Filsafat Ilmu

17
 1 Pendahuluan Fil saf at mer upa kan seb uah dis ipl in ilmu yan g terk ait den gan per iha l kebijaksanaan. Kebijaksanaan merupakan titik ideal dalam kehidupan manusia, kar ena ia dap at menjad ika n man usi a unt uk ber sik ap dan ber tin dak atas das ar  perti mban gan keman usiaan yang tingg i, buka n asal bertindak sebag aimana yang  biasa dilakukan manusia 1 . Perbincangan mengenai filsafat ilmu baru mulai merebak di awal abad ke dua puluh. Namun Francis Bacon dengan metode induksi yang ditampilkannya  pada abad ke sembilan belas dapat dikatakan sebagai filsafat yang besar terhadap  peran dan fungsi filsafat ilmu mulai mengedepankan tatkala ilmu pengetahuan dan teknolog i (iptek ) men gal ami kemaju an yan g sangat pesat. Dala m hal ini ada semacam kekhawatiran di kalangan agamawan, bahkan alam beserta isinya. Para fi ls uf teru tama me lihat anca ma n te rsebut muncul la nt ar an  pe nge mba nga n ipt ek ber jala n terl epa s dar i asu msi -asums i das ar fil oso fis nya seperti landasan ontologis, epistemologis, dan aksiologis yang cenderung berjalan sendi ri-sen diri. Untuk memah ami gerak perkemban gan iptek yang sede mikian itulah, maka kehadiran filsafat ilmu sebagai upaya meletakkan kembali peran dan fungsi iptek sesuai dengan tujuan semula, yakni mendasarkan diri dan concern terhadap kebahagiaan umat manusia, sangat diperlukan. Inilah beberapa pokok  bahasan utama dalam pengenalan terhadap filsafat ilmu, di samping obyek dan  pengertian filsafat ilmu yang akan dikedepankan terlebih dahulu 2 . Untuk lebih  jelasnya akan dijelaskan pada bab berikutnya. 1 Drs. Rizal Mustasyir, M. Hum & Drs. Misnal Munir, M. Hum, 2001.  Filsafat Ilmu, hlm.1 2 Ibid, hlm. 43 – 44

Transcript of Filsafat Ilmu

5/11/2018 Filsafat Ilmu - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/filsafat-ilmu-55a23364ee0e1 1/17

 

1

Pendahuluan

Filsafat merupakan sebuah disiplin ilmu yang terkait dengan perihal

kebijaksanaan. Kebijaksanaan merupakan titik ideal dalam kehidupan manusia,

karena ia dapat menjadikan manusia untuk bersikap dan bertindak atas dasar 

 pertimbangan kemanusiaan yang tinggi, bukan asal bertindak sebagaimana yang

 biasa dilakukan manusia1.

Perbincangan mengenai filsafat ilmu baru mulai merebak di awal abad ke

dua puluh. Namun Francis Bacon dengan metode induksi yang ditampilkannya

 pada abad ke sembilan belas dapat dikatakan sebagai filsafat yang besar terhadap

 peran dan fungsi filsafat ilmu mulai mengedepankan tatkala ilmu pengetahuan dan

teknologi (iptek) mengalami kemajuan yang sangat pesat. Dalam hal ini ada

semacam kekhawatiran di kalangan agamawan, bahkan alam beserta isinya.

Para filsuf terutama melihat ancaman tersebut muncul lantaran

  pengembangan iptek berjalan terlepas dari asumsi-asumsi dasar filosofisnya

seperti landasan ontologis, epistemologis, dan aksiologis yang cenderung berjalan

sendiri-sendiri. Untuk memahami gerak perkembangan iptek yang sedemikian

itulah, maka kehadiran filsafat ilmu sebagai upaya meletakkan kembali peran dan

fungsi iptek sesuai dengan tujuan semula, yakni mendasarkan diri dan concern

terhadap kebahagiaan umat manusia, sangat diperlukan. Inilah beberapa pokok 

 bahasan utama dalam pengenalan terhadap filsafat ilmu, di samping obyek dan

 pengertian filsafat ilmu yang akan dikedepankan terlebih dahulu2. Untuk lebih

 jelasnya akan dijelaskan pada bab berikutnya.

1

Drs. Rizal Mustasyir, M. Hum & Drs. Misnal Munir, M. Hum, 2001.  Filsafat Ilmu, hlm.12 Ibid, hlm. 43 – 44

5/11/2018 Filsafat Ilmu - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/filsafat-ilmu-55a23364ee0e1 2/17

 

2

BAB I

Pengertian Ilmu, Pengertian Pengetahuan, Obyek Ilmu Pengetahuan

A. Pengertian Ilmu

Kata "ilmu" merupakan terjemahan dari kata " science" yang secara

etimologis berasal dari kata latin " scinre", artinya "to know". Dalam

 pengertian yang sempit science diartikan untuk menunjukkan ilmu

 pengetahuan alam yang sifatnya kuantitatif dan obyektif.

Menurut Herold H. Titus, "ilmu" ( science) diartikan sebagai common

sence yang diatur dan diorganisasikan, mengadakan pendekatan terhadap

 benda-benda atau peristiwa-peristiwa dengan menggunakan metode-metode

observasi yang diteliti dan kritis.

Menurut Prof. Dr. Mohammad Hatta : "Tiap-tiap ilmu adalah

 pengetahuan yang teratur tentang pekerjaan hukum kausal menurut

kedudukannya tampak dari luar maupun menurut bangunnya dari alam.

Prof. Drs. Harsojo, Guru Besar Universitas Padjajaran menyatakan

 bahwa ilmu itu adalah3 :

a. Merupakan akumulasi pengetahuan yang disistematiskan.

 b. Suatu pendekatan atau suatu metode pendekatan terhadap seluruh dunia

empiris, yaitu dunia yang terikat oleh faktor ruang dan waktu, dunia

yang pada prinsipnya dapat diamati oleh panca indra manusia.

c. Suatu cara menganalisis yang mengizinkan kepada ahli-ahlinya untuk 

menyatakan sesuatu. Proposisi dalam bentuk : "jika ……, maka …..!"

Dari beberapa pengertian "ilmu" yang kami kemukakan di atas dapat

memperoleh gambaran yang lebih jelas, apa yang disebut dengan ilmu. Ilmu

 pada prinsipnya merupakan usaha untuk mengorganisasikan dan

mensistematisasikan common sense, suatu pengetahuan yang berasal dari

 pengalaman dan pengamatan dalam kehidupan sehari-hari namun dilanjutkan

3 Burhanuddin Salam, 2005, Pengantar Filsafat, Jakarta : Bumi Aksara. Hlm. 9

5/11/2018 Filsafat Ilmu - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/filsafat-ilmu-55a23364ee0e1 3/17

 

3

dengan suatu pemikiran secara cermat dan teliti dengan menggunakan

 berbagai metode.

Ilmu dapat merupakan suatu metode berfikir secara obyektif, tujuan

untuk menggambarkan dan memberi makna terhadap dunia faktual.

Pengetahuan yang diperoleh dengan ilmu, diperolehnya melalui observasi,

eksperimen, klasifikasi dan analisis. Ilmu itu obyektif dan mengesampingkan

unsur pribadi, pemikiran logika diutamakan, netral, dalam arti tidak 

merupakan milik manusia secara komprehensif 4.

B. Pengertian Pengetahuan

"Pengetahuan adalah hasil tahu manusia terhadap sesuatu, atau segala

 perbuatan manusia untuk memahami sesuatu obyek yang dihadapinya, hasil

usaha manusia untuk memahami sesuatu obyek tertentu5."

Pengetahuan merupakan hasil proses dari usaha manusia untuk tahu.

Drs. Sidi Gazalba, mengemukakan bahwa pengetahuan ialah apa yang

diketahui atau hasil pekerjaan tahu. Pekerjaan tahu tersebut adalah hasil dari

 pada kenal, sadar, insaf, mengerti dan pandai. Pengetahuan itu semua milik 

atau isi pikiran.

Menurut Prof. Dr. Mj. Langeveld, Guru Besar pada Rijk Universiteit

Utrecht menyatakan sebagai berikut:

"Pengetahuan ialah kesatuan subyek yang mengetahui dan obyek yang

diketahui, suatu kesatuan dalam mana obyek itu dipandang oleh subjek 

sebagai diketahuinya6."

Menurut John Hospers dalam bukunya An Introduction to Philosohical

Analysis mengemukakan ada enam alat untuk memperoleh pengetahuan,

yaitu :

1. Pengalaman Indra ( sense experience)

2. Nalar (reason)

3. Otoritas (authority)

4 Burhanuddin Salam, Ibid, hlm. 11. 5

Surajiyo, 2005. Ilmu Filsafat Suatu Pengantar, Jakarta: Bumi Aksara. Hlm. 62.6 Burhanuddin Salam, Ibid, hlm. 10 – 11.

5/11/2018 Filsafat Ilmu - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/filsafat-ilmu-55a23364ee0e1 4/17

 

4

4. Intuisi (intuition)

5. Wahyu (revelation)

6. Keyakinan ( faith). (Abbas Hamami M., 1982, hlm. 16)

C. Obyek Ilmu Pengetahuan

Menurut Prof. Dr. Sikun Pribadi menulis obyek ilmu pengetahuan

sebagai berikut:

"Obyek ilmu pengetahuan ialah dunia fenomenal dan metode pendekatannya

ialah berdasarkan pengalaman (experience) dengan mempergunakan

 berbagai cara seperti observasi, eksperimen, survei study kasus, dan

sebagainya. Pengalaman-pengalaman itu diolah oleh pikiran atas dasar 

hukum logika yang tertib. Data yang dikumpulkan diolah dengan cara

analisis, induktif, kemudian ditentukan relasi-relasi antara data-data, di

antara relasi kausalitas. Konsepsi-konsepsi dan relasi-relasi disusun menurut

suatu sistem tertentu yang merupakan suatu keseluruhan yang terintegratif.

Keseluruhan integratif ini kita sebut ilmu pengetahuan7."

7 Burhanuddin Salam, Opcit, hlm. 10

5/11/2018 Filsafat Ilmu - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/filsafat-ilmu-55a23364ee0e1 5/17

 

5

BAB II

Pengertian Filsafat dan Filsafat Ilmu

A. Pengertian Filsafat

Filsafat secara etimologis berasal dari bahasa Yunani Philosophia.

Philos artinya suka, cinta atau kecenderungan pada sesuatu, sedangkan

Sophia artinya kebijaksanaan. Dengan demikian secara sederhana filsafat

dapat diartikan cinta atau kecenderungan pada kebijaksanaan8.

Ada beberapa definisi filsafat yang telah diklasifikasikan berdasarkan

watak dan fungsinya sebagai berikut9:

1. Filsafat adalah sekumpulan sikap dan kepercayaan terhadap kehidupan

dan alam yang biasanya diterima secara tidak kritis (arti informal).

2. Filsafat adalah suatu proses kritik atau pemikiran terhadap kepercayaan

dan sikap yang sangat kita junjung tinggi (arti formal).

3. Filsafat adalah usaha untuk mendapatkan gambaran keseluruhan.

Artinya filsafat berusaha untuk mengombinasikan hasil bermcam-macam

sains dan pengalaman kemanusiaan sehingga menjadi pandangan yang

konsisten tentang alam (arti spekulatif).

4. Filsafat adalah analisis logis dari bahasa serta penjelasan tentang arti kata

dan konsep. Corak filsafat yang demikian ini dinamakan juga

logosentrisme.

5. Filsafat adalah sekumpulan problema yang langsung, yang mendapat

 perhatian dari manusia dan yang dicarikan jawabannya oleh ahli-ahli

filsafat.

B. Pengertian Filsafat Ilmu

Filsafat ilmu dapat dibedakan menjadi dua, yaitu sebagai berikut:10

8 Rizal Mustasyir dan Misnal, Ibid, hlm. 2 – 3.9 Titus, Smith dan Nolan, 1984. Persoalan-persoalan Filsafat, alih bahasa: H.M. Rasjidi, hlm. 11 – 

15.10 Surajiyo Ibid, hlm. 64 – 65.

5/11/2018 Filsafat Ilmu - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/filsafat-ilmu-55a23364ee0e1 6/17

 

6

1. Filsafat ilmu dalam arti luas, yaitu menampung permasalahan yang

menyangkut berbagai hubungan keluar dari kegiatan ilmiah seperti:

- Implikasi ontologik – metafisik dari citra dunia yang bersifat ilmiah

- Tata susila yang menjadi pegangan penyelenggara ilmu dan

sebagainya.

- Konsekuensi pragmatik – etik penyelenggara ilmu, dan sebagainya.

2. Filsafat ilmu dalam arti sempit, yaitu menampung permasalahan yang

 bersangkutan dengan hubungan ke dalam yang terdapat di dalam ilmu

yiatu yang menyangkut sifat pengetahuan ilmiah, dan cara-cara

mengusahakan serta mencapai pengetahuan ilmiah (Beerling, 1988).

Untuk mendapatkan gambaran singkat tentang pengertian filsafat ilmu

dapatlah kiranya dirangkum tiga medan telaah yang tercakup di dalam

filsafat ilmu. Ketiganya itu adalah sebagai berikut:

1. Filsafat ilmu adalah suatu telaah kritis terhadap metode yang digunakan

oleh ilmu tertentu, terhadap lambang-lambang yang digunakan, dan

terhadap struktur penalaran tentang sistem lambang yang digunakan.

2. Filsafat ilmu adalah upaya untuk mencari kejelasan mengenai dasar-dasar 

kosep, sangka wacana, dan postulat mengenai ilmu serta upaya untuk 

membuka tabir dasar-dasar keempirisan, kerasionalan, dan

kepragmatisan.

3. Filsafat ilmu adalah studi gabungan yang terdiri atas beberapa studi yang

 beraneka macam yang ditujukan untuk menetapkan batas yang tegas

mengenai ilmu tertentu. (Hartono Kasmadi, dkk, 1990, hlm. 17 – 18).

5/11/2018 Filsafat Ilmu - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/filsafat-ilmu-55a23364ee0e1 7/17

 

7

BAB III

Obyek Filsafat Ilmu

A. Obyek Filsafat Ilmu

Obyek filsafat ilmu meliputi:11

Fakta atau kenyataan

Konfirmasi

Kebenaran

1. Fakta atau kenyataanYang diterima sebagai kenyataan itu apakah sesuatu yang faktual,

yang riil atau yang moral? Sesuatu sebagai nyata bagi posisitivistik bila

ada korespondensi antara yang sensual satu dengan yang sensual

lainnya. Arah perkembangan pendekatan phenomenologik ada dua, yang

 pertama menjurus ke teori korespondensi. Korenspondensi antara ide

dengan phenomena, yang kedua menjurus ke koherensi moralitas, dicari

kesesuaian phenomena dengan sistem nilai.

Dalam pemikiran phenomenologik, orang mengamati terkait

langsung dengan perhatiannya dan juga sekaligus terkait pada konsep-

konsep yang telah dimilikinya. Sedangkan bagi rasionalistik sesuatu

sebagai nyata bila ada koherensi antara empirik dengan skema rasional.

Bagi realisme metaphisik sesuatu sebagai nyata bila ada koherensi antara

empiri dengan yang obyektif. Bagi pragmatis yang ada itu yang

 berfungsi.

2. Konfirmasi

Fungsi ilmu adalah menjelaskan, memprediksi proses dan produk 

yang akan datang atau memberikan pemaknaan. Pemaknaan tersebut

dapat ditampilkan sebagai konfirmasi absolut / probabilitistik.

Menampilkan konfirmasi absolut biasanya menggunakan landasan

asumsi, postulat, atau axioma yang sudah dipastikan benar tetapi tidak 

11 Noeng Muhadjir, 1998, Filsafat Ilmu, Edisi I, Yogyakarta: Rake Sarasin, hlm. 5 – 11.

5/11/2018 Filsafat Ilmu - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/filsafat-ilmu-55a23364ee0e1 8/17

 

8

salah bila tidak mengeksplisitkan asumsi dan postulatnya. Sedangkan

membuat penjelasan, prediksi, ataupun pemaknaan untuk mengejar 

kepastian probabilistik dapat ditempuh secara induktif, deduktif ataupun

reflektif.

- Asumsi adalah anggapan yang sudah dianggap benar dan tidak 

diragukan lagi, terutama oleh si peneliti sendiri. Asumsi biasanya

digunakan sebagai titik tolak kegiatan ilmiah. Asumsi ini bisa

 berasal dari postulat atau aksioma juga bisa dari teori.

- Postulat, aksioma adalah dalil yang diyakini kebenarannya

meskipun kebenarannya sendiri tak dapat dibuktikan.

Contohnya : Tuhan itu ada, dunia itu ada, fenomena yang ada di

dunia ini berjalan menurut hukum kausalitas.

- Hipotesa : jawaban sementara atas obyek yang diteliti yang besar 

kemungkinannya bisa menjadi jawaban yang benar setelah

 penelitian berlangsung12.

3. Kebenaran

Bagi positivist benar substantif menjadi identik dengan benar 

faktual sesuai dengan empiri sensual. Bagi realist benar substantif 

identik dengan benar riil obyektif, benar sesuai dengan konstruk skema

rasional tertentu. Sedangkan benar epistemologik berbeda terkait pada

 pendekatan yang digunakan dalam mencari kebenaran-kebenaran

 positivistik dilandaskan pada diketemukannya frekuensi tinggi atau

variasi besar, sedangkan pada phenomenologik kebenaran dibuktikan

 berdasarkan diketemukannya yang esensial, pilah dari yang non esensial

atau eksemplar dan sesuai dengan skema moral tertentu.

Dengan demikian, benar epistemalogik menjadi berbeda dengan benar 

substantif. Benar positivistik berbeda dengan benar substantif. Benar 

 positivistik berbeda dengan benar phenomenologik, berbeda dengan benar 

12 Ulya 2009, Filsafat Ilmu Pengetahuan, Kudus : STAIN, hlm. 45

5/11/2018 Filsafat Ilmu - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/filsafat-ilmu-55a23364ee0e1 9/17

 

9

raalisme metaphisik. Bagi positivisme sesuatu itu benar bila ada

korespondensi antara fakta yang satu dengan fakta lain. Bagi phenomenologi

 phenomena baru dapat dinyatakan benar setelah diuji korespondensinya

dengan yang dipercayanya, demikian Russel. Realisme metaphisik popper 

mengakui kebenaran bila yang faktual itu koheren dengan kebenaran

obyektif universal; bagi Islam mengakui kebenaran bila yang empirik faktual

dengan kebenaran transenden berupa wahyu. Pragmatisme mengakui

kebenaran, bila faktual berfungsi.

B. Fakta

1. Fakta, ide dan teori

William Whewell (dalam John Losee,1993) mengetengahkan bahwa

fakta merupakan secuil pengetahuan yang menjadi raw material bagi

 perumusan hukum atau teori.

Idee mengemukakan aspek relasional pengalaman Whewell setuju

dengan kant bahwa idee itu menceritakan pengalaman sensual, bukan

menjabarkannya.

2. Pola Diskovery

Diilhami oleh Herschel, Whewell mengetengahkan pola discovery

sebagai berikut. Dari fakta-fakta didekomposisikan menjadi fakta

elementes, selanjutnya diperlagakan antar fakta menjadi hukum

 phenomena, dan dijadikan teori. Discovery menurut Whewell dapat pula

terproses dengan cara lain, yaitu dari idee-idee dieksplisikan menjadi

konsep-konsep dilagakan dengan berbagai fakta menjadi hukum

 phenomena, dan dijadikan teori. Teori tersebut selanjutnya dideduksi atau

dijabarkan pada fakta-fakta yang sejenis ataupun yang berbeda.

3. Idee, value dan aksi

Berpadunya idee dengan value dalam aksi merupakan kebenaran

faktual yang dikejar pragmatisme. Value tersebut mungkin berada pada

5/11/2018 Filsafat Ilmu - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/filsafat-ilmu-55a23364ee0e1 10/17

 

10

dataran sensual, rasional dan mungkin moral. Dalam tata fikir pragmatik,

aksi merupakan fakta konstruktif sebagai wujud dari peran aktif manusia

dalam membangun lingkungannya13.

C. Kebenaran

Rumusan substantif tentang apa itu kebenaran (truth) terdapat banyak 

teori. Mechael Williams mengenalkan setidaknya 5 teori kebenaran yaitu:

kebenaran koherensi, kebenaran korespondensi, kebenaran performatif,

kebenaran pragmatik dan kebenaran proposisi (Borchert 1996)14.

1. Kebenaran Proposisi.

Sesuatu kebenaran dapat diperoleh bila proposisi-proposisinya

 benar. Dalam logika Aristoteles, proposisi benar adalah bila sesuai

dengan persyaratan formal suatu proposisi.

Proposisi tidak lain adalah suatu pernyataan yang berisi banyak 

konsep kompleks. Persyaratan itu merentang dari yang subyektif 

individual sampai yang obyektif.

2. Kebenaran Korespondensi.

Berfikir benar korespondensial adalah berfikir tentang terbuktinya

sesuatu itu relevan dengan sesuatu lain. Korespendensi relevan

dibuktikan adanya kejadian sejalan atau berlawanan arah antara fakta

yang diharapkan (positivisme), antara fakta dengan belief yang diyakini

yang sifatnya spesifik (phenomenologi Russel).

 

3. Kebenaran Koherensi

Sesuatu yang koheren dengan sesuatu lain berarti ada kesesuaian

atau keharmonisan dengan sesuatu yang memiliki hirarki lebih tinggi.

Yang memiliki hirarki lebih tinggi dari sesuatu unsur tersebut dapat

 berupa skema, sistem, atau nilai.

4. Kebenaran Pragmatik 

13

Noeng Muhadjir, 2001. Filsafat Ilmu, edisi II. Yogyakarta: Rate Sarasin. Hlm. 15 – 16.14 Noeng Muhadjir, Ibid. Hlm. 16 - 20

5/11/2018 Filsafat Ilmu - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/filsafat-ilmu-55a23364ee0e1 11/17

 

11

Perintis teori ini adalah Charles S. Pierce, yang dikembangkan lebih

lanjut oleh pragmatis William James dan John Dewey. Yang benar 

adalah yang konkret, yang individual, dan yang spesifik, demikian James

Dewey lebih lanjut menyatakan bahwa kebenaran merupakan

korespondensi antara idee dengan fakta; dan arti korespondensi menurut

Dewey adalah kegunaan praktis.

5. Kebenaran Performatif 

Ketika pemikiran manusia menyatukan segalanya dalam tampilan

aktual, dan menyatukan apapun yang ada di baliknya, baik yang praktis,

yang teoritik, maupun yang filosofik, orang mengetengahkan kebenaran

tampilan aktual yang disebut dengan kebenaran performatif.

D. Konfirmasi

Fungsi ilmu adalah menjelaskan, memprediksi proses dan produk.

Menjelaskan ataupun memprediksi tersebut lebih bersifat interpretasi untuk 

memberikan makna.

1. Aspek Kuantitatif dan Kualitas Konfirmasi

Dasar untuk memastikan kebenaran penjelasan atau kebenaran

 prediksi; sebagian ahli menggunakan aspek kuantitatif dan sebagian lain

menggunakan aspek kualitatif. Derajat konfirmasi kuantitatif dibangun

 berdasarkan hipotesis mengenai obyek yang diukur dan seluas

hipotesanya. Derajat konfirmasinya bersifat probabilitas; probabilitas dari

hasil analisis frekuensi.

2. Teori Konfirmasi

Teori kepastian atau confirtmation theory berupaya mencari

deskripsi hubungan normatif antara hipotesis dengan evidensi; hubungan

tersebut berupaya mengukur atau mengiindikasikan apakah dan

 bagaimana suatu evidensi menjamin percaya kita pada hipotesis. Sampai

sekarang setidaknya ada 3 teori konfirmasi;

5/11/2018 Filsafat Ilmu - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/filsafat-ilmu-55a23364ee0e1 12/17

 

12

- Decision theory → menerapkan kepastian berdasar keputusan

"apakah hubungan antar hipotesis dengan evidensi memang memiliki

manfaat aktual". Kriteria manfaat aktual memang menjadi bersifat

subyektif.

- Estimation theory → menetapkan kepastian dengan memberi peluang

 benar – salah dengan menggunakan konsep probabilitas.

- Reliability analysis → menetapkan kepastian dengan mencermati

stabilitas evidensi (yang mungkin berubah-ubah karena kondisi atau

karena hal lain) terhadap hipotesis15.

15  Ibid . Hlm. 20 – 22

5/11/2018 Filsafat Ilmu - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/filsafat-ilmu-55a23364ee0e1 13/17

 

13

BAB IV

Ontologi, Epistemologi, dan Aksiologi

A. Ontologi

Obyek telaah ontologi adalah yang ada studi tentang yang ada, pada

dataran studi filsafat pada umumnya dilakukan oleh filsafat metaphisika.

Istilah ontologi banyak digunakan ketika kita membahas yang ada dalam

konteks filsafat ilmu.

Ontologi membahas tentang yang ada, yang tidak terikat oleh satu

 perwujudan tertentu. Ontologi membahas tentang yang ada yang universal,

menampilkan penelitian semesta universal. Ontologi berupaya mencari inti

yang termuat dalam setiap kenyataan atau dalam rumusan Lorens Bagus:

menjelaskan yang ada yang meliputi semua realitas dalam semua bentuknya.

- Obyek Formal

Obyek formal ontologi adalah hakekat seluruh realitas. Bagi

 pendekatan kuantitatif, realitas tampil dalam kuantitas atau jumlah, telaahnya

akan menjadi telaa monisme, paralelisme, atau pluralisme. Bagi pendekatan

kualitatif, realitas akan tampil menjadi aliran-aliran materialisme, idealisme,

naturalisme, atau hylomorphisme16.

B. Epistimologi

Bidang kedua adalah epistimologi / teori pengetahuan. Epistimologi

 berasal dari bahasa Yunani "episteme" dan "logos". "Episteme" artinya

 pengetahuan (knowledge), "logos" artinya teori. Dengan demikian,

epistimologi secara etimologis berarti pengetahuan.

Istilah-istilah yang setara dengan epistemologi adalah :

a) Kriteriologi, yakni cabang filsafat yang membicarakan ukuran

 benar atau tidaknya pengetahuan.

16 Ibid. hal. 57

5/11/2018 Filsafat Ilmu - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/filsafat-ilmu-55a23364ee0e1 14/17

 

14

 b) Gnosiology, yaitu perbincangan mengenai pengetahuan yang

 bersifat Ilahiah (Gnosis).

c) Logika Material, yaitu pembahasan logis dari segi isinya,

sedangkan logika formal lebih menekankan pada segi

 bentuknya17.

Obyek material epistemologi adalah pengetahuan, sedangkan obyek 

formalnya adalah hakikat pengetahuan. Setiap filsuf menawarkan aturan yang

cermat dan terbatas untuk menguji berbagai tuntutan lain yang menjadikan

kita dapat memiliki pengetahuan, tetapi setiap perangkat aturan harus benar-

 benar mapan. Sebab definisi tentang "kepercayaan", "kebenaran" merupakan

 problem yang tetap dan terus menerus ada, sehingga teori pengetahuan tetap

merupakan suatu bidang utama dalam penyelidikan filsafat18.

C. Aksiologi

Bidang utama ketiga adalah aksiologi yang membahas tentang masalah

nilai. Istilah axiologi berasal yang berharga. Logos artinya akal, teori.

Axiologi artinya teori nilai, penyelidikan mengenai kodrat, kriteria dan status

metafisik dari nilai. Dalam pemikiran filsafat Yunani, studi mengenai nilai ini

mengedepan dalam pemikiran Plato mengenai idea tentang kebaikan, atau

yang lebih dikenal dengan Summum Bonum (kebaikan tertinggi19).

Problem utama aksiologi ujar Runes20 berkaitan dengan empat faktor 

 penting sebagi berikut:

Pertama, kodra nilai berupa problem mengenai : apakah nilai itu

 berasal dari keinginan, kesenangan, kepentingan, preferensi, keinginan rasio

murni, pemahaman mengenai kualitas tersier, pengalaman sinoptik kesatuan

kepribadian, berbagai pengalaman yang mendorong semangat hidup, relasi

 benda-benda sebagai sarana untuk mencapai tujuan atau konsekuensi yang

sungguh-sungguh dapat dijangkau.

17 Soejono Soemargono, 1987 Filsafat Pengetahuan. Hlm. 518 Sontag, 1984, Elements of Philosophy. Hlm. 1119

Rizal Mustasyir dan Misnal Munir, Ibid. hlm. 2620 Runes, 1979, Dictionary of Philosophy Hlm. 32 – 33.

5/11/2018 Filsafat Ilmu - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/filsafat-ilmu-55a23364ee0e1 15/17

 

15

Kedua, jenis-jenis nilai menyangkut perbedaan pandangan antara nilai

intrinsik, ukuran untuk kebijaksanaan nilai itu sendiri, nilai-nilai instrumental

yang menjadi penyebab mengenai nilai-nilai intrinsik.

Ketiga, kriteria nilai artinya ukuran untuk menguji nilai yang

dipengaruhi sekaligus oleh teori psikologi dan logika.

Keempat, status metafisik nilai mempersoalkan tentang bagaimana

hubungan antara nilai terhadap fakta-fakta yang diselidiki melalui ilmu-ilmu

kealaman, kenyataan terhadap keharusan, pengalaman manusia tentang nilai

 pada realitas kebebasan manusia (Hegel).

5/11/2018 Filsafat Ilmu - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/filsafat-ilmu-55a23364ee0e1 16/17

 

16

Penutup

Filsafat ilmu diperlukan kehadirannya di tengah perkembangan iptek yang

ditandai dengan semakin menajamnya spesialisasi ilmu pengetahuan. Sebab

dengan mempelajari filsafat ilmu, maka para ilmuwan akan menyadari

keterbatasan dirinya dan tidak terperangkap ke dalam sikap arogansi intelektual.

Hal yang lebih diperlukan adalah sikap keterbukaan diri di kalangan ilmuwan,

sehingga mereka dapat saling menyapa dan mengarahkan seluruh potensi

keilmuan yang dimilikinya untuk kepentingan umat manusia.

Ketiga bidang utama filsafat, metafisika (khususnya Ontologi),

epistemologi, dan aksiologis merupakan landasan pengembangan ilmu

 pengetahuan – landasan Ontologi ilmu berkaitan dengan hakekat ilmu, sebab

secara ontologis ilmu memebag realitas sebagaimana adanya (das sein). Landasan

epistemologi ilmu berkaitan dengan aspek-aspek metodologis ilmu dan sarana

 berfikir ilmiah lainnya seperti: bahasa, logika, matematika, statistika. Landasan

aksiologis ilmu berkaitan dengan dampak ilmu bagi umat manusia.

Perkembangan ketiga landasan ilmu pengetahuan ini akan melahirkan sifat

kebijaksanaan ilmuwan dalam menerapkan ilmunya di masyarakat. Sebab apapun

halnya, sulit bagi masyarakat untuk menerima kenyataan bahwa produk ilmiah

malah menyengsarakan dan merugikan mereka.

Demikian resume filsafat ilmu ini saya buat, semoga dapat bermanfaat

 bagi kita semua. Resuman ini memang jauh dari kesempurnaan, dan mohon maaf 

apabila terdapat kesalahan dan kekurangan dalam penulisan. Kritik dan saran

selalu saya harapkan untuk memperbaiki dalam pembuatan resume selanjutnya.

5/11/2018 Filsafat Ilmu - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/filsafat-ilmu-55a23364ee0e1 17/17

 

17

DAFTAR PUSTAKA

Burhanuddin Salam, Pengantar Filsafat , Jakarta: PT Bumi Aksara, 2005.

 Noeng Muhadjir, Filsafat Ilmu edisi I , Yogyakarta: Rake Sarasin, 1998.

Rizal Mustasyir dan Misnal Munir, Filsafat llmu, Yogyakarta: Pustaka Pelajar 

Offset, 2001.

Soejono Soemargono Filsafat Pengetahuan, Yogyakarta: Nur Cahaya, 1987.

Sontag, Frederick, Elements of Philosophy, New York: Charles Schribner's son,

1984.

Surajiyo, Ilmu Filsafat Suatu Pengantar , Jakarta: PT Bumi Aksara, 2005.

Titus, Smith dan Nolan, Persoalan-persoalan Filsafat, alih bahasa, Jakarta:

H.M.R. Rasyidi, Bulan Bintang, 1984.

Ulya, Filsafat Ilmu Pengetahuan, Kudus: STAIN, 2009.