Filsafat Part 2

2
Seperti badam dan jiwa bersaru dalam manusia demikina pula peraturan-pe prinsip-prinsip keadilan bersatu dalam hukum yuridis, yakni hukum posit Namun seperti badan dan jiwa tidak pernah menjaid satu, demikian pula peraturan dan prinsip-prinsip keadilan tidak pernah menjadi satu. Betapa besar juaga usaha mewujudkan suatu hukum positif yang benar hasilnya tidak akan pernah sempurna. T akan ada dualisme antara norma-norma keadilan dan hukum yang diciptakan manusia sebagai hukum positif. Dalam aman !unani-"omawi hukum alam disamakan dengan prinsip-prinsip suat aturan ilahi yang terkandung dalam alam itu. Dalam pandangan filsuf-fil lagipula dalam filsafat #lato dan $ristoteles hukum ditanggapi sebagai pernyataa %lahi. Demikian juga dalam filsafat Stoa yang sangat berpengaruh dalam kerajaan Dalam fisafat $bad #ertengahan hukum diatrikan sebagai pernyataan kehendak $llah alam dan dengan manusia. Baik hukum alam maupun hukum positif memiliki kekuatan hukum, walapun dalam tingkatnya masing-masing. Dalam sistem-sitem rasionalisme dari abad &'%% dan &'%%% hukum alam sudah digabung lagi dengan kehendak $llah. (enurut )rotius, *olff dll. +ukum alam term prinsip-prinsip akal budi praktis yang mengatur hidup. arena hubungan ny budi prinsip-prinsip ini sudah tidak mempunya hubungan dengan hidup be masyarakat yang konkret. (ereka berlaku lepas dari hubungan ini, dan karenanya l hukum positif juga. Dalam aman sekarang fisuf-filsuf yang menerima suatu hukum alam memandanganya sebagai norma bagi hukum positif. Tetapi norma itu baru menjadi hu dalam hubungannya dengan peraturan yang konkret dalam masyarakat, yakni dalam hu positif yang sejati. esimpulanya ialah bahwa dengan menerima hukum alam sebenarnya diterima adanya kriteria untuk menilai apa hukum yang sungguh menurut prinsip keadilan. + semacam ini biasanya disebut hukum alam. Tetapi nama itu tidak penting. $sal dik bahwa menganut hukum alam sekarang tidak berarti bahwa seluruh terori hukum ala dulu dipanggil kembali. #erlu saja bahwa inspirasinya dihidupkan kembali memang inspirasi itu tetap berguna bagi aman sekarang, yang ni bahwa peraturan- harus disusun sesuai dengan prinsip-prinsip keadilan supaya dapat menjad benar.

description

Filsafat Part 2

Transcript of Filsafat Part 2

Seperti badam dan jiwa bersaru dalam manusia demikina pula peraturan-peraturan dan prinsip-prinsip keadilan bersatu dalam hukum yuridis, yakni hukum positif yang benar. Namun seperti badan dan jiwa tidak pernah menjaid satu, demikian pula peraturan-peraturan dan prinsip-prinsip keadilan tidak pernah menjadi satu. Betapa besar juaga usaha untuk mewujudkan suatu hukum positif yang benar hasilnya tidak akan pernah sempurna. Tetap akan ada dualisme antara norma-norma keadilan dan hukum yang diciptakan manusia sebagai hukum positif.Dalam zaman Yunani-Romawi hukum alam disamakan dengan prinsip-prinsip suatu aturan ilahi yang terkandung dalam alam itu. Dalam pandangan filsuf-filsuf Yuani kuno lagipula dalam filsafat Plato dan Aristoteles hukum ditanggapi sebagai pernyataan dari Yang Ilahi. Demikian juga dalam filsafat Stoa yang sangat berpengaruh dalam kerajaan Romawi. Dalam fisafat Abad Pertengahan hukum diatrikan sebagai pernyataan kehendak Allah edngan alam dan dengan manusia. Baik hukum alam maupun hukum positif memiliki kekuatan hukum, walapun dalam tingkatnya masing-masing.Dalam sistem-sitem rasionalisme dari abad XVII dan XVIII hukum alam sudah tidak digabung lagi dengan kehendak Allah. Menurut Grotius, Wolff dll. Hukum alam termasuk prinsip-prinsip akal budi praktis yang mengatur hidup. Karena hubungan nya dengan akal budi prinsip-prinsip ini sudah tidak mempunya hubungan dengan hidup bersama suatu masyarakat yang konkret. Mereka berlaku lepas dari hubungan ini, dan karenanya lepas dari hukum positif juga.Dalam zaman sekarang fisuf-filsuf yang menerima suatu hukum alam memandanganya sebagai norma bagi hukum positif. Tetapi norma itu baru menjadi hukum dalam hubungannya dengan peraturan yang konkret dalam masyarakat, yakni dalam hukum positif yang sejati.Kesimpulanya ialah bahwa dengan menerima hukum alam sebenarnya diterima adanya kriteria untuk menilai apa hukum yang sungguh menurut prinsip keadilan. Hukum semacam ini biasanya disebut hukum alam. Tetapi nama itu tidak penting. Asal diketahui bahwa menganut hukum alam sekarang tidak berarti bahwa seluruh terori hukum alam zaman dulu dipanggil kembali. Perlu saja bahwa inspirasinya dihidupkan kembali oleh sebab memang inspirasi itu tetap berguna bagi zaman sekarang, yang ni bahwa peraturan-peratuan harus disusun sesuai dengan prinsip-prinsip keadilan supaya dapat menjadi hukum yang benar.Ada orang yang berpendapat bahwa hukum mewajibkan oleh karena menemukan dasarnya dalam ajaran agama. Norma-norma yang pertama-tama diakui sebagai pedoman bagi hidup adalah perintah-perintah agama. Perintah-perintah agama adalah perintah Allah sendiri. Perintah Allah harus ditaati manusia. Inilah pandangan para sarjana yang bersikap fundamentalis dalam hal-hal keagamaan, entah mereka bersandar pada ajaran Kristiani entah pada ajarang Islam.