filsafat ilmu

6
HUBUNGAN AGAMA, SAINS DAN FILSAFAT Oleh : Achmad Irsyadin Al-Anshari Arsy S A. Definisi dan Masing-masing Perbedaannya 1. Agama Kata “agama” berasal dari bahasa Sansekerta āgama yang berarti “tradisi”. Sedangkan kata lain untuk menyatakan konsep ini adalah religi yang berasal dari bahasa Latin religio dan berakar pada kata kerja re-ligare yang berarti “mengikat kembali”. Maksudnya dengan berreligi, seseorang mengikat dirinya kepada Tuhan. Tafsir (2007: 9) mendefinisikan agama sebagai sistem kepercayaan dan praktek yang sesuai dengan kepercayaan tersebut dan peraturan tentang cara hidup lahir batin. Sedangkan Einstein (dalam Salam, 1988: 134) agama adalah kegiatan mengagumi dengan rendah hati roh yang tiada terbatas luhurnya, yang menyatakan dirinya dalam bagian yang kecil-kecil yang dapat disadari dengan akal. Agama juga diartikan dengan keyakinan yang sangat emosional akan adanya suatu daya pikir yang luhur yang dinyatakan dalam semesta alam yang tak dapat dipahami. Adapun yang membedakannya dengan sains dan filsafat adalah sebagai berikut : a. Agama berdasarkan keimanan. b. Agama berasal dari Wahyu Tuhan. c. Agama hanya dipraktekkan oleh orang yang beriman. d. Agama itu yataqidu summa yastadilludia yakin terlebih dahulu kemudian dia mencari argumentasi untuk memperkuat keyakinan itu. e. Agama lebih banyak berhubungan dengan hati. f. Penganut agama selalu dipertahankan hingga titik darah penghabisan karena dia sudah mengikatkan diri kepada agama. 2. Sains (Ilmu) Untuk memahami ilmu dengan baik dan menguasainya secara mendalam guna pengembangannya, pengetahuan mengenai hakikat ilmu merupakan keharusan mutlak. Akan tetapi hakikat ilmu dalam esensinya bukan masalah sederhana, melainkan problem filsafat yang justru paling rumit dan fundamental serta telah menimbulkan perbedaan konsep filosof dalam aspek ontologi, epistimologi dan aksilogi. Bahkan kaum sofis menolak eksistensinya sebagai kebenaran objektif. Ini terlihat sepanjang sejarah zaman Yunani kuno hingga dewasa ini, yang masing- masing aliran mempunyai hukum atau teori sendiri untuk melegitimasi dan menunjukkan keunggulannya di atas aliran lain yang sering bersifat apologetik atau sugestif (Anwar, 2007: 77). Menurut filosof kuno (dalam Anwar, 2007: 92) ilmu didefinisikan terhasilkannya “gambar” sesuatu pada akal, sama saja apakah sesuatu itu merupakan universal atau partikular, baik ada maupun tiada. Masih dalam buku yang sama Razi mendefinisikan ilmu sebagai putusan akal yang pasti dan cocok dengan realitas obyek berdasarkan suatu argumen. Sedangkan Menurut Ghazali ilmu adalah terhasilkannya salinan objek pada mental subjek sebagaimana realitas objek sendiri, yang dalam bahasa dinyatakan sebagai proposisi-proposisi yang pasti dan sesuai dengan realitas

description

fILSAFAT

Transcript of filsafat ilmu

Page 1: filsafat ilmu

HUBUNGAN AGAMA, SAINS DAN FILSAFAT

Oleh : Achmad Irsyadin Al-Anshari Arsy S

A. Definisi dan Masing-masing Perbedaannya

1. Agama

Kata “agama” berasal dari bahasa Sansekerta āgama yang berarti “tradisi”.

Sedangkan kata lain untuk menyatakan konsep ini adalah religi yang berasal dari

bahasa Latin religio dan berakar pada kata kerja re-ligare yang berarti “mengikat

kembali”. Maksudnya dengan berreligi, seseorang mengikat dirinya kepada Tuhan.

Tafsir (2007: 9) mendefinisikan agama sebagai sistem kepercayaan dan

praktek yang sesuai dengan kepercayaan tersebut dan peraturan tentang cara hidup

lahir batin. Sedangkan Einstein (dalam Salam, 1988: 134) agama adalah kegiatan

mengagumi dengan rendah hati roh yang tiada terbatas luhurnya, yang menyatakan

dirinya dalam bagian yang kecil-kecil yang dapat disadari dengan akal. Agama juga

diartikan dengan keyakinan yang sangat emosional akan adanya suatu daya pikir yang

luhur yang dinyatakan dalam semesta alam yang tak dapat dipahami.

Adapun yang membedakannya dengan sains dan filsafat adalah sebagai berikut :

a. Agama berdasarkan keimanan.

b. Agama berasal dari Wahyu Tuhan.

c. Agama hanya dipraktekkan oleh orang yang beriman.

d. Agama itu “ya’taqidu summa yastadillu” dia yakin terlebih dahulu kemudian dia

mencari argumentasi untuk memperkuat keyakinan itu.

e. Agama lebih banyak berhubungan dengan hati.

f. Penganut agama selalu dipertahankan hingga titik darah penghabisan karena dia

sudah mengikatkan diri kepada agama.

2. Sains (Ilmu)

Untuk memahami ilmu dengan baik dan menguasainya secara mendalam guna

pengembangannya, pengetahuan mengenai hakikat ilmu merupakan keharusan

mutlak. Akan tetapi hakikat ilmu dalam esensinya bukan masalah sederhana,

melainkan problem filsafat yang justru paling rumit dan fundamental serta telah

menimbulkan perbedaan konsep filosof dalam aspek ontologi, epistimologi dan

aksilogi. Bahkan kaum sofis menolak eksistensinya sebagai kebenaran objektif. Ini

terlihat sepanjang sejarah zaman Yunani kuno hingga dewasa ini, yang masing-

masing aliran mempunyai hukum atau teori sendiri untuk melegitimasi dan

menunjukkan keunggulannya di atas aliran lain yang sering bersifat apologetik atau

sugestif (Anwar, 2007: 77).

Menurut filosof kuno (dalam Anwar, 2007: 92) ilmu didefinisikan

terhasilkannya “gambar” sesuatu pada akal, sama saja apakah sesuatu itu merupakan

universal atau partikular, baik ada maupun tiada. Masih dalam buku yang sama Razi

mendefinisikan ilmu sebagai putusan akal yang pasti dan cocok dengan realitas obyek

berdasarkan suatu argumen. Sedangkan Menurut Ghazali ilmu adalah terhasilkannya

salinan objek pada mental subjek sebagaimana realitas objek sendiri, yang dalam

bahasa dinyatakan sebagai proposisi-proposisi yang pasti dan sesuai dengan realitas

Page 2: filsafat ilmu

objek berdasarkan metode ilmiah tertentu. Untuk kemajuan dan kebahagiaan manusia

secara pribadi.

Adapun perbedaannya dengan agama dan filsafat adalah sebagai berikut :

a. Ilmu pengetahuan bersifat empiris dan eksperimental

b. Mengungkapkan kebenaran hidup

c. Bersifat khusus dan empiris. Artinya, ilmu pengetahuan hanya terfokus pada

disiplin bidang masing-masing secara kaku dan terkotak-kotak.

d. Ilmu pengetahuan bersifat fragmentaris, spesifik dan insentif. Di samping itu,

objek formal ilmu pengetahuan itu bersifat teknik, yang berarti bahwa cara ide-ide

manusia itu mengadakan penyatuan diri dengan realita.

3. Filsafat

Filsafat berasal dari bahasa Yunani, philosophia dan philosophos. Menurut

bentuk kata philosophia, dan philosophos diambil dari kata philos dan shopia atau

philos dan shopos. Philos berarti cinta dan sophia atau shopos berarti kebijaksanaan,

pengetahuan dan hikmah. Dalam pengertian ini, seseorang dapat disebut telah

berfilsafat apabila seluruh ucapannya dan perilakunya menagndung makna dan ciri

sebagai orang yang cinta terhadap kebijaksanaan, terhadap pengetahuan dan terhadap

hikmah. (Barnadib, 1997: 9)

Berfilsafat artinya berfikir menurut tata tertib (logika) dengan bebas (tidak

terikat pada tradisi, dogma, serta agama) dan dengan sedalam-dalamnya sehingga

sampai ke dasar-dasar persoalannya. Atas dasar itu, Nasution secara etimologi filsafat

dapat didefinisikan sebagai; pengetahuan tentang hikmah, pengetahuan tentang

prinsip atau dasar, mencari kebenaran, membahas dasar dari apa yang dibahas (dalam

Sumarna, 2006: 39).

Adapun yang membedakannya dengan sains dan ilmu adalah sebagai berikut :

a. Objek material (lapangan) filsafat itu bersifat universal (umum), yaitu segala

sesuatu yang ada (realita).

b. Objek formal (sudut pandang) filsafat itu bersifat non-fragmentaris, karena

mencari pengertian dari segala sesuatu yang ada itu secara luas, mendalam dan

mendasar.

c. Filsafat menyelidik, membaca serta memikiran seluruh alam kenyataan dan

menyelidik bagaimanan hubungan satu sama lainnya. Sedangkan ilmu lain

menyelidiki hanya sebagian saja dari alam.

d. Filsafat tidak saja menyelidiki tentang sebab akibat tetapi menyelidiki hakikatnya.

e. Filsafat dalam pembahasannya apa ia sebenarnya darimana asalnya dan hendak

kemana perginya.

f. Filsafat dilaksanakan dalam suatu suasana pengetahuan yang menonjolkan daya

spekulasi, kritis dan pengawasan, kegunaan filsafat timbul dari nilainya.

g. Filsafat memuat pertanyaan lebih jauh dan lebih mendalam berdasarkan pada

pengalaman realitas sehari-hari.

h. Filsafat memberikan penjelasan yang terakhir, yang mutlak dan mendalam sampai

mendasar (primary cause).

i. Objek kajian filsafat adalah seluruh kenyataan

j. Mengungkapkan makna dan kebenaran hidup

Page 3: filsafat ilmu

k. Filsafat berdasarkan rasio, diperoleh dengan akal budi.

l. Seorang ahli filsafat sering bersifat lunak dan sanggup meninggalkan pendiriannya

jika ternyata pendapatnya keliru.

B. Fungsi dan Peranan

1. Agama

Terdapat beberapa alasan tentang mengapa agama itu sangat penting dalam

kehidupan manusia, antara lain adalah :

Karena agama merupakan sumber moral

Karena agama merupakan petunjuk kebenaran

Karena agama merupakan sumber informasi tentang masalah metafisika.

Karena agama memberikan bimbingan rohani bagi manusia baik di kala suka,

maupun di kala duka.

Manusia sejak dilahirkan ke dunia ini dalam keadaan lemah dan tidak berdaya,

serta tidak mengetahui apa-apa sebagaimana firman Allah :

“Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak tahu apa-apa.

Dia menjadikan untukmu pendengaran, penglihatan dan hati, tetapi sedikit di

antara mereka yang mensyukurinya.” (Q.S. An- Nahl 16 : 78).

Dalam keadaan yang demikian itu, manusia senantiasa dipengaruhi oleh berbagai

macam godaan dan rayuan, baik dari dalam, maupun dari luar dirinya. Godaan dan

rayuan daridalam diri manusia dibagi menjadi dua bagian, yaitu :

Godaan dan rayuan yang berysaha menarik manusia ke dalam lingkungan

kebaikan, yang menurut istilah Al-Gazali dalam bukunya ihya ulumuddin

disebut dengan malak Al-hidayah yaitu kekuatan-kekuatan yang berusaha

menarik manusia kepada hidayah ataukebaikan.

Godaan dan rayuan yang berusaha memperdayakan manusia kepada

kejahatan,yang menurut istilah Al-Gazali dinamakan malak al-ghiwayah,

yakni kekuatan-kekuatan yang berusaha menarik manusia kepada kejahatan.

Disinilah letak fungsi agama dalam kehidupan manusia, yaitu membimbing

manusia kejalan yang baik dan menghindarkan manusia dari kejahatan atau

kemungkaran.

2. Sains

Sains/ ilmu memang merupakan hal yang sangat penting, apalagi di zaman

modern ini, yang sangat menjunjung tinggi nilai rasionalitas (terutama negara Barat),

sehingga segala sesuatu harus disesuaikan dengan logika. Tapi, kita sebagai kaum

Muslimin harus selalu menjunjung tinggi nilai-nilai agama Islam, meskipun pada

kenyataannya kita juga harus menyesuaikan dengan perkembangan zaman.

Sebenarnya, bila kita amati, antara ajaran Islam dengan pendidikan sains tidak

ada pertentangan, bahkan Islam mewajibkan umatnya untuk mencari ilmu. Salah satu

dasar (dalil) yang populer adalah hadits Rasulullah SAW.

طلب العلم فريــضة على كل مســـلم :قال رسول هللا صلى هللا تــعالى عليــه وسلـم

و مســـلمة

Page 4: filsafat ilmu

Artinya : Rasulullah SAW. bersabda : “Mencari ilmu itu hukumnya wajib

bagi setiap orang Islam laki-laki dan perempuan.”

Dalam hadits tersebut memang jelas disebutkan bahwa hukum mencari ilmu

adalah fardhu ain (harus dilakukan per individu). Tapi, banyak pendapat yang muncul

dalam menentukan ilmu mana yang dimaksud dalam hadits tersebut. Para ahli ilmu

kalam memandang bahwa belajar teologi merupakan sebuah kewajiban, sementara

para fuqaha’ berpikir bahwa ilmu fiqih dicantumkan dalam al-Qur’an. Sedangkan

menurut Imam Ghazali, ilmu yang wajib dicari menurut agama adalah terbatas pada

pelaksanaan kewajiban syari’at Islam yang harus diketahui dengan pasti. Misalnya,

seseorang yang bekerja sebagai peternak binatang, haruslah mengetahui hukum-

hukum tentang zakat.

Hal di atas juga diperkuat dengan firman Allah SWT dalam surah al-alaq ayat

1 – 5 yang artinya :

“Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang Menciptakan. Dia Telah

menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah yang Maha

pemurah. Yang mengajar (manusia) dengan perantaran kalam. Dia mengajar kepada

manusia apa yang tidak diketahuinya.” (Al-Alaq 96 : 1-5).

Kata “bacalah” dalam ayat tersebut mengandung arti tentang perintah

menuntut ilmu, apalagi pada saat itu (awal kenabian), bangsa Arab sedang berada

pada zaman jahiliyah (kebodohan).

Jika sains dikaitkan dengan fenomena alam, maka dalam al-Qur’an lebih dari

750 ayat menjelaskan tentang fenomena alam. Salah satunya adalah pada Surah

Luqman, ayat 10 yang artinya sebagai berikut :

“Dia menciptakan langit tanpa tiang yang kamu melihatnya dan dia

meletakkan gunung-gunung (di permukaan) bumi supaya bumi itu tidak

menggoyangkan kamu; dan memperkembang biakkan padanya segala macam jenis

binatang. dan kami turunkan air hujan dari langit, lalu kami tumbuhkan padanya

segala macam tumbuh-tumbuhan yang baik.” (Luqman 31 : 10)

Dalam ayat tersebut, menjelaskan tentang betapa besarnya kekuasaan Allah

SWT. dalam menciptakan mahluk-mahlukNya. Tidak berhenti sampai disitu, kita juga

diperintahkan untuk mempelajarinya (mahluk). Hal ini telah banyak dilakukan oleh

orang (ilmuwan) Barat, dan malah kebanyakan dari kita hanya mengikuti apa yang

mereka katakan. Padahal, kita sebagai hambaNya seharusnya memiliki keharusan

yang lebih besar dari pada mereka. Karena bila diamati, tidak sedikit dari pandangan

mereka melenceng dari ajaran agama Islam. Bila kita hanya mengikuti mereka,

dikhawatirkan kita akan terjerumus kedalam jalan kesesatan bersama mereka. Seperti

contoh, pandangan Darwin tentang teori evolusi yang menyebutkan bahwa manusia

zaman dahulu memiliki bentuk fisik menyerupai kera, itu merupakan pendapat yang

tidak sesuai dengan al-Qur’an. Karena secara jelas, manusia pertama yang diciptakan

Allah adalah Nabi Adam AS.

3. Filsafat

Filsafat mempunyai fungsi untuk memberikan petunjuk dan arah dalam

pengembangan teori-teori pendidikan menjadi ilmu pendidikan atau paedagogik.

Suatu praktek kependidikan yang didasarkan dan diarahkan oleh suatu filsafat

Page 5: filsafat ilmu

pendidikan tertentu, akan menghasilkan dan menimbulkan bentuk-bentuk dan gejala-

gejalan kependidikan yang tertentu pula. Hal ini adalah data-data kependidikan yang

ada dalam suatu masyarakat tertentu. Analisa filsafat berusaha untuk menganalisa dan

memberikan arti terhadap data-data kependidikan tersebut, dan untuk selanjutnya

menyimpulkan serta dapat disusun teori teori pendidikan yang realistis dan

selanjutnya akan berkembanglah ilmu pendidikan (paedagogik). Filsafat, juga

berfungsi memberikan arah agar teori pendidikan yang telah dikembangkan oleh para

ahlinya, yang berdasarkan dan menurut pandangan dan aliran filsafat tertentu,

mempunyai relevansi dengan kehidupan nyata.artinya mengarahkan agar teori-teori

dan pandangan filsafat pendidikan yang telah dikembangkan tersebut bisa diterapkan

dalam praktek kependidikan sesuai dengan kenyataan dan kebutuhan hidup yang juga

berkembang dalam masyarakat. Di samping itu, adalah merupakan kenyataan bahwa

setiap masyarakat hidup dengan pandangan filsafat hidupnya sendiri-sendiri yang

berbeda antara satu dengan yang lainnya, dan dengan sendirinya akan menyangkut

kebutuhan-kebutuhan hidupnya. Di sinilah letak fungsi filsafat dan filsafat pendidikan

dalam memilih dan mengarahkan teori-teori pendidikan dan kalau perlu juga merevisi

teori pendidikan tersebut, yang sesuai dan relevan dengan kebutuhan, tujuan dan

pandangan hidup dari masyarakat.

C. Metode

1. Agama

2. Sains

3. Filsafat

Filsafat memiliki 4 teori dalam menemukan kebenaran, adalah sebagai berikut :

a. Teori Corespondence : menerangkan bahwa kebenaran atau sesuatu kedaan

benar itu terbukti benar bila ada kesesuaian antara arti yang dimaksud suatu

pernyataan atau pendapat dengan objek yang dituju/ dimaksud oleh pernyataan

atau pendapat tersebut.

b. Teori Consistency : Teori ini merupakan suatu usah apengujian (test) atas arti

kebenaran. Hasil test dan eksperimen dianggap relible jika kesan-kesanyang

berturut-turut dari satu penyelidik bersifat konsisten dengan hasil test eksperimen

yang dilakukan penyelidik lain dalam waktu dan tempat yang lain.

c. Teori Pragmatisme : Paragmatisme menguji kebenaran dalam praktek yang

dikenal apra pendidik sebagai metode project atau medoe problem olving dai

dalam pengajaran. Mereka akan benar-benar hanya jika mereka berguna mampu

memecahkan problem yang ada. Artinya sesuatu itu benar, jika mengmbalikan

pribadi manusia di dalamkeseimbangan dalam keadaan tanpa persoalan dan

kesulitan. Sebab tujuan utama pragmatisme ialah supaya manusia selalu ada di

dalam keseimbangan, untuk ini manusia harus mampu melakukan penyesuaian

dengan tuntutan-tuntutan lingkungan.

d. Kebenaran Religius : Kebenaran tak cukup hanya diukur dengan rasion dan

kemauan individu. Kebenaran bersifat objective, universal,berlaku bagi seluruh

Page 6: filsafat ilmu

umat manusia, karena kebenaran ini secara antalogis dan oxiologis bersumber

dari Tuhan yang disampaikan melalui wahyu.

D. Kesimpulan

Dari ketiga hal diatas dapat disimpulkan bahwa sebenarnya antara agama, sains dan

filsafat sejatinya merupakan tiga hal yang bersumber sama yaitu Allah SWT, Allah

memberikan kita akal untuk berpikir disinilah letak ilmu dan filsafat, dan Allah

menurunkan kepada hambanya wahyu untu merenungi, mempelajari, menjadikannya

sebagai petunjuk dalam mencapai kebahagiaan kehidupan dunia dan akhirat.

Sumber :

Tafsir, Ahmad. 1994. Filsafat Umum, Akal dan Hati sejak Thales sampai James, Bandung :

Rosdakarya.

Anwar, Saeful. 2007. Filsafat Ilmu Al-Ghazali: Dimensi Ontologi dan Aksiologi. Bandung:

Pustaka Setia.

Sumarna, Cecep. 2004. Filsafat Ilmu: Dari Hakikat Menuju Nilai. Bandung: Pustaka Bani

Quraisy

Asyraf. 2010. Fungsi agama bagi kehidupan.

http://abdain.wordpress.com/2010/04/11/fungsi-agama-bagi-kehidupan.html

Nurwega, Dendi. S.Pd. 2013. Hubungan Filsafat, Ilmu dan Agama.

http://www.geschool.net/296092/blog/hubungan-filsafat-ilmu-dan-agama.html

Kompasiana.2012. Hubungan ilmu, filsafat dan agama.

http://edukasi.kompasiana.com/2012/04/27/hubungan-ilmu-filsafat-dan-agama-458566.html