibuat secara teknis layak digunakan. Perhitungan lebih lengkap dapat
dilihat pada Lampiran 1.
4.1.7. Analisis Kekuatan Las
Rangka penopang mesin pengupas kulit ari kedelai ini di las dengan
menggunakan tipe las jenis tumpang. Beban yang ditopang oleh sambungan las
sebesar 37,04 kg atau 36,4 N, tebal bidang las sebesar 2 mm dengan panjang
bidang las 35 mm, tegangan izin untuk logam dasar sebesar 145 MPa.
Kekuatan las yang dihitung dengan menggunakan Persamaan35 sebesar
10150 N. Kekuatan las tersebut lebih besar dari pada gaya yang bekerja pada
rangka sebesar 358 N, sehingga dengan demikian kekuatan las ini dapat
menopang beban yang diterima oleh rangka perhitungan lebih lengkap dapat
dilihat pada Lampiran 1.
4.2.Uji Kinerja
4.2.1. Kapasitas Teoritis
Kapasitas teoritis merupakan perhitungan kapasitas yang dapat dilakukan
oleh mesin berdasarkan perhitungan yang melibatkan bagian-bagian dari mesin
dan juga bahan yang digunakan.
Dari hasil perhitungan yang dilakukan dengan menggunakan Persamaan
37 kapasitas teoritis dari ke tiga perlakuan dapat dilihat pada Tabel 5.
44
Tabel 7. Faktor yang Mempengaruhi Perbedaan Hasil Dari Kapasitas Teoritis
Perlakuan Jarak celah, mm Kecepatan, rpm Kapasitas teoritis, kg/jam
1 5 318,9 2831 2 4 313,5 2227 3 3 312,7 1666
Berdasarkan Tabel 7 dapat dilihat kapasitas teoritis yang dihasilkan oleh
setiap perlakuan. Untuk kapasitas teoritis terbesar terjadi pada perlakuan satu
sebesar 2831 kg/jam karena jarak antar celah dari perlakuan satu lebih besar
dibandingkan dengan kedua perlakuan lainnya. Sehingga kedelai basah mudah
untuk keluar dari proses pengupasan dengan dua silinder berputar tersebut. Selain
itu besarnya kecepatan putar dari silinder pengupas juga mempengaruhi besarnya
kapasitas teoritis mesin.
4.2.2. Kapasitas Aktual Mesin
Kapasitas pengupasan merupakan hasil pengupasan yang dicapai dalam
selang waktu tertentu. Perhitungan kapasitas aktual mesin dapat dilihat pada
Persamaan38.
Data untuk kapasitas aktual mesin berdasarkan ketiga perlakuan yang
diberikan dapat dilihat padaTabel 8.
Tabel 8. Kapasitas Aktual Mesin Berdasarkan ke Tiga Perlakuan
Perlakuan Kapasitas Aktual Mesin (kg/jam) Rata-rata Standar deviasi 1 2 3 4 5
1 (5 mm) 513 509,5 486 460 485,1 490,7 21,4 2 (4 mm) 378,5 425,2 394,4 397,8 422,1 403,6 23,7 3 (3 mm) 276,9 311,7 310,6 303,8 370,5 314,7 34,2
Berdasarkan Tabel 8 dapat dilihat bahwa perlakuan dengan jarak celah 5
mm memperoleh kapasitas aktual mesin pengupasan terbesar yaitu 490,7 kg/jam.
Besarnya hasil kapasitas aktual pada perlakuan 1 dikarenakan waktu yang
dibutuhkan untuk proses pengupasan kulit ari kedelai relative singkat jika
dibandingkan dengan ke dua perlakuan lainnya. Waktu proses pengupasan yang
singkat ini disebabkan karena jarak celah yang tidak terlalu sempit jika
45
dibandingkan dengan diameter kedelai basah yang diproses sehingga kedelai
dapat dengan mudah lolos pada proses pengupasan.
4.2.3. Efisiensi Mesin
Efisiensi mesin dapat dihitung dengan membagi antara kapasitas aktual
dengan kapasitas teoritisnya. Nilai kapasitas aktual diperoleh dari hasil
pengamatan massa total kedelai yang keluar dari saluran pengeluaran dengan lama
proses pengupasan. Sementara itu kapasitas teoritis di peroleh dari perkalian
antara jarak antar celah, kecepatan putar silinder dan keliling dari silinder
pengupas dan densitas dari kedelai. Nilai efisiensi mesin dari ketiga perlakuan
yang diberikan dapat dilihat pada Tabel 9.
Tabel 9. Efisiensi Mesin
Efisiensi Mesin
Perlakuan Jarak antar celah, mm Efisiensi %
1 5 17,3
2 4 18,12
3 3 18,9
Dari Tabel 9. Dapat dilihat bahwa untuk perlakuan 3 diperoleh efisiensi
mesin terbesar 18,9 persen, namun nilai efisiensi mesin pengupasan ini masih
kecil dikarenakan beberapa hal antara lain mekanisme yang digunakan yaitu dua
buah silinder yang bergesekan, bidang gesek mekanisme ini terdiri dari dua buah
rol yang memiliki bedang gesek yang sangat kecil sehingga efisiensi dari mesin
menjadi kecil (Bernards, 2006). Kapasitas teoritis yang terlalu besar ini
dipengaruhi oleh kecepatan yang dihasilkan silinder pengupas sangat besar dan
diasumsikan kedelai yang masuk kedalam ruang pengupasan menempati semua
bagian dari silinder atau volume ruangan diasumsikan terisi penuh. Namun dalam
kenyataannya atau kapasitas aktual kedelai ketika dimasukkan kedalam silinder
tidak terisi penuh karena apabila ruang pengupasan terisi penuh terjadi
penyumbatan kedelai dan mengakibatkan tidak berputarnya silinder pengupas
46
(terjadi penurunan kecepatan putar silinder). Perhitungan lebih lengkap dapat
dilihat pada Lampiran 1.
4.2.4.Kebutuhan Daya
Kebutuahn daya diperoleh berdasarkan perkalian antara arus dan tegangan
yang dihasilkan pada saat mesin beroperasi. Pengukuran arus dan tegangan
dilakukan dengan menggunakan multimeter sebagai alat pengukurannya. Hasil
pengukuran kebutuhan daya dari ketiga pelakuan dapat dilihat pada Tabel 9.
Tabel 10. Kebutuhan Daya Aktual
Kebutuhan Daya
Perlakuan Jarak antar celah, mm Kebutuhan Daya, Watt
1 5 165
2 4 160,2
3 3 156,2
Dikarenakan beban yang diberikan sama maka daya yang dihasilkan pun
tidak berbeda jauh, sedangkan yang membedakan daya tersebut yaitu arus yang
dihasilkan. Daya yang diperlukan dari ketiga perlakuan tidak melebihi daya yang
dimiliki oleh motor penggerak yaitu 0,25 Hp atau 168,5 watt. Oleh karena itu
daya yang tersedia pada motor penggerak memenuhi kebutuhan daya untuk proses
pengupasan.
4.2.5.Energi Spesifik Pengupasan
Energi spesifik pengupasan bertujuan untuk mengetahui besarnya energi
yang diperlukan untuk mengupas kulit ari kedelai sebanyak 1 kg. Berdasarkan
hasil daya yang diperlukan untuk melakukan pengupasan maka dapat diperoleh
pula energi spesifik pengupasannya dimana energi spesifik diperoleh dari hasil
bagi antara daya yang dihasilkan dengan kapasitas aktual pengupasan seperti yang
terlihat pada Lampiran 2. Energi spesifik pengupasan dapat dilihat pada Tabel 11.
47
Tabel 11 Energi Spesifik
Energi Spesifik
Perlakuan Jarak celah, mm Energi Spesifik , kJ/kg
1 5 1,21
2 4 1,43
3 3 1,78
Energi spesifik digunakan untuk menghasilkan satu kilogram kedelai
terkupas dari ketiga perlakuan yang digunakan energi spesifik terkecil terjadi pada
perlakuan 1 sebesar 1,21 kJ/kg. Pemilihan perlakuan terbaik untuk energi spesifik
yaitu penggunaan energi terkecil karena dapat meminimalkan energi yang
digunakan dalam proses pengupasan. Nilai energi spesifik pengupasan dapat
dilihat pada Lampiran 2.
4.2.6.Indeks Unjuk Kerja
Indeks unjuk kerja merupakan angka yang menunjukkan besarnya nilai
kerja suatu mesin tujuan dari penggunaan indeks unjuk kerja ini yaitu untuk
mengetahui atau menilai efiktifitas dan kinerja dari mesin yang diuji. Berdasarkan
Persamaan 42 diperoleh nilai indeks unjuk kerja untuk mesin pengupas kulit ari
kedelai untuk ketiga perlakuan dapat dilihat pada Tabel 12.
Tabel 12. Indeks Unjuk Kerja Indeks Unjuk Kerja
Perlakuan Jarak antar celah, mm
Indeks Unjuk Kerja
Aktual hasil perhitungan Teoritis
1 5 0,5 1
2 4 0,56 1
3 3 0,51 1
Nilai indeks unjuk kerja ini dipengaruhi oleh 2 hal yaitu besarnya kedelai
yang terkupas (terkupas utuh maupun terkupas belah) dengan kedelai yang tidak
terkupas (utuh dengan kulit ari), rusak, kulit ari. Nilai unjuk kerja terbesar terjadi
48
pada perlakuan 2 sebesar 0,56. Besarnya nilai indeks unjuk kerja pada perlakuan 2
dikarenakan jumlah massa yang diinginkan (terkupas) lebih besar dibandingkan
dengan massa kedelai yang tidak diinginkan (kedelai utuh, rusak dan ampas). Dari
ketiga perlakuan yang berikan pada penelitian ini menunjukkan hasil yang kurang
baik karena nilai unjuk kerja seharusnya mendekati angka satu agar dapat
dikatakan baik sedangkan pada penelitian ini angka unjuk kerja berkisar 0,5
karena fraksi yang dihasilkan oleh mesin lebih kecil dibandingkan dengan fraksi
yang tidak diinginkan. Perhitungan indeks unjuk kerja dapat dilihat pada
Lampiran 2.
4.2.7. Persentase Susut Hasil
Pesentase susut hasil adalah persentase biji kedelai yang tercecer atau
masih menempel pada mesin, terhadap total berat kedelai yang dimasukan
kedalam hoper. Besarnya persentase susut hasil dihitung dengan menggunakan
Persamaan 43. Hasil perhtungan untuk persentase susut hasil dapat dilihat pada
Tabel 13.
Tabel 13. Persentase Susut Hasil
Persentase Susut Hasil
Perlakuan Jarak antar celah, mm Persentase Susut Hasil, %
1 5 5,9
2 4 2.45
3 3 8,2
Dari Tabel 13 dapat dilihat bahwa nilai susut hasil yang terkecil yaitu pada
perlakuan 2 sebesar 2,45 persen dengan jarak celah 4 mm pada perlakuan ini
jumlah kedelai yang menempel di ruangan pengupasan dan tercecer relative
sedikit dibandingkan dengan kedua perlakuan lainnya, namun nilai susut untuk
proses pengupasan ini masih besar karena nilai susut harus di minimalkan sekecil
mungkin untuk memperoleh hasil yang maksimal.
49
4.2.8. Rendemen
Redemen pengupasan dihitung dengan membandingkan antara massa
kedelai yang keluar dari saluran pengeluaran dengan massa kedelai yang
dimasukkan ke dalam mesin. Kedelai yang dimasukkan kedalam rendeman hasil
yaitu kedelai yang terkupas, baik utuh maupun terkupas belah. Hasil rendemen
dari proses pengupasan kulit ari kedelai berdasarkan perlakuan yang diberikan
dapat dilihat pada Tabel 14.
Tabel 14. Rendemen Proses
Rendemen proses
Perlakuan Jarak antar celah, mm Rendemen proses, %
1 5 42,87
2 4 64,72
3 3 40
Dari Tabel 14 dapat dilihat nilai rendemen tertinggi pada perlakuan 2 yaitu
64,72 persen jika dibandingkan dengan kedua perlakuan lainnya. Hal ini
dikarenakan jarak antar celah pada perlakuan 2 tidak berbeda jauh dengan
diameter kedelai basah yang akan dikupas kulit arinya. Pada perlakuan 2 ini hasil
kupasan dari kedelai basah baik dalam keadaan utuh maupun terbelah lebih besar
dibandingkan dengan kedelai utuh dan rusak akibat proses pengupasan.
4.2.9.Pembobotan Parameter Uji Kinerja
Pembobotan parameter uji kinerja dilakukan untuk mengetahui perlakuan
terbaik dari ketiga perlakuan yang diberikan pada penelitian yang dilakukan dan
juga dapat dijadikan sebagai Standard Operation Procedure. Pembobotan
dilakukan dengan memberikan nilai satu sampai lima yang disesuaikan dengan
standar uji mesin penyosoh beras.
Hasil pembobotan terbesar akan diambil sebagai perlakuan terbaik. Hasil
pembobotan dapat dilihat pada Tabel 15.
50
Tabel 15. Pembobotan Parameter Uji Kinerja
Parameter Skor (a) SNI
Perlakuan 1 (5mm) 2 (4mm) 3 (3mm)
Skor b
Nilai (axb) Skor
c Nilai (axc) Skor
d Nilai (axd)
Kapasitas aktual 3 500
kg/jam 490,7
kg/jam 4 12 403,6 kg/jam 4 12 314,7
kg/jam 3 9
Efisiensi mesin 2 85-90% 17,3% 1 2 18,12
% 1 2 18,9 % 1 2
Daya aktual 2 186,5 w 165 w 5 10 160,2
w 5 10 156,2 w 5 10
Indeks unjuk kerja 1 1 0,5 3 3 0,56 3 3 0,51 3 3
Rendemen 3 85-95% 42,87% 2 6 64,72% 3 9 40% 2 6 Susut hasil 1 1 % 5,9 % 3 3 2,45% 4 4 8,2% 2 2
Jumlah 36 40 32 Sumber : Standar Uji Mesin Penyosoh Beras.
Berdasarkan Tabel 15 dapat dilihat bahwa nilai pembobotan terbesar yaitu
perlakuan 2 sebesar 40 poin dengan jarak antar celah yang diberikan sebesar 4
mm. Dengan demikian perlakuan terbaik pada penelitian ini yaitu perlakuan 2.
4.3.Kajian Ergonomi
4.3.1 Tingkat Kebisingan.
Pengukuran tingkat kebisingan pada mesin pengupas kulit ari kedelai
dilakukan dengan mengukur pada ketiga titik pengamatan yaitu pada saat mesin
dinyalakan, saluran pemasukan atau hoper, dan saat pengambilan hasil kupasan
saluran pengeluaran. Ketiga tempat ini digunakan sebagi titik pengamatan karena
operator bekerja di ketiga titik pengamatan tersebut yang menghasilkan suara
cukup besar. Pengukuran dilakukan dengan menggunakan alat pengukur tingkat
kebisingan yaitu Sound Level Meter, dari data yang diperoleh alat tersebut maka
dapat dihitung batas waktu kerja dari operator.
Pemberian batas waktu kerja ini bertujuan untuk menghindari operator
yang bekerja selama selang waktu tertentu mengalami gangguan baik
pendengaran atau pun gangguan kesehatan lainnya akibat dari tingkat kebisingan
51
yang dihasilkan oleh mesin. Hasil kebisingan dan lamanya jam kerja dapat dilihat
pada Tabel 16.
Tabel 16. Tingkat Kebisingan Perlakuan Jarak celah,mm Tingkat kebisingan,dB Jam kerja, jam/hari
1 5 89,18 8,96 2 4 89,6 8,45 3 3 89,94 8,06
Berdasarkan hasil pengukuran diperoleh rata-rata tingkat kebisingan dari
tiga buah perlakuan yang diberikan adalah perlakuan 1 (5mm) sebesar 89,18 dB,
perlakuan 2 (4 mm) sebesar 89,6 dB dan perlakuan 3 (3 mm) sebesar 89,94 dB.
Dari ketiga hasil ini tidak berbeda jauh, begitu juga dengan kebisingan yang
dihasilkan ketika mesin bekerja tanpa beban yaitu sebesar 88,12 dB. Dari nilai
kebisingan ini dilakukan perhitungan lama waktu kerja yang dapat dilakukan oleh
operator perhitungan dapat menggunakan Persamaan 45. Dari hasil perhitungan
diperoleh lama waktu kerja untuk perlakuan 1 sebesar 8,96 jam/hari, perlakuan 2
sebesar 8,45 jam/hari dan perlakuan 3 sebesar 8,06 jam.
Asumsi yang dipakai yaitu jam kerja dilakukan selama 8 jam dengan
tingkat kebisingan 90 dB sebagai acuan awal. Dari hasil perhitungan tersebut
dapat terlihat bahwa mesin ini dapat digunakan atau dioperasikan oleh operator ±
8 jam per harinya. Dalam kenyatannya setelah proses pegupasan berlangsung
suara yang dihasilkan cukup besar sehingga membuat pendengaran sedikit
terganggu. Berdasarkan hasil keputusan menteri tenaga kerja mengenai nilai
ambang batas faktor fisika ditempat kerja nilai ambang batas tingkat kebisingan
ditempat kerja tidak lebih dari 140 dB.
4.3.2. Getaran
Pengukuran getaran yang dihasilkan oleh mesin ketika beroperasi
merupakan getaran mekanis karena terjadi akibat getaran oleh alat-alat mekanis.
Pengukuran getaran dilakukan di 3 titik pengamatan yang memiliki getaran
terbesar yaitu rangka mesin, ruang pengupasan, hoper dan outlet yang mewakili
dari keseluruhan mesin. Hasil dari setiap pengukuran kemudian dirata-ratakan dan
52
menjadi 1 hasil untuk setiap perlakuannya. Untuk hasil pengukuran getaran dapat
dilihat pada Tabel 17.
Tabel 17. Nilai Getaran Bedasarkan Perlakuan yang Diberikan Perlakuan Getaran mm/s
1 (5mm) 12,26
2 (4mm) 12,86
3 (3mm) 12,78
Kosong 11,7
Dari Tabel 17 tersebut dapat dilihat nilai dari getaran yang dihasilkan oleh
mesin kemudian di baca oleh alat pengukur getaran yaitu Vibration Meter. Untuk
menentukan kelayakan getaran yang dihasilkan oleh mesin pengupas kulit ari
kedelai ini, maka nilai getaran harus dibandingkan dengan standar getaran yaitu
dengan menggunkan ISO 2372 yang terdapat dalam Manual Operasional Book of
Vibration Meter seperti yang terdapat pada Tabel 3. Dimana rata-rata dari getaran
yang dihasilkan sebesar 12,6 mm/s.
Getaran dengan nilai sebesar ini dimasukkan kedalam kualifikasi
berbahaya karena melebihi batas minimal dari getaran apabila menggunakan
motor dengan daya kurang dari 15 kW yaitu 4,5 mm/s. Getaran ini dapat terjadi di
akibatkan karena putaran silinder atau poros pengupas yang besar, tidak kuatnya
pengikat antar komponen mesin, adanya gesekan-gesekan antara dua permukaan.
4.4.Kelayakan Analisis Teknik
Penentuan kelayakan analisis teknik ini bertujuan untuk mengetahui
perbandingan antara hasil perhitungan secara teoritis dengan kondisi aktual dari
mesin pengupas kulit ari kacang kedelai yang telah dirancang bangun oleh UPTD
BPT Mekanisasi Pertanian Jawa Barat. Dari Tabel 18 dapat terlihat kelayakan dari
setiap komponen pendukung mesin secara teknis dan syarat yang harus dipenuhi
untuk dapat dikatakan layak atau tidak komponen-komponen tersebut digunakan.
Apabila berdasarkan keterangan Tabel 18 dinyatakan memenuhi maka komponen
tersebut telah memenuhi syarat kelayakan sedangkan apabila tidak memenuhi
maka komponen tersebut tidak layak digunakan dan disarankan untuk
53
menggantinya dengan yang lebih baik sehingga pada akhirnya komponen-
komponen pendukung dari mesin dalam melakukan kerja dengan baik sehingga
menghasilkan kinerja yang optimal.
Tabel 18. Kelayakan Analisis Teknik Mesin Pengupas Kulit Ari Kacang Kedelai
Parameter Spesifikasi teknis
Aktual hasil perhitungan
Keterangan Kesimpulan
Kebutuhan daya
penggerak 0.25 Hp 0.22 Hp
Secara aktual mesin dapat dioperasikan dengan motor penggerak berdaya 0,22 Hp berdasarkan hasil perhitungan, namun motor 0,22 hp tidak ada di pasaran sehingga motor yang digunakan yaitu motor listrik 0,25 Hp.
Memenuhi
Poros
Diameter 17 mm 15,5 mm
Diameter poros hasil perhitungan lebih kecil dari diameter poros yang digunakan sehingga poros aman digunakan
Memenuhi
Defleksi puntiran - 0,1420
Syarat defleksi puntiran poros menurut Sularso dan Suga yaitu 0.250-0.30, dari hasil perhitungan defleksi puntiran lebih kecil dibandingkan dengan syarat yang diizinkan.
Memenuhi
Putaran Poros 340 rpm Kritis
1490,16 rpm
Syarat putaran poros pada spesifikasi teknis menurut Sularso dan Suga tidak melebihi 80 persen dari putaran kritis pada aktual hasil perhitungan
Memenuhi
PIN Motor
penggerak 7 mm 3,43x10-
3mm Untuk menghindari pin patah yang dapat mengakibatkan terganggunya kerja mesin maka diameter pin hasil perhitungan ( aktual) lebih kecil dari diameter pin spesifikasi teknis.
Memenuhi
Puli 7 mm 7,2 mm Tidak Sprocket 7 mm 7,2 mm Tidak
Roda gigi 7 mm 5,48 mm Memenuhi
Bantalan
Umur bantalan
670.959,86 jam
Menurut Sularso dan Suga syarat umur bentaklan untuk mesin pertanian lebih besar dari 3000 jam
Memenuhi
Unit transmisi Jumlah sabuk 1 buah 0,29 Jumlah sabuk aktual hasil Memenuhi
54
perhitungan 0.29 sehingga sabuk yang digunakan dibulatkan menjadi 1 buah sabuk.
Rangka
Lendutan 0,026 mm
Syarat lendutan yang diizinkan 0,86 mm. lendutan hasil perhitungan lebih kecil dari lendutan yang diizinkan sehingga rangka aman.
Memenuhi
Beban kritis kolom
363,4 N 53948,4 N
Syarat beban kritis kolom maksimal 53948,4 N. sedangkan dari hasil beban yang ditopang rangka 363,4 N sehingga rangka aman.
Memenuhi
LAS
Beban yang ditopang
363,4 N 10150 N
Syarat beban yang ditopang las maksimal 10150 N. sedangkan dari hasil beban yang ditopang rangka 363,4 N sehingga kekuatan las aman.
Memenuhi
55
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
1. Berdasarkan komponen pendukung untuk kelayakan dari pengujian analisis
teknik secara aktual antara lain kebutuhan daya penggerak 0.25 Hp,
diameter poros 17 mm, diameter pin 7 mm, umur bantalan 670.959,86 jam,
unit transmisi dengan 1 buah sabuk, kekuatan rangka 53.948,4 N dan
kekuatan las 10.150 N. Mesin pengupas kulit ari kacang kedelai belum
layak digunakan karena terdapat komponen yang masih diluar batas yang
diizinkan yaitu diameter pin pada puli dan sprocket menurut spesifikasi
teknis sebesar 7 mm sedangkan diameter pin aktual/hasil perhitungan 7,2
mm.
2. Dari hasil pembobotan pengujian kinerja mesin pengupas (MPK0108)
Perlakuan terbaik terjadi pada perlakuan 2 jarak celah silinder pengupas 4
mm.
3. Dengan kapasitas kerja 403,6 kg/jam, efisiensi 18,12 persen, rendemen
64,72 persen, kebutuhan daya 160,2 Watt dan indeks kinerja rata-rata 0,52
(<1), maka mesin belum layak digunakan.
4. Pengujian ergonomik, tingkat kebisingan yang dihasilkan mesin 89.4 dB
masih dibawah standar yang diizinkan berdasarkan peraturan kementrian
tenaga kerja yaitu 140 dB, sedangkan getaran yang dihasilkan 12, 6 mm/s
(>4mm/s) melebihi toleransi yang diizinkan sehingga berbahaya bagi
keselamatan dan kenyamanan operator dalam mengoprasikan mesin.
5.2 Saran
1.Diperlukan modifikasi terhadap pin mesin pengupas kulit ari kacang kedelai
agar mesin memenuhi kelayakan operasional.
56
2. Melapisi silinder dengan karet agar mengurangi kelicinan terhadap pada
saat proses pengupasan.
3. Untuk operator sebaiknya menggunakan pelindung pendengaran karena
suara yang dihasilkan cukup bising.
4. Mengganti rangka dengan plat yang lebih tebal atau menanam rangka pada
lantai untuk meredam getaran.
57
DAFTAR PUSTAKA
Buku Referensi : Annas, M. S. 2002. Penyusunan matriks morfologi Mesin pengupas kulit ari
Kacang kedelai. IPB, Bogor.
Daywin, J. F., Radja, G. S., dan Imam, H. 2008 Mesin-mesin Budidaya Pertanian di Lahan Kering,Edisi pertama. Graha ilmu, Yogyakarta.
Hall, A. S., A. R. Holowenko, H.G. Laughin (1993). Theory and Problem of Machine Design. McGraw-Hill Internasional Book Company, Singapore.
Herwanto, T., Dadi, R dan Totok, P. 1999. Penilaian Performance indeks Komponen Rice Milling Unit (RMU). Laporan Penelitian Jurusan Teknologi Pertanian. Fakultas Pertanian.
Istigno, J. Hiegien. 1971. Keselamatan Kerja Terhadap suara dan Vibrasi. Perusahaan Keselamatan Kerja dan Jaminan Sosial.
Juliandra. 2006. Analisis Teknik dan Uji Kinerja Mesin Pemipil Jagung di Desa Bojong Kecamatan Nagreg Kabupaten Bandung. Skripsi. Jurusan Teknik dan Manajemen Industri Pertanian. Fakultas Teknologi Industri Pertanian. Universitas Padjadjaran, Bandung,
Lehto, M. R. and James, R. B. .2008 Introduction to Human Factor and Ergonomics for Engineering. Lawrence Erlboum Associates, London.
Mohsenin, N. N. 1980. Physical Properties of Plant and Animal Material.Gordon and Breach Science Publishing, New York.
Regional Network Agriculture And Machenery 1995. Test Codes And Procedure For Farm Machinery. Unindo, United State of America.
Sanders, M. S., and Cosmick, E. J. 1987. Human Factors in Engineering and design. Mc.Graw-Hill Book Co, Singapore.
Saputra, V. E. D. 2004. Perencanaan Mesin Pengupas Dan Pemisah Kulit Ari Biji Kedelai Untuk Bahan Dasar Tempe. Skripsi.Universitas Kristen Petra, Surabaya.
Shigley. J. E. 1986. Perancangan Teknik Mesin jilid 2 edisi keempat, Erlangga , Jakarta.
Singer, F. L., Andrew, P. and Darwin, S. 1995. Kekuatan Bahan (Teori kokoh_strenght of Material). Edisi Ketiga. Erlangga, Jakarta.
58
Smith, H P. 2000. Farm Machinery and Equipment. Mc Graw Hill Publishing Company Ltd, New Delhi.
Suhaidi, I. 2003 Pengaruh Lama Perebusan dan Perendaman Kedelai dan Jenis Zat Penggumpal Terhadap Mutu Tahu, Fakultas Pertanian Jurusan Teknologi Pertanian, Universitas Sumatera Utara, Medan.
Sularso dan Kiyokasu, Suga. 1997. Dasar Perencanaan dan Perancangan Elemen Mesin. Cetakan Kesembilan.Pradnya Paramita, Jakarta.
Suma’mur. 1989. Ergonomi Untuk Produktivitas Kerja.CV Haji Masagung, Jakarta. Dalam Ahmad, M. 2006. Analisis Teknik dan Uji Kinerja Alat Pencetak Pot. Skripsi Jurusan Teknik dan Manajemen Industri Pertanian. Fakultas Teknologi Industri Pertanian. Universitas Padjadjaran, Bandung.
Sutalaksana, Anggawisastra dan Tjakraatmadja.2006. Teknik Tata Cara Kerja. Jurusan Teknik Industri ITB, Bandung.
Suryawinata, B. 2006. Perencanaan, Pembuatan dan Pengujian Mesin Pengupas Kulit Ari Kacang Kedelai. Skripsi.Universitas Kristen Petra, Surabaya.
Nwakonobi, T. U. and A. P. Onwualu. 2009. Effect of moisture content and Struktural Surface on Coefisien of friction of Two Nigerian food grains : Sorghum bicolor) and Millet (Pinenisetum glaucum). Agricultural Engineering International : the CIGR Ejournal.
Zain, S., Ujang, S., Sawitri dan Ulfi, I. 2005. Teknik Penanganan Hasil Pertanian. Pustaka Giratuna. Bandung.
Situs / Website : Badan Pusat Statistik Dan Direktorat Jenderal Tanaman Pangan, 2008.
available online at : Http://www.deptan.go.id/infoeksekutif/tan/TP%20ATAP%2008%20RAM%20II%2009/Prod%20Kedelai1.htm (dikutip 15 maret 2009)
Direktorat penanganan pasca panen. 2008. Teknologi Pasca Panen Kedelai Ditjen pengolahan dan pemasaran hasil pertanian. Jakarta available online at:http://agribisnis.deptan.go.id/xplore/view.php?file=PASCA- PANEN/Layanan/Layanan%20Teknis/Pentek/Pascapanen-Kedelai-21107.ppt.(dikutip 18 november 2009).
Hasbullah. 2000. Teknologi Tepat Guna Untuk Agroindustri Kecil Sumatera Barat, Dewan Ilmu Pengetahuan, Teknologi dan Industri Sumatera Barat, Padang, Available online at :
59
http://www.ristek.co.id_pengupas_kulit_kedelai_selinder.pdf. (dikutip 28 januari 2009).
Hermanto, Y. 2008. Rancang Bangun Alat Pengupas Kulit Ari Kedelai Sebagai Usaha Peningkatan Kuantitas Produksi Tempe (Bagian Dinamis). Available online at :http://digilib.unej.ac.id/go.php?id=gdlhub-gdl-grey-2008.yushermant25&node=524&start=86&PHPSESSID=7556b7345f7a0ef9e18c9ff28c80810c (dikutip 15 Maret 2009)
Suharto dan Julian. 2009 Industri Tahu Tempe Masuk Mall. Available at : http://agroindonesia.co.id/2009/03/17/industri-tahu-tempe-masuk-mall/ (dikutip 30 mei 2009).
Supriyono. 2003. Memproduksi Tempe. Direktorat pendidikan menengah kejuruan, Jakarta. Available at : http://125.160.17.21/speedyorari/view.php?file=pendidikan/materi-kejuruan/pertanian/agro-industri-pangan/memproduksi_tempe.pdf (dikutip 28 januari 2009).
LAMPIRAN
60
Lampiran 1. Analisis Teknik
1. Kebutuhan Daya Penggerak
Diketahui :
Massa silinder pengupas : 10 kg
Percepatan gravitasi : 9,81 m/s2
D silinder pengupas : 88 mm
Kebutuhan daya penggerak menggunakan Persamaan 1 yaitu,
P1 = .
= ,
= 153,59 watt
Momen Torsi dapat dihitung dengan menggunakan Persamaan 2 yaitu,
Mt = Ft x r
= 98,1 N x 0,044 m
= 4,316 Nm
Gaya tangensial dapat dihitung dengan menggunakan Persamaan 3 yaitu,
Ft = m x g
= 10 kg x 9,81
= 98,1 N
Gambar 11. Sketsa Momen Torsi
Kebutuhan daya gesek bahan pada proses pengupasan dapat dihitung
dengan menggunakan Persamaan 4.
P2 = P3 x µ
= ( Daya dengan Beban - Daya tanpa Beban ) x 0,64
= (165 Watt – 143 Watt) x 0,64
61
= 22 Watt x 0,64
= 14,08 Watt
Maka kebutuhan daya penggerak total untuk dalam melakukan proses
pengupasan dapat dihitung dengan menggunakan Persamaan 6.
Pt = P1+P2
= 153,59 Watt + 14,08 Watt
= 167,67 Watt
62
Lampiran 1. Lanjutan
1. Analisis Poros
Diketahui :
Faktor koreksi daya untuk daya maksimum = 0,8-1,2, digunakan 1,0.
Daya yang ditransmisikan merupakan daya output dari motor listrik
dengan kapasitas 0,25 hp = 168,5 watt.
Putaran puli pada motor penggerak (n) =1400 rpm
Putaran puli pada silinder pengupas () = 340 rpm
Daya rencana
Daya rencana dihitung dengan Persamaan 7 yaitu,
Pd = fc . P
= 1,0 x 0,1685 kW
= 0,1685 kW
Momen rencana
Momen rencana dihitung dengan Persamaan 8 yaitu,
T = 9,74 x 10 5
= 9,74 x 10 5 ,
= 482.7 kg.mm
Beban pada poros
Poros mengalami pembebanan seperti pada gambar berikut:
Gaya pada gear / roda gigi
T1+T2 = 141,1 N + 15,36 N
= 156,46 N
63
0,056 m 0,126 m 0,126 m 0,041m
Fp s gF F
Ra bR
9,4 N 98 N 5,3 N
0,056 m 0,126 m 0,126 m 0,041 m
Lampiran 1. Lanjutan
Diketahui : Ø gear = 87 mm
Sudut tekan = 20 0
Momen torsi:
Mt = = ,
= ,
= 5,24 Nm
Ft = = , , /
= 120,46 N
Fs = Ft tan Ø
= 120,46 N tan 20
= 43,84 N
Fsy = Fs sin 450 = 43,84 N sin 45 = 31 N
Fsx = Fs cos450 = 43,84 N cos 45 = 31 N
Diagram gaya pada beban vertikal
Keterangan : - = Berlawanan arah jarum jam, ( )
+ = Searah jarum jam , ( )
64
9,4 N 98 N 5,3 N
0,056 m
0,182 m
0,308 m
0,349 m
Lampiran 1. Lanjutan
Mencari Rb
Σ Ma = 0
(-Fp.0,056) + ( Fs . 0,126) - (Rb . 0,252) + (Fg . 0,293) = 0
(-9,4.0,056) + ( 98. 0,126) - (Rb . 0,252) + (5,3 . 0,293) = 0
13,3745 = Rb . 0,252
Rb = 53,07 N
ΣY = 0
Fp- Ra + Fs-Rb+Fg = 0
9,4- Ra+98-53,07+5,3 =0
Ra = 59,63 N
Momen lentur pada poros vertikal
Pada M(x) = 0
M(0,056) =(- Fp. 0,056) = -9,4 . 0,056 = - 0,5264
M( 0,182 ) = (-Fp .0,182)+(Ra . 0,126) = (9,4 . 0.182)+(59,63 . 0,126) =
5,8
M( 0,308 ) = (-Fp .0,308)+(Ra . 0,252)-(Fs . 0,126)
= (9,4 . 0,308)+(59,63 . 0,252) – (98. 0,126) = -0,216
M( 0,349 ) = (-Fp .0,349)+(Ra . 0,293)-(Fs . 0,167) +(Rb . 0,041)
= (9,4 . 0,349)+(59,63 . 0,293) – (98. 0,167) +(53,07 .
0,041)
= 0,00086 ≈ 0
65
Ra Rb Fg0,056 m 0,252 m 0,041 m
Ra
Rb
Fg0,252 m
0,293 m
Lampiran 1. Lanjutan
Diagram Momen
-0,5264 Nm
5,8 Nm
- 0,216 Nm
Diagram gaya pada beban horizontal
Σ Ma = 0
( - Rb. 0,252) – ( Fg . 0,293) = 0
Rb = . ,,
= -36,04 N
Σ Y = 0
Ra+Rb+Fg = 0
Ra = -(Rb+Fg)
= -( - 36,0435+31)
= 5,04 N
Momen lentur pada poros horizontal
66
Lampiran 1. Lanjutan
Pada M(x) = 0
M (0,252) = Ra . 0,252
= 5,04 . 0,252
= 1,27 Nm
M (0,293) = Ra . 0,293 – Rb . 0,041
= (5,04. 0,293) – (36, 04. 0,041)
= -0,00092Nm
Diagram momen
1,27 Nm
Momen lentur ( bending momen)
Momen lentur maksimal :
Mb = √푀푣 + 푀ℎ
= 5,8 푁푚 + 0 푁푚
= 5,8 Nm
Diameter poros
Diameter poros dapat dihitung dengan menggunakan Persamaan 10 yaitu,
Mt = (푇 − 푇 )푟
= (141,1N-15,36N ) , .
= 17.6 Nm
d3 = .
(퐾 .푀 ) + (퐾 .푀 )
d3 = .
(2 . 5,8) + (2 . 17,6)
d = 15,5 mm
67
0,056 m 0,126 m 0,126 m 0,041m
Fp s gF F
Lampiran 1. Lanjutan Defleksi Puntiran
Diketahui : Momen puntir pada poros silinder (T) = 482,7 kg.mm
Panjang poros (l) = 349 mm
Modulus geser besi baja (G) = 8,3 x 103 kg/mm2
Diameter poros yang digunakan = 17 mm
Defleksi puntiran pada poros dihitung menggunakan Persamaan 9 yaitu,
=584
=584 , ,
= 0,1420
Sedangkan besarnya defleksi puntiran dibatasi sampai 0,250-0,30 (Sularso
dan Suga, 1997), maka defleksi puntiran aman digunakan.
Putaran Kritis
Diketahui :
Diameter poros = 17 mm
Panjang poros = 349 mm
Beban puli = 9,4 N
Beban silinder pengupas = 98 N
Beban pada poros
M(x) = 9,4N(x-0)1-59,63(x-0,056)1+98(x-0,182)1-53,07(x-0,308)1+5,3(x-0,349)1
EI = M(x)
68
Lampiran 1. Lanjutan
=9,4 N(x-0)1-59,63(x-0,056)1+98(x-0,182)1-53,07(x-0,308)1+5,3(x-0,349)1
= , ( x)2- , (x-0,056)2+ (x-0,182)2- , (x-0,308)2+ , (x-0,349)2 +C1
= , (x)3- , (x-0,056)3+ (x-0,182)3- , (x-0,308)3+ , (x-0,349)3+C1
x+C2
Mencari C1 dan C2
Y = 0 x = 0,056
EIy = , (0,056)3- , (0,056-0,056)3+ (0,056-0,182)3- , (0,056-0,308)3
+ , (0,056-0,349)3+0,056C1+C2
= 0,000275-0-0,0326+0,14-0,0222+0,056C1+C2
= 0,0854+0,056C1+C2
Y = 0 x = 0,182
EIy = , (0,182)3- , (0,182-0,056)3+ (0,182-0,182)3- , (0,182-0,308)3
+ , (0,182-0,349)3+0,182C1+C2
= 0,00944-0,0198+0+0,0177-0,00411+0,182C1+C2
= 0,00323+0,182C1+C2
Eliminasi
-0,0854 = 0,054 C1 + C2
-0,00323 = 0,182C1 + C2
- 0,08217 = -0,126 C1
C1 = 0,652
C2 = -0,122
Maka,
EIy = , (x)3- , (x-0,056)3+ (x-0,182)3- , (x-0,308)3+ , (x-0,349)3+
0,652 x -0,122
I = = , . , = 4,09x10-9
69
Lampiran 1. Lanjutan
Menghitung defleksi pada x = 0 dan x = 0,056
Pada x = 0
y = ,
(−0,122)
= -0,000149 mm
Menghitung kecepatan kritis
Momen inersia
I = 924
1009,464
)017,0(14,364
xd
599
3
3
499
3
3
599
3
2
799
33
1
106,361009,410250
)349,0(07,53
106,461009,410250
)308,0(98
108,561009,410250
)168,0(63,59
107,261009,410250
)056,0(4,96.)(
xxxxx
xxxxx
xxxxx
xxxxxEI
xw
2444
2433
3522
6711
109,1106,307,53
105,4106,498
104,3108,563,59
105,2107,24,9
xxxxxx
xxxxxx
624241
524231
725221
1327211
108,6)106,3(07,53
1007,2)106,4(98
102)108,5(63,59
1085,6)107,2(4,9
xxxxxxxxxxxx
6,7x10-2 2,7x10-5
Putaran kritisnya :
Nilai putaran kritis dapat dihitung dengan menggunakan Persamaan12
yaitu,
2
.
nn
nnc W
Wg
detik/02,156107,2
107,681,95
2
radx
xx
c
c
n kritis = rpmxrad 16,14902
60detik/02,156
70
Lampiran 1. Lanjutan 2. Analisis Pin
Bagian yang menggunakan komponen pin antara lain motor pengerak,
sproket dan roda gigi.
Diketahui
Ps= 15 x106 Pa
Kecepatan puli silinder pengupas () = 340 rpm
Kecepatan puli motor penggerak = 1400 rpm
Daya = 0,25 Hp
Untuk menghitung besarnya diameter dari pin yang digunakan dapat
menggunakan Persamaan 16 yaitu,
Motor penggerak
= 1400 rpm
T = NmxP 27,1
602.1400
74625,0
F = rT
Maka F = Nmx
Nm 4,40
21063
27,13
Ps= 24/1 DF
AF
sPFD 4.2
mmxmxx
ND 366
2 1043,31043,314,310154.4,40
Diameter pin yang dipakai di motor secara aktual sebesar 7 mm sehingga
pin yang digunakan aman digunakan karena lebih kecil dari pada diameter secara
teoritis.
71
Lampiran 1. Lanjutan
Sproket dan puli pada poros
= 340 rpm
T = NmxP 2,5
602.340
74625,0
sPFD 4.2
F = Nmx
Nm 7,611
210172,5
3
mmmxx
NxD 2,71023,714,3101547,611 3
62
Diameter pin yang diperlukan untuk menahan gaya pada sproket sebesar
7,23 mm secara teoritis tidak bebeda jauh dengan pin yang digunakan secara
aktual sebesar 7 mm sehingga masih aman untuk digunakan.
- Roda Gigi
= 591,6 rpm
T = NmxP 01,3
602.6,591
74625,0
sPFD 4.2
F = Nmx
Nm 1,354
2101701,3
3
mmmxx
NxD 48,51048,514,310154,1,354 3
62
Diameter pin yang dipakai di roda gigi secara aktual sebesar 7 mm
sehingga pin yang digunakan aman digunakan karena lebih kecil dari pada
diameter secara teoritis.
72
Lampiran 1. Lanjutan 3. Analisis Bantalan
Jenis bantalan : P6005 kecepatan puli motor penggerak : 1400 rpm Kapasitas nominal dinamik spesifik : 790 Faktor beban : 1,2 Beban radial karena puli : 0,96 kg Beban radial karena siinder pengupas: 10 kg Beban radial karena tegangan tali : 156,46 N = 15,95 kg Beban radial karena roda gigi : 0,54 kg
Beban radial
Fr = W1+W2+W3+W4
= 0,96+10+15,95+0,54 = 27,45 kg
Pr = fw x Fr
= 1,2 x 27,45
= 32,94
Umur bantalan ( Reting life )
fn= 33,33
n
fn= 3340
3,33
fn=0,46
Faktor umur bantalan
fh= fn xPrC
fh = 0,46 x 94,32
790
fh = 11,03
73
Lampiran 1. Lanjutan
Umur bantalan :
Lb =500 x (fh)3
= 500 x (11,03)3
= 670.959,86 jam
74
Puli
Bantalan Bantalan
Silinder Pengupas Gear (roda gigi)
Lampiran 1. Lanjutan 4. Analisis Unit transmisi
Puli dan Sabuk Pada Poros Transmisi
Diketahui :
Diameter motor (D1) = 0.068 m
Putaran puli motor (n1) = 1400 rpm
Diameter puli (D2) = 0.28 m
Luas penampang sabuk (A) = 83 mm2 = 83 x 10 -6 m2
Jarak antar puli (C) = 0.485 m
휎 = 1,7 MPa
휌 = 1250 Kg / m3
f. Gesek = 0,3
C
D
D1
2
Susunan puli dan sabuk pada poros transmisi
75
Lampiran 1. Lanjutan
Putaran puli reduksi
n2 =
= ,,
= 340 rpm
Panjang sabuk transmisi
L = 2 C + (D1+D2)+ (D1-D2)2
L= 2x 485mm + 휋(68mm+280mm)+ ( )
L= 1539,804 mm
Massa sabuk V tipe A
m = ρ x A x l = 1250 kg/m3 x 83 x 10-6 m2x 1 m
=0,10375 kg
Kecepatan Linier
v = . .
= , ,
= 4,98 m/s
m v2 = ( 0,10375 kg) x (4,98 m/s )2
= 2,57 kg m2/s2
Sudut kontak sabuk
= 180 ± 2 arc sin
= 180 ± 2 arc sin .
= 180 ± 25,24
76
Lampiran 1. Lanjutan
1 = 205,25 0 = 205,25 = 3,58 rad
2 = 154,750 = 154,75 = 2,7 rad
Yang di gunakan nilai sudut kontak lebih kecil yaitu 2,7 rad
Tegangan sisi kencang
T1 = 휎 x A
= 1,7 x 106 . 83x10-6
= 141,1 N
Tegangan sisi kendor
= 푒 ∝ . /
, – , ,
= 푒 , . . /
138,53= 10,83 ( T2-2,57)
138,53+27.83 = 10,83 T2
T2 = ,,
= 15,36 N
Daya sabuk
P = (T1- T2) v
= (141,1 N-15,36 N). 4,98 m/s
= 626,18 watt/ sabuk
Jumlah sabuk
n =
= , ,
77
Lampiran 1. Lanjutan
= , ,
= 0,29 ≈ 1 buah sabuk
78
Lampiran 1. Lanjutan
5. Analisis Kekuatan Rangka
Tabel 19. Beban-Beban dari Komponen Mesin Pengupas Kulit Ari Kedelai yang Ditopang Rangka
Komponen Massa (Kg) Hoper 3,09
Penutup 6,74 Silinder pengupas @10 20
Poros 1,06 Roda gigi 2,2
Puli 2,8 Bantalan 1.15
Total 37,04
Gambar 12. Beban Yang Ditopang Rangka
Modulus elastisitas baja : 200x109Pa
Batas patah (Sy) : 275x106 Pa
Momen inersia : 0,024 x 10-6 m4( Singer,1995)
Panjang baris (L1) : 0,258 m
Panjang kolom tegak (L2) : 0,580 m
Luas penampang (A) : 201 mm2
Lendutan rangka () : EI
PL48
3
mmmxxxxx
Nx 027,0102710024,01020048
)258,0(4,363 669
3
79
Lampiran 1. Lanjutan
Lendutan yang diizinkan (1) = mmmxxxL 86,0106,8258,03001
3001 4
1
Berdasarkan hasil tersebut maka nilai lendutan yang di hasilkan oleh
perhitungan secara teoritis lebih kecil dari pada nilai lendutan yang diizinkan
sehingga rangka dalam keadaan aman untuk digunakan.
Beban pada rangka bawah yang menopang motor dengan berat 225 kg.
Panjang baris (L1) : 0,0924m
Panjang kolom tegak (L2) : 0,232m
Luas penampang (A) : 201 mm2
Lendutan rangka () : EI
PL48
3
mmxmxxxxx
Nx 4769
3
1038,81038,810024,01020048
)0924,0(245
Lendutan yang diizinkan (1) = mmmxxxL 308,01008,30924,0300
1300
1 41
Berdasarkan hasil tersebut maka nilai lendutan yang di hasilkan oleh
perhitungan secara teoritis lebih kecil dari pada nilai lendutan yang diizinkan
sehingga rangka dalam keadaan aman untuk digunakan.
Perhitungan Beban Kritis Kolom
Karena kedua ujung dalam kondisi tetap, maka nilai kostanta kondisi
ujung (C) yang digunakan dalam perhitungan adalah 4.
Jari-jari girasi (k) rangka dihitung dengan menggunakan Persamaan 33 (
Hall, 1980).
k =
k = , ..
=0,011 m
푳풌 = ,
, = 52,7 m
80
Lampiran 1. Lanjutan
Menghitung angka pembanding kerampingan teoritis (Cc) digunakan
Persamaan( Singer dan Phytel, 1995) sebagai berikut
52,7 m = ..
= 239,6 m
Dapat dilhat bahwa L/k jauh lebih kecil, maka untuk menghitung beban
kritis kolom digunakan Persamaan 32, yaitu
Fcr = 275.106Pax201.10-6m2 1 − ( , ).
Fcr = 55275 N(1-0,024)
Fcr = 53948,4 N
Beban kritis yang mampu ditopang oleh kolom adalah 53748,4 N.
sedangkan beban yang ditopang kolom (P) sebesar 577,71 N, sehingga dengan
demikian kolom yang dibuat secara teknis layak digunakan
81
Lampiran 1. Lanjutan 6. Analisis kekuatan Las
Diketahui :
Rangka yang digunakan berukuran 35x35x3 mm
Tebal bidang las = 2 mm
Panjang bidang = 35 mm
Tegangan izin logam dasar : 145 Mpa
Beban yang ditopang oleh sambungan las adalah :
Tabel 20. Beban-Beban dari Komponen Mesin Pengupas Kulit Ari Kedelai yang Ditopang Sambungan Las
Komponen Massa (Kg) Hoper 3,09
Penutup 6,74 Silinder pengupas @10 20
Poros 1,06 Roda gigi 2,2
Puli 2,8 Bantalan 1.15
Total 37,04
Gambar 13. Sambungan Las Dan Bidang Las
F ≤ x t x l
37,04x 9,81 ≤ 145 x106 x 0,002 x 0,035
363,4 N ≤ 10150N
Karena nilai F pada las jauh lebih kecil dari pada total beban yang dapat
ditopang oleh bidang las tersebut maka sambungan las aman digunakan.
82
Lampiran 2. Uji Kinerja
Sebelum melakukan pengujian terhadap mesin pengupasan kulit ari
kedelai, terlebih dahulu dilakukan pengamatan terhadap kondisi dari bahan yang
digunakan yaitu kedelai. Kondisi awal bahan kedelai sebelum digunakan sebagai
bahan pengujian.
Tabel 21. Kondisi Kedelai Kering dan Setelah Direbus 2 Jam Keterangan Varietas Gunung - Nama dagang Kedelai Cap Jempol Kedelai impor dari Amerika banyak
digunakan sebagai bahan dasar pembuatan tempe di daerah Cianjur dan Cirebon.
Diameter kering ± 5,5-7 mm Cap jempol Diameter basah setelah direbus 2 jam
± 10-12 mm ( mayor) ± 4 - 5,5mm ( minor)
Diukur sesuai sumbu dari kedelai Mayor: sumbu memanjang elips Minor : sumbu membujur elips
Kadar air kering ± 15 % Kadar air basah setelah direbus 2 jam
± 42,5 % Menggunakan Metode Penentuan Kadar Air Oven Menurut United Nations Industrial Developmen Organisation, UNINDO (1995)
1. Pengukuran Kadar Air
Hasil pengukuran kadar air kedelai basah dengan metode Penentuan Kadar
Air Oven Menurut United Nations Industrial Developmen Organisation,
UNINDO (1995). Hasil pengukuran kadar air dari kedelai basah dapat dilihat pada
Tabel 6 Hasil rata-rata pengukuran kadar air kedelai basah sebesar 42,5 persen
Tabel 22. Kadar Air Kedelai Basah (setelah direbus 2 jam)
Kadar Air Berat Awal (g) Berat Akhir (g) Kadar Air (%) BB
100.21 57 43,12
100.49 58,4 41,88 Rata-Rata 42,5
83
Lampiran 2. Lanjutan 2. Pengukuran Kerapatan Kamba
Hasil rata-rata pengukuran Kerapatan Kamba kedelai dapat dilihat pada
Tabel 23. Hasil pengukuran kerapatan kamba untuk kedelai dengan kadar air
48,96 adalah 760,84 kg/m3. Pengukuran kerapatan kamba akan digunakan dalam
perhitungan kapasitas teoritis mesin pengupas kulit ari kedelai.
Prosedur Perhitungan Kerapatan Kamba
1. Timbang massa gelas ukur 500 ml
2. Masukan contoh bahan kedalam gelas ukur mencapai 100 ml.
3. Ratakan kedelai hingga merata
4. Timbang berat contoh bahan dalam gelas ukur
5. Lakukan sebanyak 5 kali ulangan.
6. Densitas curah dapat dihitung dengan persamaan:
1000 V
WcurahDensitas d
Dimana:
Wd = Massa contoh (g).
V = Volume gelas ukur yang sudah ditetapkan untuk pengukuran
Kerapatan kamba 100 ml.
Tabel 23. Kerapatan Kamba Kedelai Basah (setelah direbus 2 jam) Ulangan Berat kedelai (kg) Volume Beaker Glass (m3) Kerapatan Kamba (kg/m3)
1 75,55x10-3 0,0001 755,5 2 76,54 x10-3 0,0001 765,4 3 75,36 x10-3 0,0001 753,6 4 76,49 x10-3 0,0001 764,9 5 76,48 x10-3 0,0001 764,8 Rata-Rata 760,84
84
Lampiran 2. Lanjutan 3. Kapasitas Teoritis
Diketahui :
Kerapatan Jenis : 760,84 kg/m3
Kecepatan Putar : 318,86 rpm, 313,46 rpm, 312,7 rpm
Jarak Antar Celah : 5 mm, 4 mm, 3 mm
Diameter silinder : 88 mm
Panjang silinder : 220 mm
Koefisien gesek bahan : 0,64
Perhitungan kapasitas teoritis mesin dihitung dengan menggunakan
Persamaan 37 yaitu,
Kt = π x D x ρ x N x l x P x 60 x 0,64
Perlakuan 1( 5 mm) :
Kt = π x 0,088 m x 760,84 kg/m3 x 318,86 rpm x 0,22 m x
0,005 x 60 x 0,64
= 2831 kg/jam
Perlakuan 2( 4 mm) :
Kt = π x 0,088 m x 760,84 kg/m3 x 313,46 rpm x 0,22 m x
0,004 x 60 x 0,64
= 2227 kg/jam
Perlakuan 3 ( 3 mm) :
Kt = π x 0,088 m x 760,84 kg/m3 x 312,7 rpm x 0,22 m x
0,003 x 60 x 0,64
= 1666 kg/jam
85
Lampiran 2. Lanjutan 4. Kapasitas Aktual Mesin
Diketahui :
Perlakuan 1 :
Bahan yang keluar : 1881,2 gram = 1881,2x10-3 Kg
Waktu yang diperlukan : 0,23 menit
Perlakuan 2 :
Bahan yang keluar : 1951 gram = 1951x10-3 Kg
Waktu yang diperlukan : 0,29 menit
Perlakuan 3 :
Bahan yang keluar : 1836 gram = 1836x10-3 Kg
Waktu yang diperlukan : 0,35 menit
Menghitung kapasitas aktual mesin dengan menggunakan Persamaan 38
yaitu,
Ka = Wp xt
60
Perlakuan 1 : Ka = 1881,2 x 10-3 Kg ,
= 490,7 Kg/jam
Perlakuan 2 : Ka = 1951 x 10-3 Kg,
= 403,6 Kg/jam
Perlakuan 3 : Ka = 1836 x 10-3 Kg ,
= 314,7 Kg/jam
86
Lampiran 2. Lanjutan 4. Efisiensi Mesin
Diketahui :
Perlakuan 1 :
Kapasitas aktual mesin : 490,7 Kg/jam
Kapasitas teoritis mesin : 2831 Kg/jam
Perlakuan 2 :
Kapasitas aktual mesin : 403,6 Kg/jam
Kapasitas teoritis mesin : 2227 Kg/jam
Perlakuan 3 :
Kapasitas aktual mesin : 314,7 Kg/jam
Kapasitas teoritis mesin : 1666 Kg/jam
Menghitung efisiensi mesin dapat dihitung dengan menggunakan Persamaan
39 yaitu,
Perlakuan 1 : Ef = , / /
푥100%
= 17.3%
Perlakuan 2 : Ef = , //
푥100%
= 18,12%
Perlakuan 3 : Ef = , / /
푥100%
= 18,9 %
87
Lampiran 2. Lanjutan 5. Kebutuhan Daya
Diketahui :
Tegangan listrik : 110 Volt
Kuat Arus :
Perlakuan 1 : 1,5 A,
Perlakuan 2 : 1,46A,
Perlakuan 3 : 1,42 A
Keadaan kosong : 1.3 A
Kebutuhan tenaga atau daya yang diperlukan dapat dihitung dengan
menggunakan Persamaan 40 yaitu,
Perlakuan 1 dengan jarak antar celah 5 mm
P = V x I
P = 110 V x 1,5 A
= 165 W
Perlakuan 2 jarak antar celah 4 mm
P = V x I
P = 110 V x 1,46 A
= 160,6 W
Perlakuan 3 jarak antar celah 3 mm
P = V x I
P = 110 V x 1,42 A
= 156,2 W
Untuk kebutuhan tenaga atau daya dalam keadaan kosong diperoleh nilai
sebagai berikut
P = V x I
P = 110 V x 1,3 A
= 143 W
88
Lampiran 2. Lanjutan
6. Energi Spesifik Pengupasan
Diketahui :
Daya : 165 W, 160,6 W, 156,2 W Ka : 490,7 Kg/jam, 403,6 Kg/jam, 314,7 Kg/jam
Besarnya energi pengupasan dapat dihitung dengan menggunakan
Persamaan 41 yaitu,
W =
Perlakuan 1.
W = ( , ), /
= 1,21 kJ/kg
Perlakuan 2.
W = ( , ), /
= 1,43 kJ/kg
Perlakuan 3.
W = ( , ), /
= 1,78 kJ/kg
89
Lampiran 2. Lanjutan Indeks pengupasan
Diketahui
Tabel 24. Massa Kedelai Hasil Proses Pengupasan yang Dipisahkan Berdasarkan Kualitas
Perlakuan Utuh ( gram)
Terkupas utuh ( gram)
Terkupas belah ( gram)
Rusak ( gram)
Kulit ( gram)
1 771,60 601,85 324,07 46,30 185,18 2 156,91 198,01 1113,33 127,02 272,73
3 30,38 41,778 782,38 573,49 470,95
Perlakuan 1
Massa terkupas utuh = 601,85 gram
Massa Terkupas belah = 324,07 gram
Total terkupas = 925,92 gram,Ma = ,/
= 2,92 kg/menit
Xa = ,, ,
= 0,48
Massa tidak terkupas (utuh) = 771,6 gram
Massa biji rusak = 46,3 gram
Massa kulit = 185,18 gram
Total =1003,1 gram
Mb = ,/
= 3,16Kg/menit
Xb = ,, ,
= 0,52
Waktu = 19 detik
IP = = , , , ,, ,
= 0,5
90
Lampiran 2. Lanjutan Perlakuan 2
Massa terkupas utuh = 198 gram
Massa Terkupas belah = 1113,3 gram
Total terkupas = 1311,3 gram, Ma = ,/
= 3,278Kg/menit
Xa = ,, ,
= 0,7
Massa tidak terkupas (utuh) = 156,91 gram
Massa biji rusak = 127,02gram
Massa kulit = 272,73 gram
Total =556,66gram
Mb = ,/
= 1,75Kg/menit
Xb = ,, ,
= 0,3
Waktu = 24 detik
IP = = , , , ,, ,
= 0,56
Perlakuan 3 :
Massa terkupas utuh = 41,78 gram
Massa Terkupas belah = 782,39 gram
Total terkupas = 824,17 gram, Ma = ,/
= 1,373Kg/menit
Xa = ,, ,
= 0,43
Massa tidak terkupas (utuh) = 30,38 gram
Massa biji rusak = 573,49 gram
Massa kulit = 470,95 gram
Total = 1074,82 gram
Mb = ,/
= 1,79 Kg/menit
91
Lampiran 2. Lanjutan Xb = ,
, , = 0,57
Waktu = 36 detik
IP = = , , , ,, ,
= 0,51
92
Lampiran 2. Lanjutan
4. Persentase Susut Hasil
Diketahui :
Perlakuan 1:
Massa bahan yang keluar : 1881,2 gram
Massa bahan yang masuk : 2000 gram
Perlakuan 2 :
Massa bahan yang keluar : 1951 gram
Massa bahan yang masuk : 2000 gram
Perlakuan 3:
Massa bahan yang keluar : 1836 gram
Massa bahan yang masuk : 2000 gram
Menghitung persentase susut hasil dapat dihitung dengan menggunakan
Persamaan 43.
Perlakuan 1 :
PS = , 푥100%
= 5,9 %
Perlakuan 2:
PS = 푥100%
= 2,45 %
Perlakuan 3 :
PS = 푥100%
= 8.2 %
93
Lampiran 2. Lanjutan 5. Rendemen
Diketahui :
Perlakuan 1 :
Massa kedelai yang dimasukkan ke dalam hoper : 2000 gram
Massa kedelai yang terkupas : 857,44 gram
Perlakuan 2 :
Massa kedelai yang dimasukkan ke dalam hoper : 2000 gram
Massa kedelai yang terkupas : 1294,41gram
Perlakuan 3:
Massa kedelai yang dimasukkan ke dalam hoper : 2000 gram
Massa kedelai yang terkupas : 798,78 gram
Rendemen hasil yang di ambil dari penelitian pengupasan kulit ari kacang
kedelai yaitu kedelai yang terkupas baik utuh maupun belah sehingga rendemen
pengupasan dapat dihitung dengan menggunakan Persamaan 44:
Perlakuan 1: PR = , x100%
= 42,87 %
Perlakuan 2: PR = , x100%
= 64,72 %
Perlakuan 3: PR = , x100%
= 40 %
94
Lampiran 3. Kajian Ergonomi 1. Kebisingan
Hasil pengukuran tingkat kebisingan pada mesin pengupas kulit ari kedelai
antara lain :
Tabel 25. Hasil pengukuran kebisingan yang diperoleh dari mesin ketika beroperasi
Perlakuan Ulangan (suara) dB
1 2 3 4 5 Rata-rata
1 88,9 87 88 91 91 89,18
2 91 89 86 92 90 89,6
3 91 89,7 90 91 88 89,94
Kosong 88 87.5 89 87.4 88.7 88.12
Pengukuran lama jam kerja dapat menggunakan PersamaanOSHA dengan
mengambil tingkat kebisingan 90 dB dan 8 jam kerja/hari sebagai acuan awal.
Perhitungan lama jam kerja dalam satu hari saat menggunakan mesin pengupas
kulit ari kedelai tersebut adalah sebagai berikut:
Perlakuan 1 (5 mm):
590
2
8L
T
L = 89.18 dB
5
9018,89
2
8T
= 8, 96 jam/hari
95
Lampiran 3. Lanjutan
Berdasarkan perhitungan lama jam kerja idealnya mesin ini bisa
dioperasikan oleh manusia selama 8,98 jam per hari atau dalam satu tahun
diperlukan 2.804,48 jam kerja.
Perlakuan 2 (4 mm):
590
2
8L
T
L = 89,6 dB
5
906,89
2
8T
= 8, 45 jam/hari
Berdasarkan perhitungan lama jam kerja idealnya mesin ini bisa
dioperasikan oleh manusia selama 8,45 jam per hari atau dalam satu tahun
diperlukan 2.644,85 jam kerja.
Perlakuan 3 (3 mm)
L = 89,94 dB
5
9094,89
2
8T
= 8, 06 jam/hari
Berdasarkan perhitungan lama jam kerja idealnya mesin ini bisa
dioperasikan oleh manusia selama 8,06 jam per hari atau dalam satu tahun
diperlukan 2.522,78 jam kerja.
Tanpa beban (kosong)
L = 89,12dB
96
Lampiran 3. Lanjutan
5
9012,89
2
8T
= 10,38 jam/hari
Berdasarkan perhitungan lama jam kerja idealnya mesin ini bisa
dioperasikan oleh manusia selama 10,38 jam per hari atau dalam satu
tahun diperlukan 3.248,94 jam kerja.
97
Lampiran 3. Lanjutan 2. Getaran
Hasil pengukuran getaran pada mesin yang di ambil dari tiga titik
pengukuran setiap perlakuannya yaitu pada rangka mesin, hoper dan penutup
silinder pengupasan .
Tabel 26. Hasil pengukuran getaran pada mesin ketika dioperasikan
Perlakuan Ulangan (mm/s) Rata-rata
1 2 3 4 5
1 12,3 12,2 12,5 12,1 12,2 12,26
2 13 12,5 13,1 12,5 13,2 12,86
3 13,1 12,2 13,2 12,4 13 12,78
Kosong 12 11,8 11,6 11,2 12 11,7
Hasil dari pengukuran getaran pada mesin pengupas kulit ari kedelai ini
kemudian dibandingkan dengan Tabel 4. ISO 2372, ISO ini digunakan sebagai
pedoman untuk getaran mesin terutama mesin bertenaga listrik dengan tenaga
maksimal 15 kW.
98
Lampiran 4. Proses Pembuatan Tempe
Sumber : Direktorat penanganan pasca panen. 2008.
Perebusan
Pencucian dan penirisan
Perendaman
Peragian dan pengemasan
Penggilingan dan pengupasan kulit ari
Fermentasi
TEMPE
99
Lampiran 5. Prosedur Penentuan Kadar Air Prosedur penentuan kadar air dengan metode oven menurut united nations
industrial development organization, UNINDO (1995).
1. Menyalakan oven selama beberapa jam untuk memastikan keseragaman
pemanasan
2. Memanaskan cawan alumunium pada suhu 1030 selama 1 jam, setelah itu
masukkan kedalam desikator sampai dingin kemudian ditimbang.
3. Masukkan 15 gram sampel (untuk kadar air rendah atau kurang dari 25 % )
atau 100 gram ( untuk kadar air tinggi lebih dari 25 ) kedalam cawan, timbang
cawan beserta isinya.
4. Masukkan cawan yang telah berisi sampel tersebut kedalam oven dengan suhu
1030 C dan biarkan selama 17 jam.
5. Setelah waktu pengeringan selesai, keluarkan cawan dari oven, dan simpan
didalam desikator.
6. Timbang cawan beserta isinya setelah didiamkan selama 30-45 menit didalam
desikator.
7. Hitung kadar air bahan dengan cara membagi berat yang hilang dengan berat
sampel awal kemudian dikalikan 100.
100
Lampiran 6. Gambar Kedelai Sebelum dan Sesudah Diproses
( a) (b)
(c) (d)
(e) (f)
Keterangan Gambar a, kedelai kering, b. kedelai setelah direbus, c. kedelai rusak. d. kedelai terkupas belah,
e. kedelai terkupas utuh, f. ampas
101
Lampiran 7. Gambar Mesin Pengupas Kulit Ari Kacang Kedelai
(a) (b) (c)
(d) (e) (f)
(g)
Keterangan Gambar :
a. tampak isometri, b. tampak samping kanan, c. tampak isometri atas, d.
tampak depan, e. gambar roda gigi, f. tampak atas, g . motor penggerak.
102
Lampiran 8. Gambar Proses Tahapan Penelitian
a. b. c. d.
h. g. f. e.
Keterangan Gambar :
a. Kedelai kering . b. Penimbangan, c. Pembersihan, d. Perebusan, e dan f.
Pendinginan, g.Pemasukan kedelai ke dalam hoper, h. pengukuran RPM,
i. Pengukuran kebisingan, j. Pengukuran getaran, k. Keluarnya hasil kupasan,
l.Pemisahan hasil kupasan
Pemisahan
hasil
kupasan
LEMBAR PENGESAHAN
Judul Penelitian : Analisis Teknik dan Uji Kinerja Mesin Pengupas
Kulit Ari Kacang Kedelai (Glycine Max ).
(Studi Kasus Di UPTD BPT Mekanisasi Pertanian
Jawa Barat)
Nama : Hilmi Sahasto
NPM : P1A050073
Jurusan : Teknik dan Manajemen Industri Pertanian
Fakultas : Teknologi Industri Pertanian
Jatinangor , Maret 2010
Menyetujui dan Mengesahkan :
Komisi Pembimbing Ketua Jurusan
Prof. Dr. H. M. Ade Moetangad Kramadibrata Sudaryanto, Ir., MP Dipl.-Ing., M.Res.Eng.Sc., Ph.D. NIP : 1951089198511002 NIP : 194902251980121001
Anggota Komisi Pembimbing
Totok Herwanto, Ir., M.Eng. NIP : 196007121986011001