filsafat ilmu

32
TUGAS FILSAFAT ILMU BIOLOGI REPRODUKSI DALAM FILSAFAT ILMU Oleh : CAESSARIA ROSYIDA B. 061415153001 SONDANG ONE MAYOSITA 061415153002 ZILLY ZENIANTI ZANDRIANA 061415130005 PORTIA SUMARSONO 061415153006 IKA WAHYUNI 061415153007 PASCASARJANA ILMU BIOLOGI REPRODUKSI FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

description

filsafat ilmu

Transcript of filsafat ilmu

Page 1: filsafat ilmu

TUGAS FILSAFAT ILMU

BIOLOGI REPRODUKSI DALAM

FILSAFAT ILMU

Oleh :

CAESSARIA ROSYIDA B. 061415153001

SONDANG ONE MAYOSITA 061415153002

ZILLY ZENIANTI ZANDRIANA 061415130005

PORTIA SUMARSONO 061415153006

IKA WAHYUNI 061415153007

PASCASARJANA ILMU BIOLOGI REPRODUKSI

FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN

UNIVERSITAS AIRLANGGA

SURABAYA

2014

Page 2: filsafat ilmu

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Filsafat adalah ilmu pengetahuan yang senantiasa mencari kebenaran.

Filsafat juga disebut sebagai induk dari ilmu pengetahaun, banyak ilmu

pengetahuan yang terlahir dari filsafat. Berdasarkan etiomologinya, kata filsafat

dalam bahasa Indonesia berasal dari bahasa Yunani philosophia yang terdiri dari

dua kata yaitu philein (mencintai) atau philia (cinta) atau philos (sahabat, kekasih)

dan sophia (kebijaksanaan, kearifan). Sehingga filsafat dapat diartikan sebagai

cinta kebijaksanaan. Secara terminologis, pengertian filsafat menurut Concise

Oxford English Dictionary (Tenth Edition) adalah : (1) studi tentang hakikat dasar

dari pengetahuan, kenyataan dan keberadaan. (2) studi tentang dasar-dasar teoritis

dari suatu cabang pengetahuan atau pengalaman. (3) suatu teori atau sikap yang

memandu perilaku seseorang. Imanuel Kant mendefinisikan filsafat sebagai

pengetahuan yang menjadi pokok pangkal segala pengetahuan yang di dalamnya

tercakup empat persoalan yakni apa yang dapat diketahui? (jawabnya metafisika),

apa yang seharusnya di ketahui? (jawabnya etika), sampai dimana harapan kita?

(jawabnya agama) apa itu manusia? (jawabnya antropologi), (Tafsir, 2001).

Salah satu ciri khas dari manusia adalah sifatnya yang selalu ingin tahu

tentang berbagai hal. Rasa ingin tahu ini tidak terbatas yang ada pada dirinya,

tetapi juga ingin tahu tentang lingkungan sekitarnya, bahkan sekarang ini rasa

ingin tahu berkembang ke arah dunia luar. Rasa ingin tahu ini tidak dibatasi oleh

peradaban dan muncul sejak manusia lahir di muka bumi ini. Semua umat

Page 3: filsafat ilmu

manusia yang hidup di dunia mempunyai rasa ingin tahu walaupun variasi dan

takaran keingintahuannya berbeda-beda. Orang tinggal di tempat peradaban yang

masih terbelakang memiliki rasa ingin yang berbeda dibandingkan dengan orang

yang tinggal di tempat maju (Soeparto, 2000).

Rasa ingin tahu tentang peristiwa-peristiwa yang terjadi di alam sekitar

terkadang bersifat sederhana dan juga kompleks. Rasa ingin tahu yang bersifat

sederhana didasari dengan rasa ingin tahu tentang apa (Ontologis), sedangkan rasa

ingin tahu yang bersifat kompleks meliputi kelanjutan pemikiran tentang

bagaimana peristiwa tersebut dapat terjadi dan mengapa peristiwa itu terjadi

(Epistemologis), serta manfaat apa yang didapat dari mempelajari peristiwa

tersebut (Aksiologis) (Suriasumantri, 1982).

Ada tiga hal pokok yang muncul bila manusia berpikir, yaitu ; ontologi,

epistemilogi dan aksiologi (Hamami, 1997). Epistemologi selalu menjadi bahan

yang menarik untuk dikaji, karena disinilah dasar-dasar pengetahuan maupun teori

pengetahuan yang diperoleh manusia menjadi bahan pijakan. Konsep-konsep ilmu

pengetahuan yang berkembang pesat dewasa ini beserta aspek praktis yang

ditimbulkannya dapat dilacak akarnya pada struktur pengetahuan yang

membentuknya. Secara etimologi, epistemologi merupakan kata gabungan yang

diangkat dari dua kata dalam bahasa Yunani, yaitu episteme dan logos. Episteme

artinya pengetahuan, sedangkan logos lazim dipakai untuk menunjukkan adanya

pengetahuan sistematik. Dengan demikian epistemologi dapat diartikan sebagai

pengetahuan sistematik mengenai pengetahuan. Nawawi (2010) mendefinisikan

Epistimologi adalah filsafat yang membahas cara kerja atau proses dalam

Page 4: filsafat ilmu

usaha/kegiatan manusia untuk memperoleh pengetahuan yang benar secara

mendalam dan Surajiyo (2008), menerangkan Epistemologi adalah cabang filsafat

yang membicarakan tentang asal muasal, sumber, metode, struktur dan validitas

atau kebenaran pengetahuan.

Ketiga landasan utama filsafat ilmu di, yaitu Ontologis, Epistemologis dan

Aksiologis merupakan ciri spesifik dalam penyusunan pengetahuan yang

menjelaskan keilmiahan ilmu tersebut. Ketiga landasan ini saling terkait satu sama

lain dan tidak bisa dipisahkan antara satu dengan lainnya. Berbagai usaha

spekulatif yang bersistem, mendasar dan menyeluruh dilaksanakan untuk 

mencapai atau memecahkan peristiwa yang terjadi di alam dan di lingkungan

sekitar. Bila usaha tersebut berhasil dicapai, maka diperoleh apa yang kita katakan

sebagai ilmu dan pengetahuan (Suriasumantri, 1982).

Telaah epistemologis merupakan cabang dari filsafat ilmu yang berurusan

dengan hakikat, teori dan ruang lingkup “bagaimana” proses menjadi ilmu.

Meliputi pengandaian-pengandaian dan dasar-dasar serta pertanggungjawaban

atas pertanyaan mengenai ilmu pengetahuan yang dimiliki. Epistemologis

membahas secara mendalam segenap proses yang terlibat dalam usaha untuk

memperoleh ilmu pengetahuan terutama yang berkaitan dengan metode

keilmiahan dan sistematika isi dari berbagai ilmu termasuk ilmu kedokteran

reproduksi.

Metode keilmuan merupakan suatu prosedur wajib yang mencakup

berbagai tindakan, pemikiran, pola kerja, cara teknis, dan tata langkah untuk

memperoleh ilmu pengetahuan yang baru atau sebaliknya mengembangkan

Page 5: filsafat ilmu

wawasan yang telah ada. Sedangkan sistematisasi isi ilmu dalam hal ini berkaitan

dengan batang tubuh dari ilmu pengetahuan, letak peta dasar, pengembangan ilmu

pokok dan cabang ilmu yang akan dibahas di sini (Purnomo, 2007).

Salah satu ciri yang patut mendapat perhatian dalam epistemologis dari

perkembangan ilmu pada masa modern adalah munculnya pandangan baru

mengenai ilmu pengetahuan. Pandangan itu merupakan kritik terhadap pandangan

Aristoteles, yaitu bahwa ilmu pengetahuan yang sempurna tidak boleh mencari

keuntungan, namun haruslah bersikap kontemplatif. Diganti dengan pandangan

bahwa ilmu pengetahuan justru harus mencari untung yang artinya dipakai untuk

memperkuat kemampuan manusia di bumi ini (Bakhtiar, 2005).

Sama halnya ketika meninjau Ilmu Biologi Reproduksi sebagai sebuah

ilmu yang ilmiah dan membedakannya dengan pengetahuan-pengetahuan yang

didapatkan melalui cara lain. Beberapa akademisi dan masyarakat awam di

Indonesia memang masih kurang familiar terhadap eksistensi ilmu reproduksi

terutama karena kajian dan wacana akademis yang sangat terbatas. Namun

sebagai suatu ilmu yang telah diakui secara luas, ilmu kedokteran reproduksi

berkembang seiring kompleksitas permasalahan yang ada dengan ketertarikan-

ketertarikan ilmiah yang mulai bergairah dan perlahan menunjukkan eksistensi

ilmu ini ke arah kemapanan.

Secara garis besar, pengertian reproduksi lebih berkaitan dengan aktifitas

untuk mendapatkan keturunan, tetapi untuk itu tentu saja diperlukan organ

kelamin dan dorongan seksual juga. Sedangkan seksualitas atau seks berarti jenis

kelamin yang merupakan dimensi lain dari reproduksi hewan yang jauh lebih luas

Page 6: filsafat ilmu

karena meliputi semua aspek nilai, sikap, orientasi dan perilaku yang bersifat

pribadi dan tidaklah sama dengan kemampuan seseorang untuk sekedar

memberikan reaksi erotik (Pangkahila, 2001).

Guna menjawab bagaimana proses umum menimba ilmu pengetahuan

khususnya ilmu biologi reproduksi, maka selayaknya didahului dengan  pemikiran

sederhana yang bersumber dari pengalaman empiris manusia. Berbagai fenomena

yang terjadi, faktual di seputar organ reproduksi dan seksual, seperti gangguan

fungsi seksual, epidemiologi penyakit dan lainnya. Kemudian akan dirangkum,

dibuatkan suatu karya penelitian dengan metode tertentu yang rasional untuk

mencari dan menjawab teori secara ilmiah, apakah ilmu tersebut dapat diterima

atau tidak.

Sebagaimana pengetahuan lainnya bahwa terbentuknya ilmu biologi

reproduksi adalah hasil dari penggabungan beberapa ilmu dasar dan kekhususan.

Ilmu-ilmu tersebut kemudian menjadi dasar kurikulum pendidikaan magister ilmu

biologi reproduksi Fakultas Kedokteran Hewan, Universitas Airlangga.

Maka perlu suatu tinjauan sederhana dari sudut pandang filsafat ilmu yang

membahas ilmu biologi reproduksi sebagai sebuah pengetahuan ilmiah, dalam hal

ini mewakili aspek reproduksi hewan. Dengan harapan dapat membantu

menjawab pentingnya ilmu biologi reproduksi bagi hewan, berusaha mencari

kebenaran mengenai apa hakekatnya, bagaimana prosesnya, manfaat secara etika

dan nilai estetikanya, dan menelusuri jejak-jejak penalarannya dari suatu

pemikiran filsafat, menjadi pengetahuan dan berakhir sebagai suatu ilmu (sains)

yang ilmiah.

Page 7: filsafat ilmu

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Aspek Ontologis Ilmu Biologi Reproduksi

Kajian ontologis spesifik menjawab hakekat suatu ilmu dan membahas

tentang “apa” itu yang ingin diketahui. Ontologis berperan dalam perbincangan

mengenai pengembangan ilmu, asumsi dasar ilmu dan konsekuensi penerapan

ilmu. Ontologis merupakan salah satu obyek lapangan penelitian kefilsafatan yang

paling kuno. Dasar ontologis dari ilmu berhubungan dengan materi yang menjadi

obyek penelaahan ilmu, ciri esensial obyek yang berlaku umum. Ontologis ilmu

mencakup seluruh aspek kehidupan yang dapat diuji oleh indera manusia. Jadi

kajian ontologis masih dalam jangkauan pengalaman manusia atau obyeknya

bersifat empiris dapat berupa material, seperti ide-ide, nilai, tumbuhan, binatang,

batu-batuan dan manusia itu sendiri.

Ilmu Biologi Reproduksi berarti ilmu pengetahuan yang mempelajari

aspek reproduksi dan seksualitas ditinjau dari sisi kedokteran. Secara umum di

Indonesia kata reproduksi dan seksualitas adalah bermakna sama. Cukup lama kita

mempertahankan persepsi yang kurang tepat itu, kemungkinan akibat paham

budaya yang condong ketimuran sehingga masih memandang tabu membicarakan

perihal reproduksi, apalagi hingga menyinggung kearah seksualitas. Sebenarnya

jika dikaji kembali lebih dalam, ternyata kata reproduksi dan seksualitas adalah

berbeda meskipun sangat berhubungan. Reproduksi lebih menelaah mengenai

upaya untuk menghasilkan keturunan, sedangkan seksualitas dapat berarti jenis

atau organ kelamin (Pangkahila, 2001). Ilmu ini menjadikan organ reproduksi dan

Page 8: filsafat ilmu

seksual baik manusia maupun hewan sebagai obyek utama dalam

pembelajarannya. Secara empiris, berbagai gejala yang dapat diamati indera,

kondisi klinis yang normal maupun abnormal (penyakit) dan pengalaman pada

fungsi organ reproduksi dan seksual, semuanya akan ditelaah seutuhnya dalam

ilmu biologi reproduksi, baik yang terlihat jelas (organ kelamin), berukuran

mikros (sel sperma dan telur) dan psikososial (gangguan psikis).

Wujud hakiki dari obyek yang ditelaah ilmu biologi reproduksi adalah

berbagai kondisi pada organ reproduksi dan seksual terutama permasalahan-

permasalahan yang dapat diamati dan dirasakan indera, dan penyakit ataupun

gangguan yang mempengaruhi status kesehatan umum. Abstraksi wujud dari

obyek tersebut haruslah dapat dinilai, apakah dalam keadaan normal atau sakit,

dan bagaimana pengaruhnya pada produktifitas individu secara keseluruhan.

Gangguan apa yang terjadi pada sistem reproduksi maupun seksual. Solusi

kongkrit apa saja, guna menanggulangi kemungkinan turunnya produktifitas.

Sedangkan hubungan wujud obyek telaah ilmu biologi reproduksi dengan daya

tangkap manusia adalah bersifat sebab-akibat dan linear. Suatu kondisi bisa

memperburuk fungsi organ reproduksi dan seksual, seperti terjadinya proses

penuaan, perilaku yang beresiko, munculnya keganasan sel, kriminalitas biologi,

ketimpangan gender, buruknya higienis pribadi dan rendahnya sanitasi lingkungan

dan lainnya. Sebaliknya dengan menerapkan pola hidup yang bersih dan sehat,

menghindari penyebaran infeksi, menjaga kebugaran tubuh hewan, memperbaiki

higienis dan sanitasi.

Page 9: filsafat ilmu

Istilah ontologi berasal dari bahasa yunani yakni ta onta dan logi. Ta onta

berarti berada dan logi berarti ilmu pengetahuan atau ajaran, sehingga ontologi

dapat diartikan sebagai ilmu yang mengkaji tentang keberadaan suatu obyek.

Dalam tulisan ini teknologi reproduksi hewan ditempatkan sebagai objek yang

akan dikaji, jika ditinjau dari aspek ontologisnya maka teknologi reproduksi yang

dibahas adalah ilmu atau tehnologi reproduksi tentang perkembangbiakan yang

menggunakan peralatan serta prosedur tertentu untuk menghasilkan suatu produk

(keturunan).  Teknologi reproduksi yang telah banyak dikembangkan meliputi

inseminasi buatan, perlakuan hormonal, donor sel telur dan sel sperma, kultur

telur dan embrio, pembekuan sperma dan embrio, GIFT (gamet intrafallopian

transfer), ZIFT (zygote intrafallopian transfer), IVF (in vitro fertilization),

partenogenesis dan kloning. Sebagai contoh, dalam tulisan ini teknologi

reproduksi yang akan dikaji adalah teknik in vitro fertilisasi dan kloning.

Peran Bahasa di sisi ini adalah menjelaskan tentang pertanyaan – pertanyaan apa

saja yang bisa dijadikan acuan sebagai perumusan masalah pada proses ini.

Produksi hewan kloning merupakan salah satu produk teknologi

reproduksi yang dihasilkan baik melalui teknik fertilisasi in vitro maupun

kloning.  Fertilisasi in vitro   adalah proses pembuahan yang dilakukan diluar

tubuh manusia (di dalam cawan petri), sedangkan teknik kloning adalah  produksi

sejumlah individu yang secara genetik identik melalui proses seksual apabila

melalui fertilisasi dan aseksual apabila menggunakan sel somatis.  Baik pada

fertilisasi in vitro maupun kloning, embrio yang dihasilkan “dititipkan“ kembali

kembali ke dalam uterus penerima, baik yang ada hubungan darah maupun yang

Page 10: filsafat ilmu

tidak. Sisi positifnya adalahjika proses pembuahandilakukan melalui teknologi in

vitro, analisis kromosom dari embrio yang memiliki resiko kelainan genetik  dapat

dilakukan sebelum dikembalikan kedalam uterus.

Kloning pada hewan dilakukan mula-mula pada amfibi (kodok), dengan

mengadakan transplantasi nukleus ke dalam telur kodok yang dienukleasi.

Sebagai donor digunakan nukleus sel somatik dari berbagai stadium

perkembangan. tetapi contoh hewan kloning baru dapat dihasilkan lewat

penelitian Wilmut et al. (1997),    Sejak Wilmut berhasil membuat klon anak

domba yang donor nukleusnya diambil dari sel kelenjar susu domba dewasa,

maka terbukti bahwa pada mammalia pun klon dapat dibuat. Atas dasar itu para

ahli berpendapat bahwa pada manusia pun secara teknis klon dapat dibuat.Klon

anak domba tersebut dihasilkan dari inti sel epitel ambing domba dewasa yang

dikultur dalam suatu medium, kemudian ditransfer ke dalam ovum domba yang

kromosomnya telah dikeluarkan, yang pada akhirnya menghasilkan anak domba

kloning yang diberi nama Dolly (Hine,T.M,2004).

Keberhasilan produksi hewan kloning lewat transfer inti sel somatik telah

dicapai pada berbagai spesies, seperti domba, sapi, mencit, kambing babi, kucing,

dan kelinci, namun efisiensinya sampai sekarang masih sangat rendah yakni

kurang dari 1 %, dengan sekitar 10 persen yang lahir hidup (Han et al., 2003

dalam Hine, T. M, 2004).

Pada Kongres Fertilisasi In Vitro dan Genetika Reproduksi Manusia se

Dunia Ke 11 di Sydney, tanggal 9–14 Mei 1999, Kwa Yung Cha dkk,

mengungkapkan keberhasilan teknik maturasi in vitro pada 33 wanita fertil yang

Page 11: filsafat ilmu

mengalami kelainan PCO (polycystic ovarian syndrome), 20 diantaranya berhasil

melahirkan bayi (Kompas, 6 Juni 1999). Di Indonesia, meskipun program bayi

tabung dimulai sejak tahun 1988 di RS Harapan Kita, Jakarta, namun baru pada

tahun 1997 RSUP Dr Sardjito Yogyakarta berhasil mengembangkan program ini

hingga melahirkan tiga bayi kembar (Kompas, 3 Maret 2001). Di Amerika

Serikat, Adam adalah bayi tabung yang khusus diprogram untuk menyelamatkan

kakaknya dan berhasil.  

2.2 Aspek Epistemologis Ilmu Biologi Reproduksi

Telaah epistemologis merupakan cabang dari filsafat ilmu yang berurusan

dengan hakikat, teori dan ruang lingkup “bagaimana” proses menjadi ilmu.

Meliputi pengandaian-pengandaian dan dasar-dasar serta pertanggungjawaban

atas pertanyaan mengenai ilmu pengetahuan yang dimiliki. Epistemologis

membahas secara mendalam segenap proses yang terlibat dalam usaha untuk

memperoleh ilmu pengetahuan terutama yang berkaitan dengan metode

keilmiahan dan sistematika isi dari berbagai ilmu termasuk ilmu biologi

reproduksi.

Metode keilmuan merupakan suatu prosedur wajib yang mencakup

berbagai tindakan, pemikiran, pola kerja, cara teknis, dan tata langkah untuk

memperoleh ilmu pengetahuan yang baru atau sebaliknya mengembangkan

wawasan yang telah ada. Sedangkan sistematisasi isi ilmu dalam hal ini berkaitan

dengan batang tubuh dari ilmu pengetahuan, letak peta dasar, pengembangan ilmu

pokok dan cabang ilmu yang akan dibahas antara lain :

Page 12: filsafat ilmu

Biologi sel : ilmu dasar dari ilmu hayat yang mempelajari struktur

terkecil dari tubuh.

Fisiologi reproduksi : ilmu kedokteran yang mempelajari fungsi

normal dari system reproduksi.

Biologi perkembangan : ilmu hayat yang merupakan integral dari

rekayasa biologi.

Teratology : ilmu kedokteran yang mempelajari perubahan atau

mutasi dalam pembentukan fetus abnormal / raksasa.

Imunologi reproduksi : ilmu kedokteran yang mempelajari system

kekebalan dalam system reproduksi.

Endokrinologi : ilmu kedokteran yang mempelajari fungsional

hormone system reproduksi.

Reproduksi satwa akuatik : cabang ilmu reproduksi spesifik hewan

akuatik.

Patologi reproduksi : ilmu kedokteran yang mempelajari kondisi

abnormal/sakit dari system reproduksi.

Ilmu gizi ternak : cabang ilmu kedokteran hewan yang

mempelajari struktur dan komposisi pakan ternak.

Anatomi reproduksi : ilmu kedokteran yang mempelajari struktur

tulang, organ, jaringan penyusun system reproduksi.

Epistemologi berasal  dari kata episteme yang berarti “pengetahuan” dan

logos yang berarti “teori”. Jadi epistemologi dapat diartikan sebagai teori

pengetahuan. Dalam ilmu filsafat, epistemologi dikategorikan sebagai cabang

Page 13: filsafat ilmu

ilmu yang mempelajari asal mula pengetahuan, struktur, metode dan validitas

pengetahuan. Sebagai contoh dalam tulisan ini adalah dasar pengembangan

teknologi reproduksi dan fertilisasi in vitro yang merupakan metode utama

untuk menghasilkan bayi tabung diulas sebagai tinjauan epistemologi.

Peran bahasa pada contoh diatas nantinya bisa menjelaskan tentang

bagaimana prosesnya dan bagaimana metode yang digunakan dalam menerapkan

tehnologi reproduksi tersebut. Intinya adalah bagaimana proses reproduksi 

diawali dengan pertemuan antara  sel sperma dan sel telur di dalam organ

reproduksi (tuba fallopi) betina. Sampai pada proses penyatuan yang

menghasilkan zigot yang akan berkembang menjadi embrio dan  selanjutnya

berkembang menjadi fetus melalui beberapa prosedur / metode yaitu fertilisasi in

vitro atau proses penanamam embrio ke dalam induk resipien atau penerima.

2.3 Aspek Aksiologi Ilmu Biologi Reproduksi

Aksiologi berasal dari kata “axios” dan “logos”. Axios artinya “nilai atau

sesuatu yang berharga”, logos artinya “teori”, maka arti dari aksiologi adalah

teori nilai. Aksiologi membahas masalah nilai. Jadi, peran bahasa menurut

aksiologi yaitu;

1. Bahasa sebagai sarana untuk mengkaji keilmuan

Dengan bahasa, manusia dimungkinkan untuk berpikir secara abstrak

dengan mentransformasikan gejala alam atau gejala sosial sebagai objek faktual

menjadi lambang-lambang bahasa yang diabstraksi melalui lambang bahasa

Page 14: filsafat ilmu

tersendiri berupa kata tertentu yang setelah dikomunikasikan mendapat

kesepakatan dan mempunyai konotasi yang sama.

2. Bahasa digunakan untuk memperluas bidang ilmu

Bahasa dapat berfungsi sebagai sarana berfikir ilmiah dalam kegiatan

memperoleh pengetahuan secara ilmiah, sehingga dengan menggunakan bahasa

kajian terhadap salah satu bidang ilmu dapat diperluas lingkupnya.

3. Bahasa digunakan sebagai sarana komunikasi ilmiah

Bahasa yang digunakan adalah terbatas dari unsur-unsur emotif dan estetik

sehingga pesan-pesan yang disampaikan dapat diterima secara reproduktif

(identik). Menggunakan kata-kata yang secara tersurat jelas artinya yaitu berupa

definisi-definisi.

Dasar aksiologis berarti nilai yang berkaitan dengan “kegunaan” dari suatu

ilmu pengetahuan yang telah diperoleh, seberapa besar sumbangan ilmu tersebut

bagi kebutuhan umat manusia dan dunia veteriner. Merupakan fase yang paling

penting bagi manusia dan hewan karena dengan adanya ilmu, maka segala

keperluan dan kebutuhan menjadi terpenuhi secara lebih cepat dan lebih mudah.

Manfaat dari ilmu biologi reproduksi antara lain :

1. Mampu mendiagnosa dan memberikan terapi pada gangguan reproduksi

dan penyakit reproduksi yang infeksius dan non infeksius yang

berakibat gangguan pada organ reproduksi.

Page 15: filsafat ilmu

2. Mampu melakukan pencegahan dan pengendalian gangguan reproduksi

dan penyakit reproduksi melalui pengawasan hayati hewan

(biosecurity) serta pengendalian lingkungan.

3. Mampu memproduksi semen beku pada ternak sapi , kambing dan secara

komersial.

4. Mampu melakukan inseminasi buatan , mendiagnosa kebuntingan pada

ternak sapi, kambing, domba, hewan kesayangan, hewan eksotik dan

akuatik serta satwa liar.

Selain itu, manfaat khusus ilmu biologi reproduksi adalah mampu

menganalisa secara ekonomi dan kewirausahaan (entrepreunership) terhadap

usaha peternakan sapi, kambing dan domba serta pada unggas, hewan

eksotik, satwa liar, satwa aquatik dan hewan laboratorium. Dalam hal mengapa

pengetahuan Ilmu Biologi Reproduksi sangat penting salah satunya untuk

meningkatkan kualitas dan kuantitas peternakan di Indonesia. Dengan adanya

program swasembada daging nasional, maka sangat dibutuhkan jumlah hewan

ternak penghasil daging yang lebih banyak sehingga pakar biologi reproduksi

penting adanya untuk mendukung program tersebut.

Jika ditinjau dari sisi aksiologi adalah merupakan hasil akhir dari sebuah

ilmu yang mempertanyakan nilai suatu obyek yang akan dikaji.  Karena itu dalam

tulisan ini diuraikan tentang manfaat dan kontroversi yang ditimbulkan oleh

penerapan teknologi reproduksi modern pada hewan antar lain manfaat dan

kerugian penerapan tehnologi reproduksi

Page 16: filsafat ilmu

Manfaat dari tehnik ini adalah : 1). Bisa dipergunakan untuk

mengantisipasi jika terdapat gangguan infertilitas pada induk, bila dia hanya dapat

memproduksi 1 sel telur, maka dengan teknik kloning embrio yang dihasilkan

oleh satu sel telur tersebut dapat diduplikasi, misalnya menjadi  8 embrio untuk

diimplantasikan.  Dengan demikian, peluang untuk bunting lebih besar.  2) Jika

pejantan atau induk yang diketahui memiliki kelainan genetik yang dapat

diturunkan pada anaknya.  Dengan teknik kloning, telur terbuahi dapat diduplikasi

dan dievaluasi genetiknya.  Hanya klon yang bebas dari kelainan genetik yang

diimplantasikan ke uterus induknya.   Dan 3) Untuk proses terapi penggantian

organ

Disamping manfaat yang diberikan oleh teknologi ini,kerugian juga terjadi. 

Dengan kloning maka: 1) Keragaman  populasi akan hilang, akibatnya setiap

individu memiliki respon yang sama.  Tentulah hidup ini akan membosankan.  2)

Bila manusia secara  genetik sama maka terdapat resiko besar dari patogen

tunggal.  Penyakit yang fatal dapat  memusnahkan semuanya.  3) Kloning

dianggap tidak etis, tidak manusiawi dan tidak bermoral.  

Implikasi Penerapan Teknologi Reproduksi

Ditinjau dari aspek reproduksi hewan tentunya proses kloning ini

mendapat respon sangat baik. Akan tetapi penerapan tehnologi kloning

menimbulkan pro dan kontra. Perdebatan ini terfokus pada implikasi theologika,

etika, legalitas dan sosial, baik menyangkut prosedur maupun produk yang

dihasilkan.

Page 17: filsafat ilmu

2.4 Keterkaitan antar ilmu secara umum (Filsafat dengan Ilmu Kedokteran Hewan)

Secara umum kaitan filsafat ilmu dengan kedokteran dilihat dari

pengertian ilmu kedokteran menurut filsafat yaitu keselarasan berfikir dengan cara

menelaah segala masalah yang mungkin dapat dipikirkan oleh manusia berkaitan

dengan kedokteran hewan. Atau dapat dikatakan bahwa ilmu kedokteran hewan

merupakan proses pemahaman mengenai seluruh kegiatan dan pokok

permasalahan dalam ruang lingkup kedokteran hewan dan semua yang

berhubungan dengan dokter hewan.

Manfaat filsafat ilmu bagi profesi kedokteran hewan :

Menambah ilmu pengetahuan yang berguna bagi profesi dokter hewan di

masa depan

Lebih mudah untuk mengetahui cara bagaimana suatu tindakan medis

dapat terkondisikan dengan baik untuk hewan dan manusia.

Dapat meminimalisir dampak buruk tindakan medis dan perlakuan seoang

dokter hewan terhadap manusia itu sendiri.

Dapat lebih cpat dan tanggap dalam melakukan bidang profesi dokter

hewan.

Dengan mempelajari filsafat ilmu, seorang dokter hewan dapat mengetahui

hal-hal baru yang belum pernah dipelajari.

Hubungan filsafat ilmu dengan perkembangan ilmu kedokteran hewan

cukup banyak, seperti perkembangan kode etik kedokteran hewan seringkali

memerlukan pemikiran dan logika para ahli filsafat. Contohnya :

Page 18: filsafat ilmu

Seorang dokter hewan harus menjalankan hubungan baik dengan

masyarakat umum, temann sejawat, kepada pasien-pasien serta profesi

sehingga diharapkan mampu lebih aktif dan percaya diri.

Melaksanakan sifat dan tingkah laku secara profesional sangat diharapka

pada semua dokter hewan.

Dokter hewan akan menghindari pelaksanaan metode-metode yang tidak

tepat untuk menarik perhatian publik atau berbohong.

Page 19: filsafat ilmu

BAB III

PENUTUP

3.1 KESIMPULAN

Esensi Bahasa ditinjau dari segi filsafat ada beberapa macam antara lain

adalah filsafat bahasa analitik, adapun peranan bahasa di dalam biologi reproduksi

disini secara umum adalah bersifat analitik. Filsafat analitik atau filsafat linguistik

atau filsafat bahasa, penggunaan istilahnya tergantung pada preferensi filusuf

yang bersangkutan dan dapat menghasilkan sebuah revolusi logika (analitik) yang

berbasis reproduksi. Peranan bahasa dalam berpikir adalah sebagai alat dan

sebagai sarana. Sebagai alat berarti bahasa itu merupakan perangkat untuk

berpikir. Sebagai sarana berarti bahasa itu sebagai fasilitas untuk berpikir. Otak

manusia tidak dapat digunakan untuk berpikir jika tidak ada alat dan sarananya.

Jika alat dan sarananya itu rusak, hasil pemikirannyapun juga kurang sempurna.

Sebaliknya, jika alat dan sarananya baik, hasil pemikirannya pun juga akan baik

dan sempurna.

Dari pemaparan terkait program studi ilmu biologi reproduksi dan filsafat

ilmu dapat diambil kesimpulan bahwa :

1. Eksistensi filsafat ilmu sebagai dasar murni yang harus dipegang

oleh seorang ilmuwan wajib menjadi landasan penting dalam

menuntut ilmu biologi reproduksi.

2. Sarana berfikir ilmiah berupa aspek ontologism, epistemologis dan

aksiologis ilmu biologi reproduksi menunjukkan begitu pentingnya

ilmu pengetahuan ini untuk menunjang system reproduksi hewan.

Page 20: filsafat ilmu

Pentingnya mengkaji setiap langkah keilmuan melalui aspek ontologism,

epistemologis dan aksiologis untuk mengembangkan pola pikir pengetahuan

sesuai perkembangan zaman.

Page 21: filsafat ilmu

DAFTAR PUSTAKA

Ginting, P dan Situmorang, S.H. 2008. Filsafat Ilmu dan Metode Riset. Universitas Sumatera Utara Press. Medan.

Hadari Nawawi, Power Point (Hand Out); Filsafat Ilmu (144 slide), Pontianak, 2010

Hamami, A. 1997. Epistemologi Ilmu.Fakultas Filsafat Universitas Gajah Mada. Yogyakarta.

Pangkahila W.I., Pangkahila A.J., Adimoelja A. Agustus 2008. Kumpulan Materi Pelatihan Intensif Seksologi Tingkat Basic, Angkatan XII. Bagian Andrologi Dan Seksologi FK Unud. Denpasar.

Sarkar, S., Pfeifer, J. 2005. The Philosophy of Science : An Encyclopedia. University of Texas. Texas.

Suriasumantri J.S. 1882. Filsafat Ilmu ; Sebuah Pengantar Populer. Pustaka Sinar Harapan. Jakarta.

Susriasumantri, Jujun, S. 1987. Filsafat Ilmu ; Sebuah Pengantar Populer. Pustaka Sinar Harapan. Jakarta.

Tafsir, A. 2004. Filsafat Ilmu : Mengurai Ontologi, Epistemologi, dan Aksiologi Pengetahuan. PT. Remaja Bosdakarya. Bandung.