Filsafat Ilmu

16
7/21/2019 Filsafat Ilmu http://slidepdf.com/reader/full/filsafat-ilmu-56d99b3513ed8 1/16 Filsafat Ilmu (Buku Karya Jujun Surya Sumantri) Filsafat Ilmu (Buku Karya Jujun Surya Sumantri) Oleh : Mohamad Rif’at & Fadhli  BAB I Ke Arah Pemikiran Filsafat 1. Ilmu dan Filsafat Karakteristik berpikir filsafat yang pertama adalah sifat menyeluruh. Seorang ilmuan tidak puas mengenal ilmu hanya dari segi pandang ilmu itu sendiri. Yang kedua yakni sifat mendasar. Dia tidak lagi percaya begitu saja bahwa ilmu itu benar. Ketiga adalah spekulatif,Kita bisa memisahkan spekulasi mana yang dapat diandalkan dan mana yang tidak. Tugas utama filsafat adalah menetapkan dasar-dasar yang dapat diandalkan. Semua pengetahuan yang sekarang ada dimulai dengan spekulasi.  Filsafat : Peneratas Pengetahuan Dalam taraf peralihan ini, maka bidang penjelajahan filsafat menjadi lebih sempit, tidak lagi menyeluruh melainkan sektoral.  Secara konseptual ilmu masih mendasarkan kepada norma- norma filsafat. Pada tahap peralihan ilmu masih mendasarkan kepada norma yang seharusnya, sedangkan pada tahap terakhir ilmu mendasarkan pada penemuan alamiah sebagaimana adanya. Dalam penyusunan pengetahuan tentang alam dan isinya ini maka manusia tidak lagi mempergunakan metode yang bersifat normatif dan deduktif melainkan kombinasi antara deduktif dan induktif dengan jembatan yang berupa pengajuan hipotesis yang dikenal dengan metode  Logico-hipothetico-verifikatif  “. Auguste Comte (1798-1857) membagi tiga tingkat  perkembangan pengetahuan tersebut kedalam tahap religius, metafisik dan positif. Tahap religius, maka asas religilah yang dijadikan postulat ilmiah sehingga ilmu merupakan deduksi dari ajaran religi. Tahap metafisik , orang mulai berspekulasi tentang metafisika ujud yang menjadi obyek penelaahan yang terbatas dari dogma religi dan mengembangkan sistem  pengetahuan diatas dasar postulat metafisik tersebut. Tahap positif yakni tahap pengetahuan ilmiah, ilmu dimana asas-asas yang digunakan diuji secara positif dalam proses verifikasi yang obyektif. Bidang Telaah Filsafat Menelaah segala masalah yang mungkin dapat dipikirkan oleh manusia. Pada tahap mula, filsafat mempersoalkan siapa manusia itu. Tahap kedua adalah pernyataan yang berkisar tentang ada : tentang hidup dan eksistensi manusia. Tahap ketiga, Seorang ilmuan bicara  panjang lebar tentang suatu penemuan ilmiah dalam risetnya.  Cabang-cabang Filsafat Pokok permasalahan yang dikaji mencakup tiga segi yakni logika, etika dan estetika. Ketiga cabang utama filsafat ini kemudian bertambah lagi yakni: (1) Teori tentang ada: tentang hakikat keberadaan zat dan pikiran yang semuanya terangkum dalam metafisika. (2) Politik : yakni kajian mengenai organisasi sosial atau pemerintahan yang ideal. Kelima cabang utama ini kemudian berkembang lagi menjadi cabang-cabang filsafat yang mempunyai bidang kajian yang lebih spesifik. Cabang filsafat ini mencakup:Epistemologis, Filsafat Ilmu Etika (Moral), Filsafat Pendidikan, Estetika (Seni), Filsafat Hukum, Metafisika, Filsafat Sejarah, Politik, Filsafat Matematika,Filsafat Agama.  Filsafat Ilmu 

description

filsafat ilmu

Transcript of Filsafat Ilmu

Page 1: Filsafat Ilmu

7/21/2019 Filsafat Ilmu

http://slidepdf.com/reader/full/filsafat-ilmu-56d99b3513ed8 1/16

Filsafat Ilmu (Buku Karya Jujun Surya Sumantri)

Filsafat Ilmu (Buku Karya Jujun Surya Sumantri) 

Oleh : Mohamad Rif’at & Fadhli 

BAB I 

Ke Arah Pemikiran Filsafat 

1.  Ilmu dan Filsafat Karakteristik berpikir filsafat yang pertama adalah sifat menyeluruh. Seorang ilmuan

tidak puas mengenal ilmu hanya dari segi pandang ilmu itu sendiri. Yang kedua yakni

sifat mendasar. Dia tidak lagi percaya begitu saja bahwa ilmu itu benar. Ketiga

adalah spekulatif,Kita bisa memisahkan spekulasi mana yang dapat diandalkan dan mana

yang tidak. Tugas utama filsafat adalah menetapkan dasar-dasar yang dapat diandalkan.

Semua pengetahuan yang sekarang ada dimulai dengan spekulasi. 

Filsafat : Peneratas Pengetahuan Dalam taraf peralihan ini, maka bidang penjelajahan filsafat menjadi lebih sempit, tidak lagi

menyeluruh melainkan sektoral. Secara konseptual ilmu masih mendasarkan kepada norma-

norma filsafat. Pada tahap peralihan ilmu masih mendasarkan kepada norma yang

seharusnya, sedangkan pada tahap terakhir ilmu mendasarkan pada penemuan alamiah

sebagaimana adanya. 

Dalam penyusunan pengetahuan tentang alam dan isinya ini maka manusia tidak lagi

mempergunakan metode yang bersifat normatif dan deduktif melainkan kombinasi antara

deduktif dan induktif dengan jembatan yang berupa pengajuan hipotesis yang dikenal dengan

metode Logico-hipothetico-verifikatif  “. Auguste Comte (1798-1857) membagi tiga tingkat

 perkembangan pengetahuan tersebut kedalam tahap religius, metafisik dan positif. 

Tahap religius, maka asas religilah yang dijadikan postulat ilmiah sehingga ilmu merupakandeduksi dari ajaran religi. Tahap metafisik , orang mulai berspekulasi tentang metafisika ujud

yang menjadi obyek penelaahan yang terbatas dari dogma religi dan mengembangkan sistem

 pengetahuan diatas dasar postulat metafisik tersebut. Tahap positif yakni tahap pengetahuan

ilmiah, ilmu dimana asas-asas yang digunakan diuji secara positif dalam proses verifikasi

yang obyektif. 

Bidang Telaah Filsafat Menelaah segala masalah yang mungkin dapat dipikirkan oleh manusia. Pada tahap mula,

filsafat mempersoalkan siapa manusia itu. Tahap kedua  adalah pernyataan yang berkisar

tentang ada : tentang hidup dan eksistensi manusia. Tahap ketiga,  Seorang ilmuan bicara

 panjang lebar tentang suatu penemuan ilmiah dalam risetnya. 

Cabang-cabang Filsafat Pokok permasalahan yang dikaji mencakup tiga segi yakni logika, etika dan estetika. Ketiga

cabang utama filsafat ini kemudian bertambah lagi yakni: (1) Teori tentang ada: tentang

hakikat keberadaan zat dan pikiran yang semuanya terangkum dalam metafisika. (2) Politik :

yakni kajian mengenai organisasi sosial atau pemerintahan yang ideal. Kelima cabang utama ini kemudian berkembang lagi menjadi cabang-cabang filsafat yang

mempunyai bidang kajian yang lebih spesifik. Cabang filsafat ini mencakup:Epistemologis,

Filsafat Ilmu Etika (Moral), Filsafat Pendidikan, Estetika (Seni), Filsafat Hukum, Metafisika,

Filsafat Sejarah, Politik, Filsafat Matematika,Filsafat Agama. 

Filsafat Ilmu 

Page 2: Filsafat Ilmu

7/21/2019 Filsafat Ilmu

http://slidepdf.com/reader/full/filsafat-ilmu-56d99b3513ed8 2/16

Filsafat ilmu merupakan bagian dari epistemologis (filsafat pengetahuan) yang secara spesifik

mengkaji hakikat ilmu (pengetahuan ilmiah). Secara metodologis ilmu tidak membedakan

antara ilmu alam dengan ilmu sosial, namun karena permasalahan teknis yang bersifat khas,

maka filsafat ilmu sering dibagi menjadi filsafat ilmu alam dan filsafat ilmu sosial.Dari

semua pengetahuan maka ilmu merupakan pengetahuan aspek ontologis, epistemologis,

dan aksiologisnya lebih jauh berkembang dibandingkan dengan pengetahuan lain dandilaksanakan secara konsekuen dan penuh disiplin. Pengertian ilmu secara disiplin yakni

 pengetahuan yang mengembangkan dan melaksanakan aturan-aturan mainnya dengan penuh

tanggung jawab dan kesungguhannya. Sarana berpikir ilmiah yakni bahasa,logika,

matematika dan statistika. Aspek yang berkaitan erat dengan kegiatan keilmuan seperti

aspek moral, sosial, pendidikan dan kebudayaan. 

BAB II 

DASAR-DASAR PENGETAHUAN 

2.  Penalaran 

Pengetahuan ini mampu dikembangkan manusia disebabkan dua hal

yakni pertama, manusia mempunyai bahasa yang mampu mengkomunikasikan informasi dan jalan pikiran yang melatarbelakangi informasi tersebut. Kedua, kemampuan berpikir menurut

suatu alur kerangka pikiran tertentu. Secara garis besar cara berpikir seperti ini disebut

 penalaran. 

Hakikat Penalaran 

Penalaran menghasilkan pengetahuan yang dikaitkan dengan kegiatan berpikir dan bukan

 pada perasaan. Tidak semua kegiatan berpikir menyandarkan diri pada penalaran. Sebagai

suatu kegiatan berpikir, penalaran mempunyai cirri-ciri tertentu yakni pertama, adanya suatu

 pola berpikir secara luas disebut logika. Kedua, sifat analitik dari proses berpikirnya,kegiatan

 berpikir berdasarkan langkah-langkah tertentu. Intuisi merupakan kegiatan berpikir yang

nonanalitik yang tidak mendasarkan diri pada suatu pola berpikir tertentu. 

Bentuk lain dari usaha manusia untuk mendapatkan pengetahuan yakni wahyu. Dua jenis

 pengetahuan. Pertama, pengetahuan yang didapatkan sebagai hasil usaha yang aktif dari

manusia untuk menemukan kebenaran, baik melalui penalaran maupun lewat kegiatan

 perasaan dan intuisi. Kedua, yang bukan merupakan kebenaran yang didapat sebagai hasil

usaha aktif manusia. Dalam hal wahyu dan intuisi, maka secara implicit kita mengakui bahwa

wahyu dan intuisi adalah sumber pengetahuan. Dengan wahyu kita mendapatkan

 pengetahuan lewat keyakinan bahwa yang diwahyukan adalah benar. Intuisi adalah sumber

 pengetahuan yang benar, meskipun kehiatan berpikir intuisi tidak memiliki logika.

Pengetahuan yang digunakan dalam penalaran pada dasarnya bersumber pada rasio dan fakta.

Penalaran ilmiah pada hakikatnya merupakan gabungan dari penalaran deduktif terkait

dengan rasionalisme dan penalaran induktif dengan empirisme. 3.  Logika 

Dua cara penarikan kesimpulan yakni, logika induktif dan logika deduktif. Logika

induktif   erat hubungannya dengan penarikan kesimpulan dari kasus-kasus individual nyata

menjadi kesimpulan yang bersifat umum. Logika deduktif  menarik kesimpulan dari hal yang

 bersifat umum menjadi kasus yang bersifat khusus. 

 Induksi merupakan cara berpikir dimana ditarik suatu kesimpulan yang bersifat umum

dari berbagai kasus yang bersifat individual. Kesimpulan yang bersifat umum mempunyai

dua keuntungan yakni pertama, pernyataan yang bersifat umum ini bersifat ekonomis. Kedua,

dimungkinkan proses penalaran selanjutnya baik secara deduktif maupun secara

induktif. Deduksi adalah cara berpikir dimana yang bersifat umum ditarik kesimpulan yang

 bersifat khusus. Penarikan kesimpulan secara deduktif biasanya menggunakan pola berpikir

Page 3: Filsafat Ilmu

7/21/2019 Filsafat Ilmu

http://slidepdf.com/reader/full/filsafat-ilmu-56d99b3513ed8 3/16

yang dinamakan silogismus. Silogismus disusun dari dua buah pernyataan dan sebuah

kesimpulan. 

4.  Sumber Pengetahuan 

Pertama mendasarkan diri pada rasio dan yang kedua mendasarkan diri pada

 pengalaman. Kaum rasionalis mengembangkan paham rasionalisme. Mereka yang

mendasarkan diri pada pengalaman mengembangkan paham empirisme. Kaum rasionalis menggunakan metode deduktif dalam menyususn pengetahuaannya. Ide bagi

kaum rasionalis adalah bersifat aproiri dan pengalamannya yang didapatkan manusia lewat

 penalaran rasional. Kaum empiris berpendapat bahwa pengetahuan manusia bukan

didapatkan lewat penalaran rasional yang abstrak namun lewat pengalaman yang

konkret. Masalah utama yang timbul dari penyusunan ini ialah bahwa pengetahuan yang

dikumpulkan itu cenderung untuk menjadi kumpulan fakta-fakta. Masalah kedua adalah

mengenai hakikat pengalaman yang merupaakan cara dalam menemukan pengetahuan dan

 panca indera sebagai alat yang menagkapnya. Cara lain untuk mendapatkan pengetahuan

adalah intuisi dan wahyu. 

5.  Kriteria Kebenaran 

Berdasarkan teori koherensi suatu pernyataan dianggap benar apabila pernyataantersebut bersifat koheren atau konsisten dengan pernyataan sebelumnya yang dianggap benar.

Paham lain adalah kebenaran berdasarkan pada teori korespondensi, suatu pernyataan adalah

 benar apabila materi pengetahuan yang dikandung pernyataan itu berkorespondensi

(berhubungan) dengan obyek yang dituju oleh pernyataan tersebut. Penalaran teoritis yang berdasarkan logika deduktif jelas menggunakan teori koherensi.

Proses pembuktian secara empiris dalam bentuk pengumpulan fakta-fakta yang mendukung

suatu pernyataan tertentu menggunakan teori kebenaran pragmatis. Bagi seorang pragmatis

maka kebenaran suatu pernyataan bersifat fungsional dalam kehidupan praktis. Artinya suatu

 pernyataan benar apabila pernyataan itu mempunyai kegunaan praktis dalam kehidupan

manusia. 

BAB III 

ONTOLOGI : HAKIKAT APA YANG DIKAJI 

6.  Metafisika 

Bidang telaah filsafat yang disebut metafisika merupakan tempat berpijak dari setiap

 pemikiran filsafati termasuk pemikiran ilmiah. 

Beberapa tafsiran metafisika 

Tafsiran yang pertama diberikan oleh manusia terhadap alam adalah ada ujud yang bersifat

gaib (supranatural) dan ujud ini bersifat lebih tinggi dibandingkan alam yang

nyata. Kebaikan supranatural , ada paham naturalisme yang menolak pendapat bahwa

terdapat ujud yang bersifat supranatural ini. Materialisme (paham naturalisme) berpendapat

 bahwa gejala alam tidak disebabkan oleh pengaruh kekuatan yang bersifat gaib, melainkan

oleh kekuatan yang terdapat dalam alam itu sendiri. Bagi kaum vitalistik  hidup adalah sesuatu

yang unik dan berbeda secara substantif dengan proses tersebut. Aliran monistik  mempunyai

 pendapat yang tidak membedakan antara pikiran dan zat, mereka hanya berbeda dalam gejala

yang disebabkan proses yang berlainan namun mempunyai substansi yang sama. 

7. Asumsi  Determinisme, yakni hukum yang bersifat universal atau hukum semacam itu tidak terdapat

sebab setiap gejala merupakan akibat pilihan bebas atau keumuman yang ada namun berupa

 peluang sekedar tangkapan probabilistik . Determinisme, pilihan bebas dan probabikistik

merupakan permasalan filsafati yang rumit namun menarik. Pilihan bebas dan probabilistik

Page 4: Filsafat Ilmu

7/21/2019 Filsafat Ilmu

http://slidepdf.com/reader/full/filsafat-ilmu-56d99b3513ed8 4/16

 baru bisa dilakukan jika hukum itu memang ada. Jika hukum itu tidak ada maka masalah

determinasi, probabilitas, dan kehendak bebas sama sekali tidak muncul. 

Pengetahuan adalah bersifat empiris yang dicerminkan oleh zat dan gerak yang bersifat

universal. Aliran ini merupakan lawan dari paham fatalisme yang berpendapat bahwa segala

kejadian ditentukan oleh nasib yang telah ditentukan lebih dulu. Paham determinisme ini

 bertentangan dengan penganut pilihan bebas yang menyatakan bahwa manusia mempunyaikebebasan dalam menentukan pilihannya tidak terikat pada hukum alam yang tidak

memberikan alternatif. Ilmu sebagai pengetahuan yang berfungsi membantu manusia untuk

memecahkan masalah praktis sehari hari tidaklah perlu memiliki kemutlakan seperti agama

yang barfungsi memberikan pedoman terhadap hal-hal yang paling hakiki dari kehidupan ini. 

8. Peluang 

Ilmu tidak pernah ingin dan tidak pernah berpretensi untuk mendapatkan pengetahuan yang

 bersifat mutlak. Ilmu memberikan pengetahuan sebagai dasar untuk mengambil keputusan,

dimana keputusan harus didasarkan pada penafsiran pemikiran ilmiah yang bersifat relatif.  

9. Beberapa asumsi dalam ilmu 

Ilmu merupakan pengetahuan yang mempunyai kegunaan praktis yang dapat membantu

kehidupan manusia secara pragmatis. Dalam mengembangkan asumsi ini maka harusdiperhatikan beberapa hal. Pertama, asumsi ini harus relevan dengan bidang dan tujuan

 pengkajian disiplin keilmuan.Berdasarkan asumsi ini dapat dikembangkan beberapa model

strategi dan praktek administrasi.  Kedua, Asumsi ini harus disimpulkan dari “keadaan

sebagaimana adanya” bukan “bagaimana keadaan yang sebenarnya”. Asumsi yang pertama

adalah asumsi yang mendasari telaah ilmiah sedangkan asumsi yang kedua adalah asumsi

yang mendasari telaah moral. 

10. Batas-batas penjelajahan ilmu 

Fungsi ilmu dalam kehidupan manusia adalah sebagai alat pembantu manusia dalam

menanggulangi masalah yang dihadapinya. Ilmu membatasi lingkup penjelajahannya pada

 batas pengalaman manusia juga disebabkan metode yang digunakan dalam menyusun yang

telah teruji kebenarannya secara empiris. Ruang penjelajahan keilmun kemudian menjadi

kapling-kapling disiplin keilmuan. Sempitnya daerah penjelajahan satu bidang keilmuan

maka sering diperlukan pandangan dari disiplin lain. Tanpa kejelasan batas-batas ini maka

 pendekatan multi disipliner tidak akan bersifat konstruktif. 

Cabang-cabang ilmu 

Pada dasarnya cabang-cabang ilmu tersebut berkembang dari dua cabang utama yakni filsafat

alam yang kemudian menjadi rumpun ilmu alam dan filsafat moral yang kemudian

 berkembang kedalam cabang ilmu sosial. Ilmu murni merupakan kumpulan teori-teori ilmiah

yang bersifat dasar dan teoritis yang belum dikaitkan dengan masalah-masalah kehidupan

yang bersifat praktis.  Ilmu terapan merupakan aplikasi ilmu murni kepada masalah-massalah

kehidupan yang mempunyai manfaat praktis. BAB IV 

EPISTEMOLOGIS: CARA MENDAPATKAN PENGETAHUAN 

YANG BENAR  

11. Jarum Sejarah Pengetahuan 

Pembedaan yang jelas antara berbagai pengetahuan, yang mengakibatkan timbulnya

spesialisasi pekerjaan dan konsekuensinya merubah struktur kemasyarakatan. Salah satu

cabang pengetahuan yang berkembang menurut jalannya sendiri adalah ilmu yang berbeda

dengan pengetahuan lainnya dalam segi metodenya. Secara metafisik ilmu mulai dipisahkan

dengan moral. Berdasarkan obyek yang ditelaah mulai dibedakan ilmu alam dan ilmu sosial.

Pendekatan interdisipliner merupakan keharusan namun tidak dengan menghamburkanotonomi masing-masing disiplin keilmuan yang telah berkembang berdasarkan routenya

Page 5: Filsafat Ilmu

7/21/2019 Filsafat Ilmu

http://slidepdf.com/reader/full/filsafat-ilmu-56d99b3513ed8 5/16

masing-masing, melainkan dengan menciptakan paradigma baru. Paradigma ini bukan ilmu

melainkan cara berpikir ilmiah seperti logika, matematika, statistika dan bahasa. Pendekatan

interdisipliner bukan merupakan fusi dari berbagai disiplin keilmuan yang akan menimbulkan

anarki keilmuan, melainkan suatu federasi yang diikat oleh suatu pendekatan tertentu, dimana

disiplin keilmuan dengan otonominya masing-masing, saling menyumbangkan analisisnya

dalam mengkaji obyek yang mengkaji telaahan bersama. 12. Pengetahuan 

Pengetahuan merupakan suatu khasanah mental yang secara langsung maupun tidak langsung

tirut memperkaya kehidupan kita. Secara ontologis ilmu membatasi diri pada pengkajian

obyek yang berada pada lingkup pengalaman manusia sedangkan agama memasuki pula

daerah penjelajahan yang bersifat transendental yang berada diluar pengalaman kita. Metode

ilmiah adalah cara yang dilakukan ilmu untuk menyusun pengetahuan yang benar. Setiap

 jenis pengetahuan mempunyai ciri-ciri yang spesifik mengenai ontologi,epistemologi, dan

aksiologi. Ilmu mencoba mencarikan penjelasan mengenai alam menjadi kesimpulan yang

 bersifat umum dan impersonal. Pada peradaban tertentu perkembangan ilmu terapan

sifatnya kuantitatif, artinya perkembangan ditandai dengan terkumpulnya lebih banyak lagi

 pengetahuan yang sejenis. Pada peradaban lain pengembangannya bersifat kualitatif , artinyadikembangkan konsep-konsep baru yang bersifat mendasar dan teoritis. 

Karakteristik akal sehat diberikan oleh titus sebagai berikut: 1) Karena landasannya yang

 berakar pada adat dan tradisi maka akal sehat cenderung untuk bersifat kebiasaan dan

 pengulangan. 2) Karena landasannya berakar kurang kuat maka akal sehat cenderung untuk

 bersifat kaburdan samar-samar. 3) Karena kesimpulan yang ditariknya sering berdassarkan

asumsi yang tidak dikaji lebih lanjut maka akal sehat merupakan pengetahuan yang tidak

teruji. Rasionalisme dengan kerangka berpikir deduktifnya sering menghasilkan kesimpulan

yang benar bila ditinjau dari alur logikanya namun ternyata sangat bertentangan dengan

kenyataan yang sebenarnya. Metode ilmiah memanfaatkan kelebihan metode-metode berpikir

yang ada dan memperkecil kekurangannya. 

13. Metode Ilmiah 

Metode ilmiah merupakan prosedur dalam mendapatkan pengetahuan yang disebut ilmu.

Metode merupakan prosedur atau cara mengetahui sesuatu yang mempunyai langkah-

langkah yang sistematis. Metodologi ilmiah merupakan pengkajian dari peraturan yang

terdapat dalam metode ilmiah. Dengan cara ini maka pengetahuan yang dihasilkan

diharapkan mempunyai karakteristik tertentu yang diminta oleh pengetahuan ilmiah, yaitu

sifat rasional yang teruji dan memungkinkan tubuh pengetahuan yang disusunnya merupakan

 pengetahuan yang dapat diandalkan. Teori korespondensi menyebutkan bahwa pernyataan

dianggap benar apabila terdapat fakta-fakta empiris yang mendukung pernyataan itu. 

Perkembangan kebudayaan ada tiga tahap yakni tahap mistis, ontologis dan

fungsional. Tahap mistis adalah sikap manusia yang menyatakan dirinya terkepung olehkekuatan gaib disekitarnya. Tahap ontologis adalah sikap manusia yang tidak lagi merasakan

dirinya terkepung oleh kekuatan gaib dan bersikap mengambil jarak dari obyek disekitarnya

serta mulai melakukan telaah terhadap obyek tersebut. Tahap fungsional  adalah sikap

manusia yang memfungsionalkan ilmu itu untuk dirinya sendiri. Semua teori ilmiah harus memenuhi dua syarat utama yakni (a) harus konsisten dengan teori-

teori sebelumnya yang memungkinkan tidak terjadinya kontradiksi dalam teori keilmuan

secara keseluruhan, dan (b) harus cocok dengan fakta empiris sebab teori yang bagaimanapun

konsistennya sekiranya tidak didukung oleh pengujian empiris tidak dapat diterima

kebenarannya secara ilmiah. Kerangka berpikir ilmiah yang berintikan proses logico-

hypothetico-verifikasi ini pada dasarnya terdiri dari langkah-langkah sebagai berikut:

Perumusan masalah, penyusunan kerangka,perumusan hipotesis, pengujian hipotesis, penarikan kesimpulan. 

Page 6: Filsafat Ilmu

7/21/2019 Filsafat Ilmu

http://slidepdf.com/reader/full/filsafat-ilmu-56d99b3513ed8 6/16

Sifat eksplisit memungkinka terjadinya komunikasi yang intensif pada kalangan masyarakat

ilmuan. Ilmu ditemukan secara individual namun dimanfaatkan secara sosial.

Secara kumulatif  maka teori ilmiah berkembang seperti piramida terbalik yang makin lama

makin tinggi. Sikap pragmatis dari ilmu adalah cocok dengan perkembangan peradaban

manusia dimana telah terbukti secara nyata peranan ilmu dalam membangun peradaban

tersebut. Ilmu dapat memberikan jawaban positif terhadap masalah yang dihadapi manusia pada waktu tertentu. Cara berpikir sistem bukan disiplin keilmuan baru merupakan sarana

 berpikir yang membantu proses pengkajian kita seperti logika, bahasa, matematika dan

ststistika. 

14.Struktur Pengetahuan Ilmiah 

Ilmu pada dasarnya merupakan kumpulan pengetahuan yang bersifat menjelaskan berbagai

gejala alam yang memungkinkan manusia melakukan serangkaian tindakan untuk menguasai

gejala-gejala tersebut berdasarkan penjelasan yang ada. Pengetahuan ilmiah pada hakikatnya

mempunyai tiga fungsi yakni menjelaskan, meramalkan dan mengkontrol. Terdapat empat

 jenis penjelasan yakni deduktif, probabilistik, fungsional, dn genetik. Deduktif  menggunakan

cara berpikir deduktif dalam menjelaskan suatu gejala dengan menarik kesimpulan secara

logis dari premis yang telah ditentukan sebelumnya. Probabilistik  merupakan penjelasanyang ditarik secara induktif dari sejumlah kasus dengan demikian tidak memberikan

kepastian seperti penjelasan deduktif melainkan penjelasan yang bersifat

 peluang. Fungsional  merupakan penjelasan yang meletakkan sebuah unsur dalam kaitannya

dengan sistem secara keseluruhan yang mempunyai karakteristik atau perkembangan

tertentu. Genetik  menggunakan faktor-faktor yang timbul sebelumnya dalam menjelaskan

gejala yang muncul kemudian. 

Teori merupakan pengetahuan ilmiah yang mencakup penjelasan mengenai suatu faktor

tertentu dari sebuah disiplin keilmuan. Hukum pada hakikatnya merupakan pernyataan yang

merupakan hubungan antara dua variabel atau lebih dalam suatu kaitan sebab akibat.

Pengetahuan ilmiah dalam bentuk teori dan hukum ini harus mempunyai tingkat keumuman

yang tinggi, atau secara idealnya, harus bersifat universal. Demi kepraktisan ilmu tidak

merupakan kumpulan pengetahuan uang bersifat kasus, melainkan pengetahuan yang bersifat

umum yang disimpulkan dari berbagai kasus. Makin tinggi tingkat keumuman sebuah konsep

maka makin teoritis konsep tersebut. Makin teoritis sebuah konsep maka makin jauh

 pernyataan yang dikandungnya bila dikaitkan dengan gejala fisik yang tampak nyata. 

Tidaklah berarti bahwa metode ilmiah dari ilmu sosial berbeda dengan metode ilmiah ilmu

alam. Keduanya tetap menggunakan metode ilmiah yang sama namun dengan tahap

 penerapan dan teknik-teknik operasional yang berbeda. Disamping hukum maka teori

keilmuan juga mengenal kategori pernyataan yang disebut prinsip. Prinsip dapat diartikan

sebagai pernyataan yang berlaku secara umum bagi sekelompok gejala-gejala tertentu yang

mampu menjelaskan kejadian yang berlaku. Postulat merupakan asumsi dasar yangkebenarannya kita terima tanpa dituntut pembuktiannya. Postulat ilmiah ditetapkan tanpa

melalui prosedur melainkan ditetapkan begitu saja. Pada hakikatnya postulat merupakan

anggapan yang ditetapkan secara sembarang dengan kebenaran yang tidak dibuktikan.

Sebuah postulat dapat diterima sekiranya ramalan yang bertumpu kepada postulat

kebenarannya dapat dibuktikan. Bila postulat dalam pengajuannya tidak memerlukan bukti

tanpa kebenarannya maka hal ini berlainan dengan asumsi yang harus ditetapkan dalam

argumentasi ilmiah. Asumsi harus merupakan pernyataan yang kebenarannya secara empiris

dapat diuji. Penelitian yang bertujuan untuk menemukan pengetahuan baru yang sebelumnya

 belum pernah diketahui dinamakan penelitian murni atau penelitian dasar. Sedangkan yang

telah diketahui dinamakan penelitian terapan. Manusia disebut juga homo faber (makhluk

yang membuat peralatan) disamping homo sapiens (makhluk yang berpikir) yang

Page 7: Filsafat Ilmu

7/21/2019 Filsafat Ilmu

http://slidepdf.com/reader/full/filsafat-ilmu-56d99b3513ed8 7/16

mencerminkan kaitan antara pengetahuan yang bersifat teoritis dengan teknologi yang

 bersifat praktis. 

BAB V 

SARANA BERPIKIR ILMIAH 

15. Sarana Berpikir Ilmiah Manusia sering disebut sebagai homo faber , makhluk yang membuat alat dan kemungkinan

membuat alat itu dimungkinkan oleh pengetahuan. Penguasaan sarana berpikir ilmiah ini

merupakan suatu hal yang bersifat imperatif bagi seorang ilmuan. Sarana ilmiah pada

dasarnya merupakan alat yang membantu kegiatan ilmiah dalam berbagai langkah yang harus

ditempuh. Sarana merupakan alat yang membantu kita dalam mencapai suatu tujuan tertentu,

sarana ilmiah mempunyai fungsi-fungsi yang khas dalam kaitan kegiatan ilmiah secara

menyeluruh. Artinya kita mempelajari sarana berpikir ilmiah seperti kita mempelajari

 berbagai cabang ilmu. Hal yang harus diperhatikan, Pertama sarana ilmiah bukan merupakan

ilmu dalam pengertian bahwa sarana ilmiah itu merupakan kumpulan pengetahuan yang

didapatkan berdasarkan metode ilmiah. Kedua, tujuan mempelajari sarana ilmiah adalah

untuk memungkinkan kita melakukan penelaahan ilmiah secara baik, sedangkan tujuanmempelajari ilmu dimaksudkan untuk mendapatkan pengetahuan yang memungkinkan kita

untuk bisa memecahkan masalah kita sehari-hari. Sarana berpikir ilmiah mempunyai metode

tersendiri, sebab fungsi sarana ilmiah adalah membantu proses metode ilmiah, dan bukan

merupakan ilmu itu sendiri. 

16. Bahasa 

Dengan menguasai bahasa maka seseorang akan menguasai pengetahuan. Batas bahasaku

adalah batas duniaku. Keunikan manusia sebenarnya bukan terletak pada kemampuan

 berpikirnya melainkan terletak pada kemampuannya berbahasa. Tanpa kemampuan

 berbahasa maka manusia tidak mungkin mengembangkan kebudayaannya sebab tanpa

mempunyai bahasa maka hilang pula kemampuan untuk meneruskan nilai-nilai budaya dari

generasi yang satu kepada generasi selanjutnya dan manusia tidak akan berpikir secara rumit

dan abstrak seperti apa yang kita lakukan dalam kegiatan ilmiah. Bahasa memungkinkan

manusia berpikir secara abstrak dimana obyek-obyek yang faktual ditransformasikan menjadi

simbol-simbol bahasa yang bersifat abstrak. Tanpa kehadiran obyek secara faktual maka

komunikasi tidak dapat dilaksanakan. Adanya simbol bahasa yang bersifat abstrak

memungkinkan manusia untuk memikirkan sesuatu secara berlanjut. Bahasa memberikan

kemampuan untuk berpikir secara teratur dan sistematis. Informasi yang kita sampaikan

mengandung unsur-unsur emotif, demikian juga kalau kita penyampaikan perasaan maka

ekspresi itu mengandung unsur-unsur informatif. Bahasa mengkomunikasikan tiga hal yakni

 buah pikiran, perasaan dan sikap. Dinyatakan oleh kneller bahasa dalam kehidupan manusia

mempunyai fungsi simbolik, emotif dan afektif. Salah satu kelemahan bahasa sebagai saranakomunikasi ilmiah dimana menurut kemeny bahasa memiliki kecendrungan emosional. 

Apakah Sebenarnya Bahasa ? 

Bahasa dapat kita cirikan sebagai serangkaian bunyi. Komunikasi dengan mempergunakan

 bunyi ini dikatakan juga sebagai komunikasi verbal dan manusia yang bermasyarakat dengan

alat komunikasi bunyi, disebut juga sebagai masyarakat verbal. Bahasa sebagai lambang

dimana rangkaian bunyi ini membentuk arti tertentu. Bahasa diperkaya oleh seluruh lapisan

masyarakat yang menggunakan bahasa tersebut. Adanya lambang-lambang ini

memungkinkan manusia dapat berpikir dan belajar lebih baik. Adanya bahasa memungkinkan

kita untuk memikirkan sesuatu dalam benak kepala kita, meskipun obyek yang sedang kita

 pikirkan tersebut tidak berada didekat kita. Dengan bahasa kita bisa mengekspresikan sikap

dan perasaan kita. Dengan adanya bahasa maka manusia hidup dalam dunia yakni dunia pengalaman yang nyata dan dunia simbolik yang dinyatakan dengan bahasa. Kebudayaan

Page 8: Filsafat Ilmu

7/21/2019 Filsafat Ilmu

http://slidepdf.com/reader/full/filsafat-ilmu-56d99b3513ed8 8/16

membentuk manusia dengan menekan dorongan-dorongan alami mereka,

mensublimasikannya menjadi sesuatu yang berbudaya yang kemudian merupakan dasar bagi

 pembentukan kebudayaan. Lewat bahasa manusia menyusun sendi-sendi yang membuka

rahasia alam dalam berbagai teori. 

Beberapa Kekurangan Bahasa 

 Pertama, kekurangan ini pada hakikatnya terletak pada peranan bahasa itu sendiri yang bersifat multifungsi yakni sebagai sarana komunikasi emotif, afektif dan simbolik. Bahasa

ilmiah pada hakikatya harus bersifat obyektit tanpa mengandung emosi dan sikap, bahasa

ilmiah harus bersifat antiseptik dan reproduktif. Kedua, terletak pada arti yang tidak jelas dan

eksak yang dikandung olek kata-kata yang membangun bahasa. Ketiga, bahasa mempunyai

 beberapa kata yang memberikan arti yang sama. Bahasa sering bersifat berputar-putar

(sirkular) dalam mempergunakan kata-kata terutama dalam memberikan

definisi. Keempat, konotasi yang bersifat emosional.Kebanyakan dari pernyataan dan

 pertanyaan ahli filsafat timbul dari kegagalan mereka untuk menguasai logika bahasa. 

17.Matematika 

Matematika adalah bahasa yang melambangkan serangkaian makna dari pernyataan yang

ingin disampaikan. Lambang-lambang matematika bersifat artifisial  yang baru mempunyaiarti setelah sebuah makna diberikan kepadanya. Untuk mengatasi kekurangan yang terdapat

 pada bahasa maka kita berpaling kepada matematika. Matematika adalah bahasa yang

 berusaha untuk menghilangkan sifat kubur, majemuk dan emosional dari bahasa verbal.

Matematika mempunyai kelebihan lain dibandingkan dengan bahasa verbal. Matematika

mengembangkan bahasa numerik yang memungkinkan kita untuk melakukan pengukuran

secara kuantitatif. Dengan bahasa verbal kita membandingkan dua obyek yang berlainan.

Bahasa verbal hanya mampu mengemukakan pernyataan yang bersifat kualitatif. Sifat

kuantitatif dari matematika meningkatkan daya prediktif dan kontrol dari ilmu. Ilmu

memberikan jawaban yang lebih bersifat eksak yang memungkinkan pemecahan masalah

secara lebih tepat dan cermat. 

Beberapa Aliran Dalam Filsafat Matematika 

Matematika merupakan pengetahuan yang bersifat sintetik apoiri dimana eksistensi

matematika tergantung pada panca indera dan pendapat dari aliran yang disebut kaum

logistik  yang berpendapat bahwa matematika merupakan cara berpikir logis yang salah atau

 benarnya dapat ditentukan tanpa mempelajari dunia empiris.  Kaum formalis menyatakan

 bahwa banyak masalah-masalah dalam bidang logika yang sama sekali tidak ada

hubungannya dengan matematika, Kaum ini menekankan pada aspek formal dari matematika

sebagai bahasa perlambang dan mengusahakan konsistensi dalam penggunaan matematika

sebagai bahasa lambang. Kaum intusionis menyatakan bahwa intuisi murni dari berhitung

merupakan titik tolak tentang matematika bilangan. 

Matematika dan Peradaban Matematika merupakan bahasa artifisial yang dikembangkan untuk menjawab kekurangan

 bahasa verbal yang bersifat alamiah. Bagi bidang keilmuan modern, matematika adalah

sesuatu yang imperatif. Sebuah sarana untuk meningkatkan kemampuan penalaran deduktif. 

18. Statistika 

Konsep statistika sering dikaitkan dengan distribusi variabel yang ditelaah dalam suatu

 populasi tertentu. 

Statistika dan Cara Berpikir Induktif  Logika deduktif berpaling kepada matematika sebagai sarana penalaran penarikan

kesimpulan, sedangkan logika induktif berpaling kepada statistika. Statistika merupakan

 pengetahuan untuk melakukan penarikan kesimpulan induktif secara lebih seksama.

Dalam penalaran deduktif  maka penarikan kesimpulan yang ditarik adalah benar sekiranya premis yang digunakan adalah benar dan prosedur penarikan kesimpulannya adalah sah.

Page 9: Filsafat Ilmu

7/21/2019 Filsafat Ilmu

http://slidepdf.com/reader/full/filsafat-ilmu-56d99b3513ed8 9/16

Sedangkan penalaran induktif meskipun premisnya adalah benar dan prosedur penarikan

kesimpulannya adalah sah maka kesimpulan itu belum tentu benar. Statistika adalah

 pengetahuan yang memungkinkan kita untuk menghitung tingkat peluang dengan eksak. Statistika memberikan cara untuk dapat menarik kesimpulan yang bersifat umum dengan

 jalan mengamati hanya sebagian dari populasi yang bersangkutan. Statistika mampu

memberikan secara kuantitatif tingkat ketelitian dari kesimpulan yang ditarik tersebut, yang pada dasarnya didasarkan pada asas yang sangat sederhana, yakni makin besar contoh yang

diambil maka makin tinggi tingkat ketelitian tersebut. Sebaliknya makin sedikit contoh yang

diambil maka makin rendah tingkat ketelitiannya. Statistika memberikan kemampuan untuk

mengetahui apakah suatu hubungan kasualita antara dua faktor atau lebih bersifat kebetulan

atau memang terkait dalam suatu hubungan yang bersifat empiris. 

Karakteristik Berpikir Induktif  Dasar dari teori statistika adalah teori peluang. Menurut bidang pengkajiannya statistika dapat

kita bedakan sebagai statistika teoritis dan statistika terapan. Statistika teoritis merupakan

 pengetahuan yang mengkaji dasar teori statistika. Statistika terapan merupakan pengunnaan

statistika teoritis yang disesuaikan dengan bidang tempat penerapannya. Statistika

memberikan jalan bagaimana kita menarik kesimpulan yang bersifat umum dari contohtersebut dengan tingkat peluangnya dan kekeliruannya. Tanpa menguasai statistika adalah

tidak mungkin untuk bisa menarik kesimpulan induktif dengan sah. Statistika merupakan

sarana berpikir yang diperlukan untuk memproses pengetahuan secara ilmiah. 

19.Ilmu dan Moral Ilmu bukan lagi sarana yang membantu manusia mencapai tujuan hidupnya namun juga

menciptakan tujuan hidup itu sendiri. Secara metafisik ilmu ingin mempelajari alam

sebagaimana adanya, sedangkan pada pihak lain ilmu mendasarkan pada pernyataan yang

terdapat dalam ajaran diluar bidang keilmuan diantaranya adalah agama. Konsep ilmiah yang

 bersifat abstrak menjelma dalam bentuk kongkret yang berupa teknologi. Ilmu tidak saja

 bertujuan menjelaskan gejala alam untuk tujuan pengertian dan pemahaman namun bertujuan

memanipulasi faktor-faktor yang terkait dengan gejala tersebut untuk mengkontrol dan

mengarahkan proses yang terjadi. 

Perkembangan ilmu didasarkan pada (1) Ilmu secara faktual telah dipergunakan secara

dertruktif oleh manusia yang ditunjukkan dengan adanya dua perang dunia yang

menggunakan teknologi keilmuan. (2) Ilmu makin berkembang dengan pesat dan makin

estorik sehingga kaum ilmuan telah mengetahui tentang ekses-ekses yang terjadi bila terjadi

 penyalahgunaan. (3) Ilmu telah berkembang dengan pesat terdapat kemungkinan bahwa ilmu

dapat mengubah manusia pada kasus genetika. Tanpa landasan moral maka ilmuan mudah

sekali tergelincir dalam melakukan prostitusi intelektual. 

20. Tanggung Jawab Sosial Ilmuan 

Penciptaan ilmu bersifat individual namun komunikasi dan pengunaan ilmu secara sosial.Fungsinya selaku ilmuwan tidak berhenti pada penelaahan dan keilmuan secara individual

namun ikut bertanggung jawab agar produk sampai dan dapat dimanfaatkan oleh masyarakat.

dia mempunyai kewajiban sosial untuk menyampaikan hal itu kepada masyarakat banyak

dalam bahasa yang mereka cerna. Kemampuan analisis seorang ilmuan dapat digunakan

untuk mengubah kegiatan non produktif menjadi kegiatan produktif yang bermanfaat bagi

masyarakat banyak. Dengan kemampuan pengetahuannya seorang ilmuan harus bisa

mempengaruhi masyarakat terhadap masalah yang mereka sadari. Seorang ilmuan tidak

menolak atau menerima sesuatu secara begitu saja tanpa pemikiran yang cermat. Di bidang

etika tanggung jawab ilmuan tidak hanya memberikan informasi namun memberi contoh. 

21. Nuklir dan Pilihan Moral 

Seorang ilmuan secara moral tidak akan membiarkan hasil penemuanya digunakan untukmenindas bangsa lain meskipun yang mempergunakan itu adalah bangsanya sendiri. Tugas

Page 10: Filsafat Ilmu

7/21/2019 Filsafat Ilmu

http://slidepdf.com/reader/full/filsafat-ilmu-56d99b3513ed8 10/16

ilmuan adalah menghilangkan terjadinya peperangan meskipun hal ini merupakan hal yang

hampir mustahil terjadi. Pengetahuan merupakan kekuasaan yang dapat dipakai untuk

kemaslahatan kemanusiaan namun sebaliknya dapat pula disalahgunakan. Seorang ilmuan

tidak boleh menyembunyikan hasil penemuan apapun juga dari masyarakat luas serta apapun

 juga yang menjadi konsekuensinya. Seorang ilmuan tidak boleh memutarbalikkan

 penemuannya bila hipotesis yang dijunjung tinggi yang disusun diatas kerangka pemikiranyang terpengaruh preferensi moral teryata hancur berantakan karena bertentangan dengan

fakta-fakta pengujian. 

22. Revolusi Genetika 

Kemajuan dalam bidang kimia dan fisika membawa manfaat yang banyak untuk kehidupan

manusia. Namun kemajuan ini juga membawa malapetaka. Ilmu berfungsi sebagai

 pengetahuan yang membantu manusia untuk mencapai tujuan hidupnya. Penemuan dalam

riset genetika akan dipergunakan dengan itikad baik untuk keluhuran manusia. Jadi ada sikap

yang menolak terhadap dijadikannya manusia sebagai obyek penelitian genetika. Menghadapi

nuklir yang sudah merupakan kenyataan maka moral hanya mampu memberikan penilaian

yang bersifat aksiologis. 

BAB VII ILMU DAN KEBUDAYAAN 

23.Manusia dan Kebudayaan 

Kebudayaan diartikan sebagai keseluruhan yang mencakup pengetahuan, kepercayaan, seni,

moral, hokum, adat serta kemampuan dan kebiasaaan lainnya yang diperoleh manusia

sebagai anggota masyarakat. Lima pokok kehidupan manusia yakni kebutuhan fisiologi,,rasa

aman, afikiasi, harga diri dan pengembangan potensi. Manusia tidak punya kemampuan

 bertindak secara otomatis yang berdasarkan instink tersebut oleh sebab itu dia berpaling pada

kebudayaan yang mengajarkan cara hidup. Nilai-nilai kebudayaan adalah jiwa dari

kebudayaan. 

Kebudayaan dan Pendidikan 

Enam nilai dasar dari kebudayaan yakni teori, ekonomi, estetika, social,politik dan

agama. Nilai teori adalah hakikat penemuan kebenaran lewat berbagai metode seperti

rasionalisme, empirisme dan metode ilmiah. Nilai ekonomi mencakup kegunaan dari berbagai

 benda dalam memenuhi kebutuhan manusia. Nilai estetika berhubungan dengan keindahan

dan segi artistic yang menyangkut kesenian lain yang memberikan kenikmatan terhadap

manusia. Nilai social  berorientasi pada hubungan manusia dan penekanan segi-segi

kemanusiaan yang luhur. Nilai politik   berpusat pada kekuasaan dan pengaruh baik dalam

kehidupan bermasyarakat maupun dunia politik. Nilai agamamerengkuh penghayatan yang

 bersifat mistik dan trasendental dalam usaha manusia untuk mengerti dan member arti bagi

kehadirannya dimuka bumi. Karakteristik masyarakat dalam memperhatikan perkembanganyakni (1) Memperhatikan tujuan dan strategi pembangunan nasional. (2) Pengembangan

kebudayaan ditunjukan kearah perwujudan peradaban yang bersifat khas berdasarkan filsafat

dan pandangan hidup bangsa Indonesia yakni pancasila. 

24.Ilmu dan Pengembangan Kebudayaan Nasional Pengembangan kebudayaan nasional merupakan bagian dari kegiatan suatu bangsa, baik

disadari atau tidak maupun dinyatakan secara emplisit atau tidak. Dalam rangka

 pengembangan kebudayaan nasional ilmu mempunyai peranan. Pertama, ilmu merupakan

sumber nilai yang mendukung terselenggaranya pengembangan kebudayaan nasional. Kedua,

ilmu merupakan sumber nilai untuk mengisi pembentukan watak suatu bangsa. Dari hakikat

 berpikir ilmiah ada beberapa karakteristik dari ilmu. Pertama adalah bahwa ilmu mempunyai

rasio sebagai alat untuk mendapatkan pengetahuan yang benar. Kedua adalah alur jalan pikiran yang logis yang konsisten dengan pengetahuan yang telah ada. Ketiga pengujian

Page 11: Filsafat Ilmu

7/21/2019 Filsafat Ilmu

http://slidepdf.com/reader/full/filsafat-ilmu-56d99b3513ed8 11/16

secara empiris sebagai criteria kebenaran obyektif. Maka manfaat nilai dapat ditarik dari

karakteristik ilmu yang bersifat rasional, logis, obyektif dan terbuka. 

Ilmu Sebagai Asas Moral Ilmu bertujuan untuk mencari kebenaran. Kriteria kebenaran pada hakikatnya bersifat otonom

dan terbebas dari struktur kekuasaan diluar bidang keilmuan. Dua karakteristik ini merupakan

asas moral bagi kaum ilmuan yakni meninggikan kebenaran dan pengabdian secara universal. 

Nilai-Nilai Ilmiah Dan Pengembangan Kebudayaan Nasional Hakikat keilmuan yakni kritis, rasional, logis, obyektif, terbuka, menjunjung kebenaran dan

 pengabdian universal. Pengembangan kebudayaan nasional pada hakikatnya adalah

 perubahan dari kebudayaaan yang sekarang bersifat konvensional kearah situasi kebudayaan

yang lebih mencerminkan aspirasi dan tujuan nasional. Proses pengembangan kebudayaan ini

 pada dasarnya adalah penafsiran kembali dari nilai-nilai konvensional agar lebih sesuai

dengan tuntutan zaman serta penumbuhan nilai-nilai baru yang fungsional. 

Ke Arah Peningkatan Peranan Keilmuan 

Langkah-langkah yang sistemik dan sistematik untuk meningkatkan peranan dan kegiatan

keilmuan yang mengandung beberapa pemikiran yaitu Pertama, Ilmu merupakan bagian darikebudayaan dan oleh sebab itu langkah-langkah kearah peningkatan peranan dan kegiatan

keilmuan harus memperhatikan situasi kebudayaan masyarakat. Kedua, Ilmu merupakan

salah satu cara dalam menemukan kebenaran. Ketiga, asumsi dasar dari semua kegiatan dalam

menemukan kebenaran adalah rasa percaya terhadp metode yang digunakan dalam kehidupan

tersebut. Keempat , pendidikan keilmuan harus sekaligus dikaitkan dengan pendidikan

moral. Kelima, pengembangan bidang keilmuan harus disertai dengan pengembangan dalam

 bidang filsafat terutama yang menyangkut keilmuan. Keenam, kegiatan ilmiah harus bersifat

otonom yang terbebas dari kekangan struktur kekuasaan.  

25. Dua Pola Kebudayaan 

Dua kebudayaan dalam bidang keilmuan yakni ilmu alam dan ilmu sosial. Ilmu sosial harus

 berkembang kearah ilmu kuantitatif kalau mau mempertahankan diri sebagai pengetahuan

yang fungsional dalam peradabab manusia. Ilmu ekonomi merupakan ilmu sosial yang paling

 pertama memasuki tahap dan tidak dapat dipungkiri bahwa sekarang ilmu ekonomi

merupakan ilmu kuantitatif yang par exellence. Eksistensi pembagian jurusan ditentukan

oleh dua asumsi yakni pertama, mengemukakan bahwa manusia mempunyai bakat yang

 berbeda dalam pendidikan matematika yang mengharuskan kita mengembangkan pola

 pendidikan yang berbada pula. Dengan berkembangnya teknologi maka seseorang yang

mempunyai bakat berpikir kelas satu namun hanya mempunyai bakat matematika sedang bisa

 berkembang menjadi ilmuan yang bermutu. Dalam tahap perkembangan sekarang ini

 pembagian jurusan dalam sistem pendidikan berdasarkan bidang keilmuan sudah tidak dapat

dipertahankan lagi. Adanya dua pola kebudayaan dalam bidang keilmuan bukan sajamerupakan suatu yang regresif melainkan juga destruktif, bukan saja bagi kemajuan ilmu tapi

 juga pembangunan peradaban secara keseluruhan. 

BAB VIII 

ILMU DAN BAHASA 

26. Tentang Terminologi : Ilmu, ilmu Pengetahuan dan Sians? 

Terminologi ketahuan adalah terminologi artifisial yang bersifat sementara sebagai alat

analisis yang pada pokoknya diartikan sebagai keseluruhan bentuk dari produk kegiatan

manusia dalam usaha untuk mengetahui sesuatu. ketahuan ini ada tiga kriteria yakni ;  

1.  Obyek ontologis: pengalaman manusia yakni segenap ujud yang dapat dijangkau lewat panca

indera atau alat yang membantu kemampuan panca indera. 

Page 12: Filsafat Ilmu

7/21/2019 Filsafat Ilmu

http://slidepdf.com/reader/full/filsafat-ilmu-56d99b3513ed8 12/16

2.  Landasan epistemologis : Metoe ilmiah yang berdasarkan gabungan logika deduktif dan

induktif dengan pengajuan hipotesis. 

3.  Landasan aksiologis: Kemaslahatan manusia artinya segenap ujud ketahuan itu secara moral

ditujukan pada untuk kebaikan hidup manusia. 

Beberapa Alternatif  

Alternatif pertama adalah menggunakan ilmu pengetahuan untuk science dan pengetahuanuntuk knowledge. Alternatif kedua didasarkan kepada asumsi bahwa ilmu pengetahuan pada

dasarnya adalah dua kata benda yaitu ilmu dan pengetahuan. Kata sifat dari ilmu adalah

ilmiah atau keilmuan : metode yang dipergunaakan dalam kegiatan ilmiah (keilmuan) adalah

metode ilmiah keilmuan. 

Sains : Adopsi yang Kurang Dapat Dipertanggungjawabkan 

Sains adalah terminologi yang dipinjam dari bahasa inggris yakni science. Bahwa

terminologis science dalam bahasa asalnya penggunaanya sering dikaitkan dengan natural

science seperti teknik. Ilmu sosial bukanlah science, prefensi utama penggunaan kata science

adalah untuk ilmu alam. 

27.Quo Vadis ? 

Ilmu kebatinan adalah salah sebab seharusnya kebatinan bukan ilmu melainkan pengetahuan.Dengan mengambil ilmu pengetahuan untuk  scientific knowledge, ilmu untuk knowledge, dan

 pengetahuan untuk science, maka harus dibedakan beberapa perubahan antara lain (1) metode

ilmiah harus diganti dengan metode pengetahuan. (2) ilmu sosial itu harus diganti dengan

 pengetahuan sosial. (3) ilmuan harus diganti dengan ahli pengetahuan. Dengan demikian

terminologi yang berkaitan dengan dunia keilmuan secara tuntas dapat dijernihkan. 

28. Politik Bahasa Nasional Bahasa pada hakikatnya mempunyai dua fungsi utama yakni pertama, sebagai srana

komunikasi antara manusia dan yang kedua sebagai sarana budaya dan yang kedua sebagai

sarana budaya yang mempersatukan kelompok manusia yang mempergunakan bahasa

tersebut. Fungsi yang pertama dapat kita sebutkan sebagai fungsi komunikatif dan fungsi

yang kedua sebagai fungsi kohesif atau integratif. Sebagai alat komunikasi bahasa pada

 pokoknya mencakup tiga unsur yakni pertama, bahasa sebagai alat komunikasi untuk

menyampaikan pesan yang berkonotasi perasaan (emotif), kedua, berkonotasi sikap afektif,

dan yang ketiga, berkonotasi pikiran atau penalaran.

BAB IX 

PENELITIAN DAN PENULISAN ILMIAH 

29. Struktur Penelitian dan Penulisan Ilmiah 

Pengajuan Masalah 

Langkah pertama dalam suatu penelitiaan ilmiah adalah mengajukan masalah. Secara

operasional suatu gejala dapat dikatakan masalah bila gejala tersebut berada pada suatusituasi tertentu. Identifikasi masalah merupakan suatu tahap permulaan dari penguasaan

masalah dimana suatu obyek dalam suatu jalinan tertentu dapat dikenali sebagai suatu

masalah. Pembatasan masalah merupakan upaya untuk menetapkan batas permasalahan

dengan jelas yang memungkinkan kita untuk mengidentifikasi faktor mana saja yang

termasuk dalam lingkup permasalahan dan faktor yang tidak. Perumusan masalah merupakan

 pernyataan untuk menyatakan secara tersurat pertanyaan apa saja yang ingin kita cari

 jawabannya. Untuk menemukan jawaban kita dapat mengembangkan kerangka pemikiran

yang berupa kajian teoritis berdasarkan pengetahuan ilmiah yang relevan serta

memungkinkan kita untuk melakukan pengujian secara empiris terhadap kesimpulan analisis

teoritis, maka secara konseptual masalah tersebut sudah berhasil dirumuskan. Kemudian

menyatakan tujuan penelitian, adalah pernyataan mengenai ruang lingkup dan kegiatan yangakan dilakukan berdasarkan masalah yang telah dirumuskannya. 

Page 13: Filsafat Ilmu

7/21/2019 Filsafat Ilmu

http://slidepdf.com/reader/full/filsafat-ilmu-56d99b3513ed8 13/16

Pengajuan Masalah 

1.  Latar Belakang Masalah 4. Perumusan Masalah 

2.  Identifikasi Masalah 5. Tujuan Penelitian 

3.  Pembatasan Masalah 6. Kegunaan Penelitian 

Penyusunan kerangka teoritis 

Setelah masalah berhasil dirumuskan dengan baik maka langkah kedua dalam metode ilmiahadalah mengajukan hipotesis. Cara ilmiah dalam memecahkan suatu persoalan pada dasarnya

adalah menpergunakan pengetahuan ilmiah sebagai dasar argumentasi dalam mengkaji

 permasalahan agar kita menemukan jawaban yang dapat diandalkan. Kriteria pertama agar

suatu kerangka pemikiran bisa meyakinkan semua ilmuan adalah alur yang logis dalam

membantu suatu kerangka berpikir yang membuahkan kesimpulan yang berupa hipotesis. 

Penyusunan Kerangka Teoritis dan Pengajuan Hipotesis 1.  Pengkajian mengenai teori-teori ilmiah yang akan digunakan dalam analisis 

2.  Pembahasan mengenai penelitian-penelitian lain yang relevan 

3.  Penyusunan kerangka berpikir dalam pegajuan hipotesis dengan menggunakan premis seperti

tercantum dalam butir (1) dan (2) dengan menyatakan secara postulat, asumsi dan prinsip

yang dipergunakan 4.  Perumusan hipotesis 

Metodologi Penelitian 

Metodologi penelitian adalah pengetahuan tentang berbagai metode yang dipergunakan

dalam penelitian. Proses verifikasi adalah mengumpulkan dan menganalisis data dimana

kesimpulan yang ditarik kemudian dibandingkan dengan hipotesis untuk menentukan apakah

hipotesis yang diajukan tersebut diterima atau ditolak. Metodologi penelitian yakni: 

1.  Tujuan penelitian secara lengkap dan operasional dalam bentuk pernyataan yang

mengidentifikasikan variabel dan karakteristik hubungan yang akan diteliti. 

2.  Tempat dan waktu penelitian dimana akan dilakukan generalisasi mengenai variabel yang

diteliti 

3.  Metode penelitian yang ditetapkan berdasarkan tujuan penelitian dan tingkat generalisasi

yang diharapkan. 

4.  Tingkat pengambilan contoh yang relevan dengan tujuan penelitian, tingkat keumuman dan

metode penelitian 

5.  Teknik pengumpulan data yang mencakup identifikasi variabel yang akan dikumpulkan,

sumber data, teknik pengukuran, instrumen dan teknik mendapatkan data. 6.  Teknik analisis data yang mencakup langkah dan teknk analisis yang dipergunakan yang

ditetapkan berdasarkan pengajuan hipotesis. 

Hasil Penelitian 

1.  Menyatakan variabel-variabel yang diteliti 

2.  Menyatakan teknik analisis data 3.  Mendiskripsikan hasil analisis data 

4.  Memberikan penafsiran terhadap kesimpulan analisis data 

5.  Menyimpulkan pengujian hipotesis apakah diterima atau ditolak  

Ringkasan dan Kesimpulan 

1.  Diskripsi singkat mengenai masalah, kerangka teotitis, hipotesis, metodologi, dan penemuan

 penelitian. 2.  Kesimpulsn penelitian yang merupakan sintesis berdasarkan keseluruhan aspek tersebut

diatas 

3.  Pembahasan kesimpulan penelitian dengan melakukan perbandingan terhadap penelitian lain

dan pengetahuan ilmiah yang relevan 

4.  Mengkaji implikasi penelitian 5.  Mengajukan saran. 

Page 14: Filsafat Ilmu

7/21/2019 Filsafat Ilmu

http://slidepdf.com/reader/full/filsafat-ilmu-56d99b3513ed8 14/16

Abstrak  Abstrak merupakan seluruh rigkasan kegiatan penelitian yang paling banyak terdiri dari tiga

halaman. Keseluruhan abstrak merupakan sebuah esai yang utuh dan tidak dibatasi oleh sub

 judul. Abstrak mencakup keseluruhan pokok pernyataan penelitian mengenai masalah,

hipotesis, metodologi, dan kesimpulsn penelitian. 

Daftar Pustaka Daftar pustaka merupakan sumber referensi bagi seluruh kegiatan penelitian.  

Riwayat Hidup 

Merupakan diskripsi dari latar belakang pendidikan dan pekerjaan yang mempunyai

hubungan dengan penelitian ilmiah yang disampaikan. 

Usulan Penelitian 

Usulan penelitian mencakup langkah pengajuan masalah, penyusunsn kerangka teoritis, dan

 pengajuan hipotesis serta metodologi penelitian. 

Lain-lain 

Mencakup halaman judul, lingkup laporan yang akan disampaikan beserta penghargaan,

daftar isi, daftar tabel, daftar gambar, lembar persetujuan, abstrak. Penutup dan Catatan Akhir 

30. Teknik Penulisan Ilmiah 

Teknik penulisan ilmiah mempunyai dua aspek yakni gaya penulisan dalam membuat

 pernyataan ilmiah secara teknik notasi dalam menyebutkan sumber dari pengetahuan ilmiah

yang dipergunakan dalam penulisan. Komunikasi ilmiah harus bersifat reproduktif artinya

 bahwa si penerima pesan mendapatkan kopi yang sama dengan prototype yang disampaikan

 pemberi pesan, seperti fotocopy. Harus bersifatimpersonal, artinya menyampaikan proses

 pengumpulan data dengan kalimat yang impersonal. Pernyataan ilmiah harus

mencakup pertama,harus dapat kita identifikasikan orang yang membuat pertanyaan

tersebut. Kedua identifikasi media komunikasi ilmiah. Ketiga, identifikasi lembaga yang

menerbitkan publikasi karya ilmiah beserta domisili dan waktu diterbitkan. 

31. Teknik Notasi Ilmiah 

Tanda catatan kaki diletakkan diujung kalimat yang kita kutip dengan mempergunakan kata

arab yang diketik naik setengah spasi. Terdapat perbedaan notasi bagi penulisan sumber

dalam referensi pada catatan kaki dan referensi daftar pustaka. Tujuan utama dari catatan kaki

adalah mengidentifikasi lokasi yang spesifik dari karya yang dikutip. Tujuan daftar pustaka

adalah mengidentifikasikan karya ilmiah itu sendiri. 

32. Hakikat Dan Kegunaan Ilmu 

Dulu pengetahuan begitu juga ilmu, tidak mempunyai kegunaan praktis melainkan estetis.

Pengetahuan lebih ditunjukkan pada kepuasan jiwa bukan sebagai konsep untuk memecahkan

masalah. Ilmu sekedar pengetahuan yang harus bias dihafal agar bias dikemukakan waktu berdebat. Pengetahuan yang dikuasai harus mencakup bidang yang luas agar masalah yang

muncul kita bias ikut debat. Kemampuan mengutip teori ilmiah yang bersifat estetis

 berkembang menjadi status social. Penempatan ilmu dalam fungsi estetis pada zama yunani

kuno disebabkan filsafat mereka yang memandang rendah pekerjaan yang bersifat praktis.

Ilmu tidak berfungsi sebagai pengetahuan yang diterapkan dalam memecahkan masalah

sehari-hari melainkan sekedar dikenal dan dikonsumsi. Tingkat kepercayaan seseorang dan

masyarakat memang berbeda, kepercayaan seseorang tergantung pada pendidikan,

kepercayaan masyarakat tergantung kepada kebudayaan.

Page 15: Filsafat Ilmu

7/21/2019 Filsafat Ilmu

http://slidepdf.com/reader/full/filsafat-ilmu-56d99b3513ed8 15/16

 

REENSI BUKU FILSAFAT (Jujun S. Suriasumantri "Sebuah Pengantar

Populer") Diresensi oleh :

MUSHYANUR, S.Pd

IDENTITAS BUKU

FILSAFAT ILMU

Sebuah Pengantar Populer

Oleh : Jujun S. Suriasumantri

Dengan Kata Pengantar : Andi Hakim Nasution

ISBN 978-979-416-899-8

84 UM 02

Disain sampul : Natasa T 

Hak Cipta dilindungi Undang-undang

Diterbitkan oleh Pustaka Sinar Harapan,

Anggota IKAPI Jakarta

BIOGRAFI PENULIS 

JUJUN SUPARJAN SURIASUMANTRI Lahir di Tasikmalaya tanggal 9 April 1940. Setelah melalui pendidikan SD V, SMP III dan

SMA II yang semuanya berada di Bandung, kemudian melanjutkan ke Institut Pertanian

Bogor (IPB), dan lulus dalam tahun 1969. Selama menjadi mahasiswa aktif dalam berbagai

kegiatan nonkeilmuan seperti ketua teater, sutrdara drama, ketua MAPRAM IPB, dirigen

orkes angklung IPB dan aksi-aksi mahasiswa. Pada tahun 1971 melanjutkan studi ke Harvard

University dengan beasiswa Unesco dan lulus sebagai doctor dalam Perencanaan Pendidikan

dengan spesialisasi system analisis dan PPBS dalam tahu 1975.

Pengalaman dalam pekerjaan antara lain sebagai teaching assistant (1972) dan research

assistant (1973) di Harvard University, dosen tataniaga (1969-1971) dan manajemen (1975-

1980) di IPB, staf ahli pada Badan Penelitian dan Pengembangan Pendidikan dan

Kebudayaan (BP3K) Departemen P dan K (1975-1980) dan pernah menjabat sebagaiSekretaris Eksekutif Panitia Penyusunan Rencana Strategi (1976) dan Repelita –  II (1976-

Page 16: Filsafat Ilmu

7/21/2019 Filsafat Ilmu

http://slidepdf.com/reader/full/filsafat-ilmu-56d99b3513ed8 16/16

1978) Depdikbud, anggota Kelompok Kerja bidang Kebudayaan Mendikbud (1984), anggota

kelompok kerja Pengumpulan Materi GBHN 1988, Dewan Pertahanan Keamanan Nasional

(1985) serta dosen Metodologi Penelitian di Sekolah (sejak 1981) dan Lemhannas (sejak .

1982). Sekarang menjabat sebagai Pembantu Rektor bidang Akademik dan Ketua Program

dokto Fakultas Pascasarjana IKIP Jakarta.

Buku yang telah diterbitkan adalah ilmu dalam perspektif (Jakarta: Gramedia, 1978), SystemThinking (Bandung: Binacipta, 1981) dan A Lesson from Experience (Bandung : Binacipta,

1984). Keanggotaan professional teramsuk Operations research Society of America (ORSA),

Phideta Kappa, International Society of Educational Planner, the institute of management

Science dan Himpunan Indonesia untuk Pengembangan Ilmu-ilmu social.

Menikah dengan Nina Dachliana dan berputra Donni Iqbal Suriasumatri.

Dengan kecintaan yang sama

Kutulis sajak-sajak

Bagi profesor-profesor metafisika

Seperti kesungguhan

Membualkannya

Pada seorang kanak-kanak..........

(Jujun S. Suriasumantri, ”A Gift of Love”, 

Alma Mater, majalah Keluarga Mahasiswa

IPB, Nomor 6, April 1970.

Dalam buku yang ditulis Jujun Suparjan Suriasumantri ini, ia menujukan kepada :

Profesor Arthur Smitheis (Harvard University) dan

Donnial Iqbal Suriasumantri (Taman Kanak-Kanak Bhakti Idhata, Cilandak Kebayoran Baru,

Jakarta).