Filsafat Ilmu
-
Upload
abdul-jalil -
Category
Documents
-
view
195 -
download
0
Transcript of Filsafat Ilmu
5/11/2018 Filsafat Ilmu - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/filsafat-ilmu-55a23364ee0e1 1/17
1
Pendahuluan
Filsafat merupakan sebuah disiplin ilmu yang terkait dengan perihal
kebijaksanaan. Kebijaksanaan merupakan titik ideal dalam kehidupan manusia,
karena ia dapat menjadikan manusia untuk bersikap dan bertindak atas dasar
pertimbangan kemanusiaan yang tinggi, bukan asal bertindak sebagaimana yang
biasa dilakukan manusia1.
Perbincangan mengenai filsafat ilmu baru mulai merebak di awal abad ke
dua puluh. Namun Francis Bacon dengan metode induksi yang ditampilkannya
pada abad ke sembilan belas dapat dikatakan sebagai filsafat yang besar terhadap
peran dan fungsi filsafat ilmu mulai mengedepankan tatkala ilmu pengetahuan dan
teknologi (iptek) mengalami kemajuan yang sangat pesat. Dalam hal ini ada
semacam kekhawatiran di kalangan agamawan, bahkan alam beserta isinya.
Para filsuf terutama melihat ancaman tersebut muncul lantaran
pengembangan iptek berjalan terlepas dari asumsi-asumsi dasar filosofisnya
seperti landasan ontologis, epistemologis, dan aksiologis yang cenderung berjalan
sendiri-sendiri. Untuk memahami gerak perkembangan iptek yang sedemikian
itulah, maka kehadiran filsafat ilmu sebagai upaya meletakkan kembali peran dan
fungsi iptek sesuai dengan tujuan semula, yakni mendasarkan diri dan concern
terhadap kebahagiaan umat manusia, sangat diperlukan. Inilah beberapa pokok
bahasan utama dalam pengenalan terhadap filsafat ilmu, di samping obyek dan
pengertian filsafat ilmu yang akan dikedepankan terlebih dahulu2. Untuk lebih
jelasnya akan dijelaskan pada bab berikutnya.
1
Drs. Rizal Mustasyir, M. Hum & Drs. Misnal Munir, M. Hum, 2001. Filsafat Ilmu, hlm.12 Ibid, hlm. 43 – 44
5/11/2018 Filsafat Ilmu - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/filsafat-ilmu-55a23364ee0e1 2/17
2
BAB I
Pengertian Ilmu, Pengertian Pengetahuan, Obyek Ilmu Pengetahuan
A. Pengertian Ilmu
Kata "ilmu" merupakan terjemahan dari kata " science" yang secara
etimologis berasal dari kata latin " scinre", artinya "to know". Dalam
pengertian yang sempit science diartikan untuk menunjukkan ilmu
pengetahuan alam yang sifatnya kuantitatif dan obyektif.
Menurut Herold H. Titus, "ilmu" ( science) diartikan sebagai common
sence yang diatur dan diorganisasikan, mengadakan pendekatan terhadap
benda-benda atau peristiwa-peristiwa dengan menggunakan metode-metode
observasi yang diteliti dan kritis.
Menurut Prof. Dr. Mohammad Hatta : "Tiap-tiap ilmu adalah
pengetahuan yang teratur tentang pekerjaan hukum kausal menurut
kedudukannya tampak dari luar maupun menurut bangunnya dari alam.
Prof. Drs. Harsojo, Guru Besar Universitas Padjajaran menyatakan
bahwa ilmu itu adalah3 :
a. Merupakan akumulasi pengetahuan yang disistematiskan.
b. Suatu pendekatan atau suatu metode pendekatan terhadap seluruh dunia
empiris, yaitu dunia yang terikat oleh faktor ruang dan waktu, dunia
yang pada prinsipnya dapat diamati oleh panca indra manusia.
c. Suatu cara menganalisis yang mengizinkan kepada ahli-ahlinya untuk
menyatakan sesuatu. Proposisi dalam bentuk : "jika ……, maka …..!"
Dari beberapa pengertian "ilmu" yang kami kemukakan di atas dapat
memperoleh gambaran yang lebih jelas, apa yang disebut dengan ilmu. Ilmu
pada prinsipnya merupakan usaha untuk mengorganisasikan dan
mensistematisasikan common sense, suatu pengetahuan yang berasal dari
pengalaman dan pengamatan dalam kehidupan sehari-hari namun dilanjutkan
3 Burhanuddin Salam, 2005, Pengantar Filsafat, Jakarta : Bumi Aksara. Hlm. 9
5/11/2018 Filsafat Ilmu - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/filsafat-ilmu-55a23364ee0e1 3/17
3
dengan suatu pemikiran secara cermat dan teliti dengan menggunakan
berbagai metode.
Ilmu dapat merupakan suatu metode berfikir secara obyektif, tujuan
untuk menggambarkan dan memberi makna terhadap dunia faktual.
Pengetahuan yang diperoleh dengan ilmu, diperolehnya melalui observasi,
eksperimen, klasifikasi dan analisis. Ilmu itu obyektif dan mengesampingkan
unsur pribadi, pemikiran logika diutamakan, netral, dalam arti tidak
merupakan milik manusia secara komprehensif 4.
B. Pengertian Pengetahuan
"Pengetahuan adalah hasil tahu manusia terhadap sesuatu, atau segala
perbuatan manusia untuk memahami sesuatu obyek yang dihadapinya, hasil
usaha manusia untuk memahami sesuatu obyek tertentu5."
Pengetahuan merupakan hasil proses dari usaha manusia untuk tahu.
Drs. Sidi Gazalba, mengemukakan bahwa pengetahuan ialah apa yang
diketahui atau hasil pekerjaan tahu. Pekerjaan tahu tersebut adalah hasil dari
pada kenal, sadar, insaf, mengerti dan pandai. Pengetahuan itu semua milik
atau isi pikiran.
Menurut Prof. Dr. Mj. Langeveld, Guru Besar pada Rijk Universiteit
Utrecht menyatakan sebagai berikut:
"Pengetahuan ialah kesatuan subyek yang mengetahui dan obyek yang
diketahui, suatu kesatuan dalam mana obyek itu dipandang oleh subjek
sebagai diketahuinya6."
Menurut John Hospers dalam bukunya An Introduction to Philosohical
Analysis mengemukakan ada enam alat untuk memperoleh pengetahuan,
yaitu :
1. Pengalaman Indra ( sense experience)
2. Nalar (reason)
3. Otoritas (authority)
4 Burhanuddin Salam, Ibid, hlm. 11. 5
Surajiyo, 2005. Ilmu Filsafat Suatu Pengantar, Jakarta: Bumi Aksara. Hlm. 62.6 Burhanuddin Salam, Ibid, hlm. 10 – 11.
5/11/2018 Filsafat Ilmu - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/filsafat-ilmu-55a23364ee0e1 4/17
4
4. Intuisi (intuition)
5. Wahyu (revelation)
6. Keyakinan ( faith). (Abbas Hamami M., 1982, hlm. 16)
C. Obyek Ilmu Pengetahuan
Menurut Prof. Dr. Sikun Pribadi menulis obyek ilmu pengetahuan
sebagai berikut:
"Obyek ilmu pengetahuan ialah dunia fenomenal dan metode pendekatannya
ialah berdasarkan pengalaman (experience) dengan mempergunakan
berbagai cara seperti observasi, eksperimen, survei study kasus, dan
sebagainya. Pengalaman-pengalaman itu diolah oleh pikiran atas dasar
hukum logika yang tertib. Data yang dikumpulkan diolah dengan cara
analisis, induktif, kemudian ditentukan relasi-relasi antara data-data, di
antara relasi kausalitas. Konsepsi-konsepsi dan relasi-relasi disusun menurut
suatu sistem tertentu yang merupakan suatu keseluruhan yang terintegratif.
Keseluruhan integratif ini kita sebut ilmu pengetahuan7."
7 Burhanuddin Salam, Opcit, hlm. 10
5/11/2018 Filsafat Ilmu - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/filsafat-ilmu-55a23364ee0e1 5/17
5
BAB II
Pengertian Filsafat dan Filsafat Ilmu
A. Pengertian Filsafat
Filsafat secara etimologis berasal dari bahasa Yunani Philosophia.
Philos artinya suka, cinta atau kecenderungan pada sesuatu, sedangkan
Sophia artinya kebijaksanaan. Dengan demikian secara sederhana filsafat
dapat diartikan cinta atau kecenderungan pada kebijaksanaan8.
Ada beberapa definisi filsafat yang telah diklasifikasikan berdasarkan
watak dan fungsinya sebagai berikut9:
1. Filsafat adalah sekumpulan sikap dan kepercayaan terhadap kehidupan
dan alam yang biasanya diterima secara tidak kritis (arti informal).
2. Filsafat adalah suatu proses kritik atau pemikiran terhadap kepercayaan
dan sikap yang sangat kita junjung tinggi (arti formal).
3. Filsafat adalah usaha untuk mendapatkan gambaran keseluruhan.
Artinya filsafat berusaha untuk mengombinasikan hasil bermcam-macam
sains dan pengalaman kemanusiaan sehingga menjadi pandangan yang
konsisten tentang alam (arti spekulatif).
4. Filsafat adalah analisis logis dari bahasa serta penjelasan tentang arti kata
dan konsep. Corak filsafat yang demikian ini dinamakan juga
logosentrisme.
5. Filsafat adalah sekumpulan problema yang langsung, yang mendapat
perhatian dari manusia dan yang dicarikan jawabannya oleh ahli-ahli
filsafat.
B. Pengertian Filsafat Ilmu
Filsafat ilmu dapat dibedakan menjadi dua, yaitu sebagai berikut:10
8 Rizal Mustasyir dan Misnal, Ibid, hlm. 2 – 3.9 Titus, Smith dan Nolan, 1984. Persoalan-persoalan Filsafat, alih bahasa: H.M. Rasjidi, hlm. 11 –
15.10 Surajiyo Ibid, hlm. 64 – 65.
5/11/2018 Filsafat Ilmu - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/filsafat-ilmu-55a23364ee0e1 6/17
6
1. Filsafat ilmu dalam arti luas, yaitu menampung permasalahan yang
menyangkut berbagai hubungan keluar dari kegiatan ilmiah seperti:
- Implikasi ontologik – metafisik dari citra dunia yang bersifat ilmiah
- Tata susila yang menjadi pegangan penyelenggara ilmu dan
sebagainya.
- Konsekuensi pragmatik – etik penyelenggara ilmu, dan sebagainya.
2. Filsafat ilmu dalam arti sempit, yaitu menampung permasalahan yang
bersangkutan dengan hubungan ke dalam yang terdapat di dalam ilmu
yiatu yang menyangkut sifat pengetahuan ilmiah, dan cara-cara
mengusahakan serta mencapai pengetahuan ilmiah (Beerling, 1988).
Untuk mendapatkan gambaran singkat tentang pengertian filsafat ilmu
dapatlah kiranya dirangkum tiga medan telaah yang tercakup di dalam
filsafat ilmu. Ketiganya itu adalah sebagai berikut:
1. Filsafat ilmu adalah suatu telaah kritis terhadap metode yang digunakan
oleh ilmu tertentu, terhadap lambang-lambang yang digunakan, dan
terhadap struktur penalaran tentang sistem lambang yang digunakan.
2. Filsafat ilmu adalah upaya untuk mencari kejelasan mengenai dasar-dasar
kosep, sangka wacana, dan postulat mengenai ilmu serta upaya untuk
membuka tabir dasar-dasar keempirisan, kerasionalan, dan
kepragmatisan.
3. Filsafat ilmu adalah studi gabungan yang terdiri atas beberapa studi yang
beraneka macam yang ditujukan untuk menetapkan batas yang tegas
mengenai ilmu tertentu. (Hartono Kasmadi, dkk, 1990, hlm. 17 – 18).
5/11/2018 Filsafat Ilmu - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/filsafat-ilmu-55a23364ee0e1 7/17
7
BAB III
Obyek Filsafat Ilmu
A. Obyek Filsafat Ilmu
Obyek filsafat ilmu meliputi:11
Fakta atau kenyataan
Konfirmasi
Kebenaran
1. Fakta atau kenyataanYang diterima sebagai kenyataan itu apakah sesuatu yang faktual,
yang riil atau yang moral? Sesuatu sebagai nyata bagi posisitivistik bila
ada korespondensi antara yang sensual satu dengan yang sensual
lainnya. Arah perkembangan pendekatan phenomenologik ada dua, yang
pertama menjurus ke teori korespondensi. Korenspondensi antara ide
dengan phenomena, yang kedua menjurus ke koherensi moralitas, dicari
kesesuaian phenomena dengan sistem nilai.
Dalam pemikiran phenomenologik, orang mengamati terkait
langsung dengan perhatiannya dan juga sekaligus terkait pada konsep-
konsep yang telah dimilikinya. Sedangkan bagi rasionalistik sesuatu
sebagai nyata bila ada koherensi antara empirik dengan skema rasional.
Bagi realisme metaphisik sesuatu sebagai nyata bila ada koherensi antara
empiri dengan yang obyektif. Bagi pragmatis yang ada itu yang
berfungsi.
2. Konfirmasi
Fungsi ilmu adalah menjelaskan, memprediksi proses dan produk
yang akan datang atau memberikan pemaknaan. Pemaknaan tersebut
dapat ditampilkan sebagai konfirmasi absolut / probabilitistik.
Menampilkan konfirmasi absolut biasanya menggunakan landasan
asumsi, postulat, atau axioma yang sudah dipastikan benar tetapi tidak
11 Noeng Muhadjir, 1998, Filsafat Ilmu, Edisi I, Yogyakarta: Rake Sarasin, hlm. 5 – 11.
5/11/2018 Filsafat Ilmu - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/filsafat-ilmu-55a23364ee0e1 8/17
8
salah bila tidak mengeksplisitkan asumsi dan postulatnya. Sedangkan
membuat penjelasan, prediksi, ataupun pemaknaan untuk mengejar
kepastian probabilistik dapat ditempuh secara induktif, deduktif ataupun
reflektif.
- Asumsi adalah anggapan yang sudah dianggap benar dan tidak
diragukan lagi, terutama oleh si peneliti sendiri. Asumsi biasanya
digunakan sebagai titik tolak kegiatan ilmiah. Asumsi ini bisa
berasal dari postulat atau aksioma juga bisa dari teori.
- Postulat, aksioma adalah dalil yang diyakini kebenarannya
meskipun kebenarannya sendiri tak dapat dibuktikan.
Contohnya : Tuhan itu ada, dunia itu ada, fenomena yang ada di
dunia ini berjalan menurut hukum kausalitas.
- Hipotesa : jawaban sementara atas obyek yang diteliti yang besar
kemungkinannya bisa menjadi jawaban yang benar setelah
penelitian berlangsung12.
3. Kebenaran
Bagi positivist benar substantif menjadi identik dengan benar
faktual sesuai dengan empiri sensual. Bagi realist benar substantif
identik dengan benar riil obyektif, benar sesuai dengan konstruk skema
rasional tertentu. Sedangkan benar epistemologik berbeda terkait pada
pendekatan yang digunakan dalam mencari kebenaran-kebenaran
positivistik dilandaskan pada diketemukannya frekuensi tinggi atau
variasi besar, sedangkan pada phenomenologik kebenaran dibuktikan
berdasarkan diketemukannya yang esensial, pilah dari yang non esensial
atau eksemplar dan sesuai dengan skema moral tertentu.
Dengan demikian, benar epistemalogik menjadi berbeda dengan benar
substantif. Benar positivistik berbeda dengan benar substantif. Benar
positivistik berbeda dengan benar phenomenologik, berbeda dengan benar
12 Ulya 2009, Filsafat Ilmu Pengetahuan, Kudus : STAIN, hlm. 45
5/11/2018 Filsafat Ilmu - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/filsafat-ilmu-55a23364ee0e1 9/17
9
raalisme metaphisik. Bagi positivisme sesuatu itu benar bila ada
korespondensi antara fakta yang satu dengan fakta lain. Bagi phenomenologi
phenomena baru dapat dinyatakan benar setelah diuji korespondensinya
dengan yang dipercayanya, demikian Russel. Realisme metaphisik popper
mengakui kebenaran bila yang faktual itu koheren dengan kebenaran
obyektif universal; bagi Islam mengakui kebenaran bila yang empirik faktual
dengan kebenaran transenden berupa wahyu. Pragmatisme mengakui
kebenaran, bila faktual berfungsi.
B. Fakta
1. Fakta, ide dan teori
William Whewell (dalam John Losee,1993) mengetengahkan bahwa
fakta merupakan secuil pengetahuan yang menjadi raw material bagi
perumusan hukum atau teori.
Idee mengemukakan aspek relasional pengalaman Whewell setuju
dengan kant bahwa idee itu menceritakan pengalaman sensual, bukan
menjabarkannya.
2. Pola Diskovery
Diilhami oleh Herschel, Whewell mengetengahkan pola discovery
sebagai berikut. Dari fakta-fakta didekomposisikan menjadi fakta
elementes, selanjutnya diperlagakan antar fakta menjadi hukum
phenomena, dan dijadikan teori. Discovery menurut Whewell dapat pula
terproses dengan cara lain, yaitu dari idee-idee dieksplisikan menjadi
konsep-konsep dilagakan dengan berbagai fakta menjadi hukum
phenomena, dan dijadikan teori. Teori tersebut selanjutnya dideduksi atau
dijabarkan pada fakta-fakta yang sejenis ataupun yang berbeda.
3. Idee, value dan aksi
Berpadunya idee dengan value dalam aksi merupakan kebenaran
faktual yang dikejar pragmatisme. Value tersebut mungkin berada pada
5/11/2018 Filsafat Ilmu - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/filsafat-ilmu-55a23364ee0e1 10/17
10
dataran sensual, rasional dan mungkin moral. Dalam tata fikir pragmatik,
aksi merupakan fakta konstruktif sebagai wujud dari peran aktif manusia
dalam membangun lingkungannya13.
C. Kebenaran
Rumusan substantif tentang apa itu kebenaran (truth) terdapat banyak
teori. Mechael Williams mengenalkan setidaknya 5 teori kebenaran yaitu:
kebenaran koherensi, kebenaran korespondensi, kebenaran performatif,
kebenaran pragmatik dan kebenaran proposisi (Borchert 1996)14.
1. Kebenaran Proposisi.
Sesuatu kebenaran dapat diperoleh bila proposisi-proposisinya
benar. Dalam logika Aristoteles, proposisi benar adalah bila sesuai
dengan persyaratan formal suatu proposisi.
Proposisi tidak lain adalah suatu pernyataan yang berisi banyak
konsep kompleks. Persyaratan itu merentang dari yang subyektif
individual sampai yang obyektif.
2. Kebenaran Korespondensi.
Berfikir benar korespondensial adalah berfikir tentang terbuktinya
sesuatu itu relevan dengan sesuatu lain. Korespendensi relevan
dibuktikan adanya kejadian sejalan atau berlawanan arah antara fakta
yang diharapkan (positivisme), antara fakta dengan belief yang diyakini
yang sifatnya spesifik (phenomenologi Russel).
3. Kebenaran Koherensi
Sesuatu yang koheren dengan sesuatu lain berarti ada kesesuaian
atau keharmonisan dengan sesuatu yang memiliki hirarki lebih tinggi.
Yang memiliki hirarki lebih tinggi dari sesuatu unsur tersebut dapat
berupa skema, sistem, atau nilai.
4. Kebenaran Pragmatik
13
Noeng Muhadjir, 2001. Filsafat Ilmu, edisi II. Yogyakarta: Rate Sarasin. Hlm. 15 – 16.14 Noeng Muhadjir, Ibid. Hlm. 16 - 20
5/11/2018 Filsafat Ilmu - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/filsafat-ilmu-55a23364ee0e1 11/17
11
Perintis teori ini adalah Charles S. Pierce, yang dikembangkan lebih
lanjut oleh pragmatis William James dan John Dewey. Yang benar
adalah yang konkret, yang individual, dan yang spesifik, demikian James
Dewey lebih lanjut menyatakan bahwa kebenaran merupakan
korespondensi antara idee dengan fakta; dan arti korespondensi menurut
Dewey adalah kegunaan praktis.
5. Kebenaran Performatif
Ketika pemikiran manusia menyatukan segalanya dalam tampilan
aktual, dan menyatukan apapun yang ada di baliknya, baik yang praktis,
yang teoritik, maupun yang filosofik, orang mengetengahkan kebenaran
tampilan aktual yang disebut dengan kebenaran performatif.
D. Konfirmasi
Fungsi ilmu adalah menjelaskan, memprediksi proses dan produk.
Menjelaskan ataupun memprediksi tersebut lebih bersifat interpretasi untuk
memberikan makna.
1. Aspek Kuantitatif dan Kualitas Konfirmasi
Dasar untuk memastikan kebenaran penjelasan atau kebenaran
prediksi; sebagian ahli menggunakan aspek kuantitatif dan sebagian lain
menggunakan aspek kualitatif. Derajat konfirmasi kuantitatif dibangun
berdasarkan hipotesis mengenai obyek yang diukur dan seluas
hipotesanya. Derajat konfirmasinya bersifat probabilitas; probabilitas dari
hasil analisis frekuensi.
2. Teori Konfirmasi
Teori kepastian atau confirtmation theory berupaya mencari
deskripsi hubungan normatif antara hipotesis dengan evidensi; hubungan
tersebut berupaya mengukur atau mengiindikasikan apakah dan
bagaimana suatu evidensi menjamin percaya kita pada hipotesis. Sampai
sekarang setidaknya ada 3 teori konfirmasi;
5/11/2018 Filsafat Ilmu - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/filsafat-ilmu-55a23364ee0e1 12/17
12
- Decision theory → menerapkan kepastian berdasar keputusan
"apakah hubungan antar hipotesis dengan evidensi memang memiliki
manfaat aktual". Kriteria manfaat aktual memang menjadi bersifat
subyektif.
- Estimation theory → menetapkan kepastian dengan memberi peluang
benar – salah dengan menggunakan konsep probabilitas.
- Reliability analysis → menetapkan kepastian dengan mencermati
stabilitas evidensi (yang mungkin berubah-ubah karena kondisi atau
karena hal lain) terhadap hipotesis15.
15 Ibid . Hlm. 20 – 22
5/11/2018 Filsafat Ilmu - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/filsafat-ilmu-55a23364ee0e1 13/17
13
BAB IV
Ontologi, Epistemologi, dan Aksiologi
A. Ontologi
Obyek telaah ontologi adalah yang ada studi tentang yang ada, pada
dataran studi filsafat pada umumnya dilakukan oleh filsafat metaphisika.
Istilah ontologi banyak digunakan ketika kita membahas yang ada dalam
konteks filsafat ilmu.
Ontologi membahas tentang yang ada, yang tidak terikat oleh satu
perwujudan tertentu. Ontologi membahas tentang yang ada yang universal,
menampilkan penelitian semesta universal. Ontologi berupaya mencari inti
yang termuat dalam setiap kenyataan atau dalam rumusan Lorens Bagus:
menjelaskan yang ada yang meliputi semua realitas dalam semua bentuknya.
- Obyek Formal
Obyek formal ontologi adalah hakekat seluruh realitas. Bagi
pendekatan kuantitatif, realitas tampil dalam kuantitas atau jumlah, telaahnya
akan menjadi telaa monisme, paralelisme, atau pluralisme. Bagi pendekatan
kualitatif, realitas akan tampil menjadi aliran-aliran materialisme, idealisme,
naturalisme, atau hylomorphisme16.
B. Epistimologi
Bidang kedua adalah epistimologi / teori pengetahuan. Epistimologi
berasal dari bahasa Yunani "episteme" dan "logos". "Episteme" artinya
pengetahuan (knowledge), "logos" artinya teori. Dengan demikian,
epistimologi secara etimologis berarti pengetahuan.
Istilah-istilah yang setara dengan epistemologi adalah :
a) Kriteriologi, yakni cabang filsafat yang membicarakan ukuran
benar atau tidaknya pengetahuan.
16 Ibid. hal. 57
5/11/2018 Filsafat Ilmu - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/filsafat-ilmu-55a23364ee0e1 14/17
14
b) Gnosiology, yaitu perbincangan mengenai pengetahuan yang
bersifat Ilahiah (Gnosis).
c) Logika Material, yaitu pembahasan logis dari segi isinya,
sedangkan logika formal lebih menekankan pada segi
bentuknya17.
Obyek material epistemologi adalah pengetahuan, sedangkan obyek
formalnya adalah hakikat pengetahuan. Setiap filsuf menawarkan aturan yang
cermat dan terbatas untuk menguji berbagai tuntutan lain yang menjadikan
kita dapat memiliki pengetahuan, tetapi setiap perangkat aturan harus benar-
benar mapan. Sebab definisi tentang "kepercayaan", "kebenaran" merupakan
problem yang tetap dan terus menerus ada, sehingga teori pengetahuan tetap
merupakan suatu bidang utama dalam penyelidikan filsafat18.
C. Aksiologi
Bidang utama ketiga adalah aksiologi yang membahas tentang masalah
nilai. Istilah axiologi berasal yang berharga. Logos artinya akal, teori.
Axiologi artinya teori nilai, penyelidikan mengenai kodrat, kriteria dan status
metafisik dari nilai. Dalam pemikiran filsafat Yunani, studi mengenai nilai ini
mengedepan dalam pemikiran Plato mengenai idea tentang kebaikan, atau
yang lebih dikenal dengan Summum Bonum (kebaikan tertinggi19).
Problem utama aksiologi ujar Runes20 berkaitan dengan empat faktor
penting sebagi berikut:
Pertama, kodra nilai berupa problem mengenai : apakah nilai itu
berasal dari keinginan, kesenangan, kepentingan, preferensi, keinginan rasio
murni, pemahaman mengenai kualitas tersier, pengalaman sinoptik kesatuan
kepribadian, berbagai pengalaman yang mendorong semangat hidup, relasi
benda-benda sebagai sarana untuk mencapai tujuan atau konsekuensi yang
sungguh-sungguh dapat dijangkau.
17 Soejono Soemargono, 1987 Filsafat Pengetahuan. Hlm. 518 Sontag, 1984, Elements of Philosophy. Hlm. 1119
Rizal Mustasyir dan Misnal Munir, Ibid. hlm. 2620 Runes, 1979, Dictionary of Philosophy Hlm. 32 – 33.
5/11/2018 Filsafat Ilmu - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/filsafat-ilmu-55a23364ee0e1 15/17
15
Kedua, jenis-jenis nilai menyangkut perbedaan pandangan antara nilai
intrinsik, ukuran untuk kebijaksanaan nilai itu sendiri, nilai-nilai instrumental
yang menjadi penyebab mengenai nilai-nilai intrinsik.
Ketiga, kriteria nilai artinya ukuran untuk menguji nilai yang
dipengaruhi sekaligus oleh teori psikologi dan logika.
Keempat, status metafisik nilai mempersoalkan tentang bagaimana
hubungan antara nilai terhadap fakta-fakta yang diselidiki melalui ilmu-ilmu
kealaman, kenyataan terhadap keharusan, pengalaman manusia tentang nilai
pada realitas kebebasan manusia (Hegel).
5/11/2018 Filsafat Ilmu - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/filsafat-ilmu-55a23364ee0e1 16/17
16
Penutup
Filsafat ilmu diperlukan kehadirannya di tengah perkembangan iptek yang
ditandai dengan semakin menajamnya spesialisasi ilmu pengetahuan. Sebab
dengan mempelajari filsafat ilmu, maka para ilmuwan akan menyadari
keterbatasan dirinya dan tidak terperangkap ke dalam sikap arogansi intelektual.
Hal yang lebih diperlukan adalah sikap keterbukaan diri di kalangan ilmuwan,
sehingga mereka dapat saling menyapa dan mengarahkan seluruh potensi
keilmuan yang dimilikinya untuk kepentingan umat manusia.
Ketiga bidang utama filsafat, metafisika (khususnya Ontologi),
epistemologi, dan aksiologis merupakan landasan pengembangan ilmu
pengetahuan – landasan Ontologi ilmu berkaitan dengan hakekat ilmu, sebab
secara ontologis ilmu memebag realitas sebagaimana adanya (das sein). Landasan
epistemologi ilmu berkaitan dengan aspek-aspek metodologis ilmu dan sarana
berfikir ilmiah lainnya seperti: bahasa, logika, matematika, statistika. Landasan
aksiologis ilmu berkaitan dengan dampak ilmu bagi umat manusia.
Perkembangan ketiga landasan ilmu pengetahuan ini akan melahirkan sifat
kebijaksanaan ilmuwan dalam menerapkan ilmunya di masyarakat. Sebab apapun
halnya, sulit bagi masyarakat untuk menerima kenyataan bahwa produk ilmiah
malah menyengsarakan dan merugikan mereka.
Demikian resume filsafat ilmu ini saya buat, semoga dapat bermanfaat
bagi kita semua. Resuman ini memang jauh dari kesempurnaan, dan mohon maaf
apabila terdapat kesalahan dan kekurangan dalam penulisan. Kritik dan saran
selalu saya harapkan untuk memperbaiki dalam pembuatan resume selanjutnya.
5/11/2018 Filsafat Ilmu - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/filsafat-ilmu-55a23364ee0e1 17/17
17
DAFTAR PUSTAKA
Burhanuddin Salam, Pengantar Filsafat , Jakarta: PT Bumi Aksara, 2005.
Noeng Muhadjir, Filsafat Ilmu edisi I , Yogyakarta: Rake Sarasin, 1998.
Rizal Mustasyir dan Misnal Munir, Filsafat llmu, Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Offset, 2001.
Soejono Soemargono Filsafat Pengetahuan, Yogyakarta: Nur Cahaya, 1987.
Sontag, Frederick, Elements of Philosophy, New York: Charles Schribner's son,
1984.
Surajiyo, Ilmu Filsafat Suatu Pengantar , Jakarta: PT Bumi Aksara, 2005.
Titus, Smith dan Nolan, Persoalan-persoalan Filsafat, alih bahasa, Jakarta:
H.M.R. Rasyidi, Bulan Bintang, 1984.
Ulya, Filsafat Ilmu Pengetahuan, Kudus: STAIN, 2009.