Filsafat Kemuhammadiyahan
-
Upload
kasmadi-rais -
Category
Education
-
view
666 -
download
33
Transcript of Filsafat Kemuhammadiyahan
Prof. Dr. Yusron Razak
PROGRAM PENELITIAN DAN EVALUASI PENDIDIKAN SEKOLAH PASCA SARJANA
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PROF.DR. HAMKA JAKARTA
Pertemuan Kedua
Motivasi Mempelajari Filsafat
Kemuhammadiyahan
PROGRAM PENELITIAN DAN EVALUASI PENDIDIKAN SEKOLAH PASCA SARJANA UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PROF.DR. HAMKA JAKARTA
1. Apa itu Filsafat Kemuhammadiyahan?
2. Kiprah Muhammadiyah dalam bidang
pendidikan
3. Perlunya pengembangan pemahaman
tentang Muhammadiyah
4. Filsafat Kemuhammadiyahan di
Perguruan Tinggi Muhammadiyah :
Khas PTM
5. Aspek pembahasan : landasan
ideal,dasar pemikiran, sejarah
pertumbuhan dan perkembangannya,
pengorganisasian, filosofi gerakan dan
institusi yang ada di dalamnya.
Pendahuluan
dimaksudkan adalah pengembangan ideologi Muhammadiyah. Ideologi disini dimaknai sebagai ”ilmu (pelajaran dan ajaran) tentang idea , yaitu ilmu (formulasi sistematik ilmiah) seseorang (sekelompok) manusia tertentu, pada waktu tertentu, di tempat tertentu, mengenai :
a. Tujuan yang akan dicapai;
b. Pedoman tentang cara-cara mencapai tujuan termaksud, berdasarkan suatu asas teori ajaran tertentu.”
Endang Saifuddin Anshari, Pokok-Pokok Pikiran tentang Islam, (Jakarta : Usaha Enterprise, Cet. II, 1976), hal. 69.
Motivasi-motivasi Filsafat Kemuhammadiyahan
Motivasi Idealis
• Dalamkerangka ini Muhammadiyah itu pada hakekatnya sebuah cita-cita, yang hendak melaksanakan ajaran Islam dalam kehidupan sehari-hari. Hal itu dirumuskan dalam maksud dan tujuan Muhammadiyah, yakni : Menegakkan dan menjunjung tinggi agama Islam sehingga terwujud masyarakat Islam yang sebenar-benarnya. Untuk maksud tersebut, Muhammadiyah memedomani norma Islami yang bersumber pada Al-Qur’an dan Sunnah untuk menjadi pola bagi tingkah laku warga Muhammadiyah dalam menjalani kehidupan sehari-hari sehingga tercermin kepribadian Islami menuju terwujudnya masyarakat Islam yang sebenar-benarnya.
Motivasi-motivasi Filsafat Kemuhammadiyahan
Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Pedoman Hidup Islami Warga Muhammadiyah, (Yogyakarta : Pimpinan Pusat Muhammadiyah)
dimaksudkan untuk memperkaya pemahaman dan kesadaran tentang
sejarah perjuangan pergerakan bangsa Indonesia dalam mencapai kemerdekaan.
Sebagaimana diketahui bahwa bangsa Indonesia telah mengalami perjuangan panjang dalam merebut kemerdekaan
tersebut. Ia dimulai dari para pahlawan, seperti Pangeran Diponegoro, Teuku
Umar, Tuanku Imam Bonjol, Pangeran Antasari, Sultan Hasanuddin,
Sisingamangaraja, yang kemudian diteruskan kepada perjuangan
pergerekan kebangsaan yang dimulai dari Syarikat Dagang Islam, Budi Utomo dsb.
Motivasi-motivasi Filsafat Kemuhammadiyahan
Motivasi Historis
Dalam rangkaian upaya besar tersebut, Muhammadiyah telah ambil bahagian yang tidak kecil.
Muhamadiyah telah turut menyumbangkan darma baktinya lewat kegiatan dan mewaqafkan tokoh-tokoh
bangsa yang lahir dari rahim pergerakan Muhamammadiyah. Tidak terlalu berlebihan bila
dikatakan, sebahagian besar dari the founding father (al-sabiqun al-awwalun) Republik Indonesia adalah
orang-orang yang pernah bersintuhan dengan Muhammadiyah. Untuk menyebut sebahagian kecil
dari mereka, umpamanya : Soekarno, Ki Bagus Hadikusumo, Mas Mansyur, Kahar Muzakkir, Kasman
Singodimedjo, Jenderal Soedirman, Syafrudin Prawiranegara, Ir. H. Juanda. Soekarno sebagai
proklamator sangatlah dekat dengan Muhammadiyah. Beliau pernah menjadi Ketua Majlis Pendidikan ketika
berada di pembuangan Bengkulu. Ki Bagus Hadikusmo adalah anggota BPUPKI yang telah merumuskan
Pembukaan Undang-Undang Dasar Republik Indonesia 1945. Dari tangan beliaulah muncul rumusan “ Yang
Maha Esa” sebagai pengganti rumusan “ dengan kewajiban menjalankan syariat Islam bagi pemeluk-
pemeluknya” yang dihapus.
Motivasi-motivasi Filsafat Kemuhammadiyahan
Motivasi etis dimaksudkan adalah motivasi kepatutan atau motivasi kelayakan, yakni memahami
Muhammadiyah berarti memahami lingkungan tempat berada. Akan dikatakan baik secara etis, atau
layak dan patut secara etis, bila seseorang yang tinggal dan hidup di suatu lingkungan tertentu,
memahami dan mengenal lingkungan itu dengan baik. Keterikatan manusia secara etis terhadap
lingkungannya merupakan hal yang harus dipelihara dan dibina secara terus menerus.
Kata etis berasal dari kata etika yang mengandung makna teori tentang laku perbuatan
manusia, dipandang dari nilai baik dan buruk sejauh yang dapat ditentukan oleh akal. Akar kata etika
ialah ethos (Yunani) berarti adapt kebiasaan. Dalam bahasa Latin, etos itu disebut mores (mufradnya
mos). Dari kata latin inilah berasal kata moral, yang sekarang berbeda pengertiannya dari pada etika.
Motivasi-motivasi Filsafat Kemuhammadiyahan
Motivasi Etis
Lihat : Drs. Sidi Gazalba, Sistematika Filsafat, Buku IV,
(Jakarta : Bulan Bintang, Cet. III, 1981), hal. 512.
Mahasiswa Perguruan Tinggi Muhammadiyah yang berkuliah dan sedang membina diri di lingkungan Muhammadiyah, secara etis dituntut untuk, mengenal dan memahami apa itu Muhammadiyah. Mengetahui dan memahami dasar pemikiran, kiprah dan gerakan serta lanhkah dan program yang dilakukan oleh Muhammadiyah dalam mencapai maksud dan tujuannya. Karena, adalah suatu yang janggal atau dipandang tidak etis, bila ada mahasiswa Perguruan Tinggi Muhammadiyah tidak mengenal sama sekali apa dan bagaimana Muhammadiyah itu.
Motivasi-motivasi Filsafat Kemuhammadiyahan
Hal ini dimaksudkan mempelajari Muhammadiyah untuk tujuan memperoleh pengertian tentang Muhammadiyah dan berbagai aspek institusinya, dan tidak secara langsung bertujuan, yang bersifat praktis, melainkan hanya dilakukan terbatas pada kalangan sarjana di universitas-universitas atau di akademi.
Motivasi-motivasi Filsafat Kemuhammadiyahan
Motivasi Akademik
Bergerak atau beramal adalah mode of existence (cara berada) dari manusia. Pada amallah nilai manusia dipertaruhkan. Bila kaum rasionalis meletakkan mode of existence manusia pada berfikir (cogito ergo sum = saya berfikir baru saya ada) dan kaum eksistensialis meletakkannya pada responsi (respondeo ergo sum = saya merespn maka saya ada), maka Islam meletakkannya pada kerja (labora ergo sum = saya bekerja maka saya ada).
Motivasi-motivasi Filsafat Kemuhammadiyahan
Motivasi Amal
Dengan lima motivasi di atas, yakni motivasi idealis, motivasi historis,
motivasi etis, motivasi akademis, dan motivasi amal, diharapkan mata kuliah
Filsafat Kemuhammadiyahan, dapat memperjelas pemahaman tentang
Muhammadiyah itu sendiri. Pada giliran berikutnya, dari pemahaman tersebut
menjadi mengenal lebih dekat Muhammadiyah dan setelah itu akan
timbul gairah untuk beramal, dalam mewujudkan cita-cita Muhammadiyah,
yakni menegakkan dan menjunjung tinggi agama Islam sehingga terwujud
masyarakat Islam yang sebenar-benarnya atau Baldatun Thayyibatun wa Rabbun
Ghafur.
Motivasi-motivasi Filsafat Kemuhammadiyahan