Filsafat, Sains dan Ilmu Teknologi
-
Upload
linamolibden -
Category
Documents
-
view
77 -
download
6
description
Transcript of Filsafat, Sains dan Ilmu Teknologi
BAB I
PENDAHULUAN
Salah satu kelebihan utama dari intelegensi
manusia ialah kemampuan observasi dan inovasi yang tidak
tertandingi. Kemampuan inovasi manusia sudah terlihat dari
awal masa evolusi manusia (pada zaman manusia purba).
Fenomena perkembangan abad mutakhir menghendaki
adanya suatu sistem pengetahuan yang komprehensif
dengan demikian berdampak pada ilmu pengetahuan yang
berkembang terus menerus tanpa berhenti seiring dengan
perkembangan pengetahuan manusia. Perkembangan
pengetahuan manusia tentang kehidupan, alam semesta dan
hal-hal yang bersifat abstrak merupakan tantangan dan
tujuan dari pencarian kebenaran sejati.
Perkembangan masyarakat dewasa ini
menghendaki adanya pembinaan manusia yang dilaksanakan
secara seimbang antara nilai dan sikap, pengatahuan,
kecerdasan, keterampilan, kemampuan komunikasi, dan
kesadaran akan ekologi lingkungan dengan tujuan
menjadikan manusia tidak hanya berintelektual tinggi, tetapi
juga memilki akhlak mulia.
Hal-hal demikian menjadikan seseorang untuk
berfikir secara mendalam, merenung, menganalisis dan
menguji coba, serta merumuskan sesuatu kesimpulan yang
dianggap benar sehingga dengan melakukan kegiatan terebut
dengan tidak sadar sudah melakukan kegiatan berfilsafat,
maka dari itu ilmu lahir dari filsafat atau dapat dikatakan
filsafat merupakan induk dari sebuah ilmu, oleh karena
itu filsafat mempunyai kesamaan dan perbedaan dengan
ilmu. Adapun pengertian dari filsafat dapat dilihat dari segi
etimologis, terminologis, filsafat sebagai pandangan hidup,
dan
filsafa
t
sebag
ai
ilmu.
ilsafat
pada
perke
mban
ganny
a
akan
meng
hasilk
an
ilmu
penget
ahuan,
dan
ilmu
penget
ahuan
pada
perke
mban
ganny
a akan
meng
hasilk
an
teknol
setelah dilakukan pengujian berulang. Filsafat, di lain
pihak, bersifat priori, yaitu kesimpulan ditarik
berdasarkan pemikiran dan perenungan, bukan pengujian
berulang. Filsafat merangsang kelahiran keinginan untuk
observasi dan eksperimen karena proses berpikirnya
yang kritis dan rasional. Observasi mendalam dan
eksperimen berulang akhirnya akan menghasilkan ilmu
pengetahuan baru. Sehingga Filsafat dapat diartikan sebagai
sesuatu yang digunakan untuk mengkaji hal- hal yang ingin
dicari kebenaranya dengan menerapkan metode-metode
filsafat. BAB
II
FILS
AFA
T
ILM
U
DAN
ETI
KA
ENG
INE
ERI
NG
A. P
Problem identifikasi untuk memberikan
pengertian dalam khazanah intelektual seringkali
melahirkan perdebatan-perdebatan yang cukup rumit
dan melelahkan. Hampir dalam setiap diskusi berbagai
ilmu seringkali terdapat penjelasan – penjelasan
pengertian yang tidak jarang memunculkan
pengertian-pengertian yang beragam. Keberagaman
pengertian ini disebabkan berbagai arah sudut pandang
dan focus yang berbeda-beda diantara para pakar dalam
memberikan identifikasi. Dan ini merupakan sebuah
kemakluman sebab kajian ilmu adalah kajian abstraksi
konseptual, maka sangat dimungkinkan masing-masing
subyek (para pemikir ) memiliki perbedaan
dalam menggunakan paradigma identifikasinya atau
proses menemukan makna dalam sebuah kajian
keilmuan.
Peradigma tersebut akan menjadi acuan bagi
pemikir untuk menentukan sebuah tolok ukur kebenaran
dari asumsi-asumsi pembentuk dari konsepnya tersebut.
Filsafat dikembangkan oleh bangsa Yunani
diberbagai kota. Masyarakat Yunani mengembangkan
Filsafat dikarenakan adanya beberapa faktor yakni
pertama,adanya perubahan pada masyarakat
Yunani pada abad ke-6 SM yakni dari masyarakat
agraris menjadi masyarakat yang hidup dari sektor
perdagangan internasional yang berdampak muncul
puluhan kota yang mandiri contohnya Athena. Kedua,
kondisi tersebut mendukung perkembangan rasionalitas
yang baru karena adanya kemakuran sehingga
menciptakan iklim yang kondusif bagi manusia untuk
berpikir lebih baik guna mencari jawaban atas berbagai
masalah. Ketiga, berkembangya bentuk kenegaraan
d
e
m
o
kr
at
is
se
hi
n
g
g
a
or
a
n
g
bi
sa
b
er
pi
ki
r
le
bi
h
b
e
b
as
d
al
lsafat dikembangkan oleh bangsa Yunani diberbagai
kota. Masyarakat Yunani mengembangkan Filsafat
dikarenakan adanya beberapa faktor yakni
pertama,adanya perubahan pada masyarakat
Yunani pada abad ke-6 SM yakni dari masyarakat
agraris menjadi masyarakat yang hidup dari sektor
perdagangan internasional yang berdampak muncul
puluhan kota yang mandiri contohnya Athena. Kedua,
kondisi tersebut mendukung perkembangan rasionalitas
yang baru karena adanya kemakuran sehingga
menciptakan iklim yang kondusif bagi manusia untuk
berpikir lebih baik guna mencari jawaban atas berbagai
masalah. Ketiga, berkembangya bentuk kenegaraan
demokratis sehingga orang bisa berpikir lebih bebas
dalam menganalisis dan atau mencari tahu jawaban atas
masalah yang dihadapi maupun yang menarik baginya.
Maka dari itu, kata Filsafat berasal dari bahasa
Yunani. Kata falsafah atau filsafat dalam bahasa
Indonesia merupakan kata serapan dari bahasa Arab,
yang juga diambil dari bahasa Yunani; philosophia.
Dalam bahasa ini, kata ini merupakan kata majemuk
dan berasal dari kata-kata philia (= persahabatan,
cinta dsb.) dan sophia (= “kebijaksanaan”).
Sejajar dengan kata filsafat, kata filosofi juga
dikenal di Indonesia dalam maknanya yang cukup luas
dan sering digunakan oleh semua kalangan. Perkataan
filsafat dalam bahasa Inggris digunakan istilah
philosophy yang juga berarti filsafat yang lazim
diterjemahkan sebagai cinta kearifan. Unsur pembentuk
kata ini adalah kata philos dan sophos. Philos
maknanya gemar atau cinta dan sophos artinya
bijaksana atau arif (wise). Menurut pengertiannya yang
semula dari zaman Yunani Kuno itu filsafat berarti cinta
k
ea
ri
fa
n.
N
a
m
u
n,
ca
k
u
p
a
n
p
e
n
g
er
ti
a
n
s
o
p
hi
a
te
rn
y
safat dalam bahasa Inggris digunakan istilah
philosophy yang juga berarti filsafat yang lazim
diterjemahkan sebagai cinta kearifan. Unsur pembentuk
kata ini adalah kata philos dan sophos. Philos
maknanya gemar atau cinta dan sophos artinya
bijaksana atau arif (wise). Menurut pengertiannya yang
semula dari zaman Yunani Kuno itu filsafat berarti cinta
kearifan. Namun, cakupan pengertian sophia ternyata
luas sekali, sophia tidak hanya berarti kearifan
saja, melainkan meliputi pula kebenaran pertama,
pengetahuan luas, kebajikan intelektual, pertimbangan
sehat sampai kepandaian pengrajin dan
bahkan kecerdikkan dalam memutuskan soal-soal
praktis yang bertumpu pangkal pada konsep - konsep
aktivitas –aktivitas awal yang disebut pseudoilmiah
dalam kajian ilmu.
Secara lughowi ( semantic) filsafat
berarti cinta kebijaksanaan dam kebenaran. Maksud
sebenarnya adalah pengetahuan tentang ada dari
kenyataan-kenyataan yang paling umum dan kaidah-
kaidah realitas serta hakekat manusia dalam segala
aspek perilakunya seperti: logika, etika, estetika dan
teori pengetahuan. Maka problem pengertian filsafat
dalam hakekatnya memang merupakan problem falsafi
yang kaya dengan banyak konsep dan pengertian.
Filsafat adalah studi tentang seluruh fenomena
kehidupan dan pemikiran manusia secara kritis dan
dijabarkan dalam konsep mendasar. Filsafat tidak
didalami dengan melakukan eksperimen-eksperimen
dan percobaan-percobaan, tetapi dengan mengutarakan
masalah secara persis, mencari solusi untuk itu,
memberikan argumentasi dan alasan yang tepat untuk
solusi tertentu. Akhir dari proses-proses itu dimasukkan
k
e
d
al
a
m
se
b
u
a
h
pr
os
es
di
al
e
kt
ik
a.
U
nt
u
k
st
u
di
fa
ls
af
i,
manusia dalam segala aspek perilakunya seperti: logika,
etika, estetika dan teori pengetahuan. Maka problem
pengertian filsafat dalam hakekatnya memang
merupakan problem falsafi yang kaya dengan banyak
konsep dan pengertian. Filsafat adalah studi tentang
seluruh fenomena kehidupan dan pemikiran manusia
secara kritis dan dijabarkan dalam konsep mendasar.
Filsafat tidak didalami dengan melakukan eksperimen-
eksperimen dan percobaan-percobaan, tetapi dengan
mengutarakan masalah secara persis, mencari solusi
untuk itu, memberikan argumentasi dan alasan yang
tepat untuk solusi tertentu. Akhir dari proses-proses itu
dimasukkan ke dalam sebuah proses dialektika.
Untuk studi falsafi, mutlak diperlukan logika berpikir
dan logika bahasa.
Logika merupakan sebuah ilmu yang sama-
sama dipelajari dalam matematika dan filsafat. Hal itu
membuat filasafat menjadi sebuah ilmu yang pada sisi-
sisi tertentu berciri eksak di samping nuansa khas
filsafat, yaitu spekulasi, keraguan, rasa penasaran
dan ketertarikan. Filsafat juga bisa berarti perjalanan
menuju sesuatu yang paling dalam, sesuatu yang
biasanya tidak tersentuh oleh disiplin ilmu lain
dengan sikap skeptis yang mempertanyakan segala
hal.
Adapun pengertian dari filsafat dapat dilihat
dari segi etimologis, terminologis, filsafat sebagai
pandangan hidup, dan filsafat sebagai ilmu.
a. Pengertian filsafat secara etimologis
Kata Filsafat berasal dari bahasa Yunani yang
merupakan kata majemuk Philosophia atau
Philosophos. Kata tersebut terdiri dari dua
kata yakni philos dan Sophia. Kata Philos
b
e
r
a
r
ti
c
i
n
t
a
(
l
o
v
e
)
s
e
d
a
n
g
k
a
n
S
o
p
h
i
a
a
t
a
tau sophos berarti pengetahuan, kebenaran, hikmat
atau kebijaksanaan (wisdom). Jadi secara
etimologi filsafat berarti cinta akan pengetahuan,
kebenaran ayau kebijaksanaan. Makna cinta yang
seluas-luasnya mengandung arti keinginan secara
mendalam, atau bahkan kehausan luar biasa untuk
mendapatkan pengetahuan atau kebijaksanaan
sampai keakar- akarnya atau pada taraf yang radikal.
Kata filsafat juga terdapat pada bahasa Arab
yakni falsafah atau falsafat. Selain itu ada juga dari
negara India yang memakai kata dharsana yang
bermakna memandang, memperhatikan,
merenungkan, memahami diteruskan dengan
kontemplasi, kemudian membentuk persepsi untuk
memberi kesimpulan, visi dan keyakinan. Berfilsafat
akan terkait dengan kegiatan merenung atau
kontemplatif guna mendapatkan kesimpulan yang
benar, maka secara etimologi kata filsafat dalam
bahasa Yunani, maupun Arab begitu juga dari India
(dharsana) pada intinya memiliki makna yang sama
yakni aktifitas berfikir kontemplatif guna
mendapatkan kebenaran yang hakiki dalam
konteks menjadikan manusia sebagai makhluk yang
bijaksana.
b. Pengertian filsafat secara terminologis
Pemahaman pengertian filsafat secara
terminologis sangat beragam tergantung pada sudut
pandang orang ang melihatnya. Contohnya
pengertian filsafat secara terminologi dari
Poedjawiatna (1982) yang mengemukakan filsafat
adalah ilmu yang mencari sebab yang sedalam-
dalamnya bagi segala sesuatu yang ada dan mungkin
ada.
c. pengertian Filsafat Sebagai Pandangan Hidup
Seseorang yang acap/bijaksana harus memiliki
anutan atas suatu filsafat. Hal ini berarti bahwa dia
m
e
m
il
i
k
i
s
u
a
t
u
p
a
n
d
a
n
g
a
n
,
s
e
p
e
r
a
n
g
k
a
t
p
e
d
o
m
idup atau nilai-nilai yang meresapinya adalam
kehidupan bermasyarakat dan bernegara guna
mewujudkan tujuan hidup yang diidealkan.
Pemaknaan filsafat dapat diterima berkenaan
filsafat sebagai hasil olah pikir yang kritis,
interogatif, dan reflektif, memang berwujud ide,
gagasan atau teori dalam konteks pemaknaan
akan apa yang ada di kekinian, dikelampauan, dan
sekaligus juga mimpi-mimpi masa depan.
d. Pengertian filsafat sebagai ilmu
Filsafat sebagai ilmu memiliki beberapa
persyaratan antara lain dasar ontologis,
epistimologis, dan aksiologis. Ilmu pengetahuan
merupakan kumpulan pengetahuan yang disusun
secara sistematis yang memberikan jawaban atas
pertanyaan: (1) ontologi yakni “Apa”yang ingin
diketahui, (2) epistimologi yakni “Bagaimana” cara
memperoleh pengetahuan, dan (3) aksiologis yakni
untuk apa “Kegunaan” dari ilmu pengetahuan
bagi kehidupan umat manusia.
B. Dasar-Dasar Filsafat Sebagai Ilmu
1. Dasar Ontologi
a. Objek Materi
Objek filsafat pertama-tama adalah objek materi.
Objek materi adalah sesuatu yang dijadikan
sasaran pemikiran, sesuatu yang diselidiki atau
sesuatu yang dipelajari oleh filsafat, yang sangat
luas yakni mencakup segala realitas, kenyataan atau
sesuatu yang ada atau mungkin ada baik yang nyata
(Skala) maupun yang abstrak (Niskala). Objek
materi filsafat dibagi menjadi tiga (3) yakni
manusia, alam dan Tuhan. Ketiganya dilihat dari
hakikat yang skala (nyata) dan niskala (tidak
tampak). Manusia dan tindakannya beserta hasil
tindakannya dan alam merupakan objek filsafat
yang nyata (Skala) sedangkan Tuhan termasuk
ob
je
k
m
ate
ri
fil
saf
at
ya
ng
nis
ka
la.
b. O
b
j
e
k
f
o
r
m
a
l
f
i
l
s
a
f
a
t
O
bj
ek
atau prinsip-prinsip yang digunakan dalam
mengkaji objek materi. Objek Formal merupakan
cara memandang, cara meninjau yang dilakukan
oleh seseorang peneliti terhadap objek materialnya
beserta prinsip - prinsip yang digunakannya. Jadi,
objek formal filsafat adalah segi khusus, aspek,
tema, persepektif, atau prinsip-prinsip yang
digunakan dalam mengkaji objek materi.
c. Persamaan dan perbedaan antara Filsafat
dengan Ilmu
Berkenaan dengan itu filsafat dengan ilmu bisa
mempunyai obyek material yang sama, namun yang
membedakannya adalah objek formalnya.
Contohnya biologi dan filsafat, sama- sama
mempelajari manusia sbagai objek materi, tetapi
yang membedakannya adalah objek formalnya
yakni biologi mempelajari manusia dalam
konteks fungsi-fungsi organ tubuh sedangkan
filsafat mempertanyakan hal yang lebih
mendasar contohnya apa hakikat manusia.
Berkenaan hal itu tidak semua masalah dapat
dikaji secara filsafat, melainkan memerlukan
suatu persyaratan yakni: (1) besifat umum, (2) tidak
menyangkut fakta, (3) bersangkutan dengan nilai,
(4) bersifat kritis, (5) bersifat sinoptis, (6) bersifat
implikatif.
Pada dasarnya permasalahan dalam filsafat
dapat dijawab dengan menggunakan pemikiran
rasional adapun tujuan dari berpikir rasional yakni
mendapatkan kebenaran atas suatu realitas.
Berfikir filsafat harus memenuhi sejumlah
persyaratan yaitu: (1) bersifat rasional radikal,
mencari kejelasan atau kebenaran yang bersifat
esensial ( the first causes dan the last causes)
dan non-fragmentaris atau bercorak holistika,
dan menyangkut suatu realitas atau hal-hal yang
mengacu pada ide-ide dasar.
2. D
a
s
a
r
E
p
i
s
t
i
m
o
l
o
g
i
D
a
s
a
r
e
p
i
s
t
i
m
l
o
g
i
y
a
n
g
digunakan untuk pedoman mengkaji ilmu. Tujuan
berfilsafat adalah mencari the first causes
dan the last causes, maka dari itu filsafat mengenal
berbagai metode filsafat yakni :
a. Metode Kritis Reflektif
Metode kritis reflektif yakni cara memahami suatu
objek filsafat secara mendalam dan mendasar.
Kegiatan ini dilakukan secara berulang-ulang
sehingga memerlukan proses pemikiran secara
terus-menerus sampai menemui kebenaran/telah
puas atas jawaban masalah yang dikajinya.
b. Metode Dialektika-Dialog/Dialektika-Kritis.
Proses dialektik mengandung arti dialog antara
dua pendirian yang bertentangan pemikiran
dengan memakai pertemuan antara ide, sedang kan
kritis meupakan sikap yang tidak mau menerima
sebelum dilakukan pengujian. Dengan demikian
dapat disimpulkan metode dialektika-dialog
merupakan metode yang menekankan pada
dialog kritis untuk membedah masalah guna
melahirkan pengetahuan yang benar
berlandaskan pada argumentasi/alasan yang kuat.
c. Metode Dialeka Hegel
Metode ini berintikan pada pemecahan masalah
dengan mengikuti tiga langkah yakni tesa, antitesa,
dan sintesa. Prinsip dasar metode dialektika ala
Hegel adalah mengembangkan suatu proses
berpikir yang dinamis dalam memecahkan suatu
masalah, lewat argumen yang kontradiktif atau
berhadapan guna mewujudkan suatu kesepakatan
yang rasional atau logis.
d. Metode Intuitif
Intuisi adalah apa yang oleh sebagian orang disebut
perasaan hati, hati nurani, firasat, supra kesadaran,
do
ro
ng
an
ya
ng
m
en
ga
ta
ka
n
ke
pa
da
A
nd
a
un
tu
k
m
en
e
m
pu
h
su
at
u
ar
ah
ata
u
ar
ah
lai
n,
enempuh suatu arah atau arah lain, dan yang bila
digabung dengan latihan akan memberi anda alat
dalam membuat keputusan yang mantap.
e. Metode Skeptic
Metode ini berintikan pada gagasan bahwa, untuk
mendapatkan pengetahuan yang benar, maka
seseorang harus meragu-ragukan segalanya. Dalam
rangka mencapai kebenaran yang pasti, rasio
harus berperan semaksimal mungkin. Descrates
memberikan pedoman dalam rangka mendapatkan
pengetahuan yang benar yaitu Pertama,
metode keragu-raguan harus digunakan sebagai
strategi dalam melihat sesuatu, segala sesuatu harus
dilihat sebagai tipuan, dan jangan tergesa-gesa
menerimanya sebagai sesuatu yang benar, jika tidak
diketahui bahwa hal itu benar. Kedua,
pemecahan masalah yang kompleks, harus dipilah
ke dalam bagian-bagian yang lebih sederhana agar
mudah memahaminya, Ketiga, pikiran harus
diatur sedemikian rupa, dengan bertitik tolak dari
objek dan pengertian yang sederhana dan mutlak,
sampai pada objek dan pengertian yang kompleks
dan nisbi. Keempat, setiap masalah ditinjau
secara menyeluruh, sehingga tidak ada yang
ketinggalan.
f. Metode Fenomenologi
Metode ini berarti ilmu tentang fenomena yang
pada dasarnya adalah hakikat atau edios tentang
suatu penampakan diri atau tampil sebagaimana
adanya dalam kesadaran manusia.
g. Metode Eksistensialisme
Filsafat ini memandang gejala berpangkal pada
eksistensi atau cara manusia berada didunia.
Prinsip dasar adalah lebih menghargai
subjektifitas daripada objektifitas, dalam prinsip
ini
nil
ai
le
bi
h
di
po
sis
ik
an
le
bi
h
pe
nti
ng
da
ri
pa
da
fa
kt
a.
h. M
e
t
o
d
e
A
n
a
l
i
t
Filsafat ini adalah suatu metode yang khas
dalam filsafat untuk menjelaskan, menguraikan,
dan menguji kebenaran-kebenaran ungkapan dari
filosofis.
3. Dasar Aksiologis
Dasar aksiologis mengungkap tentang apakah
kegunaan dari ilmu bagi kita. Adapun dasar-dasar
pemikiran filsafat antara lain:
a. Makna kata filsafat, yang menyiratkan bahwa
berfilsafat memberikan peluang untuk menjadi
lebih bijaksana dan lebih berwawasan luas dalam
melihat dan memecahkan permasalahan.
b. Memunculkan ide yang toleran terhadap sudut
pandang dan semakin membebsakan diri dari
dogmatisme.
c. Pengkajian membawa perubahan pada keyakinan
nilai-nilai dasar seseorang yang pada gilirannya
dapat mempengaruhi arah kehidupan pribadi
maupun profesinya.
d. Tidak sebatas tambahan kognisi tetapi
mengembangkan pemikiran kritis, luas, dan
holistika.
e. Posisi kepemimpinan yang memikul
tanggungjawab dalam berbagai profesi, dan
permasalahan makna hidup.
Jadi, Fungsi filsafat ilmu adalah untuk
memberikan landasan filosofik dalam memahami
berbagi konsep dan teori sesuatu disiplin ilmu dan
membekali kemampuan untuk membangun teori
ilmiah.
BAB
III
SAI
NS
DAN
INO
VASI
TEK
NOL
OGI
ewasa
ini
ilmu
seolah-olah manusia sekarang tidak dapat hidup tanpa ilmu
pengetahuan. Kebutuhan manusia yang paling sederhana
pun sekarang memerlukan ilmu. Ketika seorang filusuf
merenungkan dan mendalami sebuah persoalan, maka ia
akan menghasilkan sebuah teknologi baru untuk
menyelesaikan persoalan tersebut. Teknologi umumnya
memanfaatkan (menerapkan) ilmu pengetahuan untuk
mencapai tujuan yang diinginkan. Dalam dunia
pendidikan modern, pengembangan teknologi bahkan
memiliki cabang ilmunya sendiri, yaitu Rekayasa (
Engineering).
Perkembangan teknologi manusia sudah bermula
dari zaman purba, ketika sebuah batu dan kayu diikatkan
untuk menjadi tombak atau ketika roda diciptakan untuk
mempermudah perpindahan tempat tinggal manusia.
Teknologi biasanya dimanfaatkan untuk memudahkan
manusia dalam pengaturan dan adaptasi terhadap
lingkungan. Secara sederhana, teknologi dapat
didefinisikan sebagai pengembangan dan pemanfaatan
berbagai ilmu pengetahuan, perangkat, teknik, sistem, atau
metode untuk menyelesaikan sebuah masalah tertentu.
Perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi akan menghambat ataupun meningkatkan
keberadaan manusia tergantung pada menusianya itu
sendiri, karena ilmu pengetahuan dan teknologi dilakukan
oleh manusia dan untuk kepentingan manusia dan
kebudayaannya.
Dalam kehidupan kita sehari-hari pasti selalu
menemukan bahan kimia, dari air (H2O), garam (NaCl),
cuka (CH3COOH), dll, baik yang berbahaya maupun yang
bermanfaat bagi tubuh dan lingkungan. Trinitrotoluena
(TNT) adalah salah satu bahan kimia yang memiliki
kegunaan sebagai bahan peledak yang sering digunakan
untuk
kebaik
an
bahka
n
kejaha
tan.
Trinitr
otolue
na
berwa
rna
kunin
g
pucat,
berbe
ntuk
kristal
jarum
dan
dapat
disuli
ng
dalam
ruang
hampa
. TNT
merup
akan
bagian
filsafa
t
karena
A. Sejarah Trinitrotoluena (TNT)
Trinitrotoluena pertama kali dibuat pada tahun
1863 oleh kimiawan Jerman Joseph Wilbrand, namun
potensinya sebagai bahan peledak yang tidak diakui
selama beberapa tahun, terutama karena begitu sulit
untuk meledakkan dan kurang kuat dibandingkan bahan
peledak lainnya. Sebagai contoh, pada tahun 1910, itu
dikecualikan dari Inggris Bahan Peledak Act 1.875 yang
tidak benar-benar dianggap sebagai peledak untuk
keperluan manufaktur dan penyimpanan. Kemampuan
TNT dapat dengan aman dicairkan menggunakan uap
atau air panas, memungkinkan untuk dituangkan saat
cair menjadi peluru cases.
Angkatan bersenjata Jerman mengadopsinya
sebagai artileri shell pada tahun 1902. Selama Perang
Dunia Pertama, Angkatan Laut Jerman memiliki
keuntungan tertentu mampu meledakkan TNT-filled
baju pelindung dari peluru setelah mereka
menembus baju besi pasukan kapal Inggris.
Sebaliknya, lyddite Inggris penuh peluru cenderung
meledak segera setelah mereka menghantam kendaraan
lapis baja Jerman, sehingga banyak mengeluarkan
energi mereka di luar kapal. Inggris secara bertahap
mulai menggunakannya sebagai pengganti lyddite
pada tahun 1907.
Karena permintaan tak terpuaskan untuk bahan
peledak selama Perang Dunia Kedua, TNT sering
dicampur dengan 40 sampai 80 persen amonium nitrat,
menghasilkan amatol yang disebut peledak. Meskipun
hampir sekuat TNT (dan jauh lebih murah), amatol
memiliki kelemahan sedikit yang higroskopis (rentan
terhadap menyerap kelembaban dari udara). Variasi
lain yang disebut Minol, terdiri dari amatol
dicampur dengan sekitar 20 persen aluminium bubuk,
digunakan oleh Inggris untuk tambang. Meskipun blok
m
ur
ni
T
N
T
te
rs
e
di
a
d
al
a
m
b
er
b
a
g
ai
u
k
ur
a
n
(
m
is
al
n
y
a
2
5
0
g,
5
peledak yang terdiri dari persentase variabel TNT
ditambah bahan-bahan lain, seperti torpex, tritonal,
pentolite, Komposisi dan B.
B. Ontologi Trinitrotoluena (TNT)
Trinitrotoluena berwarna kuning pucat,
berbentuk kristal jarum dan dapat disuling dalam ruang
hampa. TNT sulit larut dalam air, lebih mudah larut
dalam eter, aseton,benzena, dan piridin. Dengan titik
leleh rendah yaitu 80,35° C, TNT dapat meleleh di
uap dan dituangkan ke dalam wadah. TNT bersifat
beracun dan jika terkena kulit dapat menyebabkan
reaksi alergi, menyebabkan kulit berubah warna
menjadi kuning-oranye terang.
a. Kelarutan dalam air: 130 mg/L pada 20° C
b. Tekanan uap pada 20° C: 150 sampai 600 Pa
c. Detonasi speed: 6700-7000 m/s 6900 m/s (density:
1,6 g / cm ³)
d. Memimpin tes blok: 300 ml/10 g
e. Sensitivitas terhadap dampak: 15 newton meter (N •
m) (1,5 kilopound (kp) • meter
f. Gesekan sensitivitas: untuk 353 N (36 kp) tidak ada
reaksi
C. Epistemologi Trinitrotoluena (TNT)
(c)
(b)
Gambar. (a) dan (b) struktur Trinitrotoluena, (Trinitrotoluena (TNT, atau Trotyl) adalahhidrokarbon beraroma menyengat berwarna kuning pucat yang melebur pada suhu 354 K (178 °F, 81 °C). Trinitrotoluena adalah bahan peledak yang digunakan sendiri atau dicampur, misalnya dalam Torpex,Tritonal, Composition B atau Amatol. TNT dipersiapkan dengan nitrasi toluene C6H5CH3; rumus
kimianya C6H2(NO2)3CH3, and IUPAC name 2,4,6-trinitrotoluene.
Dalam industri, TNT diproduksi dalam tiga langkah proses. Pertama,
toluene dinitrasidengan campuran sulfat dan asam nitrat untuk menghasilkan
mono- nitrotoluene atau MNT. MNT tersebut dipisahkan dan kemudian
renitrated ke dinitrotoluene atau DNT. Pada langkah terakhir, DNT tersebut
dinitrasi ke trinitrotoluena atau TNT menggunakananhidrat campuran asam
nitrat dan oleum. Asam nitrat yang dipakai dalam proses manufaktur, dan asam
sulfat encer dapat reconcentrated dan digunakan kembali. Setelah nitrasi, TNT
distabilkan dengan proses yang disebut sulphitation, dimana TNT
mentah dicapurkan dengan natrium sulfit encer untuk menghapus isomer
kurang stabil dari TNT dan produk reaksi lainnya yang tidak diinginkan. Air
bilasan dari sulphitation dikenal sebagai air merah dan merupakan polutan yang
signifikan dan produk limbah dari pembuatan TNT. Gambar 1. Sintesis Trinitrotoluena
Pengendalian nitrogen oksida dalam asam nitrat sangat penting karena bebas
nitrogen dioksida dapat menyebabkan oksidasi kelompok metil dari toluena.
Reaksi ini sangat eksotermik dan disertai dengan risiko berupa ledakan.
Di laboratorium, 2,4,6-trinitrotoluene dihasilkan oleh proses dua langkah.
Campuran penitrasi dari nitrat pekat dan asam sulfat digunakan untuk nitrat
toluena untuk campuran mono- dan di-nitrotoluene isomer, dengan pendinginan
untuk mempertahankan kontrol suhu. Nitrasi toluena kemudian dipisahkan,
dicuci dengan natrium bikarbonat encer untuk menghilangkan nitrogen
oksida, dan kemudian dengan hati-hati nitrasi dengan campuranasam nitrat
berasap dan asam sulfat. Menjelang akhir nitrasi, campuran dipanaskan pada
dengan uap. Trinitrotoluene dipisahkan, dicuci dengan larutan encer natrium
sulfit dan kemudian direkristalisasi dari alkohol. Aksiologi Trinitrotoluena (TNT) ? Manfaat trinitrotoluena
TNT paling umum digunakan untuk bahan peledak dan industri pada
penggunaan militer. Hal ini dinilai karena ketidakpekaannya terhadap
guncangan dan gesekan, yang mengurangi risiko ledakan disengaja. TNT
meleleh pada 80°C (176°F), jauh di bawah suhu di mana ia akan meledak secara
spontan, sehingga aman bila dikombinasikan dengan bahan
peledak lain. TNT tidak menyerap atau larut dalam air, yang memungkinkan
untuk digunakan secara efektif dalam lingkungan basah. Selain itu, cukup stabil
bila dibandingkan bahan peledak tinggi lainnya. ? Bahaya
Beberapa alasan pengujian militer terkontaminasi dengan TNT. Air limbah
dari program amunisi (termasuk air permukaan yang terkontaminasi dan air
tanah mungkin berwarna merah muda sebagai akibat dari kontaminasi TNT dan
RDX. Kontaminasi tersebut, disebut pinkwater, mungkin sulit dan mahal untuk
menghilangkannya.
TNT cukup beracun. TNT juga dapat diserap melalui kulit, dan akan
menyebabkan iritasi dan merubah warna kulit menjadi kuning cerah. Selama
Perang Dunia Pertama, pekerja mesiu yang menangani bahan kimia menemukan
bahwa kulit mereka berubah kuning cerah, sehingga mereka mendapat julukan
"gadis kenari" atau hanya "kenari" untuk menggambarkan para pekerja.
Sebuah penyelidikan Pemerintah Inggris pada tahun 1916 kepada pekerja
perempuan di Royal Arsenal, Woolwich, menemukan bahwa 37 persen
memiliki sakit parah akibat dari hilangnya nafsu makan, mual, sembelit, dan; 25
persen menderita dermatitis, dan 34 persen mengalami perubahanmenstruasi.
Sebelum pelindung respirator dan lemak pada kulit diperkenalkan, sekitar 100
pekerja meninggal akibat penyakit tersebut.
Orang yang terpapar trinitrotoluena selama jangka waktu lama cenderung
mengalami anemia dan abnormal fungsi hati. Efek darah dan hati, yaitu
pembesaranlimpa dan efek berbahaya lainnya pada sistem kekebalan tubuh juga
telah ditemukan pada hewan yang menelan atau menghirup trinitrotoluene.
Ada bukti bahwa TNT merugikan yang mempengaruhi kesuburan pria, dan
TNT terdaftar sebagai karsinogenmanusia, dengan efek karsinogenik
ditunjukkan pada binatang percobaan (tikus), meskipun efek pada manusia
sejauh ini tidak ada [menurut IRIS tanggal 15 Maret, 2000]. Racun TNT
menghasilkan urin berwarna hitam.
Trinitrotoluena rawan eksudasi dari dinitrotoluenes dan isomer lain dari
trinitrotoluena. Bahkan sejumlah kecil kotoran tersebut dapat menimbulkan efek
seperti itu. Efeknya menunjukkan terutama di proyektil yang mengandung TNT
dan disimpan pada suhu yang lebih tinggi, misalnya selama musim panas.
Eksudasi dari kotoran menyebabkan pembentukan pori-pori dan celah-celah
(yang pada gilirannya menyebabkan peningkatan
sensitivitas guncangan). Migrasi dari cairan exudated kefuze ulir sekrup dapat
membentuk saluran api, meningkatkan risiko ledakan disengaja, kerusakan fuze
dapat diakibatkan oleh cairan bermigrasi ke mekanisme.
Trinitrotoluena adalah saksi kebiadaban dunia barat, kerakusan kekuasaan,
dan kerakusan kekayaan. Belajar tentang TNT adalah belajar sejarah dunia,
sejarah peperangan dunia, sedangkan belajar filsafat adalah belajar
memahami semua yang ada dan yang mungkin ada tak terkecuali belajar
tentang TNT.
BAB IV
PENUTUP A. KESIMPULAN
Dari uraian mengenai filsafat diatas dapat disimpulkan bahwa:
1. Filsafat adalah studi tentang seluruh fenomena kehidupan dan
pemikiran manusia secara kritis dan dijabarkan dalam konsep mendasar.
2. Filsafat sebagai ilmu memiliki beberapa persyaratan antara lain dasar ontologis,
epistimologis, dan aksiologis. Ilmu pengetahuan merupakan kumpulan
pengetahuan yang disusun secara sistematis yang memberikan jawaban atas
pertanyaan: ontologi
yakni “Apa” yang ingin diketahui, epistimologi yakni “Bagaimana” cara
memperoleh pengetahuan, dan aksiologis yakni untuk apa “Kegunaan” dari ilmu
pengetahuan bagi kehidupan umat manusia.
3. Salah satu contoh aplikasi filsafat ilmu dalam bidang teknik kimia adalah proses
pembuatan Trinitrotoluena yang dapat memberikan manfaat dan kerugian bagi
umat manusia B. SARAN
Filsafat merupakan induk dari segala ilmu yang diharapkan dapat menjadikan
pedoman bagi manusia untuk mencari sebuah kebenaran yang hakiki, dengan
demikian diharapkan manusia dapat lebih bisa berpikir kritis yang positif
serta dapat menjadi manusia yang bijaksana dalam menghadapi segala
permasalahan kehidupan.
DAFTAR PUSTAKA Al’Aras. 2008. Filsafat, Ilmu dan Perkembangannya di Indonesia . Fakultas Syariah Jurusan Al-Ahwal Al- Syakhsyiyyah. Palembang
Anonim. Filsafat. www.id.wikipedia.org. Diakses: 20 Agustus 2014. Makassar
Anthony, Preus. 2007. Historical Dictionary of Ancient Greek Philosophy , The Scarecrow Press, Inc. Lanham, Maryland • Toronto • Plymouth, UK.
Ihsan, Hamdani & Fuad Ihsan. 2007. Filsafat Pendidikan Islam. Pustaka Setia. Bandung
Muhlisin. 2010. Filsafat dan Filsafat Ilmu (Konseptualisasi dan Identifikasi) . Universitas Negeri Makassar. Makassar.
Nisa, Hikmatul Kholifatun. 2013. Filsafat TrinitroToluena (TNT). www.nieyshachemistry.blogspot.com/. Diakses : 20 Agustus 2014. Makassar
Setiadi, Hermawan Wahyu. 2013. Makalah Filsafat Ilmu . www//hermawanwahyusetiadi.blogspot.com. Diakses: 20 Agustus 2014. Makassar
Sim, Alex Xandra Albert. 2012. Filsafat, Ilmu Pengetahuan, Teknologi dan Keterhubungannya. www.bertzzie.wordpress.com. Diakses: 20 Agustus 2014. Makassar.
Wangsa, Agustina. 2011. Filsafat Ilmu dan Inovasi Teknologi . Pasca Sarjana Teknik Kimia Universitas Muslim Indonesia. Makassar