filsafat-ilmu

37
07/05/22 07/05/22 sty sty 1 METEDOLOGI METEDOLOGI PENELITIAN PENELITIAN Drs. Muh. Yusuf Hidayat, M.Pd Drs. Muh. Yusuf Hidayat, M.Pd Ket. Jurusan Pendidikan Fisika Fak. Ket. Jurusan Pendidikan Fisika Fak. Tarbiyah & Keguruan UIN Alauddin Tarbiyah & Keguruan UIN Alauddin Makassar Makassar

description

power point

Transcript of filsafat-ilmu

Page 1: filsafat-ilmu

04/28/2304/28/23 stysty 11

METEDOLOGI METEDOLOGI PENELITIAN PENELITIAN

Drs. Muh. Yusuf Hidayat, M.PdDrs. Muh. Yusuf Hidayat, M.PdKet. Jurusan Pendidikan Fisika Fak. Ket. Jurusan Pendidikan Fisika Fak. Tarbiyah & Keguruan UIN Alauddin Tarbiyah & Keguruan UIN Alauddin

MakassarMakassar

Page 2: filsafat-ilmu

Perkembangan Ilmu Perkembangan Ilmu Ilmu dapat berkembang karena dua Ilmu dapat berkembang karena dua

halhal1.1. Metodologi berfikirMetodologi berfikir2.2. Metodologi pengamatan (observasi)Metodologi pengamatan (observasi)

Metodologi Penelitian sebgai ILMU; Metodologi Penelitian sebgai ILMU; kumpulan berbagai cara/metode kumpulan berbagai cara/metode berfikir dan pengamatanberfikir dan pengamatan

stysty 2204/28/2304/28/23

Page 3: filsafat-ilmu

stysty 3304/28/2304/28/23

FILSAFAT ILMUFILSAFAT ILMUABAD TENGAH

(14-15M)THEOLOGI

ABAD MODERN1. Renaissance (15M)

Abad 19 2. Rasionalisme:

*Empirisme*Kritisisme

*Positivisme

YUNANI KUNO(3SM-6M)FILSAFAT

ABAD CONTEMPORER*FENOMENOLOGIS*STRUKTURALISME

MITOS-LOGOS

FILSAFATAGAMA FILSAFAT

ILMU DASAR*Astronomi

*Biologi*Fisika

*Sosiologi*Psikologi

*dll

BERBAGAI MACAMDEFINISI

ILMU“KEDOKTERAN”

FILSAFATPENGETAHUAN:

*Logika*Filsafat Bahasa

*Metodologi*Matematika

*Statistika

FILSAFAT ILMU:*ONTOLOGI

*EPISTEMOLOGI*AKSIOLOGI

Page 4: filsafat-ilmu

stysty 4404/28/2304/28/23

KANTIANISME(Imanuel Kant, 1724 – 1804)

MAZHAB BADEN(F Breno, 1838-1917)

*Membangun Sistem Nilai

MAZHAB MARBURG(M Cohen, 1842-1918)

• POSITIVISME (August Comte, 1798-1857)

•EMPIRISME(J Locke, 1632-1704; D Hume, 1711-1776)

FENOMENOLOGIS LOGICAL POSITIVISME

OPERASIONALISME

METODE KUALITATIF METODE KUANTITATIF

PARADIGMANATURALISTIK

PARADIGMAI L M I A H?

Page 5: filsafat-ilmu

stysty 5504/28/2304/28/23

PENGETAHUAN DAN ILMUPENGETAHUAN DAN ILMU Pengetahuan (Pengetahuan (knowledgeknowledge) adalah hasil ) adalah hasil

tahu dari manusia, yang sekedar tahu dari manusia, yang sekedar menjawab pertanyaan menjawab pertanyaan WhatWhat, , sedangkan…sedangkan…

Ilmu (Ilmu (sciencescience), tidak hanya sekedar ), tidak hanya sekedar menjawab what, tetapi lebih jauh yaitu menjawab what, tetapi lebih jauh yaitu whywhy dan dan howhow

Jadi pengetahuan dapat berkembang Jadi pengetahuan dapat berkembang menjadi ilmu, apabila memenuhi kriteria menjadi ilmu, apabila memenuhi kriteria sbb: sbb: 1.1. Mempunyai obyek kajianMempunyai obyek kajian2.2. Mempunyai metode pendekatanMempunyai metode pendekatan3.3. Bersifat universalBersifat universal

Page 6: filsafat-ilmu

stysty 6604/28/2304/28/23

Metode Metode Deducto-Hipotetico-VerivikatifDeducto-Hipotetico-Verivikatif

(August Comte, 1798-1857)(August Comte, 1798-1857) DEDUKSI: berdasarkan pengalaman-2 atau DEDUKSI: berdasarkan pengalaman-2 atau

teori-2 atau dogma-2 yang bersifat umum teori-2 atau dogma-2 yang bersifat umum dilakukan dugaan-2 atau hipotesisdilakukan dugaan-2 atau hipotesis

HIPOTESIS: adalah dugaan yang ditarik HIPOTESIS: adalah dugaan yang ditarik berdasarkan teori, dogma, atau pengalaman-2berdasarkan teori, dogma, atau pengalaman-2

VERIVIKASI: adalah proses pembuktian untuk VERIVIKASI: adalah proses pembuktian untuk hipotesis-2 yang telah disusun melalui hipotesis-2 yang telah disusun melalui kegiatankegiatan

INDUKSI: hasil penelitian tersebut disusun ke INDUKSI: hasil penelitian tersebut disusun ke dalam suatu teori yang umum.dalam suatu teori yang umum.

Page 7: filsafat-ilmu

stysty 7704/28/2304/28/23

LANDASAN ILMULANDASAN ILMU ONTOLOGI; adalah tentang obyek yang ONTOLOGI; adalah tentang obyek yang

ditelaah ilmu tertentuditelaah ilmu tertentu EPISTEMOLOGI; adalah cara yang EPISTEMOLOGI; adalah cara yang

digunakan untuk mengkaji atau menelaah digunakan untuk mengkaji atau menelaah sehingga diperolehnya ilmu tersebutsehingga diperolehnya ilmu tersebut

AKSIOLOGI; adalah berhubungan dengan AKSIOLOGI; adalah berhubungan dengan penggunaan ilmu tersebut dalam rangka penggunaan ilmu tersebut dalam rangka memenuhi kebutuhan manusiamemenuhi kebutuhan manusia

Page 8: filsafat-ilmu

stysty 8804/28/2304/28/23

ILMU DAN SARANA BERFIKIR ILMIAHILMU DAN SARANA BERFIKIR ILMIAHLOGIKA

MATEMATIKA

Khasanah Dunia Rasional Ramalan Ilmu Dunia Empiris (Hipotesis)

Induksi PengujianFakta

Deduksi

Statistika METODE PENELITIAN

Page 9: filsafat-ilmu

stysty 9904/28/2304/28/23

FILOSOFIFILOSOFIRASIONALISME DAN EMPIRISMERASIONALISME DAN EMPIRISME

Berfikir sistematis dan kritis, Berfikir sistematis dan kritis, penalaran, logika, argumen yang kuat penalaran, logika, argumen yang kuat dan benar, aturan dan tertib tertentu, dan benar, aturan dan tertib tertentu, untuk pemecahan masalahuntuk pemecahan masalah

Permainan dialektik untuk Permainan dialektik untuk memperoleh wawasan dan kebenaran memperoleh wawasan dan kebenaran telah dipraktekan oleh Filsuf Yunani telah dipraktekan oleh Filsuf Yunani kuno (Socrates, Plato, Arestoteles)kuno (Socrates, Plato, Arestoteles)

Pada 4 abad SM diteruskan oleh Pada 4 abad SM diteruskan oleh Decrates dan Galileo sampai abad 16-Decrates dan Galileo sampai abad 16-17M, disebut RASIONALISME17M, disebut RASIONALISME

Page 10: filsafat-ilmu

stysty 101004/28/2304/28/23

Pada penghujung abad 17 muncul Pada penghujung abad 17 muncul Revolusi Ilmiah yang dipelopori oleh Revolusi Ilmiah yang dipelopori oleh Ilmuwan dan Filsuf EMPIRIS Ilmuwan dan Filsuf EMPIRIS

Ilmu pengetahuan (IP) tidak lagi se mata-Ilmu pengetahuan (IP) tidak lagi se mata-mata mengandalkan AKAL dan mata mengandalkan AKAL dan PENALARAN murni (reasoning) yang tidak PENALARAN murni (reasoning) yang tidak bergantung pada PENGALAMAN DAN bergantung pada PENGALAMAN DAN EKSPERIMENEKSPERIMEN

IP menggunakan metode ilmiah yaitu IP menggunakan metode ilmiah yaitu proses bertahap yang bergerak maju dari proses bertahap yang bergerak maju dari teori menuju konklusiteori menuju konklusi

Page 11: filsafat-ilmu

stysty 111104/28/2304/28/23

Kebenaran yang dihasilkan melalui Kebenaran yang dihasilkan melalui PENALARAN, LOGIKA, TRADISI, DAN PENALARAN, LOGIKA, TRADISI, DAN OTORITAS ILMU diterima jika telah OTORITAS ILMU diterima jika telah dilakukan “CEK dan RICEK” dengan:dilakukan “CEK dan RICEK” dengan:Observasi sistematisObservasi sistematisPengukuran atau Pengukuran atau EksperimentasiEksperimentasi

Ilmu empiris ditandai oleh metode Ilmu empiris ditandai oleh metode induktif (bertolak dari pengamatan induktif (bertolak dari pengamatan particular/ tunggal, yaitu hasil observasi particular/ tunggal, yaitu hasil observasi dan ekspe-rimen, untuk dibuat dan ekspe-rimen, untuk dibuat kesimpulan yang bersifat umum seperti kesimpulan yang bersifat umum seperti hipotesis dan atau teori.hipotesis dan atau teori.

Page 12: filsafat-ilmu

stysty 121204/28/2304/28/23

Bagi penganut EMPIRIS-POSITIVIS, Bagi penganut EMPIRIS-POSITIVIS, metode induksi merupakan kriterium metode induksi merupakan kriterium demarkasi antara ILMIAH dan demarkasi antara ILMIAH dan NONILMIAHNONILMIAH

Rasionalisme menyatakan tidak akan Rasionalisme menyatakan tidak akan ditemukan pengetahuan yang pasti ditemukan pengetahuan yang pasti secara mutlak dalam pengalaman secara mutlak dalam pengalaman inderawi, melainkan harus dicari dalam inderawi, melainkan harus dicari dalam alam pikiran(DEDUKSI)alam pikiran(DEDUKSI)

INDUKSI: dari hal-2 KHUSUS ke UMUMINDUKSI: dari hal-2 KHUSUS ke UMUMDEDUKSI: dari UMUM ke KHUSUSDEDUKSI: dari UMUM ke KHUSUS

Page 13: filsafat-ilmu

stysty 131304/28/2304/28/23

INDUKSI dan DEDUKSIINDUKSI dan DEDUKSIdapat dijembatani dengan 4 dapat dijembatani dengan 4

hal :…hal :…1.1. Fakta empiris perlu dibedakan dengan Fakta empiris perlu dibedakan dengan

logika. Banyak ilmuwan terjebak dalam logika. Banyak ilmuwan terjebak dalam sikap praktis, yaitu: lebih sikap praktis, yaitu: lebih memperhatikan karya ilmiah yang memperhatikan karya ilmiah yang mendatangkan hasil drpd berpusing-mendatangkan hasil drpd berpusing-pusing tentang problem logika dalam pusing tentang problem logika dalam membentuk pengetahuan, meskipun membentuk pengetahuan, meskipun hasil yang diperoleh adalah suatu hasil yang diperoleh adalah suatu pengetahuan yang secara rasional tidak pengetahuan yang secara rasional tidak mempunyai dasar yang kokohmempunyai dasar yang kokoh

Page 14: filsafat-ilmu

stysty 141404/28/2304/28/23

2. Teori apapun tidak memiliki dan tidak 2. Teori apapun tidak memiliki dan tidak akan pernah memiliki kebenaran mutlak. akan pernah memiliki kebenaran mutlak. Pengetahuan bersifat NISBI dan Pengetahuan bersifat NISBI dan DINAMIS, bukannya MUTLAK dan STATIS.DINAMIS, bukannya MUTLAK dan STATIS.

3. Teori untuk dikatakan ILMIAH tidak 3. Teori untuk dikatakan ILMIAH tidak hanya harus siap diuji (testable), tetapi hanya harus siap diuji (testable), tetapi juga siap disalahkan (falsiable), artinya juga siap disalahkan (falsiable), artinya hipotesis hrs dikemukakan dan hipotesis hrs dikemukakan dan dinyatakan dengan JELAS, TERBUKA dinyatakan dengan JELAS, TERBUKA untuk dilakukan KRITIK secara TAJAM. untuk dilakukan KRITIK secara TAJAM. Teori itu makin kuat jika berkali-kali diuji Teori itu makin kuat jika berkali-kali diuji dengan keras dan mampu lulus dari dengan keras dan mampu lulus dari falsifikasi…..falsifikasi…..

Page 15: filsafat-ilmu

stysty 151504/28/2304/28/23

Teori adalah hipotesis empiris dan Teori adalah hipotesis empiris dan selamanya harus terus menerus dicari selamanya harus terus menerus dicari kesalahannya (falsifikasi) dan disingkirkan kesalahannya (falsifikasi) dan disingkirkan kesalahannya itu (error elimination), kesalahannya itu (error elimination), sehingga menghasilkan hipotesis baru, dan sehingga menghasilkan hipotesis baru, dan hipotesis baru diuji kebenarannya melalui hipotesis baru diuji kebenarannya melalui riset empiris berikutnya.????riset empiris berikutnya.????

4. Replikasi penelitian hendaknya tidak 4. Replikasi penelitian hendaknya tidak terjerumus kepada redundansi verifikasi atau terjerumus kepada redundansi verifikasi atau konfirmasi teori yang tidak menumbuhkan konfirmasi teori yang tidak menumbuhkan pengetahuan baru, melainkan lebih ditujukan pengetahuan baru, melainkan lebih ditujukan untuk menyanggah atau falsifikasi sehingga untuk menyanggah atau falsifikasi sehingga diperoleh teori yang lebih kuatdiperoleh teori yang lebih kuat

Page 16: filsafat-ilmu

stysty 161604/28/2304/28/23

I L M UI L M U????? Manusia Mulai BERFIKIR ?????

(Pendekatannya melalui Metode Ilmiah produknya ILMU

ILMU adalah pengetahuan yang diperoleh dengan Metode IlmiahILMU termasuk pengetahuan (Knowledge)

PENGETAHUAN diperoleh tidak dengan Metode tertentu

Hakekat Kegiatan Ilmu :Menyusun

Teori, Hukum, Dalil, Kaidah yang relatif benar dan berlaku umum untuk suatu Kemanfaatan atau penyelesaian masalah tertentu

Page 17: filsafat-ilmu

stysty 171704/28/2304/28/23

Pendapat EINSTEINPendapat EINSTEINIlmu dimulai dengan FAKTA*, diakhiri Ilmu dimulai dengan FAKTA*, diakhiri dengan FAKTA pula, apapun yang dengan FAKTA pula, apapun yang disusun di antara kedua FAKTA disusun di antara kedua FAKTA tersebut.tersebut.*)Fakta: empiris, normatif*)Fakta: empiris, normatif

Kaidah Ilmu

SEBAB AKIBAT1 Sebab 1 akibat

1 sebab banyak akibatBanyak sebab 1 akibat

Banyak sebab banyak akibat

Page 18: filsafat-ilmu

stysty 181804/28/2304/28/23

BERFIKIR ILMIAH(Metode ilmiah)

RASIONALISME(Deduksi)

EMPIRISME/FAKTA(Induktif)

(Kualitatif, Kuantitatif)

Page 19: filsafat-ilmu

stysty 191904/28/2304/28/23

POSTULAT ILMUPOSTULAT ILMU1.1. Benda empiris mempunyai Benda empiris mempunyai

kesamaan/perbedaan timbul klasifikasikesamaan/perbedaan timbul klasifikasi2.2. Benda empiris relatif tidak berubah Benda empiris relatif tidak berubah

dalam waktu tertentu, dan dapat dalam waktu tertentu, dan dapat dihitung; timbul matematika/statistikadihitung; timbul matematika/statistika

3.3. Fenomena/gejala bukan kejadian Fenomena/gejala bukan kejadian kebetulan, tetapi merupakan SEBAB-kebetulan, tetapi merupakan SEBAB-AKIBAT; timbul AKIBAT; timbul probabilitas/kemungkinan/peluangprobabilitas/kemungkinan/peluang

Page 20: filsafat-ilmu

stysty 202004/28/2304/28/23

KETERBATASAN ILMUKETERBATASAN ILMU

1.1. Ilmu terbatas pada obyek/kejadian Ilmu terbatas pada obyek/kejadian yang bersifat empiris (dapat yang bersifat empiris (dapat ditangkap oleh pancaindera)ditangkap oleh pancaindera)

2.2. Jadi; Tuhan, surga, neraka… dst, Jadi; Tuhan, surga, neraka… dst, adalah gaib (harus diyakini)adalah gaib (harus diyakini)

3.3. Filsafat : cinta kearifan dan Filsafat : cinta kearifan dan kebenarankebenaran

Page 21: filsafat-ilmu

stysty 212104/28/2304/28/23

SIFAT ILMUSIFAT ILMUTERBUKA (open):TERBUKA (open):

SiapaSiapaWaktuWaktutempattempat

BENAR (valid):BENAR (valid):InstrumenInstrumen

DIPERCAYA (reliable)DIPERCAYA (reliable)Teknik pengukuranTeknik pengukuran

Page 22: filsafat-ilmu

stysty 222204/28/2304/28/23

ILMUILMUTUNTUTLAH ILMU, SESUNGGUHNYA MENUNTUT ILMU ADALAH TUNTUTLAH ILMU, SESUNGGUHNYA MENUNTUT ILMU ADALAH

UPAYA MUPAYA MENDEKATENDEKATKKAN DIRI KEPADA ALLAH, DAN AN DIRI KEPADA ALLAH, DAN MENGAJARKANNYA KEPADA ORANG LAIN YANG TIDAK MENGAJARKANNYA KEPADA ORANG LAIN YANG TIDAK

MENGETAHUINYA ADALAH SODAQOH, SESUNGGUHNYA ILMU MENGETAHUINYA ADALAH SODAQOH, SESUNGGUHNYA ILMU PENGETAHUAN MENEMPATKAN ORANGNYA DALAM PENGETAHUAN MENEMPATKAN ORANGNYA DALAM KEDUDUKAN TERHORMAT DAN MULIA. KEDUDUKAN TERHORMAT DAN MULIA. ILMU ILMU

PENGETAHUAN ADALAH KEINDAHAN BAGI AHLINYA PENGETAHUAN ADALAH KEINDAHAN BAGI AHLINYA DUNIA DAN AKHERATDUNIA DAN AKHERAT

(Alhadits-Qudsi)(Alhadits-Qudsi)ETIKA ILMUWANETIKA ILMUWAN

JANGANLAH KALIAN MENUNTUT ILMU UNTUK JANGANLAH KALIAN MENUNTUT ILMU UNTUK MEMBANGGAKANNYA TERHADAP PARA ULAMA MEMBANGGAKANNYA TERHADAP PARA ULAMA

(Orang berilmu), DAN UNTUK DIPERDEBATKAN DI (Orang berilmu), DAN UNTUK DIPERDEBATKAN DI KALANGAN ORANG-ORANG BODOH, JANGAN PULA KALANGAN ORANG-ORANG BODOH, JANGAN PULA

MENUNTUT ILMU UNTUK PENAMPILAN DALAM MENUNTUT ILMU UNTUK PENAMPILAN DALAM MAJELIS DAN UNTUK MENARIK PERHATIAN MAJELIS DAN UNTUK MENARIK PERHATIAN

ORANG-ORANG KEPADAMU. BARANG SIAPA ORANG-ORANG KEPADAMU. BARANG SIAPA SEPERTI ITU MAKA BAGINYA NERAKA….NERAKA SEPERTI ITU MAKA BAGINYA NERAKA….NERAKA

(Alhadist-Qudsi)(Alhadist-Qudsi)

Page 23: filsafat-ilmu

stysty 232304/28/2304/28/23

PENELITIANPENELITIANAdalah mencari hal-hal yang belum Adalah mencari hal-hal yang belum

diketahui (diketahui (research is the research is the repeated search to the unknownrepeated search to the unknown))

Kebergantungan hubungan sebab-Kebergantungan hubungan sebab-akibat disebut HIPOTESIS (bila belum akibat disebut HIPOTESIS (bila belum diuji kebenarannya) atau TESIS (bila diuji kebenarannya) atau TESIS (bila telah diuji kebenarannya)telah diuji kebenarannya)

SEBAB merupakan variabel BEBAS SEBAB merupakan variabel BEBAS ((independentindependent); AKIBAT merupakan ); AKIBAT merupakan variabel bergantung (variabel bergantung (dependentdependent) )

Page 24: filsafat-ilmu

stysty 242404/28/2304/28/23

SIFAT KHAS PENELITIANSIFAT KHAS PENELITIAN1.1. BERKISAR PADA MASALAHBERKISAR PADA MASALAH2.2. DASAR INGIN TAHUDASAR INGIN TAHU3.3. ADANYA UNSUR ORISINALITASADANYA UNSUR ORISINALITAS4.4. ADANYA ASUMSI BAHWA FENOMENA ADANYA ASUMSI BAHWA FENOMENA

MEMPUNYAI MEMPUNYAI Hukum dan KeteraturanHukum dan Keteraturan 5.5. UNTUK TUJUAN GENERALISASIUNTUK TUJUAN GENERALISASI6.6. STUDI TENTANG SEBAB AKIBATSTUDI TENTANG SEBAB AKIBAT7.7. DENGAN PENGUKURAN YANG AKURATDENGAN PENGUKURAN YANG AKURAT8.8. TEKNIKNYA SECARA SADAR HARUS TEKNIKNYA SECARA SADAR HARUS

DIKETAHUIDIKETAHUI

Page 25: filsafat-ilmu

stysty 252504/28/2304/28/23

PROSEDUR PENELITIANPROSEDUR PENELITIANMEMILIH MASALAH PENELITIAN

Merumuskan masalah dan tujuan

MERUMUSKAN HIPOTESIS

MEMILIH PENDEKATAN(METODE PENELITIAN)

MENENTUKAN VARIABEL MENENTUKAN SUMBER DATA

MENENTUKAN DAN MENYUSUN INSTRUMEN

MENGUMPULKAN DAN ANALISIS DATA

MEMBUAT KESIMPULAN dan LAPORAN

Studi Pendahuluan

Merumuskan TopikAtau JUDUL

TEORI, HUKUM, DALIL

Page 26: filsafat-ilmu

stysty 262604/28/2304/28/23

METODE ILMIAHMETODE ILMIAH KRITERIA METODE ILMIAHKRITERIA METODE ILMIAH

1.1. Berdasarkan pada faktaBerdasarkan pada fakta2.2. Bebas dari prasangkaBebas dari prasangka3.3. Menggunakan prinsip-2 analisaMenggunakan prinsip-2 analisa4.4. Menggunakan ukuran obyektifMenggunakan ukuran obyektif5.5. Menggunakan hipotesisMenggunakan hipotesis6.6. Menggunakan teknik-2 kuantitatifMenggunakan teknik-2 kuantitatif

Page 27: filsafat-ilmu

stysty 272704/28/2304/28/23

LANGKAH-2 METODE ILMIAHLANGKAH-2 METODE ILMIAH1.1. Memilih dan Memilih dan

mendefinisikan/merumuskan masalahmendefinisikan/merumuskan masalah2.2. Survei terhadap data yang tersediaSurvei terhadap data yang tersedia3.3. Memformulasikan hipotesisMemformulasikan hipotesis4.4. Membangun kerangka analisaMembangun kerangka analisa5.5. Mengumpulkan data primerMengumpulkan data primer6.6. Mengolah dan menganalisa data serta Mengolah dan menganalisa data serta

membuat interpretasimembuat interpretasi7.7. Membuat kesimpulan dan generalisasiMembuat kesimpulan dan generalisasi8.8. Membuat/menulis laporan Membuat/menulis laporan

Page 28: filsafat-ilmu

stysty 282804/28/2304/28/23

MASALAH PENELITIANMASALAH PENELITIANMasalah yang dipilih haruslah:Masalah yang dipilih haruslah:

A. MEMPUNYAI NILAI PENELITIANA. MEMPUNYAI NILAI PENELITIAN1.1. Keaslian (orisinalitas)Keaslian (orisinalitas)2.2. Menunjukan suatu hubunganMenunjukan suatu hubungan3.3. Dapat diuji dan dinyatakan dalam Dapat diuji dan dinyatakan dalam

bentuk pertanyaanbentuk pertanyaanB. MEMPUNYUAI FISIBILITASB. MEMPUNYUAI FISIBILITAS

1.1. Data/informasi harus tersediaData/informasi harus tersedia2.2. Biaya dan waktu, cukupBiaya dan waktu, cukup3.3. Alat, bahan, dan metode harus tersediaAlat, bahan, dan metode harus tersedia

Page 29: filsafat-ilmu

stysty 292904/28/2304/28/23

C. SESUAI KUALIFIKASI PENELITIC. SESUAI KUALIFIKASI PENELITI1.1. MenarikMenarik2.2. Sesuai bidang ilmunya, dan derajat Sesuai bidang ilmunya, dan derajat

keilmuwannyakeilmuwannya

PERUMUSAN MASALAH YANG BAIK PERUMUSAN MASALAH YANG BAIK AKANAKAN

1.1. Membimbing dalam menyusun hipotesisMembimbing dalam menyusun hipotesis2.2. Memperkirakan prognosis penelitian Memperkirakan prognosis penelitian

(kendala,waktu, biaya…dst)(kendala,waktu, biaya…dst)3.3. Mudah membuat judul penelitianMudah membuat judul penelitian4.4. Menentukan bobot penelitianMenentukan bobot penelitian

Page 30: filsafat-ilmu

stysty 303004/28/2304/28/23

SUMBER MASALAHSUMBER MASALAH1.1. Kepekaan peneliti menangkap Kepekaan peneliti menangkap

fenomena problematikfenomena problematik2.2. Kesiapan penelitiKesiapan peneliti3.3. Ketekunan penelitiKetekunan peneliti4.4. KEPUSTAKAANKEPUSTAKAAN5.5. FORUM ILMIAHFORUM ILMIAH6.6. Pengalaman pralitikPengalaman pralitik

Page 31: filsafat-ilmu

stysty 313104/28/2304/28/23

KRITERIA PERUMUSAN MASALAH KRITERIA PERUMUSAN MASALAH YANG BAIK:YANG BAIK:

SUBSTANSI (ISI) HARUS BERBOBOTSUBSTANSI (ISI) HARUS BERBOBOT1.1. Kegunaan teoritikKegunaan teoritik2.2. Kegunaan metodologikKegunaan metodologik3.3. Nilai aplikasi (manfaat)Nilai aplikasi (manfaat)

METODE PEMECAHAN MASALAH METODE PEMECAHAN MASALAH HARUS DIKUASAIHARUS DIKUASAI

Page 32: filsafat-ilmu

stysty 323204/28/2304/28/23

CARA MERUMUSKAN CARA MERUMUSKAN MASALAHMASALAH

1.1. Berupa pertanyaan dan harus jelasBerupa pertanyaan dan harus jelas2.2. Berimplikasi adanya dataBerimplikasi adanya data3.3. Dasar membuat tujuan penelitianDasar membuat tujuan penelitian4.4. Dasar membuat judul penelitianDasar membuat judul penelitian5.5. Dasar membuat hipotesis penelitanDasar membuat hipotesis penelitan

Page 33: filsafat-ilmu

stysty 333304/28/2304/28/23

JENIS PERUMUSAN MASALAHJENIS PERUMUSAN MASALAH1.1. Masalah untuk mengetahui status Masalah untuk mengetahui status

dan mendiskripsikan fenomenadan mendiskripsikan fenomena2.2. Masalah untuk membandingkan Masalah untuk membandingkan

dua atau lebih fenomenadua atau lebih fenomena3.3. Masalah untuk mencari hubungan Masalah untuk mencari hubungan

antara dua fenomena:antara dua fenomena: KorelasiKorelasi Sebab akibatSebab akibat

Page 34: filsafat-ilmu

stysty 343404/28/2304/28/23

Studi PendahuluanStudi Pendahuluan MANFAATMANFAAT

1.1. Memperjelas masalahMemperjelas masalah2.2. Menjajagi kemungkinan dilanjutkannya Menjajagi kemungkinan dilanjutkannya

penelitianpenelitian3.3. Mengetahui informasi peta permasalahanMengetahui informasi peta permasalahan

CARA MELAKSANAKAN STUDI PENDAHULUANCARA MELAKSANAKAN STUDI PENDAHULUAN1.1. Membaca literaturMembaca literatur2.2. Berkonsultasi dengan nara sumber (expert)Berkonsultasi dengan nara sumber (expert)3.3. Meninjau ke tempat peneltianMeninjau ke tempat peneltian

Page 35: filsafat-ilmu

stysty 353504/28/2304/28/23

MERUMUSKAN TOPIK/JUDULMERUMUSKAN TOPIK/JUDUL

SINGKAT, SPESIFIK DAN JELAS; SINGKAT, SPESIFIK DAN JELAS; MENGGAMBARKAN POKOK BAHASAN MENGGAMBARKAN POKOK BAHASAN DAN BERSIFAT INDIKATIFDAN BERSIFAT INDIKATIF

MENCAKUP SIFAT/JENIS PENELITIAN, MENCAKUP SIFAT/JENIS PENELITIAN, OBYEK DAN SUBYEK PENELITIANOBYEK DAN SUBYEK PENELITIAN

Page 36: filsafat-ilmu

stysty 363604/28/2304/28/23

MERUMUSKAN TUJUANMERUMUSKAN TUJUAN

TUJUAN PENELITIAN DINYATAKAN TUJUAN PENELITIAN DINYATAKAN DALAM/DENGAN KALIMAT DALAM/DENGAN KALIMAT PERNYATAAN (BENTUK DEKLARATIF)PERNYATAAN (BENTUK DEKLARATIF)

TUJUAN LEBIH SPESIFIK ATAU TUJUAN LEBIH SPESIFIK ATAU KONGKRIT DIBANDINGKAN DENGAN KONGKRIT DIBANDINGKAN DENGAN PERUMUSAN MASALAH YANG MASIH PERUMUSAN MASALAH YANG MASIH BERSIFAT ABSTRAKBERSIFAT ABSTRAK

Page 37: filsafat-ilmu

stysty 373704/28/2304/28/23

HUBUNGAN MASALAH, TUJUAN HUBUNGAN MASALAH, TUJUAN DAN KESIMPULANDAN KESIMPULAN

MASALAH:Hal yang dipertanyakan

TUJUAN:Jawaban yang ingin dicari

KESIMPULAN:Jawaban yang diperoleh